You are on page 1of 11

DIAGNOSIS DAN TERAPI

SINDROMA TEROWONGAN KARPAL



Pendahuluan
Dalam praktek sehari-hari salah satu yang terbanyak dikeluhkan pada tangan ialah Sindroma
Terowongan Karpal. Keluhan ini sangat mengganggu aktifitas dan produktifitas. Penegakan diagnosis yang
tepat diperlukan agar penanganan yang cepat dapat segera dilakukan. Di bawah ini akan dibahas suatu kasus
Sindroma Terowongan Karpal yang telah diderita lebih dari sepuluh tahun pada seorang wanita.

Ilustrasi Kasus
Ny M, usia 55 tahun, tinggal di Unggaran, Jawa tengah, dirujuk dari RS Fatmawati ke sub departemen
Neurofisiologi klinik RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan Carpal Tunnel Syndrome bilateral.
Pasien telah lebih dari 10 tahun mengeluh nyeri dan sulit untuk menggunakan jari-jemarinya,
terutama pada tangan kiri. Awalnya keluhan hanya timbul saat pasien bekerja yaitu menjahit atau melakukan
pekerjaan rumah tangga, tetapi lamakelamaan menetap. Keluhan ini juga dirasakan menjalar sampai ke bahu
walau rasa baal dan bengkak hanya pada telapak tangan. Hampir setiap malam pasien mengeluh tangannya
yang semakin sakit jika tidak sengaja tertindih atau tertekuk, keluhan ini awalnya mudah hilang jika tangan
dikibaskan atau diurut. Selama ini pasien berobat ke poli saraf RS Karyadi Semarang, diberi obat minum dan
dilakukan fisioterapi. Dengan terapi ini terdapat perbaikan tetapi jika dipakai bekerja terutama menggenggam
maka keluhan akan timbul lagi.
Satu setengah tahun yang lalu pasien juga telah mendapat terapi tambahan berupa penyuntikan pada
pergelangan tangannya. Menurut pasien terdapat perbaikan tetapi hanya untuk dua minggu saja, malah
keluhan semakin berat. Terapi suntikan ini telah dilakukan 3X pada masing-masing tangan.
Pasien riwayat operasi mammae dan radiasi tahun 1986 dan 1987 karena tumor ganas. Tahun 1993
pasien dilakukan pengangkatan rahim karena perdarahan.
Pekerjaan pasien sehari-hari adalah menjahit yang telah dilakukan selama lebih dari tiga puluh tahun
dan tetap dilakukan sampai saat ini.
Saat datang sub departemen Neurofisiologi klinik pada tanggal 13 Mei 2005 didapatkan keadaan
umum baik, compos mentis, tekanan darah 135/85 mmHg, frekuensi nadi 80 kali/menit, frekuensi pernapasan
16 kali/menit, suhu afebris. Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, KGB: tidak ada yang membesar, paru:
vesikuler, rongki -/-, wheezing -/-, jantung: BJ I-II murni, murmur (-), gallop (-), abdomen: lemas, tidak ada nyeri
tekan, hati dan lien tidak teraba, bising usus (+) normal, ekstremitas: akral hangat.
Status Neurologis: GCS E4M6V5, pupil bulat, 5 mm, isokor, reflek cahaya langsung +/+, reflek
cahaya tak langsung +/+, tanda rangsang meningeal: kaku kuduk (-), laseque >70/>70, kernig >135/>135,
N.kranialis: paresis (-), Motorik: ekstremitas atas 5555|5555 ekstremitas bawah 5555|5555, refleks fisiologis
++/++, refleks patologis -/-, sensorik: baik, otonom:baik.
Tes Phalen (+/+), tanda dari Tinel (+/+), tanda mengibaskan tangan (+/+), tes ekstensi pergelangan
(+/+), tes tekanan (+/+), tanda dari Luthy (-/+).
Pemeriksaan Neurofisiologi :
dengan hasil : Carpal Tunnel Syndome bilateral, kiri lebih berat dari kanan.
DIAGNOSIS
Klinis : nyeri, baal, sulit mempergunakan jari-jari
Topis : n.Medianus dalam terowongan karpal
Patologis : neuropati
Etiologis : jepitan

PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad functionam : dubia
Ad sanationam : dubia

Pembahasan
Carpus merupakan suatu kata yang berasal dari bahasa yunani karpos yang berarti pergelangan
tangan. Pada pergelangan tangan terdapat suatu terowongan yang ditutupi oleh serabut fibrosa dan tulang-
tulang yang mengelilinginya, rongga ini dinamai terowongan karpal
1,2,3,4
.
Sindroma Terowongan Karpal merupakan neuropati jepitan yang paling banyak dijumpai, yaitu
terjebaknya n.Medianus di dalam terowongan Karpal pada pergelangan tangan, dibawah fleksor
retinakulum
1,2,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18
.
Pertama kali dikenal sebagai sindroma secara klinik oleh Sir James Paget pada tahun 1854, pada
fraktur radius bagian distal yang telah lanjut. Keluhan hanya timbul jika bidai di pergelangan tangan dilepas
dan hilang pada pemakaian bidai. Ia menduga dengan pemasangan bidai maka penekanan pada n.Medianus di
pergelangan tangan akan berkurang tetapi jika bidai dilepas dan pergelangan tangan bergerak-gerak bebas
maka iritasi terhadap saraf tersebut terjadi lagi sehingga gejala-gejala terulang kembali. Pada kasus yang lain
timbul gejala setelah dilakukan ikatan yang ketat pada pergelangan tangan
19,20
.
Sindroma Terowongan Karpal spontan pertama kali dipublikasikan oleh Piere Marie dan C. Foix pada
tahun 1913
17,21,22
. Bermacammacam istilah dipakai untuk menggambarkan keadaan klinis ini, Schulze 1893
memakai istilah parestesi akral (acroparaesthesia)
16,23
. Pada tahun 1938 istilah Sindroma Terowongan Karpal
(Carpal Tunnel Syndrome) diperkenalkan oleh Moersch
24,25
. Sejak itu mulai dilakukan bermacam-macam tes
provokasi untuk mempertajam penegakan diagnosis dan cara-cara penanganan serta pengobatannya.
Stevens dkk melaporkan pada populasi Rochester, Menesota ditemukan rata-rata 125 per 100.000
penduduk pada periode 1976 sampai 1980
5,26
. Survey di California memperkirakan ada 515 penderita dari
setiap 100.000 penduduk pada tahun 1988
27
. Sedangkan di belanda didapatkan angka 220 per 100.000
28
.
Voitk dkk, 1983 menemukan jumlah Sindroma Terowongan Karpal yang cukup tinggi pada kehamilan. Hudson
dkk menemukan 311 (62%) Sindroma Terowongan Karpal dari 502 penderita neuropati jebakan. Derby Hand
Centre menemukan insiden operasi sebesar 61 per 100.000 pertahun pada tahun 1989
29
. Sedangkan Keller dkk
mendapatkan insiden operasi 144 per 100.000 pertahun di amerika pada 1993
29
. Mondelli melaporkan pada
populasi Tuscany, Italy selama pengamatan pada periode 1991 sampai 1998 didapat rata - rata 329 kasus per
100.000 penduduk
30
.
Penelitian lain mengemukakan angka-angka yang berbeda, tapi umumnya mereka sependapat
bahwa
4,5,6,7,8,18,23,29,30,31,32,33,34
:
o Sindroma Terowongan Karpal merupakan bagian terbesar dari semua neuropati jebakan.
o Wanita lebih banyak terkena dibandingkan pria, terutama diatas usia 40 tahun.
o Mengenai kedua tangan tetapi lebih sering dan lebih berat mengenai tangan yang dominan.
o Banyak ditemukan pada orang yang melakukan pekerjaan tangan tertentu, kadang dapat hilang
dengan mengganti aktivitas tersebut.
Wibowo BS pada penelitiannya di Jakarta mendapatkan hasil tidak jauh berbeda yaitu
34
:
Wanita lebih sering terkena dengan perbandingan 6,25:1.
Lebih sering mengenai tangan kanan (4:1) atau lebih berat pada tangan kanan (2,22:1) bila
bilateral.
Terbanyak mengenai golongan usia 46-50 tahun.

Anatomi
Terowongan Karpal terletak di pergelangan tangan. Kerangkanya dibentuk oleh 8 buah tulang karpal
yang tersusun atas dua deret. Deretan proksimal terdiri dari (lateral ke medial) tulang Navikulare, Lunatum,
Trikwetrum dan Pisiformis. Deretan distal terdiri dari (lateral ke medial) tulang Trapesium (Multangulum
mayus), Trapezoidum (Mulatangulum minus), Kapitatum dan Hamatum. Di bagian proksimal tulang-tulang
karpal ini bersendi dengan bagian distal tulang radius dan tulang ulna, sedangkan distal dari deretan distal
bersendi dengan tulang tulang meta karpal. Deretan proksimal dengan distal berhubungan melalui sendi -
sendi midkarpal. Tulang tulang karpal ini melengkung dengan bagian konkaf menghadap ke arah volar.
Persendian yang banyak ini menyebabkan bermacam-macam pergerakan pergelangan, terutama sendi
radiokarpal dan sendi midkarpal. Disamping itu, ligamen yang menghubungkan masing-masing sendi juga
banyak mempengaruhi posisi tulang-tulang tersebut
5,7,8,9,24,31,32,35
.
dikutip dari 41
Pada permukaan volar pergelangan tangan terdapat penebalan fasi yang disebut fleksor retinakulum dan
terdiri dari 2 lapisan fasia yaitu ligamen karpi palmaris (volaris) dan ligamen karpi transversum. Ligamen karpi
palmaris (volaris) berjalan melintang dari prosesus stiloideus tulang ulnaris ke prosesus stiloeideus tulang
radius
18,20,31,36
.
Dikutip dari 6
Ligamen karpi transversum menutupi lengkungan tulang-tulang karpal pada permukaan palmar sehingga
membentuk Terowongan Karpal. Pada sisi ulnar ligamen ini melekat pada tulang pisiformis dan pengait tulang
hamatum, sedangkan di sisi radial melekat pada tuberositas tulang naviculare dan trapesium
20,31
.
Pada orang dewasa ukuran terowongan ini dapat
dilalui satu jari. Luas penampang tersempit lebih kurang 2,5 cm
dan panjangnya lebih kurang 916 mm. Dalam terowongan ini
terdapat 10 struktur yaitu n.Medianus, fleksor polisis longus
untuk ibu jari dan 8 tendo fleksor digitorum masing-masing dua
setiap jari. Pada potongan melintang pergelangan tangan
melalui terowongan karpal, terlihat n.Medianus terletak
langsung di bawah ligamen karpi transversum dan di puncak
semua tendo-tendo fleksor
4,9,17,20,37
.
dikutip dari 35
N.Medianus terbentuk dari fasikulus lateralis asal radiks C5, C6, C7 dan fasikulus medialis asal radiks C8 dan
Th1. Setelah memberi cabang pada otot-otot lengan bawah untuk berbagai gerakan lengan jari-jari tangan, di
bawah ligamen karpi tranversum n.Medianus bercabang dua, yang lateral (motorik) mempersarafi abduktor
polisis brevis, fleksor polisis brevis, oponen dan otot lumbrikalis ke satu dan ke dua, sedangkan cabang
sensorik mempersarafi bagian volar jari-jari 1, 2, 3 dan setengah lateral jari ke 4 serta di bagian dorsal hanya
bagian distal ujung-ujung jari tersebut. Kulit telapak tangan bagian tengah agak ke radial dipersarafi cabang
kutaneus palmaris yang berasal dari n.Medianus juga, tapi dipercabangkan sebelum memasuki terowongan
karpal, sehingga pada sindroma terowongan karpal, daerah ini tidak mengalami gangguan
14,15,16,17,18,38,40
.
Selain dari yang telah disebutkan diatas, kadang-
kadang terdapat variasi anatomis, misalnya variasi letak cabang
n.Medianus, anomali persarafan otot-otot intrinsik tangan
(Martin-Gruber anastomosis) sehingga otot-otot mendapat
persarafan kembar. Disamping itu ada lagi variasi anatomis
berupa otot-otot aberant atau arteri Medianus yang persisten.
Variasi-variasi anatomis ini perlu diingat, sebab dapat
mempengaruhi penilaian pada pemeriksaan Sindroma Terowongan Karpal
17,20,38
.
Secara histologi n.Medianus terdiri dari juluran protoplasma neuron yang disebut akson. Akson ini
diselubungi oleh sel Schwan, dan diantara 2 sel Schwan terdapat celah yang disebut nodus Ranvier. Serabut
saraf yang berdiameter kecil merupakan akson tidak bermielin, beberapa akson diselubungi satu sel Schawn.
Serabut saraf ini memiliki kecepatan hantar saraf rendah; untuk menyampaikan impuls suhu dan nyeri.
Serabut saraf yang berdiameter besar diselubungi serangkaian sel Schawn. Serabut saraf ini memiliki
kecepatan hantar saraf tinggi yang berguna untuk menyampaikan impuls motorik dan propioseptif
36
.
Masing masing serabut saraf ini dibungkus oleh lapisan endoneurium yang merupakan jaringan ikat
longgar. Beberapa kelompok saraf dalam endoneurium bergabung lagi dalam fasikulus yang dilapisi jaringan
ikat padat perineurium. Jaringan ikat ini terdiri dai anyaman kolagen dan serabut elastik yang berfungsi
melindungi saraf dari peregangan dan menghambat difusi, berperan juga sebagai sawar darah saraf (blood
nerve barier) sehingga dapat mempertahankan tekanan intra fasikuler. Pada lapisan terluar terdapat jaringan
ikat longgar epineurium yang berperan mengatasi tekanan pada saraf
36
.
dikutip dari 10
N.Medianus di daerah pergelangan tangan mendapat darah dari cabang arteri nutrien sisi ulnar,
proksimal ligamen karpitransversum, dan cabang arteri arkus palmaris superfisialis distal ligamen
karpitransversum
17,20,36
.
Menurut Blunt, tepat dalam terowongan karpal, n.Medianus terletak di daerah yang relatif avaskuler,
sehingga di tempat ini n.Medianus peka terhadap gangguan
20,36
.
Persarafan tangan diurus oleh n.Radialis, n.Medianus dan n.Ulnaris. Dari ketiga saraf ini hanya
n.Medianus yang melewati terowongan Karpal, sehingga pada Sindroma Terowongan Karpal menimbulkan
gangguan fungsi n.Medianus dari terowongan karpal ke distal, walaupun rasa nyeri kadang-kadang dapat
dirasakan sampai ke arah proksimal di leher tempat n.Medianus berasal. Selain fungsi motoris dan sensoris,
n.Medianus juga merupakan saraf simpatis, sehingga ketiga fungsi ini dapat terganggu pada Sindroma
Terowongan Karpal
4,17,20.31,37,42
.
dikutip dari 37

Patofisiologi
Sebelum kita menentukan terapi, kita perlu mengenal secara singkat, kenapa sampai terjadi Sindroma
Terowongan karpal ini. Ada beberapa teori yang diajukan, umumnya para ahli berpendapat bahwa faktor
mekanik dan vaskuler sangat berperan dalam terjadinya Sindroma Terowongan Karpal ini.
Sebagian besar Sindroma Terowongan Karpal terjadi perlahan-lahan (kronis). Pada jaringan pelindung
tendon yaitu tenosynovium membengkak, dicurigai karena cairan synovial yang berfungsi melindungi dan
melumasi tendon tertimbun, terjadi juga penebalan fleksor retinakulum. Kedua keadaan ini akan menekan
n.Medianus. Tekanan yang berulang-ulang dan lama pada n.Medianus akan menyebabkan tekanan
intrafasikuler meninggi. Keadaan ini menyebabkan perlambatan aliran vena. Kongesti ini lama-lama akan
mengganggu nutrisi intrafasikuler, selanjutnya terjadi anoksia yang akan merusak endotel, menimbulkan
kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Hipotesa ini dapat menerangkan keluhan yang sering
pada Sindroma Terowongan Karpal yaitu berupa rasa nyeri dan sembab terutama malam atau pagi hari, yang
akan berkurang setelah tangan yang bersangkutan digerak-gerakan atau diurut, mungkin karena perbaikan
dari gangguan vaskuler ini
3,4,5,14,32,35
.
Bila keadaan berlanjut terjadi fibrosis epineural dan merusak serabut saraf. Selanjutnya saraf menjadi
atrofi dan diganti jaringan ikat sehingga fungsi n.Medianus akan terganggu
4,20
.
Pada Sindroma Terowongan Karpal yang akut, biasa terjadi kompresi yang melebihi tekanan perfusi
kapiler, sehingga terjadi gangguan mikrosirkulasi saraf. Saraf menjadi iskemik, terjadi peninggian tekanan
fasikuler yang juga akan memperberat keadaan iskemik ini
20,32,43
.
Selanjutnya terjadi pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan edema yang menimbulkan
terganggunya sawar darah saraf dan selanjutnya merusak saraf tersebut. Pengaruh mekanik/tekanan langsung
pada saraf tepi dapat pula menimbulkan invaginasi nodus Ranvier dan demieliminasi setempat sehingga
konduksi saraf terganggu. Selainnya dari faktor mekanik dan vaskuler ini mungkin ada keadaan lain yang
membuat n.Medianus menderita dalam terowongan karpal
20,37,43
.
Terdapat juga beberapa kondisi medis yang mempunyai hubungan dengan kejadian Sindroma
Terowongan Karpal seperti
4,13,15,16,17,23,38,44
:
Diabetes, dicurigai karena keadaan ini menyebabkan hipoperfusi dan hipoksia jaringan
sehingga mempercepat progresifitas pembengkakan dan pembentukan jaringan ikat.
Penyakit paru obstruktif kronik, asma, emfisema dan bronchitis kronik diduga karena
terdapat penurunan suplai oksigen.
Penyakit autoimun atau keadaan sistem imun yang abnormal seperti pada SLE, rheumatoid
atrhritis dan hipotiroid juga menimbulkan inflamasi di terowongan karpal.
Gangguan pada otot, jaringan ikat dan tulang seperti arthritis, gout, amyloidosis, akromegali
juga meningkatkan resiko Sindroma Terowongan Karpal.
Trauma dan riwayat operasi pada tangan walaupun sudah lama juga berperan.
Struktur yang abnormal, baik pada tangan, pergelangan atau lengan.
Gangguan fungsi ginjal yang memerlukan hemodialisis sering menimbulkan penimbunan
protein pada terowongan karpal yang disebut
2
mikroglobulin.
Setiap keadaan yang menyebabkan kompresi pada n.Medianus di terowongan karpal dapat menjadi
etiologi Sindroma Terowongan Karpal ini, antara lain:
1. Keadaan yang mengurangi luas terowongan karpal misalnya kelainan anatomis bawaan, patah tulang
atau kalus setelah patah tulang, akromegali osteofit, eksostosis tulang, perkapuran dll yang dapat
mempengaruhi struktur pergelangan tangan. Tersering terjadi penebalan fleksor retinakulum
misalnya karena proses radang seperti pada arthritis rematoid
6,7,13,17,18,19,20,32,35,38,42,45
.
2. Keadaan yang menyebabkan isi terowongan berlebihan. Misalnya terdapat otot aberant dalam
terowongan, atau terjadi trombosis pada arteri Medianus yang persistent. Proses yang tersering
menyebabkan isi terowongan berlebihan ialah radang seperti tenosinovitis non spesifik yang
dapat menyebabkan penebalan dan fibrosis sinovium. Tuberkulosis, histoplasmosis, tophi gout,
neoplasma / neurinoma atau ganglion juga pernah dilaporkan
4,6,7,17,19,20,32,38,42
.
3. Penyakit sistemik lainnya misalnya kegemukan, kehamilan, menopause, miksedema, gagal jantung
ataupun gangguan keseimbangan hormon yang mengakibatkan penimbunan lemak atau cairan yang
juga menimbulkan sembab dalam terowongan
4,7,17,19,20,31,32,35,38,42,46,47
.
4. Ellis dkk mengatakan defisiensi vitamin B6 (Pyridoxin) memegang peranan sebagai penyebab
Sindroma Terowongan Karpal. Tetapi penulis lain banyak yang tidak setuju pada pendapat ini
20,36,48
.
5. Pada Sindroma Terowongan Karpal akut, biasanya disebabkan oleh trauma (fraktur/dislokasi)
pergelangan tangan. Dapat juga karena infeksi pergelangan atau lengan bawah. Perdarahan spontan,
trombosis dll. Seluruhnya dapat mengakibatkan peninggian tekanan dalam terowongan karpal dan
menekan n.Medianus
6,7,17,20,35,46
.
6. Selain itu mungkin ada faktor lain yang belum terungkap yang menjadi etiologi Sindroma Terowongan
Karpal ini, sehingga sering kita sebut Sindroma Terowongan Karpal idiopatik
17,20,32
.

Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis Sindroma Terowongan Karpal kita harus mengetahui tanda dan
gejalanya. Keluhan timbul berangsur-angsur, dan yang spesifik ialah:
o rasa nyeri di tangan pada malam atau pagi hari. Penderita sering terbangun karena nyeri ini.
Penderita biasanya berusaha sendiri mengatasi keluhannya misalnya dengan meninggikan letak
tangannya, menggerak-gerakkan tangannya ataupun mengurutnya, ternyata dengan gerakan-gerakan
itu keluhannya dapat mereda bahkan hilang. Keluhan juga berkurang jika pergelangan tangan banyak
beristirahat dan sebaliknya keluhan menghebat pada pergerakan - pergerakan yang menyebabkan
tekanan intrakanal meningkat. Lama - kelamaan keluhan ini makin sering dan makin berat
bahkan dapat menetap pada siang dan malam hari
2,3,4,5,6,7,9,10,11,13,14,15,16,17,18,19,20,23,31,32,35,37,38
.
o rasa kebas, kesemutan, baal atau seperti terkena aliran listrik pada jari-jari. Biasanya pada jari
jempol, telunjuk, tengah dan manis. Kadang tidak dapat dirasakan dengan pasti jari mana yang
terkena atau dirasakan gangguan pada semua jari. Dapat pula terasa gangguan pada beberapa
jari saja, misalnya jari ke 3 dan 4, tetapi tidak pernah keluhan timbul hanya pada jari
kelingking saja, hal ini sesuai dengan distribusi dari n.Medianus
2,3,4,6,7,8,14,16,17,19,20,23,24,31,35,37,38,43,46
.
dikutip dari 19
o rasa nyeri kadang dapat terasa sampai ke lengan atas bahkan leher, tetapi rasa kebas, kesemutan dan
baal hanya terbatas pada daerah distal pergelangan tangan saja
2,4,6,8,9,14,16,17,20,24,38
.
o bengkak, sembab dan kaku pada jari-jari, tangan dan pergelangan terutama pada pagi hari dan
terdapat perbaikan setelah beraktifitas, walau kadang tidak terlihat jelas tetapi dirasakan
penderita
4,14,17,20,42,45
.
o gerakan jari - jemari kurang trampil misalnya waktu menyulam, menulis atau memungut benda kecil.
Kadang pasien sering tidak sadar menjatuhkan benda yang dipegangnya. Bila terjadi pada anak - anak
maka akan terlihat bahwa anak tersebut bermain hanya dengan mengunakan jari 4 dan ke 5
saja
2,3,4,9,13,17,19,20,31,32,46
.
o otot telapak tangan yang makin lama semakin menciut juga sering dikeluhkan
6,14,15,16,17,19,20,31,35,38,46,49
.

Pada pasien didapatkan keluhan telah lebih dari 10 tahun mengeluh nyeri dan sulit untuk menggunakan
jari-jemarinya, terutama pada tangan kiri. Awalnya keluhan hanya timbul saat pasien bekerja yaitu menjahit
atau melakukan pekerjaan rumah tangga, tetapi lamakelamaan menetap. Keluhan ini juga dirasakan menjalar
sampai ke bahu walau rasa baal dan bengkak hanya pada telapak tangan. Hampir setiap malam pasien
mengeluh tangannya yang semakin sakit jika tidak sengaja tertindih atau tertekuk, keluhan ini awalnya mudah
hilang jika tangan dikibaskan atau diurut.

Untuk menegakkan diagnosis Sindroma Terowongan Karpal pada keluhan -keluhan tersebut, maka
diperlukan pemeriksaan fungsi motorik, sensorik dan otonom pada tangan. Untuk itu dapat dilakukan
beberapa pemeriksaan dan tes provokasi untuk mempertajam diagnosis.
1. Tes Phalen (Phalens test)
3,4,5,6,17,19,20,23,35,38,46,50

Penderita diminta untuk fleksi palmar secara maksimal. Bila sebelum 60 detik timbul rasa kebas,
kesemutan atau seperti kena listrik pada daerah distribusi n.Medianus, tes dinyatakan positif.
Banyak penulis yang menyatakan tes ini baik untuk diagnosis Sindroma terowongan karpal,
dengan sensitifitas 75% dan spesifisitas 95%. (Pemeriksaan ini juga dilakukan serentak pada
kedua tangan agar dapat dibandingkan). Walaupun Sindroma Terowongan Karpal banyak yang
bilateral, tangan mana yang lebih dahulu positif dapat menentukan bahwa Sindroma Terowongan
Karpal pada tangan tersebut lebih berat dari tangan yang satu lagi. (Tes ini tak dapat dinilai bila
ada gangguan pergerakan sendi).

dikutip dari 19
2. Tanda dari Tinel (Tinels sign)
3,4,5,6,7,17,18,19,20,23,35,38,46,50

Dengan mengetok n.Medianus melalui fleksor retinakulum di lipat pergelangan tangan, tepat
lateral tendo palmaris longus, dalam posisi sedikit dorsofleksi, timbul rasa seperti kena listrik atau
nyeri pada daerah distribusi n.Medianus, distal pergelangan, tes dinyatakan positif. Ketokan
sebaiknya dengan perkusi yang cukup besar sehingga dapat mengetok seluruh fleksor
retinakulum. Ketokan dengan jari biasanya kurang memadai. Bila rasa nyeri yang timbul menjalar
ke arah proksimal, mungkin jebakan terletak proksimal dari terowongan karpal. Dan bila rasa
nyeri menjalar ke distal dan proksimal, mungkin ada suatu double crush yaitu jebakan terjadi di
terowongan karpal dan juga di proksimal terowongan karpal. Tes ini memiliki sensitifitas 64% dan
spesifisitas mencapai 99% untuk mendiagnosis Sindroma Terowongan Karpal.
dikutip dari 19
3. Tanda mengibaskan tangan (Flick sign)
3,4,6,20,31,35,37,39

Penderita diminta mengibaskan tangannya atau menggerak-gerakan jarinya. Bila dengan cara ini
keluhannya berkurang atau menghilang maka akan mendukung diagnosis Sindroma Terowongan
Karpal.
4. Atrofi otot thenar (Thenar wasting)
4,7,17,18,20,35,38,50

Terlihat dan dapat diraba atrofi dari otot thenar.
dikutip dari 6
5. Paresis otot (kekuatan, ketrampilan, ketepatan)
3,4,17,20,50

dapat dinilai dengan manual atau alat khusus (dinamometer). Penderita diminta melakukan
abduksi palmar secara maksimal, lalu mempertautkan ujung jari ke 1 dan ke 2, kemudian jari 1, 2
dan 3 serta jari 1 dan 5. Begitu juga kekuatan jepitan antara jari 1 dan 2. Dengan cara-cara ini
kekuatan otot yang dipersarafi n.Medianus dapat dinilai satu persatu. Untuk
ketrampilan/ketepatan, dilihat cara penderita melakukan gerakan rumit, misalnya menyulam,
menulis dan lain-lain.
dikutip dari 17
6. Tes ekstensi pergelangan (Wrist extension test)
10,17,19,20,38

Penderita diminta ekstensi dorsal pergelangan secara maksimal. Bila sebelum 60 detik timbul
rasa kebas, semutan atau seperti kena listrik pada daerah distribusi n.Medianus, dinyatakan tes
positif hal ini dapat menyokong diagnosis Sindroma Terowongan Karpal. (sebaiknya pemeriksaan
dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga dapat dibandingkan). Bila ada gangguan
pergerakan sendi (arthritis, ankylose dll) tes ini tak dapat dinilai.
7. Tes bendungan (Tourniquet test)
4,17,20,23

Dengan melakukan bendungan memakai alat pemeriksa tekanan darah (tensimeter) proksimal
siku sedikit diatas tekanan sistolik. Bila dalam 60 detik timbul rasa kesemutan, kebas atau seperti
kena listrik pada derah distribusi n.Medianus, tes dinyatakan positif hal ini menyokong untuk
diagnosis Sindroma Terowongan Karpal. (Tes ini akan positif pula pada beberapa penyakit lain
misalnya penyakit Raynaud).
8. Tes Tekanan (Pressure test)
7,4,17,20

Dengan memakai ibu jari, n.Medianus di pergelangan (tempat memeriksa tanda dari Tinel)
ditekan dengan lembut. Bila dalam waktu < 120 detik timbul rasa kesemutan, kebas, seperti kena
listrik ataupun nyeri di daerah distribusi n.Medianus dinyatakan tes positif, menyokong untuk
diagnosis Sindroma Terowongan Karpal. (Pemeriksaan dilakukan serentak pada kedua tangan).
9. Tanda dari Luthy (Lthys sign) / tanda Botol (Bottles sign)
14,17,36,20,36

Penderita diminta menggenggam dengan melingkarkan ibu jari dan telunjuknya pada benda yang
berbentuk tabung misalnya botol atau gelas. Bila lipatan kulit penderita tidak dapat menyentuh
dinding tabung dengan rapat dinyatakan tanda Luthy positif, hal ini menyokong dignosis
Sindroma Terowongan Karpal.

dikutip dari 17

10. Pemeriksaan sensibilitas
3,4,7,20,35,36,49

Diperiksa kemampuan penderita untuk diskriminasi dua titik. Bila dibutuhkan jarak > 6 mm untuk
membedakan tekanan pada dua titik di daerah n.Medianus maka dianggap positif. Diperiksa
dengan benang khusus dari yang besar lalu diganti berturut turut dengan benang yang makin
kecil dengan tekanan kecil pula, setelah itu dibandingkan kepekaannya dengan daerah di luar
distribusi n.Medianus. Untuk pemeriksaan hiperpati sama dengan yang diatas (sentuhan
halus/jarum). Bila untuk hiperpati di daerah distribusi n.Medianus, tes dinyatakan positif. Semua
pemeriksaan sensibilitas ini dapat menyokong diagnosis Sindroma Terowongan Karpal.
11. Pemeriksaan Fungsi Otonom
3,20,36

Perhatikan apakah ada perbedaan keringat (walau jarang), kulit kering dan licin yang berbatas
tegas pada distribusi n.Medianus saja, akan menyokong diagnosis Sindroma Terowongan Karpal.
12. Suntikkan steroid ke dalam terowongan karpal
5,6,7,20,35,42

Bila keluhan berkurang/menghilang, dianggap tes positif dan dapat menyokong diagnosis
Sindroma Terowongan Karpal.
13. Pemeriksaan rongent, USG resolusi tinggi, CT scan dan MRI
4,8,20,49,51,52,53

Dapat membantu mengetahui kondisi dalam terowongan karpal. Tapi karena biaya pemeriksaan
canggih ini cukup mahal, pemeriksaan ini hanya dilakukan pada kasus-kasus tertentu saja
sebelum tindakan operasi.

dikutip dari 52 dikutip dari 53
14. Pemeriksaan neurofisiologi
3,4,5,6,7,17,20,21,23,34,36,40,46,50,54

Dengan melakukan pemeriksaan elektromiografi (EMG) dapat dinilai fungsi motoris dan sensoris
suatu saraf. Bila terdapat gangguan setempat pada satu saraf, dapat ditentukan dimana lokasi
gangguan (lesi) tersebut. Banyak teknik pemeriksaan EMG yang diajukan untuk pemeriksaan
Sindroma Terowongan Karpal. Antara lain dengan membandingkan pemeriksaan EMG
konvensional, kecepatan hantar saraf (KHS) dan masa laten distal (MLD) motoris dan sensoris
n.Medianus dengan n.Ulnaris, atau dengan n.Medianus sisi yang lainnya. Hanya bila
dibandingkan dengan n.Medianus sisi lainnya kadang-kadang sukar dinilai, karena Sindroma
Terowongan Karpal cenderung bilateral. Saat ini pemeriksaan EMG yang dianggap paling sensitif
adalah dengan membandingkan KHS dan MLD sensoris n.Medianus yang melewati terowongan
karpal dengan cabang kutaneus palmaris (cabang n.Medianus yang tidak melewati terowongan
karpal). Pada keadaan normal perbedaan KHS dan MLD sensoris kedua saraf ini kecil. Pada
Sindroma Terowongan Karpal terlihat perbedaan yang meningkat. (perbedaan MLD sensoris > 0,5
mili detik, perbedaan MLD motoris > 1,5 mili detik). Menurut Chein-Wei Chong dkk, pemeriksaan
dengan cara ini sensitifitasnya sangat tinggi.

De Krom dkk. Menyatakan bahwa pemeriksaan tes 1 sampai 13 kurang memadai untuk menegakkan
diagnosis Sindroma Terowongan Karpal. Karena itu penderita dengan tanda dan gejala Sindroma Terowongan
Karpal harus dilakukan pemeriksaan neurofisiologi
20,28
.

Pada pasien hasil pemeriksaan yang mendukung diagnosis Sindroma Terowongan Karpal adalah : Tes
Phalen (+/+), tanda dari Tinel (+/+), tanda mengibaskan tangan (+/+), tes ekstensi pergelangan (+/+), tes
tekanan (+/+), tanda dari Luthy (-/+). Pasien juga pernah mendapat suntikan steroid pada pergelangan
tangannya dimana terdapat perbaikan walau cuma untuk dua minggu. Pemastian diagnosis dengan
pemeriksaan neurofisiologi mendapatkan hasil : Carpal Tunnel Syndrome bilateral, kiri lebih berat dari kanan

Klasifikasi Sindroma Terowongan Karpal
0 Asymptomatic w Median nerve pathology: does not need treatment, ? need prophylactic work modification.
1A
Subclinical Median nerve irritability: Phalen's or Tinel's sign positive, no motor/sensory deficit, normal NCS.
does not need treatment, ? need prophylactic work modification.
1B
Mild CTS: brief numbness, tingling, wrist pain at night or with repetitive use or sustained griping. No
motor/sensory deficit. Symptoms disappear with treatment or underlying disorder corrected or with
modification of activity. Benefit from conservative treatment.
1C
Moderate CTS: frequent symptoms. Signs of Median nerve irritability. Mild sensory loss, no motor weakness.
NCS abnormal.
2
Moderate severe CTS: frequent symptoms. Sensory deficit present. May have motor deficit. NCS abnormal.
EMG reduced recruitment of MUAP, no fibrillation. Splinting usually reduce symptoms. Good chance of respond
to surgical decompression.
3
Severe CTS: continuous symptoms. Sensory and motor deficit. Median nerve sensory & motor conduction
abnormal. Denervation on EMG. Splinting may help. Surgery : recovery is slow & incomplete.
Dikutip dari 7
Pemeriksaan penunjang lainnya hanya dilakukan bila terdapat penyakit lain yang mendasari
terjadinya Sindroma Terowongan Karpal ini, misalnya Akromegali, Miksedema, Gout, Arthritis, diabetes
melitus
6
.
Walaupun dengan anamesis dan gejala-gejala yang spesifik ini diagnosis mudah ditegakkan, jangan
dilupakan kemungkinan adanya diagnosa banding, seperti
4,7,14,17,20,24,49
:
o gangguan n.Medianus ditempat yang lebih proksimal dari terowongan karpal misalnya sindroma
pronator teres, thoracic outlet syndrome, radikulopati cervical.
o fenomena Raynaud yang kadang-kadang keluhannya hampir sama tetapi hanya timbul jika stres
atau suhu dingin dan terdapat perbaikan dengan pemanasan atau kadang yang ektrim
memerlukan obat yang membuka pembuluh darah.
o kondisi arthritic termasuk rheumatoid atrhritis, gout dan osteoatrhitis dapat menimbulkan
keluhan nyeri yang mirip.
o gangguan saraf pusat ataupun saraf tepi. Dapat berupa Multipel Sklerosis Disseminata , tapi
biasanya tidak terbatas pada daerah n.Medianus saja.
o Motor Neuron Disease pada stadium permulaan, gejala berupa atrofi otot-otot thenar tetapi
tanpa gangguan sensorik.
o neuropati lainnya.
Dengan pemeriksaan klinis yang teliti dan pemeriksaan EMG, semua diagnosa banding ini dapat
disingkirkan.

Penatalaksanaan
Berhubung Sindroma Terowongan Karpal ini sering didasari oleh penyakit atau keadaan lain (10-50%),
maka terapi ditujukan untuk Sindroma Terowongan karpal sendiri atau untuk penyakit serta keadaan lain yang
mendasarinya.

Terapi Sindroma Terowongan Karpal
Konservatif
1) Pemasangan Bidai
2,3,4,5,6,7,11,17,18,20,29,32,35,37,42,43,50,55,56

Pemasangan bidai di pergelangan tangan pada posisi netral, diharapkan pergelangan dapat istirahat
secara fisiologis dan tekanan dalam terowongan karpal menjadi lebih minimal. Tergantung dari
beratnya keluhan, bidai dipasang terus menerus atau malam hari saja selama 2 - 6 minggu.
Pemasangan bidai malam hari sangat berarti bagi penderita yang sering tidur dengan fleksi
pergelangan tangan. Pemakaian bidai ini efektif jika dilakukan dalam jangka tiga bulan sejak timbul
keluhan.

dikutip dari 50
2) Penyuntikan steroid ke dalam terowongan karpal
4,5,6,7,11,17,20,32,33,35,37,42,50,56,57,58

Selain untuk terapi Sindroma Terowongan Karpal, penyuntikan steroid yang dapat menghilangkan
atau mengurangi keluhan Sindroma Terowongan Karpal ini merupakan salah satu tes untuk
menegakkan diagnosis Sindroma Terowongan Karpal. Penyuntikan steroid ke dalam terowongan
karpal, diharapkan dapat mengatasi edema dalam terowongan karpal.
Caranya
10,17,20,37
:
Deksametason sebanyak 1 mg atau steroid lain disuntikkan dengan jarum no. 25 langsung ke
dalam terowongan karpal lebih kurang 1 cm proksimal dari lipat pergelangan medial tendo
otot palmaris longus dan medial n.Medianus yang terletak tepat di bawah tendo ini dengan
arah 60. Jaga suntikan steroid ini jangan langsung mengenai n. Medianus. Bila penusukan
jarum terasa nyeri, jarum ditarik sedikit, lalu tusukan lebih medial lagi (ada juga yang memilih
suntikan lateral otot palmaris longus). Sebaiknya suntikan steroid jangan dicampur bahan
anestesi, sebab akan menambah jumlah isi terowongan karpal yang telah sempit, walaupun
rasa nyeri cepat sekali menghilang bila ditambah bahan anestesi. Setelah disuntik, bekas
tusukan jarum ditekan dan penderita diminta menggerak-gerakan jari tangannya untuk
menyebarkan steroid tersebut. Bila belum berhasil, suntikan dapat diulangi setelah dua
minggu atau lebih. Maksimal dapat diberikan sampai 3 kali suntikan, bila belum memberi
hasil yang memuaskan dipertimbangkan tindakan operasi, karena dapat timbul efek samping
dari penyuntikan steroid ini.

Efek samping penyuntikan steroid
6,20,33,36
:
a) obat masuk ke saraf (nyeri)
b) atrofi, hipopigmentasi, perdarahan
c) robeknya tendon secara spontan
d) radang lokal
dikutip dari 49
dikutip dari 6
3) Pengontrolan cairan misalnya diuretika
2,4,6,20,31,32,59

Dengan berkurangnya cairan tubuh secara sistemik, maka diharapkan cairan di daerah terowongan
karpal akan berkurang, hal ini akan mengurangi tekanan dalam terowongan karpal.
4) Anti inflamasi non steroid atau steroid
1,2,4,6,20,32,35,43,46,56,58,59,60

Obat - obatan anti inflamasi baik steroid maupun non steroid akan mengurangi edema di dalam
terowongan karpal.
5) Estrogen
4,13,20,36

Karena penderita Sindroma terowongan karpal terutama pada wanita diatas 40 tahun (menopause),
Schiller dan Kolb menduga mungkin kekurangan estrogen akan mempengaruhi pertumbuhan jaringan
ikat, sehingga mereka memberi estrogen pada pasien-pasiennya yang disebutnya sebagai suatu
Sindroma menopause. Tapi pendapat ini ditentang oleh penulis-penulis lain.
6) Vitamin Neurotropik
2,7,13,20,32,43,48,50,56

Ellis, Folker dkk dan beberapa penulis lain menyatakan defisiensi pyridoxin merupakan salah satu
faktor etiologi Sindroma Terowongan Karpal Sehingga memberikan pyridoxin sebagai terapi Sindroma
Terowongan Karpal dan menurut mereka, hasilnya cukup memuaskan. Tapi penulis-penulis lain
banyak pula yang menentang pendapat ini, apalagi karena pyridoxin yang berlebihan dapat pula
menyebabkan neuropati (karena intoksikasi). Tapi menurut penulis yang setuju memakai pyridoxin,
neuropati karena pyrodoxin ini hanya terjadi pada penderita yang telah mempunyai kecenderungan
akan timbulnya neuropati. Dosis pyridoxin yang dianjurkan adalah 100-300 mg/hari selama 3 bulan.
Menurut Folker selain defisiensi pyridoxin pada Sindroma Terowongan Karpal terdapat pula defisiensi
riboflavin. Terlepas benar atau salahnya teori defisiensi vitamin-vitamin ini pada Sindroma
Terowongan Karpal sebagai pelengkap terapi neuropati. Kita selalu memberi vitamin kombinasi
golongan B karena vitamin ini banyak mempengaruhi perbaikan-perbaikan saraf tepi yang rusak.
Begitu juga mecobalamin disebut-sebut berguna untuk regenerasi saraf perifer.
7) Fisioterapi untuk memperbaiki vaskularisasi pergelangan tangan
4,20,32,43,50,61



8) Ultrasound
4,11,50

Ultrasound frekuensi tinggi diarahkan ke area inflamasi, gelombang suara itu dikonversikan menjadi
panas di dalam jaringan, diharapkan akan melancarkan vaskularisasi.

Pada pasien dalam 10 tahun telah mendapat banyak terapi konservatif baik obat oral, vitamin,
fisoterapi bahkan suntikan steroid, tetapi keluhan tetap timbul kembali, nampaknya bukan karena sindroma
Terowongan Karpal yan dideritanya berat, tetapi karena pasien tetap melakukan aktifitas yang seharusnya
dihindari sampai saat ini.

Predicting the Outcome of Conservative Treatment for Carpal Tunnel Syndrome
Score 1 point for each "yes" answer and zero for each "no" answer. See the scoring key for the predicted
successful outcome of conservative treatment.*
1. Have symptoms been present for more than 10 months? Yes _____ No _____
2. Does the patient have constant paresthesias? Yes _____ No _____
3. Does the patient have flexor tenosynovitis ("triggering" of the digits)? Yes _____ No _____
4. Is Phalen's maneuver positive within less than 30 seconds? Yes _____ No _____
5. Is the patient older than 50 years? Yes _____ No _____

SCORING KEY: zero points = 65% success rate; 1 point = 41.4% success rate; 2 points = 16.7% success rate; 3
points = 6.8% success rate; 4 or 5 points = 0% success rate.
Dikutip dari6

Operatif
Tindakan operatif dilakukan bila
1,3,4,6,17,20,35,37,62
:
o keluhan keluhan yang berat sehingga sangat mengganggu penderita.
o atrofi otot-otot thenar.
o pemeriksaan EMG yang jelek (Sindroma Terowongan Karpal berat).
o terapi konservatif tanpa ada perbaikan.
o Sindroma Terowongan Karpal akut dengan gejala yang hebat/berat.

Operasi dapat dilakukan dengan cara konvensional atau endoskopi. Dengan konvensional yang dilakukan
sebagai berikut
4,6,9,20,32,35,37,50
:
Operasi dapat dengan anestesi lokal, tapi bila dicurigai harus melakukan eksplorasi yang agak lama
sebaiknya pakai anestesi umum. Sebelumnya dipasang bendungan (tourniquet) untuk mengurangi perdarahan.
Ligamen karpi-transversum dipotong lebih kurang 3 cm distal lipat pergelangan tangan di sisi ulnar. Isi
terowongan dibersihkan dari proses desak ruang. Mungkin perlu dilakukan tenosinovektomi dan pada
keadaan tertentu disertai suatu internal neurolisis.
Dikutip dari 42
Pada waktu operasi harus berhati-hati jangan sampai memotong cabang rekuren n.Medianus atau struktur
lainnya.
Dikutip dari 9
Setelah operasi selesai dipasang bidai dengan pergelangan sedikit dorsofleksi untuk mencegah prolaps tendo
otot fleksor ataupun n.Medianus sendiri melalui bekas irisan ligamen karpi transversum. Sendi-sendi kecil
sudah harus mulai digerak-gerakan segera setelah operasi, kemudian baru dilatih pergerakan pergelangan
secara bertahap. Harus dijaga jangan sampai timbul edema atau jaringan parut. Diusahakan agar posisi tangan
lebih tinggi dari jantung dan waktu tidur jangan diganjal dengan bantal agar tetap di tempat yang lebih tinggi.
Selama dua minggu pertama tidak diperkenankan mengangkat benda berat.
Setelah tindakan operasi tetap diberikan terapi tambahan vitamin kombinasi golongan B
(neurotropik) untuk mempercepat perbaikan metabolisme saraf.

Kegagalan / Komplikasi Operasi
20,29
:
o gagal membebaskan ligamen karpi transversum secara lengkap/adekuat.
o terjadi edema dan jaringan parut, sehingga kompresi n.Medianus terulang lagi.
o prolaps isi terowongan di tempat irisan ligamen karpi transversum, karena bidai terlalu cepat
dilepas atau menggerakkan pergelangan terlalu cepat / maksimal.
o timbul kekakuan sendi karena terjadi perlengketan perlengketan.
o Infeksi bekas operasi.
o komplikasi tidak langsung karena pemasangan tourniquet yang terlalu lama/keras, sehingga
menimbulkan neuropati (pressure neuropathy) pada n.Radialis.

Terapi keadaan yang mendasari Sindroma Terowongan Karpal
o Walaupun terapi yang ditujukan langsung pada Sindroma Terowongan Karpal sendiri berhasil,
tapi bila keadaan/penyakit yang mendasarinya tak ditanggulangi, suatu saat Sindroma
Terowongan Karpal yang disebabkan aktifitas tangan tertentu yang berulang seperti pekerjaan
rumah tangga (memasak, memotong, mencuci dan memeras pakaian, menyapu dan mengepel,
memeras kelapa, mengulek bumbu-bumbu) memutar baut dengan obeng, menggerakkan kursi
roda pada penderita paralegi, mengetik dan menggunakan alat yang bergetar atau bekerja pada
suhu dingin (tukang daging dan ikan, pengemas makanan beku) dan ban berjalan (asembling,
pengepakan) harus diusahakan merubah kebiasaan atau menukar pekerjaan dan memodifikasi
alat yang dipakai
4,6,8,20,29,32,35,45,50
.
o Bila Sindroma Terowongan Karpal yang didasari oleh penyakit lain, misalnya Akromegali atau
Arthritis, penyebab Akromegali atau Arthritis yang perlu ditanggulangi. Sindroma Terowongan
Karpal pada kehamilan biasanya akan sembuh setelah melahirkan, tapi mungkin akan kambuh
lagi pada kehamilan berikutnya
4,6,20,29,32,42,47
.

Penyakit-penyakit yang perlu diingat karena sering mendasari Sindroma Terowongan Karpal
ialah
3,4,6,8,10,16,17,20,37,42,44,50
:
trauma akut atau kronik (berulang-ulang) pada pergelangan tangan.
gagal ginjal dan penderita yang mendapat hemodialisa sering dan lama.
miksedema pada hipotiroid.
akromegali pada tumor hipofisis.
kehamilan atau pemakai pil KB.
Penyakit kolagen/vaskuler.
Amiloidosis.
Arthritis.
Dibetes Melitus.
Gout.
Obesitas.
tenosinovitis, infeksi pergelangan.
penyakit lain-lain yang dapat menyebabkan retensi, cairan atau bertambahnya isi terowongan
karpal.

Prognosis
4,20,36,42

Pada kasus-kasus yang ringan umumnya dengan terapi konservatif, prognosisnya baik. Prognosis
operatif juga baik. Tapi karena terapi operasi dilakukan hanya pada kasus yang berat atau sudah lama diderita,
penyembuhannya terjadi bertahap. Hasil yang paling cepat dirasakan ialah menghilangnya rasa nyeri, lalu
diikuti perbaikan sensibilitas, terakhir baru perbaikan motorik dan otot-otot yang atrofi mulai membesar lagi.
Proses ini dapat berlangsung sampai 18 bulan.

Bila terapi operasi tidak memberikan perbaikan mungkin
20,36
:
o salah diagnosis (jebakan terjadi di tempat yang lebih proksimal)
o n.Medianus telah rusak sama sekali
o timbul Sindroma Terowongan Karpal yang baru karena komplikasi operasi misalnya
edema/perlengketan.

Pengobatan konservatif ataupun operatif pada Sindroma Terowongan Karpal kadang-kadang dapat
kambuh sehingga kedua terapi ini perlu diulang kembali. Paul Cotton meneliti 60 kasus Sindroma Terowongan
Karpal paska operatif selam 5,5 tahun di Universitas Negeri Fakultas Kedokteran Buffalo New York. Dia
menemukan 30% dari kasus timbul keluhan kembali. Keluhan mulai dirasakan rata-rata setelah 2 tahun
operasi, walaupun hanya 1 penderita yang harus mengalami operasi ulang
20,36
.
Keluhan terbanyak adalah nyeri intermiten, kemudian kebas dan terakhir rasa seperti terkena aliran listrik.
Kekambuhan ini terbanyak ditemukan pada penderita Sindroma Terowongan Karpal dari golongan pekerja
yang mendapat ganti rugi. Mungkin faktor ganti rugi ini mempunyai pengaruh atau pekerjaan tersebut
mendasari terjadinya Sindroma Terowongan Karpal
20,21
.

You might also like