You are on page 1of 18

LAPORAN INDIVIDU KEGIATAN MAGANG MAHASISWA

Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) pada tanaman kakao (Theobroma cacao L.) (Disusun Guna Memenuhi Syarat Mata Kuliah Magang Mahasiawa)

Disusun Nama Mahasiawa NIM : Hadyan Fakhrul Arifin : H0708104

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012


1

HALAMAN PENGESAHAN Dosen Pembimbing Kegiatan mahasiswa megesahkan laporan individu kegiatan magang mahasiswa dengan : Judul Mahasiswa Nama NIM : Hadyan Fakhrul Arifin : H 0708104 : Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) pada tanaman kakao (Theobroma cacao L.)

DOSEN PEMBIMBING Nama NIP : Dr.Ir.R.Sudaryanto, MS : NIP. 19540815 198103 1 006 Telah diuji dan disahkan pada tanggal : 15 November 2011 Mengetahui Ketua Gugus KMM-FP Mengesahkan : Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Endang Siti Rahayu, MS. NIP. 19570104 198009 2 001

Dr.Ir.R.Sudaryanto, MS NIP. 19540815 198103 1 006

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kegiatan Magang Mahasiswa ini dengan baik. Laporan ini dibuat dan disusun untuk memenuhi serangkaian kegiatan magang mahasiswa di Pusat Penelitian kopi dan Kakao Indonesia-Jember yang telah dilaksanakan pada tanggal 4 Juli- 4 Agustus 2011, oleh karena itu penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Pusat Penelitian kopi dan Kakao Indonesia-Jember 2. Dekan Fakultas Pertanian UNS Surakarta.
3. Ketua dan Segenap Pengurus Gugus KMM FP UNS. 4. Ketua Program Studi Agroteknologi. 5. Bapak Dr.Ir.R.Sudaryanto, MS selaku pembimbing kami.

6. Teman-teman satu tim dan keluarga besar Agroteknilogi 2008. 7. Teman-teman baru dari IPB, UGM, dan UNEJ.
8. Keluarga tercinta atas dorongan dan semangat yang

diberikan. 9. Segenap pihak yang telah membantu yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Surakarta, Oktober 2011

Penulis 4

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................ii KATA PENGANTAR..........................................................................................iii DAFTAR ISI........................................................................................................iv DAFTAR GAMBAR............................................................................................v
I. PENDAHULUAN.........................................................................................6 II. ISI..................................................................................................................7 A. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

KAKAO7 Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD)...........................................................9 Gejala serangan VSD...........................................................................................10 Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit........................................................11 Penyebaran penyakit.............................................................................................11 Penyebaran penyakit melalui bahan tanaman......................................................11 Intensitas serangan................................................................................................12 Pengendalian VSD................................................................................................12
III. KESIMPULAN.............................................................................................15 IV. DAFTAR PUSTAKA...................................................................................16

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gejala VSD berupa 3 noktah (titik) berwarna coklat kehitaman............11 Gambar 2 gejala VSD jaringan kayu berwarna coklat kehitaman (strike)...............11

I.

PENDAHULUAN Komoditi perkebunan yang memiliki nilai jual tinggi beberapa diantaranya

adalah kakao. Perlu diketahui bahwa kakao merupakan salah satu komoditas penting di dalam perdagangan dunia yang melibatkan beberapa negara produsen dan banyak negara konsumen. Kakao atau yang lebih dikenal dengan hasil akhir berupa cokelat merupakan salah satu komoditas yang sangat penting, baik sebagai sumber penghidupan bagi jutaan petani produsen maupun sebagai salah satu bahan penyedap yang sangat diperlukan untuk produksi makanan, kue-kue dan berbagai jenis makanan. Cokelat juga merupakan sumber lemak nabati yang memiliki keistimewaan yaitu dapat meleleh atau mencair pada suhu tertentu. Walaupun cokelat merupakan komoditas yang penting dalam dunia perdagangan internasional, pihak produsen cokelat dihadapkan pada berbagai masalah yang besar terhadap kelangsungan usaha dan kehidupan para petani cokelat. Harga cokelat di pasaran internasional sering mengalami fluktuasi. Jika harga cokelat mengalami kemerosotan, maka akan menimbulkan keresahan sosial ekonomi di kalangan negara-negara produsen cokelat. Karenanya diadakan usaha-usaha untuk memantapkan harga biji cokelat di pasaran dunia, di samping terus melancarkan promosi unruk meningtkatkan konsumsi cokelat.

Penyakit pada tanaman kakao yang sangat merugikan salah satunya adalah Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) yang mengakibatkan penyerapan unsur hara dari dalam tanah ke tubuh tanaman terganggu. Sehingga menurunkan produktivitas serta mengganggu pertumbuhan tanaman kopi.

II. A. KAKAO

ISI

Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tanaman tahuanan (perennial) berbentuk pohon, di alam ketinggian aslinya berkisar 10 m akan tetapi apabila sudah dibudidayakan tingginya tidak lebih dari 5 m tetapi dengan tajuk yang meluas kesamping hal itu dikarenakan tunas atas akan terus dipangkas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif. Tanaman kakao biasa tumbuh pada ketinggian 0-600 m dpl, dengan kemiringan tanah kurang dari 45% dan dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 150 cm (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao). Kakao merupakan tanaman yang menumbuhka bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman caolifloris. Adapun sistematikanya menurut klasifikasi botanis sebagai berikut : Divisi Kelas Famili Genus Species : Spermatophyta : Dicotyledonae : Sterculiaceae : Theobroma : Theobroma cacao L. 9 Sub Divisi : Angiospermae

(Siregar, 2008). Syarat tumbuh tanaman kakao yaitu tanaman Kakao dapat tumbuh sampai ketinggian tempat maksimum 1200 m dpl, ketinggian tempat optimum adalah 1- 600 m dpl, kemiringan lereng maksimum 40o. Tanaman kakao sangat sensitif bila kekurangan air, sehingga tanahnya harus memiliki penyimpanan/ketersediaan air maupun saluran (drainase) yang baik. Solum tanah > 90 cm tanpa ada lapisan padas, tekstur lempung liat berpasir komposisi pasir 50%, debu 10 20%, liat 30 40%. Konsistensi gembur sampai agak teguh dengan permeabilitas sedang sampai baik, kedalaman air tanah minimal 3 m. Kakao memerlukan tanah dengan struktur kasar yang berguna untuk memberi ruang agar akar dapat menyerap nutrisi yang diperlukan sehingga perkembangan sistem akar dapat optimal (Viber, 2008). Bibit kakao ditanam apabila pohon penaung telah berfungsi baik dengan kriteria intensitas cahaya yang diteruskan penaung 30-50% dari cahaya langsung. Pohon penaung yang biasa ditanam adalah Glicirida sp. , Kelapa (Cocos nucifera), Pinang (Areca catechu), dan pisang (Musa sp.). Tanaman berumur 1-3 tahun disebut TBM (tanaman belum menghasilkan) sedangkan yang berumur 4 tahun atau lebih disebut TM (tanaman menghasilkan) ( Pusat Penelitian Kopi dan Kakao). Salah satu hama utama tanaman kakao adalah Penggerek buah Kakao atau (PBK) Conopomorpha cramerella (Snell.). Gejala yang ditimbulkan apabila terserang adalah buah bergejala masak awal, yaitu belang kuning, dan jika buah digoyang tidak berbunyi seperti buah masak normal. Jika dibelah tampak biji-biji kakao saling melekat dan berwarna kehitaman, biji tidak berkembang, ukuran biji kecil dan tidak bernas (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao). Penyakit utama yang sangat sering/banyak dijumpai menyerang tanaman kakao adalah VSD (Vascular Streak Dieback). Gejala yang tampak apabila terserang adalah daun menguning dengan bercak-bercak hijau (green island), pada sayatan bekas duduk daun tampak noktah berwarna coklat kehitaman, terdapat garis-garis coklat pada jaringan kayu, lentisel dari ranting sakit 10

membesar, dan terjadinya nekrosis diantara tulang daun seperti kekurangan unsur Ca (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao). Benih kakao yang baik adalah benih yang berasal dari buah yang normal bentuknya, sehat dan cukup tua (masak atau matang di pohon). Benih yang cukup itu mempuyai tanda-tanda sebagai berikut : 1) Warnanya kuning. Pada jenis coklat yang kulit buahnya merah, kuning adalah alurnya. Sedangkan jenis coklat yang kulit buahnya hijau berubah menjadi kekuning-kuningan atau orange. 2) 3) Jika buah diguncang-guncangkan timbul suara, yamg menandakan bahwa biji-biji cokelat dudah lepas dari rekatan daging buah. Jika buah diketuk-ketuk (Sunanto,1974). Buah kakao dapat dipanen pada saat buah berumur 170 hari atau kira-kira 6 bulan atau buah sudah masak menjadi kuning/jingga. Buah siap panen bila dompolan biji sudah lepas dari kulit buah, sehingga bila digoncang-goncang akan berbunyi. Pemetikan harus tepat pada saat buah sudah masak. Bila dilakukan terlalu awal, mutu biji kering sangat rendah karena biji-bijinya gepeng dan keriput, kadar gula dalam pulp masih kurang, sehingga hasil fermentasi kurang baik. Bila buah terlalu masak, menyebabkan biji kecambah di dalam buah, pulp mulai mengering, dan aroma menurun (Ariyantoro. 2006).
B.

(ditaboki)

dengan

tangan,

bersuara

bergema

Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae Talbot et Keane. Penyakit telah dikenal di Malaysia Barat sejak tahun 1956. Seterusnya pada tahun 1960 penyakit ditemukan di Papua Nugini, dan pada tahun 1970 di sabah. Di Malaysia penyakit menimbulkan kerugian 10-35% (Chan dan Wazir, 1976), sedang di Papua Nugini 25-40% (Byrne,1976). Shepherd, (1977) mengatakan di Malaysia kerugian hasil karena penyakit VSD diduga mencapai 3-60 persen. Di Indonesia untuk pertama kali ditemukan di Pulau Sebatik, di perbatasan antara Sabah dan Kalimantan Timur, pada tahun 1983. Pada tahun 1984 penyakit ditemukan di Maluku dan Sulawesi 11

Tenggara Pada tahun1985 mendadak VSD ditemukan di Perkebunan BunisariLendra. Garut, Jawa Barat. Setelah dilakukan pengamatan dengan teliti diketahui bahwa VSD juga sudah terdapat di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Menurut Pawirosoemardjo dan Purwantara (1992) VSD telah ditemukan di Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Kal Timur, Sulawesi Utara dan Tenggara, Maluku, dan Irian Jaya.

1. a. b. c. d. e.
f.

Gejala serangan VSD Ada kelihatan daun menguning atau telah mengering disela-sela daun yang masih segar. Ada ranting yang tidak berdaun ditengah (ompong) Tangkai daun kelihatan berwarna coklat karena mati jaringan.Kadang-kadang (bila disayat) kelihatan jelas 3 noktah coklat kehitaman. Pada ranting bekas melekatnya tangkai daun kelihatan ada 3 noktah (titik) berwarna coklat kehitaman. Bila ranting dibelah kelihatan jaringan kayu berwarna coklat kehitaman (strike). Daun menguning dan ranting ompong

Gambar 1 Gejala VSD berupa 3 noktah (titik) berwarna coklat kehitaman.

12

Gambar 2 gejala VSD jaringan kayu berwarna coklat kehitaman (strike). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit Penyakit terutama berkembang di daerah yang basah. Bukan hanya ditentukan curah hujan, tetapi juga pembagiannya. Jika jumlah malam basah lebih dari 50% dalam satu bulan, dapat diperkirakan bahwa tiga sampai lima bulan kemudian penyakit akan tampak meningkat (Prior, 1977). Hal ini disebabkan karena untuk pembentukan basidiospora tubuh buah jamur harus basah diwaktu malam. Adanya hujan malam, yang diikuti dengan embun, akan membantu penyebaran penyakit. Spora jamur yang mempunyai dinding tipis itu mudah mati karena sinar ultra violet pada siang hari. 3. Penyebaran penyakit 0. theobromae membentuk basidiospora yang hanya dilepaskan pada waktu malam, dan disebarkan oleh angin. Oleh karena itu jamur tidak dapat tersebar jauh, karena kelembapan tinggi pada umumnya hanya terjadi bila udara tenang. Chan dan Wasir (1976) memperkirakan bahwa spora tidak akan tersebar lebih dari 200 m. Infeksi hanya dapat terjadi pada daun muda yang belum mengeras. Spora berkecambah dan jamur mengadakan penetrasi melalui epidermis, mesofil, ke dalam tulang daun. 4. Penyebaran penyakit melalui bahan tanaman Mengingat jamur penyebab penyakit ini terdapat dalam berkas pembuluh, diperkirakan bahwa jamur mudah terbawa dalam bahan tanaman, seperti setek dan mata okulasi. Namun bukti mengenai hal ini belum terdapat. Chan dan Wazir,(1976) mengatakan bahwa setek yang diambil dari ranting sakit ternyata tidak dapat tumbuh

13

Meskipun dapat masuk ke plasenta, namun tidak terdapat bukti bahwa jamur menginfeksi biji. Biji-biji yang diambil dari pohon yang sakit dapat tumbuh seperti biasa dan tidak berkembang menjadi tanaman sakit (Chan dan Wazir,1976).

5.

Intensitas serangan Intensitas serangan ditentukan berdasarkan persentase ranting sakit dan kerusakan pada xilem. Ringan : Jumlah ranting sakit <10 persen dan jamur menyerang hanya sampai pada cabang tersier Sedang : Jumlah ranting sakit 10-30 persen dan jamur menyerang sampai pada cabang sekunder. Berat : Jumlah ranting sakit >30 persen dan jamur menyerang sampai pada cabang primer atau batang pokok. Pengendalian VSD Cara-cara pengendalian penyakit yang dianjurkan dewasa ini terutama adalah penanaman kultivar yang mempunyai ketahanan cukup, pemangkasan dan pemupukan ekstra. a. Pangkasan Sanitasi Pangkasan sanitasi dilakukan dengan cara memotong ranting sakit sampai batas garis cokelat pada xylem ditambah 30 cm. Pengendalian penyakit VSD di daerah basah (tipe curah hujan B di Sumatera Utara, Jawa Barat) dengan pangkasan sanitasi 2 minggu sekali dan di daerah kering (tipe curah hujan D di Jawa Timur) dengan pangkasan 1-3 bulan sekali ternyata efektif. (Pawirosoemardjo & Purwantara, 1987). Tujuan pemangkasan adalah untuk menghilangkan ranting atau cabang sakit yang mengandung jamur (sanitasi) dan untuk mengurangi kelembapan kebun.

6.

14

Cara pemangkasan: ranting atau cabang dipotong 30 cm dibawah pangkal garis cokelat yang tampak dalam kayu. Luka bekas pangkasan dioles dengan ter atau TB 192 atau Calixin RM. Bahan-bahan pangkasan sebaiknya dibakar, ada juga yang mengatakan tidak perlu dibakar atau diangkut dari kebun, karena jamur tidak dapat berkembang dan membentuk tubuh buah pada ranting yang sudah dipotong. b. Penanaman klon toleran Kultivar kakao mulia (Criollo) yang banyak ditanam di Jawa dewasa ini ( DR 1, DR 2, DR 38, DRC 13, dan DRC 16), semuanya termasuk Trinitario yang mempunyai ketahanan yang cukup. Sedangkan kakao lindak (Trinitario) yang dianjurkan antara lain adalah ICS 60 x Sca 6; DR 2 x Sca 12; Sca 12 x ICS 60; ICS 60 x Sca 12; DR 1 x Sca 6; DR 1 x Sca 12; dan Sca 6 x ICS 6. (Soemangun, 2000) Untuk penanaman baru dianjurkan menanam hibrida/klon yang toleran misalnya DR 1 x Sca 6; DR 1 x Sca 12; ICS 60 x Sca 6; Sca 12 x ICS 60; Sca 6 x ICS 6; klon DRC 15. (Sulistiowaty, 2006). c. Pemupukan diatas dosis normal Menjaga kesehatan tanaman dengan cara pemberian pupuk yang seimbang harus tetap dilaksanakan. Pada tanaman yang terserang pemberian pupuk terutama Kalium dapat diberikan diatas dosis yakni 1,5 kali dosis normal. Kalium dapat meningkatkan kekerasan sel dan ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit. d. Penanaman Tanaman tahan VSD Pada pengujian ketahanan di Papua Nugini (Prior, 1977) diketahui kultivar-kultivar Trinitario lebih tahan terhadap VSD. Diduga kuat bahwa ketahanan ini bersifat horizontal, dikendalikan oleh banyak gen, sehingga stabil.

15

Klon-klon yang pada pertengahan tahun 1960-an terbukti tahan, sampai sekarang belum tampak mundur ketahanannya (Keane dan Prior, 1992). Pada pengujian di Malaysia, Chan dan Wazir (1976) menyatakan bahwa kultivar-kultivar Upper Amazon dan Trinitario lebih tahan daripada Amelonado dengan hibrida-hibridanya. Hal ini disebabkan Upper Amazon dan Trinitario lebih kuat pertumbuhannya, sehingga mampu membentuk ranting-ranting baru untuk mengganti yang mati karena penyakit. e. Penyemprotan dengan Fungisida dan ZPT kimia Fungisida kimia dan ZPT yaitu berbahan.aktif Azoksistrobin 200 gl dan Difenokonazol 125 g/l. f. Pengendalian hayati Dapat dilakukan dengan menyemprotkan suspensi jamur antagonis Trichoderma sp dan Pseudomonas Florescent (PF) dapat menekan serangan penyakit. (perlu pengujian lapangan lebih lanjut) g. Pembibitan Dianjurkan agar pembibitan dibuat jauh dari kebun yang berpenyakit agar pembibitan menghasilkan bibit yang sehat. Jangan menaruh bibit di bawah pohon kakao yang berpenyakit.

16

III.

KESIMPULAN

Penyakit Vascular Streak Dieback (VSD) disebabkan oleh jamur Oncobasidium theobromae Talbot et Keane. Penyakit tersebut dapat menyerang dan berkembang pada pertanaman kopim dengan kelembaban tinggi atau basah. Pada umumnya spora jamur tersebut menyebar hanya pada malam hari. Ada beberapa cara untuk mengendalikan serangan VSD, diantaranya adalah : a. b. c. d. e. f.
g.

Pangkasan Sanitasi Penanaman klon toleran Pemupukan diatas dosis normal Penanaman Tanaman tahan VSD Penyemprotan dengan Fungisida dan ZPT kimia Pengendalian hayati Pembibitan (jauh dari kebun yang berpenyakit)

17

DAFTAR PUSTAKA Haryono Semangun, 1991.Penyakit penyakit tanaman perkebunan di Indonesia. Gajahmada University Press Siregar, T. H. S. 2008. Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Coklat. Penebar Swadaya. Jakarta. Syahnen, 2010. Makalah Penyakit VSD, BBP2TP Medan Viber. 2008. Syarat Pertumbuhan dan Perkembangbiakan Kakao. http://id.wordpress.com/syarattumbuhkakao. Diakses pada tanggal 17 Nopember 2011.

18

You might also like