You are on page 1of 4

PERMAINAN KASTI

Kasti atau Gebokan merupakan sejenis olahraga bola. Permainan yang dilakukan 2
kelompok ini menggunakan bola tenis sebagai alat untuk menembak lawan dan tumpukan
batu untuk disusun. Siapapun yang berhasil menumpuk batu tersebut dengan cepat tanpa
terkena pukulan bola adalah kelompok yang memenangkan permainan. Pada awal permainan,
ditentukan dahulu kelompok mana yang akan menjadi penjaga awal dan kelompok yang
dikejar dengan suit. Kelompok yang menjadi penjaga harus segera menangkap bola
secepatnya setelah tumpukan batu rubuh oleh kelompok yang dikejar. Apabila bola berhasil
menyentuh lawan, maka kelompok yang anggotanya tersentuh bola menjadi penjaga
tumpukan batu. Kerjasama antaranggota kelompok sangat dibutuhkan seperti halnya olahraga
softball atau baseball.

Versi lain permainan kasti yang banyak dimainkan anak anak sekolah dasar: pemain dibagi
dua regu, salah satu mendapat giliran jaga dan satu regu lagi mendapat giliran untuk
memukul. Disediakan beberapa pos yang ditandai dengan tiang dimana pemain serang (yang
mendapat giliran pukul) tak boleh di"gebok" atau dilempar dengan bola. Pemain serang
bergiliran memukul bola yang diumpan oalh salah seoarng pemain jaga. Pemain jaga berjaga
dilapangan untuk mencoba menangkap pukulan pemain serang. Ketika bola terpukul pemain
serang berlari ke pos berikut atau "pulang" ke "rumah" yang dibatasi dengan sebuah garis.
Kalau pemain yang sedang lari menuju pos atau pulang dapat di"gebok" dia dinyatakan mati
dan kedua regu berganti - regu serang jadi regu jaga dan sebaliknya. Pemain serang yang
berhasil pulang mendapat satu angka. Regu yang mendapat angka terbanyak ketika
pertandingan berakhir dinyatakan menang. Permainan ini memang menggunakan gerak dasar
berlari, memukul bola dengan sebuah tongkat, menangkap dan melempar.

Tahukah kamu tentang permainan kasti? Pernahkah kamu memainkannya bersama teman-
teman? Sudah lama saya tidak pernah melihat ada anak-anak main kasti terutama di kampung,
saya rindu! Dulu waktu saya kecil belum ada PS (play station), yang ada nitendo, game watch,
atau dingdong. Tapi permainan tradisional masih jadi favorit.

Tinggal di perkampungan yang cukup padat tidak menghalangi kesenangan saya dan teman-
teman untuk bermain setiap pulang sekolah waktu SD atau di hari Minggu, walaupun seringkali
ada tetangga yang berteriak atau marah karena kami dianggap mengganggu jam istirahat
mereka. Salah satu permainan favorit saya adalah kasti. Jangan bayangkan kami memainkan
kasti di lapangan olah raga dengan alat pemukul dan bola kasti. Kami biasa main di gang
kampung dengan menggunakan bola dari plastik-plastik sampah yang diisi batu kecil supaya
keras lalu diikat karet gelang sampai berbentuk bulat tidak sempurna tapi cukup bisa
menggantikan bola sesungguhnya, tanpa pemukul kami menggunakan tangan, base atau
“pal”nya kami menggunakan tanda di tembok atau tiang listrik.

Kasti dimainkan anak laki-laki dan perempuan, bisa campur dalam satu tim dan tidak ada
pembedaan. Bola sampah dilempar dan harus mengenai anggota badan lawan dengan begitu
dianggap menang. Karena bola sampah yang keras kadang sampai membekas di badan,
kadang ada juga anak yang sampai menangis karena sakit, tapi itu cuma sebentar karena
setelahnya akan langsung bergabung main lagi, tidak ada dendam, walaupun kadang ada juga
yang sampai bertengkar tapi tidak berlangsung lama bahkan bisa bertukar dan menjadi satu tim.

Permainan kasti ini mengajarkan anak-anak untuk bekerjasama berusaha untuk satu tujuan
yang sama, mengajarkan bagaimana menerima dan mengakui kekalahan, mengajarkan
bagaimana menyikapi kemenangan, mengajarkan untuk bisa saling memaafkan, mengajarkan
tentang kesetaraan anak laki-laki dan perempuan, yang bersekolah dan yang tidak, mengajarkan
bagaimana untuk “survive”, mengajarkan saya dan teman-teman tentang arti kebersamaan yang
akan selalu kaki kenang sampai kami tua.

Ini permainan anak-anak di zaman dahulu kala, waktu saya masih sekolah di Sekolah Dasar,
dan sepertinya permainan Kasti ini sudah hilang dari “jagad permainan anak-anak” di Indonesia.

Zaman saya SD dulu (tahun 1976-1982) yang namanya permainan Kasti ini sangat lah populer,
bayangkan sampai toko-toko olahraga di kampung saya sampai menjual alat pemukul + bola
kasti nya kok. Bola kastinya juga ada dua jenis: yang satu bola lembut alias bola tenis lapangan
yang dipakai main atau yang kedua bola merah - nah kalo bola merah ini (jangan khawatir) kalo
kena di badan bakalan “ngecap” merah bekas bola yang dilempar ke badan itu, yaaaa … insya
Allah sampai besok hari itu “cap” bola nya masih ada di badan kok, dan kalau mandi rasanya?
periiiihhhh …

Kalau bola kasti yang dari bola tenis kan keras juga tuh? apalagi kalau kena di badan, tapi kalau
bola Kasti yang merah, wuuiiiihhhhh … jangan salah: bola kasti merah itu terbuat dari serabut
kelapa atau serabut kayu yang di bungkus dengan bahan karet berwarna merah; nah kalo bola
tenis itu bagian dalamnya kosong / udara, tapi bola kasti merah isinya serabut kelapa atau
serabut kayu itu, dan kalau bola tenis itu bisa memantul tapi bola kasti merah tiada memantul
dan berat … Nah kalau ada yang belum tahu kenapa kok itu bola-bola bisa mampir ke badan
dan bikin perih? Begini ceritanya:

Permainan kasti itu permainan yang hampir sama dengan permainan Base Ball ataupun Soft
Ball; kalau bermain Base Ball atau Soft Ball itu memakai Glove untuk menangkap bola yang
terpukul atau menangkap bola yang di lempar oleh kawan, maka di permainan kasti tidak
mengenal glove (atau sarung tangan), telanjang tangan, sekencang apapun lemparan bola atau
hasil pukulan lawan maka ditangkap dengan tangan kosong, panas? ya iyalah … apalagi kalo
lemparannya kuenceeeng …

Dalam permainan kasti juga di kenal istilah “hong” atau base, sama dengan Base Ball atau Soft
Ball, “hong” atau base itu ada 3; hanya saja jika di permainan Base Ball atau Soft Ball pemain
tidak boleh menempati 1 base lebih dari satu pemain, tapi kalau kasti boleh berapapun pemain
menempati 1 hong atau 1 base (asal masih ada aja pemukul yang mukul bola hehehe …).
Aturan main yang lain dalam permainan kasti adalah boleh sebanyak berapapun boleh ikutan
main: misal 12 lawan 12, yang penting se-imbang / adil.

Cara main nya juga mirip-mirip dengan Base Ball atau Soft Ball; ada yang jaga, ada pelempar
bola (di soft ball: pitcher), ada penjaga penangkap bola (catcher), jika kita kebagian yang jaga
maka tugas-tugasnya adalah: pelempar, penangkap, penjaga; bagaimana menilai supaya
gantian jaga? sama dengan Base Ball atau Soft Ball jika sudah 3 orang out, maka perpindahan
tugas; tapi bedanya dengan soft ball atau base ball perpindahan permainan berdasarkan 3
pemain keluar karena dimatikan dengan cara disentuh badannya dengan bola atau pukulannya
tertangkap langsung oleh lawan dan/atau 3 lemparan tidak sesuai arah badan pemukul, kalau di
kasti perpindahan tugas karena 3 orang “terbunuh” atau terkena lemparan bola (ini nih
menariknya kasti) dan si pelempar pun boleh melempar sekuat-kuatnya tenaga (tapi biasanya
ada konsensus antar pemain guna merumuskan mana yang dilarang mana yang boleh
dilakukan, terutama daerah badan mana yang boleh terkena lemparan atau tidak diperbolehkan
terkena lemparan).
Jika di Base Ball atau Soft Ball kan pemain penjaga hanya boleh menempelkan bola ke badan
lawan tuh, dan dilarang melempar, tapi kalau di kasti wuiiiihhhhhh … maka itu kalau main kasti
memakai bola merah itu dan si pelempar sangat “titis” atau gape atau pinter, maka yang terkena
lemparannya insya Allah akan menderita panas dalem. Dan yang lebihs erunya lagi si pelempar
atau yang jaga (setelah bola tertangkap) boleh dengan serta merta mengejar orang yang mau di
matikan, dan yang mau dimatikan boleh berlari sejauh sekehendak hatinya juga … jadi? ya
kejar-kejaran lah …

Dalam permainan kasti ini cara pelempar melempar bola ke si pemukul juga dengan memakai
lemparan yang tidak kencang; hanya di “angsurkan” saja ke si pemukul; beda toh dengan Base
Ball (yang di lempar nya kuenceng-kueeenceng) dan Soft Ball (yang dilempar lumayan kenceng
tapi dengan cara memutar tangan dari atas ke bawah) melewati pinggir badan bagian bawah
atau pinggang / paha pelempar. Kalau di permainan kasti juga si pemukul sudah memberikan
“batasan” tinggi bola: satu tangan memberikan batas tinggi bola, satu tangan lagi untuk memukul
bolanya, dan tidak ada istilah “Home run” hanya saja pelaksanaannya sama dengan home run di
Base Ball atau Soft Ball.

Begitulah kira-kira permainan kasti yang sekarang sudah “lenyap” dari dunia permainan anak-
anak zaman sekarang - tergantikan dengan Game Boy atau futsal atau yang lain-lain yang
berbentuk permainan visual. Saya kalau diminta mempraktekkan boleh-boleh saja kok hehehe

Suatu kali kasti dipertandingkan di acara 17 Agustusan di SD tempat saya bersekolah; antar
kelas; dan saya ikut masuk dalam team kasti kelas saya - kelas IVA, setelah menjalani tos-tosan
maka lawan pertama kami adalah Team Kasti Kelas VA dimana disana ada seorang kakak kelas
yang saya benci sekali; sok pinter kalau maen bola (atau memang pinter ya?), kalau sudah
“gocek” bola sok-sok ngikutin gaya Maradona (dulu Maradona idola saya tuh), kalau ketemu
saya sebagai lawan bakalan saya sikat kakinya; saya nggak mikir bola, yang penting dia jatuh:
sayangnya kebanyakan dia yang bisa menghindar: gimana nggak tambah gondok tuh? apalagi
team bola dia sering menang, huuuu-uuuuhhh …

Nah dalam pertandingan kasti itu giliran kami menjadi penjaga (game awal team lawan dengan
mudah mematikan 3 pemain kami: ya jelas lah orang beda umur, mereka lebih tua 1 tahun kan -
hehe … ngelessssss) tanpa sempat kami mencetak skor (gile aje …). Bersiap-siap si “songong”
ini mau memukul bola, saya? dengan sigap langsung mengambil posisi strategis supaya bisa
menghadang si “shoooongooong” itu … tap dia pukul bola yang berhasil ditangkap oleh teman
saya di jarak yang lumayan jauh, saya teriak kuenceeeng ke teman yang menangkap bola
pukulannya “wooooiiii … siniiiiii … sssiiiinnniiiii…” berhasil !!! saya berhasil menangkap bola
lemparan teman saya dan dengan membalik badan - dengan jarak sekitar 4 atau 5 meter saya
sudah bisa melihat dia berlari pelan-pelan (iya bener  dia larinya pelan-pelan sambil senyum-
senyum mengejek saya … ) saya lari mengejar dengan bola kasti merah yang siap saya
“tembakkan” dengan kekuatan penuh … huuuffffff … eh si songong itu lari sedikit-sedikit saja
menghindar (dan tetap senyum-senyum mengejek) … dengan emosi meledak-ledak dan bola
kasti merah yang sudah panas membara siap terlontar, saya lemparkan bola itu mengarah ke
badan si songong … wusssssssssssssssssss … meluncur cepat mengarah tepat di dada nya si
songong “kena lu, mampus lu” dalam hati saya sudah berteriak kegirangan … eiitssss nanti dulu
… si songong hanya menundukkan sedikit saja badannya, maka alhamdulillah dia lolos dari
maut … siaaallllll … tapi? kemana bola lemparan saya yang kencang bak geledek di hari
kemarau - panas menggelegak itu meluncur???? … wwwuuuusssss … dengan kekuatan yang
stabil berhasil menghancurkan sasaran berupa kaca jendela ruang kepala sekolah
“grumpyaaaaang..” … mampus …
Walaupun itu lemparan yang (bagi saya - dan tentu bagi anda-anda semua kan?) tidak disengaja
mengenai kaca jendela ruang kepala sekolah, tapi bagi sebagian besar guru-guru dan teman-
teman sekolah saya waktu itu, lemparan saya (yang bak segulungan tawon panas mendengung
mencari tempat buat di ‘entup” itu) dianggap kesalahan saya dan wajib bagi saya untuk
membersihkan dan membereskan pecahan-pecahan kaca nya. Gimana? tambah dongkol nggak
sama si ssshhhooongong itu? ya eyalah ….

Pulang dengan perasaan kesal karena 1. Tidak bisa mematikan dan men”cap” badan si
songong, 2. Diwajibkan membereskan kaca pecah, dan 3. Team kasti kami kalah total; lengkap
sudah penderitaan saya. Gubraaaaakkk saya buka pintu rumah, masuk dengan bersungut-
sungut … buka sepatu, lempar tas sekolah, ganti baju, langsung menuju meja makan …
eehhhhh si sshhhooongong itu sudah duduk dengan manis nya di meja makan dan masih
dengan senyum nya yang menyakiti hati … “Buuuuu, andriii tuuuhhhhh ngeledekin beny
terusssss …“

You might also like