You are on page 1of 6

PATHWAY

Prinsip terapi fraktur


Ada empat konsep dasar yang harus dipertimbangkan pada waktu menangani fraktur yaitu: 1. Rekognisi atau pengenalan (Price & Wilson, 1985); Rekognisi yaitu pengenalan mengenai dignosis pada tempat kejadian kecelakaan dan kemudian di rumah sakit. Riwayat kecelakaan, parah tidaknya, jenis kekuatan yang berperanan dan deskripsi tentang kejadian tersebut oleh klien sendiri, menentukan kemungkinan tulang yang patah, yang dialami dan kebutuhan pemeriksaan spesifik untuk fraktur. 2. Reduksi; pemilihan keselarasan anatomi bagi tulang fraktur (Sabiston, 1984) - Reposisi. - Fraktura tertutup pada tulang panjang seringkali ditangani dengan reduksi tertutup. Untuk mengurangi rasa sakit selama tindakan ini klien dapat diberi narkotika intravena, obat penenang (sedatif a0 atau anastesia blok saraf lokal). Pada waktu merencanakan perawatan klien perlu dinilai; keadaan sosial, kemungkinan dukungan dari keluarga, kemungkinan pengaruh cedera pada kehidupan klien pada beberapa bulan yang akan datang dan harapan dari klien sendiri. Perlu diberikan penjelasan tentang adnya kemungkinan reduksi tidak berhasil, akibat fraktur yang dapat terjadi, periode serta sifat ketidakmampuan klien. Contoh; klien yang mengalami fraktur pada daerah siku jarang dapat mengekstensikan lengan sepenuhnya dan mengunci sikunya. Jika reduksi ecara manual dan tertutup dengan analgetik lokal tidak berhasil, maka upaya ini harus dihentikan, klien perlu dirawat di rumah sakit disiapkan untuk anastesi umum dan direncanakan reduksi di kamar operasi. - Traksi kontinu; dengan plester felt melekat di atas kulit atau dengan memasang pin trafersa melalui tulang, distal terhadap fraktur. - Reduksi terbuka bedah, biasanya disertai sejumlah bentuk fiksasi interna dengan plat pin, batang atau sekrup. 3. Imobilisasi (Sabiston, 1995) atau retensi reduksi (Wilson & Price, 1985) Bila reduksi telah tercapai, maka diperlukan imobilisasi tempat fraktur sampai timbul penyembuhan yang mencukupi. Berbagai teknik digunakan untuk imobilisasi, yang tergantung pada fraktur: - Fraktur impaksi pada humerus proksimal sifatnya stabil serta hanya memerlukan ambin atau balutan lunak - Fraktur kompresi (impaksi) pada vertebra, tepat diterapi dengan korset atau brace - Fraktur yang memerlukan reduksi bedah terbuka biasanya diimobilisasi dengan perangkat keras interna, imobilisasi eksternal normalnya tidak diperlukan. - Fraktur ekstremits dapat diimobilisasi dengan gibs, gibs fiberglas atau dengan brace yang tersedia secara komersial Semua pasien fraktur perlu diperiksa untuk menilaian neurology dan vascular. Adanya nyeri, pucat, prestesia, dan hilangnya denyut nadi pada ekstremitas distal merupakan tanda disfungsi neurovaskuler. Bila traksi digunakan untuk reduksi, maka traksi juga bertindak sebagai imobilisasi dengan ekstrimitas disokong di atas ranjang atau di atas bidai

sampai reduksi tercapai. Kemudian traksi dilanjutkan sampai ada penyembuhan yang mencukupi, sehingga pasien dapat dipindahkan memakai gibs atau brace. Sedapat mungkin pembidaian (splinting) harus dilakukan dalam posisi fungsional sendi yang bersangkutan. 4. Pemulihan fungsi (restorasi) atau rehabilitasi (Price & Wilson 1985, Sabiston 1995) Sesudah periode imobilisasi pada bagian manapun selalu akan terjadi kelemahan otot dan kekakuan sendi. Hal ini dapat diatasi dengan aktivitas secara progresif, dan ini dimudahkan dengan fisioterapi atau dengan melakukan kerja sesuai dengan fungsi sendi tersebut. Adanya penyambungan yang awal dari fragmen-fragmen sudah cukup menjadi indikasi untuk melepas bidai atau traksi, akan tetapi penyambungan yang sempurna (konsolidasi) seringkali berlangsung dalam waktu yang lama. Bila konsolidasi sudah terjadi barulah klien diijinkan untuk menahan beban atau menggunakan anggota badan tersebut secara bebas.

Secara ringkas tahap penyembuhan tulang adalah sebagai berikut:


1. Stadium pembentukan hematom;

Hematom terbentuk dari darah yang mengalir yang berasal dari pembuluh darah yang robek.

2.

3.

4.

5.

- Hematom dibungkus jaringan lunak sekitar (peristeum & otot). - Terjadi sekitar 1 2 x 24 jam. Stadium proliferasi sel/implamasi; - Sel-sel berproliferasi dari lapisan dalam periosteum, sekitar lokasi fraktur. - Sel-sel ini menjadi precusor osteoblast. - Sel-sel ini aktif tumbuh ke arah fragmen tulang. - Prolifferasi juga terjadi di jaringan sumsum tulang. - Terjadi setelah hari ke 2 kecelakaan terjadi. Stadium pembentukan kallus; - Osteoblast membentuk tulang lunak (kallus). - Kallus memberikan rigiditas pada fraktur. - Jika terlihat massa kallus pada X-ray berarti fraktur telah menyatu. - Terjadi setelah 6 10 hari setelah kecelakaan terjadi. Stadium konsolidasi - Kallus mengeras dan terjadi proses konsolidasi. Fraktur teraba telah menyatu. - Secara bertahap menjadi tulang mature. - Terjadi pada minggu ke 3 10 setelah kecelakaan. Stadium remodeling; - Lapisan bulbous mengelilingi tulang khususnya pada lokasi eks fraktur. - Tulang yang berlebihan dibuang oleh osteoklast. - Pada anak-anak remodeling dapat sempurna, dewasa masih ada tanda penebalan tulang.

Traksi Penyembuhan fraktur bertujuan mengembalikan fungsi tulang yang patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin Metode Pemasangan traksi: Traksi Manual Tujuan : Perbaikan dislokasi, Mengurangi fraktur, Pada keadaan Emergency. Dilakukan dengan menarik bagian tubuh. Traksi Mekanik Ada dua macam, yaitu : Traksi Kulit Dipasang pada dasar sistem skeletal untuk struktur yang lain, misalnya: otot. Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg. Untuk anak-anak waktu beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai fraksi definitif, bila tidak diteruskan dengan pemasangan gips. Traksi Skeletal Merupakan traksi definitif pada orang dewasa yang merupakan balanced traction. Dilakukan untuk menyempurnakan luka operasi dengan kawat metal atau penjepit melalui tulang/jaringan metal. KEGUNAAN PEMASANGAN TRAKSI Traksi yang dipasang pada leher, di tungkai, lengan atau panggul, kegunaannya : Mengurangi nyeri akibat spasme otot Memperbaiki dan mencegah deformitas Immobilisasi Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi). Mengencangkan pada perlekatannya. Comminuted fracture dan fraktur yang tidak sesuai untuk intramedullary nailing paling baik diatasi dengan manipulasi di bawah anestesi dan balanced sliding skeletal traction yang dipasang melalui tibial pin. Traksi longitudinal yang memadai diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah pemendekan, dan fragmen harus ditopang di posterior untuk mencegah pelengkungan. Enam belas pon biasanya cukup, tetapi penderita yang gemuk memerlukan beban yang lebih besar dari penderita yang kurus membutuhkan beban yang lebih kecil. Lakukan pemeriksaan radiologis setelah 24 jam untuk mengetahui apakah berat beban tepat; bila terdapat overdistraction, berat beban dikurangi, tetapi jika terdapat tumpang tindih, berat ditambah. Pemeriksaan radiologi selanjutnya perlu dilakukan dua kali seminggu selama dua minggu yang pertama dan setiap minggu sesudahnya untuk memastikan apakah posisi dipertahankan. Jika hal ini tidak dilakukan, fraktur dapat terselip perlahanlahan dan menyatu dengan posisi yang buruk. MACAM MACAM TRAKSI Traksi Panggul Disempurnakan dengan pemasangan sebuah ikat pinggang di atas untuk mengikat puncak iliaka. Traksi Ekstension (Bucks Extention) Lebih sederhana dari traksi kulit dengan menekan lurus satu kaki ke dua kaki. Digunakan untuk immibilisasi tungkai lengan untuk waktu yang singkat atau untuk mengurangi spasme otot.

Traksi Cervikal Digunakan untuk menahan kepala extensi pada keseleo, kejang dan spasme. Traksi ini biasa dipasang dengan halter kepala. Traksi Russells Traksi ini digunakan untuk frakstur batang femur. Kadangkadang juga digunakan untuk terapi nyeri punggung bagian bawah. Traksi kulit untuk skeletal yang biasa digunakan. Traksi ini dibuat sebuah bagian depan dan atas untuk menekan kaki dengan pemasangan vertikal pada lutut secara horisontal pada tibia atau fibula. Traksi khusus untuk anak-anak Penderita tidur terlentang 1-2 jam, di bawah tuberositas tibia dibor dengan steinman pen, dipasang staples pada steiman pen. Paha ditopang dengan thomas splint, sedang tungkai bawah ditopang atau Pearson attachment. Tarikan dipertahankan sampai 2 minggu atau lebih, sampai tulangnya membentuk callus yang cukup. Sementara itu otot-otot paha dapat dilatih secara aktif. Fiksasi Interna Intramedullary nail ideal untuk fraktur transversal, tetapi untuk fraktur lainnya kurang cocok. Fraktur dapat dipertahankan lurus dan terhadap panjangnya dengan nail, tetapi fiksasi mungkin tidak cukup kuat untuk mengontrol rotasi. Nailing diindikasikan jika hasil pemeriksaan radiologi memberi kesan bahwa jaringan lunak mengalami interposisi di antara ujung tulang karena hal ini hampir selalu menyebabkan non-union. Keuntungan intramedullary nailing adalah dapat memberikan stabilitas longitudinal serta kesejajaran (alignment) serta membuat penderita dpat dimobilisasi cukup cepat untuk meninggalkan rumah sakit dalam waktu 2 minggu setelah fraktur. Kerugian meliput anestesi, trauma bedah tambahan dan risiko infeksi. Closed nailing memungkinkan mobilisasi yang tercepat dengan trauma yang minimal, tetapi paling sesuai untuk fraktur transversal tanpa pemendekan. Comminuted fracture paling baik dirawat dengan locking nail yang dapat mempertahankan panjang dan rotasi. Fiksasi Eksterna Bila fraktur yang dirawat dengan traksi stabil dan massa kalus terlihat pada pemeriksaan radiologis, yang biasanya pada minggu ke enam, cast brace dapat dipasang. Fraktur dengan intramedullary nail yang tidak memberi fiksasi yang rigid juga cocok untuk tindakan ini (2).

You might also like