Professional Documents
Culture Documents
Bayi tabung adalah suatu istilah teknis. Istilah ini tidak berarti bayi yang
terbentuk di dalam tabung, melainkan dimaksudkan sebagai metode
untuk membantu pasangan subur yang mengalami kesulitan di bidang”
pembuahan “ sel telur wanita oleh sel sperma pria. Secara teknis, dokter
mengambil sel telur dari indung telur wanita dengan alat yang disebut
"laparoscop" ( temuan dr. Patrick C. Steptoe dari Inggris ). Sel telur itu
kemudian diletakkan dalam suatu mangkuk kecil dari kaca dan
dipertemukan dengan sperma dari suami wanita tadi. Setelah terjadi
pembuahan di dalam mangkuk kaca itu tersebut, kemudian hasil
pembuahan itu dimasukkan lagi ke dalam rahim sang ibu untuk kemudian
mengalami masa kehamilan dan melahirkan anak seperti biasa.
Ada kemungkinan bahwa benih dari suami – istri tidak bisa dipindahkan
ke dalam rahim sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau
alasan – alasan lain. Dalam kasus ini, maka diperlukan seorang wanita lain
yang disewa untuk mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam
perjanjian sewa rahim ini ditentukan banyak persyaratan untuk
melindungi kepentingan semua pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya
disewa biasanya meminta imbalan uang yang sangat besar. Suami – istri
bisa memilih wanita sewaan yang masih muda, sehat dan punya
kebiasaan hidup yang sehat dan baik. praktik seperti ini biasanya belum
ada ketentuan hukumnya, sehingga kalau muncul kasus bahwa wanita
sewaan ingin mempertahankan bayi itu dan menolak uang pembayaran,
maka pastilah sulit dipecahkan.
Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul; dalam
arti bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih
untuk pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang mandul itu harus
dicarikan penggantinya melalui seorang donor.
Masalah ini akan menjadi lebih sulit karena sudah masuk unsur baru,
yaitu benih dari orang lain. Pertama, apakah pembuahan yang dilakukan
antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain sebagai pendonor itu
perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau wanita tahu
orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi dengan
orang itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa
benihnya telah didonorkan. Masih banyak masalah lain lagi yang bisa
muncul.
Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank – bank
sperma. Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari bank –
bank tersebut. Bahkan orang bisa menjual – belikan benih – benih itu
dengan harga yang sangat mahal misalnya karena benih dari seorang
pemenang Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek
bank sperma adalah akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank
sperma malah menyimpannya dan memperdagangkannya seolah – olah
benih manusia itu suatu benda ekonomis.
Masalah Orang Tua Anak Hasil Bayi Tabung atau Legaltas Bayi Tabung
Bayi yang benihnya berasal dari pasangan suami – istri namun dikandung
dan dilahirkan oleh wanita sewaan dapat menimbulkan persoalan
siapakah orang tua dari bayi itu. Bisa dikatakan bahwa bayi orang tua itu
adalah pasangan yang memiliki benih tadi. Tetapi wanita sewaan juga
telah menyumbangkan darah dan dagingnya selama mengandung bayi
tersebut. Sudah pernah terjadi bahwa seorang wanita sewaan tidak mau
mengembalikan bayi yang telah dikandung dan dilahirkannya. Orang tua
bayi tersebut menuntut di pengadilan, namun hukum yang dipakai untuk
menyelesaikan masalah tersebut belum dibuat.
Kalau benih diambil dari seorang donor, maka timbul persoalan juga
tentang siapakah orang tua bayi itu. Secara biologis orang tua bayi itu
adalah donor yang telah memberikan benihnya, tetapi secara legal, orang
tua anak itu adalah orang tua yang menerima dan membesarkannya
dalam keluarga. Mana yang disebut orang tua? Orangtua biologis atau
orang tua legal. Sebelum ada teknik bayi tabung, maka orang tua biologis
adalah orang tua legal. [qondio.com]
Setelah kejadian bayi tabung pertama ini banyak pasangan yang punya
masalah kesuburan melirik untuk mengikuti program bayi tabung. Pada
awalnya tingkat keberhasilan sekitar 4%, yang artinya dari 100 pasangan
hanya 4 yang berhasil melahirkan bayi dengan proses bayi tabung.
Dengan tekhnologi yang semakin maju tingkat keberhasilannya sekarang
menjadi lebih baik sekitar 25%.