You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dewasa ini perkembangan dunia teknologi sudah sangatlah pesat. Sehingga
dibutuhkan suatu kemampuan dalam menyeimbangkan perkembangan
tersebut. Tidak hanya perkembangan dunia teknologi komunikasi dan
informasi, teknologi dalam bidang elektronika sebagai faktor utama yang
mendukung teknologi dapat mengalami perkembangan hanya dalam
beberapa bulan saja, khususnya perangkat elektronik yang bersifat analog
maupun digital. Mahasiswa Universitas Gunadarma mendapat suatu materi
praktek dalam bidang elektronika . Hal ini merupakan salah satu cara dalam
menyeimbangkan perkembangan teknologi tersebut. Materi praktek yang
diajarkan didalam Laboratorium Elektronika Dasar, mengarahkan dan
membimbing rekan-rekan mahasiswa untuk dapat membuat,
mengembangkan atau bahkan merancang suatu rangkaian yang
bermultiguna. Pembuatan alat ini, mulai dari menggambar rangkaian dengan
skema secara elektronik dan kemudian dirangkai menjadi suatu rangkaian
yang dapat digunakan.
Untuk alat yang dipilih oleh penyusun adalah PENGUSIR NYAMUK.
Dalam pembuatan pengusir nyamuk ini terdapat beberapa kendala yang harus
dihadapi, seperti ; perancangan layout yang diambil dari skema elektronika
yang nantinya akan digambar pada papan PCB. Penggunaan jumper juga
sangat diperhatikan. Kendala selanjutnya adalah memindahkan atau
mengambar layout tersebut pada papan PCB. Setelah itu adalah pelarutan
papan PCB tersebut. Papan PCB yang digunakan adalah papan PCB polos
atau papan PCB yang belum dipakai dan tidak ada gambar rangkaian pada
bagian tembaganya. Pembuatan rangkaian pada PCB dapat digunakan
dengan menggunakan spidol atau menggunakan rugos yang berbantuk garis.
Keberhasilan dalam pembuatan alat ini tergantung dari rangkaian yang telah
menjadi jalur tembaga yang ada pada papan PCB tersebut.

1
2
Untuk Makalah yang diambil oleh penyusun yang berjudul Suara
Jangkrik Tiruan, mengharapkan dapat terobatinya rasa rindu akan suara
keindahan alam yang selama ini semakin menghilang, seiring dengan makin
pesatnya kemajuan zaman, tehnologi dan industri dan apalagi jika kita berada
di Ibu Kota yang semakin penuh sesak dengan populasi manusia dan polusi
udara.

1.2 Pembatasan Makalah


Untuk lebih mempersempit pembahasan dalam hal pembuatan Suara
Jangkrik Tiruan ini, maka pembahasan akan dibatasi pada analisa rangkaian
secara blok diagram maupun analisa rangkaian.

1.3 Tujuan Penulisan


Pembuatan Suara Jangkrik Tiruan ini mempunyai tujuan yang hendak
dicapai yaitu mengaplikasikan dan mempraktekkan teori-teori yang telah
didapat, sehingga dapat menjadi suatu pemahaman tentang cara kerja suatu
rangkaian elektronika agar dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk
merancang suatu alat yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. dan
selain itu juga mengharapkan dapat terobatinya rasa rindu akan suara alam
yang semakin waktu semakin menghilang seiring perkembangan zaman.

1.4 Metode Penulisan


Dalam penyusunan makalah ini, digunakan metode studi pustaka
(Library Research). Dalam metode ini, penyusun berusaha mencari literatur-
literatur yang berkaitan dengan rangkaian Suara Jangkrik Tiruan tersebut,
sehingga penyusun dalam penulisan tidak menyimpang dari rangkaian Suara
Jangrik Tiruan tersebut. Maka literatur-literatur tersebut dijadikan pedoman
dalam penyusunan makalah ini.
1.5 Sistematika penulisan
Pada penyusunan makalah ini dibagi menjadi beberapa bab yang akan
berisikan mengenai lingkup dari setiap bab. Secara garis besar, makalah ini
dibagi menjadi 5(lima) bab sebagai berikut:

3
BAB I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini dituliskan mengenai latar belakang masalah,
pembatasan makalah, tujuan dari penulisan makalah, metode
penulisan yang dipergunakan dalam penyusunan makalah dan
juga tentang sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI


Dalam bab ini berisi tentang teori-teori dasar mengenai komponen
yang dipergunakan dalam rangkaian Suara Jangkrik Tiruan.

BAB III : ANALISA RANGKAIAN


Bab ini akan menyajikan tentang analisa-analisa rangkaian Suara
Jangkrik Tiuran tersebut. Analisa yang akan disajikan akan
berbentuk analisa rangkaian secara blok diagram maupun analisa
rangkaian secara detail.

BAB IV : CARA PENGOPERASIAN ALAT


Bab ini akan mengulas mengenai cara-cara pengoperasian
pengusir nyamuk tersebut. Dalam mengaktifkan ataupun dalam
melihat output yang dihasilkan oleh alat tersebut.

BAB V: PENUTUP
Bab ini berisikan tentang kesimpulan dari makalah ini dan saran
terhadap penyusun berkaiatan dengan hasil penyelesaian
pembuatan pengusir nyamuk ini.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Elektronika
Sebelum membahas komponen dan rangkaian yang terdapat dalam
elektronika, kita harus mengetahui dahulu apa yang dimaksud dengan elektronika.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia elektro merupakan kata majemuk yang
mengenai atau dikenai dengan tenaga listrik. Elektronika ialah ilmu yang
mempelajari sifat-sifat dan prinsip kerja piranti (device = alat) yang asas kerjanya
terdapat aliran elektron dalam ruang hampa dan aliran elektron dalam piranti
semi-penghantar.
Cakupan bidang elektronika cukup luas ulai radio, radar, televisi, sistem
pengaturan dalam industri, komputer, rekaman suara, alat-alat ukur, perkakas
kedokteran dan lain alat-alat yang memakai tabung radio (tabung elektronik) atau
piranti semi-penghantar.

2.2 Teori Elektron


Pada bagian ini akan membahas mengenai molekul-molekul atom dan
elektron. Pengertian mengenai struktur atom berguna untuk menjelaskan gaya-
gaya diantara atom yang akhirnya mengarah pada pembentukan molekul. Dalam
sub bab ini akan mempelajari struktur listrik atom yang diartikan sebagai : dimana
elektron dalam suatu atom paling mungkin ditemukan.

2.2.1 Partikel Penyusun Atom


Menurut teori atom Dalton yang dikembangkan selama periode 1803-1808
didasarkan atas tiga asumsi pokok:
1. Tiap unsur kimia tersusun atas partikel terkecil yang disebut atom.
2. Atom tidak dapat dipecah lagi menjadi baian-bagian yang lebih kecil.
3. Semua atom dari unsur mempunyai massa (berat) dan sifat yang sama.
4. Dalam senyawa kimia, atom-atom dari unsur yang berlainan melakukan ikatan
dengan perbandingan numerik sederhana.
Pada akhir tahun 1800-an, teori atom Dalton tumbang oleh sederetan penemuan
mutakhir, misalnya sinar X (1895), radioaktif (1896), elektron (1897) dan
4
5
radium(1898). Studi atas gejala-gejala tersebut menunjukan bahwa atom
merupakan merupakan struktur rumit yang dibangun oleh partikel-partikel
penyusun atom.

2.2.2 Teori Elektron


Penelitian mengenai bangun atom antara lain didasarkan pada eksperimen
yang dilakukan dengan tabung (kaca) hampa atau tabung sinar katode. Sir William
Crookes merancang suatu tabung hampa yang merupakan penyempurnaan dari
tabung sinar katode yang disebut tabung Crookes. “ Jika kawat diberi potensial
listrik yang tinggi kemudian didekatkan, akan terjadi bunga api dari satu kawat ke
kawat lain. Bila ujung kawat ditaruh dalam tabung hampa akan terlihat adanya
bara hijau kekuningan dari arah katode. Sinar ini disebut sinar katode. Kemudian
sifat-sifat ini disimpulkan sebagai berikut :
1. Sinar katode dipancarkan oleh katode dalam sebuah tabung hampa bila
dilewati arus listrik.
2. Sinar katode berjalan dalam garis lurus
3. Sinar katode bila membentur gelas atau benda tertentu akan mengeluarkan
cahaya sehingga dapat disimpulkan bahwa sinar katode terdiri atas partikel-
partikel.
4. Sinar katode dibelokkan oleh medan listrik dan magnet ke arah partikel yang
bermuatan negatif.
5. Sifat sinar katode tidak dipengaruhi oleh bahan elektrode (besi, platina, dll).
Dari kelima sifat tersebut disimpulkan bahwa sinar katode terdiri dari
partikel-partikel yang bermuatan negatif dan diberi nama elektron oleh JJ.

Thomson. Kemudian dikemukakan istilah e- dan dilambangkan dengan -1e0.


Atom yang terdapat pada silikon terdiri dari inti atom dan 14 elektron yang
berputar menelilingi inti. Kemudian pada empat belas elektron yang mengelilingi
inti pecah menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok yang
letaknya dekat dengan inti terdiri dari dua elektron. Kelompok kedua merupakan
kelompok yang letaknya jauh dari inti terdiri dari empat elektron, kelompok ini
disebut juga elektron valensi, sedangkan kelompok ketiga memiliki 8 elektron
yang letak diantara kedua kelompok tersebut. Elektron yang terletak dalam kulit
6
yang dekat dengan inti adalah memiliki tenaga yang terbesar. Dimana
tenaga ini disebabkan karena elektron bergerak yang menimbulkan energi kinetis
dan energi potensial yang disebabkan karena letak elektron dalam medan listrik
inti atom. Pada gerakkan elektron tersebut terjadi peristiwa tarik menarik antara
muatan positif dengan muatan negatif elektron.
Elektron yang berada pada kulit terluar memiliki nilai yang paling kecil, oleh
sebab itu elektron-elektron yang berada pada kulit terluar ini paling mudah lepas
dari inti. Bila elektron ini terlepas maka ia akan bergerak bebas. Elektron ini akan
berputar pada bagian luar zat semi-penghantar tersebut dan dinamakan elektron
bebas. Jumlah elektron bebas suatu zat akan dapat menentukan sifat
kelistrikkannya. Bila dalam jumlah besar seperti dalam logam maka akan
menghasilkan daya hantar listriknya baik atau disebut sebagai konduktor. Dan
apabila jumlah elektronnya sedikit maka zat tersebut tidak akan memiliki daya
hantar listrik yang yang baik atau akan bersifat isolator. Karenanya daya hantar
listrik bahan silikon dan germanium tak sebaik logam tetapi lebih baik dari isolator,
maka dapat dinyatakan bahwa silikon dan germanium memiliki sifat semi-
konduktor. Silikon dan Germanium digunakan untuk membuat komponen-
komponen zat padat (solid state) seperti integrated Circuit (IC) sedangkan bahan
carbon yang utama digunakan untuk membuat komponen tahanan (resistor) dan
potensiometer.

2.3. Teori Komponen


Didalam elektronika, komponen elektronik terbagi menjadi dua jenis yaitu
komponen pasif dan komponen aktif. Komponen pasif adalah komponen
elektronika yang dalam pengoperasiannya tidak memerlukan arus atau tegangan
tersendiri. Contoh komponen-komponen pasif ialah resistor, kapasitor, induktor,
dan transformator. Sedangkan komponen aktif adalah komponen elektronika
yang dalam pengoperasiannya memerlukan sumber tegangan atau arus
tersendiri. Contohnya adalah transistor dan rangkaian terpadu (intergrated circuit).
Dalam makalah ini hanya akan membahas komponen elektronika pasif dan aktif
yang digunakan dalam rangkaian Lampu Kamar Gelap, seperti: resistor, dioda,
LDR dan transistor.

7
2.3.1 Resistor
Semua proyek elektronik akan menggunakan komponen yang satu ini sebagai
tahanan atau hambatan yang mungkin digunakan lebih banyak dari pada
komponen elektronika lainnya.Hambatan ini memiliki dua jenis yang berbeda,
yang pertama jenis hambatan tetap dan hambatan tidak tetap. Hambatan tetap
dikenal dengan resistor, sedangkan hambatan yang tidak tetap dikenal dengan
Potensiometer dan Trimpot

Hambatan tetap
Hambatan tetap atau disebut juga resistor digunakan untuk penghambat
listrik dalam rangkaian-rangkaian elektronika. Resistor ini diberi simbol R dan juga
sering disebut weerstand (bahasa Belanda). Sebuah hambatan biasanya terlihat
seperti silinder kecil dengan kawat pada tengah-tengah kedua ujungnya. Harga
tahanannya dinyatakan dengan suatu sistem kode warna. Tahanan ini berbentuk
tabung kecil mempunyai empat pita warna yang melingkarinya.

Gbr 1. Resistor

Simbol untuk tahanan diperlihatkan pada gambar diatas. Pada gambar


diatas juga memperlihatkan susunan pita warna yang melingkari tahanan. Dua
pita pertama menyatakan dua angka pertama dari harga tahanan. Pita yang ketiga
adalah pengali. Dua angka pertama dikalikan dengan angka yang dinyatakan oleh
pita ketiga. Hasilnya adalah harga dari komponen tersebut. Untuk pita ke-empat
merupakan nilai toleransi dari tahanan tersebut. Nilai toleransi adalah nilai
tahanan yang masih diperbolehkan melewatkan arus. Dibawah ini terdapat tabel
nilai dari setiap warna yang ada pada resistor beserta dengan nilai toleransinya.
Tanpa pita keempat ± 20%
Perak ± 10%
Emas ± 5%
8
Coklat  1%
Tabel 1. Kode Warna Pita pada Resistor

nilai warna jika


nilai warna jika digunakan pada
Warna digunakan pada
pita pertama atau kedua pita Ketiga
Hitam 0 1
Coklat 1 10
Merah 2 100
Orange 3 1000
Kuning 4 10000
Hijau 5 100000
Biru 6 1000000
Violet 7 Tidak digunakan
Abu-abu 8 Tidak digunakan
Putih 9 Tidak digunakan
Emas Tidak digunakan 0,1

Nama satuan Ohm dapat disingkat dengan huruf Yunani Omega (Ω ).


Satuan hambatan ini diberi nama Ohm sesuai dengan nama seorang ahli Fisika
Jerman yang telah menyingkap “Hukum Ohm”.

Jadi tahanan yang mempunyai pita Merah, Violet, Kuning dan Emas
mempunyai nilai tahanan sebesar 270000 Ohm. Sedangkan harga sesungguhnya
berada dalam selang kurang atau lebih 5% dari harga nominal di atas. Harga ini
diperoleh sebagai berikut : seperti pada tabel di atas. Pita Merah menunjukkan
bahwa angka pertama adalah 2, pita violet menunjukkan angka kedua adalah 7.
Kita mendapatkan angka 27 yang selanjutnya harus dikalikan dengan pita ketiga,
yaitu Kuning dan menyatakan dengan angka 10000. Jadi nilai komponen ini
adalah 47 x 10000 = 270000 Ohm. Pita keempat berwarna emas dan menyatakan
toleransi 5%. Tidak ada tahanan mempunyai harga tepat seperti dinyatakan.
Tanda toleransi memberikan harga-harga batasannya.
Kadang-kadang juga tahanan dijumpai yang mempunyai pita kelima.
Dimana pita pertama akan berwarna merah muda untuk menyatakan bahwa
tahanan ini dari jenis stabilitas tinggi. Ada juga tahanan yang mempunyai pita
9
ketiga berwarna perak, pita ini menunjukkan angka perkalian sebesar 0,01.
Tahanan dengan nilai serendah ini jarang digunakan.
Hambatan Tidak Tetap (Variabel)
Hambatan tidak tetap ini memiliki fungsi yang sama dengan hambatan
tetap atau resistor, tetapi nilai hambatannya atau resistansinya dapat diubah-
ubah. Hambatan tidak tetap ini jenisnya : hambatan geser, potensiometer, trimpot,
tetapi yang palig banyak digunakan ialah trimpot dan potensiometer.
a. Potensiometer
Resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan memutar poros
yang tersedia. Potensiometer pada dasarnya sama dengan trimpot secara
fungsional. Berdasarkan nilai tahanannya potensiometer dibedakan menjadi:
 Potensio Linier : Bila kontak geser digerakkan atau diputar nilai tahanannya
akan berubah sesuai perhitungan linier. Biasanya potensiometer jenis ini
memiliki tanda B, misalkan B10K dan B50K.
 Potensio Logaritmis : Bila kontak digeser atau diputar nilai tahanannya
berubah sesuai dengan perhitungan logaritma. Untuk potensiometer jenis ini
memiliki tanda A.
Kerena potensiometer ini merupakan hambatan tak tetap, maka pada
komponennya juga terdapat bagian yang dapat diputar atau digerakkan.
Simbolnya juga hampir sama dengan resistor tetapi terdapat kaki ketiga. Seperti
pada gambar dibawah ini.

Gbr.2.Potensiometer
b. Trimpot
Resistor yang nilai resistansinya dapat diubah-ubah dengan cara memutar
poros dengan menggunakan obeng. Untuk mengetahui nilai hambatannya dapat
dilihat dai angka yang tercantum pada badan trimpot tersebut.
Simbol Trimpot :

10

Gbr 3. Trimpot
2.3.2 Dioda
Dioda merupakan suatu komponen elektronika yang hanya dapat
menghantar arus listrik atau tegangan satu arah saja. Daerah dimana tipe-p dan
tipe-n bertemu disebut dengan junction dan dioda junction adalah nama lain dari
dari kristal pn. Kata dioda adalah pemendekan dari dua elektroda dimana di
berarti dua.

Gbr 4. Dioda

Dioda Tanpa Bias


Gambar (a) menunjukan dioda juction. Sisi p mempunyai banyak hole dan sisi n
banyak elektron pita konduksi. Pada gambar (a) terlihat bahwa tidak ada luar
dikenakan kepadanya berarti dioda tersebut adalah dioda tanpa bias. Elektron
pada sisi n cenderung berdifusi atau menyebar kesegala arah. Beberapa berdifusi
melewati junction. Jika elektron masuk kedaerah p , ia akan merupakan pembawa
minoritas. Dengan banyaknya hole disekitarnya, pembawa minoritas ini
mempunyai umur hidup singkat; segera memasuki daerah p , elektron akan jatuh
ke dalam hole. Jika ini terjadi, maka hole lenyap dan elektron pita konduksi
menjadi elektron valensi. Setiap kali elektron berdifusi melalui juction, ia akan
11
menciptakan sepasang ion. Gambar (b) menunjukan ion-ion ini pada masing-
masing sisi junction. Tanda positif berlingkaran menandakan ion positif dan tanda
negatif berlingkaran menunjukan ion negatif. Ion tetap dalam struktur kristal
karena ikatan kovalen dan tidak dapat berkeliling seperti elektron pita konduksi
ataupun hole. Setiap pasang ion positif dan negatif disebut dipole. Pembentukan
dipole berarti satu elektron pita konduksi dan satu hole telah dikeluarkan dari
sirkulasi. Jika terbentuk sejumlah pole, daerah dekat junction dikosongkan dari
muatan-muatan yang bergerak. Kita sebut daerah yang kosong muatan ini dengan
lapisan pengosongan (depletion layer).

Potensial Barier
Tiap dipole mempunyai medan listrik gambar (c). Anak panah menunjukan arah
gaya pada muatan positif. Jika elektron memasuki lapisan pengosongan, medan
mencoba mendorong elektron kembali kedaerah n . Kekuatan medan bertambah
dengan berpindahnya tiap elektron sampai akhirnya medan menghentikan difusi
elektron yang melewati junction. Dalam gambar (b), adanya medan diantara ion
adalah ekivalen dengan perbedaan potensial disebut potensial barier. Pada 25
derajat celcius, potensial barier kira-kira sama dengan 0,3 Volt untuk dioda
germanium dan 0,7 Volt untuk dioda silikon.

Forward Bias
Arus mengalir dengan mudah dalam rangkaian gambar (a), karena jika elektron
pita konduksi itu bergerak menuju junction, ujung kanan kristal menjadi positif
sedikit. Ini terjadi karena elektron pada ujung kanan kristal bergerak menuju
junction dan meninggalkan atom yang bermuatan positif dibelakang.Atom
bermuatan positif kemudian menarik elektron kedalam kristal dari terminal sumber
negatif. Untuk pendekatan pertama, kita dapat membayangkan bahwa semua
elektron pita konduksi melakukan penggabungan ketika mereka mencapai
junction.

12
Elektron
akan menngalir ke
ujung kanan kristal, ketika segerombolan besar elektron pada dalam daerah n
bergerak menuju juntion. Ujung kiri dari grup yang bergerak ini lenyap ketika
mengenai junction (elektron jatuh kedalam hole). Dengancara ini aliran elektron
akan terus-menerus mengalir dari terminal negatif menuju junction. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pada saat elektron mengalir, arus listrik juga mengalir pada
dioda forward bias ini. Sifat dioda pada keadaan berubah menjadi saklar tertutup.

Reverse Bias
Pada dioda dengan reverse bias ini, polaritas sumber dc akan dipasang terbalik
dimana anoda akan mendapat arus negatif sedangkan katoda mendapatkan arus
positif. Pada dioda yang bersifat reverse bias ini tidak dapat menghantarkan arus,
karena medan yang dihasikan dari luar, searah dengan arah melebar dan lapisan
pengosongan. Hole dan elektron bergarak menuju ujung-ujung kristal (menjauhi
junction). Elektron yang melarikan diri meninggalkan ion positif dan hole yang
pergi meninggalkan ion negatif. Oleh sebab itu lapisan pengosongan menjadi
melebar. Semakin lebar lapisan pengosongan maka semakin besar pula reverse
bias yang dihasilkan.

Dan semakin besar lapisan pengosongan, makin besar perbedaan potensial.


Lapisan pengosongan berhenti bertambah jika perbedaan potensial sama dengan
tegangan reverse yang diberikan. Sementara lapisan pengosongan sedang
disesuaikan lebarnya, hole dan elektron menjauhi junction. Hal ini menandakan
bahwa elektron sedang mengalir dari terminal negatif sumber kedalam ujung kiri
kristal. Pada saat yang bersamaan, elektron sedang meninggalkan ujung kanan
kristal dan mengalir kedalam terminal positif sumber. Oleh sebab itu, arus
mengalir dalam rangkaian luar ketika lapisan pengosongan sedang disesuaikan
lebarnya yang baru. Arus transisi ini dapat menjadi nol setelah lapisan
13
pengosongan berhenti melebar. Umunya arus transisi berakhir hanya dalam
beberapa nano-detik saja.

2.3.3 Dioda Zener

Dioda Zener adalah dioda yang bekerja pada daerah breakdown atau pada
daerah kerja reverse bias. Dioda ini banyak digunakan untuk pembatas tegangan.
Dioda ini digunakan untuk pengaturan tegangan, agar sumber tegangan searah
tak berubah tegangan keluarannya jika diambil arusnya (dibebani) dalam batas-
batas tertentu. Dioda Zener dibuat agar mempunyai tegangan dadal (disebut
tegangan Zener) pada nilai tertentu antara 3 V dan 100 V.
Pada keadaan Zener, medan listrik yang tinggi dalam daerah pengosongan
menyebabkan elektron pada ikatan kovalen lepas menjadi elektron bebas. Pada
mekanisme ini tegangan dadal (PIV) berkurang dengan naiknya suhu. Mekanisme
kedua yaitu dadal Townsend, terjadi karena elektron bebas mendapat percepatan
cukup tinggi, sehingga jika menumbuk atom akan terjadi elektron bebas. Pada
mekanisme yang terakhir ini tegangan dadal bertambah jika suhu naik. Tegangan
dadal dapat diatur dengan mengubah konsentrasi donor dan akseptor.

Parameter dioda Zener


Beberapa parameter dioda Zener yang penting adalah :
(1) Tegangan dadal.
(2) Koefisien suhu (perubahan tegangan Zener terhadap suhu).
(3) Kemampuan daya (lesapan daya maksimum).
(4) Hambatan isyarat kecil rz, yaitu hambatan Zener terhadap perubahan
tegangan kecil, atau untuk isyarat ac kecil.
Dioda Zener dengan tegangan Zener di atas 6 V mempunyai koefisien suhu
positif, dan di bawah 6 V koefisien suhu negatif. Koefisien suhu minimum terjadi
pada Zener 6 V untuk arus 40 mA. Begitu pula hambatan isyarat kecil rz yang
menyatakan kebalikan kemiringan lengkung ciri dioda Zener pada keadaan dadal
juga berubah dengan tegangan Zener.
Suatu penyearah dengan pengaturan tegangan, mempunyai tegangan
keluaran yang tetap jika diberi beban arus dalam batas tertentu. Tanpa
pengaturan, penurunan tegangan keluaran oleh arus beban terjadi karena
14
penyearah mempunyai hambatan-dalam yang terdiri dari hambatan
gulungan transformator dan hambatan-dalam dioda. Pada arus beban yang besar
terjadi jatuh tegangan pada hambatan-dalam ini sehingga tegangan keluaran
berkurang.

2.3.4. Kapasitor
Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan
dengan huruf “C” adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi / muatan listrik
di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal
dari muatan listrik. Kapasitor ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867).
Satuan kapasitor disebut Farad (F). Satu Farad = 9 x 1011 cm 2 yang artinya luas
permukaan kepingan tersebut.

Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh
suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara
vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan
listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki
(elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul
pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung
kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub
positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik
ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Bila kapasitor
dihubungkan ke baterai, kapasitor terisi hingga beda potensial antara kedua
terminalnya sama dengan tegangan baterai. Jika baterai dicabut, muatan-muatan
listrik akan habis dalam waktu yang sangat lama, terkecuali bila sebuah konduktor
15
dihubungkan pada kedua terminal kapasitor. Proses yang terjadi pada
kapasitor ini dapat disebut sebagai proses charging - discharging.. Di alam bebas,
phenomena kapasitor terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan
negatif di awan.
Kapasitansi didefinisikan sebagai kemampuan dari suatu kapasitor untuk dapat
menampung muatan elektron. Coulombs pada abad 18 menghitung bahwa 1
coulomb = 6.25 x 1018 elektron. Kemudian Michael Faraday membuat postulat
bahwa sebuah kapasitor akan memiliki kapasitansi sebesar 1 farad jika dengan
tegangan 1 volt dapat memuat muatan elektron sebanyak 1 coulombs.
Dalam praktek pembuatan kapasitor, kapasitansi dihitung dengan mengetahui
luas area plat metal (A), jarak (t) antara kedua plat metal (tebal dielektrik) dan
konstanta (k) bahan dielektrik. Dengan rumus dapat di tulis sebagai berikut :

C = (8.85 x 10-12) (k A/t)

Berikut adalah tabel contoh konstanta (k) dari beberapa bahan dielektrik yang
disederhanakan :

Untuk rangkaian elektronik praktis, satuan farad adalah sangat besar sekali.
Umumnya kapasitor yang ada di pasaran memiliki satuan : µF, nF dan pF.

1 Farad = 1.000.000 µF (mikro Farad)

1 µF = 1.000.000 pF (piko Farad)

1 µF = 1.000 nF (nano Farad)

1 nF = 1.000 pF (piko Farad)

16

1 pF = 1.000 µµF (mikro-mikro Farad)

1 µF = 10-6 F
1 nF = 10-9 F
1 pF = 10-12 F

Konversi satuan penting diketahui untuk memudahkan membaca besaran


sebuah kapasitor. Misalnya 0.047µF dapat juga dibaca sebagai 47nF, atau contoh
lain 0.1nF sama dengan 100pF.

Kapasitor / kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub


yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk
tabung.
Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih
rendah, tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan
berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau
kancing baju.

17

Wujud dan Macam Kondensator

Berdasarkan kegunaannya kondensator di bagi menjadi :

a. Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap / tidak dapat diubah)

Kapasitor tetap dibagi menjadi kapasitor berkutub atau polar dan kapasitor non -
polar. Contoh kapasitor polar adalah Electrolit Condenser (Elco). Kapasitor non –
polar tidak mempunyai kutub sehingga tidak menjadi masalah apabila dipasang
terbalik.

b. Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah – ubah)

Yang termasuk kapasitor tidak tetap adalah varco (kapasitansi dapat diubah
dengan menggunakan obeng) dan trimmer (kapasitansi diubah dengan memutar
pada porosnya).

Pada kapasitor yang berukuran besar, nilai kapasitansi umumnya ditulis


dengan angka yang jelas. Lengkap dengan nilai tegangan maksimum dan
polaritasnya. Misalnya pada kapasitor elco dengan jelas tertulis kapasitansinya
sebesar 100µF25v yang artinya kapasitor/ kondensator tersebut memiliki nilai
kapasitansi 100 µF dengan tegangan kerja maksimal yang diperbolehkan sebesar
25 volt.
Kapasitor yang ukuran fisiknya kecil biasanya hanya bertuliskan 2 (dua)
atau 3 (tiga) angka saja. Jika hanya ada dua angka, satuannya adalah pF (pico
farads). Sebagai contoh, kapasitor yang bertuliskan dua angka 47, maka
kapasitansi kapasitor tersebut adalah 47 pF. Jika ada 3 digit, angka pertama dan
kedua menunjukkan nilai nominal, sedangkan angka ke-3 adalah faktor pengali.
Faktor pengali sesuai dengan angka nominalnya, berturut-turut 1 = 10, 2 = 100, 3
= 1.000, 4 = 10.000, 5 = 100.000 dan seterusnya.
Untuk kapasitor polyester nilai kapasitansinya bisa diketahui berdasarkan
warna seperti pada resistor.

18
Seperti komponen lainnya, besar kapasitansi nominal ada toleransinya.
Pada tabel 2.3 diperlihatkan nilai toleransi dengan kode-kode angka atau huruf
tertentu. Dengan tabel tersebut pemakai dapat dengan mudah mengetahui
19
toleransi kapasitor yang biasanya tertera menyertai nilai nominal kapasitor.
Misalnya jika tertulis 104 X7R, maka kapasitansinya adalah 100nF dengan
toleransi +/-15%. Sekaligus diketahui juga bahwa suhu kerja yang
direkomendasikan adalah antara -55Co sampai +125Co .

Dari penjelasan di atas bisa diketahui bahwa karakteristik kapasitor selain


kapasitansi juga tak kalah pentingnya yaitu tegangan kerja dan temperatur kerja.
Tegangan kerja adalah tegangan maksimum yang diijinkan sehingga kapasitor
masih dapat bekerja dengan baik. Misalnya kapasitor 10uF25V, maka tegangan
yang bisa diberikan tidak boleh melebihi 25 volt dc. Umumnya kapasitor-kapasitor
polar bekerja pada tegangan DC dan kapasitor non-polar bekerja pada tegangan
AC. Sedangkan temperatur kerja yaitu batasan temperatur dimana kapasitor
masih bisa bekerja dengan optimal. Misalnya jika pada kapasitor tertulis X7R,
maka kapasitor tersebut mempunyai suhu kerja yang direkomendasikan antara
-55Co sampai +125Co. Biasanya spesifikasi karakteristik ini disajikan oleh pabrik
pembuat di dalam datasheet.

Rangkaian kapasitor secara seri akan mengakibatkan nilai kapasitansi total


semakin kecil. Rangkaian kapasitor secara paralel akan mengakibatkan nilai
kapasitansi pengganti semakin besar.

Fungsi Kapasitor
Fungsi penggunaan kapasitor dalam suatu rangkaian :

a. Sebagai kopling antara rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain (pada PS
= Power Supply)

b. Sebagai filter dalam rangkaian PS

c. Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian antenna

d. Untuk menghemat daya listrik pada lampu neon

e. Menghilangkan bouncing (loncatan api) bila dipasang pada saklar

20
Tipe Kapasitor
Kapasitor terdiri dari beberapa tipe, tergantung dari bahan dielektriknya.
Untuk lebih sederhana dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kapasitor electrostatic,
electrolytic dan electrochemical.
a. Kapasitor Electrostatic
Kapasitor electrostatic adalah kelompok kapasitor yang dibuat dengan
bahan dielektrik dari keramik, film dan mika. Keramik dan mika adalah bahan yang
populer serta murah untuk membuat kapasitor yang kapasitansinya kecil. Tersedia
dari besaran pF sampai beberapa µF, yang biasanya untuk aplikasi rangkaian
yang berkenaan dengan frekuensi tinggi. Termasuk kelompok bahan dielektrik film
adalah bahan-bahan material seperti polyester (polyethylene terephthalate atau
dikenal dengan sebutan mylar), polystyrene, polyprophylene, polycarbonate,
metalized paper dan lainnya.
Mylar, MKM, MKT adalah beberapa contoh sebutan merek dagang untuk
kapasitor dengan bahan-bahan dielektrik film. Umumnya kapasitor kelompok ini
adalah non-polar.
b. Kapasitor Electrolytic
Kelompok kapasitor electrolytic terdiri dari kapasitor-kapasitor yang bahan
dielektriknya adalah lapisan metal-oksida. Umumnya kapasitor yang termasuk
kelompok ini adalah kapasitor polar dengan tanda + dan - di badannya. Kapasitor
ini memiliki polaritas karena proses pembuatannya menggunakan elektrolisa
sehingga terbentuk kutub positif anoda dan kutub negatif katoda.
Telah lama diketahui beberapa metal seperti tantalum, alumunium,
magnesium, titanium, niobium, zirconium dan seng (zinc) permukaannya dapat
dioksidasi sehingga membentuk lapisan metal-oksida (oxide film). Lapisan
oksidasi ini terbentuk melalui proses elektrolisa, seperti pada proses penyepuhan
emas. Elektroda metal yang dicelup ke dalam larutan elektrolit (sodium borate)
lalu diberi tegangan positif (anoda) dan larutan electrolit diberi tegangan negatif
(katoda). Oksigen pada larutan electrolyte terlepas dan mengoksidasi permukaan

21
plat metal. Contohnya, jika digunakan alumunium, maka akan terbentuk
lapisan Alumunium-oksida (Al2O3) pada permukaannya.

Dengan demikian berturut-turut plat metal (anoda), lapisan-metal-oksida


dan electrolyte (katoda) membentuk kapasitor. Dalam hal ini lapisan-metal-oksida
sebagai dielektrik. Dari rumus umum diketahui besar kapasitansi berbanding
terbalik dengan tebal dielektrik. Lapisan metal-oksida ini sangat tipis, sehingga
dengan demikian dapat dibuat kapasitor yang kapasitansinya cukup besar.
Karena alasan ekonomis dan praktis, umumnya bahan metal yang banyak
digunakan adalah alumunium dan tantalum. Bahan yang paling banyak dan murah
adalah aluminium. Untuk mendapatkan permukaan yang luas, bahan plat
Aluminium ini biasanya digulung radial. Sehingga dengan cara itu dapat diperoleh
kapasitor yang kapasitansinya besar. Sebagai contoh 100uF, 470uF, 4700uF dan
lain-lain, yang sering juga disebut kapasitor elco.
Bahan electrolyte pada kapasitor tantalum ada yang cair tetapi ada juga
yang padat. Disebut electrolyte padat, tetapi sebenarnya bukan larutan electrolit
yang menjadi elektroda negatif-nya, melainkan bahan lain yaitu manganese-
dioksida. Dengan demikian kapasitor jenis ini bisa memiliki kapasitansi yang besar
namun menjadi lebih ramping dan mungil. Selain itu karena seluruhnya padat,
maka waktu kerjanya (lifetime) menjadi lebih tahan lama. Kapasitor tipe ini juga
memiliki arus bocor yang sangat kecil Jadi dapat dipahami mengapa kapasitor
Tantalum menjadi relatif mahal.
c. Kapasitor Electrochemical
Satu jenis kapasitor lain adalah kapasitor electrochemical. Termasuk
kapasitor jenis ini adalah battery dan accu. Pada kenyataannya battery dan accu
adalah kapasitor yang sangat baik, karena memiliki kapasitansi yang besar dan
arus bocor (leakage current) yang sangat kecil. Tipe kapasitor jenis ini juga masih
dalam pengembangan untuk mendapatkan kapasitansi yang besar namun kecil
dan ringan, misalnya untuk aplikasi mobil elektrik dan telepon selular.

21
2.3.5 IC CD4047B
Mampu beroperasi baik dalam modus monostable atau astabil. Hal ini
membutuhkan kapasitor eksternal (antara pin 1 dan 3) dan sebuah resistor
eksternal (antara pin 2 dan 3) untuk menentukan lebar pulsa output dalam modus
monostable, dan frekuensi output dalam mode astabil. Astabil operasi diaktifkan
oleh tingkat tinggi pada input astabil atau tingkat rendah pada masukan astabil.
Frekuensi output (pada siklus kerja 50%) pada output Q dan Q ditentukan oleh
komponen waktu. Frekuensi A dua kali bahwa Q tersedia di Output Oscillator,
sebuah siklus kerja 50% tidak dijamin. Monostable operasi diperoleh saat
perangkat ini dipicu oleh transisi rendah ke tinggi pada masukan pemicu atau
transisi tinggi-tolow pada input b memicu. Perangkat ini dapat retriggered dengan
menerapkan transisi rendah ke tinggi secara simultan untuk
baik pemicu dan retrigger masukan. Tingkat tinggi
Lay out IC CD4047B

23
2.3.6 Buzer

Buzzer akan memberikan keluaran dari rangkaian berupa suara dengungan


pada rangkaian yang beroperasi. Buzzer juga merupakan salah satu alat yang
dapat membangkitkan suara apabila diberi tegangan, sama halnya dengan
speaker, tetapi buzzer ini hanya dapat mengeluarkan suara yang kecil dan
melengking saja, sedangkan speaker bisa mengeluarkan suara dari kecil sampai
suara yang besar.

Gambar 8. simbol Buzzer

2.3.7 Transistor
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai
sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal
atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik,
dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET),
memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.

Transistor through-hole (dibandingkan dengan pita ukur sentimeter)

Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal. Tegangan atau arus yang dipasang
di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang melalui 2 terminal

24

lainnya. Transistor adalah komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik
modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat).
Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil, dan penguat
sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan sebagai
saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai sedemikian
rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori, dan komponen-komponen
lainnya.

Transistor dalam dunia elektronika. Secara garis besar ada 2 macam transistor
yaitu : BJT (Bipolar Junction Transistor) dan FET (Field Effect Transistor).
Transistor BJT mempunyai tiga kaki utama yaitu : Emiter (E), colector (C) dan
base (B).
Dari transistor dapat dibuat rangkaian penguat atau amplifier. Penguatan dapat
diambil dengan berbagai cara dengan menggunakan transistor. Transistor bipolar
biasanya digunakan sebagai saklar elektronik dan penguat pada rangkaian
elektronika digital. Transistor memiliki 3 terminal dan biasanya dibuat dari bahan
silikon atau germanium. Kaki transistor ini dapat dikombinasikan menjadi jenis N-
P-N atau P-N-P. Transistor memiliki dua sambungan, yaitu antara emitter dan
basis dan antara kolektor dan basis. Karena itu, sebuah transistor seperti dua
buah dioda yang saling bertolak belakang yaitu dioda emitter - basis, atau
disingkat dengan emitter dioda dan
dioda kolektor - basis, atau disingkat dengan dioda kolektor. Berikut ini merupakan
gambar dan simbol dari transistor, baik NPN maupun PNP.

25
Pada rangkaian elektronik, sinyal inputnya adalah 1 atau 0 ini selalu dipakai
pada basis transistor, yang mana collector dan emittor sebagai penghubung
untuk pemutus ( short ) atau sebagai pembuka rangkaian. Aturan / prosedur
transistor sebagai berikut:
• Pada transistor NPN, pemberian tegangan positif dari basis ke emittor,
menyebabkan hubungan collector ke emittor terhubung singkat, yang
menyebabkan transistor aktif ( ON ). Pemberian tegangan negatif atau 0 V dari
basis ke emittor menyebabkan hubungan collector dan emittor terbuka, yang
disebut transistor mati ( OFF ).
• Pada transistor PNP, pemberian tegangan negatif dari basis ke emittor ini
akan menyalakan transistor ( ON ). Dan pemberian tegangan positif dari basis ke
emittor ini akan membuat transistor mati ( OFF ).

Karakteristik input daripada transistor adalah sebagai berikut :


Bagian emittor-basis dari transistor merupakan dioda, maka apabila dioda
emittor-basis dibias maju maka kita mengharapkan akan melihat grafik arus
terhadap tegangan dioda biasa. Saat tegangan dioda emittor-basis lebih kecil
dari potensial barriernya, maka arus basis (I b) akan kecil. Ketika tegangan dioda
melebihi potensial barriernya, arus basis (Ib) akan naik secara cepat.

Karakteristik output daripada transistor adalah :


Sebuah transistor memiliki empat daerah operasi yang berbeda yaitu daerah
aktif, daerah saturasi, daerah cutoff, dan daerah breakdown. Jika transistor
digunakan sebagai penguat, transistor bekerja pada daerah aktif. Jika transistor
digunakan pada rangkaian digital, transistor biasanya beroperasi pada daerah
saturasi dan cutoff. Daerah breakdown biasanya dihindari karena resiko
transistor menjadi hancur terlalu besar.

BAB III
ANALISA RANGKAIAN

3.1 Analisa rangkaian secara diagram

Ini adalah diagram rangkaian dari repeller nyamuk ultrasonik (pengusi


yamuk). Rangkaian ini didasarkan pada teori bahwa serangga seperti nyamuk
dapat ditolak dengan menggunakan frekuensi suara dalam kisaran (di atas 20kHz)
ultrasonik. Rangkaian ini tidak lain hanyalah sebuah PLL IC CMOS 4047 kabel
sebagai osilator bekerja di 22KHz. Sebuah penguat simetri pelengkap yang terdiri
dari empat transistor digunakan untuk memperkuat suara. Speaker bel Piezo
mengubah output dari penguat suara ultrasonik yang dapat didengar oleh
serangga.

INPUT BLOK POWER

TRANSISTOR

PROSES Blok ic 4047

KAPASITOR
OUTPUT

Gbr 11. Blok diagram rangkaian pengusir nyamuk

26
27
a. Input
Input pada rangkaian ini adalah power atau catu daya 12V, dan Ground.
Power memberikan tegangan pada seluruh blok. dan potensiometer (R)
juga berperan karena ikut mempengaruhi output yang dihasilkan.
potensiometer berfungsi untuk mengatur banyaknya tegangan yang
masuk dan mempengaruhi besar kecilnya volume dari buzzer

b. Proses
Proses dalam pembuatan alat ini dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

1. Blok ic
Blok ic berfungsi untuk membuat rangkaian astable melalui (pin 5
dan 4 ic) dan monostable melaui (pin 6 dan 8 ic) yang sebagai
osilator bekerja di 22KHz
1. Transistor
transistor digunakan untuk memperkuat suara atau Sebuah
penguat simetri komplementer
2. kapasitor
kapasitor eksternal (antara pin 1 dan 3) untuk menentukan lebar
pulsa output dalam modus monostable

c. output
output dari penguat suara ultrasonik yang dapat didengar oleh
serangga. Melalui buzzer
3.2 Analisa rangkaian secara detail
Ini adalah diagram rangkaian dari repeller nyamuk ultrasonik (pengusi
yamuk). Rangkaian ini didasarkan pada teori bahwa serangga seperti nyamuk
dapat ditolak dengan menggunakan frekuensi suara dalam kisaran (di atas 20kHz)
ultrasonik. Rangkaian ini tidak lain hanyalah sebuah PLL IC CMOS 4047 kabel
sebagai osilator bekerja di 22KHz. Sebuah penguat simetri pelengkap yang terdiri
dari empat transistor digunakan untuk memperkuat suara. Speaker bel Piezo

28
mengubah output dari penguat suara ultrasonik yang dapat didengar oleh
serangga.

Gbr 16. Rangkaian pengusir nyamuk

Catu daya 12 V, dan ground sebagai power mensuplai tegangan kesetiap


komponen yang ada,
potensio dalam rangkaian ini berfungsi sebagai pengatur tegangan yang masuk
yang nantinya berpengaruh pada volume yang di keluarkan oleh buzzer
23
skematik dan cara kerja rangkaian pengusir nyamuk

IC CD4047B bekerja dalam modus monostable atau astabil. Hal ini membutuhkan
kapasitor eksternal (antara pin 1 dan 3) dan sebuah resistor eksternal (antara pin
2 dan 3) untuk menentukan lebar pulsa output dalam modus monostable, dan
frekuensi output dalam mode astabil. Astabil operasi diaktifkan oleh tingkat tinggi
pada input astabil atau tingkat rendah pada masukan astabil. Frekuensi output
(pada siklus kerja 50%) pada output Q dan Q ditentukan oleh komponen waktu.
Frekuensi A dua kali bahwa Q tersedia di Output Oscillator, sebuah siklus kerja
50% tidak dijamin. Monostable operasi diperoleh saat perangkat ini dipicu oleh
transisi rendah ke tinggi pada masukan pemicu atau transisi tinggi-tolow pada
input b memicu. Perangkat ini dapat retriggered dengan menerapkan transisi
rendah ke tinggi secara simultan untuk
baik pemicu dan retrigger masukan. Tingkat tinggi
BAB IV
CARA PENGOPERASIAN ALAT

Pada bab ini penulis ingin menguraikan sedikit tentang dan bagaimana cara
membuat alat ini hingga bisa menghasilkan output yang baik kemudian
bagaimana cara menguji alat tersebut Langkah-langkah dalam pembuatannya,
yaitu :
1. Persiapkan terlebih dahulu keseluruhan dari alat yang digunakan. (lihat
daftar komponen yang digunakan).
2. Periksa terlebih dahulukeseluruhan dari komponen yang digunakan,
pastikan komponen dalam kondisi yang baik.
3. Persiapkan gambar rangkaian, PCB, dan spidol permanent yang nanti
digunakan pada saat membuat jalur pada PCB.
4. Setelah selesai membuat jalur pada PCB, pastikan semua jalur-jalur yang
sudah digambar tercetak tebal, agar pada saat dilarutkan tidak mudah
putus dan periksa secara teliti apakah ada jalur yang saling bersentuhan.
5. Mulailah melarutkan ke dalam larutan ferrochlorida. Setelah selesai
dilarutkan, bersihkan terlebih dahulu PCB.
6. Mulailah dengan pengeboran sesuai dengan tata letak komponennya,
pastikan semua letak komponen telah di bor semua.
7. sekarang mulailah dengan meletakkan komponen-komponen diatas PCB
yang telah di bor, sesuai dengan letaknya. (lihat gambar rangkaian)
8. Setelah selesai meletakkan komponen sesuai dengan letaknya, mulailah
dengan memanaskan solder, kemudian melakukan penyolderan pada kaki-
kaki komponen yang telah terpasang.
9. Apabila sudah tersolder semua pada kaki-kaki komponennya, sekarang
mulailah dengan menghubungkan rangkaian dengan kabel, Buzzer, dan
untuk sakelar.
10. Setelah selesai semua pastikan kembali, komponen dan kabel sudah
terhubung dengan baik dan benar.
11. Mulailah meletakkan rangkaian kedalam box akrilik yang sudah disediakan.
12. Rangkaian siap untuk di uji coba.
30
31
Demikianlah langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam pembuatan
pengusir nyamuk , baik mulai dari cara merancang hingga terbentuknya suatu alat
yang nantinya dapat digunakan.
Rangkaian pengusir nyamuk ini adalah rangkaian elektronika yang akan
bekerja secara aktif. Dalam mengoperasikan rangkaian pengusir nyamuk ini
diperlukan beberapa alat pendukung seperti:
1. Catu daya atau power supply atau Bateray yang memiliki tegangan
sebesar 9 Volt.
2. Kabel jumper untuk menghubungkan catu daya dengan rangkaian
3. Sebelum rangkaian diberikan tegangan, sebaiknya diperiksa terlebih dahulu
apakah ada jalur yang terhubung singkat atau tidak
4. Alat ukur listrik seperti multitester dan testpen
5. Dll.

cara pengoperasian Aktifkan catu daya dan atur tegangan sesuai dengan
tegangan yang dibutuhkan untuk rangkaian
Hubungkan catu daya dengan rangkaian pengusir nyamuk
Hubungkan kabel + 12V dengan pada rangkaian dengan kabel + 12V
power supply dan hubungkan kabel ground rangkaian ke ground pada
power supply
Kemudian hidupkan catu daya dan atur potensiometer.
Setelah itu Piezo Buzzer sebagai alat penampil keluaran akan
memperlihatkan hasil rangkaian tersebut. Atur potensiometer untuk
mendapatkan intensitas suara yang lebih keras.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari bab-bab sebelumnya, maka penyusun dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut: Rangkaian pengusir nyamuk ini bekerja dengan arus yang
masuk setelah mendapat resistansi dari potensiometer. Dimana arus
potensiometer tersebut akan mempengaruhi arus yang akan diubah menjadi pulsa
atau clock oleh IC4047. Dan hasil output dari IC4047 akan di teruskan ke
potensio, oleh Potensio yang bertindak sebagai pengantur besar kecilnya arus
yang masuk ke rangkaian dan arus yang mengalir akan melalui penguat simetri
pelengkap yang terdiri dari empat transistor digunakan untuk memperkuat
suara..Kemudian hasil arus tersebut akan ditampilkan oleh Piezo Buzzer,
sehingga dapat menghasilkan suara yang dapat diatur intensitas besar kecil
suaranya . dan frekuensi suara dalam kisaran (di atas 20kHz) ultrasonik. Yang
tidak di sukai oleh nyamuk. Dengan 4047 ini merupakan suatu rangkaian
sederhana yang dapat dimodifikasi untuk menghasilkan tampilan BUZER dapat
mengeluarkan dan dapat diatur besar kecilnya suara yang diinginkan oleh si
pengguna / pemakai.

5.2 Saran
Berdasarkan hal-hal yang terkandung didalam kesimpulan, maka penyusun
ingin mengemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi rekan-
rekan maupun bagi diri penyusun sendiri untuk lebih memperbaiki yang telah ada
sebelumnya, yaitu Dalam pembuatan suatu alat elektronika tidak selalu
memuaskan bagi setiap penggunanya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih
sempurna penulis menyampaikan beberapa saran penting yang perlu diperhatikan
antara lain:

• Untuk membuat jalur pada PCB, pastikan jalur-jalur terhubung semua. Dan
tidak ada yang saling bersentuhan, dianjurkan menggunakan spidol
permanen 0,1
32
33
• Gunakan buzzer yang memiliki tegangan yang lebih tinggi agar
mengeluarkan output suara yang tinggi.
• Sebaiknya alat ini jangan diberikan nilai yang bukan sebenarnya dari nilai
yang tertera pada rangkaian Suara Jangkrik Tiruan, karena ditakutkan tidak
akan tercapai output yang dihasilkan.
• Gunakan soket untuk peletakkan IC agar tidak mudah patah, pada saat kita
memasang pada PCB.
• Gunakan IC CMOS 4047 sebagai komponen terpenting yang dipakai dalam
rangkaian pengusir nyamuk ini.
• Apabila kita memerlukan sensitifitas rangkaian yang lebih cepat pada saat
mulai bekerja, maka komponen pada rangkaian, harus ada yang diturunkan
agar nilai resistansinya lebih kecil, dan rangkaian dapat bekerja dalam
beberapa detik.
Pemilihan komponen serta penyusun juga perlu memperhatikan kesesuaian
dengan komponen lain, agar dihasilkan output yang diinginkan. Karena
ketidaktepatan pemilihan komponen terkadang membuat keluaran tidak tepat
juga. Agar rangkaian dapat bekerja secara maksimal, selain alat maka kondisi dari
alat yang digunakan juga perlu , agar menghindari kondisi komponen yang rusak
akibat pemasangan dan panas yang ditimbulkan oleh panas pada saat
penyolderan. Kondisi komponen yang rusak menyebabkan rangkaian tidak
bekerja secara maksimal, satu komponen yang mengalami kerusakan akan
menyebabkan komponen yang lainnya juga mengalami hal yang sama, dengan
cara lain kita harus menyediakan komponen cadangan. Yang perlu diperhatikan
dari merangkai alat ini adalah pada saat melakukan penyolderan pada IC, karena
IC lebih sensitif dibandingkan dengan komponen yang lainnya.
Demikianlah sekiranya kesimpulan dan saran, yang diberikan agar dapat
digunakan dalam menjadi sumber atau panduan dalam membuat pengusir
nyamuk maupun alat – alat elektronika yang lain.

You might also like