You are on page 1of 26

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Fluor albus (leukorea, keputihan) merupakan gejala keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Keputihan (fluor albus) ada yang fisiologik (normal) dan ada yang patologik (tidak normal). Keputihan ti dak merupakan penyakit melainkan salah satu tanda dan gejala dari suatu penyakit organ reproduksi wanita (Ramayanti, 2004). Fluor albus dapat dibedakan yang fis iologik dan patologik. Lebih dari sepertiga pasien yang berobat mengeluh adanya fluor albus dan lebih dari 80% diantaranya adalah yang patologis (Aulia, 2001). Fluor albus yang patologis diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian bawah atau pada daerah yang lebih proksimal, yang bisa disebabkan oleh infeksi Gonoko kus, Trikomonas, Klamidia, Treponema, Kandida, Human papiloma virus, dan herpes genitalis (Koneman, 1992). Penularannya dapat terjadi melalui hubungan seksual ( Hutabarat, 1999). Fluor albus juga dapat disebabkan oleh neoplasma/keganasan, be nda asing, menopause, dan erosi. Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menars, saat ovulasi, karena rangsang seksual, kehamilan, mood/ stress, penggunaan kontrasepsi hormonal, pembilasan vagina yang rutin (Aulia, 20 01). Penelitian secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang wanit a mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal tingkat pendidikan, ekonomi dan sosial budaya, meskipun kasus ini lebih banyak dijumpai pada wanita dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah. F luor albus juga sering merupakan komplikasi yang dikeluhkan oleh penderita DM da n pemakai kortikosteroid atau antibiotik dalam waktu lama. Masalah fluor albus i ni bagi wanita terasa sangat mengganggu baik dalam kehidupan sehari-hari maupun hubungan dengan para suami. Rasa tidak nyaman, ketidaktentraman bekerja, rasa re ndah diri, cemas akan kemungkinan kanker, publikasi atau crita tetangga atau tem an dari kantor tetantang akibat adanya fluor 1

albus ini menyebabkan sebagian kecil wanita meminta pertolongan pada seorang dok ter tetapi sebagian lagi berusaha mencari kesembuhan dengan pengobatan tradision al seperti dibasuh dengan air sirih dan minum ramuan jamu. Etiologi fluor albus sampai sekarang masih sangat bervariasi sehingga disebut multifaktorial. Faktorfaktor tersebut mengharuskan seorang dokter meningkatkan ketajaman dalam pemerik saan pasien, analisis penyebab serta memberikan terapi atau tindakan yang sesuai . Fluor albus dapat dijumpai pada wanita dengan diagnosa vulvitis, vagitis, serv isitis, endometritis, dan adneksitis. Mikroorganisme patologis dapat memasuki tr aktus genitalia wanita dengan berbagai cara, misalnya seperti senggama, trauma a tau perlukaan pada vagina dan serviks, benda asing, alat-alat pemeriksaan yang t idak steril, pada saat persalinan dan abortus (Candran, 2002). 1.2 Batasan Masal ah Referat ini membahas tentang definisi, etiologi, fisiologi, epidemiologi, pat ogenesis, patofisiologi, manifestasi klinis dan penatalaksanaan penyakit fluor a lbus. 1.3 1. 2. 3. Tujuan Penulisan Memahami definisi, etiologi, patogenesis, ma nifestasi klinis, diagnosis, penatalaksanaan dan prognosis penyakit fluor albus. Meningkatkan kemampuan dalam penulisan ilmiah di bidang kedokteran. Memenuhi sa lah satu persayaratan kelulusan Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Kuli t dan kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Islam Malang RSUD Kanjuruhan Kepan jen Malang. 1.4 Metode Penulisan Referat ini menggunakan metode tinjauan kepusta kaan dengan mengacu kepada beberapa literatur. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Fluor albus (white discharge, leukorea, kep utihan) adalah bukanlah suatu penyakit melainkan gejala berupa cairan yang dikel uarkan dari alat-alat genital yang berlebihan dan bukan merupakan darah. Dalam k ondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang kelua r, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelen jar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Vagina merupakan organ berbentuk yang panjan gnya berkisar 8-10 cm, berdinding tipis dan elastis yang ditutupi epitel gepeng berlapis pada permukaan dalamnya. Lapisan epitel vagina tidak mempunyai kelenjar dan folikel rambut, dinding depan dan dinding belakang saling bersentuhan. Pada wanita, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk membe rsihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi. Dalam kondis i normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuni ngan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, ti dak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina meliputi Corine bacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncuc, Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam memberikan fungsi perlindungan yang d ihasilkan oleh Lactobacillus Doderlin. Fluor albus merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita ginekologik. Dapat dibedakan antara fluor albus y ang fisiologik dan yang patologik. Fluor albus fisiologik terdiri atas cairan ya ng kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang sedang pada fluor albus patologik terdapat banyak leukosit. Penyebab pal ing penting dari fluor albus patologik ialah infeksi. Disini cairan mengandung b anyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebi h kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyeba bkan fluor albus patologik, pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. F luor albus juga ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila 3

tumor tersebut sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital . 2.2 Epidemiologi Sekret vagina sering tampak sebagai suatu gejala genital. Pro porsi perempuan yang mengalami fluor albus bervariasi antara 1 -15 % dan hampir seluruhnya memiliki aktifitas seksual yang aktif, tetapi jika merupakan suatu ge jala penyakit dapat terjadi pada semua umur. Seringkali fluor albus merupakan in dikasi suatu vaginitis, lebih jarang merupakan indikasi dari servisitis tetapi k adang keduaduanya muncul bersamaan. Infeksi yang sering menyebabkan vaginitis ad alah Trikomoniasis, Vaginosis bacterial, dan Kandidiasis. Sering penyebab noninf eksi dari vaginitis meliputi atrofi vagina, alergi atau iritasi bahan kimia. Ser visitis sendiri disebabkan oleh Gonore dan Klamidia. Prevalensi dan penyebab vag initis masih belum pasti karena sering didiagnosis dan diobati sendiri. Selain i tu vaginitis seringkali asimptomatis dan dapat disebabkan lebih dari satu penyeb ab. 2.3 Etiologi Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding late ral dan anterior vagina. Fluor albus fisiologik ditemukan pada : a) Bayi baru la hir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin. b) Janin saat menarche karena mulai t erdapat pengaruh estrogen. Fluor albus disini hilang sendiri akan tetapi dapat m enimbulkan keresahan pada orang tuanya. c) Wanita dewasa apabila dirangsang sebe lum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding v agina. d) Ovulasi, dengan sekret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi le bih encer. e) Kehamilan f) Stres, kelelahan g) Pemakaian Kontrasepsi Hormonal h) Pengeluaran sekret dari kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita 4

dengan penyakit menahun, dan pada wanita dengan ektropion porsionis uteri. Sedan gkan fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh: 1. Infeksi a. Bakteri : 1 . Gonococcus Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi ini yang lebih dikenal dengan nama gonorrhea ini berwarna kekuningan yang sebetulnya merupakan nanah ya ng terdiri dari sel darah putih yang mengandung Neisseria gonorrhea berbentuk pa sangan dua-dua seperti biji kopi pada sitoplasma sel. Gambaran tersebut dapat te rlihat pada pemeriksaan Pap Smear, tetapi biasanya bakteri ini diketahui pada pe meriksaan sedian apus dengan pewarnaan Gram. Bakteri ini mudah mati bila terkena sabun, alkohol, deterjen, dan sinar matahari. Cara penularan penyakit ini adala h dengan senggama. 2. Chlamidia trachomatis Bakteri ini sering menyebabkan penya kit mata yang dikenal dengan penyakit traukoma. Bakteri ini juga dapat ditemukan pada cairan vagina dan terlihat melalui mikroskop setelah diwarnai dengan pewar naan Giemsa. Bakteri ini membentuk suatu badan inklusi yang berada dalam sitopla sma sel-sel vagina. Pada pemeriksaan Pap Smear sukar ditemukan adanya perubahan sel akibat infeksi clamidia ini karena siklus hidupnya tidak mudah dilacak. 3. G ardanerrella vaginalis Gardanerrella menyebabkan peradangan vagina yang tidak sp esifik dan kadang dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme normal dalam vagin a karena seringnya ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh sel epitel vagi na dengan membentuk bentukan khas dan disebut clue cell. Gardanerrella menghasil kan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin yang menimbulkan 5

bau amis seperti ikan. Cairan vagina tampak berwarna keabu-abuan. 4. Treponema P allidum Bakteri ini merupakan penyebab penyakit sifillis. Pada perkembangan peny akit dapat terlihat sebagai kutil-kutil kecil di vulva dan vagina yang disebut k ondiloma lata. Bakteri berbentuk spiral dan tampak bergerak aktif pada pemeriksa an mikroskopis lapangan gelap. b. Jamur Candida albicans Cairan yang dikeluarkan biasanya kental, berwarna putih susu seperti susu pecah, dan sering disertai ga tal, vagina tampak kemerahan akibat proses peradangan. Dengan KOH 10% tampak sel ragi (blastospora) dan hifa semu. Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang subur bagi pertumbuhan jamur ini adalah kehamilan, diabetes mellitus, pemak ai pil kontrasepsi. Pasangan penderita juga biasanya akan menderita penyakit jam ur ini. Keadaan yang saling menularkan antara pasangan suami-istri disebut sebag ai phenomena ping-pong. c. Parasit Trichomonas vaginalis Parasit ini berbetuk lo njong dan mempuyai bulu getar dan dapat bergerak berputar-putar dengan cepat. Ge rakan ini dapat dipantau dengan mikroskop. Cara penularan penyakit ini dengan se nggama. Walaupun jarang dapat juga ditularkan melalui perlengkapan mandi, sepert i handuk atau bibir kloset. Cairan yang keluar dari vagina biasanya banyak, berb uih menyerupai air sabun dan berbau. Fluor albus oleh karena parasit ini tidak s elalu gatal, tetapi vagina tampak kemerahan dan timbul rasa nyeri bila ditekan a tau perih saat berkemih. Pada pria sering tanpa gejala sehingga mereka tidak men yadari dan menularkan pada istri atau pasangannya. 6

d. Virus 1. Virus Herpes Virus herpes yang paling sering adalah virus herpes sim pleks tipe 2 yang juga merupakan penyakit yang ditularakan melalui senggama. Pad a awal infeksi tampak kelainan kulit seperti melepuh seperti terkena air panas y ang kemudian pecah dan meimbulkan lka seperti borok. Pasien merasa kesakitan. 2. Human Papilloma Virus Human Papilloma Virus meruapakn penyebab dari kondiloma akuminata. Kondiloma ditandai dengan tumbuhnya kutilkutil yang kadang sangat banyak dan dapat bersatu membentuk jengger ayam berukuran besar. Cairan d i vagina sering berbau tanpa rasa gatal. Penyakit ini ditularkan melalui senggam a dengan gambaran klinis menjadi lebih burukbila disertai gangguan system imun t ubuh seperti pada kehamilan, pemakain steroid yang lama seperti pada pasien deng an gagal ginjal atau setelah transplantasi ginjal, serta penderita HIV AIDS. 2. Iritasi : a. b. c. d. e. f. g. Sperma, pelicin, kondom Sabun cuci dan pelembut p akaian Deodorant dan sabun Cairan antiseptic untuk mandi. Pembersih vagina. Cela na yang ketat dan tidak menyerap keringat Kertas tisu toilet yang berwarna. 3. T umor atau jaringan abnormal lain Tumor atau kanker akan menyebabkan fluor albus patologis akibat gangguan pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga menyeb abkan 7

sel bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya terjadi pe mbusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah untuk memb erikan makanan dan O2 pada sel tumor atau kanker tersebut. Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang banyak dan berbau busuk akibat terjadin ya proses pembusukan tersebut dan sering kali disertai adanya darah yang tidak s egar. 4. Benda asing Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai sewaktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan wa nita dengan prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran caian vagina secara ber lebihan. Jika rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeks i penyerta dari flora normal yang berada dalam vagina sehingga timbul FLUOR albu s. 5. Radiasi 6. Fistula 7. Penyebab lain : a. b. 2.4 Psikologi : Volvovaginitis psikosomatik Tidak diketahui : Desquamative inflammatory vaginitis Patogenesis Meski pun banyak variasi warna, konsistensi, dan jumlah dari sekret vagina bisa dikata kan suatu yang normal, tetapi perubahan itu selalu diinterpretasikan penderita s ebagai suatu infeksi, khususnya disebabkan oleh jamur. Beberapa perempuan pun me mpunyai sekret vagina yang banyak sekali. Dalam kondisi normal, cairan yang kelu ar dari vagina mengandung sekret vagina, sel-sel vagina yang terlepas dan mucus serviks, yang akan bervariasi karena umur, siklus menstruasi, kehamilan, penggun aan pil KB. Lingkungan vagina yang normal ditandai adanya suatu hubungan yang di namis antara Lactobacillus acidophilus dengan flora endogen lain, estrogen, glik ogen, pH vagina dan hasil metabolit lain. Lactobacillus acidophilus 8

menghasilkan endogen peroksida yang toksik terhadap bakteri patogen. Karena aksi dari estrogen pada epitel vagina, produksi glikogen, lactobacillus (Doderlein) dan produksi asam laktat yang menghasilkan pH vagina yang rendah sampai 3,8-4,5 dan pada level ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain. Kandidiasis vagina lis merupakan infeksi vagina yang disebabkan oleh Candida sp. terutama C. albica ns. Infeksi Candida terjadi karena perubahan kondisi vagina. Sel ragi akan berko mpetisi dengan flora normal sehingga terjadi kandidiasis. Hal-hal yang mempermud ah pertumbuhan ragi adalah penggunaan antibiotik yang berspektrum luas, pengguna an kontrasepsi, kadar estrogen yang tinggi, kehamilan, diabetes yang tidak terko ntrol, pemakaian pakaian ketat, pasangan seksual baru dan frekuensi seksual yang tinggi. Perubahan lingkungan vagina seperti peningkatan produksi glikogen saat kehamilan atau peningkatan hormon esterogen dan progesterone karena kontrasepsi oral menyebabkan perlekatan Candida albicans pada sel epitel vagina dan merupaka n media bagi prtumbuhan jamur. Candida albicans berkembang dengan baik pada ling kungan pH 5-6,5. Perubahan ini bisa asimtomatis atau sampai sampai menimbulkan g ejala infeksi. Penggunaan obat immunosupresan juga menajdi faktor predisposisi k andidiasis vaginalis. Pada penderita dengan Trikomoniasis, perubahan kadar estro gen dan progesterone menyebabkan peningkatan pH vagina dan kadar glikogen sehing ga berpotensi bagi pertumbuhan dan virulensi dari Trichomonas vaginalis. Vaginit is sering disebabkan karena flora normal vagina berubah karena pengaruh bakteri patogen atau adanya perubahan dari lingkungan vagina sehingga bakteri patogen it u mengalami proliferasi. Antibiotik kontrasepsi, hubungan seksual, stres dan hor mon dapat merubah lingkungan vagina tersebut dan memacu pertumbuhan bakteri pato gen. Pada vaginosis bacterial, diyakini bahwa faktor-faktor itu dapat menurunkan jumlah hidrogen peroksida yang dihasilkan oleh Lactobacillus acidophilus sehing ga terjadi perubahan pH dan memacu pertumbuhan Gardnerella vaginalis, Mycoplasma hominis dan Mobiluncus yang normalnya dapat dihambat. Organisme ini menghasilka n produk metabolit misalnya amin, yang menaikkan pH vagina dan menyebabkan pelep asan sel-sel vagina. Amin juga merupakan penyebab timbulnya 9

bau pada FLUOR albus pada vaginosis bacterial. Fluor albus mungkin juga didapati pada perempuan yang menderita tuberculosis, anemia, menstruasi, infestasi cacin g yang berulang, juga pada perempuan dengan keadaan umum yang jelek, higiene yan g buruk dan pada perempuan yang sering menggunakan pembersih vagina, disinfektan yang kuat. 2.5 Gejala Klinis Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina merupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah s esuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus: Keputihan yang disertai rasa ga tal, ruam kulit dan nyeri. Sekret vagina yang bertambah banyak Rasa panas saat k encing Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal Berwarna putih kerabu-abuan a tau kuning dengan bau yang menusuk Pada infeksi karena Gonokokus, kelainan dapat ditemui adalah orifisium uretra ek sternum merah, edema, dan sekret yang mukopurulen, labia mayora dapat bengkak, m erah dan nyeri tekan. Kadang-kadang kelenjar bartholini ikut meradang dan terasa nyeri waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan melalui spekulum terlihat ser viks merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. Gambar Klinis : Gonokukos Pada Trikomonas Vaginalis (Trikomoniasis) dinding vagina tampak merah 10

dan sembab. Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang ta mpak sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai Strawberry appreance. Bila sekret banyak dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau se kitar genitalia eksterna. Sekret vagina biasanya sangat banyak, berwarna kuning kehijauan, dan berbusa/berbuih. Gambar Klinis : TRIKOMONIASIS/Vaginitis Trikomonal Pada Gardnerella vaginalis me mberikan gambaran vulva dan vagina yang hiperemis, sekret yang melekat pada dind ing vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau berkilau. Pada pemeriksaan se rviks dapat ditemukan erosi yang disertai lendir bercampur darah yang keluar dar i ostium uteri internum. Gambar Klinis: Gardnerella Vaginalis Vaginosis bacterial: Sekret vagina yang ker uh, encer, putih abu-abu hingga kekuning-kuningan dengan bau busuk atau amis. Ba u semakin bertambah setelah hubungan seksual. 11

Gambar Klinis : Vaginosis bacterial Pada Kandidiasis Vagina dapat ditemukan pera dangan pada vulva dan vagina, gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar k emerahan dan bengkak. Pada dinding vagina sering terdapat membran-membran kecil berwarna putih yang jika diangkat meninggalkan bekas yang agak berdarah. Sekret vagina menggumpal putih kental. Gambaran Klinis: Kandidiasis Vaginalis Pada herpes genitalis akan tampak adanya vesikel-vesikel pada vulva, labia mayor, labia minora, vagina dan serviks. Pada keadaan lebih lanjut dapat dilihat adanya ulkus-ulkus pada vagina dan serviks. 12

Gambar Klinis : Herpes Genitalis Pada infeksi klamidia biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat per darahan vagina yang abnormal. Gambaran Klinis: Infeksi Klamidia Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna kemerahan dengan permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkemb ang menjadi granuler, berbenjol-benjol dan ulseratif disertai adanya jaringan ne krotik. Disamping itu tampak sekret yang kental berwarna coklat dan berbau busuk . 13

Gambaran Klinis: Kanker Cervix 2.6 Diagnosis Diagnosis fluor albus ditegakkan be rdasarkan Anamnesa, gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis Dalam a nmnesis yang harus diperhatikan adalah: a. Usia Harus dipikirkan kaitannya denga n pengaruh estrogen. Bayi wanita atau wanita dewasa, fluor albus yang terjadi mu ngkin karena kadar estrogen yang tinggi dan merupakan fluor albus yang fisiologi s. Wanita dalam usia reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu penyakit hubu ngan seksual (PHS) dan penyakit infeksi lainnya. Pada wanita yang usianya lebih tua harus dipikirkan kemungkinan terjadinya keganasan terutama kanker serviks. b . Metode kontrasepsi yang dipakai Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat men ingkatkan sekresi kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya i nfeksi jamur. Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada ser viks menjadi meningkat. c. Kontak seksual Untuk mengantipasi fluor albus akibat PHS seperti Gonorea, Kondiloma Akuminata, Herpes Genitalis dan sebagainya. Hal y ang perlu 14

ditanyakan kontak seksual terakhir dan dengan siapa melakukan. d. Perilaku Pasie n yang tinggal di asrama atau bersama teman-temannya kemungknan tertular penyaki t infeksi yang menyebabkan terjadinya fluor albus cukup besar. Contoh: kebiasan yang kurang baik tukar menukar alat mandi atau handuk. e. Sifat fluor albus Hal yang harus ditanya adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya, keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan sudah berapa lama kejadian tersebut berlang sung. Hal ini perlu ditanyakan secara detail karena dengan mengetahui hal-hal te rsebut dapat diperkirakan kemungkinan etiologinya. f. Hamil atau menstruasi Mena nyakan kepada pasien kemungkinan hamil atau menstruasi, karena pada keadaan ini fluor albus yang terjadi adalah fisiologis. g. Masa inkubasi Bila fluor albus ti mbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh rangsangan fisik h. Penya kit yang diderita i. Penggunaan obat antibiotik atau kortikosteroid. Pemeriksaan Fisis dan Genital Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteks i adanya kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, ISK, dan infeksi lainnya yan g mungkin berkaitan dengan fluor albus. Pemeriksaan khusus yang juga harus dilak ukan adalah pemeriksaan genetalia yaitu meliputi: vagina. Inspeksi dan palpasi ge ia eksterna Pemeriksaan spekulum untuk melihat vagina dan serviks Pemeriksaan pe lvis bimanual Untuk menilai cairan dinding vagina, hindari kontaminasi dengan lender 15

Dan dapat disesuaikan dari gambaran klinis sehingga dapat diketahui kemungkinan penyebabnya. Pemeriksaan Laboratorium Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah: a. Pengukuran pH Penentuan pH dengan kertas indicator (N: 3.0-4.5) Hasil pengukuran pH cairan vag ina Pada pH vagina 6.8-8.5 sering disebabkan oleh Gonokokus Pada pH vagina 5.0-6 .5 sering disebabkan oleh Gardanerrella Pada pH vagina 4.0-6.8 sering disebabkan candida albican Pada pH vagina 4,0-7.5 sering disebabkan oleh trichomoniasis te tapi vaginalis tidak cukup spesifik. b. Penilaian sedian basah Penilaian diambil untuk pemeriks aan sedian basah dengan KOH 10% dan garam fisiologis (NaCl 0.9%). Cairan dapat d iperiksa dengan melarutkan sampel dengan 2 tetes larutan NaCl 0,9% diatas objek glass dan sampel kedua di larutkan dalam KOH 10%. Penutup objek glass ditutup da n diperiksa dibawah mikroskop. Trikomonas vaginalis akan terlihat jelas dengan N aCl 0.9% sebagai Candida albicans akan terlihat jelas degan KOH 10% tampak sel V aginitis non spesifik yang disebabkan oleh Gardnerella vaginalis parasit berbent uk lonjong dengan flagelanya dan gerakannya yang cepat. ragi (blastospora) atau hifa semu. pada sediaan dapat ditemukan beberapa kelompok basil, lekosit yang ti dak seberapa banyak dan banyak sel-sel epitel yang sebagian besar permukannya be rbintik-bintik. Sel-sel ini disebut clue cell yan merupakan ciri khas infeksi Ga rdnerella vaginalis. c. Perwarnaan Gram Neisseria Gonorhoea memberikan gambaran adanya gonokokus intra dan ekstra seluler. 16

Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang-batang berukuran kecil gram negative yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan banyak sel epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil. d. Kultur Dengan kultur ak an dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi seringkali kuman tidak tu mbuh sehingga harus hati-hati dalam penafsiran. e. Pemeriksaan serologis Pemerik saan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes Genitalis dan Human Papiloma Vi rus dengan pemeriksaan ELISA. f. Tes Pap Smear Pemeriksaan ini ditujukan untuk m endeteksi adanya keganasan pada serviks, infeksi Human Papiloma Virus, peradanga n, sitologi hormonal, dan evaluasi hasil terapi. Secara klinik, untuk menegakkan diagnosis vaginosis bakterial harus ada tiga dari empat kriteria sebagai beriku t, yaitu: (1) Adanya sel clue pada pemeriksaan mikroskopik sediaan basah, (2) Ad anya bau amis setelah penetesan KOH 10% pada cairan vagina, (3) duh yang homogen , kental, tipis, dan berwarna seperti susu, (4) pH vagina lebih dari 4.5 dengan menggunakan nitrazine paper. 2.7 5. Penatalaksanaan Preventif Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti m emakai alat pelindung, pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan pemeriksaan secara dini. 1) Alat pelindung Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS dapat dilakukan dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektif mencegah terjadinya p enularan PHS termasuk AIDS. 2) Pemakaian obat atau cara profilaksis 17

Pemakaian antiseptik cair untuk membersihkan vagina pada hubungan yang dicurigai menularkan penyakit kelamin relative tidak ada jika tidak disertai dengan pengo batan terhadap microorganism penyebab penyakitnya. Pemakaian obat antibiotik den gan dosis profilaksis atau dosis yang tidak tepat juga merugikan karena selain k uman tidak terbunuh juga terdapat kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut . Pemakaian obat yang mengandung estriol baik krem maupun obat minum bermanfaat pada pasien menaupose dengan gejala yang berat. 3) Pemeriksaan secara dini Kanke r serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan Pap smear secara berkala. D engan pemeriksaan Pap smear dapat diamati adanya perubahan sel-sel normal menjad i kanker yang terjadi berangsur-angsur, bukan secara mendadak. Kanker leher rahi m memberikan gejala keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat m engandung darah atau hitam serta berbau busuk. Selain itu, dianjurkan untuk sela lu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan mencegah berulangnya keputih an yaitu dengan: 1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan. 2 . Setia kepada pasangan. 3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menj aganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana den gan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasak an untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri ber kembang biak. 4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air ya itu dari arah depan ke belakang. 5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakuka n konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina. 18

6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi. 7. Hindari pemakaian barang-barang yan g memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebe lum menggunakannya. 6. Kuratif Fisiologis: Tidak ada pengobatan khusus, penderit a diberi penerangan untuk menghilangkan kecemasannya. Patologis: Terapi fluor al bus harus disesuaikan dengan etiologinya. a. Bakteri 1. Gonorhoea Penicillin pro kain 4,8 juta unit im atau Amoksisiklin 3 gr im Ampisiillin 3,5 gram im atau Dit ambah : - Doksisiklin 2 x

100mg oral selama 7 hari atau Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari Eritromi sin 4 x 500 mg oral selama 7 hari Tiamfenikol 3,5 gram oral Kanamisin 2 gram im Ofloksasin 400 mg/oral Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase Seft mg im atau Spektinomisin 2 mg im atau Ciprofloksasin 500 mg oral Ditambah Tetras iklin 4 x Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari 500 mg oral selama 7 hari 2. Gardnerella vaginalis Metronidazole 2 x 500 mg Metronidazole 2 gram dosis tun ggal 19

Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan 3. Klamidia trakomatis Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 selama 14hari tablet/hari selama 10 hari 4. Treponema Pallidum Diberikan Benzatin Penisillin G 2.4 juta Unit IM dosis tunggal atau doksisiklin 2x200mg peroral selama 2 minggu . b. Jamur Pada infeksi candida albicans dapat diberikan Topikal Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari Mikonazol nitrat 2% 1 x ssehari selama 7 14 hari Mikostatin 10.000 unit in travaginal selama 14 hari. Untuk mencegah timbulnya residif tablet vaginal mikostatin ini diberikan seminggu sebe lum haid selama beberapa bulan. Sistemik Itrakonazole 2x200mg peroral dosis seha ri. Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari Ketokonazol oral 2 x 200 mg sela ma 7 hari Nimorazol 2 gram dosis tunggal 20

c. Parasit Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan metronidazole 3x250mg peroral selama 10 hari. Karena sering timbul rekurens, maka dalam terapi harus diperhatikan ad anya infeksi kronis yang menyertainya, pemakaian kondom dan pengobatan pasangann ya. Selain itu juga dapat digunakan sediaan Klotrimazole 1x100mg intravaginal se lam 7 hari. d. Virus 1. Virus herpes simpleks tipe 2 Belum ada obat yang dapat m emberikan kesembuhan secara tuntas Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder 2. Human Papiloma Virus Pemberian vaksinasi mungkin c ara pengobatan yang rasional untuk infeksi virus ini, tetapi vaksin ini masih da lam penelitian. 3. Kondiloma Akuminata Dapat diobati dengan menggunakan suntikan interferon suatu pengatur kekebalan. Dapat diberikan obat topical podofilin 25% atau podofilotoksin 0.5% ditempat dimana kutil berada. Bila kondiloma berukuran besar dilakukan kauterisasi. e. Penyebab lain : Vulvovaginitis psikosomatik den gan pendekatan psikologi. Desquamative inflammatory vaginitis diberikan antibiot ik, kortikosteroid dan estrogen. 2.8 Prognosis 21

Biasanya kondisi-kondisi yang menyebabkan fluor albus memberikan respon terhadap pengobatan dalam beberapa hari. Kadang-kadang infeksi akan berulang. Dengan per awatan kesehatan akan menentukan pengobatan yang lebih efektif. BAB III KESIMPULAN 1. Fluor albus (leukorea, keputihan) merupakan gejala keluarn ya cairan dari vagina selain darah haid. 2. Fluor albus (white discharge, leukor ea, keputihan) adalah bukanlah suatu penyakit melainkan gejala berupa cairan yan g dikeluarkan dari alat-alat genital yang berlebihan dan bukan merupakan darah. 3. Fluor albus: fisiologik (normal) dan patologik (tidak normal). 4. Fluor albus yang patologis diakibatkan oleh infeksi alat reproduksi bagian bawah atau pada daerah yang lebih proksimal, yang bisa disebabkan oleh infeksi Gonokokus, Trikom onas, Klamidia, Treponema, Kandida, Human papiloma virus, dan herpes genitalis. 5. Fluor albus fisiologis dapat terjadi pada bayi baru lahir, saat menars, saat ovulasi, karena rangsang seksual, kehamilan, mood/stress, penggunaan kontrasepsi hormonal, pembilasan vagina yang rutin. 22

6. Penyebab paling penting dari fluor albus patologik adalah infeksi. 7. Diagnos is fluor albus ditegakkan berdasarkan Anamnesa, gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang. 8. Prefentif: Pencegahan ini juga bisa dengan berbagai cara sepeti me makai alat pelindung, pemakaian obat atau cara profilaksis atau melakukan pemeri ksaan secara dini. 9. Kuratif : Pada Fluor albus fisiologis tidak ada pengobatan khusus, penderita diberi penerangan untuk menghilangkan kecemasannya. Patologis : Terapi fluor albus harus disesuaikan dengan etiologinya. DAFTAR PUSTAKA Amiruddin, D. Fluor Albus in Penyakit Menular Seksual. 2003.LKiS : Jogjakarta Anderson, JR. Genital Tract Infections in women. Med Clin North Am,1995;79;1271-98 Anindita, Wiki. Santi Martini. 2006. Faktor Resiko Kejadian K andidiasis vaginalis pada akseptor KB. Fakultas Kesehatan Masyarakat. UNAIR. Sur abaya. Asbil KK. Detection of Neisseria gonorrhoeae and Clamidya trachomatis Col onitation of the Gravid cerviks. Am J Obstet Gynecol 2000;2;340-6. Aulia A. Kepu tihan Suatu Keluhan Pasien dalam Praktek Sehari-hari. 2001. Bagian Histologi Fak ultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta. 23

Chandran, L. Cervicitis. eMedicine Journal 2002;3(4). Donders GG. Pathogenesis o f Abnormal Vagina Bacterial Flora. Am J Obsted Gynecol 1999;4;872-4 Herman, MJ. Virus pada Penyakit Hubungan Sexual. Maj Kedok Indon 1999;49;457-67 Hutabarat, H . Radang dan Beberapa Penyakit lain pada Alat-Alat Genital Wanita. 1999. Jakarta Jarvis G.J. The management of gynaecological infections in Obstetric and Gynaec ology A Critical Approach to the Clinical Problems. 1994. Oxford University Pres s : Oxford Koneman, EW. Introduction to microbiology. J Clin Microbiol 1992;4;80 -8 Manoe, I.. M.S. M, Rauf, S, Usmany,H. Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri d an Ginekologi. 1999. Bagian/SMF Obstetri dn Ginekologi Fakultas Kedokteran UNHAS RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo : Ujung pandang Mansjoer A, Triyanti K, Savitri, R, Wardhani,W.I, Setiowulan, W. Keputihan In. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi k e-3. 2001. Media Aesculapius : Jakarta Ramayanti. Pola Mikroorganisme Fluor albu s Patologis yang disebabkan oleh Infeksi pada Penderita Rawat Jalan di Klinik. 2 004. Tesis/FK UNDIP;Semarang. Schwabe, RJ. Asymptomatic bacterial Vaginosis. 200 0;6;1643-47 Sianturi, MHR. Keputihan Suatu Kenyataan dibalik Suatu Kemelut. Bagi an Obstetri Ginekologi FKUI, 1996; Jakarta 24

Wiggins, R. Test to identify sialides activity in Vaginal Swab from Women with B acterial Vaginosis. 2000;38(8);3069-87 Wiknjosastro, H, Saifuddin, B, Rachimhadi , Trijatmo. Radang dan Beberapa penyakit lain pada alat genital wanita in Ilmu K andungan. 1999. Edisi kedua , Cetakan Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawi rodihardjo : Jakarta Worlath H. Analysis of Bacterial Vaginosis Related Amines i n Vaginal Fluid by Gas Chromatography and Mass Spectrometry. J Clin Microbiol 20 00,;39;402-6. www.google.com. Search : Vaginal discharge, candida albicans. Avai lable at feb 7, 2008. www.medikaholistik.com. Search : Vaginitis. Available at f eb 7, 2008. Penelitian Parasit dan Bakteri pada Akseptor KB dan Ibu Hamil yang M enderita fluor Albus 25

You might also like