Professional Documents
Culture Documents
Teknik Elektro
Universitas Brawijaya
Pada algoritma ini setiap proses yang ada di ready queue akan dieksekusi berdasarkan burst
time terkecil. Hal ini mengakibatkan waiting time yang pendek untuk setiap proses dan karena hal
tersebut maka waiting time rata-ratanya juga menjadi pendek, sehingga dapat dikatakan bahwa
algoritma ini adalah algoritma yang optimal.
Contoh 1:
Process Arrival Time Burst Time
P1 0.0 7
P2 2.0 4
P3 4.0 1
P4 5.0 4
Contoh: Ada 4 buah proses yang datang berurutan yaitu P1 dengan arrival time pada 0.0 ms
dan burst time 7 ms, P2 dengan arrival time pada 2.0 ms dan burst time 4 ms, P3 dengan arrival
time pada 4.0 ms dan burst time 1 ms, P4 dengan arrival time pada 5.0 ms dan burst time 4 ms.
Hitunglah waiting time rata-rata dan turnaround time dari keempat proses tersebut dengan
mengunakan algoritma SJF.
Average waiting time rata-rata untuk ketiga proses tersebut adalah sebesar (0 +6+3+7)/4=4 ms.
Average waiting time rata-rata untuk ketiga porses tersebut adalah sebesar (9+1+0+2)/4=3 ms.
Contoh 2 :
Tampak di sini bahwa SJF ini menyebabkan rata-rata lama tanggap semua proses itu menjadi 11.2
satuan waktu. Rata-rata ini akan lebih singkat jika dibandingkan dengan rata-rata lama tanggap untuk
penjadwalan FIFO.
Contoh 3:
Dari tabel di atas terlihat bahwa proses job A dimulai eksekusi pada angka 0 dan selesai eksekusi pada
angka 1. Job B tiba pada antrian proses pada angka 2 dengan lama eksekusi pada 3. Job B ini akan dieksekusi
pada angka 2, tetap bukan pada angka 1, yaitu waktu selesainya job A, karena pada angka 1, yaitu selesainya job
A, job B belum tiba pada antrian proses. Ini berarti prosesor harus menunggu sampai job-job tiba pada antrian
proses. Begitu juga pada proses job D (kasus sama dengan job B).