You are on page 1of 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi selalu identik dengan konsep pengurangan kedaulatan sebuah


negara, penghilangan batas wilayah sebuah negara, kecanggihan teknologi,
penyempitan ruang dunia dan pengembangan transaksi perdagangan berdasarkan
kepada pemikiran perdagangan bebas. Menurut Abdul Rahman Embong (2000)
globalisasi dikaitkan dengan konsep pengurangan kedaulatan negara, keterobosan
batas wilayah, kecanggihan teknologi, pengecilan dunia dan pengembangan transaksi
perdagangan berdasarkan pemikiran perdagangan bebas. Hal lainnya diungkapkan
oleh Yoshihara Kunio (2001) bahwa globalisasi bukan saja membawa definisi yang
bersifat sejagat di kalangan penduduk dunia, tetapi juga mengancam proses
pembentukan negara bangsa, oleh karena globalisasi pada dasarnya ingin
mewujudkan negara tanpa batas.
Globalisasi adalah sebuah bahasan yang sangat penting terutama dalam
pendekatan-pendekatan politik internasional. Terbukanya sistem politik dunia pada
saat ini menuju kecenderungan ke arah yang lebih demokratis adalah salah satu
dampak yang ditimbulkan oleh berkembangnya globalisasi, dengan menggunakan
perkembangan teknologi ICT (Information Communiation and Technology) seperti
internet dan hand phone globalisasi menjadi semakin berkembang tidak hanya dalam
tataran dunia sosial akan tetapi mengarah kepada wacana ekonomi politik serta
praktek ekonomi politik di setiap negara.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud Globalisasi?

2. Bagaimana Globalisasi dalam Dunia Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan Makalah

1. Mengetahui maksud Globalisasi.

2. Mengetahui Globalisasi dalam Dunia Pendidikan.

D. Manfaat Penulisan
BAB II

GLOBALISASI

A. Pengertian Globalisasi

Globalisasi merupakan suatu proses yang mencakup keseluruhan dalam


berbagai bidang kehidupan sehingga tidak tampak lagi adanya batas-batas yang
mengikat secara nyata, sehingga sulit untuk disaring atau dikontrol.
Adapun konsep globalisasi menurut pendapat para ahli adalah :
1. Malcom Waters
Globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat bahwa
pembatasan geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang
penting, yang terjelma didalam kesadaran orang.
2. Emanuel Ritcher
Globalisasi adalah jaringan kerja global secara bersamaan
menyatukan masyarakat yang sebelumnya terpencar-pencar dan
terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
3. Thomas L. Friedman
Globlisasi memiliki dimensi ideology dan teknlogi. Dimensi
teknologi yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan dimensi
teknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia.
4. Princenton N. Lyman
Globalisasi adalah pertumbuhan yang sangat cepat atas saling
ketergantungan dan hubungan antara Negara-negara didunia dalam
hal perdagangan dan keuangan.
5. Leonor Briones
Demokrasi bukan hanya dalam bidang perniagaan dan ekonomi
namun juga mencakup globalisasi institusi-institusi demokratis,
pembangunan sosial, hak asasi manusia, dan pergerakan wanita

B. Ciri-ciri Globalisasi

1. Perubahan dalam konsep ruang dan waktu yang diakibatkan oleh


perkembangan telepon genggam, televisi satelit dan internet.
2. Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling
bergantung satu negara dengan negara lain.
3. Peningkatan interaksi budaya antar negara melalui media massa.
4. Munculnya masalah global yang menuntut dunia mengatasi masalah tersebut
secara bersama.

C. Teori globalisasi

Menurut para ahli secara teori terdapat empat pendapat bagaimana dunia
merespon globalisasi (Abdul Rahman Embong:2000), masing-masing mempunyai
perspektif yang berbeda satu dengan lainnya:
1. Hyperglobalizer, teori ini didasarkan kepada pandangan-pandangan
Kenichi Ohmae seorang sosiolog Jepang. Aliran ini mendedahkan
mengenai dampak dari kemajuan teknologi telah mempersempit ruang
dan waktu. Hal ini akan terlihat ketika logika borderless di mana jarak
dan batas wilayah menjadi semakin berkurang, dalam konteks lain
Kenichi Ohmae mengatakan akan terjadi sebuah konsep di mana
terwujudnya sebuah kampung global. Sehingga negara bangsa tidak
mempunyai pilihan kecuali untuk melakukan open market atau pasar
yang terbuka dan persaingan terbuka.
2. Skeptics, teori yang kedua ini di dukung oleh Paul Hirst dan Grahame
Thompson (1996), Wallerstein (1974) mereka percaya bahawa fenomena
global bermula sejak abad ke-17 dengan bermulanya pencarian bahan
mentah bagi keperluan produksi bangsa-bangsa barat. Globalisasi dalam
aliran ini lebih kepada penghijrahan kawasan, tetapi umumnya ini adalah
satu dampak dari fenomena sejarah yang masih berjalan.
3. Transformationalist, dipelopori oleh Andrew Gidden (1990) melihat
globalisasi adalah sebuah fenomena yang baru, yang berlainan dengan
modernisasi atau westernisasi. Globalisasi melalui penggunaan teknologi
yang canggih seperti telekomunikasi telah menukar pemikiran dan budaya
manusia. Proses globalisasi bukan saja memberi dampak dalam sektor
ekonomi bahkan aspek politik dan budaya. Dalam konteks ekonomi,
kuasa besar ekonomi seperti Jepang, Uni Eropa dan Amerika bakalan
menentukan keadaan ekonomi dunia. Manakala dampak politik ialah
andaian bahwa terdapat satu pertarungan di antara proses globalisasi
dengan kewujudan negara bangsa.
4. Hyperglobalist, Ketergantungan ekonomi politik negara-negara dunia
ketiga terhadap Amerika Serikat akhirnya melahirkan kondisi
“pemaksaan” demokrasi liberal untuk menjadi “menu” wajib yang harus
diterapkan di negara dunia ketiga.
Dari keempat respon tersebut, dunia ketiga tidak mempunyai pilihan kecuali
menerima globalisasi secara “pasrah” dalam kategori pertama yaitu hyperglobalizer.

D. Macam-Macam Globalisasi

1. Globalisasi Perekonomian

Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan


perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar
yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi
perekonomian mengharuskan penghapusan seluruh batasan dan hambatan terhadap
arus modal, barang dan jasa.

Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain
terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:

a. Globalisasi Produksi
b. Globalisasi pembiayaan
c. Globalisasi tenaga kerja
d. Globalisasi jaringan informasi
e. Globalisasi Perdagangan

Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi
sebuah intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional.
Misalnya, secara nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari
perekonomian global yang ditengarai dengan adanya kekuatan pasar dunia. Dibawah
ini ada beberapa kebijakan dan keburukan globalisasi ekonomi, diantaranya:

a. kebijakan globalisasi ekonomi


1) Produksi global dapat ditingkatkan
2) Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu Negara
3) Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri
4) Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang
lebih baik
5) Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi

b. keburukan globalisasi ekonomi

1) Menghambat pertumbuhan sektor industri


2) Memperburuk neraca pembayaran
3) Sektor keuangan semakin tidak stabil
4) memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang

2. Globalisasi Kebudayaan

Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat,


termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai
(values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga
masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan
aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-
aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku
seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang
bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah
kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.

Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu


keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat
semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari
perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W.
Pye, 1966 ).

Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada


awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media
menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan
tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini
menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.

a. Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan

1) Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.


2) Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan
kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di
luar kebudayaannya.
3) Berkembangnya pariwisata.
4) Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain.
5) Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian,
film dan lain lain.
6) Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti
Piala Dunia

E. Dampak Globalisasi

1. Dampak Positif Globalisasi :

a. Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan


b. Mudah melakukan komunikasi
c. Cepat dalam bepergian ( mobili-tas tinggi )
d. Menumbuhkan sikap kosmopo-litan dan toleran
e. Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
f. Mudah memenuhi kebutuhan

2. Dampak Negatif Globalisasi:

a. Informasi yang tidak tersaring


b. Perilaku konsumtif
c. Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
d. Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
e. Mudah terpengaruh oleh hal yang berbau barat
f. Dampak negatifnya, berkembangnya budaya asing yang tidak sesuai
dengan kebudayaan kita.
3. Cara Menanggulangi Dampak negatif:

a. Pembangunan kualitas manusia Indonesia melalui pendidikan.


b. Pemberian ketrampilan hidup ( life skill) agar mampu menciptakan
kreatifitas dan kemandirian.
c. Usaha menumbuhkan bidaya dan sikap hidup global, seperti mandiri,
kreatif, menghargai karya, optimis, dan terbuka.
d. Usaha selalu menumbuhkan wawasan kebangsaan dan identitas
nasional.
e. Usaha menciptakan pemerintahan yang transparan dan demokratis.

BAB III

GLOBALISASI DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini


dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks
Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat
pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan,
bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174
negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105
(1998), dan ke-109 (1999).

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas


pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi
Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic
Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya
menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut
survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan
sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.

Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data


Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah
saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program
(PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang
mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan
dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia
dalam kategori The Diploma Program (DP).

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah


masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi
masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus
dalam dunia pendidikan yaitu:

1. Rendahnya sarana fisik,


2. Rendahnya kualitas guru,
3. Rendahnya kesejahteraan guru,
4. Rendahnya prestasi siswa,
5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,
6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
7. Mahalnya biaya pendidikan.

Memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka.


Kemajuan teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa
Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang
baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara
lain.

Globalisasi membawa akibat terjadinya perubahan yang terus menerus dan


semakin cepat. Fenomena perubahan yang kian berakselerasi memberi imperatif
berbagai lembaga pendidikan yang ada untuk terus melakukan sefl reform jika ingin
tetap mempertahankan eksistensinya di zaman yang berlari seperti sekarang. Namun,
juga perlu diperhatikan bahwa jika reformasi dilakukan secara serampangan, sekadar
reaktif dan tidak visioner, justru akan menyebabkan terjadinya degradasi kemanusiaan
di masa mendatang.

Doni Koesoema A dalam artikelnya ‘Pendidikan Manusia Versus Kebutuhan


Pasar’ menilai bahwa tanggapan pemerintah atas berbagai persoalan dalam dunia
pendidikan terkesan lebih bersifat reaksioner ketimbang visioner. Kebijakan yang
diambil pemerintah dalam meningkatkan kualitas dunia pendidikan hanya didasarkan
sikap reaktif, kaget, bingung, bahkan sekadar memenuhi kepentingan dan kebutuhan
sesaat. Keluhan, bahwa ganti menteri ganti kebijakan, ganti buku pelajaran, dan lain-
lain adalah afirmasi atas situasi ini. ( Pendidikan Manusia Indonesia, Kompas, 2004 ).
Dunia pendidikan bukannya tidak memahami atas persoalan tersebut. Negara, sebagai
pihak yang mengemban amanat penyelenggara pendidikan terus melakukan upaya-
upaya penyempurnaan terhadap penyelenggaraan pendidikan nasional. Namun
sayangnya, kebijakan-kebijakan penyempurnaan yang dibuat cenderung bersifat
reaksioner, kurang didasari visi yang jelas.

Alvin Toffler dalam bukunya Culture Shock :”Globalisasi, selain


menghadirkan peluang “positif” untuk hidup mudah, nyaman, murah, indah dan maju;
juga dapat menghadirkan peluang “negatif” sekaligus, yaitu menimbulkan keresahan,
penderitaan,, dan penyesatan. Globalisasi bekerja selama 24 jam dengan menawarkan
banyak pilihan dan kebebasan yang bersifat pribadi. Pendek kata, dewasa ini telah
terjadi “banjir pilihan dan peluang”, terserah kemampuan seseorang untuk
memilikinya.

Mencermati apa yang dikemukakan Toffler di atas, secara tersirat memberi


amanat bahwa dunia pendidikan harus memberi satu life skill kepada peserta didik
yang saat ini sangat penting, yakni ketrampilan mencari, menyaring, memilah dan
memanfaatkan berbagai informasi, peluang dan pilihan dengan benar. Sekaligus juga
memberi nilai-nilai hidup untuk berani membuang informasi dan pilihan yang tidak
berguna dan merusak.
DAFTAR REFERENSI

http://nilaieka.blogspot.com/2009/11/materi-globalisasi.html 7-2-2010. 9.05pm

http://agnesiachubie.student.umm.ac.id/2010/01/26/hello-world/#more-1

09-02-2010 10:09

http://www.bapsi.undip.ac.id/id/informasi/index.php/tantangan-globalisasi

9-2-2010 9:17am
Mustofa. 2008. Globalisasi. di unduh dari
http://mustofasmp2.wordpress.com/2008/12/31/teori-globalisasi/ tanggal
09-02-2010 jam 10:16am

Mustofa. 2008. Globalisasi. di unduh dari


http://mustofasmp2.wordpress.com/2008/12/31/pengertian-dan-ciri-ciri-
globalisasi/ tanggal 09-02-2010 jam 10:16am

Mustofa. 2008. Globalisasi. di unduh dari


http://mustofasmp2.wordpress.com/2009/01/02/macam-macam-globalisasi/
tanggal 09-02-2010 jam 10:16am

Sari. 2009. Dunia Pendidikan di Era Globalisasi. Di unduh dari


http://sari.student.fkip.uns.ac.id/2009/01/13/pendidikan-di-era-globalisasi/
tanggal 09-02-2010 jam 10:23am

You might also like