You are on page 1of 20

Paper Elektrokimia

Baterai

Pandu Waskito 1006660232

Departemen Teknik Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2013

BAB I Pendahuluan

1.1.

Latar Belakang Energi merupakan hal yang sangat utama keberadaannya dalam kehidupan manusia saat ini. Semua aspek dalam kehidupan pasti membutuhkan energi. Dari hal yang paling kecil hingga hal yang besar semuanya membutuhkan energi. Energi itu sendiri bisa berasal dari sumber yang terbarukan dan sumber yang tidak terbarukan. Contoh dari sumber yang terbarukan diantaranya adalah angin dan ombak yang akan terus ada dan tak pernah habis. Sedangkan sumber energi yang tidak terbarukan contohnya adalah batu bara dan minyak bumi. Berbicara lebih dalam mengenai energi, kita pasti sudah sangat dekat dengan hukum kekekalan energi. Hukum kekekalan energi menyatakan bahwa energi tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan. Tetapi energi bisa diubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Perubahan energi itulah yang biasanya banyak digunakan dalam aplikasi sehari-hari. Sebagai contoh adalah perubahan energi listrik menjadi kinetik pada kipas angin, energi listrik menjadi kalor pada pemanas ruangan dan energi listrik menjadi energi cahaya seperti lampu.

Gambar 1.1.1 bola lampu dan kipas angin yang memanfaatkan perubahan energi

Kemudian, setelah cukup memahami mengenai energi dan perubahannya, marilah kita melihat fenomena yang ada di sekitar kita. Saat ini penggunaan telepon genggam, kamera dan alat transportasi benar-benar akrab dalam kehidupan kita. Penggunaan alat-alat tersebut bisa digunakan dengan berpindah-pindah karena ada sumber penyimpan energi yang diaplikasikan di dalamnya. Seperti yang kita semua
2

tahu bahwa energi yang didapat untuk menjalankan semua aplikasi di atas berasal dari baterai. Baterai mampu menyimpan cadangan energi listrik yang kemudian bisa digunakan untuk menyuplai energi pada peralatan elektronik yang kita gunakan. Baterai itu sendiri ada yang habis pakai atau bisa digunakan berulang-ulang. Penjelasan mengenai baterai secara lebih mendalam akan dibahas pada makalah ini.

Gambar 1.1.2. Sel baterai

Berdasarkan atas prinsipnya, sel baterai menghasilkan energi listrik dari energi kimia. Dalam sel baterai terjadi reaksi redoks yang kemudian menghasilkan energi listrik yang bisa kita manfaatkan untuk menjalankan berbagai perangkat elektronik seperti kamera dan telepon genggam. Seiring dengan berkembangnya penemuan dan penelitian, saat ini telah didapati teknologi terbaru berupa alat transportasi yang bisa digerakkan dengan sumber energi berupa baterai.

BAB II Pembahasan

2.1.

Definisi dan Sejarah Baterai Baterai merupakan satu alat yang digunakan untuk mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Perubahan ini dilakukan dengan memanfaatkan prinsip transfer elektron dari satu material ke material lainnya melalui sirkuit elektrik. Baterai saat

ini banyak digunakan sebagai sumber suplai tenaga listrik bagi perangkat-perangkat elektronik, sehingga kita bisa menggunakan perangkat elektronik tanpa harus menghubungkannya secara langsung dengan sumber listrik. Energi listrik yang dihasilkan oleh baterai berasal dari konversi energi kimia karena di dalamnya terjadi reaksi reduksi-oksidasi (redoks).

Gambar 2.1.1. Sel Baterai

Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, baterai mengubah energi kimia menjadi energi listrik karena terjadi reaksi redoks dalam sel nya. Maka dari itu komponen penyusun baterai itu sendiri tersusun atas elektroda positif (katoda), elektroda negatif (anoda) dan larutan elektrolit. Katoda merupakan bagian dimana terjadi proses oksidasi sedangkan anoda merupakan bagian dimana terjadinya proses reduksi. Sedangkan larutan elektrolit merupakan satu medium transfer elektron antara katoda dan anoda. Sehingga dengan adanya tiga komponen utama tersebut, reaksi redoks dapat berlangsung dan bisa mengubah energi kimia menjadi energi listrik.

Baterai itu sendiri pertama kali ditemukan pada tahun 1936 secara tidak sengaja di Baghdad, Irak. Saat itu terdapat beberapa orang yang tengah membuat jalur kereta api. Kemudian mereka menemukan satu barang antik yang kemudian diteliti oleh para arkeolog. Hasil penelitian menunjukkan bahwa barang antik yang ditemukan tersebut berasal dari kerajaan Parthian. Kemudian dari penemuan barangbarang antik tersebut, ditemukanlah satu bejana yang terbuat dari tanah liat yang terisolasi di bagian atasnya. Di bagian tengahnya terdapat batangan besi yang dikelilingi oleh tabung silinder yang dibungkus oleh lembaran tembaga. Tinggi bejana itu sendiri sekitar 15 cm dengan tabung tembaga berdiameter 4 cm serta panjang 12 cm. Lalu, penelitian terhadap barang tersebut menunjukkan bahwa apabila benda tersebut ditambahkan larutan asam, benda itu akan mampu menghasilkan aliran listrik yang berkisar antara 1,5 hingga 2,0 volt. Selanjutnya, seorang arkeolog Jerman bernama Dr. Wilhelm Konig menyatakan bahwa pot keramik yang ditemukan itu sangat memungkinkan untuk dikatakan sebagai sebuah baterai. Walaupun umurnya yang sudah sangat tua, yakni sekitar 200 tahun, benda tersebut menandai penemuan baterai kuno pertama.

Gambar 2.1.2. Baterai pada Zaman Purba yang Ditemukan di Baghdad

Setelah penemuan artefak di 1938, perkembangan baterai terus dilakukan hingga pada tahun 1800, seorang ilmuwan bernama Alessandro Volta

mempublikasikan detil dari sel baterai. Baterai awalnya disusun dengan menumpuk lapisan perak, kertas yang direndam air garam dan seng. Berbagai macam susunan tersebut ditumpuk hingga membentuk tumpukan yang sangat tinggi tanpa kertas yang telah direndam air garam di antara perak dengan seng hingga voltase yang diinginkan didapat. Volta juga membangun konsep mengenai seri elektrokimia yang
5

mengurutkan potensial yang terbentuk saat logam bersentuhan dengan larutan elektrolit. Dua puluh tahun kemudian, didapati bahwa tumpukan Voltaic tidak memberikan efek dan kinerja yang baik dalam mengalirkan arus pada waktu yang lama. Kemudian, ketidaksempurnaan ini diperbaiki pada penemuan bernama sel Daniell. Sel ini diambil dari nama penemunya yakni John Frederich Daniell. Daniell membuat susunan sel dimana tembaga diletakkan di bagian dasar dari bejana. Kemudian seng diletakkan di bagian atas dari pelat dan menggantung pada bejana. Setelah itu, diberikan larutan elektrolit dan larutan tembaga sulfat yang telah jenuh melapisi plat tembaga yang terus menyebar hingga pada potongan seng. Kemudian larutan seng sulfat dengan densitas yang lebih rendah, dituang dan mengambang di atas larutan tembaga sulfat sehingga kemudian merendam potongan seng. Sel ini kemudian dimanfaatkan sebagai suplai energi untuk telegram, telepon dan bel rumah. Berlanjut ke 1859, Raymond Gaston Plante membuat sebuah sel baterai dengan mengerol dua buah lembaran timbal yang dipisahkan oleh flannel. Kemudian, keseluruhan susunan tersebut direndam di dalam asam sulfat. Sehingga, dengan itu, didapatilah sel baterai dimana kemampuan untuk menyuplai arus listrik bisa ditingkatkan dengan proses charge-discharge. Tak lama kemudian, di tahun 1866, Georges Leclanche membuat sel baterai buatannya dimana sel tersebut memiliki elektroda yang direndam dalam larutan. Sel buatan Leclanche tersebut memiliki keuntungan seperti mudah untuk dibuat serta waktu simpannya yang lama. Leclanche kemudian mengimprovisasi penemuannya dengan mengganti larutan elektrolit dengan pasta aluminum klorida. Sehingga, dengan pergantian tersebut, sel baterai yang didapat berupa sel kering yang bisa digunakan dalam berbagai posisi serta bisa dipindahkan tanpa takut tumpahnya larutan elektrolit. Baterai tipe yang paling umum saat ini adalah baterai karbon-seng dengan anoda seng dan katoda berupa campuran dari mangan dioksida dengan karbon hitam. Pada tahun 1898 hingga 1908, Thomas Edison menyusun sel alkalin dengan besi sebagai anoda dan nikel oksida sebagai katoda. Elektrolit yang digunakan berupa kalium hidroksida. Sel ini kemudian sangat cocok digunakan untuk keperluan industri dan bisa bertahan dalam keadaan overcharged atau uncharged dalam jangka waktu lama. Di sisi lain, pada waktu yang bersamaan, Jungner dan Berg, ilmuwan asal Swedia, menyusun sel baterai nikel-cadmium. Susunannya sama dengan yang disusun
6

oleh edison, namun posisi besi digantikan oleh cadmium sehingga bisa dioperasikan lebih baik pada temperatur rendah. Hingga saat ini sel baterai nikel-cadmium masih diproduksi di pasaran. Berlanjut lebih jauh ke tahun 1949. Sebuah perusahaan baterai ternama, Everady Battery Company berhasil membuat baterai alkalin yang sangat banyak ditemukan di pasaran saat ini. Baterai alkalin ini mampu menyuplai lebih banyak energi jika dibandingkan dengan sel leclanche. Selanjutnya di 1950, Samuel Ruben berhasil menemukan baterai alkalin dengan komponen penyusun berupa seng dan merkuri oksida. Penemuan ini kemudian dikenal dengan nama duracell.

Perkembangan dan pembentukan duracell ini selanjutnya dilakukan mulai tahun 1964.

Gambar 2.1.3. Baterai alkalin

2.2.

Komponen dan Prinsip Kerja Baterai Sedikit mengulang mengenai definisi baterai, baterai merupakan satu alat yang digunakan untuk mengkonversi energi kimia menjadi energi listrik. Konversi energi ini dilakukan dengan memanfaatkan prinsip transfer elektro dari satu material ke material lainnya melalui sirkuit elekttrik. Hasil yang didapat dari proses transfer elektron tersebut adalah oksidasi dari agen pereduksi yang tidak lain adalah anoda dan reduksi dari agen pengoksidasi atau katoda. Dimana dalam hal ini, pengertian reduksi itu sendiri merupakan keadaan dimana material mendapatkan tambahan elektron dan sebaliknya oksidasi merupakan keadaan dimana material kehilangan elektron. Sehingga proses yang mendasari kinerja baterai ini adalah proses redoks atau yang biasa kita kenal dengan reaksi reduksi oksidasi.

Gambar 2.2.1. Proses Dasar Kimia dalam Menghasilkan Energi Listrik

Sebelum beranjak lebih dalam untuk memahami proses kinerja baterai, kita akan membahas mengenai sel penyusun baterai itu sendiri. Seperti yang dikatakan sebelumnya, proses yang berlangsung dalam sebuah baterai menggunakan prinsip reaksi redoks. Sehingga, komponen komponen yang menyusun sebuah sel baterai terdiri aras sebuah anoda, sebuah katoda, larutan elektrolit, dan separator atau pemisah antara katoda dan anoda. Di bawah ini adalah penjelasan yang lebih mendalam mengenai komponen komponen tersebut. a. Anoda Merupakan elektroda negatif yang berperan sebagai elektroda pereduksi. Anoda ini memberikan elektron yang dimilikinya sehingga mengalami oksidasi selama proses berlangsung. Anoda ini terbuat dari material yang memiliki elektron valensi yang sangat sedikit. Sebagai contoh logam yang berperan sebagai anoda atau elektroda negatif adalah seng (Zn). b. Katoda Merupakan elektroda positif yang lebih dikenal sebagai elektroda

pengoksidasi. Elektroda ini dibuat sedemikian rupa untuk bisa menangkap elektron sehingga elektroda ini akan tereduksi selama proses berlangsung. Katoda pada umumnya terbuat dari material dengan elektron valensi yang hampir penuh. c. Elektrolit Elektrolit ini biasanya berupa larutan asam, basa atau garam karena larutan tersebut sangat bersifat konduktor ionik. Namun, elektrolit tidak harus selalu
8

berupa larutan. Elektrolit bisa berupa bubuk kering atau pasta. Elektrolit ini berperan sebagai media transfer antara katoda dan anoda. Saat elektron melewati sirkuit eksternal, material elektroda dibagian dalam sel berubah menjadi ion ion. Untuk bisa mempertahankan aliran proses, maka ion ion tersebut harus melewati elektrolit yang berupa asam, basa atau garam tadi.

Gambar 2.2.2. Bagian Dalam Baterai

Setelah mengetahui komponen komponen penyusun sel baterai, sekarang kita akan bergerak lebih dalam untuk membahas prinsip dan mekanisme kerja baterai. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya, proses kerja yang terjadi dalam baterai ini menggunakan prinsip reaksi reduksi oksidasi. Sehingga, dalam meningkatkan pemahaman, untuk mengerti prinsip kerja baterai, kita akan menggunakan sel volta dengan elektroda seng dan tembaga. Elektroda Zn mengandung atom negatif dengan jumlah yang sangat banyak sedangkan di sisi lain elektroda Cu mengandung atom positif yang melimpah. Kemudian, saat kedua elektroda ini dimasukkan ke dalam larutan elektrolit, reaksi kimia kemudian berjalan. Reaksi kimia berjalan sesuai dengan sifat

keelektronegatifan. Dimana elektroda dengan nilai yang lebih negatif akan memberikan elektronnya kepada elektroda yang lebih positif. Sehingga dalam hal ini, reaksi yang terjadi bisa digambarkan oleh reaksi kimia berikut ini.

Tabel 2.1. Tabel Reaksi Sel Antara Anoda dan Katoda

Reaksi Anoda:

Reaksi Katoda:

Reaksi Sel:

Dari reaksi di atas, baterai akan mampu mengubah energi kimia dari komponen yang terkandung di dalamnya menjadi energi listrik. Proses konversi ini akan terus menerus terjadi, hingga pada satu titik salah satu elektrodanya tidak mampu menyuplai elektron lagi. Sehingga baterai akan menjadi tidak berfungsi atau mati.

Gambar 2.2.3. Aliran Elektron pada Sel Baterai

10

2.3.

Jenis Jenis Baterai a. Baterai Nikel Kadmium

Gambar 2.3.1. Baterai Ni-Cd

Baterai Ni-Cd memiliki kemiripan dengan baterai timbal. Namun, pada baterai ini, masih sangat dimungkinkan untuk membuatnya dengan ukuran yang lebih kecil dan lebih ringan dari baterai timbal. Baterai ini juga bisa diisi ulang karena merupakan satu produk dari reaksi padat. Pada umumnya, baterai Ni-Cd diaplikasikan pada telepon genggam, lampu senter, radio, dan mainan anak anak. Kelebihan dari baterai ini adalah harganya yang murah dan ukurannya yang kecil sehingga mudah disimpan dan dibawa kemana-mana. Susunan reaksi sel pada baterai Ni-Cd ini adalah sebagai berikut. Reaksi Anoda Cd + 2OH- Cd(OH)2 + 2eReaksi Katoda NiO2 + 2H2O + 2e- Ni(OH)2 Reaksi Sel Cd + NiO2 + 2H2O Cd(OH)2 + Ni(OH)2 + 2OH-

11

b. Sel Aki

Gambar 2.3.2. Sel Aki

Sel aki ini sangat banyak digunakan saat ini terutama dalam industri transportasi. Dimana dengan keberadaan sel aki ini, kendaraan seperti mobil dan motor yang kita gunakan bisa bergerak. Sel ini disusun oleh elektroda negatif berupa timbal, elektroda positif berupa timbal oksida dengan larutan elektrolit berupa asam sulfat. Berikut ini adalah reaksi sel dari sel aki ini. Reaksi Anoda Pb + SO42- PbSO4 + 2eReaksi Katoda PbO2 + SO42- + 4H+ + 2e- PbSO4 + 2H2O Reaksi Sel Pb + PbO2 + 4H+ + 2 SO42- 2 PbSO4 + 2H2O Keadaan dimana aki menghasilkan listrik adalah sebagai berikut. Anoda dan katoda bereaksi dengan alrutan elektrolit yakni asam sulfat dan menghasilkan timbal sulfat yang dapat melapisi seluruh permukaan lempeng elektroda baik positif maupun negatif. Namun, jika semua lempeng elektroda sudah terlapisi, aktivitas aki akan berhenti menghasilkan listrik. Dalam keadaan yang sama, untuk tetap bisa menghasilkan listrik, sel aki membutuhkan ion H+ dan SO42-. Sehingga selama aktivitas berlangung, jumlah ion akan berkurang dan arus listrik yang dihasilkan pun semakin lemah. Walaupun begitu, dengan pemberian arus listrik eksternal, aki dapat kembali bekerja seperti semula dengan terlebih dahulu mengembalikan keadaan lempeng menjadi seperti keadaan semula. Sel ini banyak
12

digunakan untuk aplikasi seperti golf carts, indoor forklifts dan kursi roda. Keuntungan penggunaan sel ini adalah waktu gunanya yang panjang dan sumber energi yang lebih besar. Namun, satu hal yang perlu diperhatikan adalah penggunaan timbal sebagai bahan utama dalam pembuatan sel baterai ini. Hal ini dikarenakan sifat dari timbal yang sangat tidak ramah dengan lingkungan.

c. Baterai Kering (Alkaline dan Acidic)

Gambar 2.3.3. Baterai Alkaline

Baterai alkaline merupakan satu contoh baterai sel kering yang bisa dikatakan memiliki popularitas yang sangat tinggi di masyarakat. Hal ini dilihat dari

jumlahnya yang sangat banyak di pasaran. Penggunaan baterai alkaline ini juga sangat akrab di masyarakat karena digunakan untuk keperluan harian seperti remote televisi dan senter. Dalam baterai alkaline ini, digunakan padatan KOH sebagai pengganti NH4Cl jika dibandingkan dengan baterai pada umumnya. Sehingga tidak ditemukan masalah korosi pada sel yang membuat sel ini menjadi tahan lama. Reaksi selnya adalah sebagai berikut, Reaksi Anoda Zn Zn2+ + 2eReaksi Katoda 2MnO2 + H2O + 2e- Mn2O3 + 2OHReaksi Sel Zn + 2MnO2 + H2O Zn2+ + Mn2O3 + 2OH-

13

Jenis baterai kering yang kedua adalah baterai acidic. Baterai ini memiliki kesamaan dengan baterai alkaline. Namun saja, reaksi dalam sel yang terjadi berbeda. Reaksi sel berjalan seperti berikut. Reaksi Anoda Zn Zn2+ + 2eReaksi Katoda 2NH4+ + 2MnO2 + 2e- Mn2O3 + 2NH3 + H2O Reaksi Sel Zn + 2NH4 + 2MnO2 Zn2+ + Mn2O3 + 2NH3 + H2O

d. Baterai Ion Lithium

Gambar 2.3.4. Baterai Ion Lithium

Baterai ion lithium merupakan satu baterai yang pada umumnya digunakan dalam alat elektronik seperi telepon genggam atau kamera. Hal ini disebabkan karena sifatnya yang bisa diisi ulang. Selain itu, baterai ini memiliki densitas yang baik dan penggunaannya juga tahan lama. Selain digunakan untuk peralat elektronik, baterai ini juga banyak digunakan pada kendaraan listrik dan militer. Baterai ini memiliki potensial sel 3,6 volt dengan reaksi sel sebagai berikut. Reaksi Anoda Li Li+ + eReaksi Katoda Li+ + MnO2 + e- LiMnO2 Reaksi Sel Li + MnO2 LiMnO2

14

e. Sel Bahan Bakar (Fuel Cell Battery)

Gambar 2.3.5 Fuel Cell

Sel bahan bakar merupakan satu sel elektrokimia yang sangat mirip dengan baterai. Dari segi proses, keduanya memiliki kesamaan dari prinsip, mekanisme serta komponen penyusunnya. Keduanya memiliki elektroda positif, elektroda negatif dan elektrolit. Namun, perbedaannya terletak dalam ketahanan elektroda. Pada baterai, elektroda memiliki satu titik dimana elektroda akan berhenti bekerja dan tak bisa lagi mensuplai ion untuk menghasilkan energi listrik. Berbeda dengan sel bahan bakar, sel ini didesain untuk bisa terus menerus menghasilkan listrik selama sel ini disuplai oleh bahan bakar. Bahan bakar yang digunakan berupa hidrogen dan oksigen. Penggunaan sel bahan bakar ini memiliki keuntungan berupa efisiensinya yang tinggi dan bebas emisi. Potensial sel bahan bakar adalah 1,23 volt dengan reaksi sel sebagai berikut. Reaksi Anoda 2H2 + 4OHReaksi Katoda 2H2O + O2 + 4e- 4OHReaksi Sel 2H2 + O2 2H2O 4H2O + 4e-

15

f. Baterai Perak Oksida

Gambar 2.3.9. Baterai Perak Oksida

Baterai perak oksida disusun atas komponen berupa Zn sebagai anoda, Ag2O sebagai katoda dan KOH sebagai elektrolit dengan reaksi sel sebagai berikut. Reaksi Anoda Zn + 2OH- Zn(OH)2 + 2eReaksi Katoda Ag2O + H2O + 2e- 2Ag + 2OHReaksi Sel Zn + Ag2O + H2O Zn(OH)2 + 2Ag Baterai ini memiliki potensial sel 1,5 volt dan pada umumnya digunakan untuk keperluan seperti kamera, pengukur detak jantung, dan alat bantu dengar. Baterai perak ini bersifat non toksik dan kokoh, namun cenderung berharga lebih mahal. Baterai ini mirip dengan baterai merkuri. Namun, penggunaan baterai merkuri telah dilarang karena sifatnya yang beracun. Sedangkan baterai perak oksida ini, memiliki sifat yang jauh lebih aman karena tidak beracun.

16

2.4.

Baterai dan Isu Lingkungan Setelah mengetahui prinsip kerja hingga jenis-jenis baterai pada pembahasan sebelumnya, pada bagian ini kita akan beralih ke arah teknologi yang ramah lingkungan. Kita telah mengetahui bahwa baterai tersusun atas komponen kimia yang kadang bersifat tidak ramah lingkungan. Sebagai contohnya adalah penggunaan timbal yang akan berdampak buruk bagi lingkungan. Isu lingkungan telah menjadi perhatian dunia beberapa tahun belakangan ini. Berdasarkan atas pemikiran tersebut, saat ini telah ditemukan beberapa terobosan terbaru dalam pembuatan baterai yang ramah lingkungan. a. Baterai Kopi Terobosan pertama adalah baterai berbahan dasar kopi atau disebut nespresso capsules. Ide ini pertama kali ditemukan oleh seorang bernama Mischer Traxler dimana sebuah sel baterai disusun oleh anoda aluminum, katoda tembaga dan larutan elektrolit berupa air garam yang dicampur bubuk kopi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, baterai ini mampu menghasilkan energi listrik sebesar 1,5 volt hingga 1,7 volt yang setara dengan baterai AA pada umumnya. Sehingga sangat diharapkan bahwa kedepannya baterai yang ramah lingkungan ini bisa terus dikembangkan dan bahkan digunakan oleh masyarakat luas untuk keperluan harian.

Gambar 2.4.1. Bahan dasar dan penelitian terhadap baterai kopi

b. Baterai Kaktus Baterai kaktus ini dibuat dan ditemukan oleh mahasiswa asal Indonesia yakni dar Universitas Brawijaya di Jawa Timur. Baterai ini tersusun atas anoda seng dan katoda tembaga ditancapkan ke sel aki yang dicampur dengan parutan kaktus centong. Tegangan yang bisa dihasilkan oleh baterai kaktus ini
17

mencapai 1,6 volt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12 kaktus dibutuhkan untuk menghasilkan tegangan listrik sebesar 19,2 volt dimana setara dengan jumlah tegangan yang dibutuhkan untuk menyalakan 1 jam digital, 1 kalkulator dan 25 lampu LED.

Gambar 2.4.2. Kaktus Centong sebagai Bahan Alternatif Baterai

18

BAB III Penutup

3.1.

Kesimpulan Baterai merupakan satu sumber energi yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Sehingga banyak digunakan untuk keperluan sehari-hari terutama yang berkaitan dengan peralatan elektronik seperti telepon genggam, lampu, kipas angin, mobil, dan lain sebagainya. Dengan adanya baterai, penggunaan peralatan elektronik bisa dilakukan dengan lebih mobile tanpa harus bergantung pada sumber listrik. Baterai itu sendiri pertama kali ditemukan pada tahun 1936 secara tidak sengaja di Baghdad, Irak. Saat itu terdapat beberapa orang yang tengah membuat jalur kereta api. Selanjutnya perkembangan baterai terus dilakukan hingga saat ini kita mengetahui berbagai jeni baterai dalam kehidupan. Perkembangan itu pun didasari oleh prinsip utama dari baterai itu. Prinsip dan mekanisme kerja baterai itu sendiri didasarkan pada prinsip elektrokimia. Dimana diperlukan komponen utama berupa katoda, anoda dan larutan elektrolit. Sel elektrokimia tersebut kemudian dapat menghasilkan energi listrik yang bisa diaplikasikan untuk keperluan harian. Jenis baterai itu pun dibagi ke dalam dua abgian besar, yakni baterai primer dan sekunder. Baterai primer merupakan baterai sekali pakai yang htidak bisa digunakan setelah elektroda baterai tidak mampu menghasilkan ion lagi. Sebagai contoh dari baterai primer adalah baterai alkalin, baterai perak oksida dan baterai acidic. Sedangkan baterai sekunder merupakan sel baterai yang bisa diisi ulang, sehingga memiliki ketahanan yang lebih lama dan penggunaan yang lebih fleksibel. Contoh dari baterai sekunder ini adalah sel aki dan baterai nikel-kadmium (Ni-Cd). Di bagian akhir, kita memahami bahwa dalam pengembangan selanjutnya, kita harus memperhatikan aspek lingkungan, sehingga konsiderasi utama dari

perkembangan baterai ini mengacu pada baterai ramah lingkungan. Beberapa contoh baterai ramah lingkungan ini adalah baterai kopi dan baterai kaktus. Dimana baterai kopi menggunakan kopi sebagai elektrolit dan baterai kaktus memanfaatkan parutan kaktus untuk larutan elektrolit.
19

Daftar Pustaka

1. Ir. Yunita Sadeli M.Sc. 2013. Materi Kuliah Elektrokimia. Departemen Metalurgi dan Material FTUI: Depok 2. http://acswebcontent.acs.org/landmarks/drycell/history.html, diakses pada 16 Mei 2013
pada 19:50

3. http://www.allaboutbatteries.com/history-of-batteries.html, diakses pada 16 Mei 2013


pada 20:00

4. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&v ed=0CDkQFjAC&url=http%3A%2F%2Fwww.easy3dcamo.com%2Fdownloads%2F BatteryBasics2b.pdf&ei=w2OfUeusJsXjrAeoIH4CQ&usg=AFQjCNFaeAeDPv_uDaj_Ik1Ka7eqwJcsvg&sig2=nutByJF7LYIEC2 9ANyoonA&bvm=bv.47008514,d.bmk, diakses pada 17 Mei 2013 pada 22:40
5. http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&v

ed=0CE0QFjAE&url=http%3A%2F%2Fwww.sweethaven02.com%2FModElec%2Fe lectrical01%2FLesson0402.pdf&ei=w2OfUeusJsXjrAeoIH4CQ&usg=AFQjCNH2JLeynCR62Q2mQgbIjNBWVf3l0g&sig2=9mrlXSsk_aoSgBv2WguLQ&bvm=bv.47008514,d.bmk, diakses pada 17 Mei 2013 pada


23:15 6. http://rumahenergi.com/cara-membuat-baterai-hemat-energi-dari-secangkir-kopi-43 , diakses pada 17 Mei 2013 pada 23:40

20

You might also like