You are on page 1of 27

TUGAS KESENIAN

KARYA TULIS

DISUSUN OLEH :

AGUSTUS 2008
SMAN 2 PAHANDUT
PALANGKARAYA

TUGAS KESENIAN
KARYA TULIS
DISUSUN OLEH :

AGUSTUS 2008
SMAN 2 PAHANDUT
PALANGKARAYA

Seni Rupa Kalimantan Tengah


ii
Salah satu dari tujuh unsur kebudayaan yang universal (ada pada setiap
kebudayaan di dunia) adalah kesenian. Kesenian merupakan ekspresi manusia akan
keindahan dalam bentuk tarian, musik, nyanyian dan lain sebagainya. Suku bangsa
Dayak yang hidup di Pulau Kalimantan pun mengembangkan kesenian, baik seni rupa,
seni musik, dan juga seni tari. Kebudayaan yang berwujud dalam suatu keragaman
kesenian Dayak nan unik dapat ditemukan di Kalimantan Tengah. Berbagai macam
kesenian, serta ke-khasan adat masyarakat dayak seharusnya tetap dipertahankan
sebagai warisan dar leluhur.
Untuk mempertahankan serta melestarikan kebudayaan Dayak yang mulai
terkikis oleh perkembangan zaman tidaklah mudah. Perlu kesadaran yang tinggi dari
masyarakat Dayak sendiri. Oleh karena itulah perlu suatu apresiasi serta
pengembangan khusus yang paling tidak dapat mengurangi arus dampak kemajuan atau
globalisasi dunia. Oleh karena itulah makalah singkat tentang “ Seni Rupa Kalimantan
Tengah” ini disusun. Tujuannya adalah untuk menjelaskan sedikit tentang seni rupa
yang ada di Kalimantan Tengah yang dalam hal ini adalah milik suku Dayak
Dalam menyusun karya tulis ini, penulis sangat berterima kasih kepada pelbagai
sumber informasi dan data yang telah penulis gunakan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Tentunya yang utama adalah kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat, pengetahuan, serta kemampuan bagi penulis. Selain itu, penulis
juga berterima kasih kepada keluarga, guru dan teman-teman yang telah senantiasa
memberikan dukungan dan bantuannya yang sangat berarti dalam penulisan karya tulis
ini.
Semoga karya tulis sederhana ini dapat memenuhi syarat sebagai tugas dalam
bidang kesenian serta dapat berguna, sebagai pengetahuan dan dapat memberikan
dukungan terhadap pelestarian kebudayaan di Kalimantan Tengah.
Akhir kata, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada
kekurangan dalam karya tulis ini. Penulis juga membuka kesempatan bagi kritik dan
saran yang dapat membangun dan mengembangkan karya tulis ini. Karena pada
hakikatnya ilmu pengetahuan akan terus menerus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman.
Palangkaraya, Agustus 2008

Penulis

Seni Rupa Kalimantan Tengah


iii
Halaman Sampul Depan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Halaman Sampul Dalam. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv

BAB I. PENDAHULUAN : SENI RUPA NUSANTARA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1


A. Seni Rupa. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
B. Unsur Seni Rupa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
C. Prinsip Seni Rupa. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
D. Ragam Gagasan Seni Rupa Daerah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
E. Ragam Seni Rupa Daerah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

BAB II. JENIS-JENIS SENI RUPA KALIMANTAN TENGAH. . . . . . . . . . . . . . .8

Lampiran ( Galeri gambar ) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

Sumber-Sumber Data dan Informasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21


A. Daftar Kepustakaan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
B. Sumber Internet. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

Seni Rupa Kalimantan Tengah


iv
SENI RUPA NUSANTARA
A. Seni Rupa
Sadarkah bila di sekitar kita banyak sekali karya seni rupa? Berbagai gambar
pada buku, iklan, atau kain, lukisan, anyaman tikar atau kursi rotan, desain kamar dan
taman, ataupun patung yang menghiasi rumah dan jalan merupakan hasil gagasan
manusia yang dicipta dalam rangka memenuhi kebutuhannya.Seni yang pada kegiatan
penciptaannya memerlukan koordinasi antara mata dan tangan ini disebut seni rupa.
Seni rupa adalah ungkapan gagasan atau perasaan estetis dan bermakna yang
diwujudkan melalui media titik, garis, bidang, bentuk, warna, tekstur, dan gelap
terang yang ditata dengan prinsip-prinsip tertentu.
Seni rupa yang sering kalian lihat di kehidupan sehari-hari itu, dibagi dua
menurut kegunaannya. Yakni seni rupa murni dan seni rupa terapan. Disebut seni rupa
murni karena karya seni ini mengutamakan fungsi keindahan atau hanya untuk
dinikmati nilai atau mutu seninya dengan indera penglihatan.
Sedangkan seni rupa terapan merupakan karya seni rupa yang mengutamakan
fungsi pakainya selain juga dinikmati mutu seninya. Seni rupa terapan dapat
dibedakan menjadi dua, yakni seni kriya/kerajinan tangan seperti ukiran, anyaman,
keramik, topeng, serta batik, dan desain seperti ragam hias, produk, interior,
eksterior.
Berdasarkan wujud atau dimensinya, karya seni rupa dapat dibedakan menjadi
dua, yakni karya seni rupa dua dimensi dan karya seni rupa tiga dimensi. Disebut
karya seni rupa dua dimensi (dwimatra) karena wujud karyanya berupa bidang atau
memiliki ukuran panjang dan lebar saja. Sehingga, karya seni rupa dua dimensi hanya
dapat dilihat dari satu sisi. Contoh karya seni rupa dua dimensi adalah gambar atau
lukisan. Sedangkan karya seni rupa tiga dimensi (trimatra) wujud karyanya memiliki
ukuran panjang, lebar, dan tinggi, atau memiliki ruang (volume). Karya seni rupa tiga
dimensi dapat dinikmati dari berbagai sisi.

Seni Rupa Kalimantan Tengah


1
B. Unsur Seni Rupa
Karya seni rupa, terutama karya seni rupa dua dimensi, terdiri dari unsur-unsur
titik, garis, bidang, ruang, warna, tekstur, dan gelap terang. Dari perpaduan selaras
unsur-unsur inilah terbentuk karya-karya seni rupa yang indah.

1. Titik
Titik merupakan unsur rupa yang paling sederhana. Setiap menyentuhkan pensil
untuk pertama kali pada kertas akan menghasilkan titik. Unsur titik akan tampak
berarti pada karya seni rupa apabila jumlahnya cukup banyak ayau ukurannya
diperbesar hingga menjadi bintik.

2. Garis
Garis merupakan unsur rupa yang terbuat dari rangkaian titik yang terjalin
memanjang menjadi satu. Ada empat macam garis yaitu garis lurus, garis lengkung,
garis patah-patah, dan garis spiral atau pilin. Garis lurus berkesan tegas dan keras,
sedangkan garis lengkung berkesan lembut dan lentur. Garis patah-patah berkesan
kaku, sedangkan garis spiral berkesan luwes.

3. Bidang
Bidang merupakan unsur rupa yang terjadi karena pertemuan dari beberapa garis.
Bidang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang geometris dan nongeometris.
Bidang geometris adalah bidang yang beraturan dan digunakan dalam ilmu ukur.
Bidang nongeometris adalah bidang yang tidak beraturan. Bidang inilah yang seringkali
terdapat pada bentuk-bentuk alami.

4. Bentuk
Bentuk adalah unsur seni rupa yang terbentuk karena ruang atau volume. Macam-
macam bentuk dalam seni rupa adalah bentuk kubistis, silindris, bola, limas, prisma,
kerucut (geometris), dan nongeometris. Unsur bentuk secara nyata diterapkan pada
unsur seni patung, arsitektur, taman, interior, dan kriya.

5. Warna
Warna merupakan unsur rupa yang terbuat dari pigmen (zat warna). Warna dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kelompok warna primer, sekunder, dan tersier.
Warna primer (pertama) maksudnya, warna tersebut bukan terbuat dari campuran
warna lain mana pun. Kelompok warna sekunder (kedua) terbentuk dari campuran
warna primer dan warna primer lain. Warna tersier (ketiga) terjadi dari campuran
warna sekunder dengan warna sekunder lain atau dengan warna primer.
Kelompok warna primer terdiri dari tiga warna, yaitu merah (magenta), kuning
(yellow), dan biru (cyan). Kelompok warna sekunder terdiri dari tiga warna, yaitu
hijau, ungu, dan jingga. Kelompok warna tersier merupak warna-warna yang senada
dengan warna sekunder namun dengan tingkat warna primer yang berbeda-beda.
Seni Rupa Kalimantan Tengah
2
6. Tekstur
Tekstur merupakan nilai permukaan suatu benda (halus atau kasar). Secara visual,
tekstur dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur
nyata maksudnya, keadaan suatu benda bila dilihat dan diraba sama nilainya.
Sedangkan tekstur semu terjadi bila keadaan suatu benda bila dilihat dan diraba
berbeda nilainya.

7. Gelap Terang
Gelap terang merupakan keadaan suatu bidang yang dibedakan dengan warna tua
untuk gelap dan warna muda untuk terang yang disebabkan oleh perbedaan warna atau
karena pengaruh cahaya.

C. Prinsip Seni Rupa


Prinsip-prinsip seni rupa disebut juga kaidah-kaidah yang menjadi pedoman dalam
berkarya seni rupa. Adapun prinsip-prinsip seni rupa adalah sebagai berikut:

1. Kesatuan (Unity)
Unsur-unsur yang ada dalam seni rupa merupakan suatu kesatuan yang saling
bertautan sehingga tidak ada lagi bagian yang berdiri sendiri.

2. Keseimbangan (Balance)
Yang dimaksud keseimbangan dalam seni rupa adalah kesamaan bobot dari
unsur-unsurnya. Secara wujud dan jumlahnya mungkin tidak sama tetapi nilainya dapat
seimbang.
Adapun jenis-jenis keseimbangan adalah sebagai berikut:
• keseimbangan terpusat/sentral,
• keseimbangan diagonal,
• keseimbangan simetris,
• keseimbangan asimetris.

3. Irama (Rhythm)
Pada umumnya orang mengenal irama pada seni musik karena irama pada musik
mudah dirasakan dan diresapi oleh pendengarnya. Pada karya seni rupa, irama dapat
diusahakan lewat penyusunan unsur-unsur yang diatur.

4. Pusat Perhatian (Center of Interest)


Pusat perhatian adalah unsur yang sangat menonjol atau berbeda dengan unsur-
unsur yang ada disekitarnya. Untuk menciptakan pusat perhatian dalam karya seni
rupa, kita dapat menempatkan unsur yang paling dominan.
Seni Rupa Kalimantan Tengah
3

5. Keselarasan (Harmony)
Keselarasan merupakan prinsip yang digunakan untuk menyatukan unsur-unsur
seni rupa dari berbagaibentuk yang berbeda. Tujuan prinsip keselarasan adalah untuk
menciptakan keharmonisan dari unsur-unsur yang berbeda baik bentuk maupun warna.
Keselarasan bentuk dapat kita ciptakan melalui penyusunan bentuk-bentuk yang
saling berdekatan. Sedangkan keselarasan warna dapat kita peroleh dari memadukan
warna baik dari monokromatis (satu keluarga warna dengan berbagai gradasi),
analogus (berdekatan dengan lingkaran warna), maupun komplementer (berlawanan
dalam lingkaran warna, dari turunan warna primer yang berbeda).

D. Ragam Gagasan Seni Rupa Daerah


Karya seni rupa yang diciptakan oleh warga masyarakat di daerah-daerah yang
tersebar di seluruh pelosok tanah air disebut seni rupa daerah.

1. Objek Seni Rupa


Hal yang diwujudkan menjadi karya seni disebut objek karya seni. Berbagai hal
yang ada di dunia sekitar kita bahkan dalam dunia imajinasi merupakan sumber ilham
atau dapat menjadi objek bagi pembuatan karya seni rupa. Sehingga, objek seni rupa
pun menjadi sangat beragam. Manusia, hewan, tumbuhan, benda buatan manusia,
benda alam dan gejala alam semuanya dapat menjai objek karya seni rupa. Semua
tergantung imajinasi, daya kreasi dan daya cipta pembuat karya.
Beragamnya budaya tiap masyarakat akan memberi pengaruh pada gaya
penyajian seni rupa ini. Walaupun sama-sama diilhami dari hewan kera, misalnya,
patung kera dari bali akan berbeda dengan patung kera dari kalimantan. Perbedaan ini
menimbulkan berbagai corak ragam hias di nusantara. Seiring perkembangan jaman,
terbentuklah pula corak tradisional ( primitif dan klasik ), modern ( representatif,
deformatif dan abstrak ), bahkan ost-modern.
Perbedaan alam tempat tinggal juga mempengaruhi perbedaan karya seni. Bagi
masyarakat di pedalaman, hutan, persawahan, gunung, beserta hewan-hewan,
tumbuhan, kegiatan manusia dan peralatan yang digunakan di sana merupakan objek
yang lazim ditemui. Sedangkan bagi masyarakat yang tinggal di pesisir, objek yang
lebih banyak ditemui misalnya laut, tumbuhan pantai, berbagai hewan laut, perahu,
dan kegiatan manusia di laut dan pantai.
Seni Rupa Kalimantan Tengah
4
2. Tema Seni Rupa

Tema di sini maksudnya, apa yang hendak diceritakan oleh karya seni rupa
tersebut. Tema tergantung pada hal yang menarik minat perupa untuk kemudian
diciptakan menjadi karya seni. Secara tematik, ragam seni rupa dapat diwujudkan
berdasarkan tema-tema sebagai berikut.
• Manusia dan dirinya sendiri.
• Hubungan manusia dengan manusia lain.
• Manusia dengan alam sekitarnya.
• Manusia dan kegiatannya.
• Manusia dengan benda alam.
• Manusia dengan alam khayal (supranatural)
• Dan sebagainya.

3. Makna Simbolis Seni Rupa

Karya seni ibarat mata uang yang memiliki 2 sisi. Sisi pertama merupakan
bentuk fisiknya yang berupa gambar atau bentuk (simbol), dan sisi kedua merupakan
isi, pesan, atau maknanya. Rupa dari karya tersebut menjadi simbol dari makna yang
tersirat di dalamnya. Karya ini menjadi simbol suatu hal.
Ragam hias yang terdapat dalam karya ukir, patung, dan motif kain di berbagai
daerah juga merupakan simbol tersendiri bagi masyarakat yang bersangkutan.
Simbol-simbol ini memiliki arti tertentu sehingga tak bisa sembarangan digunakan.
Makna simbolis seni rupa tampak jelas dalam benda yang berhubungan dengan
religi/keagamaan dan adat. Berbagai arca dan pahatan relief peninggalan jaman
kerajaan hindu-budha merupakan simbolis dari berbagai hal dalam kebudayaan hindu
budha.
Unsur seni rupa juga membantu membentuk kesan dan simbol dari karya seni.
Misalnya dengan warna, maupun garis.

E. Ragam Seni Rupa Daerah


Seni rupa nusantara memang terdiri dari berbagai benda seni. Namun, seperti
seni rupa pada umumnya, karya seni nusantara ini juga bisa dibagi menjadi 2 kelompok
besar, yaitu : seni rupa 2 dimensi dan 3 dimensi. Yang termasuk seni rupa 2 dimensi
adalah gambar, lukisan, dan grafis. Karya seni rupa 3 dimensi terdiri atas seni patung,
kriya, dan desain.

1. Gambar.
Menggambar merupakan proses perekaman objek di atas bidang 2 dimensi
melalui media dengan kriteria antara lain : ketepatan/kemiripan bentuk dan

Seni Rupa Kalimantan Tengah


5
warna dengan memperhatikan persepektif, proporsi, komposisi, gelap terang
serta bayang-bayang benda atau objek yang digambar. Dengan kata lain,
menggambar lebih bersifat objektif. Karya gambar antara lain gambar bentuk,
gambar model, gambar ilustrasi, dan ragam hias.

2. Lukisan.
Lukisan juga menggambarkan karya seni rupa 2 dimensi. Melukis lebih
cenderung mengekspresikan gagasan atau mengungkapkan jiwa pelukis melalui
media ungkap; dan teknik penggarapannya berdasarkan prinsip-prinsip seni
rupa. Kemampuan penggarapan dan penguasaan bahan dan alat merupaka aspek
yang utama di dalam melukis. Melukis lebih bebas dalam menafsirkan objek,
sesuai keinginan pelukisnya. Dengan perkataan lain melukislebih bersifat
subjektif. Karya seni lukis dapat dibedakan dengan beberapa corak, antara
lain: representatif ( nyata ), dekoratif, ekspresif, dan non-representatif
(abstrak).

3. Grafis.
Grafis atau seni grafik sebenarnya termasuk ke dalam desain, namun menurut
dimensinya seni ini termasuk karya seni rupa 2 dimensi. Grafis diproduksi
dengan teknik cetak. Namun pada proses awalnya, sang perupa membuat
desain/rancangan gambar dan tata letaknya dengan memperhitungkan pada
bahan apa grafis ini akan dicetak. Zaman sekarang, proses merancang gambar
dapat dilakukan dengan bantuan komputer. Grafis banyak digunakan untuk
membuat iklan di media cetak, papan reklame, desain logo, poster, sampul
kaset, dan sebagainya.

4. Seni Patung.
Patung, dalam perkembangannya disebut juga sebagai plastic art/seni
plastis/seni bentuk, maksudnya bentuk-bentuk yang memiliki nilai keindahan.
Patung sebagai seni plastis memiliki arti luas karena tak hanya meniru bentuk
manusia dan hewan, tetapi bentuk apapun bisa asalkan memiliki nilai keindahan.
Patung sebagai seni sudah ada semenjak peradaban awal manusia, yang
kebanyakan dibuat dari batu atau kayu. Patung-patung ini berukuran besar dan
kecil dan sebagaian besar bersifat religius atau digunakan untuk keperluan
adat. Namun ada juga yang berfungsi sebagai hiasan.
Patung zaman sekarang dibuat dengan berbagai bahan dan lebih bersifat
estetis ( mengutamakan keindahan bentuk ).

Seni Rupa Kalimantan Tengah


6

5. Seni Kriya.
Seni kriya termasuk seni rupa terapan. Seni kriya atau kerajinan adalah suatu
usaha membuat barang-barang hasil pekerjaan tangan, atau dapat pula berarti
pekerjaan tangan. Benda-benda ini biasanya dibuat untuk dipergunakan dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sekaligus melestarikan tradisi
kesenirupaan suatu daerah. Oleh karena itu, karya seni kriya dibuat oleh
masyarakat daerah tertentu sebagai ciri khas daerahnya. Pada umumnya
pembuatan seni kriya terikat pada aturan-aturan tertentu yang dianut oleh
suatu daerah. Motif-motif dan warna-warna yang dipakai pun melambangkan
makna-makna tertentu dari daerah tersebut.
Karya seni kriya adalah seni rupa yang paling banyak ragamnya di indonesia.
Contohnya anyaman, yang bisa saja terbuat dari rotan, bambu, daun pandan,
serta berbagai macam lainnya, dari keperluan rumah tangga, seperti
tempatanasi, nyiru, bubu, kap lampu, tas, dinding rumah, tikar, lampit, dan
kursi. Tak hanya anyaman banyak lagi benda-benda yang memiliki keragaman
disamping kegunaannya masing-masing.
Banyak seni kerajinan daerah ini yang hampir punah karena sedikit sekali yang
tertatrik untuk melestarikan tradisinya. Padahal pengetahuan corak dan cara
pengerjaannya merupakan warisan budaya nusantara yang tak ternilai harganya.

6. Desain Daerah
Desain juga merupakan ragam seni rupa terapan. Karya desain dapat dikatakan
karya seni rupa murni apabila hasil karyanya dimaksudkan untuk dinikmati
keindahannya saja, bukan fungsi lainnya.
Desain diciptakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan
produk seni. Prosedur pembuatannya cenderung lebih rumit, karena selain
sebagai sarana berekspresi bagi desainer juga merupakan upaya menjembatani
antara harapan pemakai desain/konsumen dengan kenyataan yang ada/pasar.
Proses pembuatan desain biasanya mellui tahapan panjang, dengan tujuan agar
diminati konsumen. Desain juga bisa dibuat sebagai pesanan seseorang atau
pihak tertentu. Karena itu, terciptanya karya desain dapat bersifat tunggal
atau massal.

Seni Rupa Kalimantan Tengah


7

URAIAN-URAIAN

Sosial Budaya
Penduduk asli Kalimantan Tengah adalah suku Dayak, suku ini merupakan masyarakat
terbesar yang mendiami Propinsi Kalimantan Tengah bersama dengan berbagai suku
lain di Indonesia. Suku Dayak terbagi atas beberapa sub etnis yang masing-masing
memiliki satu kesatuan bahasa, adat istiadat dan budaya. Sub-sub etnis tersebut
antara lain Suku Dayak Ngaju (termasuk Bakumpai dan Mendawai), Ot Danum,
Ma’anyan, Lawangan, Siang dan lain-lain.
Masyarakat Dayak Kalimantan Tengah mempunyai sifat keterbukaan dan toleransi
yang tinggi yang tercermin dalam falsafah Huma Betang. Huma Betang adalah rumah
khas Kalteng, berupa rumah besar, dimana dalam satu rumah besar adat (Huma
Betang) Dayak Kalimantan Tengah tersebut tinggal bersama-sama bebera pa keluarga
dengan segala perbedaannya seperti status sosial, ekonomi maupun agama namun
tetap hidup secara harmonis.
Sifat gotong royong dalam masyarakat suku Dayak masih tetap terpelihara terutama
dalam gerak hidup bermasyarakat yang tercermin dari tradisi kerja Habaring Hurung,
Handep dan Harubuh.
Berbagai ragam dan jenis kesenian tradisional yang masih terpelihara dalam
kehidupan masyarakat di Kalimantan Tengah antara lain : Seni Tari, Seni Suara, Seni
Rupa, Seni Ukir, dan Seni Anyam-anyaman. Seni Suara berupa lagu -lagu Daerah
dikenal dengan istilah : Karungut, Kandan, Parung, Karinci Seni anyaman yang memiliki
beragam corak terus dikembang oleh masyarakat sebagai kerajinan rakyat.
Kerajinan anyaman tersebut antara lain yang terbuat dari rotan, bambu, pandan dan
purun. Disamping itu juga berkembang berbagai kerajinan etnik (tradisional) yang
terbuat purun, getah nyatu serta bahan kayu. Seni ukir dapat disaksikan pada
pembuatan benda-benda seperti Talawang (Peri- sai), bangunan Sandung, hulu dan

Seni Rupa Kalimantan Tengah


8
sarung senjata khas Dayak Mandau, patung (Sapundu) dan bangunan pada rumah
rumah adat.
Disamping berbagai kerajinan Kalimantan Tengah juga kaya akan berbagai kegiatan
upacara adat / ritual seperti Tiwah, Manyanggar, Mamapas Lewu (bersih desa),
Mampakanan Sahur Parapah.Tiwah merupakan upacara ritual agama Kaharingan, yaitu
mengantarkan arwah orang yang telah meninggal ke Lewu Tatau (sorga). Acara ini
memakan waktu yang cukup lama sekitar satu bulan atau lebih.
Sumpit yang dalam bahasa Dayak Ngaju disebut ’sipet’ merupakan senjata tradisional
yang sudah dikenal sejak jaman dahoeloe kala. Sipet terbuat dari kayu ulin yang
dibentuk dan dilobangi bagian dalamnya sehingga menyerupai pipa lurus, dengan
ukuran diameter bagian luar sekitar 3 cm, diameter rongga dalam sekitar 0,75 cm dan
panjang sekitar 200 cm. Setelah diraut dan digosok sampai rapi, biasanya kayu ulin
tersebut menjadi berwarna hitam mengkilat sehingga permukaannya mirip seperti
logam. Pada bagian ujung depan pipa tadi dipasang dua macam aksesori yang terbuat
dari besi, yaitu di sisi sebelah bawah dipasang mata tombak yang tajam, dan pada sisi
sebelah atas dipasang besi kecil menyerupai pisir pada ujung laras senjata api, yang
berguna sebagai alat bantu untuk membidik sasaran. Kedua aksesori tersebut
dilekatkan pada batang sipet menggunakan rotan yang dianyam sedemikian rupa
sehingga terlihat rapi, kuat dan artistik. Bagian permukaan batang sipet terkadang
dihiasi dengan ukiran relief atau ornamen dengan motif khas Dayak.
Kegunaan utama sipet adalah sebagai senjata atau alat berburu, walaupun bisa juga
digunakan sebagai senjata pada saat berperang. Sebagai senjata, ia dilengkapi dengan
peluru yang dimasukkan ke dalam lobang laras dan dilontarkan ke arah sasaran dengan
cara ditiup menggunakan mulut. Jenis pelurunya ada 2 macam. Jenis pertama terbuat
dari tanah liat dalam keadaan setengah basah dibentuk berupa bola-bola kecil
sebesar ukuran lubang laras, biasanya digunakan untuk jarak dekat (sekitar 5 meter)
untuk berburu binatang kecil misalnya tupai dan burung-burung yang terbang rendah.
Jenis peluru yang kedua disebut damek atau lahes, terbuat dari bilah bambu yang
diruncingkan seperti anak panah dan di bagian belakangnya dipasang potongan kayu
gabus untuk mengatur arah, kurang lebih berfungsi sama dengan bulu angsa yang
dipasang pada shuttlecock (bola badminton). Lahes tersebut dibuat dalam jumlah
banyak, disimpan di dalam tabung bambu yang sudah diisi dengan cairan ‘bisa atau
racun’ dari binatang liar, sehingga apabila melukai sedikit saja tubuh hewan sasaran
akan langsung mematikan. Biasanya lahes digunakan untuk berburu hewan yang lebih
besar, misalnya kancil, kijang atau hewan primata (misalnya monyet dll) yang tinggal di
atas pohon-pohon tinggi.
Suatu hal yang unik pada sumpit ialah ketika pelurunya dilontarkan menuju sasaran,
tidak akan terdengar bunyi apapun yang membuat sasarannya mengetahui dari mana
sumber asal serangan. Hal ini berbeda dengan senapan atau senjata api. Konon hal ini
jugalah yang membuat Belanda kewalahan dalam perang gerilya melawan suku Dayak di
Kalimantan. Kita tahu bahwa sebagai bangsa Eropa, orang Belanda itu mempunyai rasa
ingin tahu yang sangat tinggi terhadap setiap hal yang belum dimengerti olehnya.

Seni Rupa Kalimantan Tengah


9
Suatu ketika pasukan serdadu Belanda melintasi hutan. Kebetulan tidak jauh dari situ
ada beberapa orang suku Dayak sedang mengintai. Mereka pun melontarkan peluru
sumpit dari tanah liat yang sengaja diarahkan pada sebatang pohon di depan salah
seorang serdadu Belanda. Para serdadu tadi langsung berkerumun meneliti benda
apakah gerangan yang tiba-tiba melesat di depan hidungnya. Ketika mereka asyik
berkerumun itulah mereka diserang dengan peluru beneran, yaitu lahes yang
mengandung racun.
Pada masa kini, anak-anak Dayak di daerah pedalaman Kalimantan masing sering
bermain perang-perangan menggunakan ’sumpit-sumpitan’ yang terbuat dari ruas
bambu kecil dengan peluru tanah liat. Meskipun maksudnya cuma sekedar main-main
tapi sesekali peluru tanah tersebut sering juga tanpa disengaja mengenai tubuh
lawan.

• Seni Rupa/Ukir
Seni Rupa/Ukir Kalimantan Tengah memiliki corak khas dan unik. Hal ini bisa
dilihat dari topeng, perisai, bangunan sandung (tempat menyimpan tulang
belulang), hulu dan sarung mandau, patung sapundu dan lain-lain.
• Seni Anyaman/Kerajinan
Kalimantan Tengah memiliki beragam jenis kerajinan rakyat yang berbahan
rotan, pandan, purun, getah nyatu serta perhiasan dari batu alam Kalimantan
Tengah lain yang sangat menarik untuk dijadikan Souvenir (Cenderamata).
• Senjata Khas/Tradisional
Suku Dayak memiliki senjata khas/tradisional seperti : Mandau, Sipet
(Sumpitan), Lunjo (Lembang), Duhung (sejenis keris), semua memiliki bentuk
dan artistik yang cukup tinggi.
• Transportasi Tradisional
Sesuai kondisi alamnya, Suku Dayak banyak menggunakan perahu sebagai jenis
transportasi. Jenis-jenis perahu tradisional Suku Dayak : Jukung Rangkan dan
Banama (perahu besar).

Seni Rupa Kalimantan Tengah


10
# Beberapa macam seni rupa khas Kalimantan Tengah, antara lain :

Sipet

Sumpitan (sipet) merupakan pula salah satu senjata etnik Dayak di Kalimantan.
Senjata ini umumnya digunakan sebagai alat berburu, menyerang musuh dan melawan
segala mara bahaya. Menurut kepercayaan Etnik Dayak sumpitan (sipet) tidak boleh
digunakan untuk membunuh sesama umat manusia.

Peluru atau anak sumpitan yang tajam seperti panah disebut domek. Untuk menambah
ampuh, lazimnya, domek diberikan suatu zat racun yang diperoleh dari getah sejenis
akar yang diolah sedemikian rupa disebut ipu. Ipu ditaruh (digosok) pada ujung anak
sumpitan. Karena itu manusia atau binatang yang terkena ipu akan keracunan. Sebelum
digunakan domek disimpan dalam suatu tempat khusus, disebut telep. Cara
melepaskan domek dari sumpitan ialah dengan meniup sekeras mungkin melalui lobang
sumpitan yang lurus.

Jarak capai anak sumpitan ini cukup jauh sehingga ia merupakan senjata yang praktis
untuk berburu. Menurut bentuknya itu, nenek moyang Etnik Dayak mengharapkan
bahwa setiap orang harus jujur, lurus seperti lobang sumpitan sehingga dapat
tercipta ketulusan dan perdamaian.

Seni Rupa Kalimantan Tengah


11

Mandau

Kalimantan adalah salah satu dari 5 pulau besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya
pulau ini tidak hanya merupakan “daerah asal” orang Dayak semata karena di sana ada
orang Banjar (Kalimantan Selatan) dan orang Melayu. Dan, di kalangan orang Dayak
sendiri satu dengan lainnya menumbuh-kembangkan kebudayaan tersendiri. Dengan
perkataan lain, kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan oleh Dayak-Iban tidak sama
persis dengan kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan Dayak-Punan dan seterusnya.
Namun demikian, satu dengan lainnya mengenal atau memiliki senjata khas Dayak yang
disebut sebagai mandau. Dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari
pemiliknya. Artinya, kemanapun ia pergi mandau selalu dibawanya karena mandau juga
berfungsi sebagai simbol seseorang (kehormatan dan jatidiri). Sebagai catatan,
dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual
tertentu seperti: perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan
upacara.

Mandau dipercayai memiliki tingkat-tingkat kampuhan atau kesaktian. Kekuatan


saktinya itu tidak hanya diperoleh dari proses pembuatannya yang melalui ritual-ritual
tertentu, tetapi juga dalam tradisi pengayauan (pemenggalan kepala lawan). Ketika itu
(sebelum abad ke-20) semakin banyak orang yang berhasil di-kayau, maka mandau
yang digunakannya semakin sakti. Biasanya sebagian rambutnya sebagian digunakan
untuk menghias gagangnya. Mereka percaya bahwa orang yang mati karena di-kayau,
maka rohnya akan mendiami mandau sehingga mandau tersebut menjadi sakti. Namun,
saat ini fungsi mandau sudah berubah, yaitu sebagai benda seni dan budaya,
cinderamata, barang koleksi serta senjata untuk berburu, memangkas semak belukar
dan bertani.

Seni Rupa Kalimantan Tengah


12

Struktur Mandau
1. Bilah Mandau
Bilah mandau terbuat dari lempengan besi yang ditempa hingga berbentuk pipih-
panjang seperti parang dan berujung runcing (menyerupai paruh yang bagian atasnya
berlekuk datar). Salah satu sisi mata bilahnya diasah tajam, sedangkan sisi lainnya
dibiarkan sedikit tebal dan tumpul. Ada beberapa jenis bahan yang dapat digunakan
untuk membuat mandau, yaitu: besi montallat, besi matikei, dan besi baja yang diambil
dari per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan, dan lain sebagainya. Konon,
mandau yang paling baik mutunya adalah yang dibuat dari batu gunung yang dilebur
khusus sehingga besinya sangat kuat dan tajam serta hiasannya diberi sentuhan emas,
perak, atau tembaga. Mandau jenis ini hanya dibuat oleh orang-orang tertentu.

Pembuatan bilah mandau diawali dengan membuat bara api di dalam sebuah tungku
untuk memuaikan besi. Kayu yang digunakan untuk membuat bara api adalah kayu ulin.
Jenis kayu ini dipilih karena dapat menghasilkan panas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis kayu lainnya. Setelah kayu menjadi bara, maka besi yang akan dijadikan
bilah mandau ditaruh diatasnya agar memuai. Kemudian, ditempa dengan menggunakan
palu. Penempaan dilakukan secara berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk bilah
mandau yang diinginkan. Setelah bilah terbentuk, tahap selanjutnya adalah membuat
hiasan berupa lekukan dan gerigi pada mata mandau serta lubang-lubang pada bilah
mandau. Konon, pada zaman dahulu banyaknya lubang pada sebuah mandau mewakili
banyaknya korban yang pernah kena tebas mandau tersebut. Cara membuat hiasan
sama dengan cara membuat bilah mandau, yaitu memuaikan dan menempanya dengan
palu berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk yang diinginkan. Setelah itu, barulah
bilah mandau dihaluskan dengan menggunakan gerinda.

2. Gagang (Hulu Mandau)


Gagang (hulu mandau) terbuat dari tanduk rusa yang diukir menyerupai kepala burung.
Seluruh permukaan gagangnya diukir dengan berbagai motif seperti: kepala naga,
paruh burung, pilin, dan kait. Pada ujung gagang ada pula yang diberi hiasan berupa
bulu binatang atau rambut manusia. Bentuk dan ukiran pada gagang mandau ini dapat
membedakan tempat asal mandau dibuat, suku, serta status sosial pemiliknya.

3. Sarung Mandau.
Sarung mandau (kumpang) biasanya terbuat dari lempengan kayu tipis. Bagian atas
dilapisi tulang berbentuk gelang. Bagian tengah dan bawah dililit dengan anyaman
rotan sebagai penguat apitan. Sebagai hiasan, biasanya ditempatkan bulu burung
baliang, burung tanyaku, manik-manik dan terkadang juga diselipkan jimat. Selain itu,
mandau juga dilengkapi dengan sebilah pisau kecil bersarung kulit yang diikat
menempel pada sisi sarung dan tali pinggang dari anyaman rotan.

Seni Rupa Kalimantan Tengah


13

Nilai Budaya
Pembuatan mandau, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai
yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi
masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni), ketekunan,
ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk-bentuk mandau yang
dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai
ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang
memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak
mungkin akan terwujud sebuah mandau yang indah dan sarat makna.
Mandau adalah salah satu senjata yang diciptakan oleh nenek moyang Etnik Dayak di
Kalimantan umumnya. Terbuat dari besi yang kuat dan baik. Oleh Etnik Dayak, mandau
dipercayai memiliki tingkat-tingkat keampuhan sesuai kesaktian besinya.

Dalam kaitan itu, besi Montallat paling terkenal diantara bahan-bahan lainnya untuk
membuat senjata mandau. Oleh masyarakat Dayak, selain untuk merantas hutan dan
bertani, mandau juga digunakan untuk menghadapi musuh. Para pahlawan dulu
menggunakan mandau sebagai senjata yang tidak dapat terpisah dari tubuhnya,
kemanapun pergi selalu dibawa.Umumnya mandau memiliki hulu (pegangan) terbuat
dari tanduk atau kayu terpilih dan dihiasi ukiran. Bentuk ukiran pada hulu mandau ini
dapat membedakan tempat asal usul mandau dibuat, suku dan derajat pemakainya. Itu
bisa terlihat dari gaya serta motif ukirannya. Selain itu, di bagian hulu mandau
disisipi rambut, yang berfungi menambah keangkeran dan keampuhannya.

Telawang

TELAWANG atau KELABET adalah alat pertahanan diri


dari serangan musuh yang menggunakan senjata tajam yang terkenal dan digunakan di
seluruh Kalimantan. Terbuat dari kayu yang kuat, begian depannya diberi ukiran khas
dayak.

Seni Rupa Kalimantan Tengah


14
Gong

Gong dalam etnik Dayak, berfungsi sebagai


alat komunikasi yang vital dan alat seni budaya. Sebagai alat komunikasi gong juga
dibunyikan untuk pemberitahuan, baik adanya bahaya, musuh datang dari luar,
kebakaran atau panggilan untuk sesuatu pekerjaan gotong royong. Dalam peristiwa
kematian, misalnya, gong dibunyikan tiga kali berturut-turut dalam waktu tertentu
selama mayat masih belum dimakamkan. Bunyi itu terdengar sampai kampung-kampung
yang jauh sehingga kaum kerabat dari tempat jauh datang untuk menghadiri upacara
pemakaman. Dalam acara seni budaya, gong juga mempunyai peranan penting, seperti
pada upacara-upacara "BOKAS", "TIWAH", upacara penyambutan tamu-tamu yang
dihormati, perkawinan dan acara kesenian lainnya.

Jukung Sudur

Jukung Sudur Perahu ini bahannya dibuat


dari sebatang pohon yang kuat, dibelah dua kemudian dibentuk menjadi semacam
badan perahu dengan lambung yang rendah. Dengan bentuk seperti itu, jukung sudur
terlihat sangat surut dan mengkhawatirkan bagi yang tidak pernah menaikinya.
Sebenarnya bentuk seperti ini sangat praktis, karena tahan gelombang, mudah untuk
melintasi riam-riam serta praktis jika harus diangkat. Sebagai alat angkutan, perahu
(jukung sudur) inipun dapat pula diberi dinding-dinding papan yang kuat (tambit
bahasa daerah).
Sesuai dengan keadaan geografis daerah Kalimantan, yang banyak memiliki anak
sungai dan hutan rimbanya, perahu ini dibuat dari bahan alam yang tersedia. Sebagai

Seni Rupa Kalimantan Tengah


15
hasil kultural asli masyarakatnya, jukung sudur menjadi alat angkutan untuk pergi
berhuma dan alat komunikasi antar desa. Di masa perjuangan, perahu (jukung sudur)
ini digunakan pahlawan-pahlawan, seperti Panglima Batur dan lainnya sebagai alat
transportasi menghadapi tentara Belanda.

Rumah betang

A. Selayang Pandang
Di Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, Propinsi Kalimantan Tengah, masih
banyak terlihat rumah-rumah penduduk yang berbentuk rumah betang. Rumah betang
adalah rumah tradisional Suku Dayak di Kalimantan, berbentuk rumah panggung yang
memanjang ke belakang dengan kayu ulin sebagai bahan utama bangunannya. Rumah-
rumah betang yang ada di Kecamatan Delang rata-rata berumur ratusan tahun dan
masih terpelihara dengan baik hingga saat ini. Hal itu menandakan bahwa penduduk di
Kecamatan Delang sampai saat ini masih melestarikan adat-istiadat dan budaya yang
diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Salah satu rumah betang di Kecamatan Delang yang masih terawat dengan baik dan
sering dikunjungi oleh banyak wisatawan adalah Rumah Betang Ojung Batu. Yang
membedakan Rumah Betang Ojung Batu dengan rumah-rumah betang lainnya adalah di
dalamnya terdapat banyak tajau. Konon, rumah betang ini dulunya dikenal sebagai
tempat kediaman seorang tokoh masyarakat Dayak yang sangat kaya yang memiliki
ribuan tajau, sebuah benda mirip tempayan yang oleh masyarakat setempat dijadikan
sebagai simbol kekayaan dan kehormatan seseorang.

Tajau juga dianggap sebagai benda yang memiliki kekuatan gaib dan dapat membawa
rejeki bagi orang yang memilikinya. Konon, orang yang membuat tajau bukanlah orang
sembarangan, karena dia harus menguasai upacara khusus sebelum membuatnya.
Namun sayang, jumlah tajau yang ada di rumah betang ini sekarang sudah jauh
berkurang, menjadi ratusan saja. Saat ini, rumah betang yang sudah berumur hampir
1.000 tahun dimiliki oleh Omas Petinggi Kaya, salah satu tetua adat di Kecamatan
Delang. Oleh Pemerintah Kabupaten Lamandau, Rumah Betang Ojung Batu ditetapkan
sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi.

Seni Rupa Kalimantan Tengah


16

B. Keistimewaan

Rumah Betang Ojung Batu memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri. Bentuknya
memanjang ke belakang sekitar dua ratus meter, bertiang panggung dari kayu ulin
dengan diameter di atas 50 sentimeter dan tinggi 1,5 meter, serta beratap sirap yang
juga terbuat dari kayu ulin. Di dalam rumah betang ini terdapat puluhan bilik dan satu
bilik dihuni oleh satu keluarga. Setiap keluarga penghuni bilik memiliki koleksi barang-
barang antik berupa piring keramik, gong, meriam kuno, talam tembaga, dan berbagai
bentuk perhiasan Cina dan Belanda yang sudah sangat jarang dijumpai. Para penghuni
Rumah Betang Ojung Batu dikenal pula memiliki seni budaya cukup tinggi, yang dapat
dilihat dari berbagai bentuk ukiran yang menghiasi hampir di seluruh bagian rumah,
mandau (senjata khas Suku Dayak) yang menempel di dinding rumah, tombak, dan
berbagai bentuk anyaman yang terbuat dari rotan.
Meskipun ukuran rumah ini terbilang luas dan besar, namun hanya ada satu pintu
masuk utama untuk memasuki rumah ini. Hal ini menyiratkan makna filosofis yang
luhur, yaitu agar semua anggota keluarga yang menghuni rumah ini memiliki persamaan
persepsi dan tujuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apapun aktivitas yang
dilakukan oleh para penghuni rumah, mereka tetap masuk dan keluar dari pintu yang
sama. Di samping itu, dengan hanya memiliki satu pintu utama, diharapkan penghuni
rumah dapat lebih mampu mengenal antara penghuni yang satu dengan penghuni
lainnya secara lebih dekat. Untuk memasukinya, penghuni rumah harus melewati anak
tangga yang berada di bawah kolong rumah.

Selain memiliki keistimewaan dari sisi arsitekturnya, Rumah Betang Ojung Batu juga
memiliki sisi keistimewaan lainnya, yaitu keramahan para penghuninya. Setiap
pengunjung yang datang akan disambut dengan ramah, tidak dipungut biaya, dan cukup
mengisi buku tamu sebagai media perkenalan. Apabila berkenan, pengunjung akan
diajak untuk minum tuak (minuman tradisional dari beras ketan) dan makan sirih
karena dianggap menghargai budaya masyarakat lokal.

Pemandangan bersahaja lainnya juga dapat dilihat dari ekspresi kebersamaan dan
persaudaraan di antara para penghuni rumah, terutama ketika ada permasalahan yang
menimpa salah satu penghuni. Misalnya, jika salah satu anggota keluarga ada yang
meninggal dunia maka masa berkabung mutlak diberlakukan selama satu minggu bagi
semua penghuni dengan tidak menggunakan perhiasan, tidak berisik, tidak minum tuak,
dan tidak menghidupkan peralatan elektronik.

Seni Rupa Kalimantan Tengah


17
Kebudayaan suku Dayak

Tudung Balanga Pot dari Rotan

Berbagai jenis Kain dan pakaian


Seni Rupa Kalimantan Tengah
18
Anyaman :
Topi Lampit/Amak/Tikar Tas Tempat Tisu

Motif-motif :

Motif batang garing

Motif talawang Motif Sulur Motif campuran

Motif tanaman Motif Perhiasan Motif campuran Motif Sulur

Seni Rupa Kalimantan Tengah


19
Penjelasan mengenai pola dan motif-motif khas Kalimantan Tengah :

Pola-pola serta motif-motif yang umumnya digunakan oleh suku Dayak


terinspirasi secara keseluruhan dari alam. Hal ini disebabkan karena kehidupan suku
Dayak sangat bergantung dan dekat dengan alam. Sehingga rupanya hal tersebut juga
mempengaruhi keseniannya, khusus dalam hal ini adalah seni rupa.
Dapat kita lihat bahwa pola suku Dayak memiliki bentuk yang dinamis, berupa
bentuk-bentuk yang asimetris, zig-zag, atau gelombang-gelombang spiral. Hal ini
menandakan kehidupan masyarakat suku Dayak yang sangat aktif mengelola hidup
mereka, namun tetap dengan wawasan alam.
Motif yang paling sering kita temukan adalah motif batang garing, motif sulur,
motif talawang, motif tanaman, motif perhiasan, atau motif dengan kombinasi dari
beberapa motif yang ada sekaligus. Batang garing bagi suku dayak berarti hierarki
dalam kehidupan. Semua manusia diibaratkan hidup dalam satu pohon yang kompleks,
dengan Tuhan pada puncaknya, dan masyarakata dayak pada urutan-urutannya masing-
masing. Walaupun terdapat kelas sosial khusus, tetapi antar masyarakat selalu
tercipta hubungan yang harmoni dan saling bergotong-royong.
Motif-motif lain juga kebanyakan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada di
daerah kalimantan. Contohnya motif tanaman dan motif sulur yang terinspirasi dari
tanaman-tanaman sulur rawa yang banyak tumbuh di daerah pedalaman dan hutan
kalimantan. Selain itu ada pula mitf bulu burung enggang, dimana bagi masyarakat
dayak, burung enggangmemberikan pengaruh kedamaian, kekuasaan, kekuatan, serta
kecerdasan. Begitu pula dengan berbagai macam motif-motif lainnya.

Seni Rupa Kalimantan Tengah


20
A. Daftar Kepustakaan
___________.2004. Ensiklopedi Populer Anak Jilid ke-4. Jakarta : PT Ichtiar Baru
Van Hoeve.

Riwut.Tjilik ( disunting oleh Nila Riwut ).2003. Maneser Panatau Tatu Hiang
(Menyelami Kekayaan Leluhur). Palangkaraya : Indonesia Publishing
House.

Tim Abdi Guru. 1978. Kesenian untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga.

B. Sumber Internet

www.Melayu Online.com

www.wisatamelayu.com

http://balekkampong.multiply.com

http://id.wikipedia.org

http://www.sinarharapan.co.id

http://noesantara.com

www.hupelita.com

www.kalteng.go.id
Seni Rupa Kalimantan Tengah
21

You might also like