PELAYANAN RUMAH SAKIT (KONSEP DASAR DAN PRTNSTP) DEPABTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTOBAT JENDERAL PEI.AYANAN M EDIK OIREKTORAT RUMAH SAKIT KHUSUS DAN SWASTA 1994 KATA PENGANTAR Memasuki pelaksanaan PelitaVlyang merupakan awal Pem- bangunan Jangka Panjang Tahap Kedua (PJPT ll), salah satu prakondisi yang harus dipenuhi adalah meningkatkan mutu pe- l ayanan, termasuk mutu pel ayanan di Rumah Saki t agar pengelolaan Rumah Sakit menjadi lebih efektif dan efisien. Buku pedoman ini disusun agar ada kesamaan pengertian tentang mutu, konsep dasar dan prinsip Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Ruah Sakit. Diuraikan tahap-tahap implementasi Quality Assurance, teknik dan implementasi Gugus Kendali Mutu serta langkah-langkah proses pemecahan masalah, yang dapat dipergunakan oleh pimpinan dan pelaksana rumah sakit sebagai acuan dalam melaksanakan Upaya Peningkdan Mutu Pelayanan Rumah Sakit disesuaikan dengan situasi dan kondisiyang ada. Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan-kekurangan pada buku pedoman ini, oleh karenanya saran dan kritik guna penyempurnaan buku ini sangat kamiharapkan. Jakarta, 12 April 1994 DIREKTORAT PELAYANAN MEDIK Kepala Khusus & Swasta Dr. Soemaria Aniroen, MHA NlP. 140028924 KATA SAMBUTAN Dalam Pembangunan Jangka Paniang Pertama (PJPT l) yang berakhii pada Pembangunan Lima Tahun Kelima, bangsa lndonesia telah berhasil menciptakan kerangka landasan vang cukup mantap, termasuk di bidang kesehatan sehingga bangsa lndonesia dapat memasuki proses tinggal landas pada Pelita ke enam. Pembangunan kesehatan tel ah berhasi l meni ngkatkan pelayanan kesehatan secara lebih merata, namun peningkatan mutu baik mutu pelayanan kesehatan itu sendiri maupun mutu sumberdaya manusia masih perlu senantiasa diupayakan dengan iebih mengembangkan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran. Dengan semakin meningkatnya pendidikan dan status sosial ekonomi, masyarakat cenderung menuntut pelayanan kesehat- anyang lebih baik dan lebih bermutu. Rumah Sakit sebagai salah satu sarana kesehatan dituntut untuk senantiasa memberi pe- layanan yang baik dengan petugas yang ramah. Oleh karenanya saya menyambut baik prakarsa Direktorat Rumah Sakit Khusus dan Swasta untuk menerbitkan Buku Pe- doman Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit. Dengan harapan buku ini dapat menjadi acuan baEi manajemen Rumah Sakit untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit. l l l Pada kesempatan i ni saya i ngi n mengucapkan teri ma kasi h kepada semua pi hak yang tel ah memberi masukan dan mem- bantu penyusunan buku Pedoman Upaya Peningkatan Mutu Pe- l ayanan rumah saki t i ni . Jakarta, April 1994 DIREKTUR JENDERAL PEI-AYANAN MED Dr. H. Soejoga, MPH NlP. 140024148 I I I t t I I i v DAFTAR I SI : Kata Pengantar Kata Sambutan Daftar isi BAB. I . PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Dasar-dasar Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan- Rumah Saki t . . . . . . . . . , C. Tujuan 1. Tuj uan umum 2. Tuj uan khusus BAB. I I . BAB. i l | . SEJARAH PERKEMBANGAN UPAYA PENI NGKAT- AN MUTU PELAYANAN KONSEP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU PE LAYANAN RUMAH SAKIT Mutu Pelayanan Rumah Sakit 1. Pengertian mutu 2. Def i ni si mut u pel ayanan rumah saki t . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3. Pi hak yang berkepent i ngan dengan mut u. . . . . . . . -. 4. Di mensi mut u. . . . . . . . . . 5. Mutq terkait dengan Struktur, Proses dan Outco me. . . . . . . . . . . . . Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sa- ki t . . . . . . . . . . . . . ' l. Definisi Upaya peningkatan mutu pelayanan ru- mah sakit.. Hal i i i i 1 1 A. 2 3 3 3 8 I 8 I 9 B. 10 11 2. Tuj uan upaya peni ngkat an mut u pel ayanan rumah saki t . . . . . . . . . . 11 3. Sasaran 11 4. Strategi 12 5. Met ode pendekat an . . . . . . . . . . . . . 12 BAts IV. PRINSIP DASAR UPAYA PENINGKATAN MUTU PE- LAYANAN 15 A. Aspek Yang Di pi l i h Unt uk Di t i ngkat kan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 B. lndikator Yang Dipilih 16 C. Kri t eri a Yang Di gunakan . . . . . . . . . . 16 D. St andar Yang Di gunakan . . . . . . . . . . 16 BAB. V. PETAKSANAAN UPAYA PENINGKATAN MUTU PE- I.SYANAN A. Pembentukan Wadah 17 1. St r ukt ur al . . . . . . . . . . . . . . . 17 2. Fungsi onal . . . . . . . . . . . . . 17 3. Kegi at an. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17 3. 1. Di Ti ngkat Pusat 17 3. 2. Di Rumah Saki t . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . , . . . ' 19 BA8. Vr . PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . 20 Lampiran. 1. Pengertian-pengertian 2. Langkah-langkah dalam melaksanakan budit medik 3. Sembilan kegiatan pada tahap implementasi QA 4. Teknik dan implementasiGKM di rumah sakit 5. Delapan langkah proses pemecahan masalah 6. Enam belas langkah proses pemecahan masalah 7. Tujuh perangkat pemecahan masalah GKM 8. Proses Monitoring dan Evaluasi Peningkatan Mutu pada CQI vi 17 i 1 I I ! I I I b BAB. I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewuiudkan de- rajat kesehatan masyarakat yang optimal, sebagai salah satu unsur ke- sejahteraan umum dari Tujuan Nasional. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya guna memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepa- da masyarakat dengan mutu yang baik dan biaya yang teriangkau. Dengan berakhirnya Pembangunan Jangka Panjang Tahap Perta- ma dan dimulainya Pembangunan Jangka Panjang Tahap Kedua, sa- lah satu prakondisi yang harus dipenuhi adalah meningkatnya mutu pelayanan sesuai dengan kebutuhan yang nyata. Peningkatan mutu pelayanan merupakan prioritas utama disemua rumah sakit. Sejak Pe- lita I sampai sekarang Departemen Kesehatan, telah melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan secara bertahap. Upaya tersebut dilaksanakan melalui pembangunan sarana, prasarana, pengadaan peralatan dan ketenagaan serta perangkat lunak lainnya, seialan de- ngan pembangunan rumah sakit pada umumnya. Namun demikian, disadari pula masih banyak kendala yang dihadapi, terutama yang berkaitan dengan standar kebutuhan dan tuntutan sistem pelayanan yang masih belum selaras dengan perkembangan iptek kedokteran yang semakin pesat dimana pelayanan spesialistik dan sub spsialis- tik cenderung semakin berkembang. Selain itu dengan semakin meningkatnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomimasyarakat maka sistem nilaidan orientasidalam ma- syarakatpun mulai berubah. Masyarakat mulai cenderung menuntut pelayanan umum yang lebih baik, lebih ramah dan lebih berrnutu ter- masuk pula pelayanan kesehatan. Dengan semakin meningkatnyatun- tutan masyarakat akah mutu pelayanan tadi maka fungsi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalarn rumah sakit secara bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi lebih efektif dan efisien serta memberi kepuasan terhadap pasien, keluarga maupun masyarakat. Namun dalam pelaksanaannya bukanlah hal yang mudah. Kendala yang dirasakan saat iniadalah masih belum adanya kesamaan penger- tian dasar tentang mutu, konsep dan prinsip demikian pula cara-cara penerapannya. Disamping itu masih sering terjadi kesimpangsiuran antara upaya peningkatan mutu dan upaya menjaga mutu, walaupun sebetulnya kegiatannya sama. Perbedaannya adalah pada upaya pe- ningkatan mutu, agar tidak terdapat kekurangan-kekurangan dalam mutu atau agar hasilnya baik maka sebelum jasa diberikan sudah di laksanakan perbaikan-perbaikan. Sedangkan pada upaya menjaga mutu setelah selesai kegiatannya baru dikcntrol hasilnya. Oleh karena itu Departemen Kesehatan cenderung menggunakan istilah "upaya peningkatan mutu kesehatan" yang mencakup kedua pengertian tadi. Berdasarkan haldiatas, maka agar 0paya peningkatan mutu pelaya- nan rumah sakit dapat sepertiyang diharapkan maka dirasa perlu di- susun buku pedoman upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit. Buku pedoman yang merupakan konsep dan prinsip peningkatan mutu pelayanan rumah sakit ini, diharapkan dapat sebagaiacuan bagi para pengelola rumah sakit dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit-nya. Walaupun dalam implementasinya sangat tergantung dengan situasi dan kondisidari masing-masing-rumah sa- ki t . Dalam buku pedoman iniakan diuraikan tentang dasar-dasar upa- ya peningkatan mutu, perkembangan upaya peningkatan mutu, konsep dan prinsip, beberapa pendekatan upaya peningkatan mutu pelayan- an, langkah-langkah pelaksanaan dan dilengkapi dengan lampiran-lampi- ran. Sedangkan instrumen penilaian akan disusun dalanr buku tersen- di ri . B. DASAR.DASAR UPAYA PENINGKATAN IIUTU PEI.AYANAN RUTAH SAKIT. 1. Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993 disebutkan bahwa pengelolaan kesehatan yang terpadu perlu lebih dikembang- kan agar dapat lebih mendorong peran serta masyarakat, termasuk dunia usaha dalam pembangunan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan ditingkatkan dan jangkauan serta kemampuan diperluas agar masyarakat, terutama yang berpenghasilan rendah, dapat me- nikmati pelayapan yang berkualitas dengan terus memperhatikan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran secara se- rasi dan bertanggung jawab. 2. Pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN) disebutkan bahwa dalam waktu dekat harus ditetapkan cara-cara akreditasi petayanan ru- mah sakit, sehingga dapat dilakukan penilaian terhadap mutu dan 2 ! i ! -& jangkauan pelayanan rumah sakit secara berkala, yang dapat digu- nakan untuk menetapkan kebijaksanaan pengembangan atau pe- ningkatan mutu rumah sakit. Selanjutnya SKN menyatakan bahwa: Upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terpadu, serta dapat diterinra dan dapat.dijangkau oleh masyarakat luas. Untuk itu perlu digunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas tanpa mengorbankan mutu pelayanan kepada pe- rorangan. 3. Tuluan program kesehatan rujukan dan rumah sakit RepelitaVl : Pe- ningkatan kemampuan sarana kesehatan rujukan dan rumah sakit untuk mendukung pelayanan kesehatan masyarakat melalui peni- ngkatan pemanfaatan sarana dengan memberikan pelayanan yang lebih luas, bermutu dan efisien. 4. Sarasehan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit pada tangal 30 Juli 1 991, dimana dalam sarasehan tersebut telah ditetapkan langkah-langkah sebagai berikut : . Tahap pertama : disusun Konsep dasar dan Prinsip Upaya pening- katan Mutu Pelayanan Rumah Sakit. . Tahap kedua : disusun 'detail plan" dan buku pedoman. . Tahap ketiga : mulaidiimplementasikan ke rumah sakit. C. TUJUAN 1. TUJUAN UUUI I Agar buku pedoman yang merupakan konsep dasar dan prinsip upaya peningkatan mutu pelayanan ini, dapat dipergunakan oleh semua pimpinan dan pelaksana rumah sakit sebagai acuan dalam melaksanakan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit. 2. TUJUAN KHUSUS 1 . Tercapainya satu pengertian tentang Upaya Peningkatan Mutu Pe- layanan Rumah Sakit. 2. Mengetahuikonsep dasar dan prinsip upaya peningkatan mutu pe- layanan rumah sakit. 3. Mengetahui cara-cara alau langkah-langkah dalam melaksanakan Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit. BAB. SEJARAH PERKEi' BANGAN t l UPAYA PENINGKATAN BUIIAH SAKIT IIUTU PELAYANAN Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan sebenarnya bukan- lah hal yang baru. Pada tahun (1820-1910) Florence Nightingale seo- rang perawat dati lnggris menekankan pada aspek-aspek keperawat- an pada peningkatan mutu pelayanan. Salah satu ajarannya yang ter- kenalsampai sekarang adalah "hospital should do the patient no harm", rumah sakit jangan sampai merugikan atau mencelakakan pasien. DiAmerika Serikat, upaya peningkatan mutu pelayanan medik Cimulai oleh ahli bedah Dr. E.A Codman dari Boston dalam tahun 1917. Dr. E.A Codman dan beberapa ahli bedah lain kecewa dengan hasil operasi yang seringkali buruk, karena seringnya terjadi penyulit. Mereka ber- kesimpulan bahwa penyulil itu teriadikarena kondisiyang tidak meme- nuhi syarat di rumah sakil. Untuk itu perlu ada penilaian dan penyem- purnaan tentang segala sesuatu yang terkait dengan pembedahan. lni adalah upaya pertama yang berusaha mengidentifikasikan masalah kl i ni s, dan kemudi an mencari i al an kel uarnya. (elaniutan dari upaya ini. pada tahun 1918 The American Gollege of Surgeons (ACS) menyusun suatu Hospital Standardization Pro- gramme. Program standarisasi adalah upaya pertama yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan. Program initernyata sa- ngat berhasil meningkatkan mutu pelayanan sehingga banyak rumah sakit tertarik untuk ikut serta. Dengan berkembangnya ilmu dan tekno- logi maka spesialisasi ilmu kedokteran diluar bedah cepat berkem' bang. Oleh karena itu program standarisasiperlu diperluas agar dapat mencakup disiplin lain secara umum. Pada tahun 1951 American College of Surgeon, American College of Physicians, American Hospital Association, American Medical Asso- ciation dan Ganadian Medical Association bekeria sama membentuk suatu Joint Commission on Accreditation of Hospital (JCAH), suatu ba- dan gabungan untuk menilai dan mengakreditasi rumah sakit. Pada akhir tahun 1960 JCAH tidak lagi hanya menentukan syarat mi- nimal dan essensial untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang ada di rumah sakit, namun telah memacu rumah sakit agar memberikan mutu pelayanan yang setinggi-tingginya sesuai dengan sumber daya 4 I I . A yang ada. Untuk memenuhituntutan yang baru iniantaratahun 1953-1965 standar akreditasi direvisi enam kali, selanjutnya beberapa tahun se- kalidiadakan revisi. Atas keberhasilanJCAH dalam meningkatkan mutu pelayanan, Pe- merintah Federal memberi pengakuan teilinggi dalam mengundang kan'Medicare Acf. Undang-undang ini mengabsahkan akreditasi ru- mah sakit menurut standar yang ditentukan oleh JCAH. Seiak saat itu rumah sakit yang tidak di akreditasi oleh JCAH tidak dapat ikut program asuransi ksehatan pemerintah federal (medicare), padahal asuransi diAmerika sangat menentukan utilisasi rumah sakit karena hanya 9,- 3% biaya rumah sakit berasaldaripembayaran langsung oleh pasien. Seiak tahun 1 979 JCAI-I mem buat standar tambahan, yaitu agar da- pat lulus akreditasi suatu rumah sakit harus juga mempunyai program pengendalian mutu yang dilaksanakan dengan baik. Di Australia, Australian Council on Hospital Standards (ACHS) didi- rikan dengan susah payah pada tahun 1 971 , namun sampai tahun 1 981 badan ini baru berhasil beroperasidalam 3 Negara bagian. Tetapi lam- bat laun ACHS dapat diterima kehadirannnya dan diakui manfaatnya dalam upaya peningkatan mutu pelayanan sehingga sekarang kegi- atan ACHS telah mencakup semua negara bagian. Pelaksanaan pening- katan mutu diAustralia pada dasarnya hampir sama dengan diAme- rika. 1 Di Eropa barat perhatian terhadap peningkatan mutu pelayanan sa- ngat tinggi, namun masalah itu tetap merupakan hal baru dengan kon- sepsi yang masih agak kabur bagi kebanyakan tenaga profesi kese- hatan. Sedangkan pendekdan sscara Amerika sukar diterapkan ka- rena perbedaan sistem kesehatan di masing-masing negara di Eropa. l(arena itu kantor Regional WHO untuk Eropa pada awal tahun 198O- an mengarnbil inisiatif untuk membantu negara-negara Eropa mengembangkan pendekatan peningkatan mutu pelayanan disesuai- kan dengan sistem pelayanan kesehatan masing-masing. Pada tahunl982-kantor regional tersebut telah menerbitkan buku tentang upaya meningkatkan mutu dan penyelenggaraan simposium di Utrecht, negeri Belanda tentang metodologi peningkatan mutu pela- yanan. Dalam bulan Mei 1983 di Barcelona, Spanyolsuatu kelompok kerla yang dibentuk oleh WHOtelah mengadakan pertemuan untuk mempe- laiaripeningkatan mutu khusus untuk Eropa, hasilrekomendasi kelom- pok keria sebagai berikut: . mengapa upaya peningkatan mutu dibutuhkan. . apatujuannya. . bagaimana sebaiknya upaya peningkatan mutu dilaksanakan pada tingkat nasional atau lokal. . apa saia kegiatan yang seyogyanya dilakukan dalam program nasi- onal. . bagaimana mutu pelayanan dapat ditingkatkan, iika ternyata me- mang ditemukan adanya kelemahan-kelemahan. Walaupun secara regional WHOtelah melakukan berbagai upaya, namun padasimpcium peningkatan mutu pada bulan Mei 1989terda- pat kesan bahwa secara nasional upaya peningkatan mutu dibrbagai negara Eropa Barat masih pada perkembangan awal. Di Asia, negara pertama yang sudah mempunyai program pening- katan mutu dan akreditasi rumah sakit secara nasional adalah Ta'rwan. Negara ini banyak menerapkan metodologi dari Amerika. Sedangkan Malaysia rnengembangkan peningkatan mutu pelayanan dengan ban- tuan konsultan ahli dari Negeri Belanda. Di Indonesia langkah awal yang sangat menciasar dan terarah yang telah dilakukan Departemen Kesehatan dalam rangka upaya pening- katan mutu yaitu penetapan kelias rumah sakit pemerintah melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. OA3/Birhupl1972. Secara umum telah ditetapkan beberapa kriteria untuk tiap kekas rumah sakit A,B,C dan D- Kriteria ini kemudbn berkembang menjadi standar-stan- dar. Kemudian daritahun ke tahun disusun berbagai standar baik me- nyangkut pelayanan, ketenagaan, sarana dan prasarana untuk ma- sing-masing kelas rumah sakit. Disamping standar, Departemen Kese- hatan juga mengeluarkan berbagai @oman (guillance) dalam rangka meningkatkan penampilan pelayanan rumah sakit. Untuk rumah sakit swasta telah keluar Keputusan Menteri Kese- hatan Nomor 8o6b/Menkes/Sl(D(ll87 dimana sebin menetapkan kelas rumah sakit, juga dilengkapi dengan standar berdasarkan kemampuan pelayanan. Seiak tahun 1984 Departemen Kesehatan telah mengembangkan berbagai indikator untuk mengukur dan men$evaluasi penampilan (perbrmance) rumah sakit pemerintah kelas C dan rumah sakit swasta setara yaitu dalam rangka Hari Keehatan Nasional. lndikator ini se- 6 tiap dua tahun ditinjau kembalidan disempurnakan. Evaluasi penam- pilan untuk tahun 1991 telah dilengkapi dengan indikator kebersihan dan ketertiban rumah sakit dan yang di evaluasi selain kelas C juga kelas D dan kelas B serta rumah sakit swasta setara. Sedangkan eva- luasi penampitan tahtin 1992 telah dilengkapi pula dengan instrumen mengukur kemampuan pelayanan. Evaluasi penampilan rumah sakit ini merupakan langkah awal datiKonsep Continuous Quality lmprove- ment (CQl). Berbeda dengan konsep QA tradisional dimana dalam monitor dan evaluasi dititikberatkan kepada pencapaian standar, ma- ka pada CQI fokus lebih diarahkan kepada penampilan organisasi me- lalui penilaian pemilik, manaiemen, klinik dan pelayanan penunjang. Perbedaan yang sangat mendasar yaitu keterlibatan seluruh karyawan. Selain itu secara sendiri-sendiri beberapa rumah sakit telah menga- dakan monitoring dan evaluasimutu pelayanan rumah sakitnya. Pada tahun 1981 RSGatotSubrototelah melakukan kegiatan penilaian mutu yang berdasarkan atas deraiat kepuasan pasien. Kemudian rumah sa- kit Husada pada tahun 1984 melakukan kegiatan yang sama. Rumah sakit Adi Husada diSurabaya membuat penilaian mutu atas dasar pe- nilaian perilaku dan penampilan keria perawat. Rurnah sakit Dr. Soe- tomo Surabaya menilai mutu melalui penilaian infeksi nosokomial se- bagai salah satu indikator mutu pelayanan. Rumah sakit Cipto Mangunkusumo menggunakan upaya penggunaan obat secara rasio- nal. Rumah sakit lslam Jakarta pernah menggunakan pengendalian mutu terpadu C|-OC) dan Gugus Kendali Mutu (Quality ControlGircle = occ). Beberapa rumah sakit lainnya luga telah mencoba menerapkan Gugus Kendali Mutu, walaupun hasilnya belurn ada yang dilaporkan. Akhir-akhir iniTQG dan QCC secara luas telah digunakan dalam in- dustri manutaktur dan industri jasa di Indonesia. Menurut informasi, kedua kegiatan tersebut menunjukkan hasil yang menggembirakan. Seialan dengan haldiatas maka Departemen Kesehatan telah menga- dakan Pelatihan Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah Sakit pada be- berapa rumah sakit dimana manajemen mutu terpadu dan gugus ken- dali mutu menjaditopik utamanya. Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran un- tuk meningkatkan mutu sudah cukup meluas walaupun dalam penerap- annya sering ada perbedaan. Perbedaan tersebut terutama disebab kan karena kita sebagai negara berkembang tidak sepenuhnya mengi- kuti fase.fase yang pernah diialanidi negara maju sepertiAmerika. BAB. I I I KONSEP DASAR UPAYA PENI NGKATAN MUTU PEI.AYANAN RUMAH SAKIT Walaupun langkah awal yang mendasar dari upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit di Indonesia telah dimulai seiak tahun 1972, namun pelaksanaannya belum secara efektif dan efisien. Ini di sebabkan oleh karena belum ada kesatuan bahasa tentang upaya pe- ningkatan mutu pelayanan, sehingga masing-masing rumah sakit me- ngembangkan sendiri-sendiri upaya peningkatan mutu pelayanannya. Sehubungan dengan itu, agar upaya peningkatan mutu dapat dilak- sanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasatentang konsep dasar upaya peningkatan mutu pelayanan. Da- lam membahas konsep dasar ini maka akan dibahas dulu ientang kon- sep mutu baru kemudian dibahas tentang konsep upaya peningkatan mut u. MUTU pEI-A.IANAN RUITAH SAKIT Pengertian mutu Pengertian mutu beransft6 raQam dan dibawah ini ada beberapa pengertian yang secars ssdlssllana melukiskan apa hakekat rnutu. a. Mutu adalah tingkat kesempuniaan suatu ptoduk atau iasa. b. Mutu adalah expertise, atau keahlia'o dan keterikatan (Commit- ment) yang seialu dicurahkan pada peleriaan. c. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam ntelakukan pekerjaan. Delinisl llutu Pelayanan Rumah Saklt Adalah derajat kesempurnaan pelayanan Rumah Sakit untuk meme- nuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di Rumah Sakit secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuaidengan norma, etika, hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen. A. 1. 2. 3. Pi hak Yang Berkepent i ngan Dengan Mut u Banyak pi hakyang berkepent i ngan dengan mut u. Pi hak-pi hak t erse- but adal ah: a. konsumen b. provider (pemberi jasa kesehatan) c. pembayar/pihak lll/asuransi d, manaj emen rumah saki t e. karyaivan rumah sakit f. masyarakat g. pemeri nt ah h. ikatan profesi. Setiap kelompok yang disebut di atas berbeda sudut pandang dan kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multidimen- si onal , 4. Dimensi llutu Dimensi atau aspeknya adalah: a. keprofesian b. efisiensi c. ksamanan pasien d. kepuasan pasi en e. aspek sosial budaya 5. Mutu Terkait Dengan Struktur- Proses dan Outcome Mutu pelayanan suatu rumah sakit adalah produk akhir dari inter- aksi dan ketergantungan yang rumit antara berbagai komponen a- tau aspek rumah sakit sebagaisuatu sistem. Aspek-aspek tersebut terdiri dari struktur, proses dan outconre. Struklur : Adalah sumberdhya manusia, sumberdaya fisik, sumberdaya keu- angan dan sumberdaya lain-lain pada fasilitas pelayanan keseha- tan. Baik tidaknya struktur dapat diukur dari kewajaran, kuantitas, biaya cian mutu komponen-komponen struktur itu. Proses : Adalah apa yang dilakukan dokter dan tenaga profesi tain terhadap pasi en: eval uasi , di agnosa, perawat an, konsel i ng, pengobat an, t i n- dakan, penanganan jika terjadi penyulit, follow up. Baik-tidaknya proses dapat diukur dari relevansinya bagi pasien, efektifitasnya dan mutu proses itu sendiri. Pendekatan proses adalah pendekatan paling langsung terhadap mut u asuhan. Outeome i Adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan dokter dan tenaga pro- fesi lain terhadap pasien dalam arti perubahan deraiat kesehatan dan kepuasannya serta kepuasan provider. Outcome yang baik se- bagian besar tergantung kepada mutu strukiur dan mutu proses yang baik. Sebaliknya outcom' e yang buruk adalah kelanjutan struk- tur atau proses yang buruk. Tinggi rendahnya mutu sangat dipengaruhi oleh : 1. Sumber daya rumah sakit, termasuk antara lain tenaga, pembiaya- an, sarana dan teknologi yang digunakan. 2. Interaksi pemanfaatan dari sumber daya rumah sakit yang digerak- kan melalui proses dan prosedur tertentu sehingga menghasilkan jasa atau pelayanan. Berhasil tidaknya peningkatan mutu sangat tergantung dari moni- toring faktor-faktor diatas dan juga umpan balik dari hasil-hasilpe- layanan untuk perbaikan lebih laniut terhadap faktor-faktor dalam butir 'l dan 2. Dengan demikian nampak bahwa peningkatan mutu merupakan proses yang komplex yang pada akhirnya menyangkut manajemen rumah sakit secara keseluruhan. B. UPAYA PENINGKATAN IIUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan ke- seluruhan upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integratif me- manlau dan menilai mutu pelayanan kesehatan, memecahkan masa- lah-masalah yang ada dan mencarijalan keluarnya, sehingga mutu pe- layanan kesehatan diharapkan akan lebih baik. Dirumah sakit upaya peningkatan mutu pelayanan adaiah kegiatan yang bertujuan memberikan asuhan atau pelayanan sebaik-baiknya kepada pasien. Tu.iuan itu sama untuk setiap orang yang bekerja di 10 rumah saki t at aupun di uni t pel ayanan kesehat an l ai nnya. Bagi mereka yang bekerja secara langsung terlibat dalam membe- rikan asuhan atau pelayanan kepada pasien. "Pemberian asuhan atau pelayanan yang sebaik mungkin" merupakan konsep yang nyata. Na- mun bagi mereka yang tidak bekeria secara langsung terlibat pasien, tujuannya adalah pemberian pelayanan sebaik mungkin kepada ru- mah sakit, fasilitas dan staf. Mutu asuhan dan pelayanan kepada pa- sien dapat lebih baik diberikan dalam suatu organisasi yang berialan baik dengan staf yang memiiiki rasa kepuasan. Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit tidak hanya pen- capaian tujuan saja tetapiluga menyangkut mekanisme untuk menja- min tujuan tersebut dapat dicapai. Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit akan sangat ber- arti dan efektif bilamana upaya peningkatan mutu menjadi tujuan se- hari-hari dari setiap organisasi terrnasuk pimpinan, pelaksana pelayan- an langsung dan staf penuniang. Namun tujuan perorangan untuk memberikan asuhan atau pelayan- an yang optimal tidak bisa tercapai tanpa adanya pelimpahan tang- gung jawab dari Rumah Sakit sebagai organisasi. Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang melibatkan mutu asuhan atau pelayanan dengan penggunaan sumber daya secara te- pat dan efisien. Walaupun disadaribahwa mutu memerlukan biaya, te- tapi tidak berarti mutu yang lebih baik selalu memerlukan biaya lebih banyak atau mutu rendah biayanya lebih rendah. Efisiensiadalah kun- ci nya. Berdasarkan hal diatas maka disusunlah definisidan tujuan dari upa- ya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit. 1. Delinlsi Upaya Penlngkatan llutu Pelayanan Rumah Sakit Adalah keseiuruhan upaya dan kegiatan yang komprehensif dan in- tegratif yang menyangkut struktur, proses dan outcome secara ob- jektif, sistematik dan berlanjut memantau dan menilai mutu dan ke- wajaran pelayanan terhadap pasien, menggunakan peluang untuk m eningkatkan pelayanan pasien, dan memecahkan masalah-masa- lah yang terungkapkan sehingga pelayanan yang diberikan di rumah sakit berdaya guna dan berhasil guna. 2. Tuiuan Upaya Penlngkatan Hutu Peiayanan Rumah Sakit Umum : Meningkatkan pelayanan kesehatan melaluiupaya pe- ningkatan mutu pelayanan rumah sakit secara efektif 11 dan efisien agar tercapai deraiat kesehatan yang opti- mal. Khusus : Tercapainya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit melalui: a. Optimasi tenaga,sarana dan prasarana b. Pemberian pelayanan sesuai dengan standar profe- sidan standar pelayanan yang dilaksanakan secata menyeluruh dan terpadu sesuai dengan kebutuhan Pasien. c. Pemaniaatan teknologi tepat guna, hasil penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan. 3. Sasaran a. lulenurunkan angka kematian b. Menurunkan angka kesakitan (re admission rate) c. Menurunkan angka kecacadan d. Penggunaan obat secara rasional e. Meningkatkan kepuasan pasien t. Meningkatkan efisiensi dan efektiftas pelayanan g. Efisiensi penggunaan tempat tidur, dll. 4. Strategl Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya rumah sakil maka disusunlah strategi sebagai berikut: 1. Rumah sakit harus memahami dan menghayati konsep dasar dan prinsip mutu pelayanan rumah sakit sehingga dapat menyu- sun langkah-langkah upaya peningkatan mutu di masing-masing rumah sakit. 2. Memberi pricritas kepada peningkatan sumber daya manusia di rumah sakit termasuk di dalarrtnya meningkatkan keseiahtera- an karyawan, memberikan imbalanyang layak, program kesela- matan dan kesehatan kerja, program diklat, dsb. 3. Menciptakdn budaya mutu di rumah sakit. Termasuk didalamnya menyusun program mutu tumah sakit, menyusun tema yang akan dipakai sebagai pedoman, mem ilih pendekatan yang dipakai dalam penggunaan standar of procedure (SOF). Kem udian iuga menetapkan mekanisme monitoring dan evaluasi. 12 5. Metode Pendekatan Upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit bisa dilaksanakan mel al ui pendekat an secara t i dak l angsung dan mel al ui pendekat an pemecahan masalah. 5.1. Pendekatan tidak langsung. a" Oi Tingkatnashnsl 1. Pendi di kan dan Pel at i han. 2. Peri zi nan. 3. Sertifikasi/Pemberian ljasah/Brevet. 4. Penambahan t enaga, sarana, prasarana dan peral at an. 5. Pembi ayaan. 6. Penggunaan Obat Secara Rasional. 7. Standarisasi 8. Klasifikasi 9. Akreditasi 10. Peni l ai an Penampi l an Rumah Saki t 11. Penapi san Teknol ogi Medi s 12. Eval uasi . Utilization Review . Audit Medik !. Dl Tin$kat Rumah Saklt 1. Program Quality Assurance/Quality lmprovment 2. Quality Assesment 3. Total Quality Management 4. Gugus kendali mutu 5. Pengembangan Standar Profesi 6. Utilization Management 7. Pengendalian Infeksi 8. Risk Management 9. Program-Program Khusus . MengUkur kepuasan pasion . Mengukur penampilan perawal, dll 5.2. Pendekatan pcmecahan masaleh. Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu proses sik- lus (daur) yang berkesinambungan. Langkah pertama dalam pro- ses siklus ini adalah identifikasi masalah. ldentifikasi masalah 13 merupakan bagian sangat penting dari seluruh proses siklus (daur), karena akan menentukan kegiatan-kegiatan selaniutnya dari pendekatan pemecahan masalah ini. Masalah akan timbut apabi l a: . hasilyang dicapai dibandingkan dengan standar yang ada ter- dapat penyimpangan . merasa tidak puas akan penyimpangan tersebut. . merasa bertanggung jawab atas penyimpangan tersebut. Bila salah satu dari ketiga hal diatas tidak ada maka walaupun se- betulnya ada masalah bisa dianggap/dirasakan tidak ada ma- salah. Untuk mengidentifikasi masalah yang baik dibutuhkan keterang- an serta data/informasi. Informasi tersebut bisa didapat pada waktu melakukan monitoring kegiatan atau padawaktu pertemuan/ rapat-rapat. Setelah masalah ditemukan maka akan ada dua ma- cam masalah yaitu masalah yang pemecahannya sudah ielas dan masalah yang pemecahannya belum jelas. Masalah yang su- dah jelas pemecahannya akan memudahkan untuk melakukan tindakan perbaikan. Sedangkan masalah yang belum ielas cara pemecahannya maka diperlukan kembali review pengumpulan data untuk menemukan penyebabnya sehingga masalah menia- dijelas cara pemecahannya. Kegiatan ini bisa terjadi berulang- ulang, sampai cara memecahkan masalah menjadijelas. Dengan telah ielasnyacarc memecahkan masalah maka bisa di lakukan tindakan perbaikan. Namun agar pemecahan masalah bisa tuntas, setelah diadakan tindakan perbaikan perlu dinilai kembali apakah masih adayang tertinggal. Dari penilaian kembali maka akan didapatkan masalah yang telah terpecahkan dan ma- salah yang masih tetap merupakan masalah sehingga proses siklus akan berulang mulaitahap pertama. Pendekatan ini bisa secara nasional maupun terbatas pada iasi- litas pelayanan kesehatan seperti: rekam medis, infeksi nosoko- mial, pelayanan medik, asuhan keperawatan, pelayanan penun- jang medik, farmasi, pelayanan umum, pelayanan administrasi, manaiemen, utilbasi/efisiensi, keamanan pasien, kepuasan pasien, sarana dan lingkungan fisik, dampak lingkungan, dan lain-lain. 14 BAB. IV PRINSIP DASAR I' PAYA PENINGKATAN MUTU PEI.AYANAN Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilih- an aspek yang akan ditingkatkan dan pemilihan indikator, kriteria ser- ta standar yang akan digunakan untuk mengukur mutu pelayanan ter- sebut. Antara indikator, kriteria dan standar ada perbedaan yang relatif dalam arti konsep, namun seringkali dalam praktek istilah-istilah itu di pakai secara berbaur untuk maksud yang sama. lndikator adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator merupakan suatu variabelyang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik adalah yang sensitif tapijuga spesifik. Kriteria adalah spesifikasi dari indikator. Standar : . Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh se- seorang yang berwenang dalam situasitersebut, atau oleh mere- ka yang bertanggung jawab untuk mempertahankan tingkat per- formance atau kondisi tersebut. . Suatu norma atau persetuiuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik. . Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat' ni l ai at au mut u. Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka ha- rus memperhatikan prinsip dasar sebagai berikut : 1. Aspek yang digillh untuk dltlngkatkan . keprofesian . efisiensi . keamanan pasien . kepuasan pasien . sarana dan l i ngkungan f i si k. 15 Indikator yang dipilih a. lndikator lebih diutamakan untuk menilaioutcome dari pada un- tuk struktur dan proses. b. Bersifat umum, yaitu lebih baik indikator untuk situasi dan kon- disi kelompok dari pada untuk perorangan. c. Dapat digunakan untuk rnembandingkan antar daerah dan an- tar rumah sakit. d. Dapat mendorong intervensi sejak tahap awal pada aspek yang dipilih untuk dimonitor. e. Sedapat mungkin didasarkan pada data yang ada, dengan de- mikian tidak menambah beban keria staf. Krlterla yang dlgunakan Kriteria yang digunakan harus dapat diukur dan dihitung untuk menspesifikasikan indikator sehingga dapat sebagai batas yang mernisahkan antara mutu baik dan mutu tidak baik. Misalnya : indikator pasca bedah dapat dispesilikasikan meniadi kriteria 2o/" arTinyaangka 2'/.ini memisahkan antara mutu baik dan mutu yang tidak baik. Standar yang dlgunakan Standar yang digunakan merupakan "hasil optimal yang dapat di capai" a. Untuk sebagian besar indikator, standar yang dapat dicapai me- rupakan standar yang oleh sebagian besar rumah sakit persya- ratannya dapat dipenuhi. Ini berati bahwa hanya sedikit yang ti- dak mencapai standar. b. Standar yang dapat dicapai dapat dimodifikasikart dariwaktu ke waktu. ,J ll' 3. i] 16 BAB. V PEI-AKSANAAN UPAYA PENINGKATAN MUTU PEL.AYANAN RUMAH SAKIT Dal am rangka pel aksanaan upaya meni ngkat kan mut u pel ayanan rumah sakil maka perlu dibedakan antara peningkatan mutu dengan kegiatan review lainnya, misalnya : penelitian, "risk managemerrt" dan "performance appraisal". Walaupun ada perbedaan dalam fokus dan tujuan utamanya tetapi ada beberapa nnetodologi dan kegiatan yang t umpang t i ndi h. Dalam rangka upaya peningkatan mutu maka perlu ditetapkan lang- kah-langkah kegiatan sebagai berikut : B. Pembentukan wadah. 1. Struktural : Perlu dibentuk satu wadah yang bertanggung jawab dalam upaya . peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Wadah ini selain ada di tingkat pusat juga ada di daerah. 2. Fungslonal: Perlu dibbntuk Panitia (Komite) upaya peningkatan mutu pelayanan yang merupakan wadah f ungsi onal . Komi t e i ni ada di t i ngkat pusat , daerah dan rumah sakit. Untuk tingkat pusat dan daerah anggota komite terdiri dari unsur-un- sur : . Departemen Kesehatan/Kanwil . PERSI . lkatan profesi terkait Tugas Komi t e i ni ant ara l ai n merumuskan pedoman, st andar, meka- nisme monitoring dan evaluasiserta memberikan saran-saran ten- tang upaya pepingkatan mutu pelayanan. Untuk tingkat rumah sakit komite merupakan wadah fungsional yang menangani masalah-masalah peningkatan mutu pelayanan, di mana dalam wadah tersebut duduk unsut pimpinan rumah sakit. 3. Keglatan. Tingkat pusat : 17 3.1. Standar pelayanan rumah sakit dan standar pelayanan medik. Tingkat pusat perlu menetapkan standar medik yang harus di- laksanakan di rumah sakit. Selain itu tingkat pusat secara berkala perlu mengevaluasi standar tersebut dan melakukan revisi bila di perl ukan. 3.2. Indikator dan kriteria Indikator dan kriteria perlu ditetapkan secara nasional, sehingga dapat sebagai acuan yang baku bagi rumah sakit. Selain itu se- cara berkala indikator dan kriteria tersebut perlu dievaluasi dan di l akukan revi si apabi l a di perl ukan. 3.3. lnstrumen penilaian upaya peningkatan mutu. Perlu disusun instrumen penilaian upaya peningkatan mutu pela- yanan rumah sakit sehingga dapat dikumpulkan informasi-infor- masi tentang langkah-langkah kegiatan upaya peningkatan mutu pelayanan yang telah dilaksanakan rumah sakit. 3.4. Buku Pedoman. Buku pedoman upaya peningkatan mutu pelayanan diperlukan sebagaiacuan bagi rumah sakit dalam melaksanakan upaya pe- ningkatan mutu pelayanannya. Secara berkala buku tersebut per- l u di eval uasi agar t et ap sesuai dengan si t uasi dan kondi si . 3.5. Pelatihan bagi tenaga pelatih (training of trainee). Wai aupun t el ah ada buku pedoman, pel at i han pet ugas di rumah sakit tetap periu dilaksanakan agar dalam melaksanakan uoaya peni ngkat an mut u t i dak mengal ami kesul i t an. Petugas yang akan dilatih adalah Direktur rumah sakit dan Ketua Tim Medik (Komite Medik). Dengan dilatihnya Direktur dan Ketua Tim Medik (Komite Medik) diharapkan dapat menyebarkan pe- ngetahuan dan pengalaman selama mengikuti pelatihan kepada karyawan lainnya di rumah sakit. 3.6. Uji coba pelaksanaan. Pada tahap pertama akan dilakukan uji coba pelaksanaan upaya peningkatan mutu pelayanan pada rumah sakit terpilih, 3.7. Pertemuan terjadwal. Mengadakan pertemuan terjadwal untuk membahas Peningkat- an Mutu Pelayanan antara rumah sakit pusat dan daerah agar dapat diketahui : manfaat, permasalahan dan kendalanya. 3.2. Di rumah sakit. 3. 2. 1. Menet apkan kebi j aksanaan dan l angkah-l angkah upaya peni ngkat an mut u pel ayanan di rumah saki t . Unt uk dapat melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan di ru- mah sakit maka langkah arvalyang diperlrrkan adalah ada- nya Kebijaksenaan dan langkah-langkah upaya pening- katan rnutu pelayanan rumah sakitdari Direktur rumah sa- kir. 3. 2. 2. Membent uk komi t e peni ngkat an mut u pel ayanan di rumah sakit dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit, lengkap beserta uraian tugas yang jelas. Komite ini bisa dijadikan satu dengan Komite Medik 3. 2. 3. Pi mpi nan rumah saki t bersama komi t e peni ngkat an mut u pelayanan rumah sakit melakukan kegiatan persiapan (pre conditioning) yang bisa berupa : pertemuan-pertemu- an/rapat-rapat, lokakarya, pelatihan, dll kepada staf ma- upun sel uruh karyawan rumah saki t , sehi ngga ada kesa- maan pengertian tentang mutu, penghayatan konsep da- sar dan pri nsi p dan adanya kesepakat an t ent ang l ang- kah-l angkah kegi at an yang akan di l akuxan. 3. 2. 4. Pi mpi nan rumah saki t bersama komi t e peni ngkat an mut u pel ayanan rumah saki t membahas dan merencanakan seri a mel aksanakan segal a l angkah-l angkah yang me- nyangkut persiapan upaya peningkatan mutu pelayanan sebagai berikut : . identifikasi masalah. . inventarisasi kegiatan yang telah dilaksanakan . memi l i h aspek yang akan di t i ngkat kan . memi l i h met ode pendekat an yang akan di pakai menentukan sumber data . i dent i f i kasi i ndi kat or penampi l an, mi sal nya : angka i n- f eksi nosokomi al , kompl i kasi bedah, kel uhan pasi en, dl l . 3. 2. 5. Menyusun rencana kegi at an (Pl an of act i on). 3. 2. 6. Mel akukan present asi hasi l pel aksanaan upaya peni ng- katan mutu pelayanan.secara teralur. 19 BAB. VI PENUTUP Dengan berhasilnya pembangunan maka dalam masyarakat telah tumbuh kesadaran dan tuntutan untuk memperoleh petayanan kese' hatan yang bermutu. Namun perlu disadari, upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan merupakan "never ending proses" dan perlu didu-kung oleh sumber daya dan danayang memadai. Dalam implementa- sinya ia bukan hal yang mudah karena menyangkut monitoring ba' nyak hal . Peningkatan mutu pelayanan kesehatan telah diialankan tetapi me' mang belum secara sistematik dan belum ada legislasi yang kuat. Keberhasilan Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan sangat terganiung dari ialinan kerja sama yang baik antara Departemen Ke' sehatan, lkatan Profesi, PERSI dan pengetola pelayanan kesehatan. Pengefola pelayanan kesehatan harus rnenyadari bahwa "Quality is matte( of suruival'. . . . or l 1r y. . ooo 20 t . LAMPI RAN 1 PE IIG ERTLAN. P E N G E RTIA N Standarisasi. Standarisasi adalah penyusunan standar-standar yang akan di pakai sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan. Standar yang diperlukan bagi rumah sakit adalah standar ketenagaan, standar peralatan, standar fisik bangunan, standar pelayanan rumah sakit, standar pelayanan medik dan sebagainya. Standari- sasi ini merupakan langkah awaldari akreditasi rumah sakit. Klasiftkasl Klasifikasi adalah pengelompokan rumah sakit berdasarkan jumlah tempat tidur dan kemampuan pelayanannya. Alsreditasi Akreditasi adalah pengakuan bahwa suatu rumah sakit sudah memenuhi standar-standar yang telah ditentukan. Penilaian Penampllan humah Sakit Penilaian penampilan rumah sakit dilaksanakan bertepatan de- ngan peringatan Hari Kesehatan Nasionalyaitu bulan November. Penilaian ini lebih ditekankan pada hasil pelayanan. lltillzatlon Beview Penilaian atau review ini pada dasatnya adalah upaya menjaga agar pefayanan tedentu yang diberikan kepada pasien memang sesungguhnya dibutuhkan olehnya, dinilai uang yang harus diba- yarnya untuk iasa itu waiar. Audit bledik Audit medik mempunyai arti upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan yang diberikan kepada penderita de- ngan menggunakan rekam medik. Audit medik harus dilaksanakan oleh dokter dengan melaku- kan analisa pelayanan medik yang telah diberikan kepada pasi- en melaluipenelitian terhadap sarana, pelayanan yang dilaksana- 2. 3- 4. 5- 6. 21 7. kan, pengukuran-pengukuran yang mel i bat kan di agnosa, peng- obatan, dan hal-hal lain serta seluruh aktivitas yang menyangkut pasi en. Kegi at an i ni mempergunakan sal ah sat u el emen dasar da- ri st andar pel ayanan rumah saki t . Perl u di t ekankan bahwa audi t medi k bukan merupakan suat u upaya memberi kan sanksi at au hukuman. Upaya i ni sungguh- sungguh merupakan suat u cara dan al at eval uasi yang di damba- kan ol eh sel uruh st af medi k, pi mpi nan dan sel uruh karyawan yang ada, untuk menjamin mereka dan masyarakat pengguna, bahwa mutu pelayanan yang tinggi perlu ditegakkan sebagai sasaran yang harus di bi na secara t erus menerus. Program Quallty Assurance/Quallty lmprovemcnt. Ruang lingkup quality assurance dalam konteks pelayanan ru- mah saki t pada umumnya di bagi dal am dua kel ompok besar yai t u Case Review dan Peer Review. Case Review adalah suatu ben- tuk kegiatan Quality Assurance yang menilai mutu atau mereview mutu dan kelayakan pernberian pelayanan kepada pasien, maka fokus dalam penilaian adalah interaksi antara pasien dan berbagai bagi an di r umah saki t yang member i kan pel ayanan dal am mengupayakan pemberian pelayanan yang terbaik bagi pasien. Kegi at an i ni t erut ama t el ah di l akukan di rumah saki t pendi di kan. Misalnya review kasus bedah, review penggunaan obat, dll. Sedangkan Peer Review adalah meningkatkan mutu dengan menilai aspek-aspek yang spesifik dari pelayanan. Peer artinya sesama, yai t u orang-orang yang sama t i ngkat dan kedudukan- nya. Jadi Peer Review di rumah sakit adalah kegiatan penilaian oleh sesama dokter tentang masalah atau kejadian tertentu dalam pel ayanan medi k kepada pasi en, dengan t uj uan unt uk memecah kan masalah itu. Peer Review berkembang dari konsep medical audit atau patient care evaluation studies. Studi ini berorientasi pada proses dan outcome. Quality Assesment Quality Asgessment adalah kegiatan menilai sendiri suatu as- pek pel ayanan. Mi sal nya suat u pani t i a khusus di t ugaskan mengumpul kan i nf ormasi dan meni l ai t ent ang t i ngkat kepuasan pasien yang dirawat, kepuasan pasien rawat jalan, dll. Total Qualtty frtanagement 8. 9. 2 10. 11. Tot al Qual i t y Managemen (TAM) merupakan suat u si st em ma- naj emen yang mel i bat kan sel uruh l api san organi sasi dal am mengendalikan dan rneningkatkan mutu secara terpadu. Falsafah dasar TQM adalah perbaikan terus menerus. Perbaikan terus menerus akan terjadikalau setiap orang melakukan usaha secara terus menerus dalam memecahkan masalah yang tirnbul. Walaupun manajemen mutu terpadu tersebul lebih cocok untuk perusahaan manufaktur, namun ada rumah sakit yang pernah melaksanakan TQM i ni . TQM merupakan suatu sistem manajemen yang melibatkan seluruh lapisan organisasi dalam upaya meningkatkan mutu se- cara terpadu. TQM dilandasi oleh beberapa prinsip-prinsip pokok yang membedakannya dari sistem-sistem manajemen yang lain, yaitu : 1. Menempatkan mutu sebagai strategi usaha. 2. Melibatkan setiap fungsi dan lapisan organisasi (seiiap karya- wan) dalam upaya peningkatan mutu. 3. Berorientasi pada kepuasan pelanggan (pasien) dan karyawan. Apabila TQM dibandingkan dengan QA, maka TQM dapat diti- hat sebagai : . pendekatan manajernen, tidak sekedar sistem . melibatkan keseluruhan anggota organisasi (people involve- ment) dalam pelaksanaannya, bukan sekedar para pemikir atau para "manajer' . Pengembangan sumber daya rnanusi a seut uhnya sebagai kunci pelaksanaannya. Pengembangan Standar Profesi Penyusunan dan eval uasi t erus menerus st andar prof esi di ru- mah saki t . Utl lization llanagement Kegiatan ini dilaksanakan untuk menjawab tantangan bahwa penilaian mutu perlu dikaitkan dengan seberapa besar sarana RS digunakan dalam pemberian pelayanan. Pengendalian lnleksi 12. 23 Kegiatan ini berorientasi pada ,pqla pencegahan, identifikasi, dan pehgendarian inter,s' :-oii-d, T"ik y"ng secara keseturuhan ffi::!'$# i ff "';v"il:n' o" I"' p"r ais ai aa n p "ir, i'" r i oat kan t3. Risk Management *",[ln*.lliil,i;ifirasaran pertu karena RS dapat dibebani dengan ;llS,##'ffix':ffi li"tf :'i,lT#1tr'?:r""#.Tl 14. Program_program Khusus Meraksanakal upay3 peningkatan rrt, perayanan merarui pro- S,'ff ,l:X'#il,lffiHfl[lf;I;:1:v"'E"g;il,'r"p;","np"- LAMPI RAN 2 24 LangkahJangkah Dalam Melakukan Audit Medik: 1. Menent ukan masal ah t ert ent u unt uk drpel aj ari dan di ul as, mi sal - nya : penanggulangan penyakit tertentu di rumah sakit, pengguna- an obat tertentu, tentang prosedur atau tindakan tertentu, tentang infeksi nosokomial di rumah sakit, tentang kematian karena penya- kit tertentu, dll 2. Mei-rentukan kriteria atau standar profesi yang jelas, obyektif dan rinci. 3. Mempelajaricatatan medik untuk mengetahui apakah kriteria atau standar tadi dapat dicapai dalam masalah atau kasus-kasus yang dipelajari. Data tentang kasus-kasus yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dikumpulkan dan diolah. 4. Paia dokier mempeiajari kasus-kasus yang tidak memenuhi krite- ria yang ditetapkan. Kasus-kasus itu dianalisakan dan didiskusikan apa kemungkinbn penyebabnya. 5. Membuat rekomendasi t ent ang cat a-cara pencegahan dar-i penanggulangan kasus-kasus yang tidak memenuhi kriteria yang ditetapkan. Misalnya: program pendidikan dan latihan, penyusunan dan perbaikan prosedur yang ada. 6. Mempel aj ari l agi t opi k yang sama di wakt u kemudi an, mi sal nya se- telah 6 (enam) bulan kemudian. LAMPI RAN 3 25 SEIIIBIIAN KEG'ATAN PADA TATIAP ITIPLENENTA$ AUALITY ASSUPA'{CE 1. Diskusikanlah konsep mutu secara urnum, definisi dasar, ruang lingkup. iadwal, agenda; 2. Melaksanakan analisa kebutuhan mutu pebyanan; 3. Diskusikanlah dan usahakan untuk mengindentifikasi sepuluh bi- dang utama dalam kegiatan RS/bagian/unit dimana peningkatan mutu dapat dilaksanakan; 4. Menggunakan proses "kerugian akibat kesalahan',.mengkalkulasi- kan kerugian dari tiga atau empat dari sepuluh kesalahan utama, kemudian mintalah pada tiap anggota untuk mehkukan kalkulasi pada satu dari kesalahan yang tersisa satu per satu- Dbkusikan perhitungan tiap kerugian akibat kesalahan tersebuG 5. Kumpulkan dan review sebanyak mungkin apapun yang tersedia sebagai "standar yang berlaku" 6. Mereview program yang berlaku; 7. Kumpulkan bidang-bidang kegiatan dan susunlah dalam bentuk out l i ne; 8. Pilihlah satu bidang kegiatan yang diyakini dapat menghasilkan ke- majuan terbesar dalam mutu . Hubungi kepala unit yang terkait . Diskusikan bidang kegiatan tersebut . ldentifikasikan isi tugas jabatan dari pimpinan bidang tersebut dengan atasannya . Tulis standar kerja dari tugas-tugas yang paling menentukan untuk mencapai mutu pelayanan yang baik 9. Undanglah pimpinan RS untuk menghadiri pertemuan dan merevi- ew kemajuan pada haldiatas untuk melaksanakan yang berikut : . Presentasikan haltersebut pada pimpinan RS . llustrasikan pentingnya "mutu-proses' , Dapatkan persetujuan dari pimpinan RS untuk hal tersebut. 26 LAMPI RAN 4 TEKNI K DAN I MPLEMENTASI GUGUS KENDALI MUTU. PERSIAPAN DASAR. Langkah-langkah penerapan program yang perlu diperhatikan ada- lah:- 1. Menyusun fondasi filosofi dan konsep sebagai penggerak 2. Mendapat kan dukungan yang maksi mum dari set i ap manaj emen dan seluruh karyawan 3. Meningkatkan kemampuan melalui partisipasi dan aktivitas. 4. Menumbuhkan perhatian dan motivasi atas program 5. Menjamin keserasian antara manajemen dengan karyawan Langkah-langkah pentlng yang perlu diketahui oleh setlap orang dan tidak dapat dikesamplngkan adalah sebagai berikut : 1. Diterima konsep dan filosofi oleh manajemen puncak 2- Melatih seluruh staf manajemen tentang konsep dan filosofi yang telah disepakati 3. Mernbentuk Steering Committee (Badan Pengarah) yang diketuai oleh Direktur Rumah Sakit. 4. Mengidentifikasi dan menyeleksi para fasilitator 5. Melatih para fasilitator 6. Mempromosikan konsep dan filosofi melalui pembicaraan dan bul- letin. 7. Pembent ukan Gugus Kendal i Mut u (GKM) 8. Mel at i h pemi mpi n kel ompok (l eader ci rcl e) L Pendaftaran kelompok 10. Mel at i h anggot a-anggot a kel ompok 11. Meni ngkat kan akt i vi t as kel ompok 12. Mel aksanakan pagel aran (present asi ) manaj emen 27 13. Menet apkan si st em pemant auan dan umpan bal i k 14. Melaksanakan pengamatan dan penilaian 15. Melaksanakan pelatihan-pelatihan yang diperlukan untuk menam- bah perhatian dan motivasi mereka PEDOMAN KERJA DAN TANGGUNG JAWAS Suatu hal yang penting dan perlu diketahui untuk keberhasilan program GKM (OCC) adal ah pedoman kerj a, yang merupakan tugas dari mereka yang duduk sebagai : 1. The Chai rman Steeri ng Commi ttee (Ketua Badan pengarah) 2. Anggota Badan Pengarah 3. Ketua Fasi l i tator 4. Fasi l i tator 5. Pemi mpi n Kel ompok 6. Anggot a Kel ompok Mereka i ni , di sampi ng waj i b mengetahui dan mengerti akan pedo- man kerj a, tugas dan tanggung j awabnya, harus j uga mengenal i , me. ngetahui akan pedoman kerja, tugas dan tanggung jawab anggota ke- l ompok l ai nnya. Dengan cara demi ki an mereka dapat sai i ng memberi - kan dukungan dan bekerj a sama. Struktur organi sasi PMT/GKM (OCC) ti dak di maksudkan sebagai pengganti struktur organi sasi rumah saki t yang tel ah ada- Organi sasi i ni di maksudkan sebagai mendampi ngi organi sasi yang tel ah ada dan merupakan mekani sme penunj ang untuk membantu si stem manaj e- men yang telah ada. Dengan bantuan organisasi ini, diharapkan aktivi- tas GKM menj adi efekti f dan berl angsung secara berkesi nambungan. l 28 LAMPI RAN 5 DELAPAN LANGKAH PROSES PEMECAHAN MASALAH. RENCANA (PLAN) 1. MENEMU}GN MASAI-AH Pedoman/Alat : Kepekaan, Sumbang Saran, Peta Kendal, peta Gantt 2. MENGUMPULKAN MASALAH DAN MENGANALISA DATA Pedoman/Alat : 7-T (Lembar data, Stratifikasi, Diagram Pareto, Histogram, Peta Kendali, Diagram Tebar. 3, MENCARI SEBAE Pedoman/Alat : Diagram lshikawa, Sumbang Saran, S X Mengapa 4. MEMBUAT RENCANA PEI' JANGGULANGAN Pedonran/Alat : Sumbang Sarana Kreatif, 4-T (Apa, Bagaimana, Siapa, Kapan). PETAKSANAAN (DO) 5. MELAKSANAKAN PENANGGULANGAN PE|I,ER|KSAAN (CHECK) 6. MEMERI KSA HASI L PENANGGULANGAN Pedoman/Alat : 7-T, Lembar Data, Stratifikasi, Diagram Pareto, Histogram, Peta Kendali, Diagram Tebar. TTNDAKAN (ACTiON) 7. MENCEGAH TERULANGNYA MASALAH YANG SAMA Pedoman/Alat : Standarisasi 8. RENCANA BERI KUTNYA. Pedoman/ Al at : Kepekaan, Sumbang Saran, Pet a Kendal i 29 LAMPI RAN 6 ENAMBELAS I.ANGKAH PROSES PEMECAHAN MASALAH BENCANA (PLAN) . I . MENEMUI GN & MENGUMPULKAN MASAI AH. Pedoman/Alat: Kepekaan, Sumbang Saran, Peta Kendali 2. MEMILIH MASAIAH DAN ALASAN-AI..ASANNYA Kriteria pemilihan masalah : . Masal ah yang cenderung berul ang . Apa yang bisa dlperbaiki . Perbaikan tanpa biaya (sedikit) . Bi sa di perbai ki sendi ri , bukan ol eh orang l ai n Alasan Pemilihan masalah : . Bi l a di per bai ki akan . . . . . . Bi l a t i dak di per bai ki akan . . . . . 3. MEMBUATALUR PROSES KEGI ATAN DARI MASAI -AHTERPI LI H Pedoman/Alat : Diagram Alur Proses (proses Flow Chart) 4. MEMBUAT RENCANA KEGI ATAN Pedoman/Alat : Peta Gantt 5. MENGUMPULKAN DATA Pedoman/Alat : 7-T, Lembar Data 6. MENGANALISA DATA Pedoman/Alat : Stratifikasi, Diagram Pareto, Histogram, Peta Kendali, Diagram Tebar. 7. MENENTUI (AN TARGET PERBAI KAN Pedoman/Alat: SMAR' | : . Specific (spesifik) . Measurabl e (t erukur) . Attainable iOapat tercapai) . Real i st i c (masuk akal ) . Time oriented (berorientasi pada waktu) 8, MENCARI SEBAB 30 Pedoman/ Al at : Di agram l shi kawa, Sumbang Saran, 5 x Mengapa 9. MENENTUKAN SEBAB UTAMA Pedoman/Alat : Stratifikasi, Diagram Pareto, Histogram, Peta Ken- dali, Diagram Tebar 10. MEMBUAT RENCANA PENANGGULANGAN Pedomanl Al at : Sumbang Saran Kreat i f , a - T (Apa, Bagai mana, Siapa, Kapan) PELAKSANAAN (DO) 1 1. MELAKSANAKAN PENANGGULANGAN 12. MEMANTAU DAN MENCATAT HASI L PENANGGUI . -ANGAN Pedornan/Alat : 7-T, Lembar Data PEHEP|,(SAAN (CHECK) 13. MEMERI KSA HASI L PENANGGUI ANGAN Pedoman/Alat : Stratifikasi, Diagram Pareto, Histogram, Peta Ken- dali, Diagram Tebar. 14. MEMBANDI NGI (AN HASI L SEBELUM DAN SESUDAH PENANG. GUi-ANGAN Pedoman/Alat : Stratifikasi, Diagram Pareto, Histogram, Peta Ken- dali, Diagram Tebar. TTNDAKAN (ACT|ON) 15. MENCEGAH TERULANGNYA SAI-AH YANG SAMA Pedoman/Alat : Standarisasi 16. RENCANA BERI KUTNYA Pedoman/Alat : Kepekaan, Sumbang Saran, Peta Kendali. 31 LAMPIRAN 7 TUJUH PERANGKAT PEMECAHAN ITIASALAH GKil .. TUJUH PERANGKAT 1. LEMBAR DATA 2. STRATIFIKASI 3. DIAGRAM PARETO 4. DTAGRAM TULANG (|SHTKAWA DTAGRAM) 5. HISTOGRAM 6. PETA KENDALI (CONTROL CHART) 7. DTAGRAM TEBAR (SCATTER DfAGRAM) - suuBANG SARAN KBEATTF (BRAiN STORM NG) t 32 LAMPI RAN 8 PROSES MONITORING, EVALUASI DAN PENINGKATAN MUTU PADA COI Langkah 1. Berikan tanggung iawab a. Libatkan pimpinan' pimpinan organisasi b. Rancang dan dukung pendekatan CQI c. Tentukan prioritas-prioritas untuk penilaian dan pening- katan Langkah 2. Tentukan cakupan perawatan dan pelayanan a. ldentifikasi fungsi-fungsi utama dan/atau identifikasi prosedur, pengobatan, dan aktivitas-aktivitas lain yang dilaksanakan dalam organisasi. Langkah 3. tdentifikasi aspek yang penting dari perawatan dan pe- laYanan a. Tentukan lungsi-fungsi utama, pengobatan, proses, dan aspek' aspek perawatan dan pelayanan lain yang mem- butuhkan monitoring berkelaniutan b. Tentukan prioritas-prioritas diantara aspek' aspek pera- watan dan pelayanan yang penting yang telah dipilih Langkah 4. Tentukan indikator-indikator a. Tentukan tim-tim untuk mengembangkan indikator-indi- kator untuk aspek perawatan dan pelayanan yang pen- t i ng b. Pi l i h' i ndi kat or-i ndi kat or Langkah 5. Tentukan ambang-ambang untuk evaluasi a. Tiap tim mengidentifikasi ambang-ambang untuk tiap- tiaP indikator , b. Pi l i h ambang-ambang 33 Langkah 6. a. e. Langkah 7. a. c. d. e. Langkah 8. a. Langkah 9. b. Kumpulkan dan susun data Tiap tim mengidentifikasi sumber data dan metode pe- ngumpulan data untuk indikator-indikator yang telah di- rekomendasikan Metodologi pengumpulan data dirancang, dan mereka yang bertanggung jawab untuk pengumpulan, peng- organisasian, dan penerapan ambang-ambang yang di- tentukan Kumpulkan data Susun dat a sehi ngga ambang-ambang unt uk eval uasi dapat diterapkan Kumpul kan dat a dari sumber-sumber l ai n, t ermasuk sur- vei pasien dan staf, saran-saran, dan keluhan-keluhan Mulailah evaluasi Terapkan ambang-ambang untuk evaluasi pada data indikator Mulailah evaluasi atas aspek perawatan dan pelayanan jika ambang telah tercapai Nilailah umpan balik lain ( misalnya, saran-saran staf, hasil survei kepuasan pasien) yang dapat bermanfaat untuk menentukan prioritas untuk evaluasi Tentukan prioritas untuk evaluasi Tim-tim melakukan evaluasi secara intensif Ambil tindakan-tindakan untuk meningkatkan perawat- an dan pelayanan Ti m merekomendasi kan darr/atau mengambi l ti ndakan Nilailah keefefiifan tindakan-tindakan yang diambil dan pertahankan hasil yang dicapai Nilailah untuk menentukan apakah perawatan dan pela- yanan telah meningkat Jika tidak, langkah lebih lanjut ditentukan ' d. b. a, b. 34 (a) dan (b) di ul ang sampai peni ngkat an di capai dan di - pertahankan Moni tori ng di pertahankan dan pri ori tas-pri ori tas untuk moni tori ng dan i ndi kator-i ndi katornya di ni l ai kembal i se- cara periodik Langkah 10. Sampaikan hasil'hasit pada orang-orang dan group yeng terkait a. Tim-tim menyampaikan kesimpulan-kesimpulan, tinda- kan-tindakan, dan hasil-hasil kepada pimpinan-pimpin- an dan kepada orang-orang, komite-komite, departe- men-departemen dan pelayanan-pelayanan yang ter- kait. b. Sebarluaskan informasi sesuai dengan keperluan c. Pimpinan-oimpinan dan yang lainnya menerima dan me- nyebarluaskan kornentar-konnentar reaksi-reaksi dan in- formasidari orang-orang dan group yang terkait CHECKLIST UNTUK IIERANCANG PROSES QI ya-tidak- Apakah pimpinan-pimpinan sudah diidentifikasi? ya-tidak- Apakah suatu struktur sudah dibentuk untuk pimpinan- pimpinan untuk mengawasi aktifitas Gl? Apakah proses Ql mencakup ya-tidak- suatu penetapan cakupan perawatan dan pelayanan? ya-tidak- aspek-aspek perawatan dan pelayanan yang penting yang harus dimonilor secara terus-rnenerus? ya{idak- sebuah prosedur untuk mengembangkan dan menyetujui indikator-indikator dan ambang-ambang untuk tiap aspek perawat4n yang Penting? ya-tidak- metodologi pengumpulan data? ya-tidak- sebuah prosedur untuk membandingkan data dengan am- bang? ya-tidak- sebuah prosedur dengan apa umpan balik lain (misalnya' survei pasien dan sta0 dapat memacu evaluasi lebih lan- iut? c. d. 35 ya- t i dak- sebuah pr osedur unt uk mengambi l t i ndakan unt uk meningkatkan perawatan dan pelayanan? ya-tidak- sebuah prosedur untuk menilai kembali perawatan dan pe- layanan dan untuk mempertahankan peningkatan? ya-tidak- sebuah prosedur dengan apa individu-individu dan grup menerima hasil-hasil monitoring dan evaluasi? Checklist ini lebih banyak menyangkut perancangan, daripada petak- -i sanaan, monitoring, dan evaluasi. Memenuhisemua haldalam check- list ini dengan penuh perhatian akan memberikan dasar untuk proses monitoring dan evaiuasi yang efektif untuk peningkatan mutu yang berkesinambungan pada organisasi. PERBEDAAN ANTARA PROSES MONITORIHG DAfi EVA- LUASI YANG DILAKSANAKAN SAAT INI DAN PROSES T'O. NITORING EVALUASI DALAM KONTEKS COI Langkah 1. Berikan tanggung jawab Saat lni : Tiap departemen/unit pelayanan ditugasi suatu tanggung iawab un- tuk mengawasi dan melaksanakan proses monitooring dan evaluasi dalam departemen tsb. CQI : Pimpinan-pimpinan organisasi rnengawasi rancangan dan dukungan pendekatan atas penangkatan mutu yang berkesinambungan dengan melibatkan aktifitas-akifitas intra dan inter departemen. Langkah 2. Tentukan cakupan perawatan dan petayanan Saat Ini : Tiap departemen/unit pelayanan menentukan cakupan perarvatannya yang terpisah-pisah secara sendiri-sendiri CQI : Organisasi, sebagai suatu keseturuhan atau menurut departemenlunit pelayanan, menetapkan cakupan perawatan dan pelayanan. 36 Langkah 3. Identitikasi aspek-aspek perawatan dan pelayanan yang penting Saat lni : Tiap departemenlunit pelayanan mengidentiftkasi aspek-aspek pera- watan yang mempunyai volume yang tinggi, resiko tinggi, dan aspek yang mempunyai masalah. CQI : Organisasi, sebagai suatu keseluruhan atau menurut departemen/unit pelayanan, mengidentifikasi fungsi-fungsi utama yang mempunyai pri- oritas tinggi, proses-proses, pengobatan, kegiatan, dan lain-lain untuk dimonitor. Langkah 4. Identlfikasl lndikator-indlkator Saat lni : Tiap departemen/unit pelayanan mengidentifikasi indikator-indikator untuk menghubungkannya dengan aspek perawatan yang penting. CQI : Tim-tim ahli, dari departemen itu atau lintas departemen, mengidenti- fi kasi i ndikator-indikator untuk aspek-aspek perawatan dan pelayanan yang penting. lndikator-indikator yang berhubungan dengan struktur perawatan tidak lagi ditekankan. Langkah 5. *lenetapkan ambang-ambang untuk evaluasi Saat ini : Tiap departemen/unil pelayanan menetapkan batas, pola atau kecen- derungan (trend) dalam data untuk masing-masing indikator yang a- kan memacu evaluasiyang intensif. CQI : Tim{im akhlimenetapkan batas, pola atau kecenderungan data untuk tiap indikator yang harus memacu evaluasiyang intensif. Metode-me- t ode st at i st i k di t ekankan, sebagai mana adanya f akt a di mana ambang-ambang bukanlah satu-satunya cara untuk memacu evaluasl. 37 Langkah 6. Kumpulkan dan susunlah data Saat ini : Departemen/unit pelayanan atau organisasi menetapkan metodologi pengumpulan data. CQI : Metodologi pengumpulan data sering meliputi upaya dimana umpan balik dari sumber-sumber selain monitoring berkelanjutan digunakan unt uk menunj ukkan bi dang-bi dang unt uk eval uasi dan peni ngkat an. Langkah 7. lllulailah evaluasi Saat ini : Perawatan dievaluasi secara intensif hanya jika ambang untuk indi- kator yang diberikan tercapai. CQI : Ji ka ambang-ambang t ercapai , dan j uga j i ka umpan bal i k l ai n (mi sal nya, l aporan pasi en, l aporan sta0 menunj ukkan kesempatan-kesem- pat an l ai n unt uk peni ngkat an, pi mpi nan-pi mpi nan menet apkan pri ori - tas-pri ori tas untuk eval uasi dan membentuk ti m-ti m yang mengeva- l uasi fungsi perawatan atau pel ayanan pasi en yang di pertanyakan. Langkah 8. Ambi l l ah ti ndakan-ti ndakan untuk meni ngkatkan perawatan dan pelayanan Saat ini : Mereka yang mempunyai wewenang di dal am dan di l uar departemen/ uni t pel ayanan mengambi l ti ndakan, berdasarkan rekomendasi -reko- mendasi dari mereka yang mengeval uasi perawatan. CQI : Penekanan yang l ebi h besar adal ah dengan memusatkan ti ndakan-ti n- dakan yang berh0bungan dengan proses khususnya "handoffs" antara departemen/uni t pel ayanan. 38 Langkah 9. Nilailah keefektifan tangkah-langkah yang diambil dan pertahankan hasilnya Saat i ni : Moni t ori ng yang berkel anj ut an menent ukan apakah t i ndakan yang di - ambi l i tu effekti f. CQI : Penekanan yang l ebi h besar adai ah untuk meyaki nkan bahwa pe- ni ngkatan di pertahankan seti ap saat. Langkah 10. Sampalkan hasil-hasilnya pada individu-individu dan grup yang terkait Saat ini : Departemen/uni t pel ayanan dan uni t-uni t tungsi onal mel aporkan hasi l - hasi l pada program QA, yang menyebarl uaskan penemuan-penemu- an t ersebut j i ka perl u. CQI : Penemuan-penemuan dari mereka yang mel aksanakan moni t ort ng dan eval uasi di sampai kan kepada pi mpi nan-pi mpi nan dan kepada i n- di vi du-i ndi vi du dan grup yang di pengaruhi nya. Pi mpi nan-pi mpi nan j u- ga menyebarl uaskan i nf ormasi t sb. j i ka perl u. 39