You are on page 1of 28

Laporan Study Tour

Yogyakarta

Laporan ini di buat oleh

Nama : Septian Suprianto


Kelas : XI IPS 3

SMA Pasundan 2 Cimahi


Jl. Melong Raya No. 4 Perumnas Cijerah II Telp/Fax.(022) 6019397 Cimahi 40534
Tahun Pelajaran 2010/2011
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillahirobil’alamin,puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat


Alloh swt melimpahkan rahmat serta hidayat-nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan karya tulis ini tanpa halangan suatu apapun.Karya tulis
ini kami susun sesuai dengan objek-objek /lokasi-lokasi yang telah kami kunjungi di
yogyakarta,diantaranya adalah :

 PT. Madubaru Yogyakarta


 Candi borobudur
 Malioboro
 Museum Benteng Vredeburg
 Goa Jatijajar

Di dalam objek wisata yang kami kunjungi terdapat beberapa sejarah yang
sangat berarti bagi bangsa Indonesia. oleh karena itu kami harus abadikan dan
pelihara dengan sebaik mungkin,agar sejarah-sejarah tersebut tidak akan lenyap
dengan sering berjalannya waktu.

Bandung, 20 Maret 2011

Hormat saya .........

se

Septian Suprianto......
Daftar Isi

Halaman Judul..................................................................
Kata Pengantar.................................................................
Daftar Isi...........................................................................
 Visi & Misi Perusahaan PT. Madubaru Yogyakarta

 Pendahuluan

 Berdirinya Pabrik-Pabrik Gula  Madu Baru PT

 Pembuatan alkohol

 Pengelolahan Gula di P.G Madukismo (Madu Baru)

 Penutup
A.Kesimpulan
B.Saran-Saran
C. Penutup
 Visi & Misi Perusahaan PT. Madubaru
Yogyakarta
 

Visi

Menjadikan PT.Madubaru ( PG/PS Madukismo ) perusahaan Agro Industri yang


unggul di Indonesia dengan menjadikan Petani sebagai mitra sejati 

Misi

 Menghasilkan Gula dan Ethanol yang berkualitas untuk memenuhi


permintaan masyarakat dan industri di Indonesia
 Menghasilkan produk dengan memanfaatkan tekhnologi maju yang ramah
lingkungan ,dikelola secara profesional dan inovatif,memberikan pelayanan
yang prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan
petani.
 Mengembangkan produk/bisnis baru yang mendukung bisnis inti.
 Menempatkan karyawan dan stake hoders laninya sebagai bagian terpenting
dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian share
holder values.

 Pendahuluan
Ketika orang asing masuk di Yogyakarta dan kemudian mencicipi makanan
Yogyakarta dapat dipastikan mereka akan berkomentar bahwa masakan
Yogyakarta rata-rata rasanya manis. Coba saja geplak, gudeg, bakpia, wajik,
getuk. Saking serba manis itu orang luar Jawa sering berceloteh bahwa di Yogya
daging ayam, telur, nangka bisa dikolak untuk mengomentari makanan dengan cita
rasa manis. Hal ini tidak terlepas dari sejarah Yogyakarta yang menyimpan banyak
pabrik gula pada waktu penjajahan Belanda. Tidak akan pernah ada dalam
bayangan kebanyakan orang bahwa dalam wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta
mempunyai jumlah pabrik gula yang banyak. Catatan             J. Marches, Overzicht
van de Bedriftsresultanten Betreffende Campagne 1941 yang dikeluarkan oleh
Proefstation Voor Java Suikerindustrie sekarang Pusat Penelitian Perkebunan Gula
Indonesia (P3GI) mengagetkan semua, teristimewa bagi mereka  yang lahir setelah
kemerdekaan. Dalam wilayah yang sesempit ini (3.185,80 km2) terdapat 17 pabrik
gula, yaitu PG Randugunting, PG Tanjungtirto, PG Kedaton Pleret, PG Wonocatur,
PG Padokan, PG Bantul, PG Barongan, PG Sewu Galur, PG Gondanglipuro, PG
Pundong, PG Gesikan, PG Rewulu, PG Demakijo, PG Cebongan, PG Beran, PG
Medari, dan PG Sendangpitu.
Ketika jaman mallaise atau sering disebut jaman meleset menghantam dunia,
banyak pabrik gula yang kemudian tutup karena harga gula yang jeblog karena
supply gula dunia yang berlebih. Pada tahun 1931 terjadi kesepakatan
perdagangan gula yang dikenal sebagai Charbourne Agreement. Pada perjanjian
itu Pemerintah Belanda diharuskan mengurangi jumlah produksi. Jawa diwajibkan
menurunkan produksi gulanya dari sekitar 3 juta ton menjadi tidak lebih 1,4 juta ton
per tahun. Hal yang sama terjadi juga di wilayah Yogyakarta. Sembilan pabrik gula
tumbang dan harus ditutup. Pabrik-pabrik yang masih survive melewati jaman
mallaisse ada delapan: PG Tanjungtirto, PG Kedaton Pleret, PG Padokan, PG
Gondang Lipura, PG Gesikan, PG Cebongan, PG Beran, serta PG Medari.
Andaikan saja tidak terjadi mallaise atau jaman meleset dengan ditutupnya banyak
pabrik gula, Belanda merencanakan membuat pelabuhan di Parangtritis.
Tujuannya adalah tentu saja untuk mengangkut gula yang dihasilkan dari daerah
Yogyakarta dan sekitarnya. Sejarah menentukan lain. Mallaise datang. Jepang
juga datang disusul kemerdekaan Republik Indonesia yang didukung sekali oleh
Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
 

Gambar 1. Peta Lokasi Pabrik Gula Djogja Tempo Doeloe

PT.Madubaru yang terletak di daerah Kabupaten Bantul Propinsi Daerah Istimewa


Yogyakarta mempunyai usaha pokok Pabik Gula Dan Pabrik Spiritus.yang terkenal
dikalangan masyarakat luas dengan sebutan PG/PS Madukismo dengan potensi
dan peluang pengembangan usaha yang potensial masih memiliki kesempatan
tumbuh dan berkembang menjadi suatu perusahaan Agro Industri yang berbasis
tebu dan dikelola secara profesional dan inovatif untuk menghadapi persaingan
bebas diera globalisasi dengan petani sebagai mitra sejati .

Dengan menggunakan setrategi bisnis Overal Cost Leadership pada usaha pokok
dan strategi bisnis differensiasi pada diversifikasi usaha maka PT. Madubaru siap
menghadapi persaingan khususnya tahun 2009 dan tahun-tahun mendatang .

PT. Madubaru dengan kepemilikan saham 65% Sri Sultan Hamengku Buwono X
(Kraton Ngayogjokarto 
Hadiningrat ) dan 35 % PT.Rajawali
Nusantara 
Indonesia (PT.RNI),serta pelaksanaan
konsep Good Corporate Governance
(GCG) secara konsisten akan menjadi
daya tarik tersendiri bagi masyarakat ,
petani tebu , dan juga investor yang
menanamkan modalnya. PG Madukismo, yang terletak di lingkungan kerja PG
Madukismo Bantul Yogyakarta menawarkan paket agrowisata yang lumayan
lengkap. Pengunjung bisa menikmati lingkungan pabrik yang didirikan atas prakarsa
Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno dengan Sri Sultan Hamengku
Buwono IX. Pengunjung bisa menikmati pemandangan pepohonan yang rimbun
berusia ratusan tahun, keliling kebun tebu naik lokomotif (spoor) tebu tua. Lebih dari
itu pengunjung juga bisa mengajak keluarga serta anak-anak untuk melakukan
berbagai kegiatan outdoor yang menarik. Mengunjungi obyek wisata ini kita juga
semakin disadarkan betapa proses membuat gula merupakan proses yang panjang.
Untuk menghasilkan gula manis dan higienis seperti yang selama ini kita konsumsi
banyak melibatkan orang. Sebelum tebu masuk pabrik, bahan pembuat gula ini
harus melewati masa pertumbuhannya di lahan petani selama satu tahun untuk
mencapai kemasakannya yang optimal dan siap digiling. Di kebun, tebu memerlukan
pemeliharaan dari tangan-tangan telaten dan sabar para petani. Selain itu wisata 
singkat ke agrowisata PG Madukismo menambahkan suatu kesadaran bahwa pabrik
gula mempunyai peluang untuk tempat rekreasi warga sekaligus tempat edukasi
generasi muda yang baik. 
Bagi penggemar wisata terutama wisata yang ditujukan untuk mendidik anak-anak,
pelajar dan mahasiswa dan tempat ini baik untuk dikunjungi. Selain bisa menikmati
banyak suasana industri yang mempekerjakan ribuan orang, pengunjung bisa
melepas segala kepenatan dan kekesalan fisik dan psikis. Memasuki komplek
agrowisata pada musim giling pengunjung akan disapa dengan riuh rendahnya
mesin pabrik yang menderu-deru. Mesin-mesin pabrik yang besar terus berputar
dengan anteng dan anteb menggiling tebu, memerahnya menjadi nira dan kemudian
mengubahnya menjadi kristal-kristal putih jernih yang kita sebut sebagai gula.
Pohon-pohon besar rindang dan tua seolah tak mengenal waktu  membawa
keramahan dan kenyamanan.
Terletak di Pedukuhan
Padokan, Desa Tirtonirmolo,
Kecamatan Kasihan,
Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta, obyek
wisata     PG Madukismo yang
terletak di tengah-tengah dan
dilingkungan pabrik gula dapat
dicapai dari Yogyakarta
dengan mengambil arah
menuju Bantul. PG
Madukismo yang pada waktu pendiriannya masih di kawasan pedesaan, kini seiring
dengan kemajuan telah menjadi wilayah pinggiran kota dan terletak persis di
pinggiran ring road selatan. Jalan yang menuju ke obyek agrowisata sangat mulus
dan mudah sekali dicapai. Dari kota Yogyakarta hanya memerlukan waktu kurang
dari 10 menit. Selesai mengunjungi obyek agrowisata ini pengunjung bisa
meneruskannya menuju ke obyek lain seperti pantai Parangtritis, pantai Samas, Goa
Selarong, makam raja-raja di Imogiri dan sebagainya. 
Keunikan obyek wisata PG Madukismo adalah obyek wisata pendidikan.
Pengunjung bisa memilih sendiri acara yang diinginkannya. Kenikmatan
mengendarai lokomotif tebu tua mungkin hanya bisa dinikmati di obyek wisata ini.
Pengunjung bisa memutari obyek wisata PG Madukismo dengan duduk di atas
gerbong yang ditarik lokomotif tua buatan Jerman .Sepanjang perjalanan yang kira-
kira berdurasi pendek itu pengujung akan melihat berbagai kegiatan atau bangunan
yang ada di komplek PG Madukismo Sebagai wisata edukasi pengunjung
mahasiswa atau pelajar akan dijelaskan tentang  proses pembuatan gula mulai dari
pembukaan lahan, pemeliharaan, panen, serta proses pembuatan gula oleh
pemandu wisata. Pada musim giling pengunjung juga bisa melihat proses
pembuatan gula secara langsung di pabrik. Sehingga mereka bisa menyaksikan
langsung proses di gilingan, stasiun puteran dan pemurnian, bahkan sampai proses
pengemasan gula di gudang.
 Berdirinya Pabrik-Pabrik Gula  Madu Baru PT
Nasib yang sama juga dialami oleh PG
Padokan. PG ini menjadi PG terakhir
yang dibumihanguskan. Maklum di
tempat ini diduduki Belanda untuk
menghubungkan dengan pasukannya
yang ada di Bantul. Ketika Belanda
mundur, pabrik dijarah oleh rakyat dan
muncul fenomena Gula Hitam. Gula yang belum jadi diambil dan dijarah oleh
rakyat. Dalam waktu yang relatif singkat pabrik gula sudah rata dengan tanah.
Namun nasib memang agak berbeda untuk PG Padokan. Di tempat yang sama
dan telah dibumihanguskan itu kemudian dibangun kembali PG Madukismo. Tapi
jangan berpikir bahwa PG Padokan sebesar PG Madukismo sekarang. Kesaksian
Yohanes Basuki mantanOpzichter (pengawas) pembangunan pabrik PG lama kira-
kira hanya sebesar seper enam dari PG Madukismo sekarang. Kapasitasnya juga
kecil. Kira-kira hanya 800 TCD. 
Semula ada dua alternatif untuk mendirikan pabrik baru itu yaitu di reruntuhan PG
Gesikan atau PG Padokan. Dengan berbagai pertimbangan maka dipilih PG
Padokan. Dibangunnya kembali pabrik gula di Padokan tidak terlepas dari peran
Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang sangat besar dalam perang kemerdekaan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa Sri Sultan Hamengku Buwono IX sangat
konsisten dengan semangat dan komando perang gerilya. Tidak sedikit
pengorbanan Sri Sultan baik dari beaya maupun logistik yang dikeluarkan untuk itu.
Maka setelah perang kemerdekaan usai, pemerintah pusat memberikan
penghargaan kepada Sri Sultan dengan mendirikan satu pabrik gula yang baru di
daerah Yogyakarta.
Gagasan pendirian Pabrik Gula Madukismo juga berasal dari Sultan. Tujuannya
adalah semula untuk menolong rakyat yang banyak kehilangan pekerjaan karena
dibumihanguskannya Pabrik-Pabrik Gula  waktu itu. Pendirian pabrik gula diyakini
mampu menampung banyak orang untuk bekerja. Banyak petani akan terlibat
dalam proses penanaman, pemeliharaan tanaman, panen serta di pabrik akan
menyerap banyak  tenaga kerja teristimewa pada waktu masa giling. Berbagai
stasiun gilingan, puteran, kristalisasi akan banyak sekali menampung putra-putra
Yogyakarta untuk bekerja di pabrik gula.
Kebutuhan areal untuk komplek pembangunan pabrik adalah 269.410 m2,
sebagian berasal dari tanah bekas pabrik gula Padokan seluas 90.650 m2 sedang
sisanya 178.760 m2 diperoleh dengan membeli tanah sawah milik penduduk
sekitarnya. 
Pemilihan Jerman Timur tidak terlepas dari pandangan politik presiden Soekarno
waktu itu yang cenderung melihat blok Timur seperti Rusia, Jerman Timur, Cina,
Kuba dan sebagainya. Berdasar persetujuan tertanggal 3 Februari 1955,
Pemerintah Republik Indonesia membeli mesin pabrik gula dan spiritus dari
Jerman Timur. Di dalam proses pembangunannya yang dimulai tahun 1955 itu
menggunakan tenaga-tenaga teknisi dari Jerman Timur sebanyak 250 yang datang
secara bergantian, dengan nilai pembayaran yang digabungkan dengan kontrak
pembeliannya. Sementara itu pihak pemerintah Indonesia menyediakan tenaga
kasar, bahan-bahan, peralatan-peralatan pembantu, bahan bahan lainnya yang
diperlukan dalam pembangunan fisik pabrik. Semua pengeluaran yang diperlukan
untuk itu menjadi tanggungan pemerintah Indonesia.
Adapun susunan staf Direksi Pertama P2G Madubaru PT, di waktu pembangunan
pabrik gula dan pabrik spiritus Mudukismo sebagai berikut:

1. Dewan Komisaris terdiri dari wakil-wakil Departemen yang terkait


diantaranya Departemen Pertanian, Departemen Keuangan,
Departemen Perdagangan, Departemen Perekonomian, Departemen
Perindustrian dan lain-lain.
2. Presiden Direktur : Sri Sultan Hamengku Buwono IX
3. Wakil Presiden Direktur : Sri Paduka Paku alam VIII
4. Direktur Umum : Prof. Ir. Soegiman
5. Direktur Teknik: Ir. Soehartojo
6. Sekretaris : Soejono
7. Kepala Bagian Tata Usaha Keuangan : Soeharso
8. Kepala Bagian Perburuhan dan Sosial: Syarif Dhardjono

Setelah pembangunan pabrik gula dan spiritus selesai pada tahun 1958, susunan
formasi personalianya adalah R.M. Soeparwi, sebagai administratur; serta
Rachmat Setyodinoto sebagai Pemimpin Pabrik Spiritus Madukismo.
Menurut Soetarjo Darmosarkoro, Pelaksana Harian (Acting) Administratur pertama,
didatangkanlah alat-alat dan mesin-mesin pabrik gula dengan bahan baku tebu
siap giling dari Jerman Timur. Bertindak sebagai kontraktor yang akan
melaksanakan pekerjaan adalah DIA (Deutzen Innen und Aussenhandel). Sejak
ditetapkannya DIA sebagai kontraktor pelaksana lalu diadakan survey, pemetaan
dan pengukuran dengan menambah luas emplasemen pabrik baru itu. Komplek
Pabrik Gula Padokan lama hanya seluas Perumahan Karyawan di sebelah barat
saja.
Kesaksian Yohanes Basuki, Pengawas Teknik
Sipil menyebutkan bahwa disain bangunan
baru diambil dari ketinggian Stasiun Winongo.
Asumsinya dari Stasiun Winongolah maka
produksi gula yang dihasilkan dapat diangkut
dan distribusikan melalui jalur kereta api. Maka
permukaan rel kereta harus rata masuk ke emplasemen pabrik gula. Alasan lain,
pengangkutan alat berat, bahan konstruksi yang sangat banyak. Untuk keperluan
itu diperlukan pengerukan tanah secara besar-besaran. Karena pada tahun 1955
belum ada alat-alat berat seperti sekarang ini, maka pemindahan tanah galian itu
dilakukan secara manual dan primitif. Para pekerja melakukannya dengan cangkul,
keranjang dan diangkut oleh para pekerja ke arah utara yang sekarang menjadi
tempat pembongkaran tebu. Tidak kurang dari 60 ribu meter kubik tanah dan tanah
galian yang dipindahkan. Pengecoran beton untuk fondasi juga dikerjakan secara
manual dengan mesin-mesin pencampur yang kecil-kecil, dengan kapasitas sekali
aduk hanya seperempat meter kubik. Suara riuh terdengar setiap hari karena tidak
kurang dari 60 mesin pencampur beton berputar terus dari pagi sampai petang.
Pekerjaan penggalian tanah ini baik untuk fondasi, drainase, dan pembuatan jalan
yang dilakukan secara serentak. Menurut Yohanes Basuki proyek mempekerjakan
2.000 sampai 3.000 pekerja setiap hari. Yohanes Basuki mengingat hal itu dan
menggambarkan mereka seperti semut yang terus berjalan, menggali dan
mengangkut hasil galian itu. Pada masa itu upah tenaga kasar per hari sebesar Rp
3,00 sampai Rp 3,50. Mandor dan tenaga trampil dibayar Rp 3,50 sampai Rp
4.00/hari. Harga beras waktu itu adalah Rp 3,00 per kilogram. Gula Rp 6,00/kg, bir
Rp 5,5 per botol. Emas perhiasan Rp 30/gram. Karcis bioskop Rp 3,00 per lembar.
Memang cukup mengenaskan kesejahteraan para buruh waktu itu. Tak bisa
dibandingkan dengan masa sekarang.

Ketika pembangunan baru mulai, timbullah krisis


yang menyebabkan perang Suez. Timbullah
kekhawatiran akan tersendatnya bahan-bahan
yang harus didatangkan dari luar negeri, seperti
besi beton dan semen portland. Dikhawatirkan
bahan-bahan konstruksi akan terganggu
pengangkutannya ke Indonesia. Untunglah
krisis Teluk Suez tidak berlangsung lama, sehingga bahan-bahan dari luar negeri
mulai berdatangan. Pabrik gula baru dengan 40.000 m3 beton memerlukan 14.000
ton semen portland dan 3.200 ton besi beton. Besi beton didatangkan dari luar
negeri, tetapi semen yang digunakan adalah semen Gresik yang belum terkenal
waktu itu. Masyarakat masih sangsi dengan semen Gresik karena mereka
biasanya lebih menyukai menggunakan semen Onoda atau Asahi. Sesuai dengan
semangat nasionalisme yang harus bangga dengan bahan buatan dalam negeri,
maka semen Gresik digunakan. Dapat dikatakan pembangunan Pabrik Gula
Madukismo merupakan promosi besar-besaran semen Gresik yang mendapat
pesanan 40.000 ton semen dari Madukismo saja.
Jawatan Kereta Api waktu itu sangat berjasa dalam pembangunan pabrik gula.
Harap dimaklumi bahwa bahan-bahan konstruksi untuk pembangunan pabrik gula
memang besar-besar. Dikabarkan bahkan kereta api menghilangkan beberapa pir
di gerobaknya agar profil bebasnya bisa turun 10 cm untuk dapat mengangkut
ketel-ketel pabrik gula dengan diameter 3 m dengan panjang 12 m supaya dapat
melewati beberapa jembatannya.
Pada waktu pembangunan fisik Jerman Timur ingkar. Ketika tahap montage
berlangsung, ketika penyetelan telah dimulai mendadak diberitahukan bahwa DIA
tidak bisa menyediakan atap dengan bentuk lengkung sebagaimana dalam
kontrak. Agar semua pekerjaan selesai tepat waktu maka segera dibuatlah atap
seperti yang ada sekarang: yaitu dalam bentuk segitiga. Untuk hal ini
pengerjaannya diserahkan kepada Ir. Dipokusumo yang pengerjaannya
dilaksanakan di Jakarta. Andai saja pihak Jerman Timur tidak ingkar janji maka
Pabrik Gula Madukismo akan mempunyai atap lengkung yang eksotis dan
menawan.

Masih menurut Soetarjo, pihak teknisi Jerman Timur ternyata masih harus
mengadakan banyak perubahan pada instalasi dengan pipa-pipa sambungnya,
terutama bahan-bahan untuk pengelasan yang waktu itu harus didatangkan dari
Surabaya. Perubahan dan perbaikan tersebut berimbas pada peningkatan biaya
yang harus dipikul pemerintah RI. Selain  itu waktu pe-nyelesaiannyapun menjadi
mundur. Akibatnya, pabrik yang mestinya siap giling percobaan pada  tahun 1957,
menjadi mundur pada tahun 1958.

Soetarjo ,pihak Jerman Timur dan Sri Sultan HB IX

  

Catatan Syarif Dhardjono menyebutkan bahwa selama proses pembangunan,


manajemen pabrik gula sudah mulai menanam tebu bibit induk. Tujuannya adalah
untuk persiapan persediaan bibit tebu tanam seluas rencana areal tanaman tebu
yang akan digiling setelah pabrik selesai dibangun. Ternyata perkiraan meleset.
Pada tahun 1957, pabrik belum selesai dibangun. Manajemen akhirnya memutuskan
untuk menyerahkan tebu yang siap tebang itu kepada petani pemilik sawah, kecuali
beberapa ratus hektar masih dipelihara oleh pabrik untuk persediaan tanam bibit
tebu induk. Petani menyambut dengan gembira keputusan ini dan menebang tebu
untuk dijadikan gula mangkok. 
Cara membuat gula mangkok ini sangat mudah. Terutama bagi mereka yang biasa
membuat gula kelapa atau gula jawa. Untuk mendapatkan air nira tebu, batang tebu
dipotong-potong sepanjang tiga ruas batang. Kemudian dimasukkan ke dalam
lesung dan ditumbuk memakai alu seperti halnya menumbuk padi. Setelah hancur
lumat akan keluar air niranya. Air nira itu kemudian diperes atau disaring dengan
memakai kain. Airnya ditampung, kemudian baru dimasak bersama air nira legen
dari bunga kelapa yang dideres dari pohon kelapa.
Menurut Syarif Dhardjono pembangunan pabrik berjalan lancar sekali. Untuk
menandai selesainya pembangunan fisik PG Madukismo maka peletakan batu
terakhir dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 1958, oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono IX, yang waktu itu bertindak sebagai Presiden Direktur NV Madubaru. Acara
tersebut menandai telah selesainya pembangunan pabrik gula dan pabrik spiritus.
Dengan demikian maka pabrik gula dan pabrik spiritus Madukismo sudah siap
menggiling tebu perdana dengan areal 2.500 ha. Pada saat bersamaan dibangunlah
rumah-rumah buruh. Batu pertama pembangunan perumahan buruh ini pertamanya
diletakan oleh Letnan Kolonel Selo Ali yang bertindak selaku Penasehat Usaha
Veteran CV Pantja Darma yang diserahi menyelenggarakan perumahan tersebut.
Pabrik Gula dan Pabrik Spiritus Madukismo diresmikan oleh Presiden Soekarno
pada tanggal 29 Mei 1958. Selain Presiden hadir pula Wakil Presiden Bung Hatta,
para pejabat negara dari Jakarta, juga Sri Sunan Paku Buwono dari Surakarta.
Nama pertama (Badan Hukum) yang diberikan kepada pabrik gula baru itu adalah
P2G Madu Baru PT (sekarang PT. Madubaru). Presiden Direktur pertama kali
adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Modalnya berasal dari Sri Sultan dengan
Pemerintah Republik Indonesia. Dengan nama P2G Madu Baru PT, meskipun baru
merealisir mendirikan satu pabrik gula perusahaan ini mempunyai visi agar kelak
Perusahaan Gula ini dapat berkembang menjadi lebih dari satu, sehingga tidak usah
memperbaiki nama lagi. 
            Kesaksian Syarif Dhardjono dalam buku biografinya menyebutkan bahwa
setelah upacara resepsi diadakan peresmian permulaan giling tebu dengan
memasukkan tebu temanten oleh Bung Karno dan Bung Hatta diikuti oleh para
Menteri, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, pejabat tinggi pemerintah pusat dan
daerah, serta perwakilan negara dari Jerman Timur selaku penjual mesin pabrik
gula. 
Selang beberapa jam kemudian terdapat ketidaknormalan pada mesin giling pabrik,
sehingga mesin giling dihentikan operasinya. Setelah diperiksa oleh para ahli dan
teknisi dari Jerman Timur dan teknisi bangsa kita diambil kesimpulan bahwa giling
tebu yang baru saja dilakukan diputuskan untuk dihentikan. Mesin pabrik perlu
disempurnakan terlebih dahulu agar musim giling tahun berikutnya bisa berjalan
dengan baik dan sempurna. 
Tebu yang sudah berderet ratusan lori di dalam emplasemen pabrik dan yang sudah
ditebang di kebun-kebun dibiarkan terbengkelai dan kering. Untuk mencari jalan
keluar dari kemelut itu, Direksi memutuskan agar ribuan hektar tebu bisa digiling di
PG Gondang Baru.
Direksi Madubaru mengadakan perundingan dengan perwakilan dari Jerman Timur.
Kedua belah pihak sepakat bahwa kekurangsempurnaan mesin pabrik akan
ditangani oleh para teknisi dari Indonesia. Teknisi dari Jerman Timur akan ditarik
secara bertahap. 
Keyakinan bahwa teknisi Jerman Timur yang kurang berpengalaman dalam
mengolah gula dari tebu dan menghasilkan gula berwarna merah mendorong
Soetarjo muda mengusulkan kepada Sri Sultan untuk mempercepat penyerahan
kepada putra-putra Indonesia. Meskipun itu melanggar kontrak akhirnya dilakukan
serah terima pabrik dengan upacara yang sangat sederhana antar team teknisi
Jerman Timur dengan direksi PG Madukismo. Penyerahan hanya diisi dengan
sekedar pidato penyerahan dan minum teh.
Apa yang dilakukan oleh putra-putra Indonesia waktu itu untuk membuat gula pasir
yang masih berwarna merah menjadi putih? Di bawah  kepemimpinan Soetarjo,
perubahan dilakukan dengan merubah sistim prosesingnya. Semula
sistem defikasi mid-sap carbonatasi diubah menjadi continue sulfitasi. Caranya
adalah dengan mengubah salah satu tangki yang ada dijadikan tangki
untuk continue sulfitasi. Soetarjo merubah bentuk sekat-sekat didalamnya dengan
sekat-sekat baru yang sudah dihitung dan dirumuskan untuk digunakan pada giling
tahun berikutnya (1959).
 Proses Pengolahan Gula
Di P.G Madukismo (Madu Baru)
            P.G madukismo atau P.G Madu Baru merupakan sebuah perusahaan milik
swasta yang didirikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. P.G Madubaru terletak
di daerah Bantul Yogyakarta. P.G MaduBaru merupakan cabang dari P.G
Madukismo. Pabrik ini merupakan pabrik yang selalu eksis dalam memproduksi
gula. Selain itu pabrik ini juga membuat alkohol khuusnya etanol (C2H5OH) dari
limbah pembuatan gula. Produksi pokok pabrik ini tetap gula yang dibuat dari bahan
baku tebu. Tebu-tebu diperoleh dari petani-petani tebu dari berbagai daerah
diantaranya : Kutoarjo, Purworejo, Yogyakarta, Magelang dan lain-lain. Tebu
merupakan tanaman yang hanya bisa dipanen 12 bulan sekali. Jadi P.G Madubaru
hanya bisa memproduksi gula satu tahu sekali. Tebu-tebu yang hanya bisa dipanen
1 tahun sekali ini merupakan salah satu kendala P.G Madubaru dalam memproduksi
gula. Tebu-tebu untuk menjadi gula melewati tahap-tahap pengolahan. Tahap-tahap
pengolahan tebu untuk menjadi gula adalah sebagai berikut :

 Pemerahan Nira
 Pemurnian Nira
 Penguapan Nira
 Kristalisasi
 Pemisahan Gula (Centrifuge)
 Penyaringan dan Pengepakan

1. Pemerahan Nira
Tebu di kirim ke Stasiun Gilingan (ekstrasi) untuk dipisahkan antara bagian padat
(ampas) dengan cairannya yang mengandung gula(nira mentah) dengan alat-alat
yang berupa Unigrator Mark IV dan Cane Knife digabung dengan 5 gilingan masing-
masing terdiri atas 3 rol.
• Hasil dari pemerahan tebu berupa ampas dengan cairannya yang mengandung
gula(nira mentah)
• Ampas pemerahan tebu dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas, dan
bahan bakar. Di P.G Madubaru ampas tebu digunakan untuk bahan bakar di Stasiun
Ketel(pusat tenaga).
• Sedangkan Nira mentah akan dikirim ke bagian Pemurnian untuk proses lebih
lanjut.
• Untuk mencegah kehilangan gula karena bakteri dilakukan salinitas di Stasiun
Gilingan

2. Pemurnian Nira
Nira mentah ditimbang, kemudian dipanaskan hingga suhu mencapai 700-750C,
kemudian direaksikan dengan Ca(OH)2 (susu kapur) dalam defekator. Pereksiaan
dengan kapur bertujuaan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang ada di dalam
nira. Lalu diteruskan dengan proses sulfitasi, yakni pemberian SO2 dalam peti
sulfitasi hingga pH 7,00. Tujuannya untuk mengatur kadar keasaman nira dan untuk
membunuh bakteri yang ada pada nira. Setelah itu, dipanaskan lagi sampai suhu
1000-1050C.
• Kotoran yang dihasilkan diendapkan di tangki pengendap,evaporate,(Dorr Clarifier)
dan disaring menggunakan Rotary Vacum Filter (alat penapis hampa). Endapan
padatnya disebut blotong.
• Kemudian Nira jernihnya dikirim ke Stasiun Penguapan.

3. Penguapan Nira
Nira jernih akan dipekatkan dalam Stasiun penguapan. Nira jernih dipekatkan di
dalam pesawat penguapan dengan sistem multiple effect. Nira encer dengan
padatan terlarut 16% dapat dinaikkan menjadi 64% dan disebut Nira kental. Nira
kental siap dikristalkan di Stasiun Kristalisasi.sebelumnya Nira kental ini diberi gas
SO2 untuk proses pemucatan.
4. Kristalisasi
Nila kental dari Stasiun Penguapan ini diuapkan lagi dala Pan Kristalisasi sampai
melewati titik jenuh. Penguapan ini sampai suhu 1000-1500C. Setelah itu
pembentukan kristal-kristal gula dengan cara uap. Nila kental didinginkan sampai
suhu 650C, jadi sukrosa tidak rusak akibat panas tinggi.
Hasil kristalisasi merupakan campuran kristal gula dan larutan(stroop). Sebelum
dipisahkan antara kristal gula dengan stroop, gula lebih dahulu didinginkan didalam
palung pendingin (kultrog).

5. Pemisahan Gula
Pada proses ini gula dipisahkan dari stroop (larutannya). Pemisahan gula ini
menggunakan alat puteran gula yang menggunakan gaya centrifugal.
Pemisahan gula dilakukan dengan proses karbonatasi yakni mereaksikan gula
dengan gas karbon. Sehingga gula dengan stroop dapat terpisah.Hasil pemisahan
berupa gula, stroop, dan tetes tebu. Tetes tebu dan stroop merupakan limbah dari
proses pembuatan gula. P.G Madubaru mengolah dapat mengolah limbah tersebut
sehingga bermanfaat. Stroop yang menjadi tetes tebu dapat dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan etanol (C2H5OH). Jadi limbah dari proses pembuatan gula
dapat dimanfaatkan.

6. Penyaringan dan Pengepakan


Setelah gula terpisah dari stroop dilakukan proses penyaringan gula. Pemisahan
antara gula halus, kasar, dan normal. Gula normal dan halus dikirim ke Gudang gula
dan di kemas dalam karung plastik yang ½ kwintal. Sedang gula kasar akan kembali
diproses atau kembali ke proses kristalisasi.

Proses Pengolahan Alkohol, Etanol Di P.S Madubaru


           Selain memproduksi gula Madubaru juga memproduksi Alkohol (C2H5OH)
sebagai produk sampingan. Alkohol yang diproduksi di P.S Madubaru merupakan
alkohol jenis etanol. Etanol di P.S Madubaru dibuat dengan bahan baku tetes tebu
yang merupakan limbah dari proses produksi tebu menjadi gula. Jadi pembuatan
alkohol ini merupakan salah satu upaya P.S Madubaru untuk mengolah limbah.
Alkohol dapat digunakan sebagai campuran kosmetik dan industri farmasi. Tetes
tebu sebelum menjadi alkohol akan mengalami tahap-tahap pengolahan. Yakni :
- Pengenceran
- Penyaringan (Filtrasi)
- Peragian
- Destilasi (Penyulingan)

1. Pengenceran
Tetes tebu yang diperoleh dari sentrifuge diencer di Tangki Pengencer Brix 14’ tetes
tebu. Sebelumnya tetes tebu diukur di tangki ukur.

2. Penyaringan (Filtrasi)
Pada proses penyaringan, tetes tebu diatur pHnya sekitar 4,8 dengan diberi H2SO4
agar tetes tebu tidak tekontaminasi dengan bakteri lain. Hal ini dilakukan agar tetes
tebu tidak gagal dalm proses peragian. Karena dalam proses peragian tetes tebu
akan diberi bakteri khusus yang dapat menjadikan tetes tebu menjadi atau memiliki
kandungan alkohol.

3. Peragian
Tetes tebu yang pHnya telah diatur (4,8), kemudian masuk ke tangki pembibitan dan
fermentasi. Pada tangki tersebut tetes tebu diberi ragi yang mengandung bakteri
(Sacharomyces Cereviceae).
Reaksi:

1. Sukrosa dihidrolisa menjadi glukosa


C12H22O11 + H2O 2C6H12O6
2. Gula reduksi bereaksi sehingga menjadi etanol dan CO2
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2

4. Destilasi (Penyulingan)
Tetes tebu yang telah diberi ragi akan masuk ke proses destilasi. Destilasi atau
penyulingan bertujuan untuk memisahkan alkohol dengan air sehingga kadar alkohol
lebih tinggi. Di P.S Madubaru destilasi dilakukan secara bertingkat atau disebut
destilasi bertingkat. Destilasi bertingkat bertujuan untuk meningkatkan kadar alkohol.
Dalam proses destilasi tetes tebu akan masuk ke kolom-kolam yakni :
1. Kolom Maische
2. Kolom Voorloop
3. Kolom Rektifier
4. Kolom Nachloop

1. Kolom Maische
Pada proses destilasi tebu masuk ke Kolom Maische. Hasilnya alkohol kasar kadar
45%. Alkohol kasar masuk ke kolom Voorloop.

2. Kolom Voorloop
Alkohol kasar dari kolom Maische masuk ke kolom Voorlop ini. Di dalam kolom ini
alkohl akan mengaami destilasi kembali. Hasil berupa 2 alkohol. Yakni :
1. Alkohol teknis kadar 94% beraldahide ditampung sebagai hasil akhir.
2. Alkohol muda kadar + 25%. Alkohol ini masuk ke Kolom Rektifiser.

3. Kolom Rektifier
Di kolom Rektifiser alkohol muda dari kolom voorloop mengalami destilasi kembali.
Hasilnya :
1. Alkohol murni (Prima I) kadar min 95%
2. Alkohol Muda mengandung minyak Fusel masuk Kolom Nachloop(Destilasi
selanjutnya).
3. Lutter Waser, air yang bebas alkohol, sebagai penyerap alkohol. Kembali ke
Kolom
Voorloop untuk membantu proses penyerapan alkohol.
Alkohol yang telah memiliki kadar yang tinggi tidak lagi mengalami proses destilasi.
Sedangkan alkohol yang masih berkadar rendah akan mengalami destilasi pada
kolom berikutnya.

4. Kolom Nachloop
Alkohol muda dari kolom Rektifiser mengalami destilasi di kolom Nachloop. Hasil
dari kolom Nachloop:
1. Alkohol teknis kadar 94% sebagai hasil akhir
2. Air yang bebas alkohol dibuang.
Hasil akhir dari proses produksi alkohol adalah etanol yang memiliki kadar yang
tinggi yakni berkisar antara 94%-96%.
Pengolahan Limbah
Dalam proses pengolahan atau produkasi gula dan alkohol tentunya P.G dan
P.S Madubaru juga memproduksi banyak limbah baik limbah dalam bentuk
padatan, cairan maupun gas. Untuk itu PG dan PS Madukismo menerapkan
pengolahan limbah agar lingkungan sekitar tidak terkontaminasi dengan
limbah yang diproduksi. Proses pengolahan limbah adalah sebagai berikut :

 Bentuk Padatan :

1. Blotong
Blotong yang didapat dari proses pemurniaan nira direaksikan dengan zat-zat
organik. Blotong akan menjadi pupuk yang mengandung N, P, dan K.

2.Ampas Tebu
Ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit uap, bahan
baku kertas dan media pengembangan jamur.

 Cair :

1. Limbah dari gula berupa tetes dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku
alkohol. Pembuatan alkohol murni dengan cara menfermentasikan tetes
dengan bakteri Sacharomyces Cereviceae.

2. Bocoran minyak pelumas


Berasal dari Stasiun gilingan ditampung di drum-drum kemudian dimanfaatkan
kembali.

3. Vinasse (Slop)
Berasal dari stasiun destilasi dimanfaatkan untuk irigasi pertanian karena
mengandung N,P dan K
 Gas

1. CO2
Gas CO2 ini akan dilepaskan langsung ke lingkungan. Karena gas ini dapat
diolah oleh tumbuh-tumbuhan untuk bahan fotosintesis. Sehingga gas ini
tidak diolah di dalam pabrik.

DAMPAK ADANYA
PG MADUKISMO

• POSITIF

 Sumber kehidupan masyarakat sekitar


 Devisa
 Sebagai pemenuh kebutuhan gula nasional
 Objek wisata
 Sebagai tempat study dan penelitian
 Memberi pinjaman modal bagi petani
 Limbahnya dapat dimanfaatkan, antara lain:
 Sebagai bahan pupuk
 Sebagai pembangkit listrik di daerah sekitar daerah PG
 Dll

• NEGATIF

 Terjadinya pencemaran lingkungan jangka panjang ataupun jangka pendek


akibat pembuangan limbah pabrik masih ada limbah yang belum benar-benar
steril.
 Limbah pabrik spirtus melampaui batas. 
 Pembuatan Alkohol
PS Madukismo membuat alkohol dengan cara proses fermentasi dengan bantuan yiest
Sacharomyces cereviceae. Rata - rata fermentor PS Madukismo mampu menghasilkan 9-
11%  v/v alkohol, dimana menurut teori bahwa alkohol yang dihasilkan melalui proses
fermentasi adalah di kisaran 8 - 12 % v/v. Adapun bahan baku yang digunakan adalah tetes
tebu (molasses) sebanyak 900 ku untuk menghasilkan 25.000 liter alkohol per hari. 

PS Madukismo memiliki beberapa stasiun - stasiun, yakni :


1. Stasiun Masakan
2. Stasiun Peragian / Fermentasi
3. Stasiun Sulingan / Distilasi
4. Stasiun Boiler
5. Stasiun Pembersih Air ( Water Treatment )
6. Stasiun Limbah
7. Stasiun Gudang Alkohol
Deskripsi : 
Stasiun Masakan 
Di stasiun ini dilakukan kegiatan persiapan material untuk proses fermentasi. Adapun jenis -
jenis kegiatan dalam stock preparation ini adalah :

 Pengkondisian Tetes (Proses pengenceran Tetes Tebu sebagai bahan baku utama)

 Penambahan Nutrisi - nutrisi untuk yiest

 Pengendalian lingkungan yiest ( penambahan H2SO4 untuk lingkungan asam)

Setelah tetes yang telah dikondisikan dan telah diberi nutrisi, maka siap untuk di
transportasikan ke stasiun berikutnya, yakni stasiun fermentasi / peragian.
Stasiun Fermentasi / Peragian 

Di Stasiun ini terdapat 2 proses utama, yakni proses pembibitan (berlangsung aerobik) dan
proses fermentasi (berlangsung anaerobik). Proses fermentasi di PS Madukismo berlangsung
batch, dimana usia proses fermentasi selama 50 - 52 jam.
PS Madukismo memiliki 9 Fermentor berkapasitas masing - masing 75.000 liter. Adapun
hasil dari proses fermentasi selain alkohol, juga dihasilkan gas CO2. Akan tetapi, gas CO2
yang berpotensi memiliki nilai ekonomis ini belum dimanfaatkan tetapi dibuang ke udara
bebas.

Stasiun Sulingan / Distilasi


Di stasiun ini dilakukan kegiatan proses pemisahan alkohol dari hasil fermentasi menjadi
alkohol 95-96% dan limbah vinase (stillage).
Di stasiun sulingan ini memiliki 4 tingkat distilasi, yakni :
 Tingkat I, Maische Column

 Tingkat II, Voorloop Column

 Tingkat III, Rectifying Column

 Tingkat IV, Nachloop Column

Maische Column (Mash Column)


Kolom distilasi ini merupakan tahap awal proses pemisahan alkohol. Di kolom ini dihasilkan
alkohol dengan kadar 40 - 50 % v/v (top product) dan vinase (stillage) pada bottom
product sebagai limbah cair PS Madukismo yang masih bisa digunakan sebagai pupuk cair,
biogas, dsb.

Voorloop Column (Stripping Column)


Kolom distilasi ini merupakan tahap ke-2 proses pemisahan alkohol. Di kolom ini dihasilkan
alkohol dengan kadar min. 94 % v/v (top product) dan bottom product diproses kembali
di kolom berikutnya yaitu Rectifying Column. Dari kolom ini dihasilkan alkohol dengan
kadar 94% v/v yang kita namakan Alkohol Teknis karena tujuan  dari proses pemisahan pada
kolom ini adalah memisahkan alkohol dengan impuritis - impuritis nya, seperti senyawa
aldehid. adapun kapasitas alkohol yang dihasilkan oleh kolom ke-2 ini sebesar 3.000 lt/hari
PENUTUP
Dengan mengucapkan Alhamdulillahirobil’alamin , puji syukur senantiasa
kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan
hidayahnya kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas yakni menyusun karya
tulis tanpa halangan suatu apapun.
Kepada semua pihak yang tidak bias kami sebutkan satu persatu kami
ucapkan banyak terima kasih karena tanpa bantuan material taupun spiritual dari
anda semua. Kami akan sangat kesulitan dalam menyusun karya tulis ini . semoga
apa yang telah kami buat bisa bermanfaat iuntuk semuanya. Sekian dari kami ,
apabila banyak kesalahan dalam penulisan dan penyusunan kami mohon maaf.
A .kesimpulan setelah melampaui beberapa tahap penyusunan kami simpulkan :
 Dengan diadakanya study tour atau karya wisata akan menambah
pengalaman dan memperluas wawasan siswa.
 Dengan mengetahui sejarah dimasa dulu diharapkan para siswa bisa menuai
isi dan mengisi hari kemerdekaan dimasa sekarang dengan sungguh-
sungguh.
 Dengan adanya pembuatan atau penyusunan karya tulis yang diwajibkan
bagi para siswa SMA sederajat akan melatih siswa dalam menyusun karya-
karya ilmiah lainya.
B . Saran –saran.
Program sekolah seperti wisata manfaatkanlah dengan sebaik mungkin .
selain sebagai media refresing , karya wisata juga bisa menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan bagi siswa.
Alangkah baiknya , apbila kita berkunjung keobjek wisata kita persiapkan
terlebih dahulu segala esuatu yangs sekiranya akan dibutuhkan di lokasi seperti
buku catatan dan pena. Gunakanlah waktu sebaik mungkin ketika dilokasi.
Jagalah dan jangan merusak benda-benda yang ad di lokasi.
C . Penutup.
Dengan terselasaikanya karya tulis ini perlu dijelaskan bahwa penulis
memperoleh data-data dari hasil kunjungan atau karya wisata ke Yogyakarta
( Jateng ) dan mempelajrai serta bertabya kepada mereka yang berkompeten ,
seperti penjaga , pemandu wisata , masyarakat sekitar, serta melihat secara
langsung objek-objeknya . Disamping sumber-sumber yang disebut ,
pengetahuan yang dimilki penulis juga menjadi dasar penulisan karya tulis.
Akhirnya kami selaku penulis hanya bisa berharap, semoga karya tulis yang
kami susun bisa menjadi pembelajaran kearah yang lebih baik, terlebih karya tulis ini
bisa berguna bagi kita dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan
keagamaan dan ilmu yang semakin mantap.

You might also like