Professional Documents
Culture Documents
Di dalam modul ini, anda akan belajar mengenai beberapa konsep entrepreneurial, seperti:
1. Introduction
2. E-Mindset
3. Creativity
4. Innovation
PENDAHULUAN
Mindset (kerangka berpikir) adalah sekumpulan asumsi, metode, cara yang dipegang
dengan kuat oleh seseorang sedemikian rupa memberi kekuatan dalam diri untuk terus
berperilaku seperti yang diyakininya (wikipedia: mindset). Kerangka berpikir seseorang
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu input informasi, lingkungan sekitar, dan pengalaman
masa lalu (Arief Maulana.com).
Input informasi, setiap hari otak menyerap informasi yang ada disekeliling anda.
Informasi tersebut kemudian diproses dan disimpan ke dalam mindset and believe sistem bawah
sadar anda. Dua unsur ini layaknya sebuah software yang bekerja otomatis dalam diri kita. Kalau
softwarenya bagus tidak masalah, karena program Anda adalah program sukses yang akan
membantu Anda menemukan jalan sukses. Begitu juga sebaliknya, kalau programnya adalah
program gagal, biasanya apapun yang Anda lakukan selalu gagal. Yang pasti program ini
berjalan dengan atau tanpa pesetujuan Anda. Orang yang sering menerima informasi positif akan
sangat jauh berbeda dengan mereka yang senantiasa dihujani oleh info-info negatif. Dan orang
sukses punya kebiasaan untuk menyaring informasi yang masuk kedalam pikirannya. Misalnya,
Anda sering membaca berita-berita kriminal. Maka secara tidak langsung Anda menanamkan
pada otak Anda bahwa ada banyak orang jahat di sekeliling kita. Hasilnya, kita menjadi orang
yang senantiasa curiga dan selalu berprasangka buruk (bedakan curiga dan prasangka buruk
dengan sikap waspada).
Lingkungan sekitar, Hati-hati juga dengan siapa Anda bergaul. Bukan berarti kita lantas
membatasi diri dan memilih teman. Pertemanan anda harus berkualitas, Anda dapat memilih
mereka-mereka yang memiliki sisi positif untuk dipelajari. Seperti kata pepatah, bergaul dengan
tukang jual terasi maka kita ikut bau terasi. Bergaul dengan tukang minyak maka kita ikut harum.
Pengalaman masa lalu, masa lalu tidak akan berpengaruh pada masa depan anda. Yang
memiliki pengaruh atas masa depan anda adalah masa sekarang. Apa yang Anda lakukan saat ini,
akan mempengaruhi bagaimana kehidupan anda di masa mendatang. Dalih yang paling sering
keluar adalah TRAUMA. Padahal trauma itu rugi kalau dipelihara. Jadi apapun masa lalu Anda,
yang terpenting adalah apa yang Anda lakukan saat ini. Apa dan bagaimana Anda beberapa
tahun mendatang akan sangat bergantung dari apa dan bagaimana tindakan Anda saat ini.
ENTREPRENEURIAL MINDSET
Definition of E-Mindset
E-Mindset Characteristic
Habitual entrepreneur hanya mengejar peluang terbaik dan menghindari kelelahan yang
akan terjadi apabila setiap pilihan peluang yang ada harus dikejar. Walaupun cukup kaya,
seorang entrepreneur tetap disiplin membatasi jumlah dan macam proyek bisnis yang
akan dilakukannya. Mereka secara ketat mengontrol portofolio peluang-peluang yang
diambil dalam setiap tahap perkembangan. Mereka secara ketat menghubungkan strategi
besar perusahaan dengan pilihan proyek-proyek tertentu, daripada menghabiskan tenaga
terlalu besar untuk suatu proyek yang tidak sama dengan visi-misi perusahaan.
Habitual entrepreneur tidak hanya waspada pada peluang yang mungkin untuk digali,
namun juga memastikan diri untuk mampu mewujudkan peluang tersebut. Beberapa
entrepreneur sering mencatat semua ide akan peluang-peluang di dalam buku catatan
mereka, sehingga suatu saat diperlukan tindakan tertentu, mereka tidak akan kehabisan
ide. Contohnya, Ir. Ciputra yang kemana saja membawa buku catatan kecil di sakunya,
dimanapun ada ide yang muncul di pikiran, harus segera dicatat, sebab ide yang sama
tidak dapat datang kedua kali.
Habitual entrepreneur melibatkan banyak orang untuk mewujudkan peluang, baik dari
dalam maupun dari luar organisasi. Mereka menciptakan dan menjaga relasi hubungan
dengan partner daripada bekerja sendirian. Mereka memanfaatkan kemampuan dan
intelektual orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Dalam dunia yang penuh dengan ketidakpastian, anda masih dapat menjadi orang yang
mampu menentukan nasib anda sendiri, seperti yang terjadi pada diri Ir. Ciputra, dahulu sangat
miskin, sekarang menjadi seorang entrepreneur kaya raya. Realitas yang harus disadari adalah
mengerti definisi entrepreneurship dengan baik. Kewirausahaan merupakan kegiatan yang
mampu menangkap kebutuhan orang lain, menggunakan kompetensi diri untuk memberikan
tawaran (produk barang atau jasa) yang mampu memuaskan kebutuhan tersebut lebih baik
daripada kompetitor. Oleh sebab itu, seseorang yang hendak menciptakan suatu venture (suatu
entitas yang tidak terbatas pada kegiatan bisnis saja, misal: sosial, aktivitas proyek dalam
pekerjaan, dll), wajib memiliki dan mengelola entrepreneurial mindset-nya. Berikut adalah
beberapa ide yang dapat dijadikan panduan bagi entrepreneur (McGrath & MacMillan, 2000:
339):
Tindakan menyertakan orang lain dalam kegiatan entrepreneurial merupakan proses yang
penting. Ide beberapa orang yang dilebur menjadi satu akan memberikan hasil yang lebih
baik daripada pemikiran satu orang saja. Seorang entrepreneur akan belajar banyak hal
mengenai team building dan leadership jika ide ini diterapkan.
3. Experiment intelligently
Saat ini perumusan strategi bisnis yang dilakukan oleh entrepreneur lebih berdasarkan
eksperimen dan trial-error daripada analisis dan forecasting. Eksperimen merupakan
tindakan nyata untuk memilih dan memulai proyek ide secara nyata namun dalam skala
yang masih kecil, berbeda dengan analisis dan forecasting yang hanya merupakan
perencanaan. Entrepreneur tidak takut terhadap kegagalan, namun demikian resiko yang
akan diterima harus diperhitungkan dengan matang, agar kegagalan yang akan terjadi
dapat diminimalisasi.
Tanpa kerangka kerja yang jelas, semua orang akan terjebak dalam ketidakpastian.
Seorang yang memiliki entrepreneurial mindset mampu menyediakan kerangka sistem
pekerjaan yang jelas bagi semua orang yang bekerja bersamanya. Dengan demikian,
setiap orang akan mampu bekerja dengan efektif dan menghadapi tantangan ke depan
yang lebih pasti.
7. Using measures early on is better than using precise ones too late
Tidak ada seorang pun entrepreneur di dunia ini yang tidak pernah mengalami kegagalan.
Menurut ahli ekonomi J.M. Keynes, setelah produk atau jasa dijual ke pasar, maka
keberhasilan entrepreneur sebagian besar ditentukan oleh mekanisme pasar itu sendiri.
Dalam kondisi yang tidak menentu, seorang entrepreneur hanya memiliki kontrol terbatas
terhadap kemungkinan terjadinya kegagalan. Bahkan kegagalan merupakan harga yang
harus dibayar untuk masuk ke peluang baru berikutnya. Biaya akan kegagalan (cost of
failure) tersebut yang masih dapat dikontrol, seorang entrepreneur harus memiliki
calculated risk taking mindset. Meminimalisasi biaya kegagalan, bukan meminimalisasi
jumlah kegagalan.
Opportunity creation tidak akan pernah anda lakukan jika kreativitas (creativity) sebagai
salah satu entrepreneurial mindset belum anda miliki. Kata ‘kreativitas’ berasal dari bahasa latin
creo yang artinya menciptakan, membuat. Pada abad kekristenan dimulai, kata creatio digunakan
untuk menyatakan bahwa Allah telah melakukan Ex nihilo, atau menciptakan sesuatu dari yang
tidak ada.
HISTORY OF CREATIVITY
Jaman Yunani dan Romawi memiliki sebuah kata yang berhubungan langsung dengan
kata kreativitas, seni, arsitek, musik, dan penemuan mereka yang kita kenal sekarang adalah hasil
dari creative works yang mereka lakukan sekian abad yang lalu. Ilmuwan Yunani, Archimedes
mengalami creative moment dalam ‘pengalaman aha…’ (eureka experience) saat sedang mandi,
sehingga mampu merumuskan hukum Arhimedes untuk menjawab pertanyaan yang selama itu
belum terjawab olehnya. Pada saat itu, konsep kata Genius lebih cocok untuk menggambarkan
keadaan yang serupa dengan Archimedes. Isaac Newton menemukan hukum gravitasi saat
melihat buah apel yang jatuh di sampingnya.
Pada saat abad ke-18 dan abad pencerahan (renaissance), konsep mengenai kreativitas
lebih sering digunakan dalam teori seni dan dihubungkan dengan konsep Imajinasi. Cara
pandang dunia barat terhadap kreativitas sangat berbeda dibandingkan dengan dunia timur.
Agama Hindhu, Konghucu, Tao, dan Budha memandang penciptaan (creation) sebagai
penemuan kembali atas hal yang sebenarnya telah ada namun tidak disadari keberadaanya.
Sedangkan dunia barat memandang kreativitas merupakan ide penciptaan dari yang tidak ada
menjadi ada. Pada abad ke-20, konsep kreativitas mulai banyak digunakan sebagai bahan diskusi
dalam dunia sains, tidak terbatas pada dunia seni.
Sekitar akhir abad 19 dan awal abad 20, seorang matematikawan dan ilmuwan seperti
Hermann von Helmholtz (1896) dan Henri Poincare (1908) mulai merefleksikan dan
mendiskusikan proses kreatif. Selanjutnya pemikiran ini dilanjutkan oleh Graham Wallas (1926)
dan Max Wertheimer (1945). Studi keilmuan atas kreativitas yang lebih formal dimulai dari
literatur psikologi ortodoks, yang secara umum dipandang sebagai buah pemikiran J.P. Guilford
(1950). Upaya yang dilakukan Guilford antara lain adalah membuat topik mengenai kreativitas
semakin populer. Digunakan pendekatan sains untuk konseptualisasi dan pengukuran psikologis
akan konsep kreativitas.
Kreativitas dianggap disebabkan oleh intervensi ilahi, proses kognitif, lingkungan sosial,
kepribadian seseorang, dan kesempatan (“accident”). Kreativitas diasosiasikan dengan jenius,
impian, humor, sesuatu yang ‘gila’ (mental illness). Beberapa orang percaya bahwa kreativitas
adalah bakat yang dimiliki seseorang dari lahir, beberapa mengatakan kreativitas dapat diajarkan
dengan teknik aplikasi yang sederhana. Kreativitas juga dipandang sebagai buah dari suatu
perenungan (muse). Walaupun secara populer konsep kreativitas diasosiasikan dengan seni dan
literature, kreativitas juga bagian esensi dari inovasi dan penemuan, dimana hal ini sangat
penting dalam bisnis, ekonomi, arsitektur, desain industri, desain grafis, periklanan, matematika,
musik, ilmiah, teknik, dan metode pembelajaran. Menurut Otto Rank, definisi kreativitas adalah
“assumptions-breaking process”, ide kreatif sering muncul saat seseorang berani membuang
asumsi dan pandangan yang selama ini diyakininya, kemudian berusaha mencari metode
pendekatan baru yang tampaknya belum pernah dipikirkan oleh orang lain.
Kreativitas menurut Kuratko & Hodgetts (1998: 123) adalah “the generation of ideas that
result in the improved efficiency or effectiveness of a system”. Dua aspek penting di dalam
kreativitas adalah proses dan manusia. Proses harus berorientasikan pada tujuan, didesain untuk
menghasilkan pemecahan atas suatu masalah. Manusia merupakan sumber daya yang
menentukan pemecahan tersebut. Proses akan berjalan sama seperti biasa, namun pendekatan
yang digunakan manusia untuk melakukan proses itu akan selalu berbeda. Terkadang manusia
akan memberikan solusi sederhana atas suatu masalah, lain waktu, mereka dapat
memformulasikan solusi yang inovatif.
Incubation
Evaluation and
Implementation
Kreativitas bukanlah sesuatu hal yang misterius dan sulit dipelajari. Kreativitas
merupakan hasil cara pandang dunia yang berbeda dan seringkali tidak masuk akal. Proses
kreatif melibatkan hubungan antar objek yang sebelumnya belum pernah terjadi (contoh:
Modem, alat yang menggunakan telepon untuk transfer data antar komputer, pada tahun 1980-
an, belum pernah ada yang memikirkan bagaimana komputer dan telepon dapat bersinergi).
Proses kreatif memiliki empat macam fase. Para ahli setuju atas keberadaan dan hubungan antara
fase berikut walaupun satu fase dengan fase lainnya tidak selalu terjadi dalam urutan yang sama
setiap saat (Kuratko & Hodgetts, 1998: 127).
Seorang yang kreatif akan mengijinkan otak bawah sadar mereka untuk terus bekerja
mempertimbangkan semua informasi yang telah diperolehnya pada fase 1. Proses inkubasi ide
akan menjadi lebih matang pada saat seseorang melakukan aktivitas yang sama sekali berbeda
dengan apa yang sedang dipikirkannya. Sesaat keluar dari masalah dan membiarkan otak bawah
sadar untuk memecahkannya akan memicu kreativitas seorang entrepreneur. Beberapa langkah
untuk menginduksi terjadinya inkubasi ide adalah:
1. Melibatkan diri pada aktivitas yang tidak memerlukan pikiran berlebih (mindless),
contoh: mencuci piring, menyapu, memotong rumput. Pada waktu ini, ide dapat seketika
muncul dalam benak seorang entrepreneur.
2. Olahraga, kondisi tubuh yang sehat akan memicu kerja otak menjadi lebih cepat.
3. Berpikir atas projek/masalah tersebut sebelum tidur, dalam kondisi setengah sadar,
seseorang akan lebih mudah berimajinasi, inkubasi ide dapat lebih dimurnikan.
4. Meditasi dan rileks, pikiran yang tenang dan terlepas dari semua beban masalah, akan
memudahkan seseorang berpikir lebih jernih.
Adalah fase di dalam proses kreatif yang paling menyenangkan sebab ide atau solusi
yang dicari oleh seorang entrepreneur telah ditemukan. Menggunakan analogi proses persalinan
seorang wanita yang sedang hamil, idea experience adalah kelanjutan dari proses inkubasi. Ide
yang baru dan inovatif seringkali lahir saat seorang entrepreneur melakukan sesuatu yang tidak
berhubungan dengan bisnis atau venture (seperti saat membaca koran atau waktu mandi). Dalam
banyak kasus, ide akan terjadi secara bertahap di dalam diri seseorang. Pelan namun pasti,
seorang entrepreneur mulai memformulasikan solusi yang tepat dari setiap ide yang ada bagi
masalah bisnis yang dihadapi. Karena terlalu sulit membedakan waktu dimana fase inkubasi
selesai dan fase idea experience akan mulai, hanya sedikit orang yang aware untuk bergerak dari
fase 2 ke fase 3.
Berikut adalah beberapa cara untuk mempercepat terjadinya fase idea experience:
1. Daydream your project, mimpi dalam keadaan sadar, belajar memvisualisasikan sesuatu
walaupun belum ada wujudnya, hal ini dapat membantu seorang melahirkan suatu ide.
2. Practice hobbies, lakukan hobi yang disukai, dengan keadaan hati dan pikiran yang
rileks, ide lebih mudah muncul.
3. Work in leisure environment, bekerja di lingkungan yang ‘tidak menekan’, seperti bekerja
untuk sementara waktu di taman, café, atau di rumah.
4. Keep a notebook at bedside, letakkan catatan kecil di sebelah tempat tidur, ide dapat lahir
sewaktu anda bangun tidur, atau saat hendak tidur.
5. Take breaks while working, miliki waktu istirahat di tengah-tengah sibuknya pekerjaan,
hal ini dapat membantu anda melupakan hal-hal yang membebani anda, ide dapat muncul
dalam keadaan rileks.
Fase 4: Evaluation and Implementation
Fase berikut adalah fase yang tersulit, diperlukan keberanian, kedisiplinan dan daya tahan
untuk mewujudkan suatu ide menjadi sesuatu hal yang nyata. Seorang entrepreneur dapat
mengidentifikasi ide mana saja yang do-able dan ahli untuk mengimplementasikannya. Tidak
pernah ada kata menyerah bagi entrepreneur saat harus menghadapi rintangan, walaupun mereka
sering gagal dalam menjalankan ide terbaiknya. Dalam beberapa kasus, seorang entrepreneur
akan mencoba ide yang sama sekali berbeda dengan ide semula, hal ini terjadi karena kesulitan
implementasi ide orisinal di lapangan sehingga modifikasi perlu dilakukan. Ide yang muncul
pada fase 3 perlu diuji dan dimodifikasi pada fase 4. Beberapa ide untuk meningkatkan kualitas
fase ini adalah:
DEVELOPING CREATIVITY
Anda dapat mengembangkan talenta kreatif dengan berbagai cara. Menjadi aware
terhadap beberapa kebiasaan dan cara berpikir yang mengekang kreativitas adalah satu cara yang
paling efektif. Subtopik berikut bertujuan untuk mengembangkan awareness akan kebiasaan
berpikir yang membatasi kreativitas dan membantu anda untuk mengembangkan kreativitas itu
sendiri (Kuratko & Hodgetts, 1998: 127-133).
- Group kill, adanya sabotase orang lain untuk menghancurkan ide anda dengan kata-
kata makian, reaksi negatif, dan sikap culas.
- Theft or protecting idea, ide anda akan dicuri dan digunakan oleh orang lain terlebih
dulu.
- Financing the idea, anda dapat memiliki suatu ide yang luar biasa namun tidak ada
satupun yang mau berinvestasi.
- Inflexible perspective, anda dapat menjadi terlalu idealis, tidak mau mengadaptasi ide
orisinal agar lebih mudah dan praktis untuk diterapkan.
- Lack of credit for idea, pemimpin anda atau teman sekerja anda akan merasa bahwa
ide anda juga merupakan hasil ide mereka juga, kerancuan kepemilikan ide akan
mungkin terjadi.
- Researching the idea, pastikan bahwa ide anda benar-benar baru, belum pernah ada
orang yang memiliki hak cipta atasnya.
- Real testing of the idea, lakukan uji pad aide anda melalui fokus grup, survei, dll.
- Lack of persistence, kecenderungan seseorang adalah belum berhasil melakukan ide
lama sudah berganti pada ide yang baru. Ide yang lama ditinggal begitu saja karena
kesulitan yang dihadapi saat mencobanya.
- No time to incubate ideas, terlalu sibuk mengurusi hal lain yang kurang penting,
sehingga tidak memiliki waktu untuk melakukan inkubasi ide.
- Fixation on an idea, terlalu percaya dan berharap pada suatu ide, sehingga tidak
berpikir objektif untuk melakukan evaluasi atasnya.
- Not brainstorming with others, terlalu takut jika seseorang akan mencuri idenya,
sehingga timbul keinginan untuk mengontrol semua kegiatan tanpa bantuan orang
lain.
Analytical Synthesizing
Beberapa proses yang
terkait dengan kerja otak Abstract Seeing analogies
Rational Nonrational
Logical Spatial
Linear Intuitive
Imaginative
Merencanakan aktivitas
Menggunakan metafora dan
harian dan membuat
analogi untuk
penjadwalan
mendeskripsikan sesuatu
dalam percakapan dan
Membaca buku-buku
Berbagai cara untuk tulisan
mengenai filsafat, sejarah,
mengembangkan
hukum
kemampuan otak kiri dan Menggambar wajah,
otak kanan karikatur, dan pemandangan
Bekerja dengan
menggunakan program
Memvisualisasikan sesuatu
komputer
benda atau situasi di masa
depan dengan detil
3. Muddling mind-sets
Beberapa cara berpikir yang menghambat harus segera diatasi. Telah diteliti
bahwa orang dewasa hanya menggunakan 2-10% dari potensi kreatif mereka. Sebagai
contoh, banyak individu yang cenderung cepat mengambil keputusan akan sesuatu hal
yang baru. Kecenderungan lain adalah mengungkapkan beberapa hal negatif dari suatu
ide baru, padahal mereka hanya menghindari ketidaknyaman psikologis sebagai akibat
perubahan hal-hal yang baru. Berikut adalah beberapa cara berpikir yang harus
dipertimbangkan oleh seorang entrepreneur:
4. Creative climate
Kreativitas tampaknya akan lebih mudah terjadi apabila iklim bisnisnya tepat.
Beberapa karakteristik penting untuk membentuk iklim kreatif adalah:
Kreativitas dan inovasi merupakan dua hal yang berbeda. Kreativitas mengacu pada
kegiatan untuk menghasilkan ide baru, sedangkan inovasi adalah proses keseluruhan dari
produksi ide kreatif sampai penerapan ide kreatif tersebut dalam konteks yang spesifik. Dalam
konteks organisasi, Inovasi mengacu pada keseluruhan proses organisasi dalam memproduksi ide
baru yang kreatif dan mengubahnya ke suatu bentuk nyata yang unik, berguna, seperti produk,
layanan, dan praktek bisnis yang dapat dikomersialisasikan, sedangkan kreativitas merupakan
salah satu bagian kegiatan dari keseluruhan proses inovasi. Walaupun dua kata tersebut memiliki
arti berbeda, namun keduanya berjalan secara bersama. Untuk menjadi inovatif, seorang
entrepreneur harus terus kreatif untuk tetap memiliki bisnis yang kompetitif.
Perkembangan teori inovasi dalam bidang ekonomi dimulai oleh karya J.A. Schumpeter
dalam bukunya yang berjudul “The Theory of Economic Development”. Teori inovasi
Schumpeter statusnya kurang dihargai hingga tahun 1970-an. Sebelum tahun itu, J.M. Keynes
adalah seorang ahli ekonomi yang lebih disegani karena teori economic regulation-nya sangat
sesuai untuk diterapkan, namun sejak Amerika mengalami depresi ekonomi pada tahun 1970,
para ekonom mulai berganti haluan. Sejak saat itu Amerika mulai menggunakan teori inovasi
Schumpeter dalam sistem perekonomiannya (Sundbo, 1998: 4-5).
Mengacu pada innovation economics, inovasi adalah “the determinant responsible for
most growth when an economic boom begins in a period of depression”. Inovasi merupakan
penentu utama keberhasilan ekonomi suatu negara, saat krisis ekonomi mulai terjadi di negara
tersebut. Menurut Schumpeter, faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi adalah
entrepreneurship, karena seorang entrepreneur-lah yang mampu menciptakan inovasi.
Beberapa dekade lalu, masih sedikit ahli ekonomi yang membahas teori inovasi dalam
penelitiannya. Walaupun saat ini telah banyak bermunculan buku maupun artikel penelitian yang
membahas perkembangan teori inovasi, namun belum seluruhnya mampu menjelaskan teori
inovasi secara lengkap dan komprehensif. Beberapa teori inovasi berfokus pada pengembangan
teknologi, riset teknis, dan fungsi departemen R&D dalam perusahaan. Beberapa teori lain
berfokus pada sosok individu yang menciptakan dan mengembangkan elemen-elemen baru
dalam bisnis. Teori inovasi lainnya berfokus pada isu mengenai pasar (market side).
Schumpeter mendefinisikan inovasi sebagai kegiatan yang mencakup satu atau beberapa
hal di bawah ini:
Inovasi dapat terjadi dengan cepat maupun perlahan-lahan. Radical innovation, inovasi
yang menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki elemen berbeda yang mampu mengubah
keseluruhan sistem yang ada sebelumnya. Incremental innovation, inovasi yang terjadi karena
perubahan kecil secara kontinu melalui pengenalan elemen-elemen baru yang sedikit berbeda
dengan elemen lama. Kata kunci yang menghubungkan kedua definisi inovasi di atas adalah
baru. Harus ada sesuatu yang baru di dalam inovasi. Pernyataan ini tentu akan menuai
kontroversi, sebab terminologi kata baru sangat relatif. Mungkin i-pod merupakan barang lama
bagi anda, namun bagi orang desa, i-pod merupakan sesuatu yang baru. Bagi orang Indonesia,
minum di Starbuck merupakan sesuatu yang baru (untuk prestise, dll), namun sangat biasa dan
hal yang lama bagi orang Amerika, sebab semua lapisan masyarakat mampu membeli kopi
Starbuck. Menurut Schumpeter, konsep inovasi harus terikat pada segmen pasar tertentu yang
terlibat, sesuatu yang baru bukan bersandar pada konteks geografis atau sektor industri tertentu,
melainkan sesuatu yang baru untuk segmen pasar tertentu.
TYPES OF INNOVATION
Beberapa tipe inovasi menurut Kuratko & Hodgetts (1998: 136) adalah:
1. Invention
Penciptaan produk, layanan, atau proses baru yang masih dalam tahap angan-angan dan
belum pernah ada yang mencoba. Lebih mengutamakan konsep revolusioner bukan
evolusioner.
2. Extension
Ekspansi atau pengembangan suatu produk, layanan atau proses yang telah ada
sebelumnya. Konsep membuat aplikasi berbeda untuk suatu ide yang sama.
3. Duplication
Replikasi suatu produk, layanan, atau proses yang sudah ada. Usaha duplikasi yang tidak
hanya sekedar copy-paste, melainkan ada sentuhan unsur kreatif seorang entrepreneur
untuk meningkatkan atau memperbaiki konsep yang ada demi memenangkan persaingan.
4. Synthesis
Kombinasi dari konsep yang ada dengan faktor-faktor baru menjadi sebuah formulasi
baru. Hal ini melibatkan ide-ide yang sudah ditemukan terlebih dulu kemudian dilebur
menjadi aplikasi yang benar-benar baru.
SOURCES OF INNOVATION
Beberapa hal yang dapat dijadikan sumber inovasi menurut Kuratko & Hodgetts (1998: 137)
adalah:
1. Unexpected occurrence
Inovasi dapat muncul dari kesuksesan atau kegagalan yang belum pernah dihadapi
sebelumnya.
2. Incongruities
Inovasi muncul ketika ada gap atau perbedaan antara harapan dan kenyataan di lapangan.
3. Process needs
Inovasi muncul saat ada keinginan entrepreneur untuk menjawab kebutuhan spesifik
konsumen.
Inovasi dapat muncul saat entrepreneur harus menghadapi perubahan dalam pasar
(marketplace) yang disebabkan beberapa pengembangan teknologi dalam sebuah industri.
5. Demographic changes
Inovasi dapat muncul dari pengamatan akan perubahan tren yang terjadi dalam
masyarakat seperti populasi penduduk, usia, pendidikan, pekerjaan, lokasi geografis, dll.
6. Perceptual changes
Inovasi dapat muncul dari perubahan persepsi masyarakat akan fakta-fakta dan konsep
yang ada. Contohnya orang-orang di kota sekarang lebih sadar akan kesehatan, oleh
sebab itu selalu menjaga diri dari makanan yang menggunakan bahan yang berbahaya dll.
7. Knowledge-based concepts
Inovasi dapat muncul dari akumulasi pengetahuan yang dimiliki seorang entrepreneur,
baik pengetahuan yang dipelajari atau pengetahuan karena pengalaman (learning by
doing). Inovasi ini adalah produk dari cara berpikir, metode, dan pengetahuan baru yang
terus dikumpulkan.
PRINCIPLES OF INNOVATION
Berikut adalah beberapa prinsip inovasi yang harus dilakukan seorang entrepreneur agar berhasil
(Kuratko & Hodgetts, 1998: 139).
1. Be action oriented
Innovator harus selalu aktif dan mencari ide, peluang, dan sumber inovasi yang baru.
Innovator tidak harus memulai dan mengembangkan suatu proyek dalam skala besar.
Mereka sebaiknya memulai dari yang kecil kemudian mengembangkannya sesuai
perencanaan jangka panjang dengan ekpansi yang tepat di waktu yang tepat pula.
5. Aim high
Innovator harus menetapkan tujuan keberhasilan yang tinggi dengan mencari ceruk pasar.
6. Try-test-revise
Inovasi tidak memiliki garansi kesuksesan. Lebih penting, kegagalan sering membawa
entrepreneur menghasilkan inovasi yang baru.
Aktivitas berinovasi harus dihargai dan diberi sejumlah penghargaan. Hal ini bertujuan
untuk memotivasi orang lain untuk berinovasi.
10. Work, work, work
Seorang inovator perlu melakukan pekerjaan nyata, tidak hanya di benak atau angan-
angan saja. Seorang entrepreneur tidak dapat menjadi inovatif tanpa ada usaha nyata
untuk menjalankan setiap ide ‘gila’ yang dimiliki.
INNOVATION PROCESS
Secara umum, semua orang akan melakukan inovasi secara sering apabila mereka
mempunyai keinginan untuk terus meningkatkan kepuasan pelanggan. Setiap pelanggan ingin
membeli produk yang dapat menjadi solusi bagi masalah mereka, selain itu mereka membeli
produk yang mudah digunakan, lebih nyaman, dan menguntungkan. Seorang entrepreneur harus
terus mencari cara bagaimana mewujudkan semua keinginan pelanggan tersebut tanpa harus
merugikan dirinya sendiri.
Gorman (2007: 37) memberikan enam langkah agar inovasi suatu produk menjadi
berhasil:
1. Idea generation
Ide untuk membuat suatu produk yang baru datangnya dari berbagai sumber, anda
dapat memulainya dari kebutuhan pelanggan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki
masalah dan harus segera dibantu untuk pemecahan masalah. Jadi, untuk mendapatkan
ide produk yang bagus, dengarkan pelanggan anda terutama komplain mereka. Lakukan
survei kepuasan pelanggan sehingga anda akan mengetahui bagaimana cara pelanggan
berpikir. Survei tersebut harus bertanya akan apa yang disuka dan tidak disuka oleh
pelanggan. Anda dapat menggunakan e-mail, telepon, interview mengenai masalah,
kebutuhan, dan opini pelanggan. Focus group discussion (FGD) dapat dilakukan
sekaligus untuk 6-12 pelanggan untuk mendiskusikan kebutuhan dan keinginan mereka,
dengan demikian anda dapat mengetahui respon mereka terhadap ide dan konsep produk
yang baru.
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dapat membantu anda untuk
mendapatkan ide produk dari pelanggan. Pelanggan harus menjawab dengan jujur setiap
pertanyaan berikut:
Hasil dari idea generation adalah sebuah konsep produk, layanan, atau proses
bisnis yang baru.
2. Concept testing
Dalam uji konsep, anda dapat mendapatkan respon pelanggan sebagai reaksi atas
konsep produk. layanan, atau proses yang baru. Uji konsep merupakan riset pasar yang
akan mengetahui sikap dan minat beli pelanggan terhadap produk baru. Uji konsep dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu:
- Anda dapat mendeskripsikan secara detail konsep produk dan bertanya pada
pelanggan sejumlah pertanyaan yang terstruktur mengenai konsep tersebut.
- Anda dapat menunjukkan secara langsung prototipe produk tersebut, kemudian
bertanya pada pelanggan sejumlah pertanyaan mengenai prototipe produk
tersebut.
Sejumlah pertanyaan yang dapat anda lontarkan pada pelanggan adalah:
Hasil dari concept testing adalah konsep yang matang dan siap untuk dibuat
secara massal.
Sesuatu yang perlu anda pertimbangkan adalah berapa biaya dan waktu yang anda
butuhkan untuk memproduksi ide inovatif anda menjadi produk atau layanan yang nyata.
Selain itu anda juga perlu memikirkan bagaimana anda cara anda menjual, mengirim, dan
memberikan after sales service bagi pelanggan yang membeli produk anda.
Pertimbangan lainnya adalah peralatan, karyawan, gudang penyimpanan, permodalan,
lokasi penjualan.
Hasil dari langkah ketiga adalah prototype produk atau layanan yang sudah final,
tidak seperti prototype pada langkah kedua.
4. Product testing
Prototipe produk atau layanan yang sudah final, harus diuji secara nyata pada
pelanggan dalam jumlah banyak (pada langkah kedua, uji prototype hanya pada sedikit
pelanggan). Beberapa pertanyaan yang dapat anda lontarkan setelah pelanggan tersebut
menggunakan produk anda adalah:
- Design: apakah anda melihat cacat desain yang dapat mempengaruhi kekuatan,
ketahanan, kinerja produk tersebut?
- Instruction: apakah anda tidak kesulitan untuk menggunakan produk tersebut?
- Performance: apakah produk tersebut dapat bekerja sesuai dengan apa yang anda
harapkan?
- Usage: apakah anda menggunakan produk tersebut sesuai dengan petunjuk yang
telah diberikan?
Hasil dari product testing adalah revisi atau perbaikan final prototype produk atau
layanan. Setelah perbaikan dilakukan, prototype tersebut dapat diproduksi secara massal
dan siap untuk dipasarkan.
5. Product launch
Dalam usaha melakukan inovasi produk dan layanan, perusahaan harus memandang
inovasi sebagai kegiatan perubahan seluruh sistem dan elemen bisnis yang ada, hal ini dapat
mencegah agar inovasi yang diinginkan tidak terjadi secara parsial. Berikut adalah permasalahan
yang akan terjadi jika inovasi hanya berkaitan dengan sebagian elemen bisnis: (Bessant & Tidd,
2007: 17)
MANAGING INNOVATION
Inovasi perlu dikelola dengan baik, sebab tanpa pengelolaan, inovasi yang anda lakukan
sifatnya hanya sementara, tidak berkelanjutan. Berikut beberapa saran dari Bessant & Tidd
(2007: 10) untuk mengelola inovasi.
Menemukan suatu ide dapat dimulai dari kegiatan merenung untuk mencari inspirasi.
Dapat juga dilakukan dengan cara pergi ke lokasi transaksi antara penjual dan pembeli.
Ide akan muncul saat anda berusaha mencari cara untuk menyelesaikan masalah yang
terjadi di sana. Menemukan dan mengenali (menemu-kenali) masalah memerlukan
proses, anda dapat berpura-pura menjadi pembeli untuk mengamati sesuatu hal yang
mungkin dapat ditingkatkan efisiensinya.
Anda tidak akan mengetahui manakah yang terbaik dari beberapa pilihan inovasi yang
ada sampai anda mencoba ide tersebut satu per satu secara nyata. Inovasi dipenuhi
dengan ketidakpastian dan pertanyaan yang tidak mungkin anda ketahui selain anda
berani memulai untuk mengembangkannya.
Membuat ide yang ada pikiran menjadi produk atau layanan yang nyata. Proses ini sangat
panjang dan melelahkan. Bagian ini akan dijelaskan lebih lanjut dalam subtopik
designing and testing innovative products.
HOW CREATIVE ARE YOU?
Kuesioner berikut mampu mengukur seberapa kreatif diri anda. Oleh sebab itu,
lengkapilah kuesioner berikut dengan menjawabnya secara jujur. Hitunglah skor nilai dengan
mengacu pada petunjuk nilai di bagian bawah kuesioner (Bessant & Tidd, 2007: 66-67).
Jawablah setiap pertanyaan berikut ini dengan cara melingkari pilihan Yes (Y) atau No (N).
JAWABAN
Berikan satu poin untuk skor nilai jika anda memilih jawaban Yes (Y) untuk pertanyaan nomor
1,2,3,6,8,9,24,25
Berikan satu poin untuk skor nilai jika anda memilih jawaban No (N) untuk pertanyaan nomor
4,5,7,10-23
15 – 19 = Di atas rata-rata
11 – 14 = Rata-rata
7 – 10 = Di bawah rata-rata
Bessant, J., & Tidd, J. (2007). Innovation and Entrepreneurship. Chichester: John Wiley.
Gorman, T. (2007). Innovation. Massachusetts: Adams Media.
Kuratko, D. F., & Hodgetts, R. M. (1998). Entrepreneurship: a Contemporary Approach.
Orlando: The Dryden Press.
Ma, H., & Tan, J. (2006). Key Components and Implications of Entrepreneurship: A 4-P
Framework. Journal of Business Venturing , 21 (5), 704-725.
McGrath, R. G., & MacMillan, I. (2000). The Entrepreneurial Mindset: Strategies for
Continuously Creating Opportunity in an Age of Uncertainty. Boston: Harvard Business School
Press.
Sundbo, J. (1998). The Theory of Innovation: Entrepreneurs, Technology, and Strategy .
Cheltenham: Edward Elgar.
Tanan, A., Isti, Margiman, & Yang, F. The 7 Principles of Entrepreneurship Base Learning
Ciputra Way. Tim Kurikulum UCEC.