You are on page 1of 4

RHEUMATOID ARTHRITIS

1.

Definisi Rheumatoid Arthritis Rhematoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamsi

sistemik kronik dan progresif , dimana sendi merupakan target utama (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesisa, 2010: 2495). Arthritis rheumatoid (AR) adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membran sinovial, yang melapisi sendi (Corwin Elizabeth, 2009: 347). Arthritis rematoid merupakan penyakit sistemik dengan gejala ekstra-artikuler yang multipel. Gejala yang paling sering ditemukan adalah demam, penurunan berat badan, keadaan mudah lelah, anemia, pembesaran kelenjar limfe dan fenomena Raynaud (vasospasme yang ditimbulkan oleh cuaca dingin dan stres sehingga sehingga jari-jari menjadi pucat atau sianosis) (Bruner dan Suddarth, 2001: 1801). Jadi dapat disimpulkan bahwa rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun yang ditandai denga inflamasi yang bersifat kronis dimana membrane sinovial yang biasanya pertama kali diserang dan sendi sebagai target utmanya.

2. Etiologi dan Faktor Risiko Rheumatoid Arthritis 1) Etiologi Penyebab dari RA tidak diketahui secara pasti, namun berikut ini diduga yang menyebabkan penyakit RA: a) faktor genetik

faktor genetik berperan penting terhadap kejadian RA, dengan angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60%. b) hormon sex

prevalensi AR lebih besar oada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, sehingga diduga hormon sex berperan dalam perkembangan penyakit ini. Pada observasi didapatkan bahwa terjadi perbaikan gejala AR selama kehamilan. Perbaikan ini diduga karena : (1) adanya antibodi dalam sirkulasi maternal yang menyerang HLA-DR sehingga terjadi hambatan fungsi epitop HLA-DR yang mengakibatkan perbaikan penyakit. (2) Adanya perubahan profil hormon. Placental corticotrophinreleasing hormone secara langsung menstimulasi sekresi dehidroepiandrosteron (DHEA), yang merupakan androgen utama pada perempuan yang dikeluarkan oleh sel-sel adrenal fetus. Androgen

bersifat imunosupresi terhadap respon imun selular dan humoral. DHEA merupakan substrat penting dalam sintesis estrogen plasenta. Estrogen dan progesteron menstimulasi respon imun humoral (Th2) dan menghambat respon imun selular (Th1). Oleh karena pada AR respon Th1 lebih dominan sehingga estrogen dan progesteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap perkembangan AR. Pemberian kontrasepsi oral dilaporkan mencegah perkembangan AR atau berhubungan dengan penurunan insiden AR yang lebih berat. c) faktor infeksi

beberapa bakteri dan virus diduga sebagai agen penyebab penyakit AR. Organisme ini diduga menginfeksi sel induk semang (host) dan merubah reaktivitas atau respon sel T sehingga mencetuskan timbulnya penyakit. Walaupun belum ditemukan agen infeksi yang secara nyata terbukti sebagai penyebab penyakit . Agen infeksi yang diduga sebagai penyebab arthritis rematoid Agen Infeksi Mycoplasma Mekanisme Patogenik Infeksi sinovial langsung,

superantigen Parpovirus B19 Retrovirus Enteric bacteria Mycobacteria Epstein-Barr virus Bacterial cell walls Infeksi sinovial langsung Infeksi sinovial langsung Kemiripan molekul Kemiripan molekul Kemiripan molekul Aktivasi makrofag

d)

protein heat shock (HSP)

HSP adalah keluarga protein yang diproduksi oleh sel pada semua spesies sebagai respon terhadap stres. Protein ini mengandung untaian (sequence) asam amino homolog. HSP tertentu manusia dan HSP mikrobakterium tuberculosis mempunyai 65 % untaian yang homolog. Hiposintesisnya adalah antibodi dan sel T mengenali epitop HSP pada agen infeksi dan sel host. Hal ini memfasilitasi reaksi silang limfosit dengan sel host sehingga mencetuskan reaksi imunologis. Mekanisme ini dikenal sebagai kemiripan molekul (molecular mimicry). (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesisa, 2010: 2495-2496).

3)

Faktor Risiko Faktor risiko yang berhunguan dengan peningkatan terjadinya AR antara lain jenis kelamin perempuan, ada riwayat keluarga yang menderita AR, umur lebih tua, paparan salisilat dan merokok. Komsumsi kopi lebih dari tiga cangkir sehari, khususnya kopi decaffeinated mungkin juga berisiko. Makanan tinggi vitamin D, konsumsi teh dan penggunaan kontrasepsi oral berhubungan dengan penurunan risiko. Tiga dari empat perempuan dengan AR mengalami perbaikan gejala yang bermakna selama kehamilan dan biasanya akan kambuh kembali setelah melahirkan (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesisa, 2010: 2496).

3.

Patogenesis Rheumatoid Arthritis Kerusakan sendi pada AR dimulai dari proliferasi makrofag dan fibroblast sinovial

setelah adanya faktor pencetus, berupa autoimun atau infeksi. Limfosit menginfiltrasi daerah perivaskuler dan terjadi proliferasi sel-sel endotel, yang selanjutnya terjadi neovaskularisasi. Pembuluh darah pada sendi yang terlibat mengalami oklusi oleh bekuan-bekuan kecil atau sel-sel inflamasi. Terjadi pertumbuhan yang ireguler pada jaringan sinovial yang

mengalami inflamasi sehingga membentuk jaringan pannus. Pannus menginvasi dan merusak rawan sendi dan tulang. Berbagai macam sitokin, interleukin, priteinasi dan faktor pertumbuhan dilepaskan, sehingga mengakibatkan distruksi sendi dan komplikasi sistemik (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesisa, 2010: 2496). Akibatnya adalah menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Bruner dan Syddarth, 2001: 1801).

4.

Manifestasi Klinik Artritis Reumatoid Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang ditemukan pada penderita reumatik.

Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat bervariasi. 1) Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat badan menurun dan demam. 2) Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi antara

jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang. 3) Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam. 4) Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi tulang . 5) Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan ekstensi. 6) Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat. Manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat menyerang organorgan lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis, sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.

You might also like