You are on page 1of 11

I.

PEDAHULUAN

Sumber Islam adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan dasar aturan
atau pedoman agam Islam. Sumber hokum Islam yang utama adalah Al-Qur‟an
dan Al Hadits sebagai mana hadits Rosulullah saw : “Aku timggikan dua
perkara yag jika kamu berpegang teguh kepada keduanya tidak akan tersesat
selamanya yaitu Al-Qur‟an dan Al Hadits atau As Sunnah” (H.R. Baihaqi).
Dalam Al-Qur‟an banyak yang menyebutkan tentang akal, maka para
ulama menjadikan akal sebagai sumber hukum yang ketiga di dalam ajaran
Islam. Hasil dari akal inilah yaitu ra‟yu yang pelaksanaannya adalah melalui
ijtihad.
Untuk memahami sumber-sumber hukum Islam di atas akan
dijabarkan secara terinci mulai dari Al-Qur‟an, Al Hadits atau As Sunnah dan
Ijtihat serta bentuk-bentuknya.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN

Kompetisi Dasar :

1. Menyebutkan pengertian, kedudukan dan fungsi Al-Qur‟an, Al


Hadits dan Ijtihat sebagai sumber hukum Islam.
2. Menjelaskan pengertian, kedudukan dan fungsi hukum taklifi
dalam hukum Islam.
3. Menjelaskan pengertian dan hikmah ibadah.
4. Menerapkan hukum taklifi dalam kehidupan sehari-hari.

III. RIGKASAN MATERI

1. Al-Qur’an (sumber hukum Al-Qur’an)


1) Pengertian Al-Qur‟an.
Secara bahasa Al-Qur‟an berarti bacaan (qira‟ah). Dalam hal ini Allah
swt berfirman :

         
Artinya : “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di
dadamu) dan membacakannya.
Apabila kami Telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.
(QS. Al-Qiyamah (75) : 17-18)

Adapun pengertian Al-Qur‟an menurut istilah, yaitu Firman Allah swt,


yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan lisan Arab.
Merupakan mukjijat dan telah ditulis dalam beberapa musaf, dimana
samapai kepada kita dengan jalur mutawakir. Membacanya merupakan
sebuah ibadah diawalai dengan Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat An-Nas.

2) Kandungan Al-Qur‟an.
Isi pokok kandungan Al-Qur‟an dikelompokkan menjadi 5 perkara,
yaitu :
a) Tauhid
Tauhid merupakan hukum tentang keyakinan. Dalam Al-Qur‟an
mengandung tuntunan yang mengajarkan keimanan kepada Allah
swt, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari
Kiamat serta beriman kepada Qada dan Qadar.
b) Ibadah
Hukum ibadah yang terkandung dalam Al-Qur‟an antara lain ibadah
shalat, puasa, zakat dan haji. Ibadah merupakan hubungan manusia
dengan Tuhan. Ibadah adalah bukti bahwa manusia bersyukur atas
anugerah yang diberikan Allah kepadanya. Dengan ibadah akan
memupuk rasa iman kepada Allah swt.
c) Al Wadu‟ Wal Wa‟id
Artinya adalah jani dan ancaman. Melalui Al-Qur‟an Allah telah
berjanji kepada manusia yang beriman kepada-Nya dan mengikuti
semua petunjuk Al-Qur‟an akan memberikan pahala kebahagiaan di
dunia dan akhirat. Dan sebaliknya Allah swt mengancam manusia
yang mengingkari dan melanggar ketentuan-ketentuan yang telah
digariskan oleh Al-Qur‟an dengan azab dan siksa yang pedih.
d) Petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan
Dalam Al-Qur‟an mengandung petunujuk-petunjuk yang dibutuhkan
manusia dalam interaksinya untuk meraih kebahagiaan di dunia dan
akhirat.
e) Sejarah Umat Terdahulu
Al-Qur‟an banyak mengisahkan sejarah kehidupan Nabi dan Rasul
dalam berdakwah, menegakkan agama Islam di tengah umatnya
yang masih jahiliyah. Selain itu Al-Qur‟an juga mengisahkan sejarah
orang-orang saleh seperti Ashabul Kahfi, Lukman Hakim, sahabat-
sahabat Rasulullah dan sebagainya.

3) Kedudukan Al-Qur‟an.
Al-Qur‟an merupakan sumber hukum utama dalam Islam. Semua
tuntutan dan larangan dalam Al-Qur‟an harus ditatati oleh semua muslim
dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Firman Allah swt :

         


Artinya : “Maka berpegang teguhlah kamu kepada (agama) yang telah
diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.
( QS. Az-Zukhruf (43) : 43).

Kandungan Al-Qur‟an mencakup semua aspek kebutuhan manusia yang


ada di bumi ini, maka tidak satupun yang tertinggal. Al-Qur‟an telah
memberikn dasar-dasar hukum. Hal ini terdapat dalam firman Allah swt :

       


Artinya : “Tidak ada sesuatu pun yang kami luputkan di dalam kitab. (
QS. Al-An‟am (6) : 38)

4) Ayat Al-Qur‟an
Ayat menurut bahasa berarti tanda kekuasaan Allah. Ayat menurut
istilah merupakan bagian dari Al-Qur‟an yang terdiri dari beberapa kata
dan masing-masing ayat dipisahkan dengan ayat lain menggunakan
tanda pisah. Ayat Al-Qur‟an ada yang panjang dan ada yang pendek.
Ayat yang panjang terdapat dalam Al-Baqarah 282 dan ayat yang
terpendek seperti :

dan sebagainya.
Macam-macam ayat Al-Qur‟an ditinjau dari masa turunnya ada 2
macam, yaitu ayatul Makkiyah dan ayatul Madaniyah.
a) Ayatul Makkiyah yaitu ayat Al-Qur‟an yang diturunkan di kota
Mekah, sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Ayatul Makiyah memiliki
cirri-ciri sebagai berikut :
ayat-ayat pendek
berisi tentang aqidah akhlak
diawali dengan kalimat ( )
berisi janji dan ancaman
Contoh : surat dalam juz 30 (juz Amma)
b) Ayatul Madaniyah yaitu ayat Al-Qur‟an yang diturunkan di
Madinah, setelah Nabi hijrah. Ayatul Madaniyah memiliki cirri-ciri
sebagai berikut :
ayat-ayat panjang
berisi tentang hukum kemasyarakatan+
diawali dengan kalimat ( )
Contoh : surat Al-Baqarah

2. Hadits dan Sunnah Rasul


Hadits menurut bahasa artinya kabar atau baru. Adapun menurut istilah
adalah kegiatan/ perbuatan, ucapan atau ketetapan dari Nabi Muhammad
saw. Sebagian ulama berpendapata bahwa antara hadits dan sunnah
mempunyai pengertian yang sama. Namun sebagian mempunyai pendapat
bahwa sunnah hanya perilaku Nabi sedangkan hadits yaitu perkataan Nabi
yang diriwayatkan oleh seorang sahabat atau lebih dan hanya merekalah
yang mengetahuinya serta tidak menjadi sandaran atau malan umum. Semua
perbuatan Nabi saw adalah atas bimbingan Allah swt. Firman Allah swt :

           

  


Artinya :”Seandainya ia (Muhammad) mengada-adakan sebagian
perkataan atas (nama) kami, Niscaya benar-benar Kami pegang dia pada
tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali
jantungnya.” (QS. Al-Haqqah (69) 44-46)

1) Kedudukan dan Fungsi Hadits


Beberapa kedudukan dan fungsi hadits antara lain :
a. Haditst berkedudukan sebagai sumber hukum Islam yang kedua
setelah Al-Qur‟an.
Hukum-hukum yang terdapat dalam hadits juga wajib ditaati oleh
orang muslim. Allah swt berfirman dalam surat Al-Hasyr ayat 7)

         


Artinya: “apa yang diberikan Rasulullah kepadamu, maka terimalah
dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (QS.
Al-Hasyr (59): 7)
Dalam hadits Rasulullah disebutkan bahwa untuk menyelesaikan
perkara harus berpegang pada Allah dan sunnah Rasul. Sabda
Rasullulah itu adalah :

Artinya : Telah aku tinggalkan kepaadamu dua perkara yang kamu


tidak akan tersesat selama kamu berpegang kepada keduanya yaitu
kitab Allah dan sunnah rasul-Nya. (HR. Malik dan Hakim)
Pada masa Rasulullah saw masih hidup, hadits belum dibukukan.
Setelah rasul wafat, hadits mulai dibukukan. Pada masa rasul hadits
tidak ditulis karena untuk menjaga agar tidak bercampur dengan Al-
Qur‟an. Penulisan hadits mulai dilakukan pada masa Bani
Ummayyah tepatnya pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz,
kemudian disempurnakan pada masa Khalifah Al Mansur.

b. Hadits sebagai penjelas hukum-hukum yang ada di dalam Al-Qur‟an


Dalam hal ini, hadits memiliki fungsi mencakup hal-hal sebagai
berikut :
(1) Penjelasan terhadap hal-hal yang masih bersifat umum (bayanu/
mujmal). Misalnya hadits Nabi saw yang menjelaskan
pelaksanaan shalat, puasa, dan zakat secara detail dan sebagainya
yang di dalam Al-Qur‟an keterangan hukumnya masih bersifat
umum.
(2) Pembatas hal-hal yang masih global dalam Al-Qur‟an (Taqyidul
mutlaq).
Misalnya hadist Nabi yang menjelaskan batasan hukum potong
tangan bagi pencuri yaitu sampai batas pergelangan tangan.
Hukum potong tangan dalam Al-Qur‟an hanya menerangkan
perintah potong tangan saja tanpa menyebutkan batasan secara
rinci.
(3) Pengkhususan hal-hal yang masih bersifat umum hukumnya di
dalam Al-Qur‟an (takshisulaim).
Misalnya hadits Nabi saw yang menerapkan secara detail hukum
tentang warisan (harta pusaka). Dalam Al-Qur‟an tidak
ditegaskan mengenai perbedan agam antara anak dan orang tua
yang sama-sama muslim.
(4) Hadits menetapkan hukum-hukum yang tidak terdapat dalam Al-
Qur‟an. Misalnya diharamkannya memakai cincin, emas dan
pakaian sutera bagi kaum laki-laki.
(5) Hadits sebagai penguat hukum-hukum yang termaktul dalam Al-
Qur‟an. Misalnya hadits Nabi saw berikut ini :

Artinya : “Shalat itu tiang agam, maka barang siapa yang


mendirikan shalat berarti ia telah menegakkan agama dan
barang siapa yang meninggalkan berarti ia telah
menghancurkan agama”. (HR. Baihaqi)
Hadits diatas menguatkan firman Allah swt, yang menerangkan
kewajiban shalat bagi umat Islam, yaitu :

Artinya : “Dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah


dari (perbuatan) keji dan munkar.”

c. Bentuk-bentuk hadits
Hadits terbagi menjadi 3 bentuk, yaitu hadits fikliyah, taqririyah, dan
qauliyah.
(1) Hadits fikliyah adalah hadits yang berdasarkan atas perbuatan
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw.
(2) Hadits qauliyah adalah hadits yang didasarkan pada ucapan dan
perkataan Nabi saw.
(3) Hadits taqririyah adalah hadits yang didasarkan pada ketetapan-
ketetapan Nabi saw. Sedangkan ketetapan yang dimaksud adalah
suatu perbuatan yang dilakukan oleh para sahabat dan Nabi saw
juga melihatnya akan tetapi Nabi diam saja atau menyetujuinya.

Dilihat dari segi kualitasnya, maka hadits dibagi menjadi 3 bagian,


yaitu :
(a) Hadits Sahih (hadits yang sah)
Yaitu hadits yang dapat dipakai sebagai landasan hukum. Hadits
yang sahih para perawinya bersambung sampai kepada Nabi
saw, perawinya orang yang taat beragama, kuat hafalannya dan
isinya tidak bertentangan dengan Al-Qur‟an.
(b) Hadits Hasan (baik)
Yaitu hadits yang memenuhi persyaratan seperti perawinya
semuanya bersambungan, perawinya taat beragama, agak kuat
hafalannya, tidak bertentangan dengan Al-Qur‟an dan tidak cacat
di dalamnya.
(c) Hadits Daif (lemah)
Yaitu hadits yang tidak memenuhi kriteria persyaratan hadits
hasan apalagi shahih. Hadits daif tidak boleh dijadikan sebagai
landasan hukum.

Tingkatan hadits sahih, antara lain sebagai berikut :

a. Mutafaq‟alaih ( ), hadits yang disepakati oleh

Bukhori Muslim, menempati tingkatan yang paling tinggi.


b. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari
c. Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim
d. Hadits yang diriwayatkan oleh ulama ahli hadits selain Bukhari
Muslim atas dasar syarat Bukhari Muslim
e. Hadits yang diriwayatkan oleh ulama besar hadits dengan syarat-
syarat Bukhari Muslim
f. Hadits yang disahihkan oleh ulama hadits selain Bukhari Muslim

3. Ijtihad
Ijtihad adalah berasal dari kata ijtihad-ijtihadan yang berarti bersungguh-
sungguh. Menurut syara‟ ijtihat adalah berusaha dengan bersungguh-
sungguh untuk memecahkan suatu masalah yang tidak ada ketetapannya,
baik dalam Al-Qur‟an maupun Al Hadits dengan menggunakan akal pikiran
yang sehat dan jernih, serta berpedoman kepada cara-cara menetapkan
hukum yang telah ditentukan.
Beberapa dasar hukum melakukan ijtihad adalah :
1) Al-Qur‟an dengan firman Allah swt

   


Artinya : “Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai
orang-orang yang mempunyai pandangan.” (QS. Al-Hasyr (59) : 2)
2) Hadits Rasulullah saw

Artinya : “Apabila seorang hakim memutuskan hukum dengan berijtihad


dan kemudian mencapai kebenaran maka ia mendapat dua ganjaran. Dan
apabila seorang hakim memutuskan hukum dengan berijtihad dan kemudian
tidak mencapai kebenaran maka ia mendapatkan satu ganjaran”.
(HR. Bukhari Muslim).

3) Asar sahabat
Artinya perilaku atau perkataan sahabat contoh sahabat yang ada yaitu
pertanyaan Umar bi Abi Khatab r.a, beliau mengatakan sesungguhnya
umat telah bersungguh-sungguh mencari kebenaran namun ia tidak
mengetahui akan kebenaran itu sudah tercapai atau tidak.

4) Beberapa fatwa Imam Mujtahidin


- Imam Malik berkata “Aku hanyalah manusia biasa yang mungkin
salah dan benar maka periksalah pendapat-pendapatku. Jika terdapat
kesesuaian antara pendapatmu dengan Al-Qur‟an dan sunnah maka
ambillah dan jika sebaliknya maka tinggalkanlah”
- Imam Syafi‟I berkata “Jika segala sesuatu telah kukatakan ternyata
tidak bertentangan dengan sabda Nabi saw, itulah yang harus kamu
ikuti. Dan bila ada hadits sahih telah menyalahi mazbku maka ikutilah
hadits tersebut karena sebenarnya hadits itu adalah mazabku.
- Imam Hambali berkata “Janganlah kamu bertauhid (menerima
pendapat orang lain tanpa mengetahui sumber dasarnya) kepadaku
atau kepada Imam Malik atau kepada Imam Syafi‟I dan As Sauri tapi
ambillah hukum-hukum dari tempat mereka mengambilnya.

5) Kedudukan dan Bentuk-bentuk Ijtihad


Hukum ijtihad yang dihasilkan oleh beberapa mujtahid dapat berlainan
disebabkan tingkat penalaran, penngkajian dan situasi serta kondisi yang
dihadapi oleh seseorang mujtahid tersebut.
Hukum ijtihad mengikat seorang mujtahid yang bersangkutan artinya
harus mengamalkan secara konsisten terhadap hasil pendapatnya selama
ia belum mengubah pendapat itu.

Ijtihad dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu :


(a) Ijma‟ yaitu kesepakatan para ulama dalam menetapkan masalah
hukum yang tidak diterangkan dalam Al-Qur‟an maupun hadits
setelah setelah Rasulullah wafat . ijma‟ dilakukan dengan cara
musyawarah dengan besdasarkan Al-Qur‟an dan Hadits.
(b) Qiyas yaitu menyamakan permasalahan yang tejadi dengan masalah
lain yang sudah ada hukumnya, karena ada kesamaan sifat atau
alasan. Contoh hukum minuman keras dapat diqiyaskan dengan
khamar karena keduanya ada kesamaan sifat yaitu sama-sama
memabukkan.
(c) Ihtisan yaitu menetapkan suatu hukum masalah yang tidak dijelaskan
secara rinci dalam Al-Qur‟an dan Hadits yang didasrkan atas
kepentingan atau kemaslahatan umat.
(d) Ijtihad yaitu meneruskan keduanya berlakunya suatu hukum pada
suatu masalah yang telah ditetapkan karena adanya suatu dalil
sampai adanya dalil lain yang mengubah kedudukan hukum tersebut.
(e) Maslahah mursalah yaitu memutuskan hukum suatu permasalahan
dengan pertimbangan kemaslahatan bersama sesuai dengan maksud
syarak yang hukumnya tidak diperoleh dari dalil secara langsung dan
jelas.
Contoh seseorang wajib membayar kerugian kepada pemilik barang
karena kerusakan yang terjadi diluar kesepakatan.

Fungsi ijtihad dalam hukum Islam antara lain :


a) Sebagai sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al-Qur‟an dan
Hadits.
b) Sebagai sarana untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang
muncul di masyarakat dengan berpedoman pada Al-Qur‟an dan
Hadits.
c) Sebagai suatu cara yang disyariatkan untuk menyelesaikan
permasalahan sosial dengan ajaran-ajaran Islam.
d) Sebagai wadah pencurahan pikiran bagi kaum muslim.

 Hukum Taklifi
Hukum taklifi adalah kitab Allah swt atau sabda Nabi saw, yang di
dalamnya mengandung tuntunan berupa perintah dan larangan. Hukum
taklifi dibagi menjadi 5 bagian :
1) Fardu (wajib) yaitu kitab Allah swt yang berhubungan dengan tuntunan
perintah melakukan sesuatu secara pasti.
Fardu dibagi menjadi :
a) Fardu „ain yaitu wajib yang harus dilaksanakan oleh setiap orang.
b) Fardu kifayah, yaitu wajib yang harus dilakukan akan tetapi apabila
salah seorang telah mengerjakannya maka gugurlah dosa serta
kewajiban atas semua. Namun apabila tidak ada seorangpun yang
mengerjakan maka semua orang menjadi berdosa.
c) Haram/ larangan, yaitu kitab Allah swt yang berhubungan dengan
larangan melakukan sesuatu secara pasti apabila dikerjakan
mendapat siksa.
d) Makruh, yaitu kitab Allah swt yang berhubungan dengan larangan
melakukan sesuatu apabila dikerjakan tidak berdosa.
e) Mubah (boleh) yaitu kitab Allah swt yang mengandung pilihan
antara melaksanakan sesuatu perbuatan atau meninggalkannya.

2) Hikmah Ibadah
Beberapa hikmah yang dapat diambil ketika menjalankan ibadah antara
lain :
a) Hidup tentram dan tenang telah menjalankan kewajiban.
b) Memupuk rasa keikhlasan dan tawakal kepada sang pencipta.
c) Memupuk rasa persaudaraan dan persatuan bila itu ibadah
habluminannas.
d) Memupuk keimanan dalam hubungan habluminallah.
e) Menyadari akan adanya kekuasaan Allah swt.

 Hukum Syari’ dalam Islam


Dalam ilmu usul fiqih hkum secara bahasa bermakna :

Artinya : “menetapkan sesuatu atas sesuatu”


Sedangkan makna hukum secara istilah :

Artinya : Firman (kitab) Allah swt yang berhubungan dengan segala amal
perbuatan mukalaf kitab tersebut mengandung tuntutan perintah. Tuntutan
memilih atau wad’I (menjadikan sesuatu sebab syarat atau penghalang
mani’) bagi sesuatu hukum.
1) Yang mengandung tuntutan, Allah swt berfirman :

       


Artinya : “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah
beserta orang-orang yang ruku'”. (QS. Al-Baqarah (2) : 43)

2) Yang mengandung larangan, Allah swt berfirman :

         


Artinya : “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.”
(QS. Al-Isra‟ (17) : 32)

3) Yang mengandung kebolehan, Allah swt berfirman :

         


Artinya : “Dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau
menerima tebusan sampai perang berakhir.” (QS. Muhammad (47) : 4)
Ayat ini berbicara tentang tawanan perang kita boleh membebaskan
mereka atau menerima tebusan.

4) Menjadikan sesuatu menjadi sebab, Allah swt berfirman :

    


Artinya : “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir “
(QS. Al-Isra‟ (17) : 78)
Matahari tergelincir terjadi sebab masuknya waktu shalat (zhuhur)
contoh lain yang menjadi penghalang yaitu sabda Nabi saw :

Artinya : “Tidak ada hak bagi pembunuh sedikitpun”. (HR. Nasai)


Perbuatan membunuh menghalangi pelaku pembunuhan untuk tidak bias
mewaris walaupun ia adalah anak kandung orang yang meninggal.
II. Jawablah Pertanyaan di bawah ini dengan singkat dan jelas!

1. Sebutkan sumber-sumber hukum Islami!


2. Apa yang dimaksud dengan hadits daif?
3. Sebutkan 3 macam ijtihad!
4. Bagaimana pahala orang yang melakukanijtihadbila hasilnya benar?
5. Sebutkan isi pokok Al-Qur‟an!
6. Jelaskan pengertian Al-Qur‟an menurut istilah!
7. Apa yang dimaksud dengan surat Makkiyah?
8. Sebutkan cirri-ciri surat Madaniyah!
9. hasil ijtihad jika pendapatnya benar akan mendapat …pahala.
10. Al-Qur‟an berisi perintah-perintah Allah swt sebanyak … ayat.
VI. KUNCI JAWABAN

I.
1. b. Al Hadits 6. a. pembeda 11. b. Al Hadits
2. c. Gua Hira 7. d. makruh 12. c. Al Furqan
3. b. Al Furqan 8. a. fardu 13. b. bacaan
4. b. ijtihad 9. d. ayatul makkiyah 14. b. semua salah
5. d. Al Hadits 10. a. Imam Bukhari 15. a. qauliyah

II.

1. a. Al-Qur‟an
b. Al Hadits
c. Ijtihad
1) ijma‟
2) qiyas (analogi)
3) al maslahatul mursalah (memelihara maksud syara‟)
d. urf (adat istiadat)
e. saddu zara‟i

2. Hadits Daif (lemah)


Yaitu hadits yang tidak memenuhi kriteria persyaratan hadits hasan apalagi
sahih. Hadits daif tidak boleh dijadikan sebagai landasan hukum.

3. a. ijma‟
b. qiyas
c. istihsan
d. ijtihad
e. marsalah mursalah

4. Apabila seorang hakim memutuskan hukum dengan berijtihad dan


kemudian mencapai kebenaran maka ia mendapat 2 ganjaran.

5. a. tauhid
b. ibadah
c. al wa‟du wal wa‟id
d. petunjuk untuk memperoleh kebahagiaan
e. sejarah umat terlebih dahulu

6. pengertian Al-Qur‟an menurut istilah, yaitu firman Allah swt yang


diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan lisan arab.

7. surat yang di turunkan di kota Mekkah, sebelum Nabi hijrah ke Madnah.

8. ciri-ciri surat Madaniyah


a. ayat-ayatnya panjang
b. berisi tentang hukum kemasyarakatan

c. di awali dengan kalimat ( )

9. dua

10. 6666
DAFTAR PUSTAKA

Kharisma, CV. HAKA MJ

Mentari. Jakarta : CV. GRAHA PUSTAKA

Surakarta : CITRA PUSTAKA

Simpati SMA PAI X

Mastear PAI SMK X

You might also like