You are on page 1of 6

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Diaper Rash


Diaper rash (Ruam popok )adalah iritasi pada kulit bayi Ibu di daerah pantat .Ruam popok dapat berupa ruam yang terjadi di dalam area popok. Pada kasus ringan kulit menjadi merah. Pada kasus-kasus yang lebih berat mungkin terdapat rasa sakit. Biasanya ruam terlihat pada sekitar perut, kemaluan, dan di dalam lipatan kulit paha dan pantat. Kasus ringan menghilang dalam 3 sampai 4 hari tanpa pengobatan. Bila ruam menetap atau muncul lagi setelah pengobatan, berkonsultasilah dengan dokter. Diaper rash adalah istilah umum pada beberapa iritasi kulit yang berkembang pada daerah yang tertutup popok. Sinonim termasuk diaper dermatitis, napkin (atau nappy) dermatitis dan dermatitis ammonia. Penyakit-penyakit ini dapat dibagi secara konseptual ke dalam: 1. Ruam yang secara langsung atau tidak langsung disebabkan oleh penggunaan popok. Kategori ini termasuk dermatosis, seperti dermatitis kontak iritan, miliaria, intertrigo, dermatitis diaper kandida dan granuloma gluteal infantum 2. Ruam yang muncul ditempat lain tetapi dapat menyebar ke daerah paha yang teriritasi selama memakai popok. Kategori ini termasuk dermatitis atopik, dermatitis seboroik dan psoriasis. 3. Ruam yang muncul pada daerah popok yang tidak disebabkan oleh penggunaan popok. Kategori ini terdiri dari ruam yang berhubungan dari impetigo bullosa, sel histiosit Langerhans, acrodermatitis enteropathica (defisiensi zinc), sifilis kongenital, scabies dan HIV.

B. Epidemologi Diaper Rash


Diaper rash paling banyak terjadi pada bayi. Prevalensi bervariasi dilaporkan dari 4-35% pada 2 tahun pertama kehidupan. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Diaper rash dapat bermula pada periode neonatus segera setelah anak memakai popok. Insiden tertinggi pada umur 7-12 bulan, menurun sesuai umur. Diaper rash berhenti setelah anak mendapatkan latihan toilet, biasanya sekitar umur 2 tahun.

C. Etiologi Diaper Rash


Diaper rash dapat disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini: 1. Gesekan, penggunaan popok atau pakaian yang ketat akan sering tergesek dengan kulit sehingga menyebabkan ruam. 2. Iritasi dari feses dan urine. Paparan urin dan feses yang lama dapat mengiritasi kulit bayi yang sensitif. Bayi lebih cepat terkena diaper rash bila mengalami pergerakan usus yang sering, karena feses lebih mengiritasi daripada urine. 3. Pengenalan makanan baru. Bayi mulai makan makanan padat atau diperkenalkan makanan baru,umumnya ketika berumur antara 4-12 bulan, komposisi fesesnya berubah, kemungkinan meningkatkan resiko diaper rash. 4. Infeksi bakteri atau jamur. Dimulai sebagai infeksi kulit yang bisa menyebar sampai ke daerah sekitarnya. Daerah yang tertutup seperti pantat, paha, dan genital khususnya yang mudah terserang karena hangat dan lembab membuat bakteri dan jamur tumbuh subur. 5. Kulit sensitif. Bayi-bayi dengan kondisi kulit seperti dermatitis atopik atau eksema, kemungkinan dapat berkembang menjadi diaper rash. Namun, iritasi kulit dari dermatitis atopik dan eksema biasanya tidak hanya mempengaruhi daerah tertutup popok.

6. Penggunaan antibiotik. Antibiotik dapat membunuh bakteri, baik flora normal maupun bakteri patogen. Ketidakseimbangan kedua bakteri ini, dapat menyebabkan infeksi jamur. Ini dapat terjadi ketika bayi mengkonsumsi.

D. Patogenesis Diaper Rash


Iritan utama dari situasi ini adalah enzim protease dan lipase pada feses yang aktivitasnya meningkat secara tajam oleh peningkatan pH. Keasaman permukaan kulit juga penting untuk mempertahankan mikroflora normal yang memberi proteksi antimicroba pertama dalam melawan invasi oleh bakteri dan jamur patogen. Aktivitas protease dan lipase feses juga meningkat oleh percepatan melintasi gastrointestinal, ini alasan untuk tingginya insiden dermatitis diaper iritan pada bayi yang diare kurang dari 48 jam. Penggunaan popok menyebabkan peningkatan yang jelas pada kelembaban kulit dan pH kulit. Kelembaban yang lama dapat menyebabkan maserasi stratum korneum, lapisan luar, lapisan proteksi kulit, yang berhubungan dengan kerusakan yang luas pada lapisan lipid intraseluler. Kelemahan integritas fisik membuat stratum korneum lebih mudah terkena kerusakan oleh (1) gesekan permukaan popok dan (2) iritasi lokal. Kulit bayi merupakan barier efektif penyakit dan sama halnya pada kulit dewasa dengan memperhatikan permeabilitas kulit. Tetapi, kelembaban, kekurangan paparan udara, keasaman atau paparan iritan, dan meningkatnya gesekan kulit merusak barrier kulit. Kulit mempunyai pH normal antara 4,5 sampai 5,5. Ketika urea dari urin dan feses bercampur, urease mengurai urin, menurunkan konsentrasi ion hidrogen (meningkatkan pH). Peningkatan nilai pH meningkatkan hidrasi kulit dan membuat kulit lebih permeabel. Sebelumnya, ammonia dipercaya sebagai penyebab primer diaper dermatitis. Penelitian baru-baru ini menyangkal hal ini, menunjukkan bahwa ketika ammonia atau urin ditempatkan pada kulit selama 24-48 jam, kerusakan kulit tidak terjadi.

E. Gambaran Klinis Diaper Rash


Iritasi primer dari dermatitis popok tidak selalu terlihat pada 3 minggu pertama kelahiran. Onsetnya paling sering terjadi pada minggu ketiga sampai minggu ke-12, dan puncak prevalensinya terlihat antara bulan ketujuh dan ke-12. Bentuk yang paling sering dijumpai pada dermatitis popok iritan primer terdiri dari erytem yang menyatu dengan permukaan cembung pada daerah yang tertutup popok, yaitu pantat, genitalia, lower abdomen dan daerah pubis, dan paha atas. Bagian yang lebih dalam pada lipatan paha umumnya tidak terkena.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium Tes laboratorium sebaiknya dilakukan berdasarkan gambaran klinik dan frekuensi kejadian. Pemeriksaan darah lengkap dapat membantu, khususnya jika pasien demam dan dicurigai terjadi infeksi bakteri sekunder. Adanya anemia berhubungan dengan

hepatosplenomegali dan sebaiknya didiagnosa sel histiosit Langerhans atau sifilis kongenital. Jika dicurigai dermatitis kontak, patch test dapat membantu. Pemeriksaan serologi seperti jumlah zinc, tes Veneral Disease Research Laboratory (VDRL), jumlah sel darah, atau kimia darah yang berhubungan dengan penyakit dasarnya. Jumlah zinc serum yang kurang dari 50 mcg/dL dapat didiagnosa acrodermatitis enterohepatica. Pemeriksaan Histologi Biopsi untuk preparat histologi dapat memberikan informasi yang benar untuk diagnosis. Gambaran umum histologi pada dermatitis iritan primer dengan spongiosis epidermal dan inflamasi ringan berubah pada dermis. Pemeriksaan Lain Kerokan kalium hidroksida (KOH) dari lesi papul atau pustul bisa menunjukkan pseudohifa pada kasus yang dicurigai kandidiasis.
4

Ditemukannya tungau, ova, atau feses pada preparat mineral oil dari liang kerokan dapat menegakkan diagnosis scabies.

G. Diagnosa
Diagnosis awal diaper rash dibuat dengan inspeksi kulit pada daerah popok. Adanya lesi kulit pada daerah tersebut mengartikan bahwa bayi tersebut mengalami diaper rash.

H. Terapi
Keberhasilan pengobatan dermatitis popok iritan primer tergantung pada hubungan faktor etiologi pada setiap individu walaupun secara umum mengikuti standar pengobatan. Pengobatan yang digunakan pada diaper rash yaitu kortikosteroid topikal, obat antifungi, antibiotik topikal, dan antibiotik oral.

I. Komplikasi
Adanya maserasi dan abrasi kulit yang tertutup popok, dapat menyebabkan infeksi sekunder oleh Candida albicans dapat terjadi. Plak setelah terapi awal infeksi kandida yang mengenai anggota tubuh dan biasanya ekstremitas, terjadi beberapa hari setelah terapi antifungi dimulai.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
Diaper rash adalah istilah umum pada beberapa iritasi kulit yang berkembang pada daerah yang tertutup popok. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Diaper rash dapat bermula pada periode neonatus segera setelah anak memakai popok. Diaper rash dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu gesekan, iritasi dari feses dan urine, pengenalan makanan baru, infeksi bakteri atau jamur, kulit sensitif, dan penggunaan antibiotik. Bentuk yang paling sering dijumpai pada dermatitis popok iritan primer terdiri dari erytem yang menyatu dengan permukaan cembung pada daerah yang tertutup popok. Pengobatan yang digunakan pada diaper rash yaitu kortikosteroid topikal, obat antifungi, antibiotik topikal, dan antibiotik oral.

B. Saran
Secara umum Diaper Rash bukanlah masalah pada bayi yang dapat berakibat pada kematian bayi, tapi deteksi dini dan penanganan yang baik sangat diperlukan agar tidak terjadi infeksi sekunder oleh organisme lain yang dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan bayi. Pencegahan Diaper Rash dapat dicegah dengan ABCDE ( Air, Barrier, Cleansing, Diaper, and Education)

You might also like