Professional Documents
Culture Documents
Superleadership is someone leads others to lead them self. it’s desing and put the system which
followed and learn the workers to be self-leader. This approach consist of enlargement of behaviour
ware, which all of it’s mean followers having ability of behaviour ang kognitif that important to train
self-leadership. it’s always focus on “what I can do to lead others in order they can lead them self ?”
It’s also known as empowering leader. It have a strength and policy to help pushing ability the workers
around them. Superleader strength finally so much powerfull couse there’s others powerfull, pushing
the followers to inisiate, responsible,confidence, plan, think positive, also can solve all the problem for
their ownself. it’s gives the spirit to people having responsibilities than giving an order. One part most
important from it infacing 21st century is pressing it’s followers to mastering more knowledge and
information to train their self-leadership.
Keywords : Superleadership, empowering.
Prof.DR.J.BASUKI.M.Psi.”Kiat Kepemimpinan”,google.com.2009
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu
berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam
kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk
menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan
menghargai. Keteraturan hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan.
Menciptakan dan menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia. Manusia adalah makhluk
Tuhan yang paling tinggi dibanding makhluk Tuhan lainnya. Manusia di anugerahi kemampuan untuk
berpikir, kemampuan untuk memilah dan memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan
kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Tidak hanya
lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan sosial manusiapun perlu dikelola dengan baik.
Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin,
paling tidak untuk memimpin dirinya sendiri. Dalam surat Al baqarah :30
Artinya :
ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami
Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman:
"Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(Al baqarah :30)
Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok dan lingkungan
dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik dan sulit. Disinilah dituntut
kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar masalah dapat terselesaikan dengan
baik. Apakah arti kepemimpinan? Menurut sejarah, masa “kepemimpinan” muncul pada abad 18. Ada
beberapa pengertian kepemimpinan, antara lain:.
1. Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan langsung melalui
proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu (Tannebaum, Weschler
and Nassarik, 1961, 24).
2. Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan aktivitas untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel & Coons, 1957, 7).
3. Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas kelompok yang diatur untuk
mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984, 46).
4. Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat sebuah kelompok atau
orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.
5. Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti kepemimpinan) pada
kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin dalam mencapai tujuan (Jacobs &
Jacques, 1990, 281).
Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan
dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat. Dalam kasus ini,
dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam susunan aktivitasnya dan hubungan
dalam kelompok atau organisasi.
Kalaulah John C. Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi
atau mendapatkan pengikut, maka empowering bisa diartikan sebagai Sikap seorang pemimpin
membuat pengikutnya mempercayakan diri padanya. Namun seorang pemimpin perlu membuat gerak
dan perubahan. Untuk itu selain sikap diperlukan serangkaian keterampilan atau skil kepemimpinan.
Secara sederhana definisi keterampilan adalah kemampuan mengubah sesuatu yang ada menjadi apa
yang dikehendaki sesuai dengan rencana. Keterampilan menyangkut pengenalan bahan, input, atau apa
yang dapat diolah. Keterampilan juga terkait dengan tahap-tahap pelaksanaan pengolahan, serta bobot
atau jumlah energi yang dibutuhkan, bahkan kemungkinan-kemungkinan penyimpangan dan
perkecualian.
Dalam bahasa Inggris, keterampilan adalah sesuatu yang dapat Make things happen.
Sesuatu yang terjadi, diolah, atau diubah tadi dapat berupa hubungan antar rekan, cara kerja, cara ber-
organisasi, bangunan, dana, informasi, dan sebagainya. Keterampilan dapat juga disebut sebagai suatu
daya transformasi yang memungkinkan seorang pemimpin menjadikan apa yang tersedia menjadi
sesuatu yang bermanfaat, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Cara mengubah atau
menjadikan ini adalah proses pengubahan yang paling efektif dan efisien. Artinya, dapat tepat
mencapai sasaran serta menggunakan porsi yang dikehendaki.
Suatu hal yang membedakan dunia sebelum ini dengan zaman ini adalah manusia harus
semakin bergantung satu sama lain. Oleh sebab itu, salah satu keterampilan kepemimpinan yang paling
mendasar untuk dunia modern adalah keterampilan untuk mengelola hubungan dengan baik. Untuk
situasi komunitas Asia, dimana kompleksitas organisasi dan hubungan antara manusianya cukup tinggi,
maka sangat dibutuhkan keterampilan kepemimpinan yang menghasilkan hubungan baik tadi. Untuk
menyokong hal tadi sebuah keterampilan lain dibutuhkan. Seorang pemimpin perlu memiliki
keterampilan berkomunikasi secara interpersonal, dalam kelompok, maupun secara massal. Kegunaan
keterampilan nyata dalam beberapa hal: mencari data, mengubah sudut pandang orang, menjelaskan
sudut pandang kita, menyimak orang lain, menggunakan komunikasi yang memungkinkan terjadinya
sinergi, atau menangani konflik. Keterampilan lain yang sangat penting terutama agar dapat
menciptakan sinergi dalam lingkup kerja, adalah keterampilan menggalang tim kerja yang mampu
bekerja sama (dan bukan cuma sama-sama bekerja). Akibatnya, orang belajar untuk meningkatkan
entusiasme kerja, kompetensi, dan kesadaran saling menopang yang akan menuju pada produktivitas
yang tingkatnya lebih tinggi.
Tim kerja yang baik harus memiliki kemampuan mengambil keputusan secara runtut dan
masuk akal. Keterampilan pengambilan keputusan antara lain menolong orang untuk membedakan
antara informasi dan persepsi atau tafsiran tentang informasi tadi. Keterampilan pengambilan
keputusan membuat kita mampu mengenali alternatif atau pilihan-pilihan, bahkan menentukan
prioritas-prioritas kita. Akhirnya, seorang pemimpin di dalam konteks Indonesia pada khususnya harus
mampu memiliki keterampilan untuk mencari alternatif dan kerangka yang lebih besar, terutama dalam
situasi konflik dan persaingan ketat di tengah masyarakat yang majemuk.
Keseluruhan jenis keterampilan yang diuraikan di atas dapat disimpulkan ke dalam tiga
jenis yang sangat dibutuhkan dewasa ini, di samping keterampilan yang bersifat teknis spesifik, seperti
keterampilan memasak, mengecat, memotong rambut, mengukir es, mengaudit pembukuan, dan lain-
lain. Pertama: jenis-jenis keterampilan untuk merumuskan apa yang mau dicapai bersama dalam
jangka pendek. Kedua: jenis-jenis keterampilan dalam proses mengajak orang lain untuk menyusun
tahap-tahap kerja sama serta pelaksanaannya. Ketiga: jenis keterampilan untuk mengelola diri sendiri
dan memberikan kontribusi yang tepat pada waktu yang tepat.
Bila keterampilan kepemimpinan dihasilkan, bersama dengan sikap yang seharusnya, maka seorang
pemimpin tumbuh melalui pengalamannya bukan saja untuk menjadi semakin handal dan terampil
namun tumbuh pula dalam kebijaksanaannya (wisdom/hokma).
Robby I Chandra BAHAN BAKAR PEMIMPIN: SIKAP, SKIL, SENSITIVITAS, PENDEKATAN SiSTEM DAN SPIRITUALITAS,2009
SEA – NURS – 429, 1N O OSD 001/1.2., Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK – Januari 2003
Sampai disitu, menggambarkan keadaan bahwa organisasi tanpa adanya pemimpin akan sia-
sia.Dengan kata lain kehadiran seorang pemimpin pada semua tingkatan organisasi adalah sangat
penting. Keberhasilan suatu organisasi merupakan fungsi dari kepemimpinan yang andal. sekarang
mari kita bayangkan kepemimpinan Super Leader yang lebih terfokus pada unsur empowering
Dalam praktiknya, Super Leader dapat diukur dengan kemampuannya membangun dua rasa
yang berlaku untuk dirinya sendiri maupun dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya, terutama
mereka yang dipimpinnya. Dua rasa itu adalah Rasa Saling Percaya dan Rasa Saling Hormat (mutual
trust and mutual respect) yang tulus dan jujur antara dirinya dengan orang lain yang menjadi
pengikutnya (followers) atau siapa pun yang berinteraksi dengannya. Sikap memercayai dan
menghormati the followers atau orang lain merupakan strategi agar perubahan yang kita harapkan
dapat diterima dengan baik. Bila kita menerapkan strategi ini maka otak orang-orang tersebut (dalam
organisasi) akan mendeteksi perilaku kita sebagai kawan (friend), bukan lawan (foe), sehingga
membuat daya akseptasi mereka tinggi untuk menerima masukan. Kualitas leader terefleksi dalam
bentuk motivasi seseorang yang merupakan akumulasi dari keyakinan, nilai-nilai (prinsip), dan hal-hal
mendasar lainnya dalam hidup dan kehidupan yang akan bermuara dalam pola pikirnya. Secara kasat
mata dapat terlihat dalam perilakunya sehari-hari. Perilaku sendiri merupakan refleksi dari dominasi
otak. Jika dominasi otak seorang leader adalah gabungan rasa SQ, IQ, dan EQ, maka dapat dipastikan
perilakunya akan dapat dinilai orang lain sebagai leader yang kecerdasan menonjolnya (strengths)
adalah street smartness yang didukung oleh social smartness dan academic smartness. Perilaku leader
terlihat dalam pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah, berinteraksi dengan lingkungan dan
orang lain, menentukan sikap atau pilihan keputusannya terutama dalam situasi krisis. Leader-lah yang
memiliki peran paling besar dalam melakukan perubahan (the change) atau dalam bahasa Islam adalah
"semangat hijrah". Perubahan dalam diri, dalam keluarga, dalam masyarakat, dan dalam kehidupan
berbangsa-bernegara.
"Brainware Leadership Mastery" by Taufik Bahaudin (2007)
ini :
Dari: Menjadi :
Observasi dari luar (eksternal) Observasi sendiri
Mencapai sasaran yang ditugaskan Menyusun sasaran sendiri
Memotivasi didasarkan atas kompensasi Motivasi juga didasarkan atas penghargaan
eksternal yg bersifat alamiah dari pekerjaan
Kritik dari luar (eksternal) Kritik sendiri
Pemecahan masalah eksternal Pemecahan masalah sendiri
Perencanaan eksternal Perencanaan sendiri
Desain tugas eksternal Desain tugas sendiri
Berfikir yg menghambat /obstaclethinking Opportunity thinking
Taat pada visi organisasi Komit kepada visi bahwa pengikut dibantu
untuk menciptakannya
Supeleadership Mr.mantani.2009.google.com
KEPEMIMPINAN ROSULULLAH
“Sungguh, seharusnya kita bangga karena bangsa kita merupakan bangsa yang besar yang
memiliki jiwa besar dan rendah hati yang tidak mampu di miliki bangsa – bangsa lain di dunia.
Bangsa kita tidak hanya bangsa pilihan yang unggul, namun lebih dari itu – dari konteks
pemikiran, bangsa kita adalah bangsa terdepan yang selalu beberapa langkah lebih maju daripada
bangsa – bangsa lain di muka bumi ini”
Di seluruh dunia, para pakar ilmu sosial, ekonomi, politik, dan kebudayan telah terjebak
kepada pemikiran salah akan bangsa ini. Seluruh dunia membayangkan Indonesia merupakan negara
dengan kampung – kampung kumuh di tepi sungai, busung lapar, korupsi dan berbagai macam bencana
alam yang tak kunjung henti
Padahal sebenarnya, tidak ada bangsa di seluruh dunia yang lebih bahagia dari pada
bahagianya penduduk indonesia. Tak ada masyarakat yang berpesta dan tertawa-tawa, jagongan, serta
segala macam kehangatan yang melebihi kebiasaan masyarakat kita. Tidak ada di dunia ini anggaran
biaya pakaian dinas pejabat melebihi apa yang ada di Indonesia. Import kendaraan, dan alat elektronik
disini pasti akan dijamin laku terbeli, berapa kontainerpun yang mereka datangkan ke negeri ini.
Masyarakat Internasional menyangka kita sedang krisis, padahal berita tentang krisis
moneter itu adalah suatu ungkapan kerendahan hati dari kita. Masyarakat Internasional sering tidak
memahami retorika budaya masyarakat kita. Kalau ada yang mengatakan “marilah mampir ke gubug
saya” . Mereka pasti menyangka kita benar-benar memiliki gubug, padahal rumah kita adalah istana,
yang gubernur argentina dan Menteri di Mesirpun tidak memiliki apa yang kita miliki ini.
Dahulu, ketika bangsa ini memiliki seorang Presiden buta, semua masyarakat internasional
mengejek “Apakah 300 juta masyarakat indonesia tidak lagi mempunyai seorangpun yang mampu jadi
presiden, sampai-sampai harus mengangkat seorang pimpinan pesantren menjadi presiden?”, Dan
ketika ada seorang wanita yang menjadi Presiden negeri ini, mereka juga mencemooh: “Apakah
Masyarakat Indonesia 99%nya adalah wanita, sehingga tidak ada satupun laki – laki yang bisa menjadi
Presiden?”
Bukan hanya di bidang politik, dan sosial. Di Bidang Olahrgapun juga demikian, Tim
nasional sepakbola kita pun dirancang sedemikian rupa sehingga jangan sampai menang atas
kesebelasan bangsa-bangsa lain. Sudah berpuluh-puluh tahun kita mempraktekkan filosofi ngalah kuwi
dhuwur wekasanane, mengalah itu luhur derajatnya.
Tidak hanya itu. masyarakat negeri ini juga memiliki sebuah konsep wibawa yang tidak
mampu ditandingi bangsa lain di seluruh dunia. Malaysia yang merupakan negara tetangga kita itupun
sudah mulai kehilangan wibawa. Anda tidak akan pernah bisa menemukan orang Malaysia yang
mempunyai wibawa, seperti apa yang orang – orang kita punya. Datanglah ke malaysia dan berdiri
tegaplah dengan tangan bersedekap sambil memandang tajam ke orang-orang di sana. Saya yakin, tidak
akan ada orang yang berani menatap balik anda. Namun, coba jika hal tersebut anda lakukan di
Indonesia, misalnya di pasar Tanah Abang. Saya bisa menjamin tidak lebih dari 5 menit akan terjadi
pertengkaran.
Pemerintahan negeri inipun adalah pemerintahan yang paling mudah, sebab rakyatnya
adalah rakyat yang paling mandiri di seluruh dunia. Bencana yang begitu dahsyatnya bisa dihadapi
dengan tenang dan dengan sikap bersyukur. Bagaimana kalo dibelahan bumi lain? di Amerika
misalnya, Badai Katerina yang melanda California membuat orang-orang di sana panik dan marah-
marah kepada pemerintah Amerika. Mereka mendemo pemerintahnya yang tidak antisipatif dan tidak
becus mengurusi masalah bencana alam itu. Begitu pula bencana badai di New Orleans yang tidak ada
sekukunya Tsunami di Aceh menyebabkan terjadinya dehumanisasi total dan pemerintahnya dikritik
habis-habisan. Coba lihat di indonesia, mana ada masyarakat indonesia yang cengeng seperti itu?
Kebijakan menaikkan harga BBM hanya akan menyebabkan gejolak sosial yang sejenak, namun
setelah itu rakyat akan kembali tenang-tenang saja, jalan-jalan akan tetap macet penuh mobil seolah
kenaikan harga BBM tidak mempengaruhi konsumsi bensin mereka. Pemerintah telah silih berganti
serta naik dan turun, tetapi rakyat tetap stabil seperti biasa.
Potensi yang dimiliki bangsa ini sangat besar untuk digali sehingga bangsa kita bisa tampil
dalam panggung kepemimpinan dunia. Masyarakat Indonesia memiliki budaya yang kuat, iman yang
kuat, dan tawakkalnyapun juga kuat, namun sayang kurang serius dalam berilmu. Namun itu bukan
berarti bodoh. Sehingga yang namanya Indonesia itu adalah negeri yang kontraversial. Di lain pihak
seperti terlihat miskin dan dilanda krisis, namun sungguh kita tidak bisa menemukan tingkat
kemewahan hidup melebihi orang-orang yang ada di Indonesia ini.
Ilmu yang serius bisa juga berarti menyadari bahwa hanya bangsa yang besar yang diberi
ujian beruntun dan mau menjadikan kejadian – kejadian yang ada sebagai pembelajaran untuk menjadi
kekuatan dan untuk bersiap menyambut masa depan: yaitu Menjadi bangsa yang memimpin jagad raya.
“(TEDY Dalam Tulisan : Bangsa Indonesia Bangsa Pemimpin Dunia’ 2009
Pada prinsipnya di Indonesia seharusnya memiliki Tata Pemerintahan Yang baik “good
corporate governance ‘guna dapat menyusun kerangka etika politik yang terukur, Teuku rezasyah
dalam pemimpin Indonesia dan dunia menjabarkan kerangka tersebut berikut ini :
Kesimpulan
Superleader adalah seseorang yang memimpin orang lain untuk memimpin diri mereka sendiri.
Superleader mendisain dan meletakkan sistem yang diikuti dan mengajar karyawan untuk menjadi self-
leader. Pendekatan tersebut terdiri dari perluasan perangkat perilaku, yang semuanya dimaksudkan
untuk menjadikan pengikut mempunyai kemampuan perilaku dan kognitif yang penting untuk melatih
selfleadership. Superleader akan selalu berfokus pada “Apa yang dapat saya lakukan untuk memimpin
orang lain agar mereka memimpin diri mereka sendiri ?”
Superleadership dikenal juga sebagai pemimpin empowering (pemberdaya). Pemimpin super
mempunyai kekuatan dan kebijakan untuk membantu mendorong kemampuan pengikut yang
mengelilingi mereka. Kekuatan superleader pada akhirnya berlipat-lipat karena adanya kekuatan orang
lain. Superleader mendorong pengikutnya untuk berinisiatif, bertanggung jawab sendiri, percaya diri,
merencanakan tujuan sendiri, berpikir secara positif, dan mampu mengatasi permasalahan. Superleader
memberi semangat kepada orang lain untuk bertanggung jawab dari pada memberi perintah. Satu
bagian penting dari superleadership dalam menghadapi tantangan abad ke 21 adalah mengharuskan
para pengikutnya untuk berpengetahuan dan perlu informasi untuk melatih kepemimpinan mereka
sendiri.
Di Indonesia sendiri pada dasarnya dalam perjalannya telah berupaya semaksimal mungkin
untuk melahirkan system kepemimpinan yang efektif, akan tetapi Bangsa ini masih memiliki
permasalahan yang besar dalam regenerasi kepemimpinan, dimana tidak ada yang rela untuk melepas
ataupun memberikan kesempatan untuk orang lain memimpin. Ini adalah ciri khas Negara berkembang,
dimana factor pengakuan masih sangat dominan dalam membangun suatu bangsa, yang akibatnya
banyak orang yang berebut bertumpahan “materi dan pikiran” untuk mencari peluang menjadi
pemimpin yang diakui guna pendapat dan seruannya diikuti
Namun demikian proses tetaplah berjalan seiring dengan peningkatan mutu pendidikan dan
kemauan untuk mengembangkan diri menjadi menjadi bangsa yang lebih maju, karna bangsa yang
berkembang adalah mereka yang memikirkan hari esok dan Bangsa yang maju adalah yang
memikirkan hari lusa,walaupun terkadang kita senantiasa harus tersenyum walaupun sekarang
waktunya untuk menangis.
DAFTAR PUSTAKA