You are on page 1of 31

TUGAS AKHIR

PENGANTAR SOSIOLOGI
SEMESTER GASAL
2008-2009

OLEH :

SAEFUL ARIF
208000010

B. STUDI FALSAFAH DAN AGAMA


UNIVERSITAS PARAMADINA

1
JAKARTA, 2008
Prakata

Dimulai dengan membaca nama Allah SWT pencipta alam semesta


yang maha kasih , tak pilih kasih dan yang maha penyayang tak
pandang sayang. Lantunan shalawat beserta salam semoga
tercurahkan kepada junjungan kita pemimpin besar umat Islam,
yang perkasa tak pernah putus asa dan beliaulah pemimpin akhir
jaman nabi muhammad SAW. Yang rela mengorbankan hidup
matinya karena Allah SWT. demi menegakkan panji-panji Islam.

Tersurat dalam lembaran- lembaran ini, kami bermaksud mengulas


beberapa materi sosiologi demi meningkatkan ilmu pengetahuan
kami, karena kami masih merasa masih banyak kekurangan dalam
ilmu pengetahuan. Semoga Allah meridhoi kita semua , serta
menjadikan perbuatan kita di Dunia ini sebagai amal sholeh untuk
akhirat nanti.

Jakarta, 16 Januari 2009

2
Daftar isi

Prakata 1
Daftar isi 2
Stratifikasi Sosial 3
Dimensi-dimensi Stratifikasi Sosial 3

Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial 5

Penyimpangan Sosial 6

Konformitas dan Penyimpangan 7

Penyimpangan dalam Masyarakat 8

Penyimpangan diartikan Sebagai Suatu Proses 9

Teori-Teori Umum tentang Perilaku Menyimpang 9

1. Teori anomi 10

2. Teori Labeling 11

3. Teori Kontrol 11

4. Teori Konflik 12

3
Teori-Teori Individu tentang Penyimpangan 12

Bentuk-bentuk Penyimpangan Individual 12

Bentuk-bentuk Penyimpangan Bersama-Sama / Kolektif 13

Gerakan Sosial 14
Proses dalam melakukan mobilitas sosial 15
Faktor-faktor yang menjadi penghambat mobilitas sosial 17
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial 18
Dampak mobilitas sosial 19
Dampak negatif 19
Dampak positif 20

Stratifikasi Sosial

Definisi

Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang


melihat bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan
status yang dimilikinya. Status yang dimiliki oleh setiap anggota
masyarakat ada yang didapat dengan suatu usaha (achievement
status) dan ada yang didapat tanpa suatu usaha (ascribed status).
Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan
dalam bentuk jamak.

4
Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan
penduduk atau anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara
hierarkis. Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan
menempatkan setiap individu pada kelas sosial yang sesuai
berdasarkan kualitas yang dimiliki.

Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari


proses pertumbuhan masyarakat, juga dapat dibentuk untuk
tercapainya tujuan bersama. Faktor yang menyebabkan stratifikasi
sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia,
sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas tertentu.

Mobilitas sosial merupakan perubahan status individu atau kelompok


dalam stratifikasi sosial. Mobilitas dapat terbagi atas mobilitas vertikal
dan mobilitas horizontal. Mobilitas vertikal juga dapat terbagi dua,
mobilitas vertikal intragenerasi, dan mobilitas antargenerasi.

Berkaitan dengan mobilitas ini maka stratifikasi sosial memiliki dua


sifat, yaitu stratifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup. Pada
stratifikasi terbuka kemungkinan terjadinya mobilitas sosial cukup
besar, sedangkan pada stratifikasi tertutup kemungkinan terjadinya
mobilitas sosial sangat kecil.

Dimensi-dimensi Stratifikasi Sosial

5
Untuk menjelaskan stratifikasi sosial ada tiga dimensi yang dapat
dipergunakan yaitu : privilege, prestise, dan power. Ketiga dimensi ini
dapat dipergunakan sendiri-sendiri, namun juga dapat didigunakan
secara bersama.

Karl Marx menggunakan satu dimensi, yaitu privilege atau ekonomi


untuk membagi masyarakat industri menjadi dua kelas, yaitu kelas
Borjuis dan Proletar. Sedangkan Max Weber, Peter Berger, Jeffries dan
Ransford mempergunakan ketiga dimensi tersebut. Dari penggunaan
ketiga dimensi tersebut Max Weber memperkenalkan konsep : kelas,
kelompok status, dan partai.

Kelas sosial merupakan suatu pembedaan individu atau kelompok


berdasarkan kriteria ekonomi. Untuk mendalami kelas sosial ini
Soerjono Soekanto memberikan 6 kriteria tradisional.

Menurut Horton and Hunt keberadaan kelas sosial dalam masyarakat


berpengaruh terhadap beberapa hal, diantaranya adalah identifikasi
diri dan kesadaran kelas sosial, pola-pola keluarga, dan munculnya
simbol status dalam masyarakat.

Dalam lingkungan masyarakat kita melihat bahwa ada pembeda-


bedaan yang berlaku dan diterima secara luas oleh masyarakat. Di
sekitar kita ada orang yang menempati jabatan tinggi seperti
gubernur dan wali kota dan jabatan rendah seperti camat dan lurah.
Di sekolah ada kepala sekolah dan ada staf sekolah. Di rt atau rw kita
ada orang kaya, orang biasa saja dan ada orang miskin.

6
Perbedaan itu tidak hanya muncul dari sisi jabatan tanggung jawab
sosial saja, namun juga terjadi akibat perbedaan ciri fisik, keyakinan
dan lain-lain. Perbedaan ras, suku, agama, pendidikan, jenis kelamin,
usia atau umur, kemampuan, tinggi badan, cakep jelek, dan lain
sebagainya juga membedakan manusia yang satu dengan yang lain.

Beragamnya orang yang ada di suatu lingkungan akan memunculkan


stratifikasi sosial (pengkelas-kelasan) atau diferensiasi sosial
(pembeda-bedaan).

Stratifikasi Sosial :

Stratifikasi sosial adalah pengkelasan / penggolongan / pembagian


masyarakat secara vertikal atau atas bawah. Contohnya seperti
struktur organisasi perusahaan di mana direktur berada pada strata /
tingkatan yang jauh lebih tinggi daripada struktur mandor atau
supervisor di perusahaan tersebut.

Diferensiasi Sosial :

Diferensiasi sosial adalah pengkelasan / penggolongan / pembagian


masyarakat secara horisontal atau sejajar. Contohnya seperti
pembedaan agama di mana orang yang beragama islam
tingkatannya sama dengan pemeluk agama lain seperti agama
konghucu, budha, hindu, katolik dan kristen protestan.

7
Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial

1. Stratifikasi Sosial Tertutup

Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota


masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan
sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India


dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat
biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani
miskin bisa menjadi keturunan ningrat / bangsawan darah biru.

2. Stratifikasi Sosial Terbuka

Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap


anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata /
tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain.

Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan


dan sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa
merubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi
karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih
baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak

8
keterampilan sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi
dengan bayaran / penghasilan yang tinggi.

Penyimpangan Sosial

Definisi

Penyimpangan sosial dapat didefinisikan dari berbagai segi, banyak


para pakar sosoiologi mengartikannya sebagai berikut:

1. Menurut Robert M. Z. Lawang penyimpangan perilaku adalah


semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam
sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang
berwenang dalam sitem itu untuk memperbaiki perilaku
menyimpang.

2. Menurut James W. Van Der Zanden perilaku menyimpang yaitu


perilaku yang bagi sebagian orang dianggap sebagai sesuatu yang
tercela dan di luar batas toleransi.

9
3.Menurut Lemert penyimpangan dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder.

Penyimpangan primer adalah suatu bentuk perilaku menyimpang


yang bersifat sementara dan tidak dilakukan terus-menerus sehingga
masih dapat ditolerir masyarakat seperti melanggar rambu lalu lintas,
buang sampah sembarangan, dll.

Sedangkan penyimpangan sekunder yakni perilaku menyimpang yang


tidak mendapat toleransi dari masyarakat dan umumnya dilakukan
berulang kali seperti merampok, menjambret, memakai narkoba,
menjadi pelacur, dan lain-lain.

Dasar pengakategorian penyimpangan didasari oleh perbedaan


perilaku, kondisi dan orang. Penyimpangan dapat didefinisikan secara
statistik, absolut, reaktifis atau normatif. Perbedaan yang menonjol
dari keempat sudut pandang pendefinisian itu adalah pendefinisian
oleh para reaktifis atau normatif yang membedakannya dari kedua
sudut pandang lainnya. Penyimpangan secara normatif didefinisikan
sebagai penyimpangan terhadap norma, di mana penyimpangan itu
adalah terlarang atau terlarang bila diketahui dan mendapat sanksi.
Jumlah dan macam penyimpangan dalam masyarakat adalah relatif
tergantung dari besarnya perbedaan sosial yang ada di masyarakat.

Konformitas dan Penyimpangan

10
Konsep konformitas definisikan oleh shepard sebagai bentuk interaksi
yang didalamnya seorang berprilaku terhadap orang lain sesuai
dengan harapan kelompok.
Pada umumnya kita cenderung bersifat konformis. Berbagai studi
memperlihatkan bahwa manusia mudah dipengaruhi orang lain. Salah
satu diantaranya ialah studi Muzafer Sherif, yang membuktikan
bahwa dalam situasi kelompok orang cenderugn membentuk norma
social.

Vander zenden mendefinisikan penyimpangan sebagai prilaku yang


oleh yang oleh sejumlah besar masyarakat dianggap sebagai hal
tercela dan di luar batas toleransi. Dalam tiap masyarakat kita selalu
menjumpai adanya anggota yang menyimpang. Disamping
penyimpangan-penyimpangan kita juga menjumpai institusi
menyimpang. Menurut para ahli sosialogi penyimpangan bukanlah
sesuatu yang melekat pada perilaku tertentu, melainkan diberi cirri
penyimpangan melalui definisi social.

Dalam sosiologi dikenal bebagai teori sosiologi untuk menjelaskan


mengapa penyimpangan tejadi. Menurut teori differential association
(Sutherland) penyimpangan bersumber pada pergaulan yang berbeda
dan dipelajari menurut proses alih budaya. Menurut teori labeling
(lemert) seseoran menjadi menyimpang karena proses pemberian
julukan, cap, etiket, merek, oleh masyarakat kepadanya.

Merton mengidentifikasi lima tipe cara individu terhadap situasi


tertentu; empat diantara prilaku tersebut adalah prilaku menyimpang.
Pada konformitas prilaku mengikuti tujuan yang ditentukan
masyarakat, dan mengikuti cara yang ditentukan masyarakat untuk
mencapai tujuan tersebut; pada inovasi prilaku mengikuti tujuan yang
ditentukan masyarakat tetapi dengan jalan yang tidak ditentukan
masyarakat; pada retreatisme prilaku seseorang tidak mengikuti cara

11
untuk meraih tujuan budaya dan juga tidak menigkuti cara untuk
meraih tujuan budaya; dan pada pemberontakan orang juga tidak
mengakui struktur sasial yang ada dan berupaya menciptakan
struktur social yang lain.

Menurut teori fungsi Durkheim kejahatan perlu bagi masyarakat,


Karena dengan adanya kejahatan maka moralitas dan hokum dapat
berkembang secara normal. Teori konflik Marx, dipihak lain,
berpandangan bahwa apa yang merupakn prilaku menyimpang
didefinisikan oleh kelompok berkuasa dalam masyarakat untuk
melindungi kepentingan mereka sendiri, dan bahwa hukum
merupakan pencerminan kepentingan kelas yang berkuasa.

Para ahli sosiologi membedakan berbagai tipe kejahatan. Kejahatan


tanpa korban merupakan kejahatan yang tidak mengakibatkan
penderitaan pada korban. Kejahatan terorganisasi ialah komplotan
yang berkesinambungan untuk memperoleh uang atau kekuasaan
dengan jalan menghindari hukum melalui penyebaran rasa takut atau
melalui korupsi. Kejahatan kerah putih mengacu pada kejahatan yang
dilakukan oleh orang terpandang atau orang berstatus tinggi dalam
rangka pekerjaannya. Tindak pidana korporasi merupakan jenis
kejahatan yang dilakukan atas nama organisasi formal dengan tujuan
menaikan atau menekan kerugian.

Penyimpangan dalam Masyarakat

Penyimpangan adalah relatif terhadap norma suatu kelompok atau


masyarakat. Karena norma berubah maka penyimpangan berubah.
Adalah sulit untuk menentukan suatu penyimpangan karena tidak
semua orang menganut norma yang sama sehingga ada perbedaan
mengenai apa yang menyimpang dan tidak menyimpang. Orang yang

12
dianggap menyimpang melakukan perilaku menyimpang. Tetapi
perilaku menyimpang bukanlah kondisi yang perlu untuk menjadi
seorang penyimpang. Penyimpang adalah orang-orang yang
mengadopsi peran penyimpang, atau yang disebut penyimpangan
sekunder. Para penyimpang mempelajari peran penyimpang dan pola-
pola perilaku menyimpang sama halnya dengan orang normal yang
mempelajari peran dan norma sosial yang normal. Untuk
mendapatkan pemahaman penuh terhadap penyimpangan diperlukan
pengetahuan tentang proses keterlibatan melakukan perilaku
menyimpang dan peran serta tindakan korbannya.

Penyimpangan diartikan Sebagai Suatu Proses

Perilaku menyimpang adalah perilaku manusia dan dapat dimengerti


hanya dengan kerangka kerja perilaku dan pikiran manusia lainnnya.
Seseorang menjadi penyimpang sama halnya dengan seseorang
menjadi apa saja, yaitu dengan proses belajar norma dan nilai suatu
kelompok dan penampilan peran sosial. Ada nilai normal dan ada nilai
menyimpang. Perbedaannya adalah isi nilai, norma dan peran.
Melihat penyimpangan dalam konteks norma sosial membuat kita
dapat melihat dan mengintepretasikan arti penyimpangan bagi
penyimpang dan orang lain. Peran penyimpang adalah peran yang
kuat karena cenderung menutupi peran lain yang dimainkan
seseorang. Lebih jauh lagi, peran menyimpang menuruti harapan
perilaku tertentu dalam situasi tertentu. Pecandu obat menuruti

13
harapan peran pecandu obat seperti juga penjahat menuruti harapan
peran penjahat.

Penyimpangan biasanya dilihat dari perspektif orang yang bukan


penyimpang. Pengertian yang penuh terhadap penyimpangan
membutuhkan pengertian tentang penyimpangan bagi penyimpang.
Studi observasi dapat memberikan pengertian langsung yang tidak
dapat diberikan metode lainnya. Untuk menghargai penyimpangan
adalah dengan cara memahami, bukan menyetujui apa yang
dipahami oleh penyimpang. Cara-cara para penyimpang menghadapi
penolakan atau stigma dari orang non penyimpang disebut dengan
teknik pengaturan. Tidak satu teknik pun yang menjamin bahwa
penyimpang dapat hidup di dunia yang menolaknya, dan tidak semua
teknik digunakan oleh setiap penyimpang. Teknik-teknik yang
digunakan oleh penyimpang adalah kerahasiaan, manipulasi aspek
lingkungan fisik, rasionalisasi, partisipasi dalam subkebudayaan
menyimpang dan berubah menjadi tidak menyimpang.

Teori-Teori Umum tentang Perilaku Menyimpang

Teori-teori umum tentang penyimpangan berusaha menjelaskan


semua contoh penyimpangan sebanyak mungkin dalam bentuk
apapun (misalnya kejahatan, gangguan mental, bunuh diri dan lain-
lain). Berdasarkan perspektifnya penyimpangan ini dapat digolongkan
dalam dua teori utama. Perpektif patologi sosial menyamakan
masyarakat dengan suatu organisme biologis dan penyimpangan
diAsamakan dengan kesakitan atau patologi dalam organisme itu,
berlawanan dengan model pemikiran medis dari para psikolog dan

14
psikiatris. Perspektif disorganisasi sosial memberikan pengertian
pemyimpangan sebagai kegagalan fungsi lembaga-lembaga
komunitas lokal. Masing-masing pandangan ini penting bagi tahap
perkembangan teoritis dalam mengkaji penyimpangan.

Adapun teori-teori umum yang dipelajari dalam ilmu sosiologi adalah


sebagai berikut:

1. Teori anomi

Teori anomi yaitu teori struktural tentang penyimpangan yang paling


penting selama lebih dari lima puluh tahun. Teori anomi
menempatkan ketidakseimbangan nilai dan norma dalam masyarakat
sebagai penyebab penyimpangan, di mana tujuan-tujuan budaya
lebih ditekankan dari pada cara-cara yang tersedia untuk mencapai
tujuan-tujuan budaya itu. Individu dan kelompok dalam masyarakat
seperti itu harus menyesuaikan diri dan beberapa bentuk
penyesuaian diri itu bisa jadi sebuah penyimpangan. Sebagian besar
orang menganut norma-norma masyarakat dalam waktu yang lama,
sementara orang atau kelompok lainnya melakukan penyimpangan.
Kelompok yang mengalami lebih banyak ketegangan karena
ketidakseimbangan ini (misalnya orang-orang kelas bawah) lebih
cenderung mengadaptasi penyimpangan daripada kelompok lainnya.

Teori sosiologi atau teori belajar memandang penyimpangan muncul


dari konflik normatif di mana individu dan kelompok belajar norma-
norma yang membolehkan penyimpangan dalam keadaan tertentu.
Pembelajaran itu mungkin tidak kentara, misalnya saat orang belajar

15
bahwa penyimpangan tidak mendapat hukuman. Tetapi pembelajaran
itu bisa juga termasuk mangadopsi norma-norma dan nilai-nilai yang
menetapkan penyimpangan diinginkan atau dibolehkan dalam
keadaan tertentu. Teori Differential Association oleh Sutherland
adalah teori belajar tentang penyimpangan yang paling terkenal.
Walaupun teori ini dimaksudkan memberikan penjelasan umum
tentang kejahatan, dapat juga diaplikasikan dalam bentuk-bentuk
penyimpangan lainnya. Sebenarnya setiap teori sosiologis tentang
penyimpangan mempunyai asumsi bahwa individu disosialisasikan
untuk menjadi anggota kelompok atau masyarakat secara umum.
Sebagian teori lebih menekankan proses belajar ini daripada teori
lainnya, seperti beberapa teori yang akan dibahas pada Bab
berikutnya.

2. Teori Labeling

Teori-teori umum tentang penyimpangan mencoba menjelaskan


semua bentuk penyimpangan. Tetapi teori-teori terbatas lebih
mempunyai lingkup penjelasan yang terbatas. Beberapa teori
terbatas adalah untuk jenis penyimpangan tertentu saja, atau untuk
bentuk substantif penyimpangan tertentu (seperti alkoholisme dan
bunuh diri), atau dibatasi untuk menjelaskan tindakan menyimpang
bukan perilaku menyimpang. Dalam bab ini perpektif-perpektif
labeling, kontrol dan konflik adalah contoh-contoh teori-teori terbatas
yang didiskusikan.

16
Perspektif labeling mengetengahkan pendekatan interaksionisme
dengan berkonsentrasi pada konsekuensi interaksi antara
penyimpang dengan agen kontrol sosial. Teori ini memperkirakan
bahwa pelaksanaan kontrol sosial menyebabkan penyimpangan,
sebab pelaksanaan kontrol sosial tersebut mendorong orang masuk
ke dalam peran penyimpang. Ditutupnya peran konvensional bagi
seseorang dengan pemberian stigma dan label, menyebabkan orang
tersebut dapat menjadi penyimpang sekunder, khususnya dalam
mempertahankan diri dari pemberian label. Untuk masuk kembali ke
dalam peran sosial konvensional yang tidak menyimpang adalah
berbahaya dan individu merasa teralienasi. Menurut teori labeling,
pemberian sanksi dan label yang dimaksudkan untuk mengontrol
penyimpangan malah menghasilkan sebaliknya.

3. Teori Kontrol

Perspektif kontrol adalah perspektif yang terbatas untuk penjelasan


delinkuensi dan kejahatan. Teori ini meletakkan penyebab kejahatan
pada lemahnya ikatan individu atau ikatan sosial dengan masyarakat,
atau macetnya integrasi sosial. Kelompk-kelompok yang lemah ikatan
sosialnya (misalnya kelas bawah) cenderung melanggar hukum
karena merasa sedikit terikat dengan peraturan konvensional. Jika
seseorang merasa dekat dengan kelompok konvensional, sedikit
sekali kecenderungan menyimpang dari aturan-aturan kelompoknya.
Tapi jika ada jarak sosial sebagai hasil dari putusnya ikatan,
seseorang merasa lebih bebas untuk menyimpang.

17
4. Teori Konflik

Teori konflik adalah pendekatan terhadap penyimpangan yang paling


banyak diaplikasikan kepada kejahatan, walaupun banyak juga
digunakan dalam bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Ia adalah
teori penjelasan norma, peraturan dan hukum daripada penjelasan
perilaku yang dianggap melanggar peraturan. Peraturan datang dari
individu dan kelompok yang mempunyai kekuasaan yang
mempengaruhi dan memotong kebijakan publik melalui hukum.
Kelompok-kelompok elit menggunakan pengaruhnya terhadap isi
hukum dan proses pelaksanaan sistem peradilan pidana. Norma sosial
lainnya mengikuti pola berikut ini. Beberapa kelompok yang sangat
berkuasa membuat norma mereka menjadi dominan, misalnya norma
yang menganjurkan hubungan heteroseksual, tidak kecanduan
minuman keras, menghindari bunuh diri karena alasan moral dan
agama.

Teori-Teori Individu tentang Penyimpangan

Pendekatan individu tentang penyimpangan mengkaitkan proses


menjadi penyimpang dengan sesuatu yang ada dalam diri manusia,
psikologi atau biologi. Teori individual sama dengan model pandangan
medis yang mengkaitkan penyimpangan dengan kesakitan (illness),
yang membutuhkan perawatan dan penyembuhan. Pandangan
psikiatri dan psikoanalisis adalah sama dalam hal mencari akar
penyimpangan pada pengalaman masa kecil, tetapi pandangan

18
psikoanalisis lebih menekankan keterbelakangan dalam
perkembangan kepribadian, konflik seksual dan alam pikiran bawah
sadar. Tetapi tidak ada metode yang dapat membuktikan perbedaan
yang konsisten antara penyimpang dan non penyimpang berdasarkan
kepribadian bawaan.

Bentuk-bentuk Penyimpangan Individual

Penyimpangan individual atau personal adalah suatu perilaku pada


seseorang dengan melakukan pelanggaran terhadap suatu norma
pada kebudayaan yang telah mapan akibat sikap perilaku yang jahat
atau terjadinya gangguan jiwa pada seseorang.

Tingkatan bentuk penyimpangan seseorang pada norma yang berlaku


:

1. Bandel atau tidak patuh dan taat perkataan orang tua untuk
perbaikan diri sendiri serta tetap melakukan perbuatan yang tidak
disukai orangtua dan mungkin anggota keluarga lainnya.

2. Tidak mengindahkan perkataan orang-orang disekitarnya yang


memiliki wewenang seperti guru, kepala sekolah, ketua rt rw,
pemuka agama, pemuka adat, dan lain sebagainya.

3. Melakukan pelanggaran terhadap norma yang berlaku di


lingkungannya.

19
4. Melakukan tindak kejahatan atau kerusuhan dengan tidak peduli
terhadap peraturan atau norma yang berlaku secara umum dalam
lingkungan bermasyarakat sehingga menimbulkan keresahan.
ketidakamanan, ketidaknyamanan atau bahkan merugikan,
menyakiti, dll.

Bentuk-bentuk Penyimpangan Bersama-Sama / Kolektif

Tindak Kenakalan

Suatu kelompok yang didonimasi oleh orang-orang yang nakal


umumnya suka melakukan sesuatu hal yang dianggap berani dan
keren walaupun bagi masyarakat umum tindakan trsebut adalah
bodoh, tidak berguna dan mengganggu. Contoh penyimpangan
kenakalan bersama yaitu seperti aksi kebut-kebutan di jalan,
mendirikan genk yang suka onar, mengoda dan mengganggu cewek
yang melintas, corat-coret tembok orang dan lain sebagainya.

Tawuran / Perkelahian Antar Kelompok

Pertemuan antara dua atau lebih kelompok yang sama-sama nakal


atau kurang berpendidikan mampu menimbulkan perkelahian di
antara mereka di tempat umum sehingga orang lain yang tidak

20
bersalah banyak menjadi korban. Contoh : tawuran anak sma 70
dengan anak sma 6, tawuran penduduk berlan dan matraman, dan
sebagainya.

Tindak Kejahatan Berkelompok / Komplotan

Kelompok jenis ini suka melakukan tindak kejahatan baik secara


sembunyi-sembunyi maupun secara terbuka. Jenis penyimpangan ini
bisa bertindak sadis dalam melakukan tindak kejahatannya dengan
tidak segan melukai hingga membunuh korbannya. Contoh :
Perampok, perompak, bajing loncat, penjajah, grup koruptor, sindikat
curanmor dan lain-lain.

Penyimpangan Budaya

Penyimpangan kebudayaan adalah suatu bentuk ketidakmampuan


seseorang menyerap budaya yang berlaku sehingga bertentangan
dengan budaya yang ada di masyarakat. Contoh : merayakan hari-
hari besar negara lain di lingkungan tempat tinggal sekitar sendirian,
syarat mas kawin yang tinggi, membuat batas atau hijab antara laki-
laki dengan wanita pada acara resepsi pernikahan, dsb.

Gerakan Sosial

21
Definisi

Gerakan sosial (Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran,


peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya.
Misalnya, seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu
departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan
berhasil dengan gemilang. Contoh lain, seorang anak pengusaha ingin
mengikuti jejak ayahnya yang berhasil. Ia melakukan investasi di
suatu bidang yang berbeda dengan ayahnya. namun, ia gagal dan
jatuh miskin. Proses keberhasilan ataupun kegagalan setiap orang
dalam melakukan gerak sosial seperti inilah yang disebut mobilitas
sosial (social mobility)

Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak


perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak
pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya. Sementara
menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial
adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu
yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial. Struktur sosial
mencakup sifat hubungan antara individu dalam kelompok dan
hubungan antara individu dengan kelompoknya.

Dalam dunia modern, banyak orang berupaya melakukan mobilitas


sosial. Mereka yakin bahwa hal tersebut akan membuat orang
menjadi lebih bahagia dan memungkinkan mereka melakukan jenis
pekerjaan yang peling cocok bagi diri mereka. Bila tingkat mobilitas
sosial tinggi, meskipun latar belakang sosial berbeda. Mereka tetap
dapat merasa mempunyai hak yang sama dalam mencapai
kedudukan sosial yang lebih tinggi. Bila tingkat mobilitas sosial
rendah, tentu saja kebanyakan orang akan terkukung dalam status
nenek moyang mereka. Mereka hidup dalam kelas sosial tertutup.

22
Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena
lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada
masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata
lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang
menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem
kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk
selamanya ia tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak
mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun ia
memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria
stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak
sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi.

Proses dalam melakukan mobilitas sosial

Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke


atas adalah sebagai beriku.

1.Perubahan standar hidup

Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis,


melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi.
Ini akan mempengaruhi peningkatan status.

Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan


prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Menejer, sehingga

23
tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak
dapat dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar hidupnya,
misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti
ketika ia menjadi pegawai rendahan.

2.Perkawinan

Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan


melalui perkawinan.

Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat


sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan
terpandang di masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status
si wanita tersebut.

3.Perubahan tempat tinggal

Untuk meningkatkan status sosial, seseorang dapat berpindah tempat


tinggal dari tempat tinggal yang lama ke tempat tinggal yang baru.
Atau dengan cara merekonstruksi tempat tinggalnya yang lama
menjadi lebih megah, indah, dan mewah. Secara otomatis, seseorang
yang memiliki tempat tinggal mewah akan disebut sebagai orang
kaya oleh masyarakat, hal ini menunjukkan terjadinya gerak sosial ke
atas.

24
4.Perubahan tingkah laku

Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha


menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk
tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai
kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan,
minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri
dengan kelas yang diinginkannya.

Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai


orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian
yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara
dengan menyelipkan istilah-istilah asing.

5.Perubahan nama

Dalam suatu masyarakat, sebuah nama diidentifikasikan pada posisi


sosial tertentu. Gerak ke atas dapat dilaksanakan dengan mengubah
nama yang menunjukkan posisi sosial yang lebih tinggi.

Contoh: Di kalangan masyarakat feodal Jawa, seseorang yang


memiliki status sebagai orang kebanyakan mendapat sebutan "kang"
di depan nama aslinya. Setelah diangkat sebagai pengawas pamong
praja sebutan dan namanya berubah sesau dengan kedudukannya
yang baru seperti "Raden"

Faktor-faktor yang menjadi penghambat mobilitas sosial

25
Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas
sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :

1.Perbedaan kelas rasial

Seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit
putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang
berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan
sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apharteid dan dianggap
berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi
presiden Afrika Selatan

2.Agama

3.Diskriminasi Kelas

Dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal


ini terbukti dengan adanya pembatasan suatu organisasi tertentu
dengan berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang
yang mampu mendapatkannya.

Contoh: jumlah anggota DPR yag dibatasi hanya 500 orang, sehingga
hanya 500 orang yang mendapat kesempatan untuk menaikan status
sosialnya menjadi anggota DPR.

26
4.Kemiskinan

Kemiskinan dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk


berkembang dan mencapai suatu sosial tertentu.

Contoh: "A" memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya karena


kedua orangtuanya tidak bisa membiayai, sehingga ia tidak memiliki
kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya.

5.Perbedaan jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin dalam masyarakat juga berpengaruh


terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-
kesenmpatan untuk meningkatkan status sosialya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas sosial

Perubahan kondisi sosial

Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena


adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya,
kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke
atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.

Ekspansi teritorial dan gerak populasi

Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat


membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial.
Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan
berkurangnya penduduk.

27
Komunikasi yang bebas

Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka


ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam
pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan
mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan
komunikasi yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas
garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus
menerobos rintangan yang menghadang.

Pembagian kerja

Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh


tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi
dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan
menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain
karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus.
Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat
berusaha agar dapat menempati status tersebut.

Tingkat Fertilitas (Kelahiran) yang Berbeda

Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan


rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak
lain, masyarakat kelas sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi
tingkat reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu, orang-orang
dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah mempunyai
kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki kualitas
keturunan. Dalam situasi itu, mobilitas sosial dapat terjadi.

28
Dampak mobilitas sosial

Dampak negatif

Konflik antarkelas

Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-


ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok
dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas sosial. Apabila terjadi
perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di
masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik
antarkelas.

Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah,


menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.

Konflik antarkelompok sosial

Di dalam masyatakat terdapat pula kelompok sosial yang beraneka


ragam. Di antaranya kelompok sosial berdasarkan ideologi, profesi,
agama, suku, dan ras. Bila salah satu kelompok berusaha untuk
menguasai kelompok lain atau terjadi pemaksaan, maka timbul
konflik.

Contoh: tawuran pelajar, perang antarkampung.

Konflik antargenerasi

Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang


mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin
mengadakan perubahan.

29
Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda
di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut
generasi tua.

Penyesuaian kembali

Setiap konflik pada dasarnya ingin menguasai atau mengalahkan


lawan. Bagi pihak-pihak yang berkonflik bila menyadari bahwa konflik
itu lebih banyak merugikan kelompoknya, maka akan timbul
penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi atau
rasa penyesuaian kembali yang didasari oleh adanya rasa toleransi
atau rasa saling menghargai. Penyesuaian semacam ini disebut
Akomodasi.

Dampak positif

Orang-orang akan berusaha untuk berprestasi atau berusaha untuk


maju karena adanya kesempatan untuk pindah strata. Kesempatan ini
mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja keras agar dapat
naik ke strata atas.

Contoh: Seorang anak miskin berusaha belajar dengan giat agar


mendapatkan kekayaan dimasa depan.

Mobilitas sosial akan lebih mempercepat tingkat perubahan sosial


masyarakat ke arah yang lebih baik.

Contoh: Indonesia yang sedang mengalami perubahan dari


masyarakat agraris ke masyarakat industri. Perubahan ini akan lebih
cepat terjadi jika didukung oleh sumber daya yang memiliki kualitas.
Kondisi ini perlu didukung dengan peningkatan dalam bidang
pendidikan.

30
31

You might also like