You are on page 1of 17

A.

LATAR BELAKANG
Pada masa perkembangan jaman seperti sekarang ini,banyak paham-paham yang berkembang dan dikembangkan oleh negara-negara penganutnya. Pada masa dahulu paham negara-negara hanay sedikit yang mendominasi seperti Komunis dan Liberalis. Komunis yang mengunggulkan kemerataan sosialnya,sementara Liberalis mengunggulkan

kesejahteraan individunya. Kedua paham tersebut berkembang dan menjadi paham negaranegara adidaya. Komunis dianut oleh Uni Soviet dan Liberalis dianut oleh Amerika. Namun seiring perkembangan jaman banyak perubahan jaman. Komunis hancur pada tahun 1990 an karena tertutup dari perkembangan jaman. Amerika mulai mengalami kehancuran sedikitsedikit karena terlalu banyak Gap antara kaum yang kaya dan kaum yang miskin. Seiring perkembangan jaman,paham-paham pun bermunculan. Sebagai

perkembangan dari dua paham besar tersebut,negara-negara yang menganut paham baru pun banyak lahir. Salah satunya adalah paham Demokrasi Sosialis. Paham ini adalah jalan tengah dari paham demokrasi dan paham sosialis yang condong ke paham kiri. Paham paham tersebut lahir karena mengambil kelebihan dari paham-paham besar. Kelebihan-kelebihan inilah yang akan membawa negara-negara yang menganut paham baru tersebut akan maju atau tetap berkembang.

1.PENGERTIAN
Sosial demokrasi merupakan idiologi politik yang menggabungkan sosialisme dengan unsur unsur kapitalisme yang di anggap sesuai. Sosial Demokrasi juga dapat di katakan sebagai paham politik yang di sebut sebagai sosialis moderat yang berkembang pada abab ke 19. Ide sosial demokrasi ( sosdem ) berkembang dari gerakan gerakan buruh di eropa, Tokoh yang dianggap berpengaruh mengembangkan ide sosial demokrasi ( sosdem ) adalah Eduard Bernstein. Lewat bukunya Evolutionary Socialism (terbit tahun 1899), Bernstein menyerang ide-ide Marx yang memiliki berbagai kontradiksi internal dan bertentangan dengan demokrasi. Kaum sosialis, menurut Bernstein, harus mentransformasi masyarakat menuju keadilan sosial dengan cara-cara demokratis, bukan revolusioner seperti digagas Marx. Berbeda dengan Marx yang meyakini bahwa institusi negara akan menghilang digantikan kekuasaan proletariat, Bernstein berargumen bahwa institusi negara harus dipandang sebagai mitra. Dengan demokrasi politik, negara akan bisa diyakinkan untuk mengakomodasi hak-hak ekonomi dan politik kelas masyarakat yang terpinggirkan oleh kapitalisme, Ide klasik sosial demokrasi(sosdem) adalah orientasi mengatasi kesenjangan sosial ekonomi, perluasan kesempatan partisipasi kaum yang kurang beruntung, mewujudkan keadilan sosial dan demokratisasi. Dua ciri khas utama dari pandangan sosdem klasik adalah pemanfaatan kekuasaan negara untuk meng-counter laju bisnis swasta dan fokus pada upaya mengurangi kesenjangan material, antara lain melalui pajak progresif serta pengarahan negara dalam pemberian jaminan pendidikan, kesehatan, pensiun dan jaminan kesejahteraan untuk warga negara. Sementara, ciri khas utama dari neoliberalisme menurut Giddens adalah pereduksian peran negara secara substansial dan reformasi sistem jaminan kesejahteraan untuk meningkatkan peran pasar didalam bidang jaminan-jaminan kesejahteraan.Sebagai alternatif bagi keduanya, Giddens mengemukakan gagasan sosdemnya yang menolak intervensi negara, menolak praktik persamaan sebagai cita-cita sosdem, dan mempromosikan redistribusi kesempatan sebagai solusi mengatasi ketidaksamaan. Demokrasi Sosialis adalah lanjutan perjuangan rakyat tertindas dengan syarat-syarat dan dalam bentuk-bentuk baru melawan kaum kapitalis yang ada di dalam negeri dan melawan kekuatan agresif dunia kapitalis yang melingkupinya. Sesuai dengan perkembangan
2

pembangunan sosialisme, Demokrasi sosialis menunjukkan tiga segi pokok dalam penggunaan kekuatan oleh golongan-golongan yang tertindas: Satu, Untuk membasmi kaum kapitalis, untuk membela negara dan untuk memperkuat hubungan dengan golongangolongan progresif negeri-negeri lain. Dua, Untuk membebaskan kaum pekerja daro golongan-golongan tertindas lainnya dari pemerasan kaum kapitalis, untuk memperkuat persatuan golongan-golongan tertindas dengan seluruh rakyat dalam pembangunan sosialis. Tiga, Untuk membangun masyarakat baru, yaitu masyarakat sosialis. Bentuk perekonomian sosialis tidak dapat timbuh dan berkembang dengansendirinya. Tumbuhnya dan berkembangnya berlangsung dengan adanya pekerjaan berencana negara sosialis dan kegiatan serta daya cipta pekerja. Negara sosialis mempunyai kemampuan untuk melaksanakan hal-hal itu, dengan membuat dasar baru, hanya dengan mengenal dan menggunakan hukum-hukum keenomian yang objektif, yakni hukum penyesuaian mutlak hubungan-produksi dengan sifat tenaga-tenaga produktif serta hukum keenomian yang timbul kaena syarat-syarat keenomian yang baru. Pimpina yang berdasarkan Demokrasi sosialis menjamin terbentuknya suatu organisasi kerja masyarakat yang lebih rasional dan efisien dari dalam kapialisme. Negara Demokrasi sosialis dapat mengambil bermacam-macam bentuk yang dalam isinya tidak berbeda satu sama lain. Demokrasi sosialis di USSR mengambil bentuk diktator proletar, di Republik Rakyat Tiongkok ( RRT ) bentuk demokrasinya rakyat, untuk republik indonesia diambil bentuki demokrasi terpimpin. Semua bentuk yang sama dasar dan tujuannya itu dalam pelaksanaannya dalam masing-masing negeri berbeda-beda, disesuaikan dengan syarat-syarat khusus dan kepribadian Rakyat negeri itu masing-masing.

2.SEJARAH DEMOKRASI SOSIALIS


Paham demokrasi sosial atau sosialisme demokrat berasal dan ideologi sosialisme di negara-negara demokrasi Barat. Sedangkan sosialisme itu sendiri sebagai satu istilah diperkenalkan pertama kali oleh Robert Owen (1771-1858) tahun 1827, walaupun sebagai satu fenomena sudah tumbuh di Eropa sejak abad ke-17. Robert Owen bersama dengan SaintSimon dan Fourier dan Perancis dianggap sebagai penganut paham sosialisme utopia yang memprihatinkan akibat-akibat negatif dari penerapan ideologi kapitalisme yang berdasarkan prinsip-prinsip kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi, motif mencari untung dan
3

persaingan bebas, yaitu kesenjangan pendapatan dan kekayaan di antara kaum majikan dengan kaum buruh yang berimplikasi pada marjinalisasi kehidupan kaum buruh di semua aspek kehidupan. Robert Owen dan kawan-kawannya ini mendambakan suatu tatanan masyarakat yang egaliter, sama rata sama rasa, di mana sumber-sumber kekayaan dibagi secara merata di antara semua anggota masyarakat. Kita lihat, meskipun mereka juga mencoba menerapkan cita-cita dan ke-yakinannya ini dengan mendirikan komunitaskomunitas sosialis seperti yang mereka bayangkan, apa yang dicita-citakan oleh Robert Owen dan kawan-kawannya ini lebih merupakan impian daripada cara-cara kehidupan yang realistis dan efektif, sehingga kelak mereka oleh Karl Marx disebut sebagai penganut sosialisme utopia. Para anggota partai buruh atau partai sosialis di negara-negara demokrasi Barat merupakan pewaris cita-cita sosialisme utopia ini. Pada tahun 1889 terjadi penggabungan partai-partai buruh atau partai sosialis ini menjadi Internationale II. Karena masing-masing partai buruh ini memiliki penafsiran yang berbeda mengenai cara mencapai tujuan-tujuan mereka, yaitu antara revolusi dan segera (Lenin dan Rosa Luxemburg) atau mengusahakan perubahan secara perlahan-lahan (Eduard Bernstein dan Kautsky dan Jerman), organisasi ini terbagi di antara beberapa kelompok. Perbedaan pandangan ini terus menajam sampai berakhirnya Perang Dunia I, di mana golongan revolusioner akhirnya memisahkan diri dan membentuk partai komunis di negara-negara masing-masing. Organisasi partai-partai komunis Eropa ini menjadi Internationale III yang lebih dikenal dengan Communist International atau Comintern (1919-1943). Sedangkan golongan penganut perubahan secara perlahan-lahan tetap menjadi partai buruh atau partai sosialis yang berkeyakinan, proses dan prosedur pemilihan umum yang demokratis dapat menguntungkan per-juangannya dan bahwa jalan parlemcnter dapat dimanfaatkan untuk sedikit hanyak mengubah masyarakat. Paham atau ideologi yang dianut partai buruh atau partai sosialis inilah yang disebut dengan sosialisme demokrasi atau demokrasi sosial, sedangkan tatanan yang hendak mereka perjuangkan disebut negara kesejahteraan atau negara kemakmuran. Berbeda dengan perkembangan di Eropa daratan, gerakan sosialis di Inggris menempuh jalan yang agak berbeda yang terutama disebabkan karena pengaruh agama Kristen tentang cinta kasih, kerjasama dan persaudaraan. Salah satu gerakan sosialis yang paling menonjol di Inggris adalah paham Sosialis Fabian (The Fabian Society). Gerakan sosialis ini berdiri tahun 1884 dengan para pendiri awal: George Bernard Shaw, Sidney dan
4

Beatrice Webb, H.G. Wells clan Graham Wallas. Kekhasan sosialisme Fabian ini terletak pada perjuangan secara bertahap melalui penyesuaian dengan tradisi politik Inggris yang berdasarkan pada argumentasi logis, bukan pada aksi kekerasan sebagaimana yang dianjurkan Marx. Sidney Webb, dalam bukunya Fabian Essays (1889), menyebutkan empat syarat tercapainya masyarakat sosialis di Inggris khususnya. Pertama, perubahan harus bersifat demokratis dan mengesankan pemecahan yang masuk akal bagi semua orang; kedua, perubahan tersebut harus secara bertahap, sinambung dan konsisten; tujuan perubahan tersebut harus sesuai dengan moralitas masyarakat; perubahan tersebut harus melalui prosedur konstitusional dan dengan cara-cara damai. Pertalian di antara demokrasi dan sosialisme adalah satu-satunya unsur yang paling penting dalam pemikiran dan politik sosialis. Melihat pada sejarah sosialisme, dapatlah segera diketahui bahwa gerakan-gerakan sosialis yang berhasil hanya tumbuh di negaranegara yang mempunyai tradisitradisi demokrasi yang kuat, seperti Inggris, Skandinavia, Belanda, Swis, Australia, Belgia, Selandia Barn dan (lebih akhir) di Israel. Sebab dari kesejajaran ini adalah sederhana sekali. Dalam pemerintahan demokratis dan konstitusional yang umumnya diterima, kaum sosialis dapat memusatkan per-hatian pada program khusus mereka. Biarpun program itu kelihatannya terlalu luas, yakni menciptakan kesempatan yang lebih banyak bagi kelas-kelas yang berkedudukan rendah; mengakhiri perbedaan yang didasarkan atas kelahiran dan bukan atas jasa; membuka lapangan-lapangan pendidikan bagi semua rakyat; menghapuskan praktik-praktik diskriminasi yang didasarkan atas jenis kelamin, agama, suku bangsa atau kelas sosial; mengatur dan mereorganisasi ekonomi untuk kepentingan seluruh masyarakat; mempertahankan full employment; memberikan jaminan sosial yang cukup bagi mereka yang sakit, menganggur dan sudah tua; merencanakan kembali kota-kota kecil dan kotakota besar; membongkar daerah-daerah perkampungan yang padat dan membangun rumah-rumah baru; memberikan pemeliharaan kesehatan bagi setiap orang tanpa melihat isi dompetnya; dan akhirnya, membangun kembali masyarakat atas dasar kerja sama sebagai ganti persaingan, dorongan, dan keuntungan. Semua tujuan sosialisme demokratis ini mempunyai persamaan dalam satu hal: membuat demokrasi lebih nyata dengan jalan memperluas penggunaan prinsip-prinsip demokrasi dari lapangan politik ke lapangan non-politik pada masyarakat. Di antara dua dunia tirani, berdirilah suatu masyarakat egaliter dan demokratis, masyarakat demokrasi sosial. Satu tirani, Stalinisme, untunglah telah ditendang oleh rakyat
5

Eropa Timur yang pemberani. Sayangnya, satu tirani lagi, kapitalisme erzat, masih berdiri kokoh menghalangi kebebasan dan keadilan bagi masyarakat. Kapitalisme jenis ini nyaris tidak ada hubungannya dengan pasar bebas, individualisme, dan kompetisi. Kapitalisme keluarga ini didominasi dan dikontrol oleh lembaga-lembaga raksasa yang dimiliki dan dijalankan hanya oleh segelintir orang dalam cara yang sangat tidak demokratis. Sistem totaliter seperti yang kita rasakan pada masa Orde Baru, lebih mudah ditumbangkan karena merupakan kekuasaan publik (pemerintah). Tirani kapitalisme erzat ini lebih sulit digoyahkan karena merupakan kekuasaan privat, yang terus menerus mengeksploitasi dan menyedot sektor-sektor besar penduduk. Seperti kita telah menyungkurkan totalitarianisme publik, kita juga mesti bersiap menghadapi pertempuran berikutnya melawan tirani privat yang memiliki diri kita. Sayangnya, banyak anak muda tidak memahami persoalan-persoalan ekonomi dan politik sederhana di mana para elit korporasi mengambil keuntungan dari diri kita dan telah mengindoktrinasi penduduk. Karena itulah Yayasan Kantata Bangsa ini didedikasikan untuk mengatasi kontrol pikiran kita oleh elit kapitalis erzat. Oleh karena itu kita musti mengarahkan posisi kita pada tujuan baru demokrasi sosial, yaitu meningkatkan inisiatif publik dan perusahaan-perusahaan publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya pada bidang-bidang di mana kebutuhan tersebut belum terpenuhi dengan baik oleh perusahaan privat. Pada dekade awal abad 20, kaum sosialis menekankan pada kepemilikan publik atas sarana-sarana dasar produksi dan distribusi beserta manajemen yang demokratis. Secara khusus operasi dan kepemilikan publik terhadap pertambangan, perhubungan, perbankan dan industri besar merupakan jalan agar masyarakat dapat terlyani dengan lebih baik. Jalan menuju tujuan tersebut adalah dengan menggalang para pekerja dan menggunakan kotak suara untuk mencapai tujuan mereka. Pada pertengahan abad 20, sosialisme bertengkar sendiri karena Lenin, Stalin dan Mao mengidentifikasikan kediktatoran dengan sosialisme. Masing-masing diktator mendukung kepemilikan negara, tetapi tidak menyokong manajemen demokratis. Identifikasi sosialisme dengan gerakan-gerakan yang tidak demokratis itu membuat banyak orang yang

progresif menoleh kembali pada ide-ide kepemilikan privat, tetapi dengan perundangan dan hukum yang mengontrol kerakusan para pemilik privat. Saat ini kaum Kanan Radikal punya fokus baru: privatisasi semua kegiatan publik. Tema ini banyak dipromosikan oleh kaum Libertarian yang menganggap "pemerintah adalah perampok"--suatu konsep khas para anarkis kanan dan kaum Bakuninis. Menurut mereka, tiap fungsi pemerintahan harus diprivatisasi, yaitu dipindahtangankan kepada perusahaanperusahaan swasta agar bisa memperoleh keuntungan. Mulai dari listrik, air minum, surat izin mengemudi, "otonomi" perguruan tinggi dan sekolah, bahkan kalau diperbolehkan penjara pun hendak mereka swastakan. Anehnya, kaum Kanan Radikal ini pada titik tertentu berhenti sepenuhnya menjadi anarkis dan malah menginginkan otoritas pemerintah pusat yang kuat, khususnya untuk mengatur perilaku sosial, mengontrol kelahiran, ekspresi keagamaan dan ideologi politik. Itulah benang merah yang menyatukan kelompok kanan Indonesia. Pada titik inilah sosialis demokratis perlu masuk kembali ke arena, dengan mendorong inisiatif publik dan perusahaan publik dalam bidang-bidang di mana motif keuntungan privat telah terbukti gagal. Jadi misalnya, inisiatif publik diperlukan untuk menyelamatkan lingkungan hidup. Inisiatif publik dan perusahaan publik diperlukan untuk menyelamatkan sekolah dan pendidikan tinggi. Perusahaan publik diperlukan untuk mempekerjakan orang-orang yang di dalam perusahaan pengejar laba tidak bakal mendapat tempat. Jelas ada banyak pekerjaan publik yang diperlukan agar masyarakat tetap berfungsi normal. Perusahaan publik diperlukan dalam transportasi publik. Inisiatif publik diperlukan untuk mendukung seni dan penyiaran publik. Perusahaan publik sangat dibutuhkan untuk membangun perumahan bagi kaum papa. Dalam meningkatkan perusahaan dan inisiatif publik demi kebaikan bersama ini, kita para sosialis demokrat akan bekerjasama dengan pihak-pihak lain yang punya tujuan sama, meski landasan filosofisnya berbeda. Dengan aktivitas kita, kita dapat mendidik banyak orang akan pentingnay gerakan sosialis demokrat. Dalam proses meningkatkan inisiatif dan perusahaan publik itu, kita tidak bisa mengabaikan perjuangan hak-hak sipil. Dan semua yang kita lakukan dalam wilayah publik musti disenyawakan dengan semangat memperluas hak-hak sipil.

Dalam bahasa sederhana, jalan tengah yang kita ajukan sesungguhnya adalah sebuah cita-cita negara demokratis yang bercirikan keadilan sosial. Karena itu pula kita lebih memilih istilah Demokrasi Sosial (Social Democracy) alih-alih Sosial Demokratis (Social Democratic) atau pun Sosialisme Demokratis (Democratic Socialism). Dengan kata lain, ini adalah kirinya tengah (tengah yang ke kiri), daripada tengahnya kiri (kiri yang ke tengah); karena kita masih mengambil beberapa dari sebelah kanan. Meskipun kaum kiri banyak menyatakan bahwa demokrasi itu pada dasarnya lemah, namun kelemahan itu sesungguhnuya sekaligus merupakan kekuatannya. Dan forum ini merupakan kesempatan besar bagi kita untuk mengkaji terus-menerus demokrasi itu, karena kecenderungan partai-partai Sosialis Demokrat di Eropa Barat (terutama Inggris) yang meski meneriakkan devolusi kekuasaan di dalam retorikanya, namun kenyataan di dalam partainya sendiri (New Labour) malah sedang terjadi sentralisasi. Kita memang musti berterimakasih kepada Tony Blair karena telah mempopulerkan ide-ide sosial demokrat yang bersama guru filosofinya Anthony Giddens dan sahabatnya Peter Mandelson menasbihkannya sebagai "Jalan Ketiga". Akan tetapi kita juga musti mencermati setiap langkah mereka yang lebih banyak melempar jargon-jargon baru kekirikirian untuk memastikan kemenangan dalam pemilu berikutnya ketimbang langkah konkrit keadilan sosial. Tesis mereka pada dasarnya merupakan aksepsi dari tesis "Berakhirnya Sejarah" dari Francis Fukuyama. Sebuah tesis yang pasti akan menyenangkan para pemilih di negaranegara Barat, yang mengalami krisis idenitas setelah mendapat tantangan kuat secara ekonomi dari Asia. Hal ini sangat gamblang terlihat dalam pidato Blair di depan Konferensi Partai Buruh 1999, "Global finance and communications and media. Electronic commerce. The internet. The scienceof genetics. Every year a new revolution scattering in its wake, security and ways of living for millions of people. These are the forces of change driving the future. The wait for no-one and no nation. The challenge is how. The answer is people." Kalau politisi telah bermutasi menjadi teknokrat, maka, seperti Blair, ia hanya mempertanyakan "bagaimana" dan bukan "mengapa". Akibatnya perkembangan ideologi demokrasi sosial pun jadi mandeg. Pragmatisme Blair telah mengalihkan perhatian kita dari persoalan inti demokrasi sosial, yaitu ketegangan antara liberalisme dan demokrasi: antara

hak-hak individual liberal dan kepedulian demokratis yang disertai tindakan kolektif dan akuntabilitas publik. Jalan Ketiga Blair jelas bukan hanya menghindari cap sosialis (karena nama buruk sosialisme ala Stalin dan Mao), tetapi kebijakan mereka memang tak lagi bisa dikatakan sebagai sosialis. Blair telah menganggap nasionalisasi gagal dan menghendaki efisiensi, maka lengkaplah alasan Blair untuk meninggalkan tindakan kolektif demokrasi dan lebih berlandaskan pada individualisme ala liberal. Apakah mengambil terlalu jauh di "kanan" seperti ini masih bisa disebut sebagai Sosial Demokrat? Peter Mandelson, karib Blair, menyatakan bahwa demokrasi perwakilan murni telah berakhir. Ia lebih menyukai plebisit. Padahal, meski ada beberapa cacat, demokrasi perwakilan jelas lebih baik daripada sekadar bentuk voting yang dapat dimanipulasi, bukan untuk meningkatkan demokrasi itu sendiri, melainkan untuk merusak demokrasi. Sayangnya, hanya Mandelson yang percaya bahwa demokrasi perwakilan telah berakhir. "Jalan Ketiga" Blair banyak melahirkan kata baru, termasuk yang disebut-sebut sebagai "New Democracy" dalam pertemuan Komite Eksekutif Nasional Partai Buruh pada Oktober 1999. namun ini hanyalah retorika tentang demokrasi yang lebih besar di mana para anggota regional diberi kekuasaan penyusunan kebijakan yang lebih besar lewat plebisit, padahal kenyataannya dewan eksekutif tetap dominan. Ini bukti sekali lagi akan "Amerikanisasi politik" di dalam tubuh sosial demokrat. Personalisasi persoalan-persoalan politik ini jelas mengurangi peranan partai politik. Dengan demikian, plebisit pada dasarnya tidak demokratis karena telah menjadi instrumen bagi manipulasi eksekutif daripada menjadi alat kedaulatan rakyat. Plebisit ini malah memperlemah struktur partai dan menjadikan pemimpin makin sentral. Amerikanisasi makin menjadi-jadi berkat hubungan dekat Blair dan Clinton. Sistem politik Amerika dan Inggris makin mirip. Kesamaan yang paling jelas dan banyak melahirkan komentar adalah semakin kuatnya selera akan gaya kepemimpinan yang kuat-padahal Blair dulu mencemooh Thatcher sebagai seorang presiden daripada perdana menteri-yang tak terhalang dari kendala-kendala politik. Sebuah selera yang jelas hanya untuk mengamankan kemenangan pada tiap kali pemilu.

Sekali lagi, tesis Fukuyama tentang berakhirnya ideologi memang bisa mencandu. Namun ingat, tanpa ide-ide yang mendorong perubahan, maka politik akan stagnan-dan tanpa perdebatan kita juga tidak bisa menentukan pilihan. Kita harus mengikis penyakit setiap pemimpin-atau kelompok-kelompok yang merasa menjadi pemimpin atau yang bisa mengendalikan pemimpin-yang akhirnya alergi pada perdebatan publik. Bagi mereka, demokrasi bukanlah tentang perdebatan atau wacana publik, melainkan tentang bagaimana menemukan cara-cara untuk melegitimasi, tanpa tantangan serius, terhadap keputusan yang sudah diambil. Kekuatan demokrasi sudah pernah ditaklukkan oleh pasar "bebas". Kini, dengan kekuatan globalisasi dan kapitulasi pasar bebas, kesannya adalah negara bangsa akan impoten. Jelas ini tidak perlu terjadi. Seperti yang dikatakan Lionel Jospin, seorang Demokrat sosial dari Perancis, meski ia mendukung ekonomi pasar, tetapi ia tidak mendukung "masyarakat pasar". Karena itu pemerintahan demokratis harus menentukan kecepatan perubahan: bukan dengan perusahaan-perusahaan besar yang kepentingan dan prioritasnya adalah meminimalkan upah. Kalau para politisi telah menjadi sekadar teknokrat dengan mentalitas target, maka seperti yang dikatakan Profesor David Marquand pada suatu konferensi Demokrasi Sosial, "Democracy is in danger of being tamed in favour of the market."

3.PRINSIP-PRINSIP DEMOKRASI SOSIALIS


1. Keadilan 2. Kebebasan 3. Solidaritas 4. Keterlibatan luar negeri dalam pembuatan keputusan politik ada 2 pendekatan tentang keterlibatan luar negeri yaitu: Pendekatan elitis Pembuatan kebijakan umum namun menuntut adanya kualitas tanggapan pihak penguasadan kaum elit, hal ini dapat kita lihat pada demokrasi perwakilan. Pendekatan partisipaturi Pembuatan kebijakan umum yang menuntut adanya keterlibatan yang lebih tinggi.
10

5. Persaman diantara Negara Tingkat persamaan yang ditunjukkan biasanya yaitu dibidang politik, hukum, kesempatan, ekonomi, social dan hak. 6. Kebebasan atau kemerdekaan yang diakui dan dipakai oleh warga negara 7. Supremasi Hukum Penghormatan terhadap hukum harus dikedepankan baik oleh penguasa maupun rakyat, tidak dapat kesewenang-wenangan yang biasa di lakukan atas nama hukum, karena itu pemerintahan harus didasari oleh hukum yang berpihak pada keadilan 8. Pemilu Berkala Pemilihan umum, selain mekanisme sebagai menentukan komposisi pemerintahan secara periodik, sesungguhnya merupakan sarana utama bagi partisipasi politik individu yang hidup dalam masyarakat yang modern.

4.Visi Demokrasi Sosialis: Kemerdekaan, Persamaan dan Solidaritas


Kaum sosialis demokrat percaya bahwa individualitas tiap manusia hanya dapat dikembangkan dalam suatu masyarakat yang menganut nilai-nilai kemerdekaan, persamaan dan solidaritas. Keyakinan ini tidak mengandung konsep mentah persamaan yang yakin bahwa manusia sama dalam segala hal. Alih-alih, jika manusia hendak mengembangkan kapasitas uniknya, kita musti memberi kesempatan dan respek yang sama yang tidak diberikan oleh masyarakat kapitalis yang tak adil-di mana peluang hidup bayi yang lahir di daerah kumuh berbeda dengan bayi yang lahir di wilayah makmur. Komunitas demokratis yang meyakini nilai moral tiap warga, secara sosial akan memenuhi kebutuhan-kebutuhan kultural dan ekonomi yang penting bagi perkembangan individualitas manusia, yaitu pendidikan yang layak, perawatan kesehatan, dll. Untuk mencapai keragaman dan peluang ini kita harus merombak struktur dasar tatanan sosio-ekonomi kita, suatu revolvere, memutar kembali menjadi tatanan yang lebih baik. Nilai-nilai demokrasi hanya bisa dipenuhi jika tidak hanya negara yang dikontrol secara demokratis tetapi juga perekonomian. Kita tidak bisa menerima konsep kapitalisme mengenai hubungan ekonomi sebagai sesuatu yang "bebas dan privat" karena kontrak-kontrak tidak dibuat di antara mereka yang setara secara ekonomis dan karena kontrak-kontrak itu menaikkan struktur sosial yang memberikan kekuasaan secara tidak demokratis dari satu

11

pihak ke pihak lainnya. Hubungan ekonomi kapitalis itu jelas tidak demokratis karena warga negara yang terlibat belum dibebaskan dari struktur lembaga-lembaga tersebut. Hubungan itu pun tidak demokratis karena peran-peran sosial didistribusikan secara miring di dalam struktur tersebut (misalnya hubungan antara pemilik modal dan buruh di tempat kerja atau hubungan lelaki dan perempuan dalam membesarkan anak) Kita juga tidak bermimpi bahwa semua kekuasaan dan hubungan kelembagaan akan setara di bawah Demokrasi Sosial. Tetapi kita yakin bahwa kontur-kontur dasar masyarakat harus dikonstruksi secara demokratis berdasarkan kemauan bebas tiap anggota masyarakat. Visi Demokrasi Sosial tidak hanya bergantung pada tradisi sosialis. Visi Demokrasi Sosial juga ditarik dari aspek-aspek demokratis Marxisme, sosialisme etis, feminisme dan teori-teori lain yang mengkritik dominasi manusia. Visi Demokrasi Sosial juga tidak yakin bahwa keberhasilan pencapaian nilai-nilai sosial sudah ditentukan oleh hukum sejarah. Sejarah tidak berujung; pilihan bagi Demokrasi Sosial bersifat moral dan politis, dan pemenuhan visinya tak pernah dijamin permanen.

5.TOKOH DEMOKRASI SOSIALIS


1. Vasos Lyssaridis, Pendiri gerakan sosial Demokrasi 2. Anggota sosialis International 3. Celement Attlee ( sering dilihat sebagai demokratis sosialis ) 4. Jose Batlle y Ordonez 5. David Ben-Gurion 6. Zulfikar Ali Bhutto 7. Tommy Pouglass 8. Bob Hawks 9. Vitcor Adier

12

10. Frank P.Zeidler, Walikota Millwaukee, Wisconsin ( Terbesar Us Kota Untuk memiliki walikota sosialis ) 11. Etienne Kabet 12. Robert Owen 13. Albert Brisbane

6.KELEBIHAN SISTEM DEMOKRASI SOSIALIS


Rakyat mudah di kontrol, Diatur dan dikuasai Keadaan perekonomian rakyatnya mayoritas sama, jadi tidak membeda-bedakan status sosial tiap orang E.KELEMAHAN SISTEM DEMOKRASI SOSIALIS Rakyat sulit di kontrol,diatur dan di kuasai Keadaan perekonomian rakyatnya mayoritas tidak sama, karena setiap individu sangat membedabedakan status sosial tiap orang.

7.PAHAM YANG MEMPENGARUHI DEMOKRASI SOSIALIS


Sosialisme. Ideologi sosialis modern pada dasarnya merupakan resultante dari Revolusi Perancis 1789 dan Revolusi Industri di Inggris-kata sosialis pertama kali muncul dalam suatu jurnal Inggris pada 1827. Kedua peristiwa besar ini memantapkan pemerintahan demokratis di Perancis dan kondisi yang mempermudah percepatan ekonomi di Inggris, juga melahirkan konflik antara pemilik tanah dan kelas pekerja industri yang makin banyak. Kaum sosialis sejak itu berusaha keras untuk menghapuskan atau paling tidak mengurangi konfilk ini. Gerakan-gerakan sosialis pertama yakin akan kemungkinan perubahan bertahap dan damai menuju suatu masyarakat sosialis dengan bereksperimen mendirikan komunitaskomunitas kecil. Karenanya, di kemudian hari para penulis sosialis menyebut tokoh-tokoh gerakan sosialis pertama itu sebagai kaum sosialis utopian. Komunisme. Dengan terbitnya Manifesto Komunis pada 1848, ide-ide Marxis berdampak kuat pada gerakan-gerakan sosialis Eropa. Pada paruh kedua abad ke-19, kaum sosialis Eropa beraorganisasi ke dalam partai-partai politik yang mendapat dukungan pemilih cukup besar. Mereka juga menjalin hubungan erat antarnegara, baik antara serikat pekerja dan asosiasi kelas pekerja lainnya. Program jangka pendek mereka terutama bertujuan meningkatkan hak suara, memperkenalkan manfaat kesejahteraan yang dibiayai negara bagi
13

rakyat kecil, memperoleh hak untuk mogok, dan memperbaiki kondisi kerja, khususnya memperpendek jam kerja. Fabianisme. Akan tetapi, ide-ide selain Marx pada saat itu juga sangat berpengaruh. Seperti doktrin sosialis moderat Masyarakat Fabian di Inggris yang didirikan oleh Sidney Webb dan termasuk para penulis pendukungnya seperti H.G. Wells dan George Bernard Shaw. Kaum moderat ini berusaha mencapai sosialisme melalui jalur parlementer dan dengan mempengaruhi kelas menengah. Fabianisme punya pendukung kuat di kalangan cendekiawan penyokong individualisme utilitarian seperti Jeremy Bentham dan John Stuart Mill. Fabianisme menjadi doktrin yang berusaha mencapai nilai-nilai kemerdekaan, demokrasi, kemajuan ekonomi, dan keadilan sosial. Kaum Fabian percaya bahwa tujuan sosialisme akan lebih mudah tercapai dengan bantuan kemajuan ilmu-ilmu sosial, khususnya ekonomi dan sosiologi. Social Democracy. Doktrin-doktrin Fabianisme secara kolektif dikenal juga sebagai social democracy. Tidak seperti Marxisme, demokrasi sosial tidak menginginkan penghapusan kepemilikan pribadi secara menyeluruh dan lenyapnya negara, melainkan mendorong sosialisme lebih sebagai suatu bentuk masyarakat di mana kontrol demokrasi sepenuhnya dijalankan terhadap kemakmuran, dan produksi akan dikontrol oleh sekelompok paka yang bertanggung jawab yang bekerja atas kepentingan seluruh masyarakat. Pencapaian sosialisme dipandang oleh kaum social democrats sebagai tujuan jangka panjang, hasil dari proses evolusioner yang melibatkan efisiensi pertumbuhan ekonomi (teknologi maju, organisasi berskala besar, perencanaan), pendidikan dalam tanggung jawab moral, dan kesediaan menerima bersama suka maupun duka. Dengan demikian, sosialisme akan menjadi pemenang dari akal sehat, hasil tak terelakkan liberalisme, perluasan demokrasi dari politik sampai industri. Social Democratic. Di Eropa Barat, meski banyak partai Marxis (seperti di Itali, Perancis) dan pengaruh kuat Marxis di kalangan cendekiawan, namun sosialisme masih dan tetap diwakili oleh gerakan-gerakan buruh dan sosial demokratis yang berbasis luas, yang menikmati dukung aktif dari serikat-serikat pekerja. Dominasi kelompok reformis atas kelompok revolusioner jelas disebabkan oleh stabilitas ekonomi dan contoh buruk pemerintahan Marxisi di Eropa Timur.Partai-partai sosial demokratis di Swedia, Inggris, Perancis dan Jerman cukup lama memerintah negaranya selama jaman pasca PD II melalui cara-cara konstitusional, dengan sepenuhnya menerima prinsip-prinsip demokrasi liberal
14

parlementer. Semangat partai-partai Eropa Barat ini cenderung pragmatis dan toleran, berusaha mencapai akomodasi daripada konfrontasi. Program-program mereka

menghapuskan doktrin-doktrin perang kelas, revolusi dan komunisme. Sebgai gantinya, untuk meraih sosialisme mereka mendasarkan diri pada program pajak progresif, pembiayaan defisit, nasionalisasi selektif, ekonomi campuran, dan program-program kesejahteraan seluasluasnya. Kesuksesan politik mereka banyak bergantung pada dukungan kelas menengah. Meski kebanyakan partai sosialis demokratis ini belakangan mengakomodasi diri mereka sendiri ke dalam reformasi "pasar bebas", namun mereka tetap yakin pada visi sosial demokratis, yaitu suatu jalan tengah di antara dua ekstrim kapitalisme dan komunisme. Democratic socialism. Istilah sosialism biasa dipakai untuk merujuk pada dua hal: pertama, suatu ideologi--sekumpulan ide atau keyakinan yang komprehensif mengenai kondisi masyarakat manusia dan bagaimana situasi masa depannya; kedua, pada suatu keadaan masyarakat yang berdasar pada ideologi tersebut. Kaum sosialis selalu menyatakan mendukung nilai-nilai persamaan, keadilan sosial, kerjasama, kebebasan individu, dan kebahagiaan. Mereka umumnya berusaha mencapai nilai-nilai ini dengan mengabolisi perekonomian privat dan menggantinya dengan "kepemilikan publik", suatu sistem sosial atau kontrol negara terhadap produksi dan distribusi. Tidak seperti kaum komunis, metoda transformasi yang dipakai kaum sosialis moderen umumnya mendukung ide perubahan konstitusional secara bertahap.

8.PERBEDAAN ASAS DEMOKRASI SOSIALIS DAN KOMUNIS


Banyak aliran aliran yang juga berdasarkan ilmu sosialis, aliran yang menentang kapitalisme dan imperialisme, Tetapi aliran sosialis tidak begitu besar artinya di dalam perjuangan kaum buruh untuk menuntut perbaikan nasibnya, maka kita hanya mengupas sosial-demokrat dan komunis saja, kedua faham yang tidak asing lagi di dunia politik, Kedua faham atau isme ini di dalam hakikatnya tidak mengandung perbedaan satu sama lain, karena kedua isme ini berdiri di atas faham sosialisme atau lebih tegas lagi berdiri di atas faham Marxisme. Sosialisme dan komunisme mengaku menjadi pengikut Marx. Fase-teori mengajarkan bahwa masyarakat di jaman purbakala adalah Ur-komunis, artinya pergaulan hidup manusia di jaman purbakala diatur menurut cara tidak ada raja-raja atau kelas-kelas. Sesudah jaman ur-komunisme ini berlalalu, maka lahirlah jaman feodal. Sendi dasarnya pergaulan hidup jadi feodalistis, yakni masyarakat terbagi dalam kelas raja,dan hamba.
15

Habis fase feodal ini tumbul fase kapitalisme. Mula-mula jaman voor-kapitalisme dan kemudian jadi kapitalisme modren, liberalism, neo-liberal. Jaman kapitalisme ini menuju ke fase-sosialisme. Fase-teori ini dianut oleh kaum sosial-demokrat dan juga oleh kaum komunis. Kedua aliran yang besar ini mula-mula berjuang bersama-sama di bawah pimpinannya Karl Marx. Lalu timbul pertanyaan mengapa sosialisme yang bersendi atas marxisme terpecah menjadi dua aliran yang menimbulkan faham faham sendiri. Pada tahun 1889 sampai tahun 1914 dua aliran yakni sosialis dan komunis diikat oleh satu badan yang bernama Tweede-Internationale atau di dalam bahasa Indonesia Internasional-Kedua. Tetapi dalam tahun 1914 persatuan partai kaum buruh ini terpecah menjadi dua aliran yang satu memisahkan diri menjadi sosial-demokrat dan yang lain menamakan dirinya kaum komunis. Perpecahan itu terjadi oleh karena kedua aliran ini tidak bisa akur pendiriannya satu sama lain tentang mufakat atau tidaknya kaum proletar terutama di negeri-negeri kapitalis turut menyokong peperangan dunia di tahun 1914. Kaum sosialdemokrat suka menyokong peperangan dunia, tetapi kaum komunis sama sekali anti peperangan. Kaum sosial-demokrat berpendapat bahwa kaum proletar harus turut menyokong pemerintahan dalam negeri jika ada musuh menyerang negerinya. Kaum komunis mendirikan Internasionale sendiri ialah: Derde-Internasionale adalah Internasional-Ketiga di Moskow di bulan Maret 1919. Pemimpin-pemimpin terbesar dari kaum komunis ialah Lenin, Trotsky dan Zinoview, mengajarkan bahwa pergaulan hidup manusia tidak harus tumbuh sebagaimana sudah digambarkan di dalam teori-teorinya KarlMarx, tetapi pergaulan hidup dapat mengadakan fase-sprong, artinya bahwa masyarakat yang masih berada di dalam fase feodal itu tidak harus melalui zaman kapitalisme lebih dulu untuk menuju ke jaman sosialisme. Kaum sosial-demokrat membantah teori fase-sprong ini. Karena menurut aliran sosial-demokrat fase-sprong ini disebutkan anti-Marxisme. Mereka mengajarkan bahwa tiap-tiap pergaulan hidup itu harus tumbuh menurut alam. Karl Kautsky, pemimpin sosial-demokrat berkata bahwa wet-evolusifase teoriyang digambarkan oleh Marx itu harus tunduk. Sosial-demokrat berkata: Marx bilang, bahwa masyarakat bergerak melalui beberapa fase, yakni melalui beberapa tingkat. Dulu fase ur-komunisme, kemudian fase feodal (ningrat-ningratan), kemudian fase kapitalisme-modren, kemudian fase sosialisme. Tiap-tiap fase harus dilalui. Sesudah fase ur-komunis tidak boleh tidak tentu fase

16

feodal. Sesudah fase feodal tidak boleh tidak tentu fase voor-kapitalisme, dan begitu seterusnya. masyarakat tidak bisa melompati suatu fase. Perbedaan yang kedua ialah bahwa tiap-tiap orang menurut kaum sosial-demokrat yang hidup di dalam suatu masyarakat adalah jadi anggota masyarakat dan oleh karena itu ia berhak mengeluarkan pikirannya, kemauannya dan cita-citanya tentang cara-cara masyarakat itu diatur. dengan kata lain pergaulan hidup itu harus diatur secara demokratis. Tetapi kaum komunis mengajarkan bahwa demokrasi itu di dalam hakikatnya tidak memberi kemerdekaan kepada Rakyat. Di dalam praktiknya, kata mereka, demokrasi itu tidak ada. Dan jika demokrasi ini ada, kerakyatan itu tidaklah dapat memberi hak-hak kepada Rakyat untuk mengatur pergaulan hidup. demokrasi itu adalah perkataan omong kosong belakang oleh karena itu kaum komunis tidak mufakat dengan demokrasi tetapi mengajarkan bahwa hanyalah diktator-proletariat saja (artinya bahwa hanya kaum proletar saja yang mempunyai suara) yang dapat memberi kekuasaan hidup manusia bagi keselamatan masyarakat. kaum komunis berkata Diktato-proletariat itu adalah suatu alat untuk mendatangkan pergaulan hidup sosialis.

B.KESIMPULAN
Sosialisme ialah Paham yang bertujuan perubahan bentuk masyarakat dengan menjadikan perangkat produksi menjadi miliki bersama dan pembagian hasil secara merata disamping pembagian lahan kerja dan bahan konsumsi secara menyeluruh. Dapat pula kita definisikan Sosialisme adalah sistem hidup yang menjamin hak asasi manusia, hak sama rata (equality), demokrasi, kebebasan dan sekularisme. Jaminan ini akan mewujudkan keadilan secara keseluruhan. Pada abad 20, kata sosialisme mendapat makna lebih luas. Sosialisme terpecah menjadi Sosialisme Komunis dan Sosialisme Demokratis atau kini dikenal Sosialisme Demokrat (Sosdem). Kedua paham yang ingin memperjuangkan keadilan sosial lewat cita-cita demokrasi dan penghormatan terhadap hak asasi manusia (HAM). Maka Sosdem sejak Perang Dunia II menjadi soko guru demokrasi Barat. Pada masa ini istilah sosialisme digunakan untuk pembedaan dengan indvidualisme Dalam perkembangannya hingga pertengahan abad ke-20, sosialisme memiliki beberapa cabang gagasan. Secara kasar pembagian tersebut terdiri dari pertama adalah Sosialisme Demokrasi, kedua adalah Marxisme Leninisme, Ketiga adalah anarkisme dan sindikalisme

17

You might also like