Professional Documents
Culture Documents
Sikap sering diartikan dengan mentalitas. Sering kita dengar bahwa seseorang
mind-setnya batur (jongos). Sikapnya seperti jongos. Sulit sekali baginya untuk
meniti karir. Ada lagi yang sosoknya sebagai boss sudah kelihatan sejak muda.
Seorang lagi punya way of thinking seorang juragan, jadilah ia tauke. Seorang lagi
punya sikap sebagai generalissimo, jadilah ia jendral.
Ada yang punya sikap kooperatif. Ada yang bersikap konfrontatif. Ada yang
punya sikap fatalistik. Ada yang pandai menempatkan diri dengan berbagai jenis
orang. Dst, dst. Sikap seseorang dalam menghadapi kompetisi, konflik, tekanan
kerja, tenggat waktu, dll. Ada yang sikapnya ulet, ada yang gampang menyerah.
Ada yang bersikap tuntas dalam segala hal, ada yang setengah2. Dan masih
banyak lagi.
Definisi Sifat:
1. rupa dan keadaan yang tampak pada suatu benda; tanda lahiriah: kalau
menilik -- nya, tentulah ini sejenis serangga; tidak tentu -- nya, kadang-
kadang bulat panjang
2. peri keadaan yang menurut kodratnya ada pada sesuatu (benda, orang,
dsb): salah satu -- anjing adalah setia kepada tuannya
3. ciri khas yang ada pada sesuatu (untuk membedakan dari yang lain): --
puisi lain daripada -- prosa; -- perawakan anak itu sudah dicatat polisi
4. dasar watak (dibawa sejak lahir); tabiat: ia tidak mempunyai -- kesatria
Definis Watak :
sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku; budi
pekerti; tabiat: dasar -- pencuri, meskipun telah beberapa kali masuk penjara, ia
tetap mencuri lagi.
watak diibaratkan organ tubuh dari ujung rambut hingga ujung kaki manusia
(sifatnya cenderung konstan), sedangkan kepribadian diibaratkan pakaian yang
dikenakan oleh individu tersebut (bisa berubah kapan pun, sesuai dengan
lingkungan sekitar yang mempengaruhinya). Meski "kepribadian" rentan untuk
berubah-ubah (karena sifatnya dinamis).
Definis Karakter:
Kata Belanda karakter, itu berasal dari kata Yunani charassein, yang berarti
(mula-mula) coretan, atau gorasan. Kemudian berarti stempel atau gambaran yang
ditinggalkan oleh stempel itu.
Jadi di sini kita menganggap bahwa tingkah laku manusia adalah pencerminan
dari seluruh pribadinya. Ini telah lama sekali dikenal oleh manusia.
a) Ilmu ini memang telah lama sekali dikenal oleh manusia. Yaitu telah sejak
Plato, seorang ahli ilmu jiwa pada zaman Yunani kuno, ± 400 tahun sebelum
Masehi. Ia adalah seorang murid Socrates, seorang ahli filsafat terbesar di
zamannya.
b) Sebenarnya ada perbedaan-perbedaan prinsipil yang sering dikacaukan saja.
Yaitu pengertian tentang:
1. Konstitusi jasmani,
2. Temperamen, dan
3. Watak
Karenaitu, di dalam menggolong-golongkan (mentipe) nanti juga atas tiga
golongan ini. Jadi tipe-tipe manusia menurut konstitusi jasmaninya, menurut
temperamennya, dan menurut wataknya.
1) Konstitusi jasmani ialah, keadaan jasmani yang secara fisiologis merupakan
sifat-sifat bawaan sejak lahir. Konstitusi jasmani ini berpengaruh juga pada
tingkah laku orang itu, dan merupakan sifat-sifat yang khas, asli dan tidak dapat
diubah. Misalnya sifat-sifat orang bertubuh langsing, tentu berbeda dengan sifat-
sifat orang bertubuh gemuk dan sebagainya.
2) Temperamen, ini dari kata temper, artinya campuran. Temperamen adalah sifat-
sifat seseorang yang disebabkan adanya campuran-campuran zat di dalam
tubuhnya yang juga mempengaruhi tingkah laku orang itu. Jadi temperamen
berarti sifat laku jiwa, dalam hubungannya dengan sifat-sifat kejasmanian.
Temperamen jiga merupakan sifat-sifatyang tetap tidak dapat dididik.
3) Watak ialah pribadi jiwa yang menyatakan dirinya dalam segala tindakan dan
pernyataan dalam hubungannya dengan Bakat
Definis Kepribadian :
Kata kepribadian berasal dari bahasa Italia dan inggris yang berarti persona atau
personality yang berarti topeng. Akan tetapi sampai saat ini asal usul kata ini
belum diketahui.
Konteks asli dari kepribadian adalah gambaran eksternal dan sosial. hal ini
diilustrasikan berdasarkan peran seseorang yang dimainkannya dalam masyarakat.
Pada dasarnya manusialah yang menyerahkan sebuah kepribadian kepada
masyarakatnya dan masyarakat akan menilainya sesuai degan kepribadian
tersebut.
Definisi kepribadian memiliki lebih dari lima puluh arti akan tetapi definisi
kepribadian yang penulis maksud di sini adalah himpunan dan ciri-ciri jasmani
dan rohani atau kejiwaan yang relatif tetap yang membedakan seseorang dengan
orang lain pada sisi dan kondisi yang berbeda-beda.
Kepribadian secara umum
Personality atau kepribadian berasal dari kata persona, kata persona merujuk pada
topeng yang biasa digunakan para pemain sandiwara di Zaman Romawi. Secara
umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan
kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian
secara umum ini adalah lemah karena hanya menilai perilaku yang dapat diamati
saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah
tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut lemah karena
sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya
kepribadian itu tidak dapat dinilai “baik” atau “buruk” karena bersifat netral.
Kepribadian menurut Psikologi
Untuk menjelaskan kepribadian menurut psikologi saya akan menggunakan teori
dari George Kelly yang memandang bahwa kepribadian sebagai cara yang unik
dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman hidupnya. Sementara
Gordon Allport merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang terdapat dalam
diri individu yang membimbing dan memberi arah kepada seluruh tingkah laku
individu yang bersangkutan.
Lebih detail tentang definisi kepribadian menurut Allport yaitu kepribadian adalah
suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan
tingkah laku dan pikiran individu secara khas.
Allport menggunakan istilah sistem psikofisik dengan maksud menunjukkan
bahwa jiwa dan raga manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu terjadi interaksi dalam
mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah khas dalam batasan kepribadian
Allport itu memiliki arti bahwa setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri.
Tidak ada dua orang yang berkepribadian sama, karena itu tidak ada dua orang
yang berperilaku sama.
Sigmund Freud memandang kepribadian sebagai suatu struktur yang terdiri dari
tiga sistem yaitu Id, Ego dan Superego. Dan tingkah laku, menurut Freud, tidak
lain merupakan hasil dari konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kerpibadian
tersebut.
Dari sebagian besar teori kepribadian diatas, dapat kita ambil kesamaan sbb(E.
Koswara):
1. sebagian besar batasan melukiskan kerpibadian sebagai suatu struktur atau
organisasi hipotesis, dan tingkah laku dilihat sebagai sesuatu yang diorganisasi
dan diintegrasikan oleh kepribadian. Atau dengan kata lain kepribadian dipandang
sebagai “organisasi” yang menjadi penentu atau pengarah tingkah laku kita.
2. sebagian besar batasan menekankan perlunya memahami arti perbedaan-
perbedaan individual. Dengan istilah “kepribadian”, keunikan dari setiap individu
ternyatakan. Dan melalui study tentang kepribadian, sifat-sifat atau kumpulan sifat
individu yang membedakannya dengan individu lain diharapkan dapat menjadi
jelas atau dapat dipahami. Para teoris kepribadian memandang kepribadian
sebagai sesuatu yang unik dan atau khas pada diri setiap orang.
3. sebagian besar batasan menekankan pentingnya melihat kepribadian dari sudut
“sejarah hidup”, perkembangan, dan perspektif. Kepribadian, menurut teoris
kepribadian, merepresentasikan proses keterlibatan subyek atau individu atas
pengaruh-pengaruh internal dan eksternal yang mencakup factor-faktor genetic
atau biologis, pengalaman-pengalaman social, dan perubahan lingkungan. Atau
dengan kata lain, corak dan keunikan kepribadian individu itu dipengaruhi oleh
factor-faktor bawaan dan lingkungan.
ILUSTRASI SIKAP, SIFAT, WATAK,
KARAKTER DAN KEPRIBADIAN
Untuk mengetahui watak atau sifat seseorang maupun sifat diri sendiri,bacalah
baik2 suatu ilustrasi/cerita sebagaimana dibawah ini:
Umpamanya anda berdiri ditengah perempatan jalan dan berencana melanjutkan
perjalanan.
Ketika anda melihat ke barat,seekor harimau yang siap menerkam anda jika berani
melalui jalan itu.
Lalu,Anda melihat ketimur,dijalan itu nampak seekor ular besar yang siap
memangsa anda jika anda melewati jalan itu.
Lalu anda melihat kearah lain yaitu utara.Disitu terdapat lautan besar yang harus
anda lewati tanpa perahu/kapal.
Lalu anda melihat kearah selatan,ternyata ada api besar yang berkobar-kobar amat
tingginya.
Kemanakah anda akan memilih arah perjalanan yang semuanya berbahaya?
Sedangkan berdiam diri tidak akan mungkin karena anda akan mati kelaparan.
Nah,Cobalah anda pikir dalam2 jalan manakah yang menurut anda harus dilalui
itu? Dari pilihan arah itulah maka watak/karakter anda akan terbaca.
Jika Anda memilih jalan... yg ada harimaunya, maka sifat anda seperti harimau.
Sabar,pendiam,tidak berbahaya jika tidak lapar. Orang yang memiliki sifat seperti
ini dapat dijadikan temen asalkan dituruti kehendaknya dan ia nantinya bisa
membuat orang celaka jika sudah tidak senang lagi dengan orang tsb.
Jika anda memilih jalan yg ada ularnya,maka sifat anda seperti ular dimana akal
dan pikiran anda itu berbelit belit, inginnya menguasai orang lain. Harap berhati-
hati dengan orang yang punya sifat sperti ini.
Jika anda memilih jalan yang terdapat lautan besar, maka sifat anda seperti lautan.
Walaupun tampak lemah, air memiliki kekuatan yang luar biasa.Anda tidak
mudah ditipu orang dan menunjukkan sifat anda yang berpikir jauh dalam
memecahkan suatu persoalan. Keinginan anda akan dapat dicapai setelah melalui
berbagai macam rintangan.
Jika anda memilih jalan yang ada api berkobar-kobar,maka anda adalah orang
yang memiliki kemauan keras, cepat mengambil tindakan akan tetapi anda lekas
percaya kepada orang lain.
Ini hanyalah pertanyaan semata yang bisa digunakan sebagai suatu cara
mengetahui watak orang lain maupun diri sendiri.Namun,janganlah anda terikat
dengan pertanyaan dan jawaban ini. Setiap orang berbeda-beda
sifat/wataknya.Banyak faktor yang mempengaruhinya.
Sembilan tipe kepribadian adalah:
Tipe 1 perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup dengan benar,
memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.T
ipe 2 penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan dihargai,
mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari kesan
membutuhkan.
Tipe 3 pengejar prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk menjadi orang yang
produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
Tipe 4 romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk memahami perasaan diri
sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna hidup, dan menghindari
citra diri yang biasa-biasa saja.
Tipe 5 pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui segala sesuatu dan
alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga jarak, serta
menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.
Tipe 6 pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan, merasa
diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
Tipe 7 petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta merencanakan hal-
hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar dari derita dan
dukacita.
Tipe 8 pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat mengandalkan diri sendiri,
kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari kesan lemah.
Tipe 9 pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga kedamaian, menyatu
dengan orang lain dan menghindari konflik.
KARAKTER
Kepribadian (personality) sering digambarkan sebagai keseluruhan kualitas
kejiwaan yang diwarisi dari orang tua (leluhur) dan yang diperoleh dari hasil
pembelajaran, pengaruh lingkungan dan pengalaman hidup. Erich Fromm,
seorang pakar Psikoanalisa Baru, merumuskan kepribadian sebagai berikut:
“Personality is the totality of inherited and acquired psychic qualities which are
characteristic of one individual and which make the individual unique”
Cukup banyak ragam aspek kepribadian yang diturunkan dari orang tua dan
leluhur, antara lain wajah dan bentuk tubuh, kecerdasan, temperamen, bakat dan
minat. Sedangkan aspek-aspek kepribadian yang diperoleh dari proses
pembelajaran, pengalaman hidup dan pengaruh lingkungan lebih banyak lagi
antara lain pengetahuan, hobi, ketrampilan, kebiasaan, gaya hidup dan karakter.
Temperamen merupakan corak reaksi emosional seseorang terhadap berbagai
rangsangan dari lingkungan dan dari dirinya sendiri. Hipokrates misalnya
mengemukakan empat ragam temperamen manusia didasarkan pada cepat-
lambatnya dan kuat-lemahnya pola reaksi emosional seseorang: Sanguinicus
(cepat bereaksi, tetapi lemah), Melancholicus (lambat reaksinya, tetapi kuat),
Cholericus (cepat dan kuat reaksinya) dan Phlegmaticus (lambat reaksinya dan
lemah).
Perbedaan antara temperamen dengan karakter adalah: Temperamen erat
kaitannya dengan konstitusi tubuh, sulit sekali berubah dan bersifat netral, dalam
artian tidak dengan sendirinya mengandung penilaian baik dan buruk. Karakter
dibentuk dari pengalaman hidup seseorang, dapat berubah dan selalu mendapat
penilaian baik atau buruk, layak atau tak layak, terpuji atau tercela. Mengapa?
Karena karakter merupakan internalisasi nilai-nilai etis yang semula berasal dari
lingkungan menjadi bagian kepribadiannya yang berkaitan dengan penilaian baik-
buruknya sifat dan perilaku seseorang. Dengan lain perkataan, temperamen tidak
apriori mengandung implikasi etis/moral , sedangkan karakter selalu menjadi
sasaran penilaian etis/moral. Penilaian baik dan buruk ini didasari oleh bermacam-
macam nilai sosial-budaya sebagai tolok ukur. Misalnya kebahagiaan, prestasi,
kemanfataan, kenikmatan, kebebasan pribadi, aktualisasi potensi dan penyesuaian
diri pada lingkungan. Pribadi berkarakter kuat digambarkan sebagai pribadi
bermoral tinggi yang benar-benar memahami, menghayati dan menerapkan nilai-
nilai etis, mengetahui apa yang benar dan salah, bersikap jujur, lugas dan
bertanggungjawab serta berusaha agar perbuatannya sehari-hari sesuai dengan
nilai-nilai etis/moral yang dianut.
Penanganan
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak dengan
gangguan ini. Di antaranya:
1. Pahami keadaan anak
Sebaiknya pihak orang tua, guru, atau pendamping memahami kesulitan dan
keterbatasan yang dimiliki anak disgrafia. Berusahalah untuk tidak
membandingkan anak seperti itu dengan anak-anak lainnya. Sikap itu hanya akan
membuat kedua belah pihak, baik orang tua/guru maupun anak merasa frustrasi
dan stres. Jika memungkinkan, berikan tugas-tugas menulis yang singkat saja.
Atau bisa juga orang tua meminta kebijakan dari pihak sekolah untuk memberikan
tes kepada anak dengan gangguan ini secara lisan, bukan tulisan.
1. Menyajikan tulisan cetak
2. Berikan kesempatan dan kemungkinan kepada anak disgrafia untuk belajar
menuangkan ide dan konsepnya dengan menggunakan komputer atau
mesin tik. Ajari dia untuk menggunakan alat-alat agar dapat mengatasi
hambatannya. Dengan menggunakan komputer, anak bisa memanfaatkan
sarana korektor ejaan agar ia mengetahui kesalahannya.
3. 3. Membangun rasa percaya diri anak
4. Berikan pujian wajar pada setiap usaha yang dilakukan anak. Jangan
sekali-kali menyepelekan atau melecehkan karena hal itu akan
membuatnya merasa rendah diri dan frustrasi. Kesabaran orang tua dan
guru akan membuat anak tenang dan sabar terhadap dirinya dan terhadap
usaha yang sedang dilakukannya.
5. 4. Latih anak untuk terus menulis
6. Libatkan anak secara bertahap, pilih strategi yang sesuai dengan tingkat
kesulitannya untuk mengerjakan tugas menulis. Berikan tugas yang
menarik dan memang diminatinya, seperti menulis surat untuk teman,
menulis pada selembar kartu pos, menulis pesan untuk orang tua, dan
sebagainya. Hal ini akan meningkatkan kemampuan menulis anak
disgrafia dan membantunya menuangkan konsep abstrak tentang huruf dan
kata dalam bentuk tulisan konkret.
Bayi yang dipisahkan dari orang tua akan mengembangkan perasaan tidak aman
yang ditampilkan dalam gangguan kepribadian atau kesulitan/hambatan di dalam
segi-segi kehidupannya yang menyebabkan munculnya masalah penyesuaian diri
di masa yang akan datang. Bagaimana pun juga, pengasuhan yang memadai
semasa bayi merupakan kebutuhan yang penting demi tercapainya pertumbuhan
fisik dan psikis yang maksimal. Menurut Wenar (1991), ketiadaan pengasuhan
yang memadai setelah terbentuknya ikatan cinta kasih di antara anak dengan
pengasuh akan menyebabkan perilaku yang menyimpang, karena dampak dari
kehilangan tersebut sangatlah dirasakan sebagai suatu penolakan atau pun
pengabaian.
Dengan kapasitas pemahaman yang masih terbatas akan suatu peristiwa, sang
anak akan menterjemahkan kejadian tersebut sebagai bentuk penolakan atas
dirinya, ia merasa tidak cukup berharga sehingga tidak pantas untuk dicintai. Hal
ini jika berlanjut tanpa sempat diperbaiki, akan menimbulkan masalah terutama
dalam pembentukan identitas seseorang serta penyesuaian diri dalam
kehidupannya di lingkungan
Pengabaian Terhadap Anak : Anak yang Dipisahkan Dari Orangtua
Bayi yang dipisahkan dari orang tua akan mengembangkan perasaan tidak aman
yang ditampilkan dalam gangguan kepribadian atau kesulitan/hambatan di dalam
segi-segi kehidupannya yang menyebabkan munculnya masalah penyesuaian diri
di masa yang akan datang. Bagaimana pun juga, pengasuhan yang memadai
semasa bayi merupakan kebutuhan yang penting demi tercapainya pertumbuhan
fisik dan psikis yang maksimal. Menurut Wenar (1991), ketiadaan pengasuhan
yang memadai setelah terbentuknya ikatan cinta kasih di antara anak dengan
pengasuh akan menyebabkan perilaku yang menyimpang, karena dampak dari
kehilangan tersebut sangatlah dirasakan sebagai suatu penolakan atau pun
pengabaian.
Dengan kapasitas pemahaman yang masih terbatas akan suatu peristiwa, sang
anak akan menterjemahkan kejadian tersebut sebagai bentuk penolakan atas
dirinya, ia merasa tidak cukup berharga sehingga tidak pantas untuk dicintai. Hal
ini jika berlanjut tanpa sempat diperbaiki, akan menimbulkan masalah terutama
dalam pembentukan identitas seseorang serta penyesuaian diri dalam
kehidupannya di lingkungan
Pengaruh Masalah Kejiwaan Yang Dialami Orangtua Terhadap Cara
Memperlakukan Anak
Beberapa hasil penelitian tentang masalah-masalah kejiwaan yang dialami
orangtua dan berpengaruh terhadap tindakan penyiksaan dan atau penganiayaan
terhadap anak dapat di bedakan sebagai berikut:
• Gangguan Jiwa atau Gangguan Kepribadian
• Depresi
• Pecandu Obat Terlarang / Alkoholik
• Masalah Perkawinan
Gangguan Jiwa atau Gangguan Kepribadian
Seorang peneliti bernama Rose Cooper Thomas yang melakukan penelitian
terhadap hubungan antara ibu dan anak, menemukan bahwa ibu yang mengalami
gangguan jiwa Schizophrenia (dengan kecenderungan perilaku yang acuh tak
acuh), maka cenderung menghasilkan anak yang perilakunya suka memberontak,
jahat, menyimpang atau bahkan anti sosial. Namun sebaliknya ada pula yang
anaknya jadi suka menarik diri, pasif, tergantung dan terlalu penurut. Peneliti lain
juga menemukan, gangguan jiwa sang ibu berakibat pada terganggunya
perkembangan identitas sang anak.
Penemuan yang sama juga mengungkapkan bahwa gangguan Obsesif Kompulsif
yang dialami orang tua sangat berkaitan erat dengan sikap pengabaian mereka
terhadap anaknya. Sebab, gangguan Obsesif Kompulsif ini menjadikan individu
nya lebih banyak memikirkan dan melakukan ritual-ritualnya dari pada tanggung
jawab mengasuh anaknya.
Munchausen’s Syndrome by Proxy
Munchausen Syndrome by Proxy (MSbP) adalah gangguan mental yang
biasanya dialami oleh wanita, dalam hal ini seorang ibu terhadap anaknya
(biasanya pada bayi atau anak-anak di bawah usia 6 tahun) dan biasanya
berakibat sang anak harus mendapatkan perawatan serius di rumah sakit.
Dalam penyakit yang digambarkan pertama kali oleh Meadow pada tahun
1977 ini dideteksi adanya unsur kebohongan yang bersifat patologis dalam
kehidupan sehari-hari sang ibu sejak dahulu hingga sekarang.
Pada kasus yang parah, sang anak secara terus menerus dihadapkan pada
situasi yang mengancam keselamatan jiwanya; dan sang ibu yang
melakukannya dari luar justru kelihatan lemah lembut dan tulus. Gangguan
jiwa yang berbahaya ini bisa berakibat pada kematian anaknya karena pada
banyak kasus ditemukan bahwa sang ibu sampai hati menyekap (atau
mencekik) dan meracuni anaknya sebagai bukti pada dokter bahwa anaknya
benar-benar sakit.
Memang, pada kasus-kasus ini sering ditemukan adanya sejarah gangguan
perilaku antisosial pada sang ibu, yang disebabkan dirinya sendiri mengalami
pola asuh yang salah dari orang tuanya dahulu. Pada kasus lain ditemukan bukti
bahwa ternyata sang ibu mengalami gangguan somatis seperti contohnya
(menurut istilah medis) gangguan neurotik, hypochondria, atau gangguan yang
bersifat semu lainnya). Ditemukan pula, bahwa ibu-ibu yang tega melakukan hal
ini terhadap anaknya ternyata mengalami gangguan kepribadian yang cukup
parah.
Depresi
Penelitian lain dilakukan oleh Chaffin, Kelleher dan Hollenberg (1996) terhadap
anak-anak yang orang tuanya mengalami depresi atau pun psikopatologi.
Menurut mereka, orang tua yang depresif ditemukan sering melakukan
penyiksaan secara fisik terhadap anak-anak mereka. Anak-anak mereka juga
dilaporkan mengalami masalah seperti depresi, masalah interpersonal, perilaku
yang aneh-aneh dan mengalami masalah di sekolah atau dalam belajar.
Pecandu Obat Terlarang / Alkoholik
Keluarga yang alkoholis cenderung lebih tidak stabil dan tidak dapat diramalkan
perilakunya. Segala aturan main dapat saja berubah setiap waktu, dan seringkali
mudah mengingkari janji-janji yang pernah dibuat. Demikian pula dengan pola
asuh orang tua terhadap anak. Pola asuh yang diterapkan seringkali berubah-ubah
secara tidak konsisten; dan tidak ada ruang bagi anggota keluarganya untuk
mengekspresikan perasaannya secara apa adanya karena banyaknya batasan dan
larangan untuk membahas “keburukan” keluarga.
Oleh karena itu para anggota yang lain dituntut untuk mampu menjaga rahasia
supaya tidak ada keterlibatan pihak-pihak luar dan supaya tidak ada yang
mengetahui problem keluarga mereka. Situasi ini tentu saja membuat perasaan
tertekan, frustrasi, marah, tidak nyaman dan kegelisahan di hati anak-anaknya.
Sering anak berpikir bahwa mereka telah melakukan sesuatu kekeliruan yang
menyebabkan orang tua punya kebiasaan buruk. Akibatnya, rasa tidak percaya,
kesulitan mengekspresikan emosi secara tepat, serta kesulitan menjalin hubungan
sosial yang erat dan sejati, menjadi masalah yang terbawa hingga dewasa.
Menurut penelitian beberapa ahli, anak-anak dari keluarga ini lebih beresiko
mengembangkan kebiasaan alkoholismenya di masa dewasa dari pada anak-anak
yang bukan berasal dari keluarga alkoholis.
Menurut penelitian Chaffin, Kelleher dan Hollenberg (1996), pecandu obat
terlarang dilaporkan menjadi faktor yang paling umum dianggap menjadi
penyebab penyiksaan dan pengabaian terhadap anak-anak serta melakukan
pengasuhan dengan cara yang tidak benar atau keliru.
Masalah Perkawinan
Salah satu kebahagiaan terbesar dalam hidup adalah merasakan hubungan yang
hangat dan penuh dengan kasih sayang yang diperoleh dari orang-orang yang
dicintai. Namun tidak selamanya setiap orang dapat merasakan hal ini, terutama
jika mereka berada dalam keluarga yang mengalami masalah pelik yang tidak
hanya mempengaruhi keharmonisan keluarga, namun pengaruhnya sampai pada
kehidupan emosional para anggotanya.
Akibatnya, setiap anggota keluarga merasakan bertambahnya beban mental atau
tekanan emosional yang terus menerus bertambah dari hari ke hari. Beban mental
ini akan semakin berat kalau suasana dalam keluarga serasa mencekam, seperti di
kuburan, tidak ada satu orang pun yang berani mengemukakan emosi dan
pikirannya, dan tidak ada keleluasaan untuk bertindak. Tidak ada suasana
keterbukaan ini hanya akan meningkatkan ketegangan dari setiap anggota
keluarga.
Pada umumnya, anak-anaklah yang menjadi korban pelampiasan ketegangan,
kecemasan, kekesalan, kemarahan dan segala emosi negatif yang tidak bisa
dikeluarkan. Sebabnya, anak-anak lebih berada posisi yang lemah, tergantung
pada orang tua dan tidak berdaya sehingga mudah sekali menjadi sasaran
agresivitas orang tua tanpa memberikan perlawanan. Akibatnya, pada beberapa
kasus terjadi tindakan kekerasan fisik orang tua terhadap anak hanya karena
orang tua tidak dapat mengendalikan dorongan emosinya.
Para ahli yang menganut faham teori sistem berpandangan, bahwa yang
sebenarnya, jika orang melihat seorang anak yang kelihatannya bermasalah, entah
itu masalah penyesuaian diri, masalah belajar atau masalah lainnya, sebenarnya
yang harus dicari tahu sumber penyebabnya bukanlah pada diri si anak, tapi lebih
pada orang tua dan interaksi yang terjadi di dalam keluarga itu. Karena, anak
bermasalah sebenarnya merupakan pertanda adanya ketidakberesan dalam
hubungan keluarga itu sendiri. Jadi, masalah yang ditampilkan oleh anak
merepresentasikan disfungsi yang terjadi di dalam kehidupan keluarganya.