Professional Documents
Culture Documents
PENGANTAR SOSIOLOGI
SEMESTER GASAL
2008-2009
OLEH :
SAEFUL ARIF
208000010
1
JAKARTA, 2008
Prakata
2
Daftar isi
Prakata 1
Daftar isi 2
Stratifikasi Sosial 3
Dimensi-dimensi Stratifikasi Sosial 3
Penyimpangan Sosial 6
1. Teori anomi 10
2. Teori Labeling 11
3. Teori Kontrol 11
4. Teori Konflik 12
3
Teori-Teori Individu tentang Penyimpangan 12
Gerakan Sosial 14
Proses dalam melakukan mobilitas sosial 15
Faktor-faktor yang menjadi penghambat mobilitas sosial 17
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial 18
Dampak mobilitas sosial 19
Dampak negatif 19
Dampak positif 20
Stratifikasi Sosial
Definisi
4
Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan
penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan
menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai
berdasarkan kualitas yang dimiliki.
5
Untuk menjelaskan stratifikasi sosial ada tiga dimensi yang dapat
dipergunakan yaitu : privilege, prestise, dan power. Ketiga dimensi ini
dapat dipergunakan sendiri-sendiri, namun juga dapat didigunakan
secara bersama.
6
Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab
sosial saja, namun juga terjadi akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan
dan lain-lain. Perbedaan ras, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin,
usia atau umur, kemampuan, tinggi badan, cakep jelek, dan lain
sebagainya juga membedakan manusia yang satu dengan yang lain.
Stratifikasi Sosial :
Diferensiasi Sosial :
7
Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial
8
keterampilan sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi
dengan bayaran / penghasilan yang tinggi.
Penyimpangan Sosial
Definisi
9
3.Menurut Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.
10
Konsep konformitas definisikan oleh shepard sebagai bentuk interaksi
yang didalamnya seorang berprilaku terhadap orang lain sesuai
dengan harapan kelompok.
Pada umumnya kita cenderung bersifat konformis. Berbagai studi
memperlihatkan bahwa manusia mudah dipengaruhi orang lain. Salah
satu diantaranya ialah studi Muzafer Sherif, yang membuktikan
bahwa dalam situasi kelompok orang cenderugn membentuk norma
social.
11
untuk meraih tujuan budaya dan juga tidak menigkuti cara untuk
meraih tujuan budaya; dan pada pemberontakan orang juga tidak
mengakui struktur sasial yang ada dan berupaya menciptakan
struktur social yang lain.
12
dianggap menyimpang melakukan perilaku menyimpang. Tetapi
perilaku menyimpang bukanlah kondisi yang perlu untuk menjadi
seorang penyimpang. Penyimpang adalah orang-orang yang
mengadopsi peran penyimpang, atau yang disebut penyimpangan
sekunder. Para penyimpang mempelajari peran penyimpang dan pola-
pola perilaku menyimpang sama halnya dengan orang normal yang
mempelajari peran dan norma sosial yang normal. Untuk
mendapatkan pemahaman penuh terhadap penyimpangan diperlukan
pengetahuan tentang proses keterlibatan melakukan perilaku
menyimpang dan peran serta tindakan korbannya.
13
harapan peran pecandu obat seperti juga penjahat menuruti harapan
peran penjahat.
14
psikiatris. Perspektif disorganisasi sosial memberikan pengertian
pemyimpangan sebagai kegagalan fungsi lembaga-lembaga
komunitas lokal. Masing-masing pandangan ini penting bagi tahap
perkembangan teoritis dalam mengkaji penyimpangan.
1. Teori anomi
15
bahwa penyimpangan tidak mendapat hukuman. Tetapi pembelajaran
itu bisa juga termasuk mangadopsi norma-norma dan nilai-nilai yang
menetapkan penyimpangan diinginkan atau dibolehkan dalam
keadaan tertentu. Teori Differential Association oleh Sutherland
adalah teori belajar tentang penyimpangan yang paling terkenal.
Walaupun teori ini dimaksudkan memberikan penjelasan umum
tentang kejahatan, dapat juga diaplikasikan dalam bentuk-bentuk
penyimpangan lainnya. Sebenarnya setiap teori sosiologis tentang
penyimpangan mempunyai asumsi bahwa individu disosialisasikan
untuk menjadi anggota kelompok atau masyarakat secara umum.
Sebagian teori lebih menekankan proses belajar ini daripada teori
lainnya, seperti beberapa teori yang akan dibahas pada Bab
berikutnya.
2. Teori Labeling
16
Perspektif labeling mengetengahkan pendekatan interaksionisme
dengan berkonsentrasi pada konsekuensi interaksi antara
penyimpang dengan agen kontrol sosial. Teori ini memperkirakan
bahwa pelaksanaan kontrol sosial menyebabkan penyimpangan,
sebab pelaksanaan kontrol sosial tersebut mendorong orang masuk
ke dalam peran penyimpang. Ditutupnya peran konvensional bagi
seseorang dengan pemberian stigma dan label, menyebabkan orang
tersebut dapat menjadi penyimpang sekunder, khususnya dalam
mempertahankan diri dari pemberian label. Untuk masuk kembali ke
dalam peran sosial konvensional yang tidak menyimpang adalah
berbahaya dan individu merasa teralienasi. Menurut teori labeling,
pemberian sanksi dan label yang dimaksudkan untuk mengontrol
penyimpangan malah menghasilkan sebaliknya.
3. Teori Kontrol
17
4. Teori Konflik
18
psikoanalisis lebih menekankan keterbelakangan dalam
perkembangan kepribadian, konflik seksual dan alam pikiran bawah
sadar. Tetapi tidak ada metode yang dapat membuktikan perbedaan
yang konsisten antara penyimpang dan non penyimpang berdasarkan
kepribadian bawaan.
1. Bandel atau tidak patuh dan taat perkataan orang tua untuk
perbaikan diri sendiri serta tetap melakukan perbuatan yang tidak
disukai orangtua dan mungkin anggota keluarga lainnya.
19
4. Melakukan tindak kejahatan atau kerusuhan dengan tidak peduli
terhadap peraturan atau norma yang berlaku secara umum dalam
lingkungan bermasyarakat sehingga menimbulkan keresahan.
ketidakamanan, ketidaknyamanan atau bahkan merugikan,
menyakiti, dll.
Tindak Kenakalan
20
bersalah banyak menjadi korban. Contoh : tawuran anak sma 70
dengan anak sma 6, tawuran penduduk berlan dan matraman, dan
sebagainya.
Penyimpangan Budaya
Gerakan Sosial
21
Definisi
22
Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena
lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada
masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata
lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang
menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem
kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk
selamanya ia tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak
mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun ia
memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria
stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak
sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.
23
tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak
dapat dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar hidupnya,
misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti
ketika ia menjadi pegawai rendahan.
2.Perkawinan
24
4.Perubahan tingkah laku
5.Perubahan nama
25
Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas
sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :
Seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit
putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang
berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan
sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap
berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi
presiden Afrika Selatan
2.Agama
3.Diskriminasi Kelas
Contoh: jumlah anggota DPR yag dibatasi hanya 500 orang, sehingga
hanya 500 orang yang mendapat kesempatan untuk menaikan status
sosialnya menjadi anggota DPR.
26
4.Kemiskinan
27
Komunikasi yang bebas
Pembagian kerja
28
Dampak mobilitas sosial
Dampak negatif
Konflik antarkelas
Konflik antargenerasi
29
Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda
di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut
generasi tua.
Penyesuaian kembali
Dampak positif
30
31