You are on page 1of 16

PAPER

KAJIAN KURIKULUM FISIKA SEKOLAH

SEJARAH KURIKULUM PENDIDIKAN INDONESIA

Disusun Oleh:

Dinar Angga Sari (08302241012)

Jaya Nor Fitriana (08302241013)

Endah Susilowati (08302241019)

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2010
Abstract

At the beginning of curriculum is formed in 1947, it was called by


Rentjana Pembelajaran (learning plan) 1947. This curriculum in the past time
continued the curriculum that had been used by Netherlands because it is still in
process fighting to take independence of indonesia. The main charateristic of this
curriculum is more pushed in forming the charateristic of the humans who have
similar position with the other nation. After Rentjana pembelajaran (Learning
Plan) 1947, in 1952 the indonesia’s curriculum experienced completing and it
was called by Rentjana Pelajaran 1952. The charateristic of this curriculum is
every lessons have to pay attention the content of the lessons that is relationed
with the daily life. After 1952, beginning 1964 the government recompleting the
education curriculum system in indonesia It was called by Rentjana Pendidikan
(Learning Plan) 1964. The charateristic of this curriculum is the learning process
is centered in Pancawardhana program. It was development of morality,
intelligence, emotionality and body. The curriculum 1968 is refreshing of the
curriculum 1964 that it is the change of education structure from pancawrdhana
into development of the five basic principles of the Republic of Indonesia
(Pancasila) soul, basic knowledge and particular skill. The learning is directed
on activities to improve the intellegence, skill and development of the healthy
physical and strong. The curriculum 1975 as the curriculum subtituter 1968 that
pushed in the aim, in order to the education is more efficient and effective. The
curriculum 1984 used the process of skill approach. Although give priority to
process approach, but the aim factors is important. The curriculum is often called
by the curriculum 1975 that is completed. The position of students is placed as
subject of study. From the observe something, grouped, discussed until reported.
The model is called by Cara Belajar Siswa Aktif ( The Learning methods of
active student) CBSA. The curriculum 1994 is used as the effort to fuse the
previous curriculums and the completing of curriculum 1984 and it was held like
law number 2 year 1989 about national education system. This condition
impacted on system of the lessons time division. Because it change from system of
the 6 months into 4 months. By the system 4 months that its division in one year
change into 3 steps is hoped could give the chance for students to accept the more
material of lessons. The main charateristic in curriculum 1994 is The steps
division of lessons in the school is changed into 4 months system, The learning in
school more phused the material of lessons that is enough soil (oriented to
material of lessons / content), The curriculum 1994 has charateristic using one
system of curriculum to all student in indonesia. The curriculum allow the school
to improve the teaching by itself and it is adaptabled with the surroundings and
the requirement of people. In the activities , teacher have to choose and use the
strategies that involve the student actively in study by give the problems that need
the opened answer and research, In learning, the lessons have to be adaptabled
with the charateristic of concept and the improvement of the thinking way of
students so wiil result in the harmony of the concept understanding and teaching
that push on skill to solve and finish the problems. The teaching from the real
things to the abstract things, or easy to difficult and simple to complex. Reviewing
the material that is reputed difficult to consolidation the understanding. (KBK)
Competence based curriculum is a set of plans and setting about competence and
learning outcomes that have to be reached by students, assessment, learning
activity and development the education sources in curriculum improvement of
school. The charateristic of this curriculum according ti DEPDIKNAS (2002) are

 Pushed on the success of the competence the students individually or


classically.
 Oriented on the learning outcomes and the variety.
 Theaching use the approachment and variety metods
 Learning resources is not only teacher but also the other education unsure.

The next curriculum is KTSP or education unit level of curriculum


that is implementation form of law number 20 year 2003 about national education
system. Substantionally, the curriculum of education unit leve is according to
government law number 19 year 2005. But the content and direction of learning
development is still has the charateristic success in packages competence and
they are. The next curriculum is KTSP or education unit level of
curriculum that is implementation form of law number 20 year 2003 about
national education system. KTSP has the similar charaterstic with KBK. The
difference between KBK and KTSP are in KTSP the schools is given authority
fully in compose the education planing refer to standard, begin at the aim, vision
and mision, structure and contents of curriculum, learning burden, education
calender until the sylabus development.

A. Pengertian Kurikulum

Dalam banyak literature kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau


rencana tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh
peserta didik melalui suatu pengalaman belajar. Dokumen atau rencana
tertulis itu berisikan pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki
seorang peserta didik yang mengikuti kurikulum tersebut. Pengertian kualitas
pendidikan di sini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai dokumen
merencanakan kualitas hasil belajar dan proses pendidikan yang harus
dimiliki dan dialami peserta didik. Kurikulum dalam bentuk fisik ini
seringkali menjadi fokus utama dalam setiap proses pengembangan
kurikulum karena menggambarkan ide atau pemikiran para pengambil
keputusan yang digunakan sebagai dasar bagi pengembangan kurikulum
sebagai suatu pengalaman.
Aspek yang tidak terungkap secara jelas tetapi tersirat dalam definisi
kurikulum sebagai dokumen adalah bahwa rencana yang dimaksudkan
dikembangkan berdasarkan suatu pemikiran tertentu tentang kualitas
pendidikan yang diharapkan. Perbedaan pemikiran atau ide akan
menyebabkan terjadinya perbedaan dalam kurikulum yang dihasilkan, baik
sebagai dokumen maupun sebagai pengalaman belajar
Pengertian kurikulum berdasarkan UU No 20 tahun 2003 pasal 19 ayat 1
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
(http://abinissa.wordpress.com/2007/11/20/sejarah-kurikulum-indonesia/)

B. Sejarah Kurikulum Indonesia

Sejarah kurikulum pendidikan di Indonesia sering mengalami perubahan


setiap ada pergantian Menteri Pendidikan, sehingga mutu pendidikan
Indonesia hingga kini belum memenuhi standar mutu yang jelas dan mantap.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan nasional
telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975,
1984, 1994, 2004, dan 2006. (http://www.gamalielschool.org/index.php?
option=com_content&view=artice&id=28:evolusi-kurikulum-
pendidikanindonesia&catid=3:kurikulum& Itemid =11). Perubahan tersebut
merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial
budaya, ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Sebab kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang
terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945.
(http://zamzamisaleh.blogspot.com /2010/03/sejarah- perkembangan
kurikulum.html). Berikut kurikulum-kurikulum yang pernah dan sedang
diterapkan di dalam sistem pendidikan di indonesia :
1. Rentjana Peladjaran 1947

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai


istilah “leer plan”. Dalam bahasa Belanda artinya rentjana peladjaran. Saat
itu kurikulum pendidikan di Indonesia masih dipengaruhi sistem
pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan
yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Peladjaran 1947 yakni
sebutan kurikulum saat itu merupakan pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan berbangsa saat itu masih
dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai
development conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dengan bangsa lain.
(http://www.gamalielschool.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=28:evolusi-kurikulum-pendidikan-
indonesia&catid=3:kurikulum &Itemid=11).

Pendidikan berubah dari orientasi pendidikan Belanda ke


kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Rentjana
Peladjaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Bentuknya
memuat dua hal pokok yaitu daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
serta garis-garis besar pengajaran. Rentjana Peladjaran 1947
mengutamakan pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari,
perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
(http://abinissa.wordpress.com/2007/11/20/sejarah-kurikulum-indonesia/)

2. Rentjana Peladjaran Terurai 1952

Setelah Rentjana Peladjaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di


Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 ini diberi nama
Rentjana Peladjaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada
suatu sistem pendidikan nasional, lebih merinci dan silabus mata
pelajarannya jelas sekali. Ciri yang paling menonjol dan sekaligus ciri
dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-
hari. (http://www.gamalielschool.org/index.php?option=com.content&
view=article&id=28:evolusi-kurikulum-pendidikan-indonesia&catid=3:
kurikulum &Itemid=11).

3. Rentjana Pendidikan 1964

Menjelang tahun 1964, dilakukan kembali penyempurnaan sistem


kurikulum di Indonesia, yang hasilnya dinamakan Rentjana Peladjaran
1964. Yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah penekanan pada
pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD, sehingga
pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana, yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional / artistik, keprigelan, dan
jasmani. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya dan
moral. Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan
fungsional praktis. (http://www.gamalielschool.org/index.php?
option=com.content&view =article&id=28:evolusi-kurikulum-pendidikan-
indonesia&catid=3: kurikulum &Itemid=11).

4. Rencana Pendidikan 1968 atau kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964,


yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum pendidikan dari
Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar,
dan kecakapan khusus. Dari segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968
bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk
manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasandan keterapilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan
kuat. (http://www.scribd.com/doc/15072980/Perjalanan-Kurikulum-Di-
Indonesia)
Kurikulum 1968 bertujuan membentuk manusia pancasila sejati
yang menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
Kurikulum 1968 merupakan kurikulum bulat. Hanya memuat mata
pelajaran pokok-pokok saja. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis,
tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya
pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang
pendidikan. (http://dedidwitagama.wordpress.com/2008/03/24/tentang-
kurikulum-indonesia/)

5. Kurikulum 1975

Sebagai pengganti kurikulum 1968 adalah kurikulum 1975. Dalam


kurikulum ini menggunakan pendekatan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI), mengarah kepada tercapainya tujuan spesifik, yang
dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa. Dalam
pelaksanaannya banyak menganut psikologi tingkah laku dengan
menekankan kepada stimulus respon dan latihan.
(http://www.gamalielschool.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=28:evolusi-kurikulum-pendidikan-
indonesia&catid=3:kurikulum &Itemid=11)

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih


efisien dan efektif. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Pada zaman ini
dikenal istilah satuan pelajaran, yaitu rencana pelajaran setiap satuan
bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi, yaitu; petunjuk umum, tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan
belajar-mengajar, dan evaluasi. Pada kurikulum 1975 fokus pelajaran pada
matematika, pancasila dan kewarganegaraan. Menurut kurikulum ini,
dalam menyusun kurikulum fisika ( waktu itu disebut Ilmu Alam ), perlu
memperhatikan tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus;
baru kemudian langkah pembelajaran dan isi fisiska yang mau diajarkan.
Dalam merumuskan tujuan instruksional khusus, harus sampai pada
kemampuan siswa untuk dapat melakukan sesuatu setelah mereka
mempelajari bahan fisika tertentu. Misalnya, siswa dapat merangkaikan
rangkaian paralel secara benar; siswa dapat menghitung besarnya tahanan
keseluruhan pada rangkaian paralel secara benar. (Suparno, Paul. 2009.
Kajian Kurikulum Fisika SMA/MA Berdasarkan KTSP. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma). Guru disibukkan dengan menulis rincian apa
yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran. Kurikulum 1975
hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntutan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Karena itulah pada tahun 1984 pemerintah menetapkan
pergantian kurikulum 1975 oleh kurikulum 1984.
(http://dedidwitagama.wordpress.com/2008/03/24/tentang-kurikulum-
indonesia/)

6. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski


mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting.
Kurikulum ini juga sering disebut Kurikulum 1975 yang disempurnakan.
Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL).
(http://zamzamisaleh.blogspot.com/2010/03/sejarah-perkembangan-
kurikulum.html)
Pendekatan CBSA di dalam kelas terdapat kegiatan belajar yang
mengaktifkan siswa (melibatkan siswa secara aktif). Hanya saja kadar
keterlibatan siswa itulah yang berbeda. Kalau dahulu guru lebih banyak
menjejalkan fakta, informasi atau konsep kepada siswa, akan tetapi saat ini
dikembangkan suatu keterampilan untuk memproses perolehan siswa.
Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum
terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar
mereka mampu menampilkan potensi itu, betapapun sederhananya. Para
guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai
dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep.
Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa
belajar aktif. Hakekat CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-
emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan
terjadinya:
 Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan
terbentuknya pengetahuan
 Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan
terbentuknya keterampilan
 Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan
(http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/27/pendekatan-
cbsa/).

Pendekatan CBSA sangat mempengaruhi bagaimana para guru


fisika merencanakan pembelajaran dan juga menyajikan pelajaran fisika di
kelas. Yang khas pada zaman itu adalah dalam mengajarkan fisika, siswa
harus diajak aktif, melakukan aktivitas yang nyata. Maka model siswa
melakukan eksperimen, mengerjakan soal, melakukan proyek bersama
sangat menonjol. Dalam mengajarkan suatu teori, guru perlu membantu
siswa untuk mencermati proses terjadinya. Proses menemukan teori ini
sangat penting karena dengan demikian siswa diharapkan sungguh
mengerti secara mendalam. Kesulitan yang kadang muncul adalah sering
guru membiarkan siswa bergulat dengan proses, dan tidak membantu
siswa sampai menemukan yang dicari. Maka banyak siswa tidak mencapai
kompetensi yang diharapkan sehingga muncul sindiran, CBSA= cah bodo
saya akeh (anak yang bodoh semakin banyak). (Suparno, Paul. 2009.
Kajian Kurikulum Fisika SMA/MA Berdasarkan KTSP. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma).
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Kurikulum 1994 dibuat sebagai penyempurnaan kurikulum 1984


dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari
pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya sebagai berikut:
 Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan,
diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak.
 Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang
cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
 Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu
sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
 Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik
secara mental, fisik, dan sosial.
 Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan
kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa.
 Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang
mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang
komplek.
 Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan
untuk pemantapan pemahaman siswa.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul permasalahan.
Kurikulum 1994 yang berorientasi pada isi, menekankan pada banyaknya
bahan fisika yang diajarkan di SMA. Oleh karena bahan fisika yang
diajarkan sangat banyak, dan waktunya sering tidak cukup, maka
muncullah model pembelajaran ceramah ketat dan hafalan. Meskipun
bahan selesei, tetapi siswa tetap siswa tidak mengetahui bahan itu.
(Suparno, Paul. 2009. Kajian Kurikulum Fisika SMA/MA Berdasarkan
KTSP. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma). Permasalahan ini
mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum
tersebut. Salah satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen
Kurikulum 1999. Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip penyempurnaan kurikulum, yaitu;
 Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi
yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar,
potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta sarana pendukungnya.
 Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran
substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat
perkembangan siswa.
 Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait,
seperti tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana
termasuk buku pelajaran.
(http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/16/bagaimanakah-perjalanan-
kurikulum-nasional-pada-pendidikan-dasar-dan-menengah/)
8. Kurikulum 2004

Kurikukum yang dikembangkan pada tahun 2004 diberi nama


Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum Berbasis Kompetensi
merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan
hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar
mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam
pengembangan kurikulum sekolah. Rumusan kompetensi dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan pernyataan apa yang
diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan siswa dalam setiap
tingkatan kelas dan sekolah dan sekaligus menggambarkan kemajuan
siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk menjadi
kompeten.
Pendidikan berbasis kompetensi menitikberatkan pada
pengembangan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu sesuai
dengan standar performance yang telah ditetapkan. Kompetensi
merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kebiasaan berpikir
dan bertindak secara konsisten dan terus menerus dapat memungkinkan
seseorang untuk menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan sesuatu. Dasar
pemikiran untuk menggunakan konsep kompetensi dalam kurikulum
adalah sebagai berikut;
a. Kompetensi berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu
dalam berbagai konteks.
b. Kompetensi menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk
menjadi kompeten.
c. Kompeten merupakan hasil belajar (learning outcomes) yang
menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa setelah melalui proses
pembelajaran.
d. Kehandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus
didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat
dicapai melalui kinerja yang dapat diukur.
Penerapan pendidikan berbasis kompetensi diharapkan akan
menghasilkan lulusan yang mampu berkompetisi di tingkat global.
KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
 Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual
maupun klasikal.
 Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
 Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan
metode yang bervariasi.
 Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif.
 Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya
penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.
 Struktur kompetensi dasar KBK ini dirinci dalam komponen aspek,
kelas dan semester.
 Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun
pelajaran pada setiap level.
 Setiap hasil belajar memiliki seperangkat indikator.
 Guru akan menggunakan indikator sebagai dasar untuk menilai apakah
siswa telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan.
(http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/16/bagaimanakah-
perjalanan-kurikulum-nasional-pada-pendidikan-dasar-dan-
menengah/)

Dalam bidang fisika, kurikulum juga disusun dengan pertama-tama


memperhatikan kompetensi fisika apa yang perlu dikuasai siswa dalam
mempelajari topik fisiska tertentu. Setelah ditentukan kompetensi yang
perlu dipunyai siswa, barulah dicari indikator pencapaiannya, dan dipilih
bahan yang sesuai. Jadi perencanaan kurikulum fisika bukan mulei dari
bahannya apa, tetapi dari kompetensi yang diharapkan apa. Dari
pemerintah pusat telah dibuatkan standar kompetensi belajar fisika di
SMA, guru tinggal mempelajari, memperluas, dan mengajarkannya. Yang
menarik pada saat itu adalah munculnya buku-buku teks fisika lama, yang
dengan cepat diganti model kompetensi. Maka siswa harus berganti buku
teks yang baru. Oleh karena buku-buku lain juga diganti model KBK,
maka siswa SMA hrus membeli buku teks macam-macam yang banyak.
Maka mulei ada keluhan tentang mahalnya buku teks di SMA. (Suparno,
Paul. 2009. Kajian Kurikulum Fisika SMA/MA Berdasarkan KTSP.
Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma).

9. Kurikulum 2006 ( Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Awal 2006 KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target kompetensi
pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan
dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru
lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai
dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
disebabkan karangka dasar (KD), standar kompetensi lulusan (SKL),
standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran
untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional. Jadi pengembangan perangkat pembelajaran, seperti
silabus dan sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan
(sekolah) dibawah koordinasi dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
(http://zamzamisaleh.blogspot.com/2010/03/sejarah-perkembangan-
kurikulum.html).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah


kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di
masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis
diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Penyusunan KTSP
oleh sekolah dimulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu pada
Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan
dasar dan menengah . Pada prinsipnya, KTSP merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari SI, namun pengembangannya diserahkan kepada
sekolah agar sesuai dengan kebutuhan sekolah itu sendiri. KTSP terdiri
dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.
Pelaksanaan KTSP mengacu pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006
tentang Pelaksanaan SI dan SKL. Pemberlakuan KTSP, sebagaimana yang
ditetapkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun
2006 tentang Pelaksanaan SI dan SKL, ditetapkan oleh kepala sekolah
setelah memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah. Dengan kata
lain, pemberlakuan KTSP sepenuhnya diserahkan kepada sekolah, dalam
arti tidak ada intervensi dari Dinas Pendidikan atau Departemen
Pendidikan Nasional. Penyusunan KTSP selain melibatkan guru dan
karyawan juga melibatkan komite sekolah serta bila perlu para ahli dari
perguruan tinggi setempat. Dengan keterlibatan komite sekolah dalam
penyusunan KTSP maka KTSP yang disusun akan sesuai dengan aspirasi
masyarakat, situasi dan kondisi lingkungan dan kebutuhan masyarakat.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan)
DAFTAR PUSTAKA

Suparno, Paul. 2009. Kajian Kurikulum Fisika SMA/MA Berdasarkan KTSP.


Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
http://abinissa.wordpress.com/2007/11/20/sejarah-kurikulum-indonesia/ diakses
pada hari Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 19.33 WIB
http://dedidwitagama.wordpress.com/2008/03/24/tentang-kurikulum-indonesia/
diakses pada hari Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 19.24 WIB
http://www.gamalielschool.org/index.php?
option=com_content&view=artice&id=28:evolusi-kurikulum-
pendidikanindonesia&catid=3:kurikulum& Itemid =11 diakses
pada hari Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 19.28 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan diakses pada
hari Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 19.20 WIB
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/10/27/pendekatan-cbsa/ diakses
pada hari Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 19.17 WIB
http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/16/bagaimanakah-perjalanan-kurikulum-
nasional-pada-pendidikan-dasar-dan-menengah/ diakses pada hari
Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 19.19 WIB
http://www.scribd.com/doc/15072980/Perjalanan-Kurikulum-Di-Indonesia
diakses pada hari Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 19.08 WIB
http://zamzamisaleh.blogspot.com/2010/03/sejarah-perkembangan-
kurikulum.html diakses pada hari Rabu, 6 Oktober 2010 pukul
19.32 WIB

You might also like