Professional Documents
Culture Documents
KARYA TULIS
DISUSUN OLEH :
AGUSTUS 2008
SMAN 2 PAHANDUT
PALANGKARAYA
TUGAS KESENIAN
KARYA TULIS
DISUSUN OLEH :
AGUSTUS 2008
SMAN 2 PAHANDUT
PALANGKARAYA
Penulis
1. Titik
Titik merupakan unsur rupa yang paling sederhana. Setiap menyentuhkan pensil
untuk pertama kali pada kertas akan menghasilkan titik. Unsur titik akan tampak
berarti pada karya seni rupa apabila jumlahnya cukup banyak ayau ukurannya
diperbesar hingga menjadi bintik.
2. Garis
Garis merupakan unsur rupa yang terbuat dari rangkaian titik yang terjalin
memanjang menjadi satu. Ada empat macam garis yaitu garis lurus, garis lengkung,
garis patah-patah, dan garis spiral atau pilin. Garis lurus berkesan tegas dan keras,
sedangkan garis lengkung berkesan lembut dan lentur. Garis patah-patah berkesan
kaku, sedangkan garis spiral berkesan luwes.
3. Bidang
Bidang merupakan unsur rupa yang terjadi karena pertemuan dari beberapa garis.
Bidang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bidang geometris dan nongeometris.
Bidang geometris adalah bidang yang beraturan dan digunakan dalam ilmu ukur.
Bidang nongeometris adalah bidang yang tidak beraturan. Bidang inilah yang seringkali
terdapat pada bentuk-bentuk alami.
4. Bentuk
Bentuk adalah unsur seni rupa yang terbentuk karena ruang atau volume. Macam-
macam bentuk dalam seni rupa adalah bentuk kubistis, silindris, bola, limas, prisma,
kerucut (geometris), dan nongeometris. Unsur bentuk secara nyata diterapkan pada
unsur seni patung, arsitektur, taman, interior, dan kriya.
5. Warna
Warna merupakan unsur rupa yang terbuat dari pigmen (zat warna). Warna dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kelompok warna primer, sekunder, dan tersier.
Warna primer (pertama) maksudnya, warna tersebut bukan terbuat dari campuran
warna lain mana pun. Kelompok warna sekunder (kedua) terbentuk dari campuran
warna primer dan warna primer lain. Warna tersier (ketiga) terjadi dari campuran
warna sekunder dengan warna sekunder lain atau dengan warna primer.
Kelompok warna primer terdiri dari tiga warna, yaitu merah (magenta), kuning
(yellow), dan biru (cyan). Kelompok warna sekunder terdiri dari tiga warna, yaitu
hijau, ungu, dan jingga. Kelompok warna tersier merupak warna-warna yang senada
dengan warna sekunder namun dengan tingkat warna primer yang berbeda-beda.
Seni Rupa Kalimantan Tengah
2
6. Tekstur
Tekstur merupakan nilai permukaan suatu benda (halus atau kasar). Secara visual,
tekstur dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur
nyata maksudnya, keadaan suatu benda bila dilihat dan diraba sama nilainya.
Sedangkan tekstur semu terjadi bila keadaan suatu benda bila dilihat dan diraba
berbeda nilainya.
7. Gelap Terang
Gelap terang merupakan keadaan suatu bidang yang dibedakan dengan warna tua
untuk gelap dan warna muda untuk terang yang disebabkan oleh perbedaan warna atau
karena pengaruh cahaya.
1. Kesatuan (Unity)
Unsur-unsur yang ada dalam seni rupa merupakan suatu kesatuan yang saling
bertautan sehingga tidak ada lagi bagian yang berdiri sendiri.
2. Keseimbangan (Balance)
Yang dimaksud keseimbangan dalam seni rupa adalah kesamaan bobot dari
unsur-unsurnya. Secara wujud dan jumlahnya mungkin tidak sama tetapi nilainya dapat
seimbang.
Adapun jenis-jenis keseimbangan adalah sebagai berikut:
• keseimbangan terpusat/sentral,
• keseimbangan diagonal,
• keseimbangan simetris,
• keseimbangan asimetris.
3. Irama (Rhythm)
Pada umumnya orang mengenal irama pada seni musik karena irama pada musik
mudah dirasakan dan diresapi oleh pendengarnya. Pada karya seni rupa, irama dapat
diusahakan lewat penyusunan unsur-unsur yang diatur.
5. Keselarasan (Harmony)
Keselarasan merupakan prinsip yang digunakan untuk menyatukan unsur-unsur
seni rupa dari berbagaibentuk yang berbeda. Tujuan prinsip keselarasan adalah untuk
menciptakan keharmonisan dari unsur-unsur yang berbeda baik bentuk maupun warna.
Keselarasan bentuk dapat kita ciptakan melalui penyusunan bentuk-bentuk yang
saling berdekatan. Sedangkan keselarasan warna dapat kita peroleh dari memadukan
warna baik dari monokromatis (satu keluarga warna dengan berbagai gradasi),
analogus (berdekatan dengan lingkaran warna), maupun komplementer (berlawanan
dalam lingkaran warna, dari turunan warna primer yang berbeda).
Tema di sini maksudnya, apa yang hendak diceritakan oleh karya seni rupa
tersebut. Tema tergantung pada hal yang menarik minat perupa untuk kemudian
diciptakan menjadi karya seni. Secara tematik, ragam seni rupa dapat diwujudkan
berdasarkan tema-tema sebagai berikut.
• Manusia dan dirinya sendiri.
• Hubungan manusia dengan manusia lain.
• Manusia dengan alam sekitarnya.
• Manusia dan kegiatannya.
• Manusia dengan benda alam.
• Manusia dengan alam khayal (supranatural)
• Dan sebagainya.
Karya seni ibarat mata uang yang memiliki 2 sisi. Sisi pertama merupakan
bentuk fisiknya yang berupa gambar atau bentuk (simbol), dan sisi kedua merupakan
isi, pesan, atau maknanya. Rupa dari karya tersebut menjadi simbol dari makna yang
tersirat di dalamnya. Karya ini menjadi simbol suatu hal.
Ragam hias yang terdapat dalam karya ukir, patung, dan motif kain di berbagai
daerah juga merupakan simbol tersendiri bagi masyarakat yang bersangkutan.
Simbol-simbol ini memiliki arti tertentu sehingga tak bisa sembarangan digunakan.
Makna simbolis seni rupa tampak jelas dalam benda yang berhubungan dengan
religi/keagamaan dan adat. Berbagai arca dan pahatan relief peninggalan jaman
kerajaan hindu-budha merupakan simbolis dari berbagai hal dalam kebudayaan hindu
budha.
Unsur seni rupa juga membantu membentuk kesan dan simbol dari karya seni.
Misalnya dengan warna, maupun garis.
1. Gambar.
Menggambar merupakan proses perekaman objek di atas bidang 2 dimensi
melalui media dengan kriteria antara lain : ketepatan/kemiripan bentuk dan
2. Lukisan.
Lukisan juga menggambarkan karya seni rupa 2 dimensi. Melukis lebih
cenderung mengekspresikan gagasan atau mengungkapkan jiwa pelukis melalui
media ungkap; dan teknik penggarapannya berdasarkan prinsip-prinsip seni
rupa. Kemampuan penggarapan dan penguasaan bahan dan alat merupaka aspek
yang utama di dalam melukis. Melukis lebih bebas dalam menafsirkan objek,
sesuai keinginan pelukisnya. Dengan perkataan lain melukislebih bersifat
subjektif. Karya seni lukis dapat dibedakan dengan beberapa corak, antara
lain: representatif ( nyata ), dekoratif, ekspresif, dan non-representatif
(abstrak).
3. Grafis.
Grafis atau seni grafik sebenarnya termasuk ke dalam desain, namun menurut
dimensinya seni ini termasuk karya seni rupa 2 dimensi. Grafis diproduksi
dengan teknik cetak. Namun pada proses awalnya, sang perupa membuat
desain/rancangan gambar dan tata letaknya dengan memperhitungkan pada
bahan apa grafis ini akan dicetak. Zaman sekarang, proses merancang gambar
dapat dilakukan dengan bantuan komputer. Grafis banyak digunakan untuk
membuat iklan di media cetak, papan reklame, desain logo, poster, sampul
kaset, dan sebagainya.
4. Seni Patung.
Patung, dalam perkembangannya disebut juga sebagai plastic art/seni
plastis/seni bentuk, maksudnya bentuk-bentuk yang memiliki nilai keindahan.
Patung sebagai seni plastis memiliki arti luas karena tak hanya meniru bentuk
manusia dan hewan, tetapi bentuk apapun bisa asalkan memiliki nilai keindahan.
Patung sebagai seni sudah ada semenjak peradaban awal manusia, yang
kebanyakan dibuat dari batu atau kayu. Patung-patung ini berukuran besar dan
kecil dan sebagaian besar bersifat religius atau digunakan untuk keperluan
adat. Namun ada juga yang berfungsi sebagai hiasan.
Patung zaman sekarang dibuat dengan berbagai bahan dan lebih bersifat
estetis ( mengutamakan keindahan bentuk ).
5. Seni Kriya.
Seni kriya termasuk seni rupa terapan. Seni kriya atau kerajinan adalah suatu
usaha membuat barang-barang hasil pekerjaan tangan, atau dapat pula berarti
pekerjaan tangan. Benda-benda ini biasanya dibuat untuk dipergunakan dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sekaligus melestarikan tradisi
kesenirupaan suatu daerah. Oleh karena itu, karya seni kriya dibuat oleh
masyarakat daerah tertentu sebagai ciri khas daerahnya. Pada umumnya
pembuatan seni kriya terikat pada aturan-aturan tertentu yang dianut oleh
suatu daerah. Motif-motif dan warna-warna yang dipakai pun melambangkan
makna-makna tertentu dari daerah tersebut.
Karya seni kriya adalah seni rupa yang paling banyak ragamnya di indonesia.
Contohnya anyaman, yang bisa saja terbuat dari rotan, bambu, daun pandan,
serta berbagai macam lainnya, dari keperluan rumah tangga, seperti
tempatanasi, nyiru, bubu, kap lampu, tas, dinding rumah, tikar, lampit, dan
kursi. Tak hanya anyaman banyak lagi benda-benda yang memiliki keragaman
disamping kegunaannya masing-masing.
Banyak seni kerajinan daerah ini yang hampir punah karena sedikit sekali yang
tertatrik untuk melestarikan tradisinya. Padahal pengetahuan corak dan cara
pengerjaannya merupakan warisan budaya nusantara yang tak ternilai harganya.
6. Desain Daerah
Desain juga merupakan ragam seni rupa terapan. Karya desain dapat dikatakan
karya seni rupa murni apabila hasil karyanya dimaksudkan untuk dinikmati
keindahannya saja, bukan fungsi lainnya.
Desain diciptakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan konsumen akan
produk seni. Prosedur pembuatannya cenderung lebih rumit, karena selain
sebagai sarana berekspresi bagi desainer juga merupakan upaya menjembatani
antara harapan pemakai desain/konsumen dengan kenyataan yang ada/pasar.
Proses pembuatan desain biasanya mellui tahapan panjang, dengan tujuan agar
diminati konsumen. Desain juga bisa dibuat sebagai pesanan seseorang atau
pihak tertentu. Karena itu, terciptanya karya desain dapat bersifat tunggal
atau massal.
URAIAN-URAIAN
Sosial Budaya
Penduduk asli Kalimantan Tengah adalah suku Dayak, suku ini merupakan masyarakat
terbesar yang mendiami Propinsi Kalimantan Tengah bersama dengan berbagai suku
lain di Indonesia. Suku Dayak terbagi atas beberapa sub etnis yang masing-masing
memiliki satu kesatuan bahasa, adat istiadat dan budaya. Sub-sub etnis tersebut
antara lain Suku Dayak Ngaju (termasuk Bakumpai dan Mendawai), Ot Danum,
Ma’anyan, Lawangan, Siang dan lain-lain.
Masyarakat Dayak Kalimantan Tengah mempunyai sifat keterbukaan dan toleransi
yang tinggi yang tercermin dalam falsafah Huma Betang. Huma Betang adalah rumah
khas Kalteng, berupa rumah besar, dimana dalam satu rumah besar adat (Huma
Betang) Dayak Kalimantan Tengah tersebut tinggal bersama-sama bebera pa keluarga
dengan segala perbedaannya seperti status sosial, ekonomi maupun agama namun
tetap hidup secara harmonis.
Sifat gotong royong dalam masyarakat suku Dayak masih tetap terpelihara terutama
dalam gerak hidup bermasyarakat yang tercermin dari tradisi kerja Habaring Hurung,
Handep dan Harubuh.
Berbagai ragam dan jenis kesenian tradisional yang masih terpelihara dalam
kehidupan masyarakat di Kalimantan Tengah antara lain : Seni Tari, Seni Suara, Seni
Rupa, Seni Ukir, dan Seni Anyam-anyaman. Seni Suara berupa lagu -lagu Daerah
dikenal dengan istilah : Karungut, Kandan, Parung, Karinci Seni anyaman yang memiliki
beragam corak terus dikembang oleh masyarakat sebagai kerajinan rakyat.
Kerajinan anyaman tersebut antara lain yang terbuat dari rotan, bambu, pandan dan
purun. Disamping itu juga berkembang berbagai kerajinan etnik (tradisional) yang
terbuat purun, getah nyatu serta bahan kayu. Seni ukir dapat disaksikan pada
pembuatan benda-benda seperti Talawang (Peri- sai), bangunan Sandung, hulu dan
• Seni Rupa/Ukir
Seni Rupa/Ukir Kalimantan Tengah memiliki corak khas dan unik. Hal ini bisa
dilihat dari topeng, perisai, bangunan sandung (tempat menyimpan tulang
belulang), hulu dan sarung mandau, patung sapundu dan lain-lain.
• Seni Anyaman/Kerajinan
Kalimantan Tengah memiliki beragam jenis kerajinan rakyat yang berbahan
rotan, pandan, purun, getah nyatu serta perhiasan dari batu alam Kalimantan
Tengah lain yang sangat menarik untuk dijadikan Souvenir (Cenderamata).
• Senjata Khas/Tradisional
Suku Dayak memiliki senjata khas/tradisional seperti : Mandau, Sipet
(Sumpitan), Lunjo (Lembang), Duhung (sejenis keris), semua memiliki bentuk
dan artistik yang cukup tinggi.
• Transportasi Tradisional
Sesuai kondisi alamnya, Suku Dayak banyak menggunakan perahu sebagai jenis
transportasi. Jenis-jenis perahu tradisional Suku Dayak : Jukung Rangkan dan
Banama (perahu besar).
Sipet
Sumpitan (sipet) merupakan pula salah satu senjata etnik Dayak di Kalimantan.
Senjata ini umumnya digunakan sebagai alat berburu, menyerang musuh dan melawan
segala mara bahaya. Menurut kepercayaan Etnik Dayak sumpitan (sipet) tidak boleh
digunakan untuk membunuh sesama umat manusia.
Peluru atau anak sumpitan yang tajam seperti panah disebut domek. Untuk menambah
ampuh, lazimnya, domek diberikan suatu zat racun yang diperoleh dari getah sejenis
akar yang diolah sedemikian rupa disebut ipu. Ipu ditaruh (digosok) pada ujung anak
sumpitan. Karena itu manusia atau binatang yang terkena ipu akan keracunan. Sebelum
digunakan domek disimpan dalam suatu tempat khusus, disebut telep. Cara
melepaskan domek dari sumpitan ialah dengan meniup sekeras mungkin melalui lobang
sumpitan yang lurus.
Jarak capai anak sumpitan ini cukup jauh sehingga ia merupakan senjata yang praktis
untuk berburu. Menurut bentuknya itu, nenek moyang Etnik Dayak mengharapkan
bahwa setiap orang harus jujur, lurus seperti lobang sumpitan sehingga dapat
tercipta ketulusan dan perdamaian.
Mandau
Kalimantan adalah salah satu dari 5 pulau besar yang ada di Indonesia. Sebenarnya
pulau ini tidak hanya merupakan “daerah asal” orang Dayak semata karena di sana ada
orang Banjar (Kalimantan Selatan) dan orang Melayu. Dan, di kalangan orang Dayak
sendiri satu dengan lainnya menumbuh-kembangkan kebudayaan tersendiri. Dengan
perkataan lain, kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan oleh Dayak-Iban tidak sama
persis dengan kebudayaan yang ditumbuh-kembangkan Dayak-Punan dan seterusnya.
Namun demikian, satu dengan lainnya mengenal atau memiliki senjata khas Dayak yang
disebut sebagai mandau. Dalam kehidupan sehari-hari senjata ini tidak lepas dari
pemiliknya. Artinya, kemanapun ia pergi mandau selalu dibawanya karena mandau juga
berfungsi sebagai simbol seseorang (kehormatan dan jatidiri). Sebagai catatan,
dahulu mandau dianggap memiliki unsur magis dan hanya digunakan dalam acara ritual
tertentu seperti: perang, pengayauan, perlengkapan tarian adat, dan perlengkapan
upacara.
Struktur Mandau
1. Bilah Mandau
Bilah mandau terbuat dari lempengan besi yang ditempa hingga berbentuk pipih-
panjang seperti parang dan berujung runcing (menyerupai paruh yang bagian atasnya
berlekuk datar). Salah satu sisi mata bilahnya diasah tajam, sedangkan sisi lainnya
dibiarkan sedikit tebal dan tumpul. Ada beberapa jenis bahan yang dapat digunakan
untuk membuat mandau, yaitu: besi montallat, besi matikei, dan besi baja yang diambil
dari per mobil, bilah gergaji mesin, cakram kendaraan, dan lain sebagainya. Konon,
mandau yang paling baik mutunya adalah yang dibuat dari batu gunung yang dilebur
khusus sehingga besinya sangat kuat dan tajam serta hiasannya diberi sentuhan emas,
perak, atau tembaga. Mandau jenis ini hanya dibuat oleh orang-orang tertentu.
Pembuatan bilah mandau diawali dengan membuat bara api di dalam sebuah tungku
untuk memuaikan besi. Kayu yang digunakan untuk membuat bara api adalah kayu ulin.
Jenis kayu ini dipilih karena dapat menghasilkan panas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan jenis kayu lainnya. Setelah kayu menjadi bara, maka besi yang akan dijadikan
bilah mandau ditaruh diatasnya agar memuai. Kemudian, ditempa dengan menggunakan
palu. Penempaan dilakukan secara berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk bilah
mandau yang diinginkan. Setelah bilah terbentuk, tahap selanjutnya adalah membuat
hiasan berupa lekukan dan gerigi pada mata mandau serta lubang-lubang pada bilah
mandau. Konon, pada zaman dahulu banyaknya lubang pada sebuah mandau mewakili
banyaknya korban yang pernah kena tebas mandau tersebut. Cara membuat hiasan
sama dengan cara membuat bilah mandau, yaitu memuaikan dan menempanya dengan
palu berulang-ulang hingga mendapatkan bentuk yang diinginkan. Setelah itu, barulah
bilah mandau dihaluskan dengan menggunakan gerinda.
3. Sarung Mandau.
Sarung mandau (kumpang) biasanya terbuat dari lempengan kayu tipis. Bagian atas
dilapisi tulang berbentuk gelang. Bagian tengah dan bawah dililit dengan anyaman
rotan sebagai penguat apitan. Sebagai hiasan, biasanya ditempatkan bulu burung
baliang, burung tanyaku, manik-manik dan terkadang juga diselipkan jimat. Selain itu,
mandau juga dilengkapi dengan sebilah pisau kecil bersarung kulit yang diikat
menempel pada sisi sarung dan tali pinggang dari anyaman rotan.
Nilai Budaya
Pembuatan mandau, jika dicermati secara seksama, di dalamnya mengandung nilai-nilai
yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupan sehari-hari bagi
masyarakat pendukungnya. Nilai-nilai itu antara lain: keindahan (seni), ketekunan,
ketelitian, dan kesabaran. Nilai keindahan tercermin dari bentuk-bentuk mandau yang
dibuat sedemikian rupa, sehingga memancarkan keindahan. Sedangkan, nilai
ketekunan, ketelitian, dan kesabaran tercermin dari proses pembuatannya yang
memerlukan ketekunan, ketelitian, dan kesabaran. Tanpa nilai-nilai tersebut tidak
mungkin akan terwujud sebuah mandau yang indah dan sarat makna.
Mandau adalah salah satu senjata yang diciptakan oleh nenek moyang Etnik Dayak di
Kalimantan umumnya. Terbuat dari besi yang kuat dan baik. Oleh Etnik Dayak, mandau
dipercayai memiliki tingkat-tingkat keampuhan sesuai kesaktian besinya.
Dalam kaitan itu, besi Montallat paling terkenal diantara bahan-bahan lainnya untuk
membuat senjata mandau. Oleh masyarakat Dayak, selain untuk merantas hutan dan
bertani, mandau juga digunakan untuk menghadapi musuh. Para pahlawan dulu
menggunakan mandau sebagai senjata yang tidak dapat terpisah dari tubuhnya,
kemanapun pergi selalu dibawa.Umumnya mandau memiliki hulu (pegangan) terbuat
dari tanduk atau kayu terpilih dan dihiasi ukiran. Bentuk ukiran pada hulu mandau ini
dapat membedakan tempat asal usul mandau dibuat, suku dan derajat pemakainya. Itu
bisa terlihat dari gaya serta motif ukirannya. Selain itu, di bagian hulu mandau
disisipi rambut, yang berfungi menambah keangkeran dan keampuhannya.
Telawang
Jukung Sudur
Rumah betang
A. Selayang Pandang
Di Kecamatan Delang, Kabupaten Lamandau, Propinsi Kalimantan Tengah, masih
banyak terlihat rumah-rumah penduduk yang berbentuk rumah betang. Rumah betang
adalah rumah tradisional Suku Dayak di Kalimantan, berbentuk rumah panggung yang
memanjang ke belakang dengan kayu ulin sebagai bahan utama bangunannya. Rumah-
rumah betang yang ada di Kecamatan Delang rata-rata berumur ratusan tahun dan
masih terpelihara dengan baik hingga saat ini. Hal itu menandakan bahwa penduduk di
Kecamatan Delang sampai saat ini masih melestarikan adat-istiadat dan budaya yang
diwariskan oleh nenek moyang mereka.
Salah satu rumah betang di Kecamatan Delang yang masih terawat dengan baik dan
sering dikunjungi oleh banyak wisatawan adalah Rumah Betang Ojung Batu. Yang
membedakan Rumah Betang Ojung Batu dengan rumah-rumah betang lainnya adalah di
dalamnya terdapat banyak tajau. Konon, rumah betang ini dulunya dikenal sebagai
tempat kediaman seorang tokoh masyarakat Dayak yang sangat kaya yang memiliki
ribuan tajau, sebuah benda mirip tempayan yang oleh masyarakat setempat dijadikan
sebagai simbol kekayaan dan kehormatan seseorang.
Tajau juga dianggap sebagai benda yang memiliki kekuatan gaib dan dapat membawa
rejeki bagi orang yang memilikinya. Konon, orang yang membuat tajau bukanlah orang
sembarangan, karena dia harus menguasai upacara khusus sebelum membuatnya.
Namun sayang, jumlah tajau yang ada di rumah betang ini sekarang sudah jauh
berkurang, menjadi ratusan saja. Saat ini, rumah betang yang sudah berumur hampir
1.000 tahun dimiliki oleh Omas Petinggi Kaya, salah satu tetua adat di Kecamatan
Delang. Oleh Pemerintah Kabupaten Lamandau, Rumah Betang Ojung Batu ditetapkan
sebagai bangunan bersejarah yang dilindungi.
B. Keistimewaan
Rumah Betang Ojung Batu memiliki keunikan dan keistimewaan tersendiri. Bentuknya
memanjang ke belakang sekitar dua ratus meter, bertiang panggung dari kayu ulin
dengan diameter di atas 50 sentimeter dan tinggi 1,5 meter, serta beratap sirap yang
juga terbuat dari kayu ulin. Di dalam rumah betang ini terdapat puluhan bilik dan satu
bilik dihuni oleh satu keluarga. Setiap keluarga penghuni bilik memiliki koleksi barang-
barang antik berupa piring keramik, gong, meriam kuno, talam tembaga, dan berbagai
bentuk perhiasan Cina dan Belanda yang sudah sangat jarang dijumpai. Para penghuni
Rumah Betang Ojung Batu dikenal pula memiliki seni budaya cukup tinggi, yang dapat
dilihat dari berbagai bentuk ukiran yang menghiasi hampir di seluruh bagian rumah,
mandau (senjata khas Suku Dayak) yang menempel di dinding rumah, tombak, dan
berbagai bentuk anyaman yang terbuat dari rotan.
Meskipun ukuran rumah ini terbilang luas dan besar, namun hanya ada satu pintu
masuk utama untuk memasuki rumah ini. Hal ini menyiratkan makna filosofis yang
luhur, yaitu agar semua anggota keluarga yang menghuni rumah ini memiliki persamaan
persepsi dan tujuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Apapun aktivitas yang
dilakukan oleh para penghuni rumah, mereka tetap masuk dan keluar dari pintu yang
sama. Di samping itu, dengan hanya memiliki satu pintu utama, diharapkan penghuni
rumah dapat lebih mampu mengenal antara penghuni yang satu dengan penghuni
lainnya secara lebih dekat. Untuk memasukinya, penghuni rumah harus melewati anak
tangga yang berada di bawah kolong rumah.
Selain memiliki keistimewaan dari sisi arsitekturnya, Rumah Betang Ojung Batu juga
memiliki sisi keistimewaan lainnya, yaitu keramahan para penghuninya. Setiap
pengunjung yang datang akan disambut dengan ramah, tidak dipungut biaya, dan cukup
mengisi buku tamu sebagai media perkenalan. Apabila berkenan, pengunjung akan
diajak untuk minum tuak (minuman tradisional dari beras ketan) dan makan sirih
karena dianggap menghargai budaya masyarakat lokal.
Pemandangan bersahaja lainnya juga dapat dilihat dari ekspresi kebersamaan dan
persaudaraan di antara para penghuni rumah, terutama ketika ada permasalahan yang
menimpa salah satu penghuni. Misalnya, jika salah satu anggota keluarga ada yang
meninggal dunia maka masa berkabung mutlak diberlakukan selama satu minggu bagi
semua penghuni dengan tidak menggunakan perhiasan, tidak berisik, tidak minum tuak,
dan tidak menghidupkan peralatan elektronik.
Motif-motif :
Riwut.Tjilik ( disunting oleh Nila Riwut ).2003. Maneser Panatau Tatu Hiang
(Menyelami Kekayaan Leluhur). Palangkaraya : Indonesia Publishing
House.
Tim Abdi Guru. 1978. Kesenian untuk SMP Kelas VII. Jakarta : Erlangga.
B. Sumber Internet
www.Melayu Online.com
www.wisatamelayu.com
http://balekkampong.multiply.com
http://id.wikipedia.org
http://www.sinarharapan.co.id
http://noesantara.com
www.hupelita.com
www.kalteng.go.id
Seni Rupa Kalimantan Tengah
21