You are on page 1of 9

KARAKTERISTIK MAGNETIK TANAH DI SEKITAR JALAN RAYA

SEBAGAI INDIKATOR PENCEMARAN UDARA AKIBAT

KENDARAAN BERMOTOR

(STUDI KASUS LINGKUNGAN UNPAD JATINANGOR)

STUDI : GEOFISIKA

USULAN PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menempuh Ujian Akhir Tingkat Sarjana

Pada Jurusan Fisika

Oleh:

NOVENTRI PUSPITA WARDHANI

140310070047

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2011
KARAKTERISTIK MAGNETIK TANAH DI SEKITAR JALAN RAYA

SEBAGAI INDIKATOR PENCEMARAN UDARA AKIBAT

KENDARAAN BERMOTOR

(STUDI KASUS LINGKUNGAN UNPAD JATINANGOR)

Oleh:

(NOVENTRI PUSPITA WARDHANI)

140310070047

Mengetahui
Dosen Pembimbing Tentatif I Dosen Pembimbing Tentatif II

( Dini Fitriani ) ( Eleonora Agustine)


NIP. 19751041999032001 NIP. 19710801319962001
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Secara garis besar pencemaran lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi pencemaran
udara, pencemaran tanah dan pencemaran air. Pencemaran udara diakibatkan adanya
bahan pencemar di udara, baik berupa gas maupun debu. Pencemaran tanah merupakan
pencemaran dimana tanah menerima bahan pencemar seperti akibat pembuangan
sampah, pembuangan limbah cair, pembuangan limbah gas dan partikel debu.
Pencemaran air adalah pencemaran di wilayah perairan akibat pencemaran bahan kimia
maupun fisika.

Permasalahan transportasi merupakan masalah yang selalu dihadapi oleh negara-


negara yang telah maju dan juga negara berkembang seperti Indonesia. Meningkatnya
jumlah manusia pengguna transportasi dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas
sehingga berpengaruh terhadap pemborosan penggunaan energi serta menimbulkan
masalah pencemaran udara akibat gas buang kendaraan yang semakin besar jumlahnya.
Di kota-kota besar pada negara berkembang, emisi kendaraan bermotor menjadi salah
satu sumber pencemaran udara. [Menurut WHO, pencemaran udara menyebabkan
800.000 orang meninggal setiap tahunnya. Jakarta sendiri merupakan kota dengan
kualitas ketiga terburuk di dunia akibat pencemaran udara (www.euro.who.int, 2006)].

Pencemaran secara signifikan telah mempengaruhi kualitas lingkungan dan kesehatan


manusia. Pencemaran yang terjadi di satu tempat akan dirasakan pula dampaknya di
tempat lain. Pencemaran yang dihasilkan oleh satu orang akan dihirup pula oleh yang
lain, maka menjaga kualitas udara harus menjadi perhatian dan prioritas setiap orang.
Pencemaran merupakan keadaan yang biasa kita temukan dalam kehidupan sehari-hari
terutama dalam lingkungan tempat tinggal kita. Pencemaran lingkungan disebabkan oleh
adanya bahan pencemar yang berada di lingkungan sekitar yang melebihi ambang batas
sehingga menyebabkan penurunan kualitas lingkungan itu sendiri.

Dua komponen emisi sumber pencemaran di jalan raya diantaranya adalah :


kendaraan dan bahan yang digunakan dalam pembangunan jalan (contohnya adalah
aspal). Emisi kendaraan bermotor adalah sumber dari pencemaran yang sangat
signifikan. Zat yang diemisikan oleh kendaraan bermotor ada yang bersifat anorganik
(partikel di knalpot) dan organik (PAH, BTEX). Partikulat dari emisi kendaraan
bermotor yang terbawa angin dapat terdeposisi pada tanah serta menempel pada daun
dan bangunan. Namun dari banyak penelitian, pencemaran akibat emisi kendaraan
bermotor sebagian besar terakumulasi pada tanah bagian atas yang bermigrasi ke sistem
air atau terakumulasi oleh tumbuhan dan mikroorganisme.

Dari hasil penelitian Lu et al.,(2005) menyatakan bahwa kendaraan bermotor


mengandung partikulat yang mempunyai konsentrasi magnetik dan logam berat yang
relatif tinggi. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan adanya hubungan antara
logam berat dan pencemaran parameter magnetik pada tanah dan sedimen. Parameter
magnetik sebagai proxy dapat digunakan untuk mengukur kandungan logam berat pada
tanah atau sedimen. Parameter magnetik dari emisi kendaraan bermotor menggambarkan
bahwa partikel magnetik meningkat secara linear terhadap peningkatan kandungan Pb
dan Cu. Hal ini menunjukkan bahwa pengukuran dengan menggunakan metode magnetik
dapat digunakan sebagai langkah awal untuk mendeteksi pencemaran dari Pb dan Cu.
Selain itu, metode magnetik terbukti dapat memberikan cara yang cepat, murah, efisien,
dan sangat sensitif dalam menentukan daerah yang berpotensi terkontaminasi
pencemaran.

1.2 Identifikasi Masalah


Permasalahan yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah menurunnya kualitas
udara yang secara nyata telah dirasakan oleh masyarakat. Gas buang dari kendaraan
bermotor pada akhir-akhir ini sudah berada pada kondisi yang sangat memprihatinkan
dan memberikan andil terbesar dalam pencemaran udara. Oleh karena itu, untuk
mendeteksi adanya pencemaran udara akibat emisi kendaraan bermotor di lingkungan
Unpad Jatinagor akan dilakukan penelitian terhadap sampel tanah berdasarkan
karakteristik magnetiknya.

1.3 Batasan Masalah


Dalam penelitian ini, masalah hanya dibatasi pada pencemaran akibat emisi
kendaraan bermotor berdasarkan karakteristik magnetik yang terkandung di dalam tanah.

1.4 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1) Menguji penerapan metode magnetik untuk mendeteksi adanya
pencemaran akibat kendaraan bermotor di lingkungan Unpad Jatinangor.
2) Analisis lanjut untuk mengkarakterisasi magnetik pada tanah di
lingkungan Unpad Jatinangor.

1.5 Metode Penelitian


1) Pemetaan suseptibilitas magnetik (pengambilan sampel tanah dengan pengukuran
langsung di lapangan).
2) Pengujian pencuplikan tanah di laboratorium dengan :
- Suseptibilitas magnetik pada medan rendah
- Low temperature susceptibility
- SEM (Scanning Electron Microscopy)

1.6 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Maret - Juni 2011. Pengambilan data,
pengolahan data penelitian dan penyusunan Tugas Akhir dilakukan di Jurusan Fisika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran,
Laboratorium Basic Science Center A ITB (Institut Teknologi Bandung) dan
Laboratorium Fisika Batuan PPGL (Pusat Penelitian Geologi Laut).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian mengenai kemagnetan telah dilakukan sejak 400 tahun yang lalu. Orang
yang dikenal pertama kali melakukan studi mengenai kemagnetan bumi ini adalah Sir
Wiliam Gilbert (1540-1603). Gilbert adalah orang yang pertama kali melihat adanya
medan magnet bumi yang ekivalen dengan arah utara-selatan sumbu rotasi bumi.
Penemuan Gilbert kemudian diperdalam oleh Van Wrede (1843) untuk melokalisir
endapan bijih besi dengan mengukur variasi magnet di permukaan bumi. Hasil
penelitiannya kemudian dibukukan dengan judul “The Examination Of Iron Ore
Deposite By Magnetic Measurement”. (AAPG UNDIP SC,2008)
Medan magnet bumi terdiri atas 3 bagian (Telford dkk, 1990), yaitu:
1.) Medan utama (main field), yang secara relatif berubah-ubah dengan lambat
dan medan internal.
Sumber dari medan magnetik utama disebabkan oleh arus listrik yang
mengalir berputar di dalam inti luar yang membentang dari jari-jari 1300 km
sampai 3500 km. Aliran listrik diperkirakan berasal dari variasi kimia dan
temperatur. Medan magnet utama ini tidak konstan dalam waktu dan berubah
relatif lamban serta asal perubahan dari perubahan internal dalam bumi yang dapat
dihubungkan dengan perubahan laju perputaran bumi.
2.)Medan eksternal, yang berubah-ubah agak cepat dan berasal dari luar
bumi.
Pengaruh medan luar berasal dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil
ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Karena
sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam
lapisan terionisasi di atmosfer, maka perubahan medan ini terhadap waktu jauh
lebih cepat. Penyebab lainnya adalah siklus badai matahari selama 11 tahun.
3.)Variasi medan utama
Perubahannya konstan terhadap waktu dan tempat yang disebabkan anomali
magnet lokal dekat permukaan kulit bumi.
[Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan
untuk mengetahui kondisi permukaan bumi berdasarkan sifat magnet batuan. Metode
magnetik didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnet di permukaan
bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi dari benda termagnetisasi yang
berada di bawah permukaan bumi. Variasi intensitas medan magnetik yang terukur
akan ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetik bawah permukaan yang
kemudian akan dijadikan dasar bagi keadaan geologi yang mungkin teramati (AAPG
UNDIP SC,2008) ]. Suseptibilitas magnet batuan adalah kemampuan/tingkat suatu
batuan untuk dapat dimagnetisasi. Semakin besar kandungan mineral magnetik dalam
suatu batuan maka semakin besar pula harga suseptibilitasnya.
Sifat magnetik batuan menjelaskan perilaku beberapa zat yang berada dibawah
pengaruh medan magnet. Sifat magnetik material pembentuk batuan dapat
dikelompokkan menjadi (AAPG UNDIP SC,2008) :
1) Diamagnetik
Bahan diamagnetik adalah bahan yang memiliki nilai suseptibilitas negatif dan
sangat kecil sehingga bisa dikatakan memperlemah medan magnet. Bahan
diamagnetik terdiri atas atom-atom yang tidak mempunyai medan magnetik
permanen. Dalam bahan diamagnetik medan magnet luar menginduksi momen
magnetik yang arahnya berlawanan dengan medan induksi magnet luar.
Contoh : bismuth, tembaga, intan, dll.
2) Paramagnetik
Bahan paramagnetik adalah bahan-bahan yang memiliki suseptibilitas
magnetik yang positif dan sangat kecil. Karakteristik paramagnetik adalah
memiliki momen magnetik permanen yang berinteraksi secara lemah satu sama
lain yang akan cenderung menyearahkan diri sejajar dengan arah medan magnet
luar. Contoh : piroksen, olivine, biotit, amfibolit, dll.
3) Ferromagnetik
Ferromagnetik merupakan bahan yang memiliki nilai suseptibilitas magnetik
yang positif dan sangat tinggi. Bahan-bahan ferromagnetik yang belum diberikan
medan magnet luar akan memiliki domain-domain yang menunjukkan momen
magnetik yang kuat namun memiliki arah yang berbeda-beda sehingga saling
meniadakan. Saat diberikan medan magnet luar, domain-domain yang memiliki
momen magnetik searah medan luar akan membesar ukurannya dan menyebar ke
daerah sekitarnya sehingga medan di dalam jauh lebih besar dari medan yang di
luar. Contoh : besi, nikel, kobalt.
Dalam satu dekade terakhir ini, metode magnetik sering digunakan dalam berbagai
penelitian untuk mendeteksi adanya pencemaran dalam suatu daerah tertentu. Metode
magnetik terbukti sangat berguna dalam menyelidiki pencemaran pada tanah. Metode
magnetik telah berhasil diterapkan pada kasus perubahan iklim, erosi tanah, analisis
pencemaran atmosfer (misalnya dengan mendeteksi magnetik pada partikel debu),
pencemaran akibat penambangan dan aktivitas antropogenik lainnya (Hoffmann et al.,
1999). Sensitivitas metode magnetik juga sangat cocok untuk mengukur butiran partikel
yang sangat kecil. Metode magnetik dapat digunakan sebagai index awal dalam
mendeteksi pencemaran Pb dan Cu, hal ini telah dibuktikan dari penelitian Lu et al.,
(2005) yang menunjukkan korelasi yang positif antara parameter suseptibilitas magnetik
dengan Pb dan Cu.
DAFTAR PUSTAKA

1) Telford, W. M., Geldart, L. P., Sheriff, R. E., 1990: Applied Geophysics. Cambridge

Univ. Press., 2nd ed.

2) Hoffmann et al.,(1999). Magnetic susceptibility mapping of roadside pollution.

Institut fu¨r Geologie und Pala¨ontologie, Arbeitsbereich Geophysik, Universita¨t

Tu¨bingen, 72076 Tu¨bingen. Germany.

3) Lu et al.,(2005). Magnetic properties and heavy metal contents of automobile

emission particulates*. School of Environmental and Resource Sciences, Zhejiang

University, Hangzhou 310029. China.

4) AAPG UNDIP SC. 2008(http://aapgscundip.wordpress.com/2008/07/23/geomagnet/).

Semarang. UNDIP.

5) WHO. 2006 (www.euro.who.int, 2006). Europe. WHO.

You might also like