You are on page 1of 20

DIKTAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS X

Dede Sutisna

SMK NEGERI 30 JAKARTA


Jl. Pakubuwono VI Kebayoran Baru Jakarta Selatan Telp. 021-7221253 Fax. 021-72794323
smkn30jkt@gmail.com smk30jakarta.net

sumber hukum islam

Memahami Sumber Hukum Islam, hukum taklifi, dan hikmah ibadah.

Menyebutkan pengertian, kedudukan, dan fungsi al-Quran, Hadis, dan

Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.

Menjelaskan pengertian, kedudukan dan fungsi hukum taklifi dalam hukum

Islam. Menjelaskan pengertian dan hikmah ibadah Menerapkan hukum taklifi dalam kehidupan sehari-hari.

SUMBER HUKUM ISLAM


Dewasa ini kaum muslimin banyak belum mengerti dan memahami hakikat sumber hukum yang menjadi rujukannya dalam beragama. Ironisnya pernyataan sumber hukum Islam adalah Al-Qurn dan Sunnah serta Ijma dan Qiyas merupakan hal yang sudah umum di masyarkat. Namun itu hanya sekedar slogan tanpa diketahui hakikatnya, sehingga banyak dai dan tokoh agama berfatwa menyelisihi sumber-sumber hukum tersebut.

Bab 5_Sumber Hukum Islam

Padahal sangat jelas kedudukan Ijma dalam agama ini. Karena Ijma adalah salah satu dasar yang menjadi sumber rujukan, pedoman dan sumber dasar hukum syariat yang mulia ini setelah Al-Qurn dan Sunnah. Ijma bersumber dari Al-Qurn dan Sunnah, menjadi penguat kandungan keduanya dan penghapus perselisihan yang ada di antara manusia dalam semua yang diperselisihkan. Syaikh Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah menyatakan, Ijma adalah sumber hukum ketiga yang dijadikan pedoman dalam ilmu dan agama. Seluruh amalan dan perbuatan manusia, baik batiniyah maupun lahiriyah yang berhubungan dengan agama, mereka menimbangnya dengan ketiga sumber hukum ini. (Syarh al-Aqidah al-Wasithiyah, Khalid al-Mushlih, hlm. 203). Ijma menjadi sesuatu yang mashum dari kesalahan dengan dasar firman Allah dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam . Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :

Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mumin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali. (Qs. an-Nis/4:115). Sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam :

Umatku tidak berkumpul (sepakat) di atas kesesatan. Karenanya, Syaikhul-Islamt mengatakan, agama kaum muslimin dibangun berlandaskan ittiba kepada Al-Quran dan Sunnah Rasulullah serta kesepakatan umat (Ijma). Sehingga ketiganya menjadi sumber hukum yang mashum. (Daru Taarudh al-Aql wa an-Naql, 1/272). Demikianlah, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyatukan hati umat ini dengan Ijma sebagai rahmat dan karunia dari- Nya. Ijma umat ini sebagian besar dalam masalah dasar dan pokok agama. Dan banyak dari masalah furunya yang menjadi faktor penyebab bersatunya kaum muslimin, menyempitkan lingkaran perselisihan dan pemutus perbedaan pendapat di antara orang-orang yang berbeda pendapat. Oleh karena itu, wajib bagi siapapun yang ingin selamat dari ketergelinciran dan kesalahan untuk mengetahui Ijma (konsensus) kaum muslimin dalam permasalahan agama, sehingga ia dapat berpegang teguh (komitmen) dan mengamalkan tuntutannya setelah benar-benar selamat dari

Pendidikan Agama Islam kelas X

penyimpangan (tahrif) dan memastikan kebenaran penisbatannya (penyandarannya) kepada syariat serta tidak dibenarkan menyelisihinya setelah mengetahui Ijma tersebut. Para imam (ulama besar) umat ini telah sepakat memvonis sesat orang yang menyelisihi konsensus umat ini dalam satu permasalahan agama. Bahkan bisa menjadi landasan untuk memberi vonis kafir dan murtad dalam beberapa keadaan tertentu. Karena itulah, para ulama juga telah memperhatikan hal ini secara sempurna, dan kita semua kembali merujuk kepada keterangan mereka tentang Ijma yang benar. Semoga dengan menimbang semua amalan perbuatan yang berhubungan dengan agama kepada ketiga sumber di atas, dapat menjadi pendorong bagi kaum muslimin untuk dapat bersatu... Seperti yang (mungkin) kita ketahui bahwa sumber utama (primary sources) dari Hukum Islam adalah Alquran dan Sunnah (yang bentuknya adalah dalam teks hadis). Sedangkan sumber lain bagi Hukum Islam (Secondary sources) adalah tulisan-tulisan atau pendapat-pendapat para cendekiawan muslim yang diformulasikan pasca wafatnya Rasulullah SAW, yang pada umumnya ditulis pada masa keemasan keilmuandalam islam, yaitu pada jaman disnasti Abbasiyah (750-950 M), kemudian biasa disebut ilmu fiqih; teks-teks hukum dalam Islam yang ditulis oleh tokoh-tokoh Islam terkemuka (biasanya terbatas pada madzhabnya masing-masing); dan Fatwa, atau aturan yang berlaku bagi muslim yang dikeluarkan oleh para ulama dalam rangka menjawab pertanyaan ummat berkaitan dengan sesuatu hal yang spesifik tergantung situasi, kondisi, waktu dan lokasi pada saat dibuatnya fatwa tersebut. 1. al-Quran Alquran bukanlah tulisan hukum, namun di dalam Alquran terkandung setidaknya 500 perintah Allah SWT yang sifatnya berkaitan dengan hukum. Abdur Rahman i Doi (Shariah: The Islamic Law, 1989) membuat klasifikasi atas aturan-aturan yang terkait dengan hukum ke dalam empat bagian besar yaitu: a) The concise injunctions, atau perintah-perintah Allah yang tertulis di dalam Alquran namun tidak ditemui penjelasan tentang tata cara pelaksanaan atas perintah tersebut. Sebagai contoh adalah perintah Allah untuk mendirikan shalat, berpuasa atau mengeluarkan zakat; b) The concise and detailed injunctions, atau perintah-perintah Allah yang secara jelas tertulis dalam Alquran, dan penjelasan atas ayat-ayat tersebut bisa didapati dari hadis atau sumber hukum Islam lainnya. Sebagai contoh adalah aturan mengenai hubungan muslim dengan non-muslim; c) The detailed Injuctions, yaitu dimana Alquran telah memberikan penjelasan yang detail berkaitan dengan satu perintah Allah SWT, dan tidak diperlukan adanya lagi suatu

Bab 5_Sumber Hukum Islam

penjelasan tambahan. Sebagai contoh adalah hukuma hadd (huddud); dan d) Fundamental principles of Guidance, prinsip-prinsip ini tidak memiliki penjelasan yang terperinci dan pasti (clear cut), sehingga untuk menetukan hukum atas hal-hal tersebut perlu diambil melalui suatu proses yang dinamakan ijtihad. 2. Hadis dan Sunnah Sunnah adalah segala perbuatan dan perkataan Rasulullah, termasuk segala sesuatu yang disetujui oleh Beliau. Hadis sendiri berarti segala hikayat atau pembicaraan yang digunakan dalam meriwayatkan segala sesuatu tindak tanduk Rasulullah, sehingga sunnah dapat berarti sebuah contoh perbuatan atau hukum yang diambil dari adanya suatu hadis. Berkaitan dengan Shariah, hanya sunnah yang berkaitan dengan hukum sajalah yang dikategorikan sebagai suatu sumber hukum Islam, sehingga sunnah yang tidak langsung berkaitan seperti bagaimana teknik pertanian, strategi peperangan, dan lain sebagainya tidak dianggap sebagai sebuah sumber hukum Islam atau hukum pidana Islam. Sunnah sendiri digunakan dalam berbagai keperluan diantaranya adalah untuk menkonfirmasi hukum-hukum yang sudah disebutkan dalam Alquran, untuk memberikan penjelasan tambahan bagi ayat Alquran yang menjelaskan sesuatu secara umum, untuk mengklarifikasi ayat-ayat Alquran yang mungkin dapat menerbitkan keraguan bagi ummat, dan memperkenalkan hukum baru yang tidak disebutkan dalam alquran. Kompilasi atas hadis dilakukan oleh para ulama dan cendekiawan muslim yang secara umum dikumpulkan oleh empat periwayat hadis terkemuka yaitu kompilasi hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari (870M), Muslim (875M), Abu Dawud (888M), dan At-Tirmidhi (892M). Mungkin masih ada hadis yang diriwayatkan oleh selain empat ulama terkemuka ini, namun secara umum umat muslim mengenal empat kompilasi hadis yang dikumpulkan atau diriwayatkan ulama di atas. Hadis sendiri diklasifikasikan berdasarkan kualitas dari periwayatnya (bisa dipercaya) dan kekuatan dari isnad atau bagaimana hubungan antara para periwayat itu sendiri, sehingga dapat digolongkan dalam tiga jenis: Muwatir, Mashhur, dan Ahad. Masing-masing memiliki arti sendiri-sendiri yang menandakan kualitas dari hadis-hadis tersebut. 3. Mazhab Sumber-sumber bagi Hukum Islam adalah pendapat-pendapat dan tulisan-tulisan dari para ulama, cendekiawan muslim, atau para hakim yang dibuat setelah Rasulullah SAW wafat. Ilmu-ilmu yang dikompilasikan oleh para ulama ini merupakan sumber-sumber hukum Islam yang sangat bernilai

Pendidikan Agama Islam kelas X

bagi umat muslim sebagai hingga saat ini. Berdasarkan aliran dalam Islam yang ada saat ini, secara umum terdapat dua aliran besar yaitu Sunni dan Shiah. Empat aliran besar (madhabs) yang tergolong dalam aliran sunni adalah Madhad Hanafi, Maliki, Hambali, dan Shafii. Sedangkan satu aliran yang terdapat dalam Shiah adalah Madhab Shiah itu sendiri. Madhad Hanafi dikembangkan oleh seorang ulama dan cendekiawan muslim yaitu Imam Abu Hanifa (80-150 H, atau 702-772M), dan muridnya yang terkenal Abu Yusuf dan Muhammad. Mereka menekankan pada penggunaan alasan-alasan dan shura atau diskusi kelompok daripada semata-mata mengikuti aturan atau tradisi yang telah ada secara turun temurun. Madhab ini paling banyak berkembang dan dikuti di India dan Timur Tengah, serta pernah menjadi mdhab resmi yang digunakan di Turki (dinasti Utsman). Madhab Maliki mengikuti ajaran-ajaran yang dikembangkan oleh ulama dan cendekiawan muslim Imam Malik (lahir 95H atau 717M) yang menitikberatkan pada praktek-prakte yang diterapkan penduduk di Madinah sebagai suatu bentuk contoh kehidupan Islam yang paling otentik. Saat ini, ajaran-ajaran Imam Malik atau madhab Maliki paling banyak ditemui hampir di seluruh bagian wialayah muslim di benua Afrika. Madhab Hambali dikembangkan oleh ulama dan cendekiawan muslim yang bernama Imam Ahmad ibnu Hambali (lahir 164H atau 799M) yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisi dan ketuhanan serta mengadopsi pandangan yang tegas terhadap hukum. Saat ini madhab Hambali secara dominan diterapkan di saudi Arabia. Madhab Syafii didirikan oleh seorang ulama dan cendekiawan bernama Imam As-Shafii (lahir 150H atau 772M) adalah merupakan murid dari Imam Malik dan pernah belajar dari beberapa tokoh cendekian muslim yang paling terkemuka pada saat itu. Imam As-Shafii terkenal karena ke-moderat-annya dan penilaiannya yang berimbang, dan walaupun Beliau menghormati tradisi, Imam As-Shafii mengevalusinya secara lebih kritis dibandingkan dengan Imam Malik. Para pengikut madhab Shafii secara dominan diikuti oleh umat muslim yang berada di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Madhab Syiah yang dianut oleh sekitar 10% umat muslim saat ini, menurut sebagian cendekiawan lebih diakibatkan sebagai akibat dari pergesekan politik dalam dunia muslim terhadap pendapat bahwa pemimpin umat muslim harus selalu merupakan keturunan dari keluarga Ali, yaitu keponakan dari Rasulullah sekaligus suami dari puteri nabi Fatimah. Madhab yang masih memiliki sub-madhab (katakanlah seperti itu) seperti Ithnaashaaris dan Ismailis saat ini ditemui secara dominan di negara Iran, serta memiliki pengikut yang juga mayoritas di Iraq, India, dan negara-negara kawasan teluk.

Bab 5_Sumber Hukum Islam

4. Tulisan-tulisan tentang hukum Islam Banyak ulama, cendekiawan muslim dan ahli hukum islam telah menulis buku-buku yang berisi hal-hal yang berkaitan dengan hukum Islam. Tulisantulisan ini juga dipandang sebagai sumber-sumber hukum yang diakui dan berlaku terutama di dalam kalangan madhab mereka masing-masing. 5. Fatwa Fatwa adalah aturan hukum yang dikeluarkan oleh seorang ulama atau cendekiawan muslim yang terkemuka dalam menjawab pertanyaan atau memberikan aturan terhadap hal-hal yang sifatnya khusus saja. Fatwa juga harus berasal dari sumber dan merupakan turunan hukum Islam serta dihasilkan oleh para ulama dan cendekiawan muslim yang terkemuka (mujtahidin) yang dilakukan melalui proses ijtihad dan diambil hanya jika sumber hukumnya tidak jelas atau belum ada.

AL-QURAN
1. Pengertian al-Qur'an Dalam segi bahasa al-Qur'an artinya yang dibaca. Sedangkan menurut istilah ialah wahyu Allah swt yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, sebagai sumber hukum dan pedoman hidup pemeluk Islam. Jika dibaca menjadi ibadah kepada Allah swt. Dengan keterangan diatas, maka firman Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Musa as dan Isa as serta nabi-nabi lainnya bukan dikatakan al-Qur'an. Demikin pula firman Allah swt yang diturunkan atau disampaikan kepada nabi Muhammad saw. Jika dibaca bukan ibadah seperti hadis qudsi, tidak pula dinamakan alQur'an. Al-Qur'an juga mempunyai nama-nama lain seperti al-Kitab, Kitabullah, alFurqan (membedakan antara yang haq dan yang batil). Dan az-Zikru (peringatan) dan masih banyak lagi nama-nama al-Qur'an. Al-Qur'an yang kita kenal sekarang ini adalah dalam bentuk mushaf yaitu lafadz yang tertulis/dibukukan. Al-Qur'an dikumpulkan pada zaman khalifah Abu Bakar dan mulai dibukukan pada zaman khalifah Usman bin Affan. Al-Qur'an yang disalin kedalam berbagai bahasa disebut terjemah al-Qur'an, sedangkan yang lebih luas penguraian pengertian beserta segala aspeknya disebut tafsir alQur'an, tafsir inilah yang akan menjelaskan kepada kita kandungan al-Qur'an disamping pengertian al-Qur'an yang tersurat, diungkapkan juga pengertian yang sersirat. Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa akan terungkap oleh tafsir, sehingga akan jelaslah maksud sabda Rasulullah saw tentang sifat al-Qur'an sebagai berikut:

Pendidikan Agama Islam kelas X

Artinya: Al-Qur'an adalah cahaya yang terang beenderang, pering atau yang dijelaqskan/bijaksana daan jalan yang lurus (H. R. Baihaqi) 2. Pemmbagian hukum al-Qur'an a. b. c. Hukum-hukum istiqadiah (hukum-hukum yang dikenal dengan keimanan). Hukum-hukum khuluqiah (hukum-hukum yang berkenaan dengan akhlak). Hukum amaliyah (hukum-hukum

yang berkenaan dengan

pelaksanan syariat dan pengertian khusus).


Hukum amliyah pada garis besarnya dibagi dua: a. hukum yang mengantar hubungan manusia dengan khalliknya yang dikenal sebagai istilah ibadah, baik berrupa ibadah khusus kepada Allah swt seperti shalat, mauppun mengandung unsur kemasyarakatan seperti zakat. b. hukum yang mengantar hubungan antara sesama manusia, yang dikenal sebagai muamalah, seperti munakahah, mawaris, jual beli, sewa menyewa, utang piutang dan sebagainya. 3. Kedukukan dan fungsi al-Qur'an Kedudukan al-Qur'an al-Qur'an berkedudukan sebagai sumber hukum yang utama dan yang pertaama, tak adaa saattu jenis hukumpun yang tidak terdapat dasarrdasarnya. Sebagai firman Allah swt: ?? ????? ?? ????? ?? ????? (??? ???? ) Artinya: tidak kami alpakan sesuatu dalam kitab (Q. S. al-Anam:38) kedudukan al-Qur'an itu sumber utama dan pertama bagi tasyri Islam, maka seegala sesuatu ketetapan supaya berpegang kepada al-Qur'an dan peembuatannya sebgai firman Allah swt: ??????? ?????? ???? ???? (?????? )

Artinya: "maka berpegang teguhlah pada apa yang diwahyukan Allah swt kepadaamu (Q. S. al-Zukhruf: 43) Betapa tingginya kedudukan al-Qur'an sebagai dasaaar hukum yang penuh berkat raahmat dari Allah swt. Karena itulah seebagai syarat bertakwa kepadaa Allah swt. Manusia diwajibkan mengikuti hukumhukum al-Qur'an sebagaimana firman Allah swt: ???? ??? ?????? ???? ?? ????? ?? ???? ?????? ?????? (??? ???? )

Bab 5_Sumber Hukum Islam

Artinya: Dan al-Qur'an itu adalah kitab yang kami turunkan yang diberkati, makaa itulah dan berita kwalah agar kamu diberi raahmat (Q. S. al-Anam: 155) Demikian kedudukan al-Qur'an sebagai sumber Islam yang pertama dan utama. 4. Fungsi al-Qur'an a. al-Qur'an berfungsi sebagai penegas bidang akidah. Dalam bidang akidah penegasan al-Qur'an merupakan khulasah (intisari) yang diprioritaskan, diantara mengenal iman kepadaa yang waajib. b. sebagaii penegas bidang ibadah Ibadah sebagai realitas dari pada akidah dapat dijadikan ukuran kuuwaalitas iman seseorang. Iman menurut istilah menyangkut keyakinan ucapan dan perbuatan. c. memberikan pengajaran kepada kita dengan pengalaman kisah-kisah masa silam. Sejarah masa lalu dinyatakan dalam kisa-kisah yang diterangkan dalam al-Qur'an, baik yang bersifat positif dengan meemikul resiko yang menyenangkan ataupun yang bersifat neegatif dengan memikull resiko yang tidak menyenangkan merupakan pedoman bagi umat manusia. d. membawa kabar gembira (menyeddiakan paahala) bagi yang beramal shalih dan memberikan peeringatan (mengancam dengan siksa) bagi yang durrhaka firman Allah swt dalam al-Qur'an: ????? ?????? ?? ??? ???? ?? ???????? (???? ) Artinya: yang memberrikan kabar gembira dan memberikan peringatan, tetapi kebanyakan mereka berrpaling, maka tidak mau mendengarnya. (Q. S. al-Fushilat: 4) e. menjadi pedoman khidup bagi setiap mukmin. Firmna Allah swt: Artinmya: Dan sesungguhnya al-Qur'an itu benar-benar menjadi petunjuk bagi orang-orangyang beriman. (Q. S. an-Naml: 77) f. sebagai obat bagi segala penyakit rohani. Firman Allah swt: Artinya: Dan kami turunkan dari al-Qur'an sesuatu yang menjadi peenawar dan rahmat bagi orang-orang beriman. (Q. S. al-Isra': 82) g. memberikan motifasi/dorongan untuk kemajuan teknologi.

Pendidikan Agama Islam kelas X

Al-Qur'an diturunkan untuk memberikan peetunjuk sehingga menjadi rahmat sebelum dirasakan seebagai rahmat. Tentu dengan melalui proses tertentu dengan bantuan ilmu pengetahuan. Firman Allah swt: Artinya: Hai jamaah jin manusia jika kamu sanggup menghembus (melihat) menjuru ke langit maka lintasilah, kamu tidak dapat menembuskan dengan kekuatan. (Q. S. ar-Rahman: 33) 5. Garis-garis besar isi al-Qur'an Pokok-pokok isi al-Qur'an adaa lima. a. Tauhid kepercayaan kepada Allah swt, malaikat-malaikattnmya, kitab-kitabnya, para rasul, hari kiamat/kemudian, dan qada dan qadar yang baik dan buruk. b. c. Tuntunan ibadan sebagai peran yang menrubahhidupkan jiwa tauhid. Janji dan ancaman: al-Qur'an menjanjikan pahala bagi orang yang meneerima dan mengamalkan isi al-Qur'an dan mengancam mereka yang mengingkarinya dengan siksa. d. e. Hukum yang dihajati pergaulan hidup untuk keeebahagiaan dunia akhirat. Inti sejarah orang-orang yang tunduk kepada Allah swt, yaaitu orang-orang yang shalil seeperti nabi-nabi, dan rasul-rasul juga sejarah mereka yang mengingkaari agama Allah swt dan hukumhukumnya. Maksud sejarah ialah sebagaii tuntunan dan tauladan bagi orang-orang yang hendak mencari kebahagiaan dan meliputi tuntunan akhlak. 6. Dasar-dasar al-Qur'an dalam membuat hukum al-Qur'an diturunkan Allah swt kepada Naabi Muhammad saw untuk dijaddikan peetunjuk dan peengaajaran bagi seluruh umat manusia, dalam mengadddakan perrintah dan larangan. Al-Qur'an selalu berpedoman kepada dua hal yaitu: (1) tidak meembedakan, dan (2) berangsur-angsur. 1. Tidak membedakan. Firman Allh dalam Al-Qur'an; Artiya; Allah swt tidak aakan memberikan sesutu kepada seorang melaainkan sesui dengan ke sanggupannya.(Q,S. Al Baqorah;286.) Artinya; Allah swt menghendaki kelonggaran bagi dan tidak menghendaki ke sulitan bagi mu.(Q,S,Al-Baqorah;185.) Dengan dasar itulah,Kita boleh; a. Mengqasar shalat(dari empat menjadi dua rakat)dan menjama (mengumpulkan shalat)yang masing-masing apabila berpegian sesui dengan syarat-syaratnya.

10 Bab 5_Sumber Hukum Islam

b. c. d. 2.

Boleh titik berpuasa bila berpergian . Boleh bertayamum sebagi wudu'. Boleh memakan-makan yang haramkan. Jika keadan memaksa.

Berangur-angsur Al-Qur'an telah membuat Hukum yang berangsur angsur.Hal ini dapat di ketahui sebagi berikut; Mengharamkan sesuatu secara berangsur-angsur seperti laranganlarangan minum minuman keras dan penjudi,sebagaimana Firman Allah swt Artinya; Mereka bertaya kepadamu tentang minuman yang memabukan dan tentang penjudian,Katakan oleh mu bahwa minuman yang memabukan dan penjudi itu dosa besar dan ada manfatkannya bagi manusia,tetapi dosanya lebih besar dari manpatnya. (Q,S,Al-baqarah; 219) Lalu datanglah fase yang ke dua dari fase mengharamkannya sesat sebelum shalat bahwa bekas-bekasnya harus lenyap sebelum shalat, yaitu dengan fiman Allah swt; Artinya; Waihai orang-orang yang beriman, Janganlah mendekati shalat jika kamu dalam keadan mabuk. (Q. S. An-nisa; 43.) Kemudian datanglah fase terakhir yaitu larangan keras terhadap arak dan judi. Setelah banyak orang-orang menninggalkan kebiasaan itu dan sesudah turun ayat yang pertama dan yang kedua, yaitu fiman Allah swt: Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya arak, judi dan bertenung adalah pekerjaan keji termasuk perbuatan syetan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu, agar kamu memperoleh kebahagiaan. (Q. S. al-Qur'an-Maidah: 90) Demikianlah Allah swt membuat larangan secara berangsur-angsur pula, misalnya pengumuman dasar peperangan dan jihad dimasa permulaan Islam. Di kota Mekkah dan Maddinah.

7.

Penerapan Sikap dan Perilaku Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghayatan terhadap al-Quran sebagai sumber hukum, antara lain adalah: a. b. Memiliki al-Quran, berikut terjemahannya dan gemar membawanya untuk terus dibaca di saat waktu luang, atau di berbagai kesematan. Mempelajari dan memahami al-Quran di antaranya melalui metode ayat bil ayat, yaitu memahami ayat al-Quran dengan ayat yang lainnya. Misalnya: tahapan 1 tata krama membaca al-Quran tahapan 2 tata krama menerjemahkan al-Quran
Pendidikan Agama Islam kelas X

11

tahapan 3 tata krama memahami isi kandungan al-Quran tahapan 4 tata krama melaksanakan isi kandungan al-Quran tahapan 5 tata krama mensyiarkan al-Quran c. Bertadarus dan tadabur al-Quran sesuai dengan kemampuan masingmasing, khususnya dibaca secara rutin sehabis salat fardu maghrib dan subuh. d. Melaksanakan pesan moral yang terdapat dalam al-Quran di kehidupan sehari-hari, karena al-Quran dijadikan petunjuk dan pedoman hidup manusia. e. f. Mengamalkan/mensyiarkan al-Quran dan tetap mempelajarinya. Menghormati al-Quran, tidak disimpan di tempat yang tidak selayaknya, dipelihara dan dirawat agar tidak cepat rusak. g. Gemar menghafal surat-surat pendek/panjang dan digunakan sebagai bacaan ketika salat. h. Mempelajari bahasa Arab, nahwu, saraf, dan ilmu lainnya, agar dapat menerjemahkan atau menafsirkan ayat-ayat al-Quran.
Dari Utsman bin Affan, Rasulullah bersabda, "Yang paling baik di antara kamu adalah orang yang mau belajar al-Quran dan mengajarkannya". (HR. Imam Turmuzi) Point does Your one take from that sentence conclusion is

Tadabur al-QURAN

Bahan Diskusi
1. Diskusikanlah apa yang terjadi jika seseorang

telah pandai membaca al-Quran tetapi tidak paham apa yang dibacanya!? 2. 3. 4. Bagaimana dampaknya kepada seseorang yang telah memahami ayat al-Quran tetapi tidak dipatuhinya? Kaitkan dengan QS. 61: 2-3. Bagaimana jika seorang muslim tidak atau enggan memahami alQuran? Kaitkan dengan QS. 7: 179? Bagaimana dengan diri Anda, sudahkan bias membaca al-Quran? Jika belum jelaskan alasannya?!

As-Sunnah
1. Pengertian sunnah Sunnah menurut bahasa artinya perjalanan, pekerjaan atau cara. Sedangkan menurut istilah syara adalah perkataan Nabi Muhammad saw, perbuatan dan keterangannya yaitu yang dikatakan atau yang diperbuat oleh para sahabat dan ditetapkan oleh Nabi, tiada ditegurnya sebagai bukti bahwa perbuatan itu tidak teralarang hukumnya.

12 Bab 5_Sumber Hukum Islam

2.

Jenis sunnah a. sunnah Qauliyah, yaitu perkataan dari Rasul contohnya yang sudah masyhur ialah Hadis: Artinya: sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung kepada niat (H. R. Bukhari Muslim) b. sunnah fi'liyah, yaitu perbuatan Rasulullah saw, yang dapat disimpulkan sebagai perintah atau larangan melalui contoh teladan beliau. Contoh seperti pelaksanaan ibadah shalat, puasa, haji dan sebagainya. c. sunnah taqririyah, yaitu pengakuan dan penetapan pemberian perseetujuan hal-hal yang dilakukan oleh para shahabat, baik yang perkataan maupun perbuatan. Contohnya seperti kisah dua orang shahabat dalam keadaan mufasir tidak menemukan air, sedang keduanya ingin melaksanakan shalat. Selesainya shalat keduanya melanjutkan perjalanan dan menemukan air, sedangkan waktu shalat masih ada, saloah seorng dari keduanya kemudian berwudhu dan mengulangi shalatnya, sedangkan yang satunya tidak mengulangi shalatnya. Engkau telah mengikuti sunnahku dan telah memenuhi kewajiban shalatmu, sedangkan beliau berkata: engkau mendapat pahala dua kali. d. sunnah hammiyah, ialah suatu amalan yang ddikeehendaki atau diinginkan Nabi saw, tetapi belum sampai beliau kerrjakan sesudah wafat, misalnya puasa tanggal sembilan Muharram.

3.

Macam-macam kiualitas hadis Secara garis besar, kualitas hadis dibagi menjadi dua: mutawatir dan ahad. Yang dimaksud dengan hadis mutawatir adalah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah orang banyak yang tidak memungkinkan melakukan kebohongan bersama. Sementara yang dimaksud dengan hadis ahad adalah hadis yang diriwayatkan oleh perorangan yang jumlahnya tidak mencapai jumlah mutawatir. Karena persyaratan hadis mutawatir cukup ketat, maka jumlahnya bias dibilang sangat sedikit. Dengan kata lain, riwayat hadis yang ada hamper didominasi hadis ahad. Mengingat kualitas masing-masing orang yang meriwayatkan hadis (perawi) berbeda satu sama lain, maka hadis ahad sendiri masih dibagi tiga macam: a. Shahih, hadis yang memiliki mata rantai sanad yang bersambung, tidak bertentangan dengan riwayat hadis kebanyakan, tidak mengandung cacat, serta diriwayatkan oleh seorang perawi yang adil dan akurat.

Pendidikan Agama Islam kelas X

13

b.

Hasan, hadis yang tidak jauh berbeda dengan pengertian shahih. Yang membedakan antara keduanya hanya pada kualitas perawinya, di mana perawi hadis hasan tidak sepopuler perawi hadis shahih.

c.

Dha'if, sebuah hadis yang tidak memenuhi beberapa kriteria hadis shahih maupun hasan. (para perawinya termasuk suka berbuat fasik, pendusta, pelupa, berbuat dosa). Contoh: "Barangsiapa yang berkata kepada orang miskin, bergembiralah, maka wajib baginya surga." (HR. Ibnu 'Adi). Di antara perawi hadis tersebut ialah Abu Mali bin Harun, menurut Imam Yahya ia sebagai pendusta dan bias dikatakan sebagai pemalsu hadis. Contoh lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim: "Barang siapa mati karena mempertahankan hartanya, maka ia mati syahid."

4.

Kedudukan sunnah a. Sunnah sebagai dasar hukum Kaum muslimin sepakat bahwa sunnah sebagai dasar hukum yang kedua sesudah al-Qur'an, kesimpulan ini diperoleh berdasarkan dalildalil yang memberikan petunjuk tentang kedua kedudukan dan fungsi sunnah, baik yang nash, ijma, ataupun pertimbangan akal yang sehat. 1) Dalil yang berupa nash antara lain, firman allah dalam al-Qur'an: artinya: apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia dan yang ddilarangnya bagimu maka tinggalkan. (Q. S. al-Ashr: 7) Artinya: barang siapa yang mentaati Rasul, maka sesungguhnya mentaati Allah swt. (Q. S. an-Nisa: 80) 2) Dalil akal Bila sunnah tidak menjadi dasar hukum (hujjah) maka seebagaimana cara melaksanakan perintak al-Qur'an yang masih bersifat ijmal, seperti shalat, puasa, haji, dan sebagainya. Dalam perintah shalat tersebut, melainkan Rasul langsung memberikan contoh pelaksanaannya, dengan demikiawn tidak patut kita sangkal mengenai kedudukan sunnah sebagai salah satu sumber hukum. b. Sunnah terhadap al-Qur'an meliputi tiga fungsi pokok yaitu: 1. menguatkan dan menegaskan hukum yang terdapat dalam alQur'an contohnya seperti perintah melaksanakan shalat, puasa, zakat dan haji, larangan menghadik orang tua, larangan membunuh kecuali dengan jalan haq dicantumkan dalam alQur'an ditegaskan juga dalam sunnah. 2. menguraikan dan merincikan yang global atau mujmal, mengkaitkan yang mutlak dan mentaksiskan yang umum ('am),

14 Bab 5_Sumber Hukum Islam

tafsir, taqsid dan daqsis berfungsi penjelasan apa yang dikehendaki al-Qur'an, rasulullah saw, memang mempunytai tugas penjelas kitabullah al-Qur'an sebagaimwana firman Allah swt: artinya: dan kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan upayaa mereka memikirkan. (Q. S. an-Nisa: 44) Contohnya seperti penjelasan tata cara ibadah shalat, puasa, dan Haji, penjelasan harta benda yang diwajibkan mengeluarkan zakatnya dan nisabnya, masing-masing menjelasakan akan jual beli yang mengandung riba, menentukan berbagai yang haram dan yang tidak haram dan laain sebagainya. 3. menetapkan dan mengadakan hukum yang tidak disebutkan dalam al-Qur'an hukum yang terjadi adalah merupakan produk sunnah sendiri yang tidak ditunjukan oleh al-Qur'an contohnya seperti haram memadu seseorang perempuan dengan bibinya dari pihaak ibunya, haram makan daging burung yangberkuku panjang, haram memakai sutra dan cincin emas bagi laki-laki dan sebagainya. 5. Sunnah yang dapat dijadikan hujjah Sunnah yang dapat dijadikan hujjah adalah yang dapat dipertanggungjawabkan kesahihannya dengan uraaian berikut: a. Sunnah mutawatir, yatu yang diriwayatkan dengan sanad yang banyak, sehingga tidak ditentukan lagi siapa-siapa saja yang diriwayatkannya, umumnya hadis yang demikian populer dalam masyarakat, tak seorangpun yang menolak keasliannya. b. c. Sunnah masyhur, yaitu yang diriwayatkan dengan paling sedikit tiga sanad. Sunnah ahad, yaitu yang diriwayatkan dengan dua atau satu sanad saja, tingkat ahad inilah yang baik. 6. Penerapan Sikap dan Perilaku Sikap dan perilaku yang mencerminkan memahami hadis sebagai sumber hukum kedua antara lain adalah: a. Membaca dan mempelajari hadis, khususnya hadis sahih untuk diterapkan sebagai sumber hukum kedua setelah al-Quran dalam kehidupan sehari-hari. b. Dapat menghafal hadis-hadis pendek untuk dijadikan bahan latihan berdakwah/khutbah.

Pendidikan Agama Islam kelas X

15

c. d. e.

Menghindari hadis-hadis palsu agar tidak salah dalam beribadah dan beramal soleh. Mengenal (mengetahui) sejarah hadis atau memiliki beberapa buku hadis. Menempatkan hadis (sunnah rasul) sebagai sumber hukum kedua dan menjauhi dari sikap perilaku ingkar terhadap kedudukan hadis sebagai sumber hukum Islam.

Bahan Diskusi
1. 2. Diskusikanlah apa latar belakang adanya hadis palsu dan sebuah contoh hadis palsu. Cari dan himpunlah lima hadis tentang kewajiban menuntut ilmu.

IJTIHAD
1. Pengertian Ijtihad Ijtihad menurut bahasa artinya besungguh-sungguh, berusaha keras mencurahkan tenaga, memeras pikiran, atau bekerja semaksimal mungkin. Adapun ijtihad menurut istilah ulama Usul Fiqih ialah usaha keras seorang faqih (ulama fiqih) yang mencurahkan segala kesanggupannya untuk mendapatkan ilmu tentang hukum-hukum syari'ah." Ijtihad dapat pula diartikan usaha serius yang dilakukan oleh seorang faqih atau ahli agama untuk memecahkan suatu masalah yang tidak ada ketetapannya, baik dari al-Quran maupun Hadis dengan menggunakan pikiran yang sehat dan jernih, sehingga diperoleh ketetapan hukum yang benar dan tepat. 2. Berbagai Metode Ijtihad Adapun metode untuk menetapkan hukum dalam proses ijtihad bisa dibilang cukup beragam, di antaranya sebagai berikt: a. IJMA' Ijma' menurut bahasa artinya sepakat atau sependapat. Menurut istilah, yaitu kesepakatan atau persetujuan para mujtahid umat Muhammad Saw sepeninggal beliau pada suatu masa tentang suatu perkawa (hukum). Kesepakatan ini bisa berbentuk perbuatan (ijma' fi'liyah), perkataan (ijma' qauliyah) dan dengan cara diam (ijma' sukuti). Misalnya tentang bolehnya memakan daging Kuda. b. QIYAS

16 Bab 5_Sumber Hukum Islam

Qiyas menurut bahasa adalah mengukur sesuatu dengan lainnya. Sengakan menurut istilah adalah penetapan suatu hukum berdasarkan suatu hukum yang sudah ditentukan oleh nash al-Quran maupun hadis karena adanya persamaan illah atau sebab. Misalnya tentang haramnya bir atau mengisap ganja, yang ada dalam Quran yang diharamkan meminum ARAK (khamr) alasannya memabukkan sehingga dapat merusak akal sehat. Karena illah-nya atau sebabnya sama-sama memabukkan dan merusak akal sehat manusia maka bir atau mengisap ganja serta yang lainya haram hukumnya. 7. Hukum Taklifi Menurut para ulama ahli usul fiqh, yang dimaksud dengan hukum taklifi adalah ketetapan Allah tentang perintah larangan atau takhyir (pilihan). Menurut para ulama hukum taklifi terbagi menjadi lima: 1. Wajib, yaitu suatu perintah yang berasal dari syar'i (Allah atau Rasulullah) yang harus dilaksanakan oleh mukallaf. Biasanya hukum wajib ditunjukkan melalui redaksi kalimat perintah yang tidak disertai penjelasan yang meringankan untuk ditinggalkan. Karena ketetapan yang bersifat harus, maka jika seseorang melaksanakannya akan mendapatkan pahala dan yang meninggalkannya akan mendapat dosa. Misalnya kalimat perintah yang memunculkan hukum wajib bagi mukallaf terdapat dalam firman Allah SWT;

.
"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. 2: 183) 2. Mandub, yaitu suatu perintah yang berasal dari syar'i (Allah dan Rasulullah) yang harus dilaksanakan oleh mukallaf, namun sifatnya tidak mengharuskan. Karena bukan sebuah ketetapan yang harus, maka orang yang melaksanakannya akan mendapatkan pahala dan yang meninggalkannya tidak berdosa, seperti pada ayat berikut;

.
2: 282)
Pendidikan Agama Islam kelas X

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila melakukan utang-piutang

untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya." (QS.

17

3.

Haram, yaitu suatu larangan yang berasal dari syar'I (Allah atau Rasulullah) yang harus ditinggalkan oleh mukallaf. Karena larangan yang sifatnya harus ditinggalkan, maka bagi yang melaksanakannya akan mendapat dosa dan yang meninggalkannya akan mendapatkan pahala. Seperti pada ayat berikut;

.
"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula)yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azhlam (anak panah), karena itu suatu perbuatan fasik." (QS. Al-Maidah/5: 3). 4. Makruh, yaitu suatu perintah yang berasal dari syar'i (Allah atau Rasulullah) yang dianjurkan untuk dilaksanakan oleh mukallaf dan sifatnya bukan sebuah keharusan. Karena sifatnya tidak harus, maka bagi orang yang meninggalkanny akan mendapatkan pahala dan yang tetap melanggarnya tidak mendapatkan dosa. Misalnya dalam firman Allah berikut; daging hewan yang disembelih bukan atas nama Allah, yang tercekik,

"Wahai orang yang-orang yang beriman! Janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika ditegakkan kepadamu, (justru) menyusahkan kamu." (QS. Al-Maidah/5: 101). 5. Mubah, sebuah pilihan yang diberikan oleh syar'i (Allah atau Rasulullah) kepada mukallaf antara melaksanakan atau meninggalkannya. Karena sifatnya sebuah pilihan, maka orang yang melaksanakan atau meninggalkannya sama-sama tidak mendapatkan dosa. Misalnya dalam surat al-Jumu'ah/62: 10 berikut;

18 Bab 5_Sumber Hukum Islam

"Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karuia Allah." 8. Penerapan Sikap dan Perilaku Sikap dan perilaku yang mencerminkan penghayatan terhadap hokumhukum taklifi adalah sebagai berikut: a. b. Senantiasa berhati-hati dalam bertindak atau melakukan sesuatu, apakah boleh dilakukan atau tidak. Melaksanakan salat fardu, puasa, zakat, dan haji/umrah sesuai dengan syariat yang telah ditentukan berdasarkan al-Quran dan hadis Nabi saw. c. d. e. f. g. Melaksanakan salat rawatib (qabliyah dan ba'diyah), atau salat-salat sunnah lainnya. Senantiasa berpuasa sunnah seperti hari Senin dan Kamis. Menjauhi perbuatan-perbuatan yang hukumnya makruh karena nantinya akan menjadi haram. Melaksanakan perbutan-perbuatan baik dan menjauhi perbautanperbutan yang hukumnya haram. Senantiasa berkonsultasi kepada yang layak diminta nasihat mengenai perbuatan yang akan dilakukan tetapi masih ada keraguan.

Reasonably to been contemplated [layak untuk


direnungkan]
Hukum taklifi adalah tuntunan Allh SWT yang dikemas oleh para ahli fiqh yang berkaitan dengan perintah untuk melakukan suatu perbuatan atau meninggalkannya. Ada lima macam yang berkaitan dengannya, yaitu: wajib, haram, sunnah, makruh dan mubah. Berhati-hatilah dalam bertindak supaya tidak salah jalan, yang seharusnya kita melakukannya malah ditinggalkan sebaliknya seharus ditinggalkan malah dilakukan, jauhkan dari sikap keragu-raguan dan yang hal-hal yang makruh karena nantinya akan menggiring kepada hal yang diharamkan.

LATIHAN
A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! 1. 2. Jelaskan pengertian al-Quran, Sunnah, Ijtihad! Tuliskan ayat Quran yang menyatakan bahwa al-Quran adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama!
Pendidikan Agama Islam kelas X

19

3. 4.

Sebutkan tiga fungsi hadis terhadap al-Quran! Bagaimna menurut pendapatmu jika ada orang yang hanya berpedoman kepada al-Quran tetapi mengingkari Sunnah? Jelaskan dengan singkat! Apakah yang dimaksud dengan hukum mubah? Sebutkan contohnya!

5.

B.

Berilah tanda checklist ( ) pada kolom yang sesuai dengan pilihan sikap Anda! N o 1 Pernyataan S S S T S S T S

Menerapkan hukum Islam berarti harus membentuk pemerintahan Islam di Indonesia. Jika ada masalah keagamaan, hendaknya para ulama melakukan ijtihad untuk mencari solusinya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, kita harus selalu menyesuaikan tradisi yang berlaku di masyarakat selama tidak bertentangan dengan syari'at. Kita tetap tidak boleh makan daging babi ketika berada di tengah hutan dan tidak ada bahan makanan lagi yang bisa dimakan. Kalau sering terjadi perselisihan faham dalam sebuah perjanjian, maka pencatatan perjanjian menjadi wajib dilakukan.

20 Bab 5_Sumber Hukum Islam

You might also like