You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap hari tubuh manusia terpapar oleh Mikro-organisme yang dapat
menimbulkan penyakit apabila sistem pertahanan tubuh manusia itu sendiri menjadi
lemah. Tetapi, hal itu dapat dicegah dengan memperbaiki sistem pertahanan tubuh
manusia. Mikro-organisme yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit antara lain
adalah bakteri, virus, jamur, dan lain-lain. Namun tidak semua mikro-organisme
menyebabkan terjadinya penyakit. Ada sebagian mikro-organisme yang merupakan
flora normal yang menempati tubuh manusia. Namun jika di lingkungan lain dalam
artian tidak di tempatnya semula, mikro-organisme tersebut berubah menjadi patogen.
Flora normal membantu agar pertahanan infeksi jamur dan invasi mikro-organisme lain
pada mukosa jaringan menjadi terjaga. Akan tetapi, bakteri yang patogen ataupun
ketidakseimbangan bakteri dapat memicu terjadinya infeksi.
Bakteri vagina normal ditemukan oleh ahli ginekologi Jerman, Albert Doderlein
pada tahun 1892. Bakteri pada vagina normal wanita terutama adalah lactobacilli dan
secara umum disebut sebagai flora normal vagina. Jumlah dan jenis bakteri memiliki
dampak yang signifikan untuk kesehatan wanita secara keseluruhan. Bakteri ini dan
asam laktat yang dihasilkannya, dan bergabung dengan cairan yang dikeluarkan
memiliki peranan dalam pertahanan dengan menghasilkan keadaan asam. Normalnya
pH vagina sedikit asam, dengan pH 3,8-4,2. pH rendah yang dihasilkan pada epitel
vagina ini mencegah pertumbuhan bakteri patogen dan jamur yang berpotensi pathogen
Candida albican. Selama masa menstruasi, jumlah flora vagina yang dipantau menurun
jumlahnya. Efek dari pemasangan tampon pada flora vagina masih kontroversial, tetapi
pemasangan tampon secara steril dan aman nampaknya tidak mempengaruhi
keseimbangan asam dalam flora normal tersebut.
Bakteri yang dapat ditemukan pada vagina adalah Lactobacillus sp,
Staphylococcus epidermidis, diikuti oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus mitis,
Enterococcus faecalis dalam jumlah kecil. Namun Staphylococcus aurues dan
Enterococcus faecalis cenderung untuk menjadi patogen.

1
1.2 Rumusan masalah
Dalam makalah ini, kami akan membahas beberapa masalah mengenai mengenai
flora normal, apa itu flora normal dan flora normal apa yang terdapat pada tubuh
manusia terutama pada organ vagina, faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
keseimbangan flora normal, dan efek apa saja yang di timbulkn oleh flora normal.

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu flora normal
2. Untuk mengetahui flora normal pada tubuh manusia terutama pada vagina
3. Untuk mengetahui factor-faktor apa yang mempengaruhi keseimbangan
flora normal
4. Untuk mengetahui dampak adanya flora normal pada tubuh manusia

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Lactobacillus acidophilus dan bakteri asam laktat yang penting dalam fermentasi
banyak makanan dari produk susu untuk buah-buahan dan sayuran. Fermentasi terjadi ketika
bakteri memecah gula dan karbohidrat untuk menghasilkan alkohol, karbon dioksida dan
asam laktat (Vela, 1997)

Saat ini penelitian baru menunjukkan bahwa ada cara alternatif menggunakan bakteri
asam laktat, terutama L.acidophilus spesies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa L.
acidophilus juga dapat digunakan sebagai organisme probiotik atau hidup, yang pada saat
menelan dalam jumlah tertentu, manfaat kesehatan mengerahkan luar gizi dasar yang melekat
(Wood, 1992).

L. acidophilus adalah anggota dari salah satu genus delapan utama bakteri asam laktat.
Genera, Lactobacillus, Streptococcus, Lactococcus, Leuconostot, Bifidobacterium,
Carnobacterium, Enterococcus dan Sporolactobacillus kemudian dapat dibagi menjadi
spesies, subspesies, varian dan strain. Setiap genus dan spesies memiliki karakteristik yang
berbeda tetapi mereka umumnya cocci dirantai atau gram batang berbentuk (+), nonmotile,
nonsporulating bakteri yang menghasilkan asam laktat sebagai produk utama atau tunggal
metabolisme fermentasi (Salminen & Wright, 1993)

L. acidophilus juga digunakan dalam pembuatan yogurt. L. acidophilus bersama dengan


bakteri asam laktat yang ditambahkan ke dalam susu untuk menurunkan pH. Ketika susu
menjadi asam, protein dalam susu rusak dan menggumpal untuk membentuk gel (Vela,
1997).

Infeksi jamur pada organ genitalia maternal merupakan salah satu sumber infeksi bagi
neonatus, yang menimbulkan sariawan oral. Di samping itu, terdapat beberapa jalur neonatus,
yang menimbulkan sariawan oral. Di samping itu, terdapat beberapa jalur infeksi lain, namun
tidak semuanya dapat dipahami (Oriel, J.D, 1977).

Lingkungan fisik memungkinkan dan memudahkan orang tertular kontak atau lebih
beresiko dengan penyebab penyakit. Faktor utama penyebab candidosis vagina adalah masalah
kebersihan. Infeksi jamur dapat disebabkan oleh air kotor yang digunakan untuk
membersihkan vagina. Di samping itu, pakaian dalam yang kotor atau tidak diganti secara

3
teratur juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Pakaian dalam ketat atau
berbahan nilon dapat menyebabkan vagina menjadi lembap sehingga menyediakan lingkungan
yang ideal bagi pertumbuhan jamur (Chu, J. H. K, 2007)

Staphylococcus epidermidis adalah cocci, gram positif koagulase-negatif yang


merupakan bagian dari flora normal kami. Karena itu, patogen oportunistik benar, karena
membutuhkan sebuah pelanggaran besar dalam pertahanan bawaan tuan rumah. Ini adalah
salah satu patogen utama infeksi nosokomial, khususnya yang berkaitan dengan infeksi benda
asing. Mereka yang paling rentan terhadap infeksi adalah pengguna narkoba suntikan, bayi
yang baru lahir, lansia, dan mereka kateter menggunakan atau peralatan buatan lainnya.
Organisme ini menghasilkan glycocalyx "lendir" yang bertindak sebagai perekat mengikuti
ke plastik dan sel, dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan beberapa
keluarga antibiotics.The S. epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90% dari
staphylococcus semua pulih dari flora aerobik manusia . individu sehat dapat dimiliki hingga
24 strain dari spesies, beberapa di antaranya dapat bertahan di permukaan yang kering untuk
waktu yang lama. (Nilsson, et al 1998.).

Hal ini sekitar 0,5 sampai 1,5 mikrometer diameter. Sementara S. epidermidis adalah
anaerob fakultatif, tumbuh terbaik pada kondisi aerobik. Tuan rumah untuk organisme adalah
manusia dan hewan berdarah panas lainnya. (Nilsson, et al. 1998)

Organisme ini memproduksi lapisan lendir, yang membentuk biofilm hidrofobik. Film
ini perekat untuk biopolimer hidrofobik dari prosthetics, menciptakan penyakit seperti
endokarditis. Gen icaADBC telah ditemukan untuk kode untuk kedua kapsul polisakarida dan
polisakarida intraseluler adhesin digunakan dalam formasi biofilm. The biofilm epidermidis
S. terdiri dari kelompok sel yang tertanam dalam substansi lendir ekstraselular yang sampai
160 mikrometer tebal, lebih dari 50 sel. Biofilm sebagai tindakan tersebut sebagai penghalang
difusi terhadap antibiotik dan pertahanan tuan rumah. (Nilsson, et al. 1998)

Sebuah studi yang signifikan dari infeksi neonatal dilakukan di Naples antara Januari
1996 dan Desember 1998. Hasil yang ditemukan menunjukkan bahwa dari 184 total infeksi,
56 secara langsung dikaitkan dengan S. epidermidis (30,4%). Dari jumlah tersebut,
epidermidis S. patogen penyebab utama yang menyebabkan infeksi aliran darah (39,8%),
infeksi permukaan (29,8%), dan meningitis (58,3%). Persentase yang diberikan menunjukkan
jumlah infeksi yang disebabkan oleh S. epidermidis dari total infeksi tipe itu. (Villari, et al.
2000)
4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Flora Normal / Mikrobiota Normal Tubuh Manusia


3.1.1 Definisi Flora Normal
Mikroorganisme tidak saja terdapat dan hidup di lingkungan, akan tetapi juga di
tubuh manusia. Tubuh manusia tidaklah steril atau bebas dari mikroorganisme, begitu
manusia dilahirkan ia langsung berhubungan dengan mikroorganisme. Mikroorganisme
yang secara alamiah terdapat di tubuh manusia disebut flora normal atau mikrobiota.
Flora normal tubuh manusia yaitu populasi jasad renik yang mendiami
permukaan dalam dan luar dari tubuh manusia.
Flora normal manusia sangat kompleks dan terdiri dari lebih dari 200 jenis
bakteri. Susunan dari flora normal dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk
genetik, usia, jenis kelamin, nutrisi, kondisi hidup, kebersihan seseorang, dan
penerapan prinsip-prinsip kesehatan.

5
Gambar Penyebaran Flora Normal Pada tubuh manusia

6
Dalam rahim, janin steril tetapi ketika air ketuban keluar dan proses persalinan
dimulai, saat itulah pertama kali manusia berkontak dengan flora normal yang melewati
jalan lahir. demikian juga pada kolonisasi dari permukaan tubuh. Penanganan dan
memberi makan bayi setelah lahir mengarah pada pembentukan flora normal stabil
pada kulit, rongga mulut dan saluran pencernaan dalam waktu sekitar 48 jam. Telah
dihitung bahwa pada manusia dewasa sekitar 1012 bakteri pada kulit, 1010 di mulut,
dan 1014 di saluran pencernaan. Jumlah yang terakhir ini jauh melebihi jumlah sel
eukariotik pada semua jaringan dan organ dari manusia.

3.1.2 Jenis Mikroflora


Mikroflora pada tubuh berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat
digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Mikroorganisme tetap/normal (resident flora/indigenous)
Mikroorganisme tetap yaitu mikroorganisme jenis tertentu yang biasanya
ditemukan pada bagian tubuh dan usia tertentu. Keberadaan
mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis ataupun jumlahnya, jika ada
perubahan akan kembali seperti semula. Flora normal/tetap yang terdapat pada
tubuh merupakan organisme komensal. Flora normal yang lainnya bersifat
mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan makanan dari sekresi dan
produk-produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh vitamin atau
zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini umumnya dapat lebih
bertahan pada kondisi buruk dari lingkungannya. Contohnya : Streptococcus
viridans, S. faecalis,Pityrosporum ovale,Candida albicans.
2. Mikroorganisme sementara (transient flora)
Mikroorganisme sementara yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial
patogen yang berada di kulit dan selaput lendir/mukosa selama kurun waktu
beberapa jam, hari, atau minggu. Flora sementara biasanya sedikit asalkan
flora tetap masih utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal akan
melakukan kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit.
Flora normal tidak tetap pada manusia, selalu mengalami fluktuasi yang
disebabkan nutrisi, usia, hormone, dan kesehatan umum.

7
Perbedaan antara Flora menetap dan tidak menetap dapat kita lihat dalam table:

Flora Menetap Flora Tidak Menetap

- Komensal (penting bagi tubuh)


- Tidak patogen atau cenderung
- Memegang peranan tertentu dalam
patogen
mempertahankan kesehatan dan
- Hanya dalam waktu tertentu
fungsi normal.
- Kurang berarti selama flora penghuni
- Bila terganggu dari tempatnya, maka
normal utuh, bila flora penghuni
flora akan segera tumbuh kembali
terganggu, flora sementara dapat
berploriferasi menimbulkan sakit.

3.1.3 Efek Flora Normal


a. Efek menguntungkan secara keseluruhan mikroba adalah sebagai berikut:
1. Flora normal mensintesis dan mengeluarkan vitamin yang melebihi kebutuhan
mereka sendiri, yang dapat diserap sebagai nutrisi inangnya.
2. Flora normal mencegah kolonisasi oleh patogen dengan bersaing untuk situs
lampiran atau untuk nutrisi penting.
3. Flora normal dapat menentang bakteri lain melalui produksi zat yang
menghambat atau membunuh spesies patogen.
4. Flora normal merangsang perkembangan jaringan tertentu yaitu, usus buntu dan
jaringan limfatik tertentu di saluran pencernaan.
5. Flora normal merangsang produksi antibodi alami.
b. Efek Merugikan Flora Normal:
1. Bakteri sinergisme antara anggota flora normal dan patogen yang potensial. Ini
berarti bahwa satu organisme membantu lain untuk tumbuh atau bertahan.
2. Kompetisi untuk nutrisi Bakteri dalam saluran pencernaan harus menyerap
beberapa nutrisi inang untuk kebutuhan mereka sendiri.
3. Induksi dari jumlah Menit toksemia rendah kadar racun bakteri (endotoksin
misalnya) dapat ditemukan dalam sirkulasi.
4. Flora normal dapat menjadi agen penyakit. Anggota flora normal dapat
menyebabkan penyakit endogen jika mereka mencapai situs atau jaringan di mana
mereka tidak dapat dibatasi atau ditoleransi oleh pertahanan hostnya.

8
5. Transfer ke host rentan, beberapa patogen manusia yang menjadi anggota flora
normal juga dapat berpindah ke individu lain di mana mereka dapat menghasilkan
penyakit.

3.2 Flora Normal Pada Vagina


Vagina menghubungkan genitalia eksterna dengan genitalia interna. Introitus
vaginae tertutup pada himen (selaput dara). Vagina berukuran di depan 6,5 cm dan
di belakang 9,5 cm, sumbunya berjalan kira-kira sejajar dengan arah pinggir bawah
simfisis ke promontorium. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat disebut
rugae. Epitel vagina terdiri atas epitel skuomosa dalam beberapa lapisan. Lapisan
tidak mengandung kelenjar, akan tetapi dapat mengadakan transudasi.
Segera setelah lahir, laktobasilus aerobik muncul dalam vagina dan bertahan
selama pH tetap asam (beberapa minggu). Ketika pH menjadi netral (tersisa
sehingga sampai pubertas), flora campuran cocci dan basil hadir. Pada masa
pubertas, laktobasilus aerobik dan anaerobik muncul kembali dalam jumlah besar
dan memberikan kontribusi pada pemeliharaan pH asam melalui produksi asam dari
karbohidrat, terutama glikogen. Hal ini tampaknya menjadi mekanisme penting
dalam mencegah pembentukan lain, mungkin mikroorganisme berbahaya dalam
vagina. Jika laktobasilus ditekan oleh pemberian obat antimikroba, ragi atau
berbagai meningkatkan bakteri dalam jumlah dan menyebabkan iritasi dan
peradangan. Setelah menopause, laktobasilus lagi berkurang jumlah dan flora
campuran kembali. Flora vagina normal termasuk grup streptokokus B sebanyak
25% dari wanita usia subur. Selama proses kelahiran, bayi dapat memperoleh
streptococci grup B, yang kemudian dapat menyebabkan sepsis neonatal dan
meningitis.
Flora vagina yang normal sering mencakup juga streptococci alfa hemolitik,
anaerobik streptokokus (peptostreptococci), Prevotella spesies, Clostridia, vaginalis
Gardnerella, urealyticum Ureaplasma, corynebacteria, dan kadang-kadang listeria
atau spesies Mobiluncus. Lendir leher rahim mempunyai aktivitas antibakteri dan
mengandung lisozim. Pada beberapa wanita, introitus vagina berisi flora berat
menyerupai bahwa dari perineum dan daerah perianal. Ini mungkin merupakan
faktor predisposisi pada infeksi saluran kemih berulang. organisme vagina hadir
pada waktu pemberian dapat menginfeksi (misalnya, kelompok B streptococci) baru
lahir.
9
Flora-flora Normal Pada Vagina
3.2.1 Lactobacillus acidophilus
Klasifikasi ilmiah
Kingdom: Bakteri Divisi:Firmicutes
Kelas: Basil
Order: Lactobacillales
Keluarga: Lactobacillaceae
Genus: Lactobacillus
Spesies: L.acidophilus

Gambar Lactobacillus

Lactobacillus acidophilus (berarti asam-mencintai-bakteri susu) adalah spesies


dalam genus Lactobacillus. L. acidophilus adalah spesies homo-fermentasi,
fermentasi gula menjadi asam laktat, yang tumbuh mudah di agak rendah nilai pH
(di bawah pH 5.0) dan memiliki suhu pertumbuhan optimum 30 ° C (86 ° F). L.
acidophilus terjadi secara alami di mulut manusia dan hewan saluran
gastrointestinal, dan vagina. Beberapa strain L. acidophilus dapat dianggap
memiliki karakteristik probiotik. Strain ini secara komersial digunakan dalam
produk susu, kadang-kadang bersama-sama dengan ssp S. salivarius. thermophilus
dan Lactobacillus delbrueckii ssp. bulgaricus dalam produksi yogurt acidophilus-
tipe.
L. acidophilus merupakan bagian dari flora vagina normal. Asam yang
dihasilkan oleh L. acidophilus dalam vagina bisa membantu untuk mengendalikan
pertumbuhan jamur Candida albicans, sehingga membantu untuk mencegah infeksi
jamur vagina. Efek yang menguntungkan yang sama telah diamati dalam kasus-
kasus infeksi Candidiasis oral atau pencernaan. Spermisida tertentu dan krim
kontrasepsi dapat membunuh bakteri L. acidophilus dalam vagina, membersihkan
jalan untuk infeksi jamur mungkin.
Beberapa strain L. acidophilus telah dipelajari secara ekstensif untuk efek
kesehatan. Sebuah perpaduan strain probiotik yang mengandung L. acidophilus
menurunkan kejadian diare anak. L. acidophilus menyebabkan penurunan yang
signifikan di tingkat amina racun dalam darah pasien dialisis dengan pertumbuhan
berlebih usus kecil bakteri. Pada tingkat yang cukup makan sehari-hari, L.
10
acidophilus dapat memfasilitasi pencernaan laktosa dalam mata pelajaran laktosa-
intoleran.
Ada banyak jenis produk susu fermentasi yang menggunakan L. acidophilus.
Yang paling dikenal oleh orang Amerika adalah susu manis dan yogurt acidophilus.
Sweet susu acidophilus dikonsumsi oleh individu yang menderita intoleransi laktosa
dan pencernaan yang buruk, yang terjadi ketika enzim (laktase) tidak dapat
memecah laktosa (gula susu) di dalam usus. Kegagalan untuk mencerna laktosa
dalam hasil ketidaknyamanan, kram dan diare. Sebuah studi University of Nebraska
menemukan bahwa pakan dilengkapi dengan L. acidophilus dan diberi makan untuk
ternak menghasilkan pengurangan 61% dari Escherichia coli. Penelitian telah
menunjukkan L. acidophilus dapat membantu menurunkan kadar kolesterol serum.
Antibiotik digunakan secara langsung juga akan membunuh bakteri
menguntungkan, termasuk Acidophilus L.. Setelah terapi yang meliputi antibiotik,
pasien kadang-kadang diperintahkan untuk mengambil pengobatan L. acidophilus
dalam rangka recolonize saluran pencernaan. Untuk itu, L. acidophilus sering dijual
di toko-toko kesehatan dalam bentuk pil atau bubuk sebagai suplemen gizi. Sebuah
bagian dari klaim yang mendukung pengobatan tersebut merujuk untuk mencapai
berkat pencernaan yang lebih baik untuk flora usus kembali normal, pengurangan
berikutnya sembelit, sementara yang lain. Menunjukkan hubungan antara
acidophilus L. dan penurunan mungkin kejadian penyakit tertentu, termasuk infeksi
ragi pada saluran pencernaan bagian atas (terutama yang disebabkan oleh Candida
albicans), gangguan pencernaan lain, dan sistem melemah kekebalan tubuh.
Juga, beberapa manfaat dari Lactobacillus acidophilus adalah produksi vitamin
K, Laktase, Zat anti mikroba seperti acidolin, acidlphilin, lactocidin, dan bakteriosin.
L. acidophilus juga bermanfaat karena akan memecah molekul-molekul
makanan yang rumit yang kemudian mencegah eskalasi bakteri mematikan. Manfaat
lain adalah membantu sembelit DNS dan diare.
Ketika organisme seperti lactobacillus acidophilus digunakan medicinally
maka istilah "probiotik" digunakan L. acidophilus dapat melindungi tubuh terhadap
kanker usus besar. Hal ini juga dapat membantu mengurangi efek samping
kemoterapi dan radioterapi.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of American College of Nutrition
melaporkan bahwa yogurt yang mengandung Lactobacillus acidophilus memiliki

11
potensi untuk mengurangi risiko penyakit jantung koroner dengan 6 sampai 10%
dengan mengurangi kadar kolesterol serum.
Meskipun studi yang mengevaluasi dampak dari Lactobacillus acidophilus
pada gejala Jepang cedar-serbuk sari mencapai hasil positif, ini masih perlu
penelitian lebih lanjut.

Efek samping

a. Secara umum, konsumsi acidophilus L. aman. Namun, orang dengan kondisi


berikut dianjurkan mengambil L. acidophilus: kerusakan usus, sistem
kekebalan tubuh yang lemah, atau dengan pertumbuhan berlebih dari bakteri
usus.
b. Beberapa orang mengeluh ketidaknyamanan atau gas. Kondisi ini bisa diatasi
dengan ingests individu secara kontinyu.
c. Juga, orang yang sensitif laktosa juga mungkin mengalami ketidaknyamanan
perut dari produk susu yang meliputi L. acidophilus.
d. Infeksi katup jantung dengan perbandingan L. acidophilus juga telah
dilaporkan, tetapi percaya bahwa risiko mungkin lebih besar pada orang
dengan katup jantung buatan.
e. Beberapa wanita telah melaporkan pembakaran vagina setelah menggunakan
tablet vagina yang mengandung L. acidophilus.

3.2.2 Candida albicans


Klasifikasi
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Saccharomycotina
Class : Saccharomycetes
Ordo : Saccharomycetales
Family : Saccharomycetaceae
Genus : Candida
Spesies : Candida albicans
Sinonim : Candida stellatoidea dan
Gambar Candida albicans
Oidium albicans
12
Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk
tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan
berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk
hifa semu.
Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya.
Sel ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5
µ x 3-6 µ hingga 2-5,5 µ x 5-28 µ .
C. albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus
memanjang membentuk hifa semu. Hifa semu terbentuk dengan banyak kelompok
blastospora berbentuk bulat atau lonjong di sekitar septum. Pada beberapa strain
blastospora berukuran besar, berbentuk bulat atau seperti botol, dalam jumlah sedikit.
Sel ini dapat berkembang menjadi klamidospora yang berdinding tebal dan bergaris
tengah sekitar 8-12 µ.
Morfologi koloni C. albicans pada medium padat agar Sabouraud Dekstrosa,
umumnya berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin dan
kadang- kadang sedikit berlipat-lipat terutama pada koloni yang telah tua. Umur
biakan mempengaruhi besar kecil koloni. Warna koloni putih kekuningan dan berbau
asam seperti aroma tape. Dalam medium cair seperti glucose yeast, extract pepton, C.
albicans tumbuh di dasar tabung.
Pada medium tertentu, di antaranya agar tepung jagung (corn-meal), agar tajin
(rice-cream) atau agar dengan 0,1% glukosa terbentuk klamidospora terminal
berdinding tebal dalam waktu 24-36 jam. Pada medium agar eosin metilen biru
dengan suasana CO tinggi, dalam waktu24-48 jam terbentuk pertumbuhan khas
menyerupai kaki laba-laba atau pohon cemara. Pada medium yang mengandung
faktor protein, misalnya putih telur, serum atau plasma darah dalam waktu 1-2 jam
pada suhu 37oC terjadi pembentukan kecambah dari blastospora.
C. albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya
akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh dalam perbenihan
pada suhu 28-37C. C albicans membutuhkan membutuhkan senyawa organik sebagai
sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya.
Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan organisme
anaerob fakultatif yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana
anaerob maupun aerob. Proses peragian (fermentasi) pada C. albicans dilakukan
13
dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat
dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat
menjadi CO2dan H2O dalam suasana aerob.
Sedangkan dalam suasana anaerob hasil fermentasi berupa asam laktat atau
etanol dan CO2. Proses akhir fermentasi anaerob menghasilkan persediaan bahan
bakar yang diperlukan untuk proses oksidasi dan pernafasan. Pada proses asimilasi,
karbohidrat dipakai oleh C. albicans sebagai sumber karbon maupun sumber energi
untuk melakukan pertumbuhan sel.
C. albicans dapat dibedakan dari spesies lain berdasarkan kemampuannya
melakukan proses fermentasi dan asimilasi. Pada kedua proses ini dibutuhkan
karbohidrat sebagai sumber karbon.
Di perkirakan berkisar antara 0,95-5,7 Mbp. Beberapa metode menggunakan
Alternating Field Gel Electrophoresis telah digunakan untuk membedakan strain C.
albicans. Perbedaan strain ini dapat dilihat pada pola pita yang dihasilkan dan
metode yang digunakan. Strain yang sama memiliki pola pita kromosom yang sama
berdasarkan jumlah dan ukurannya. Steven dkk mempelajari 17 strain isolate C.
albicans dari kasus kandidosis. Dengan metode elektroforesis, 17 isolat C. albicans
tersebut dikelompokkan menjadi 6 tipe. Adanya variasi dalam jumlah kromosom
kemungkinan besar adalah hasil dari chromosome rearrangement yang dapat terjadi
akibat delesi, adisi atau variasi dari pasangan yang homolog. Peristiwa ini merupakan
hal yang sering terjadi dan merupakan bagian dari daur hidup normal berbagai
macam organisme. Hal ini juga seringkali menjadi dasar perubahan sifat fisiologis,
serologis maupun virulensi.
Pada C. albicans, frekuensi terjadinya variasi morfologi koloni dilaporkan
sekitar 10-2 sampai 10-4 dalam koloni abnormal. Frekuensi meningkat oleh
mutagenesis akibat penyinaran UV dosis rendah yang dapat membunuh populasi
kurang dari 10%. Terjadinya mutasi dapat dikaitkan dengan perubahan fenotip,
berupa perubahan morfologi koloni menjadi putih smooth, gelap smooth, berbentuk
bintang, lingkaran, berkerut tidak beraturan, berbentuk seperti topi, berbulu,
berbentuk seperti roda, berkerut dan bertekstur lunak.

14
Patogenitas dan Virulensi
Bagian Tubuh yang Mungkin Terinfeksi Candida albicans. Pada manusia, C.
albicans sering ditemukan di dalam mulut, feses, kulit dan di bawah kuku orang
sehat. C. albicans dapat membentuk blastospora dan hifa, baik dalam biakan maupun
dalam tubuh. Bentuk jamur di dalam tubuh dianggap dapat dihubungkan dengan sifat
jamur, yaitu sebagai saproba tanpa menyebabkan kelainan atau sebagai parasit
patogen yang menyebabkan kelainan dalam jaringan. Penyelidikan lebih lanjut
membuktikan bahwa sifat patogenitas tidak berhubungan dengan ditemukannya C.
albicans dalam bentuk blastospora atau hifa di dalam jaringan. Terjadinya kedua
bentuk tersebut dipengaruhi oleh tersedianya nutrisi, yang dapat ditunjukkan pada
suatu percobaan di luar tubuh. Pada keadaan yang menghambat pembentukan tunas
dengan bebas, tetapi yang masih memungkinkan jamur tumbuh, maka dibentuk hifa.
Rippon (1974) mengemukakan bahwa bentuk blastospora diperlukan untuk
memulai suatu lesi pada jaringan. Sesudah terjadi lesi, dibentuk hifa yang melakukan
invasi. Dengan proses tersebut terjadilah reaksi radang. Pada kandidosis akut
biasanya hanya terdapat blastospora, sedang pada yang menahun didapatkan
miselium. Kandidosis di permukaan alat dalam biasanya hanya mengandung
blastospora yang erjumlah besar, pada stadium lanjut tampak hifa. Hal ini dapat
dipergunakan untuk menilai hasil pemeriksaan bahan klinik, misalnya dahak, urin
untuk menunjukkan stadium penyakit. Kelainan jaringan yang disebabkan oleh C.
albicans dapat berupa peradangan, abses kecil atau granuloma. Pada kandidosis
sistemik, alat dalam yang terbanyak terkena adalah ginjal, yang dapat hanya
mengenai korteks atau korteks dan medula dengan terbentuknya abses kecil-kecil
berwarna keputihan.
Alat dalam lainnya yang juga dapat terkena adalah hati, paru-paru, limpa dan
kelenjar gondok. Mata dan otak sangat jarang terinfeksi. Kandidosis jantung berupa
proliferasi pada katup-katup atau granuloma pada dinding pembuluh darah koroner
atau miokardium. Pada saluran pencernaan tampak nekrosis atau ulkus yang kadang-
kadang sangat kecil sehingga sering tidak terlihat pada pemeriksaan. Manifestasi
klinik infeksi C. albicans bervariasi tergantung dari organ yang diinfeksinya. Pada
wanita, C. albicans sering menimbulkan vaginitis dengan gejala utama fluor albus
yang sering disertai rasa gatal. Infeksi ini terjadi akibat tercemar setelah defekasi,
tercemar dari kuku atau air yang digunakan untuk membersihkan diri; sebaliknya

15
vaginitis Candida dapat menjadi sumber infeksi di kuku, kulit di sekitar vulva dan
bagian lain.

Masa Inkubasi atau Cara Penularan, Dilengkapi Dengan Siklus


Setiap wanita memiliki satu pasangan yang aktual atau potensial. Banyak pria
mengembangkan infeksi candida pada genitalia, yang biasanya tampak sebagai
balanitis atau balanoposthitis. Sumber infeksi ini secara normal berasal dari pasangan
seksual wanita, dan masa inkubasinya 2-3 hari. Faktor resiko pada pria hampir sama
dengan wanita. Misalnya, diabetes melitus meningkatkan kerentanan pria terhadap
infeksi jamur sama dengan wanita. Penularan Candida albicans pada pria
diperkirakan sekitar 10%. Di samping infeksi langsung, manifestasi lain C. albicans
adalah dermatitis tingkat rendah pada penis pria yang berhubungan seksual dengan
wanita yang menderita candidosis vagina. Dermatitis ini tampak melalui iritasi dan
hiperaemia yang terjadi dalam beberapa jam atau beberapa hari setelah hubungan
seksual. Pertimbangan tentang natural history candidosis vagina menyatakan bahwa
bila wanita dapat menularkan penyakit ini pada pria, bukan tidak mungkin terjadi
proses sebaliknya. Namun demikian, perawatan bagi pria yang pasangannya
menderita candidosis vagina tidak begitu penting.
Infeksi jamur pada organ genitalia maternal merupakan salah satu sumber
infeksi bagi neonatus, yang menimbulkan sariawan oral. Di samping itu, terdapat
beberapa jalur neonatus, yang menimbulkan sariawan oral. Di samping itu, terdapat
beberapa jalur infeksi lain, namun tidak semuanya dapat dipahami.
Berbagai kondisi yang menurunkan keasaman vagina dan dapat meningkatkan
resiko terkena infeksi jamur vagina sebagai berikut:
 Stress  Kehamilan
 Kurang tidur  Menstruasi
 Sakit  Menggunakan pil KB
 Diet yang buruk atua terlalu  Menggunakan antibiotic
banyak makan makanan  Menggunakan obat-obatan steroid
mengandung gula

Penyakit seperti diabetes yang tidak terkontrol atau infeksi HIV. Infeksi dapat
pula terjadi melalui hubungan seksual, namun angka kejadiannya sangat jarang,

16
umumnya terjadi pada pria. Pada wanita, infeksi lebih sering terjadi karena
melemahnya sistem imun.
Lingkungan fisik memungkinkan dan memudahkan orang tertular kontak atau
lebih beresiko dengan penyebab penyakit. Faktor utama penyebab candidosis vagina
adalah masalah kebersihan. Infeksi jamur dapat disebabkan oleh air kotor yang
digunakan untuk membersihkan vagina. Di samping itu, pakaian dalam yang kotor
atau tidak diganti secara teratur juga dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
Pakaian dalam ketat atau berbahan nilon dapat menyebabkan vagina menjadi lembap
sehingga menyediakan lingkungan yang ideal bagi pertumbuhan jamur.
Lingkungan sosio-kultural yang memungkinkan dan memudahkan orang
tertular kontak atau lebih beresiko dengan penyebab penyakit. Candidosis vagina
sangat tidak umum terjadi sebelum menstruasi dan setelah menopause karena tidak
diproduksinya estrogen lagi. Ini mungkin karena candida tidak dapat berkembang
biak dengan baik pada lingkungan ini. Bahkan dalam kejadian tanpa gejala, pada
wanita usia produktif tanpa infeksi jamur yang baru, ada 25-30% kejadian dari
kolonisasi jamur vagina oleh polimerase chain reaction(PCR) dan tidak berbeda dari
wanita yang mengalami infeksi jamur berulang. Kebudayaan lebih sering
berpengaruh pada wanita dengan riwayat infeksi jamur berulang dibandingkan
dengan pada wanita tanpa gejala(22% vs 6%) yang akan mengindikasikan bahwa
secara kuantitatif, makin banyaknya organisme jamur menyebabkan seorang wanita
cenderung untuk mengalami infeksi berulang. Ada suatu angka kejadian lebih tinggi
dari candidosis vagina pada pemakai pakaian dalam yang ketat.
Ketahanan mental-biologik (kebugaran jasmani, ketahanan mental, status
genetika,status gizi dan kekebalan biologic) yang memungkinkan dan genetika, status
gizi dan kekebalan biologic) yang memungkinkan penyebab penyakit. Penyebab
candidosis vagina ada setidaknya dua komponen, yaitu kedatangan fungi pada vagina
dan perubahan kondisi biokimia dan imun vagina yang memungkinkan fungi tumbuh
pesat dan menimbulkan gejala. Sekitar 25-30% wanita usia reproduktif memiliki
jamur pada vaginanya. Fungi yang paling umum adalah Candida albicans, tetapi
spesies lain juga menimbulkan gejala seperti C. glabrata, C. tropicalis, C.
guilliermondii, C. parapsilosis, dan lain-lain. Kondisi kedua yang diperlukan untuk
pertumbuhan jamur vagina adalah perubahan biokimia vagian. Dalam keadaan
normal tanpa infeksi, lactobacillus vaginal melekat pada dinding epitel vagina dan
mencegah uropatogen lain menempel. Segala sesuatu yang mengganggu
17
pertumbuhan normal lactobacillus vaginal, seperti antibiotik, meningkatkan resiko
infeksi vagina dan bila jamur yang menjadi patogen ada, jamur itu akan melekat di
epitel dan menimbulkan gejala.
Diabetes dan kondisi lain yang menekan sistem imun meningkatkan diabetes.
Kontrasepsi oral hanya mencegah kehamilan, bukan pemaparan terhadap infeksi
jamur. Pasien HIV hanya mengalami peningkatan infeksi jamur bila sistem imun
tertekan, biasanya dengan jumlah CD4 kurang dari 200 sel/mm3.
Kegiatan pelayanan kesehatan (Primer, Sekunder dan Tersier) yang
memungkinkan dan memudahkan orang tertular kontak atau lebih beresiko dengan
penyebab penyakit. Untuk menggunakan obat bebas yang dijual di pasaran, pasien
harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu, terutama apabila pasien sedang
hamil, tidak pernah didiagnosa dengan penyakit infeksi jamur sebelunya, atau pernah
terkena penyakit infeksi jamur berulang. Penelitian menunjukkan bahwa 2/3 wanita
yang membeli produk-produk ini tidak benar-benar terkena infeksi jamur.
Menggunakan obat-obatan ini secara tidak tepat akan menyebabkan infeksi yang sulit
untuk disembuhkan. Di samping itu, menggunakan obat-obatan untuk infeksi jamur
ketika pasien memiliki infeksi lainnya dapat memperburuk kondisinya. Bila pasien
memutuskan untuk menggunakan obat bebas, baca dan ikuti petunjuknya secara hati-
hati. Beberapa krim dan suppositoria dapat melemahkan kondom dan diafragma.
Kuman bisa kebal (mempunyai resistansi) terhadap obat-obatan yang biasa dipakai
untuk menyembuhkan penyakit tersebut.
Salah satu penyebab dari resistansi tersebut disebabkan oleh kemunculan
C.glabrata sebagai agen yang infeksius dibandingkan C.albicans. C.glabrata lebih
resisten terhadap berbagai perlakuan. Kadang seorang wanita bisa menderita iritasi
vulvovaginitis yang tidak disebabkan oleh infeksi jamur. Krim pengobatan,
suppositoria, atau perineal pads bisa menimbulkan reaksi alergi atau iritasi yang
lebih parah lagi. Pengobatan vaginal topical dengan butaconazole lebih diutamakan
dibandingkan dengan oral fluconazole sebab bersifat tanpa resep dan lebih efektif.
Fluconazole cukup efektif, namun spesies non-candida albicans sudah mengalami
resistensi dan membutuhkan dosis yang lebih tinggi untuk mematikannya. Secara
ilmiah diusahakan untuk menerapkan terapi sistemik (oral) pada pasien yang
memiliki bloodborne yeast infection seperti AIDS atau berhubungan dengan
kemoterapi untuk kanker lebih dibandingkan inducing resistansi organisme pada
pengobatan infeksi vaginal. Asupan yogurt yang terdapat lactobacillus acidophilus
18
sepertinya tidak mengurangi kejadian candidosis vagina, walaupun mempunyai peran
untuk bacterial vaginosis.

Fase Prepatogenesis.
Pada fase prepatogenesis, terjadi interaksi antara berbagai faktor determinan
penyakit sebelum agen penyakit berinteraksi dengan manusia. Fase ini dipengaruhi
oleh faktor predisposisi fisiologis dan patologis.
Faktor Predisposisi Fisiologis Pada kehamilan, terjadi perubahan hormonal.
Meningkatnya produksi estrogen menyebabkan pH vagina menjadi lebih asam dan
sangat baik untuk pertumbuhan candida. Pada umur tertentu, yaitu bayi dan orang
tua, orang mempunyai kerentanan terhadap infeksi.
Faktor Predisposisi Patologis. Keadaan umum yang buruk antara lain
prematuritas, gangguan gizi, dan penyakit menahun. Penyakit tertentu yang diderita,
seperti diabetes melitus, leukemia, dan keganasan, dapat meningkatkan kerentanan.
Di samping itu, kerentanan juga dipengaruhi oleh penggunaan obat-obatan,
antibiotika, oral kontrasepsi, kortikosteroid, dan sitostatika, serta iritasi setempat pada
tubuh, antara lain kegemukan, urin, air, dan lain-lain.

Fase Patogenesis.
Pada fase patogenesis, terjadi perjalanan penyakit dalam tubuh manusia
sehingga muncul berbagai gejala klinis antara lain sebagai berikut:
1. Sebagian penderita asimtomatis atau mempunyai keluhan yang sangat ringan
disertai perasaan gatal
2. Bila hebat seringkali akan mengeluh perasaan panas dan nyeri sewaktu koitus
3. Fluor albus berwarna keputih-putihan seperti susu pecah
4. Pada pemeriksaan didapatkan vulva edema, hiperemia, dan erosi
5. Vagina hiperemia disertai discharge keputihan tebal yang bila diangkat mukosa di
bawahnya mengalami erosi, kadang-kadang discharge sedikit, encer, atau seperti
normal.
Rasa terbakar pada vagina atau vulva tidak selalu merupakan faktor pembeda
untuk vaginitis akibat jamur dan vaginosis akibat bakteri. Suatu studi menemukan
bahwa faktor-faktor pembeda terbaik antara lain penggunaan kondom, penggunaan
antibiotik dalam waktu dekat, usia muda, dan tidak adanya gonorrhea atau vaginosis
akibat bakteri. PH vagina pada infeksi jamur lebih rendah daripada vaginitis tipe lain
19
dan biasanya sekitar 3.8-4.2, tetapi yang paling sering di bawah 4.5. Pengecatan gram
untuk menunjukkan jamur adalah metode diagnosis yang tepat seperti kulturnya
tetapi ini hanya terjadi pada pasien simtomatik karena adanya latar belakang positif
pada wanita tanpa problem jamur. Pemeriksaan apusan dapat akurat apabila baik hifa
dan spora terlihat tetapi degnan hasil negatif. Seorang wanita dapat menunjukkan
ekskret keputihan atau kekuningan yang tidak encer atau seperti keju. Gatal-gatal dan
rasa panas (terbakar) pada vulva tidak selalu terjadi atau bahkan kemerahan dan
membengkak.

Fase Convalescense.
Fase convalescense merupakan proses penyembuhan yang mempengaruhi
kemungkinan keluaran hasil akhir dari perjalanan sakit. Kemungkinan hasil akhir
perjalanan penyakit ini adalah sembuh total atau sembuh dengan gejala sisa.

Upaya pencegahan dan pengobatan


Pengobatan penyakit ini menggunakan antimikotik topikal seperti nistatin
100.000 unit selama 14 hari, mikonasol 100 mg selama 7 hari, dan klotrimasol 100
mg selama 7 hari, serta antimikotik sistemik seperti ketokonazol dengan dosis 2 x
100 mg selama 10-15 hari. Pengobatan suportif dapat dilakukan dengan
menghilangkan faktor-faktor prediposisi. Perawatan yang tepat mapu menyembuhkan
90% dari infeksi vagina dalam dua minggu atau kurang (biasanya hanya dalam
beberapa hari), tergantung pada jenis peradangannya. Infeksi vagina yang tidak
diobati dapat berlangsung bertahun-tahun, dengan atau tanpa gejala. Apabila terjadi
infeksi berulang, hubungi dokter. Sekitar 5 % wanita terkena infeksi jamur vagina
empat kali atau lebih setiap tahun. Hal ini disebut Recurrent Vulvovaginal
Candidiasis (RVVC). RVVC umum terjadi pada wanita dengan diabetes atau sistem
imun yang lemah. Normalnya, hal ini diatasi dengan obat antijamur selama sampai
enam bulan.

Upaya Pencegahan
a. Upaya Pencegahan Primer.
Karena Candidosis vagina dapat ditularkan melalui hubungan seksual,
penyebaran infeksi ini dapat dicegah dengan cara tidak berhubungan seksual atau

20
hanya berhubungan seksual dengan satu pasangan yang tidak terinfeksi. Di
samping itu, penderita pria juga dapat menggunkaan kondom lateks selama
hubungan seksual, dengan atau tanpa spermatisida.
Pencegahan terjangkitnya Candidosis Vagina, dapat dilakukan dengan menjaga
area sekitar genitalia bersih dan kering. Hindari sabun yang dapat menyebabkan
iritasi, vagina spray, dan semprotan air. Ganti pembalut secara teratur. Gunakan
pakaian dalam dari katun yang longgar dan menyerap keringat, hindari pakaian
dalam dari nilon. Setelah berenang, cepat ganti pakaian yang kering daripada
duduk dengan pakaian renang yang basah dalam waktu yang lama.
b. Upaya Pencegahan Sekunder.
Setelah pasien menjelaskan gejala-gejala yang timbul, dokter akan melakukan
pemeriksaan ginekologi dan memeriksa organ genitalia eksterna, vagina, dan
cervix untuk melihat adanya inflamasi atau ekskret abnormal. Seseorang akan
dinyatakan suspect Candidosis Vagina bila terjadi inflamasi pada vagina, terdapat
ekskret putih dari vagina, dan di sekeliling vagina. Dokter mungkin akan
mengambil sampel ekskret vagina untuk diperiksa dengan mikroskop di
laboratorium.
Candidosis Vagina dapat diatasi dengan obat antijamur yang bekerja secara
langsung pada vagina sebagai tablet, krim, salep, atau suppositoria. Obat-obatan
ini termasuk butoconazole (FemStat), clotrimazole (Clotrimaderm, Canesten),
miconazole (Monistat, Monazole, Micozole), nystatin (sold under several brand
names), tioconazole(GyneCure) and terconazole (Terazole). Oral fluconazole
(Diflucan Oral) juga dapat digunakan dalam dosis ringan.pengobatan pada
pasangan seksual biasanya tidak direkomendasikan.
Tujuan terapi adalah untuk mengurangi jumlah organisme jamur dan
melindungi jaringan vulva sehingga menggaruk dan menggosok tidak akan
merusak kulit dan menyebabkan infeksi bakteri perineal sekunder. Gejala
terbakarnya vulva karena alkohol dan produk toksik yang dimetabolis oleh jamur
dari karbohidrat tubuh. Butoconazole (Femstat®, Mycelex ) intravaginal untuk 3
hari adalah salah satu pilihan obatnya. Banyak spesies jamur yang tahan terhadap
bermacam-macam perawatan topis dan Butoconazole lebih direkomendasikan
berdasarkan beberapa pembelajaran lebih lanjut. Topical imidazoles cocok untuk
jamur vagina, Butoconazole dan itraconazole memiliki aktivitas terbaik dalam tes
pipet melawan bermacam-macam jamur dan organisme fungi yang lain. T.
21
glabrata dan S. cerevisiae lebih resisten terhadap clotrimazole and ketoconazole,
sedangkan C. krusei lebih resisten terhadap nystatin and flucytosine.
Terconazole(Terazole®) umumnya menggunakan resep terapi jika terapi awal
tidak bekerja. Ini lebih efektif daripada fluconazole (Diflucan®) untuk banyak
spesies. Asam Borat vaginal suppositoria yang digunakan 600 mg/hari untuk 10
hari 80% efektif untuk C. glabrata yang telah resisten terhadap terapi standar
lainnya. Terapi minyak esensial dapat juga digunakan untuk terapi jamur vagina.
Minyak pohon teh terbukti efektif melawan jamur dalam konsentrasi 0.5%-2%.
c. Upaya Pencegahan Tersier.
Pencegahan tersier bertujuan untuk mengembalikan fungsi mental, fisik, dan
sosial penderita setelah proses penyakitnya dihentikan. Upaya ini dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Tidak memakai pakaian dalam berbahan nilon yang menyebabkan
daerah genitalia menjadi lembab dan meningkatkan resiko infeksi
berulang.
2. Menjaga pola makan sesuai dengan standar kesehatan untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
3. Menjaga kebersihan individu dan lingkungan untuk mencegah
pertumbuhan jamur yang dapat menyebabkan infeksi.
4. Melatih masyarakat yang pernah terjangkit Candidosis Vagina untuk
terbiasa berperilaku hidup sehat.
5. Terapi mental dan social

Jamur vagina dapat bersifat lembam tanpa gejala apapun. Kadang-kadang


infeksi jamur ini hilang, tetapi hal ini selalu membutuhkan terapi singkat untuk
mengurangi jumlah jamur yang ada. Ini mungkin pengaruh dari pembersihan cairan
vagina. Karena gejala terbakar dapat timbul sangat hebat, tidak ada yang mempelajari
berapa lama rangkaian alami dari candidosis vagina. Biasanya tidak terjadi infeksi
jamur sekaligus bacterial vaginosis, tetapi kadang-kadang terjadi dengan infeksi
bacterial vaginosis berulang. Infeksi jamur vagina selama kehamilan tidak dikaitkan
dengan preterm labor.

22
3.2.3 Staphylococcus epidermidis

Klasifikasi
Kingdom : Protista
Divisi : Schizophyta
Class : Schyzomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus epidermidis
Gambar Staphylococcus epidermidis

Staphylococcus adalah sel-sel berbentuk bola dengan garis tengah sekitar 1 µm


dan tersusun dalam kelompok-kelompok tak beraturan. Pada biakan cair tampak
juga kokus tunggal, berpasangan, berbentuk tetrad, dan berbentuk rantai. Kokus
muda bersifat gram positif kuat; sedangkan pada biakan yang lebih tua, banyak sel
menjadi gram negatif.
Staphylococcus tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Staphylococcus
mudah tumbuh pada kebanyakan pembenihan bakteri dalam keadaan aerobik atau
mikroaerofilik. Bakteri ini tumbuh paling cepat pada suhu 37 0C, tetapi membentuk
pigmen paling baik pada suhu kamar (20-250C). Koloni pada perbenihan padat
berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Koloni S. Epidermidis berwarna
abu-abu sampai putih pada isolasi pertama; banyak koloni membentuk pigmen
hanya bila dieramkan. Pigmen tidak dihasilkan pada biakan anaerobik atau kaldu.
Stafilokokus terbagi menjadi 2, koagulase positif dan koagulase negatif. Salah
satu contoh dari Stafilokokus koagulase negatif adalah Staphylococcus epidermidis.
Staphylococcus koagulase negative merupakan flora normal manusia dan kadang-
kadang menyebabkan infeksi, seringkali berkaitan dengan alat-alat yang ditanam,
khususnya pada pasien yang sangat muda, tua, dan dengan fungsi imun yang
terganggu.

Morfologi
Merupakan suatu golongan bakteri yang menunjukkan sifat sifat yang
mendekati fungi / bakteri. Terdapat dalam tanah maupun dalam udara dan sebagian

23
parasit pada tumbuhan tingkat tinggi. Koloni berwarna (tergantung substraknya),
mempunyai bau tanah, resisten terhadap penisilin dan streptomisin.
S. epidermidis kecil (~1pM diameter), bakteri gram positif yang muncul
sebagai individu (organisme bulat) cocci bawah mikroskop. Mereka terjadi sendiri-
sendiri, berpasangan, atau dalam rantai pendek dan memiliki kecenderungan yang
kuat untuk membentuk kelompok, maka nama-Staphylococcus dari staphyl Yunani
(tandan buah anggur) dan coccos (granula).
Mereka tumbuh cepat pada agar darah dan media lainnya nonselektif dan
laboratorium, seperti Staphylococcus aureus, tidak hemolitik pada pelat darah-agar.
Pada miring atau budaya padat koloni bakteri sering putih atau krem. Selain itu, S.
epidermidis tidak menghasilkan enzim (koagulase) yang mengental darah, maka
mereka disebut staphylococcus koagulase-negatif dibandingkan dengan
Staphylococcus_aureus koagulase-positif Staphylococcus aureus.
Pada tahun 1884, Rosenbach menggambarkan dua jenis koloni berpigmen dari
staphylococcus dan mengusulkan tata nama yang tepat: Staphylococcus aureus
(kuning) dan Staphylococcus albus (putih). Spesies terakhir kini dinamai
Staphylococcus epidermidis. Kloos dan Schleifer kemudian merancang skema di
mana staphylococcus koagulase-negatif dapat dengan mudah dibedakan menjadi
spesies dengan menggunakan karakteristik biokimia.

Peran dalam penyakit


Sedangkan pada satu waktu tampilan S. Sementara di saat-saat tertentu S.
epidermidis dalam bahan klinis dapat diberhentikan sebagai kontaminasi, sekarang
salah satu agen yang paling penting dari infeksi nosokomial terutama pada individu
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, anak-anak yang baru lahir, dan orang-
orang dengan perangkat medis implan. Epidermidis dalam bahan klinis dapat
diberhentikan sebagai kontaminasi, sekarang salah satu agen yang paling penting
dari infeksi nosokomial terutama pada individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah, anak-anak yang baru lahir, dan orang-orang dengan perangkat medis implan.
Hal ini sering sulit bagi mikrobiologi klinik dan dokter yang merawat untuk
membedakan antara strain S. Hal ini sering sulit bagi mikrobiologi klinik dan dokter
yang merawat untuk membedakan antara strain S. epidermidis Yang menyebabkan
penyakit ketegangan dan Yang Hanya kontaminan. S. epidermidis yang
menyebabkan penyakit dan strain yang hanya kontaminan.
24
Bakteri ini bertanggung jawab atas meningkatnya jumlah infeksi antara pasien
rumah sakit yang sistem kekebalan tubuh melemah. Infeksi seperti ini sering terjadi
karena bakteri dilakukan dari permukaan kulit untuk jaringan yang lebih dalam dan
darah aliran oleh penyisipan kateter vena atau peritoneal dialysis kateter. Bakteri ini
bertanggung jawab untuk semakin banyak infeksi antara pasien rumah sakit yang
sistem kekebalan tubuhnya melemah. Infeksi seperti ini sering terjadi karena bakteri
dilakukan dari permukaan kulit untuk jaringan yang lebih dalam dan aliran darah
dengan penyisipan kateter vena atau kateter dialisis peritoneal.
Sedikit Yang diketahui Tentang bagaimana S. Sedikit yang diketahui tentang
bagaimana S. epidermidis menyebabkan penyakit pada manusia. Karakteristik dari
banyak strain mikroba ini adalah produksi dari kapsul atau lendir yang dihasilkan
dalam pembentukan sebuah biofilm . Dalam sebuah biofilm, S. epidermidis
dilindungi terhadap Serangan Dari sistem kekebalan tubuh dan antibiotik Melawan
pengobatan, Membuat S. epidermidis dilindungi terhadap serangan dari sistem
kekebalan tubuh dan melawan perlakuan antibiotik, membuat S. epidermidis infeksi
Very dihentikan. epidermidis infeksi sulit dihentikan.
S. epidermidis juga bertanggung jawab atas banyak kasus akhir-onset sepsis
pada bayi baru lahir. S. epidermidis juga bertanggung jawab atas banyak kasus
akhir-onset sepsis pada bayi baru lahir.
Sebuah bakteri terkait Staphylococcus aureus menyebabkan keracunan
makanan , infeksi kulit dan sering bisa resisten terhadap banyak antibiotik. Sebuah
bakteri Staphylococcus aureus terkait penyebab keracunan makanan, infeksi kulit
dan sering bisa resisten terhadap antibiotik banyak.

Kondisi Klinis
Ketika S. When S. epidermidis menyebabkan penyakit pada manusia, itu
paling sering menyebabkan kondisi klinis berikut: epidermidis menyebabkan
penyakit pada manusia, itu paling sering menyebabkan kondisi klinis berikut:
1. Infeksi aliran darah, biasanya sebagai akibat dari kateter di pembuluh
darah, pada orang dengan sehat sistem kekebalan tubuh. Infeksi aliran
darah, biasanya sebagai akibat dari kateter di pembuluh darah, pada orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat.
2. Aliran darah infeksi pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah
(walaupun hasil infeksi tersebut mungkin tidak serius. Aliran darah infeksi
25
pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah (walaupun hasil infeksi
tersebut mungkin tidak serius.
3. Endokarditis , atau infeksi baik asli jantung katup (katup jantung kita
dilahirkan dengan) atau palsu (buatan) katup jantung. Endokarditis, atau
infeksi kedua katup jantung asli (katup jantung kita dilahirkan dengan)
atau palsu (buatan) katup jantung.
4. Fluida (CSF) Cerebrospinal shunt infeksi. Cairan fluid (CSF) shunt
infection.
5. Kateter infeksi peritoneal dialisis. Kateter dialisis peritoneal infeksi.
6. Infeksi Saluran Kemih , terutama dengan berdiamnya kateter kemih atau
saluran kemih komplikasi. Infeksi Saluran Kemih, terutama dengan
berdiamnya kateter kencing atau komplikasi saluran kemih.
7. Infeksi pada persendian prostetik . Infeksi pada sendi prostetik.
8. Infeksi cangkokan vaskular (tabung dimasukkan ke dalam pembuluh darah
untuk melewati daerah sumbatan atau kerusakan). Infeksi cangkokan
vaskular (tabung dimasukkan ke dalam pembuluh darah untuk melewati
daerah sumbatan atau kerusakan).
9. Infeksi pada anak baru lahir. Infeksi pada anak-anak baru lahir.
10. Mata infeksi, terutama setelah operasi mata. Mata infeksi, terutama setelah
operasi mata.
11. Infeksi pada jantung alat pacu jantung atau atau implan cardioverter-
defibrillator Infeksi pada jantung atau alat pacu jantung atau implan
cardioverter-defibrillator. Infeksi implan payudara, Infeksi payudara.

Pencegahan dan Pengobatan


S. epidermidis biasanya bakteri resisten terhadap antibiotik banyak.
Kebanyakan infeksi memerlukan pengobatan dengan antibiotik yang efektif, seperti
vankomisin, rifampisin, dan kuinolon yang lebih baru seperti gatifloksasin dan
moksifloksasin. Selain itu, pengobatan yang efektif biasanya memerlukan
penghapusan perangkat medis implan yang terinfeksi dengan S. epidermidis, seperti
berdiamnya kateter vena, dan prostetik (buatan) katup jantung dan sendi.
Kasus S. epidermidis resisten terhadap vankomisin sekarang muncul dan
antibiotik lainnya seperti linezolid dan quinupristin / dalfopristin mungkin perlu
digunakan.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Flora normal tubuh manusia merupakan populasi jasad renik yang mendiami
permukaan dalam dan luar dari tubuh manusia. Pada tubuh manusia banyak sekali bagian
tubuh yang di diami oleh flora normal, salah satunya pada bagian vagina. Pada vagina kita
dapat menemukan flora normal diantaranya Staphylococcus epidermidis, Candida albicans,
Lactobacillus acidophilus. Pada keadaan normal flora normal member kontribusi pada tubuh
manusia tetapi jika terjadi perubahan keseimbangan maka flora ini dapat menimbulkan
penyakit.

4.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam penyajian isi makalah. Untuk itu, saran yang membangun sangat kami harapkan untuk
melenkapi dan menyempurnakan makalah ini.

27
Daftar Pustaka

Enjtang, Indan.2003.Mikrobiologi dan parasitologi untuk akademi keperawatan dan sekolah


tenaga kesehatan yang sedarajat.Bandung:Citra Aditya Bakti
F. Brook, dkk.2005.Mikrobiologi Kedokteran.Jakarta:Salemba
http://keluargacemara.com/kesehatan/kehamilan/bakteri-vaginosis.html#ixzz18BvlUy9g

28

You might also like