You are on page 1of 81

1

Skenario
Ny Dina 25 tahun & Tn Sahid 27 tahun berasal dari suku Melayu memiliki seorang
anak bernama Nina usia 5 tahun yang didiagnosis oleh dokter spesialis anak
menderita thalassemia berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan darah
tepi dan analisis hemoglobin dan setiap 20 hari sekali harus menjalani transfusi darah.
Atas anjuran bagian Obgyn (obstetri dan Ginekologi) RSMH mereka datang ke Klinik
Genetika FK Unsri untuk konsultasi karena ingin mempunyai anak lagi yang
diharapkan tidak menderita thalassemia.

Di Klinik Genetika, dilakukan pengambilan darah vena Ny Dina & Tn Sahid serta
darahvena Nina. Hasil pemeriksaan mikroskopik dan DNA didapatkan:

- Ny Dina

 Morfologi RBC: hipokrom mikrositik, anisopoikilositosis, cukup


sering ditemukan Sel Target, tear drops, dan sferosit

 Analisis DNA: Heterozigot HbE yaitu mutasi Gen Globin Beta


Kodon 26 dari GAG (glutamat) menjadi AAG (lisin)

- Tn Sahid

 Morfologi RBC: sangat anisopoikilositosis, cukup sering


ditemukan Sel Target, tear drops, ovalocytosis, dan stomatocyte.

 Analisis DNA: Heterozigot mutasi Gen Globin Beta Kodon 41-42


berupa delesi TTCT dan Heterozigot mutasi Southest Asian
Ovalocytosis berupa delesi 27 bp gen AE-1

- Nina

 Morfologi RBC: sebagian hipokrom mikrositik, anisopoikilositosis,


cukup sering ditemukan Sel Target dan Somatocytes.

 Analisis DNA: Heterozigot HbE yaitu mutasi Gen Globin Beta


Kodon 26 dari GAG (glutamat) menjadi AAG (lisin) dan
Heterozigot mutasi Gen Globin Beta Kodon 41-42 berupa delesi
TTCT.

I. Klarifikasi Istilah

1
2

1. Thalasemia: Suatu penyakit darah yang ditandai dengan berkurang atau


ketidakadaan produksi dari hemoglobin normal

2. Hemoglobin: Pigmen pembawa oksigen eritrosit

3. Hipokrom mikrositik: Sel darah merah yang kecil dan pucat, jumlah MCV dan
MCH dibawah normal.

4. Anisopoikilositosis: Eritrosit yang ukurannya berbeda-beda dan bentuknya


abnormal dalam darah.

5. Sel target: Eritrosit tipis yang abnormal, bila diwarnai menunjukkan pusat
gelap dan cincin hemoglobin perifer dipisahkan oleh suatu cincin pucat tak
terwarnai yang mengandung sedikit hemoglobin.

6. Tear drops: Bentuk sel darah merah yang seperti tetesan air

7. Sferosit: Eritrosit yang berukuran kecil, bulat, dan seluruhnya mengandung


hemoglobin tanpa kepucatan di tengah seperti biasanya

8. Ovalocytosis: Kelainan herediter dengan sebagian besar eritrosit berebntuk


oval. Dalam keadaan normal bentuk eritrosit seperti ditemukan kira-kira 15-
20% saja, akan tetapi pada penyakit ini 50-90% eritrositnya berbentuk oval.

9. Stomacytocyte: Bentuk sel darah merahbercelah/seperti mulut menggantikan


lingkaran pucat yang normal seperti terlihat pada bentuk anemia hemolitik
yang jarang terjadi dan penyakit hati

10. Heterozygote: Keadaan yang memiliki alel-alel berberda dalam sifat tertentu

11. Gen globin beta kodon: Gen yang mempengaruhi sintesis rantai beta
pembentuk hemoglobin.

12. Delesi: Hilangnya materi genetik dari kromosom

13. Hb E: Sebuah varian hemoglobin dengan mutasi pada gen globin beta yang
menyebabkan substitusi asam glutamat untuk lisin pada posisi 26 dari rantai
globin beta.

II. Identifikasi masalah

2
3

1. Ny. Dina (25) & Tn Sahid (27) berasal dari suku Melayu memiliki seorang
anak bernama Nina (5) yang didiagnosis oleh dokter spesialis anak menderita
thalasemia.

2. Atas anjuran bagian obgyn RSMH, mereka datang ke klinik Genetik FK Unsri
untuk berkonsultasi karena ingin mempunyai anak lagi dan diharap tidak
menderita thalasemia

3. Hasil pemeriksaan mikroskopik dan DNA:

-Ny Dina

 Morfologi RBC: hipokrom mikrositik, anisopoikilositosis, cukup


sering ditemukan Sel Target, tear drops, dan sferosit

 Analisis DNA: Heterozigot HbE yaitu mutasi Gen Globin Beta


Kodon 26 dari GAG (glutamat) menjadi AAG (lisin)

-Tn Sahid

 Morfologi RBC: sangat anisopoikilositosis, cukup sering


ditemukan Sel Target, tear drops, ovalocytosis, dan stomatocyte.

 Analisis DNA: Heterozigot mutasi Gen Globin Beta Kodon 41-42


berupa delesi TTCT dan Heterozigot mutasi Southest Asian
Ovalocytosis berupa delesi 27 bp gen AE-1

-Nina

 Morfologi RBC: sebagian hipokrom mikrositik, anisopoikilositosis,


cukup sering ditemukan Sel Target dan Somatocytes.

 Analisis DNA: Heterozigot HbE yaitu mutasi Gen Globin Beta


Kodon 26 dari GAG (glutamat) menjadi AAG (lisin) dan
Heterozigot mutasi Gen Globin Beta Kodon 41-42 berupa delesi
TTCT.

III. Analisis masalah


1. Apakah ada hubungan umur, jenis kelamin, dan suku dengan thalasemia?

2. Apa patofisiologi thalasemia?

3
4

3. Apa saja jenis-jenis thalasemia? Jelaskan!

4. Bagaimana proses penurunan penyakit thalasemia dari orang tua ke anak?

5. Bagaimana pedigree dalam kasus ini?

6. Bagaimana metode diagnosis genetik prenatal?

7. Bagaimana mekanisme rekombinasi gen pada fertilisasi?

8. Bagaimana mengetahui seseorang adalah pembawa sifat thalassemia beta?

9. Apa peran konsultasi genetik?

10. Bagaimana mekanisme molekuler terjadinya mutasi genetik?

11. Bagaimana penanganan medis pada thalasemia?

12. Bagaimana cara isolasi DNA?

13. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan mikroskopik dan DNA pada Ny


Dina, Tn Sahid, dan Nita?

14. Bagaimana morfologi RBC normal?

15. Bagaimana kemungkinan anak tidak menderita thalassemia ?

16. Bagaimana anamnesis dan pemeriksaan fisik thalasemia?

17. Bagaimana prognosis thalasemia?

18. Apa tujuan dari pemriksaan RBC, DNA mikroskopik?

19. Bgaimana fungsi isolasi DNA?

IV. Hipotesis
Ny Dina, penderita thalassemia minor dan Tn Sahid penderita thalassemia
intermediate memiliki seorang anak yang menderita Thalasemia beta mayor dan
kemungkinan memiliki anak normal selanjutnya ialah 25%

V. Kerangka konsep

Kemungkinan memiliki anak


normal

Tn Sahid 4
Thalassemia Intermediate

Konsultasi Genetik Ny. Dina Thalassemia Minor


Thalassemia
Nina
Mayor
5

25% normal

Kemungkinan Anak 50% carrier

25% Thalassemia Mayor

VI. Learning issue dan keterbatasan ilmu pengetahuan

Pokok Bahasan What I know What I don’t What I have How I


know to prove will
learn

1. Thalassemia  Definisi Ny Dina Interne


thalassemia menderita t, buku
 Epidemiologi thalassemia
thalassemia minor, Tn
 Etiologi dan Sahid
macam
menderita
thalassemia
 Faktor resiko thalassemia
thalassemia intermedier,
 Pemeriksaan dan Nina
fisik, menderita
laboratorium, thalassemia
tambahan, dan beta mayor.
khusus pada
thalassemia
 Patofisiologi
thalassemia
 Kriteria
diagnostik
thalassemia

5
6

 Diagnosis
banding
thalassemia
 Komplikasi
thalassemia
 Penatalaksanaan
thalassemia
2. HB E  Definisi HB E Nina Interne
 Prevalensi HB E mengalami t, buku
 Patofisiologi heterozigot
HBE HB E /
 Homozigot HB E thalassemia
 Heterozigot HB beta
E
 Thapan essensial
penanggulangan
HB E
3. Metode  Definisi metode Metode Interne
diagnosis diagnosis genetik diagnosis t,buku
genetik prenatal genetik
prenatal  Macam tes prenatal
diagnostik
diperlukan
prenatal
untuk
 Tahapan
diagnosis mencegah
prenatal lahirnya bayi
 dengan
kelainan
herediter

4. Isolasi DNA  Definisi isolasi  Penerapa Isolasi DNA Interne


DNA n isolasi diperlukan t, buku
 Tujuan Isolasi DNA untuk
DNA mengidentifi
 Aplikasi isolasi kasi DNA
DNA
guna
 Prinsip isolasi
DNA mengetahui
 Prosedur kerja jenis
isolasi DNA thalassemia
yang diderita
seseorang

5. Red Blood  Definisi RBC Morfologi Interne


Cell(RBC)  RBC dalam dari RBC t, buku
kondisi normal menentukan
 Pembentukan jenis
RBC thalassemia

6
7

 Tahap-tahap yang diderita


diferensiasi RBC sesorang

6. Konseling  Pengertian  Penerapa Konseling Interne


genetik konseling genetik n genetik t, buku
 Peran konsultasi konseling sangat
genetik genetik diperlukan
 Tindakan- untuk
tindakan yang
pasangan
dapat disarankan
oleh konselor yang
memiliki
riwayat
penyakit
herditer,
seperti
thalassemia

7. Interpretasi  Definisi Interpretasi Interne


pemeriksaan interpretasi pemeriksaan t, buku
mikroskopik pemeriksaan berguna
DNA mikroskopik, untuk
DNA
menentukan
 Aplikasi
interpretasi pada jenis
kasus thalassemia
yang diderita
seseoang
beserta
penanganan
yang tepat
selanjutnya

8. Mutasi  Definisi mutasi Mutasi Interne


genetik  Jenis mutasi genetik yang t, buku
 Asal mula terjadi
penyebab- mempengaru
penyebab hi jenis
terjadinya mutasi
thalassemia
 Mutagen
 Frekuensi mutasi yang diderita
 Contoh penyakit seseorang
yang disebabkan
mutasi genetik
9. Mekanisme  Definisi Thalassemia Interne
rekombinasi rekombinasi gen beta mayor t, buku
gen pada  Mekanisme yang diderita
fertilisasi rekombinasi gen oleh Nina

7
8

pada fertilisasi merupakan


dampak dari
rekombinasi
gen antara
Ny Dina dan
Tn Sahid
pada saat
fertilisasi

VII. Sintesis dan jawaban analisis masalah

Jawaban analisis masalah

1. Secara umum, tidak ada hubungan antara usia dengan penyakit thalassemia
yang diderita oleh Nina , karena Nina menderita thalassemia yang merupakan
kelainan yang diturunkan, sehingga kelainan ini sudah terjadi sejak awal
pembuahan. Jenis kelamin juga tidak memengaruhi kelainan yang di derita,
karena laki-laki dan perempuan mempunyai prevalensi yang sama untuk
menderita kelainan ini. Tempat tinggal mempunyai pengaruh yang cukup
besar pada kejadian thalassemia. Daerah endemi malaria cenderung memiliki
angka prevalensi thalssemia yang lebih tinggi, karena penderita thalassemia
resisten terhadap infeksi malaria, teutama di daerah suku Melayu, Indonesia.

2. Patofisiologi thalassemia:

Thalassemia adalah kelainan herediter dari sintesis Hb akibat dari gangguan

produksi rantai globin. Penurunan produksi dari satu atau lebih rantai globin

tertentu (α,β,γ,δ) akan menghentikan sintesis Hb dan menghasilkan

ketidakseimbangan dengan terjadinya produksi rantai globin lain yang normal.

Karena dua tipe rantai globin (α dan non-α) berpasangan antara satu sama lain

dengan rasio hampir 1:1 untuk membentuk Hb normal, maka akan terjadi

produksi berlebihan dari rantai globin yang normal dan terjadi akumulasi

8
9

rantai tersebut di dalam sel menyebabkan sel menjadi tidak stabil dan

memudahkan terjadinya destruksi sel. Ketidakseimbangan ini merupakan

suatu tanda khas pada semua bentuk thalassemia. Karena alasan ini, pada

sebagian besar thalassemia kurang sesuai disebut sebagai hemoglobinopati

karena pada tipe-tipe thalassemia tersebut didapatkan rantai globin normal

secara struktural dan juga karena defeknya terbatas pada menurunnya

produksi dari rantai globin tertentu. Tipe thalassemia biasanya membawa

nama dari rantai yang tereduksi. Reduksi bervariasi dari mulai sedikit

penurunan hingga tidak diproduksi sama sekali (complete absence).

3. Jenis-jenis thalssemia dan penjelasan:

Thalassemia-α

Anemia mikrositik yang disebabkan oleh defisiensi sintesis globin-α banyak

ditemukan di Afrika, negara di daerah Mediterania, dan sebagian besar Asia.

Delesi gen globin-α menyebabkan sebagian besar kelainan ini. Terdapat empat

gen globin-α pada individu normal, dan empat bentuk thalassemia-α yang

berbeda telah diketahui sesuai dengan delesi satu, dua, tiga, dan semua empat

gen ini

Genotip Jumlah gen α Presentasi Klinis Hemoglobin Elektroforesis

Saat Lahir > 6 bulan

αα/αα 4 Normal N N

-α/αα 3 Silent carrier 0-3 % Hb Barts N

--/αα atau 2 Trait thal-α 2-10% Hb Barts N

–α/-α

--/-α 1 Penyakit Hb H 15-30% Hb Bart Hb H

--/-- 0 Hydrops fetalis >75% Hb Bart -

9
10

Ket : N = hasil normal, Hb = hemoglobin, Hb Bart’s = γ4, HbH = β

Silent carrier thalassemia-α

a. Merupakan tipe thalassemia subklinik yang paling umum, biasanya

ditemukan secara kebetulan diantara populasi, seringnya pada etnik

Afro-Amerika. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapat 2 gen α

yang terletak pada kromosom 16.

b. Pada tipe silent carrier, salah satu gen α pada kromosom 16

menghilang, menyisakan hanya 3 dari 4 gen tersebut. Penderita sehat

secara hematologis, hanya ditemukan adanya jumlah eritrosit (sel

darah merah) yang rendah dalam beberapa pemeriksaan.

c. Pada tipe ini, diagnosis tidak dapat dipastikan dengan pemeriksaan

elektroforesis Hb, sehingga harus dilakukan tes lain yang lebih

canggih. Bisa juga dicari akan adanya kelainan hematologi pada

anggota keluarga ( misalnya orangtua) untuk mendukung diagnosis.

Pemeriksaan darah lengkap pada salah satu orangtua yang

menunjukkan adanya hipokromia dan mikrositosis tanpa penyebab

yang jelas merupakan bukti yang cukup kuat menuju diagnosis

thalasemia.

Trait thalassemia-α

a. Trait ini dikarakterisasi dengan anemia ringan dan jumlah sel darah

merah yang rendah. Kondisi ini disebabkan oleh hilangnya 2 gen α

pada satu kromosom 16 atau satu gen α pada masing-masing

10
11

kromosom. Kelainan ini sering ditemukan di Asia Tenggara,

subbenua India, dan Timur Tengah.

b. Pada bayi baru lahir yang terkena, sejumlah kecil Hb Barts (γ 4) dapat

ditemukan pada elektroforesis Hb. Lewat umur satu bulan, Hb Barts

tidak terlihat lagi, dan kadar Hb A2 dan HbF secara khas normal.

Penyakit Hb H

Kelainan disebabkan oleh hilangnya 3 gen globin α, merepresentasikan

thalassemia-α intermedia, dengan anemia sedang sampai berat, splenomegali,

ikterus, dan jumlah sel darah merah yang abnormal. Pada sediaan apus darah

tepi yang diwarnai dengan pewarnaan supravital akan tampak sel-sel darah

merah yang diinklusi oleh rantai tetramer β (Hb H) yang tidak stabil dan

terpresipitasi di dalam eritrosit, sehingga menampilkan gambaran golf ball.

Badan inklusi ini dinamakan sebagai Heinz bodies.

Thalassemia-α mayor

a. Bentuk thalassemia yang paling berat, disebabkan oleh delesi semua

gen globin-α, disertai dengan tidak ada sintesis rantai α sama sekali.

b. Karena Hb F, Hb A, dan Hb A 2 semuanya mengandung rantai α, maka

tidak satupun dari Hb ini terbentuk. Hb Barts (γ4) mendominasi pada

bayi yang menderita, dan karena γ4 memiliki afinitas oksigen yang

tinggi, maka bayi-bayi itu mengalami hipoksia berat. Eritrositnya juga

11
12

mengandung sejumlah kecil Hb embrional normal (Hb Portland = ζ2γ2),

yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen.

c. Kebanyakan dari bayi-bayi ini lahir mati, dan kebanyakan dari bayi

yang lahir hidup meninggal dalam waktu beberapa jam. Bayi ini sangat

hidropik, dengan gagal jantung kongestif dan edema anasarka berat.

Yang dapat hidup dengan manajemen neonatus agresif juga nantinya

akan sangat bergantung dengan transfusi.

Thalassemia-β

Sama dengan thalassemia-α, dikenal beberapa bentuk klinis dari thalassemia-β;

antara lain :

Silent carrier thalassemia-β

a. Penderita tipe ini biasanya asimtomatik, hanya ditemukan nilai

eritrosit yang rendah. Mutasi yang terjadi sangat ringan, dan

merepresentasikan suatu thalassemia-β+.

b. Bentuk silent carrier thalassemia-β tidak menimbulkan kelainan

yang dapat diidentifikasi pada individu heterozigot, tetapi gen

untuk keadaan ini, jika diwariskan bersama-sama dengan gen untuk

thalassemia-β°, menghasilkan sindrom thalassemia intermedia.

12
13

Trait thalassemia-β

a. Penderita mengalami anemia ringan, nilai eritrosit

abnormal, dan elektroforesis Hb abnormal dimana

didapatkan peningkatan jumlah Hb A2, Hb F, atau keduanya

b. Individu dengan ciri (trait) thalassemia sering didiagnosis

salah sebagai anemia defisiensi besi dan mungkin diberi

terapi yang tidak tepat dengan preparat besi selama waktu

yang panjang. Lebih dari 90% individu dengan trait

thalassemia-β mempunyai peningkatan Hb-A2 yang berarti

(3,4%-7%). Kira-kira 50% individu ini juga mempunyai

sedikit kenaikan HbF, sekitar 2-6%. Pada sekelompok kecil

kasus, yang benar-benar khas, dijumpai Hb A2 normal

dengan kadar HbF berkisar dari 5% sampai 15%, yang

mewakili thalassemia tipe δβ.

c. Thalassemia-β yang terkait dengan variasi struktural rantai

d. Presentasi klinisnya bervariasi dari seringan thalassemia

media hingga seberat thalassemia-β mayor

e. Ekspresi gen homozigot thalassemia (β+) menghasilkan

sindrom mirip anemia Cooley yang tidak terlalu berat

(thalassemia intermedia). Deformitas skelet dan

hepatosplenomegali timbul pada penderita ini, tetapi kadar

13
14

Hb mereka biasanya bertahan pada 6-8 gr/dL tanpa

transfusi.

f. Kebanyakan bentuk thalassemia-β heterozigot terkait

dengan anemia ringan. Kadar Hb khas sekitar 2-3 gr/dL

lebih rendah dari nilai normal menurut umur.

g. Eritrosit adalah mikrositik hipokromik dengan

poikilositosis, ovalositosis, dan seringkali bintik-bintik

basofil. Sel target mungkin juga ditemukan tapi biasanya

tidak mencolok dan tidak spesifik untuk thalassemia.

h. MCV rendah, kira-kira 65 fL, dan MCH juga rendah (<26

pg). Penurunan ringan pada ketahanan hidup eritrosit juga

dapat diperlihatkan, tetapi tanda hemolisis biasanya tidak

ada. Kadar besi serum normal atau meningkat.

Thalassemia-β° homozigot (Anemia Cooley, Thalassemia Mayor)

a. Bergejala sebagai anemia hemolitik kronis yang progresif

selama 6 bulan kedua kehidupan. Transfusi darah yang

reguler diperlukan pada penderita ini untuk mencegah

kelemahan yang amat sangat dan gagal jantung yang

disebabkan oleh anemia. Tanpa transfusi, 80% penderita

meninggal pada 5 tahun pertama kehidupan.

b. Pada kasus yang tidak diterapi atau pada penderita yang

jarang menerima transfusi pada waktu anemia berat, terjadi

hipertrofi jaringan eritropoetik disumsum tulang maupun di

14
15

luar sumsum tulang. Tulang-tulang menjadi tipis dan

fraktur patologis mungkin terjadi. Ekspansi masif sumsum

tulang di wajah dan tengkorak menghasilkan bentuk wajah

yang khas.

c. Pucat, hemosiderosis, dan ikterus sama-sama memberi

kesan coklat kekuningan. Limpa dan hati membesar karena

hematopoesis ekstrameduler dan hemosiderosis. Pada

penderita yang lebih tua, limpa mungkin sedemikian

besarnya sehingga menimbulkan ketidaknyamanan mekanis

dan hipersplenisme sekunder.

d. Pertumbuhan terganggu pada anak yang lebih tua; pubertas

terlambat atau tidak terjadi karena kelainan endokrin

sekunder. Diabetes mellitus yang disebabkan oleh siderosis

pankreas mungkin terjadi. Komplikasi jantung, termasuk

aritmia dan gagal jantung kongestif kronis yang disebabkan

oleh siderosis miokardium sering merupakan kejadian

terminal.

e. Kelainan morfologi eritrosit pada penderita thalassemia-β°

homozigot yang tidak ditransfusi adalah ekstrem.

Disamping hipokromia dan mikrositosis berat, banyak

ditemukan poikilosit yang terfragmentasi, aneh (sel bizarre)

dan sel target. Sejumlah besar eritrosit yang berinti ada di

darah tepi, terutama setelah splenektomi. Inklusi

intraeritrositik, yang merupakan presipitasi kelebihan rantai

15
16

α, juga terlihat pasca splenektomi. Kadar Hb turun secara

cepat menjadi < 5 gr/dL kecuali mendapat transfusi. Kadar

serum besi tinggi dengan saturasi kapasitas pengikat besi

(iron binding capacity). Gambaran biokimiawi yang nyata

adalah adanya kadar HbF yang sangat tinggi dalam

eritrosit.

4. Proses penurunan penyakit thalssemia dari orang tua ke anak:

 Thal alpha mnrt hukum mendel

 Thal beta mnrt hukum mendel

16
17

Carrier Thalassemia

5. Pedigree dalam kasus:


Carrier Thalassemia

Thalassemia mayor

6. Metode diagnosis prenatal:

Diagnosis prenatal melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah

pemeriksaan ibu janin yang meliputi pemeriksaan darah tepi lengkap dan

analisis hemoglobin. Bila ibu dinyatakan pembawa sifat thalassemia beta

maka pemeriksaan dilanjutkan ke tahap kedua yaitu suami diperiksa darah tepi

lengkap dan analisis hemoglobin. Bila suami juga membawa sifat thalassemia

maka suami-isteri ini diperiksa DNAnya untuk menentukan jenis kelainann

pada gen globin beta.

Selanjutnya diambil jaringan janin (villi choriales atau jaringan ari-ari) pada

saat janin berumur 10-12 minggu untuk diperiksa DNAnya. Bila janin ternyata

hanya mebawa satu belah gen globin beta yang mengalami kelainan (gen

thalassemia beta) atau sama sekali tidak membawa gen thalassemia beta maka

kehamilan dapat diteruskan dengan aman. Tetapi bila janin ternyata membawa

17
18

kedua belah gen thalassemia yang artinya janin akan menderita thalassemia

beta maka penghentian kehamilan dapat menjadi pilihan

7. Mekanisme rekombinasi gen pada fertilisasi:

Pada Proses fertilisasi, rekombinasi gen terjadi pada fase meosis, yaitu ketika
proses cross over atau pindah silang terjadi, pada profase I. Pada fase itu, gen-
gen dari pasangan kromosom homolog saling bertukaran. Seperti kita ketahui,
manusia memiliki 2 set kromosom yang saling berpasangan, satu set
kromosom yang membawa sifat-sifat ayah, dan satu set kromosom yang
membawa sifat-sifat ibu. Pada pembelahan mitosis (perbanyakan sel), kedua
set kromosom tersebut akan diperbanyak apa adanya, jadi tidak ada perubahan
susunan gen. Namun, pada saat pembelahan meiosis, yaitu pada pembentukan
sel gamet (yang nota bene hanya punya satu set kromosom),mterjadi pndah
silang, sehingga satu set kromosom hasil dari pembelahan meiosis akan
membawa kombinasi sifat ayah da sifat ibu.

8. Karena penampilan sebagian besar pembawa sifat thalassemia beta tidak dapat
dibedakan dengan individu normal, maka pembawa sifat thalassemia beta
hanya dapat ditentukan dengan pemeriksaan darah yang mencakup darah tepi
lengkap clan analisis hemoglobin.

9. Peran konsultasi genetik:

 Agar seseorang yang akan menikah mendapat keturunan yang tidak cacat
 Jika sudah terlanjur beranak pinak, dianjurkan untuk tidak beranak lagi
 Memberikan bahan / cara mencegah atau mengobati penyakit keturunan
 Terhadap bayi / janin baru lahir dengan cacat / kelainan, dinasehatkan cara
mengasuhnya
 Mencari jalan keluar perselisihan keluarga

10. Mekanisme molekuler terjadinya mutasi genetik:

a. Mutasi pergantian pasangan basa


Perubahan yang terjadi pada suatu gen berupa pergantian suatu pasangan basa
oleh pasangan basa lainnya.misalnya pasangan AT diganti oleh GS
b. Mutasi transisi
Suatu pergantian basa purin dengan basa purin lain atau pergantian basa
pirimidin dengan basa pirimidin lain; atau disebut juga sebagai pergantian
suatu pasangan basa purin-pirimidin dengan pasangan purin-pirimidin lain.
Misalnya: AT→GS, GS→AT, SG→TA.

18
19

c. Mutasi tranversi
Suatu pergantian antara purin diganti dengan pirimidin pada posisi (tapak0
yang sama.
d. Mutasi misens
Perubahan suatu kode genetik sehinggaa menyebabkan asam amino terkait
(pada polipeptida) berubah.
e. Mutasi netral
Pergantian suat pasangan basa yang terkait dengan perubahan suatu kode
genetik dan menimbulkan perubahan asam amino terkait tapi tidak sampai
mengakibatkan perubahan fungsi protein.
f. Mutasi diam
Perubahan suatu pasangan basa dalam gen yang menimbulkan perubahan satu
kode genetik tetapi tidak mengakibatkan perubahan atau pergantian asam
amino yang dikode.
g. Mutasi perubahan rangka
Mutasi yang terjadi karena delesi atau adsi sat atau lebih pasang basa alam
satu gen.
h. Mutasi titik
Foward mtation : mengubah wild type
Reverse mutation : memulihkan polipeptida
Non fungsonal → fungsional penuh atau sebagian

11. Penanganan medis pada thalassemia:

Terapi

Penderita trait thalassemia tidak memerlukan terapi ataupun perawatan lanjut

setelah diagnosis awal dibuat. Terapi preparat besi sebaiknya tidak diberikan

kecuali memang dipastikan terdapat defisiensi besi dan harus segera

dihentikan apabila nilai Hb yang potensial pada penderita tersebut telah

tercapai. Diperlukan konseling pada semua penderita dengan kelainan genetik,

khususnya mereka yang memiliki anggota keluarga yang berisiko untuk

terkena penyakit thalassemia berat.

Penderita thalassemia berat membutuhkan terapi medis, dan regimen transfusi

darah merupakan terapi awal untuk memperpanjang masa hidup. Transfusi

darah harus dimulai pada usia dini ketika anak mulai mengalami gejala dan

19
20

setelah periode pengamatan awal untuk menilai apakah anak dapat

mempertahankan nilai Hb dalam batas normal tanpa transfusi.

Transfusi Darah

 Transfusi darah bertujuan untuk mempertahankan nilai Hb tetap pada level 9-

9.5 gr/dL sepanjang waktu.

 Pada pasien yang membutuhkan transfusi darah reguler, maka dibutuhkan

suatu studi lengkap untuk keperluan pretransfusi. Pemeriksaan tersebut

meliputi fenotip sel darah merah, vaksinasi hepatitis B (bila perlu), dan

pemeriksaan hepatitis.

 Darah yang akan ditransfusikan harus rendah leukosit; 10-15 mL/kg PRC

dengan kecepatan 5 mL/kg/jam setiap 3-5 minggu biasanya merupakan

regimen yang adekuat untuk mempertahankan nilai Hb yang diinginkan.

 Pertimbangkan pemberikan asetaminofen dan difenhidramin sebelum transfusi

untuk mencegah demam dan reaksi alergi.

Terapi Khelasi (Pengikat Besi)

 Apabila diberikan sebagai kombinasi dengan transfusi, terapi khelasi dapat

menunda onset dari kelainan jantung dan, pada beberapa pasien, bahkan dapat

mencegah kelainan jantung tersebut.

 Chelating agent yang biasa dipakai adalah DFO yang merupakan kompleks

hidroksilamin dengan afinitas tinggi terhadap besi. Rute pemberiannya sangat

penting untuk mencapai tujuan terapi, yaitu untuk mencapai keseimbangan

besi negatif (lebih banyak diekskresi dibanding yang diserap). Karena DFO

20
21

tidak diserap di usus, maka rute pemberiannya harus melalui parenteral

(intravena, intramuskular, atau subkutan).

 Dosis total yang diberikan adalah 30-40mg/kg/hari diinfuskan selama 8-12

jam saat pasien tidur selama 5 hari/minggu.

Transplantasi Sel Stem Hematopoetik (TSSH)

TSSH merupakan satu-satunya yang terapi kuratif untuk thalassemia yang saat

ini diketahui. Prognosis yang buruk pasca TSSH berhubungan dengan adanya

hepatomegali, fibrosis portal, dan terapi khelasi yang inefektif sebelum

transplantasi dilakukan. Prognosis bagi penderita yang memiliki ketiga

karakteristik ini adalah 59%, sedangkan pada penderita yang tidak memiliki

ketiganya adalah 90%. Meskipun transfusi darah tidak diperlukan setelah

transplantasi sukses dilakukan, individu tertentu perlu terus mendapat terapi

khelasi untuk menghilangkan zat besi yang berlebihan. Waktu yang optimal

untuk memulai pengobatan tersebut adalah setahun setelah TSSH. Prognosis

jangka panjang pasca transplantasi , termasuk fertilitas, tidak diketahui. Biaya

jangka panjang terapi standar diketahui lebih tinggi daripada biaya

transplantasi. Kemungkinan kanker setelah TSSH juga harus dipertimbangkan.

Terapi Bedah

Splenektomi merupakan prosedur pembedahan utama yang digunakan pada

pasien dengan thalassemia. Limpa diketahui mengandung sejumlah besar besi

nontoksik (yaitu, fungsi penyimpanan). Limpa juga meningkatkan perusakan

sel darah merah dan distribusi besi. Fakta-fakta ini harus selalu

dipertimbangkan sebelum memutuskan melakukan splenektomi.. Limpa

21
22

berfungsi sebagai penyimpanan untuk besi nontoksik, sehingga melindungi

seluruh tubuh dari besi tersebut. Pengangkatan limpa yang terlalu dini dapat

membahayakan.Sebaliknya, splenektomi dibenarkan apabila limpa menjadi

hiperaktif, menyebabkan penghancuran sel darah merah yang berlebihan dan

dengan demikian meningkatkan kebutuhan transfusi darah, menghasilkan

lebih banyak akumulasi besi. Splenektomi dapat bermanfaat pada pasien yang

membutuhkan lebih dari 200-250 mL / kg PRC per tahun untuk

mempertahankan tingkat Hb 10 gr / dL karena dapat menurunkan kebutuhan

sel darah merah sampai 30%. Risiko yang terkait dengan splenektomi

minimal, dan banyak prosedur sekarang dilakukan dengan laparoskopi.

Biasanya, prosedur ditunda bila memungkinkan sampai anak berusia 4-5 tahun

atau lebih. Pengobatan agresif dengan antibiotik harus selalu diberikan untuk

setiap keluhan demam sambil menunggu hasil kultur. Dosis rendah Aspirin®

setiap hari juga bermanfaat jika platelet meningkat menjadi lebih dari

600.000 / μL pasca splenektomi.

Diet

Pasien dianjurkan menjalani diet normal, dengan suplemen sebagai berikut :

asam folat, asam askorbat dosis rendah, dan alfa-tokoferol. Sebaiknya zat besi

tidak diberikan, dan makanan yang kaya akan zat besi juga dihindari. Kopi dan

teh diketahui dapat membantu mengurangi penyerapan zat besi di usus.

12. Cara isolasi DNA:

 Darah (whole blood) disentrifus dan diambil lapisan buffy coat-nya.


 Buffy coat sebanyak 300 µL dimasukkan ke dalam ependrof dan ditambah
900 µL pelisis sel, kemudian didiamkan pada suhu kamar selama 10 menit.

22
23

 Darah yang telah lisis disentrifus 13.000 rpm selama 20 detik dan
supernatan dibuang.
 Ditambahkan 300 µL pelisis inti sel (sel darah putih), divortex, dan
supernatan dibuang.
 Darah yang inti selnya telah lisis ditambah 100 µL pengendap protein,
disentrifus 13.000 rpm selama 3 menit, dan diperoleh supernatan.
 Supernatan yang mengandung DNA dituang ke dalam tabung reaksi yang
berisi 300 µL isopropanol 100% dingin, diinvert/ dibolak-balik 50 kali. ( 1
× bolak-balik = 1 × invert), disentrifus 13.000 rpm selama 3 menit.
Supernatan dibuang dan dikeringkan dengan hairdryer, DNA dijaga agar
tidak hilang.
 Setelah kering ditambah 300 µL alkohol dingin, diinvert 50 kali dan
disentrifus 13.000 rpm selama 3 menit. Supernatan dibuang dan
dikeringkan dengan hairdryer, DNA dijaga agar tidak hilang.
 Ditambahkan 100 µL penghidrasi DNA dan diinkubasi pada suhu 650C
selama 1 jam dalam waterbath.
 Selanjutnya dapat diidentifikasi dengan elektroforesis/ disimpan pada suhu
-200C.
 Perhitungan jumlah DNA yang diperoleh dengan spektrofotometer:

Kuvet diisi dengan 1 mL akuades.

- 1-5 µL DNA yang akan dihitung dimasukan ke dalam kuvet, dan dikocok
perlahan.

- Serapa DNA diukur pada panjang


gelombang 260 nm. Pada A260 = 1,
konsentrasi DNA adalah 50 mg/mL.
Konsentrasi DNA (mg/mL) = A260 × 50
mg/mL

 Kemurnian DNA dapat dihitung dengan


rumus:

Indeks Kemurnian = A260 / A280

23
24

DNA murni bila indeks kemurnian > 1,75

13. Interpretasi dari pemeriksaan mikroskopik dan DNA pada Ny Dina, Tn Sahid,
dan Nita:

Nyonya Dina

1. Adanya hipokrom mikrositik menandakan bahwa Ny. Dina mengalami


defisiensi pd Hb (anemia) dan kadar MCV dan MCH dibawah normal
(defisiensi zat besi)
2. Anisopoikilositosis menunjukkan adanya gejala anemia
3. Cukup sering ditemukan sel target menandakan adanya kelainan/gangguan
pada susunan rantai polipeptida
4. Cukup sering ditemukan tear drops menunjukkan adanya tanda-tanda
menderita Thalasemia
5. Cukup sering ditemukan spherosit menunjukkan adanya kelainan pada bentuk
membran sel darah merah (adanya indikasi anemia)
6. Analisis DNA : menunjukkan adanya kondisi kelainan pada Hb karena
terjadinya mutasi pada gen globin beta kodon 26. Ini menunjukkan bahwa Ny.
Dina menderita penyakit heterozigot Hb E, jadi bila terdapat symptom hanya
akan menunjukkan symptom yang ringan saja .
Hubungan: Hasil analisis pada DNA menjelaskan lebih terperinci kelainan
yang ada pada Ny. Dina, jadi intinya hasil analisis DNA ini adalah penguat dari
pemeriksaan Morfologi RBC yang menunjukkan bahwa Ny. D juga memiliki
anemia

Tn. Sahid
Dilihat dari morfoligi RBC tn.Sahid, yaitu anisopoikilositosis, sel target, tear
drops, dan ovalocytocytosis. Dan analisis DNA : Heterozigot muatasi gen
globin beta kodon 41-42 beupa delesi TTCT dan heterozigot SAO berupa delesi
27 bp gen AE-1. Tn. Sahid menderita thalassemia beta intermedia, karena
morfologi RBC T.B.I mirip dengan thallasemia mayor.
Pada penderita thalasemia ciri-ciri dari morfologi sel darah merahnya akan
berwarna pucat dan lebih kecil dari yang normal, kemidian akan ditemukan sel
target dan adanya ovalocytosis.

24
25

Sedangkan pada hasil lab tuan Sahid ditemukan ketiga-tiganya, jadi tuan A juga
terkena thalasemia

Nina
1. Adanya hipokrom mikrositik menandakan bahwa Nina mengalami defisiensi
pd Hb (anemia) dan kadar MCV(mean cell volume/nilsi rata2 volume sel darah
merah) dan MCH(mean cell hemoglobin/jumlah rata2 hemoglobin tiap sel darah
merah) dibawah normal (defisiensi zat besi)
2. Anisopoikilositosis menunjukkan adanya gejala anemia
3. Cukup sering ditemukan sel target menandakan adanya
kelainan/gangguanpada susunan rantai polipeptida
4. Stomatocytes : eritrosit abnormal dengan daerah bercelah atau seperti mulut,
menggantikan lingkaran pucat yang normal, biasanya akibat edema.
5 Analisis DNA : menunjukkan adanya kondisi kelainan pada Hb karena
terjadinya mutasi pada gen globin beta kodon 26. Dan gen globin globin beta
kodon 41-42
Hubungan: Hasil analisis pada DNA menjelaskan lebih terperinci kelainan yang
ada pada c jadi intinya hasil analisis DNA ini adalah penguat dari pemeriksaan
Morfologi RBC yang menunjukkan Nina memiliki anemia

Hubungan hasil pemeriksaan lab Tn.Sahid & Ny. Dina dengan Nina


Ada, hubungannya Ny Dina dan Tn. Sahid serta Putri Nina sama-sama memiliki
hipokrom mikrositik yang menandakan bahwa mereka menderita defisiensi
pada Hb dan kadar MCV serta MCH dibawah normal( defisiensi besi). Ny Dina
dan Tn. Sahid serta Nina sama-sama memiliki Anisopoikilositosis yang
menandakan terjadinya anemia. Ny Dina dan Tn. Sahid serta Nina sama-sama
sering ditemukan sel target menandakan gangguan pada susunan
rantaipolipeptida sehingga mengakibatkan erotrosit yang tipis abnormal.
Pada Analisis DNA : Nina mewarisi sifat yaitu mutasi gen Globin Beta Kodon
26 yang didapat dari ibu (Ny.D) menandakan adanya HBE, sedangkan Globin
Beta Kodon 41 42 didapat dari Ayah(Tn.A).Tuan A mewariskan mutasi gen
globin beta kodon 41-42 berupa delesi TTCT, sedangkan Ny.D mewarisi
heterozigot Hb E pada C,sehingga C menderita thallasemia beta

14. Morfologi RBC normal:

25
26

Keadaan normal, RBC berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira-kira


7,8 mikrometer dan dengan ketebalan 2,5 mikrometer pada bagian tebal serta
1 mikrometer pada bagian tengahnya. Volume rata-rata 90-95 mikrometer
kubik. RBC mengangkut hemoglobin yang terdiri atas heme dan globin yang
fungsinya untuk mengangkut oksigen dan karbon dioksida ke dalam dan luar
jaringan. Jumlah rata-rata RBC pada pria normal sebesar 5.200.000 dan pada
wanita normal 4.700.000. Namun, orang yang tinggal pada dataran tinggi
jumlah RBCnya jauh lebih tinggi daripada yang tinggal di dataran rendah.
Bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah ketika melewati kapiler dan RBC
mempunyai membrane sel mampu menampung banyak zat sehingga tidak
rupture.

15. Kemungkinan anak tidak menderita thalassemia:

A a

A AA Aa

a Aa aa

Kemungkinan anak dilahirkan= normal: carrier : skit = 1 : 2 : 1

Maka kemungkinan anak yang tidak menderita thalassemia (normal): 25%

16. Pemeriksaan fisik pada thalasemia:

Inspeksi

Keterangan

Pucat - Dilihat paling baik pada telapak tangan atau kaki, kuku, mukosa mulut dan
konjungtiva. Hyperaktivitas
sum-sum
- Disebabkan oleh kekurangan hemoglobin
tulang.
Fasies -hiperplasia maksila, nasal bridge mendatar, frontal menonjol.Akan berlaku
mongoloid penipisan dari lapisan kortikal dan pelebaran ruang diploid.

Kelainan -akibat hemosiderosis dan kelebihan melanin menyebabkan pigmentasi kulit


warna kulit berwarna abu-abu.

Ikterus atau - hyperbilirubinemia akibat produksi berlebihan


sub ikterus
(bilirubin indirek/unconjugated meningkat melebihi nilai normal 0,1-1,0 mg/dl
atau 1,7-17,1 umol/L.

26
27

- B2 tidak bisa diekskresi melalui urin. B2 berdifusi ke jaringan, apabila B2


berdifusi ke otak bisa menyebabkan toksisitas. akumulasi berlebihan B2 di otak
bisa menyebabkan kerusakan neurologik berat dikenali sebagai Kernikterus.

SDM akan meninggalkan arteriol di bagian


Palpasi :
pulpa limpa dan memasuki pori kecil di sinus
-Hepatosplenomegali limpa.Di daerah pori ini, eritrosit lebih tua dan
yang abnormal atau rentan akan diambil dan
- Keterangan : Disebabkan oleh destruksi dihancurkan.Fragmen tersebut akan
sel darah merah yang berlebihan, difagositosis oleh magrofag di limpa, hati,sem
hemopoesis ekstramedular dan kemudian sum tulang dan dihemolisis ekstravaskular di
terjadi overload besi.
system retikuloendotel (RES)/ system
- Lien membesar disebabkan beban kerja fagositosis mononuclear. Heme yang
yang bertambah pada thalasemia dibebaskan akan dipecah menjadi bilirubin dan
zat besi yang dilepaskan dan digunakan
kembali.
Auskultasi *Ikterus prahepatik; terjadi akibat peningkatan
- Gagal jantung kongestif dan aritmia pembentukan bilirubin, misal pada hemolisis
(anemia hemolitik, toksin), eritropoiesis yang
-Keterangan: Disebabkan kelebihan besi tidak adekuat (mis anemia megaloblastik),
(hemosiderosis) transfusi massif( eritrosit yang ditransfusikan
memiliki masa hidup singkat).Pada semua
* Hemosiderin adalah suatu bentuk
kondisi ini, bilirubin tidak terkonjugasi di dalam
simpanan besi yang abnormal.
plasma akan meningkat.

17. Prognosis thalasemia:

Minor Intermediate Mayor

Asymptomatic Symptomatic Failure to thrive and


reccurent bacterial infections

Anemia mild or absent Moderete anemia (do not Severe anema from 3-6
require blood tranfusion) month when the switch from

ᵧ- to β-chain production
should normally occur

RBC hypocromic and Reduced α-chain Extramedullary haemopoiesis


microcytic with low MCV precipitation less ineffective that soon lead to
and MCH heredity presence of hb F hepatosplenomegaly and
bone expansion -> giving

27
28

thalassemic facies

Serum ferritin and iron store May have spleemomegaly


are normal and bone deformation

Raised of Hb A2 and Hb F

18. Tujuan dari pemriksaan RBC, DNA mikroskopik;

Untuk menegakkan diagnosis terkait jumlah MCV dan MCH dalam darah
sehingga dapat diketahui jenis thalassemia yang diderita yang kemudian dapat
pula diketahui cara penanganan yang tepat selanjutnya

19. Fungsi isolasi DNA:

DNA genom yang diisolasi dapat digunakan untuk identifikasi DNA suatu organisme
sehingga dapat digunakan untuk diagnosis penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus atau bakteri, mendeteksi adanya mutasi gen yang menimbulkan penyakit
keganasan, penyakit herediter, menentukan jenis kelamin prenatal serta sebagai alat
bantu forensik dalam bidang kedokteran.

Sintesis

Thalassemia
Definisi thalesemia

 Grup dari anemia hemolitik yang familiar,kronis terdapat di sekitar laut

tengah dan Asia Tenggara yang dikarakterisin oleh tidak terbentuknya

sintesa hemoglobin dan eritropoiesis yang inefektif

 Thalassemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara

autosomal resesif menurut hukum Mendel dari orang tua kepada anak-

anaknya.

Epidemiologi

 Frekuensi gen thalassemia di Indonesia berkisar 3-10%. Berdasarkan

angka ini, diperkirakan lebih 2000 penderita baru dilahirkan setiap

tahunnya di Indonesia.

28
29

 Thalassemia ternyata tidak saja terdapat di sekitar Laut Tengah, tetapi

juga di Asia Tenggara yang sering disebut sebagai sabuk thalassemia

(WHO, 1983) sebelum pertama sekali ditemui pada tahun 1925.

Etiologi dan macam thalassemia

Talasemia diakibatkan adanya variasi atau hilangnya gen ditubuh yang

membuat hemoglobin. Hemoglobin adalah protein sel darah merah (SDM)

yang membawa oksigen. Orang dengan talasemia memiliki hemoglobin yang

kurang dan SDM yang lebih sedikit dari orang normal.yang akan

menghasilkan suatu keadaan anemia ringan sampai berat.

 Kromosom 16 mengandungi gene rantai  

 Gene rantai globin gamma, delta dan beta terdapat pada kromosom 11, dan
semua rantai globin saling berkaitan

 Setiap gene berpotensi untuk diwarisi, dan jika berlaku mutasi akan memberi
kesan kepada kadar produksi rantai globin

Masalah pada thalesemia adalah ketidakseimbangan antara kadar sintesis salah satu jenis
rantai globin.

A2 2 2

29
30

Sebagai petanda untuk mendeteksi anemia defisiensi besi atau beta


thalesemia. Normalnya, kurang dari 3% dari haemoglobin yang berada di
sirkulasi. Elevasi HbA2 kebanyakannya pada beta thalesemia, tetapi normal
atau berkurang pada anemia defisiensi besi.

Produksi haemoglobin abnormal pada alpha thalesemia, apabila kelebihan


H 4 rantai beta, kerana ketidakmampuan menghasilkan rantai alpha. HbH akan
membetuk Heinz bodies di eritrosit and hemolisis.

Haemoglobin abnormal ini dijumpai pada infants yang menderita


Bart's 4 thalesemia, mendeteksi Hb barts pada darah plasenta praktikal dilakukan
apabila untuk skreening individu yang silent carrier alpha thalesemia.

a) Beta thalassemia

 0
 thalassemia

Abnormal gene menyebabkan tiada produksi dari rantai beta. Individu yang
homozygos akan memproduksi hanya HbA2, HbF, dan unstable alpha tetramer.

o Rantai alfa yang berlebihan


 +
 thalassemia
akan mengendap dalam
Abnormal gene ini akan memproduksi sedikit, eritroblas dan sel darah merah
tetapi tetap subnormal rantai beta globin. matang,nantinya akan
Individu yang homozygos untuk gene ini akan mengganggu eritropoesis secara
memproduksi subnormal kuantiti HbA. serius dan menyebabkan
hemolisis.
o Semakin banyak rantai alfa yang
1. thalassemia minor
berlebihan, semakin parah
Individu yang genes beta anemia.
o Produksi dari rantai gamma
thalesemia heterozygos adalah
membantu membersihkan rantai
silent carrier atau memiliki alfa yang berlebihan dan
manifestasi klinis yang minimal : memperbaiki keadaan.

 borderline anemia (Hct ~ 35
cL/L)
 mikrositosis (MCV ~ 60 fL)
 rbc count meningkat (~ 6 x 106/µL).
 jumlah Hb A2 meningkat

2. thalassemia major

30
31

Individu yang mempunyai gene beta thalesemia homozygos akan


mengalami anemia berat, merupakan klasik Cooley’s anemia.

3. thalassemia intermedia.

+ homozygos memiliki anemia yang ringan.


Individu yang mempunyai gene

b) Alpha thalassemia

Ada banyak kombinasi genetik yang mungkin

menyebabkan berbagai variasi dari talasemia. Talasemia

adalah penyakit herediter yang diturunkan dari orang

tua kepada anaknya. Penderita dengan keadaan talasemia

sedang sampai berat menerima variasi gen ini dari

31
32

kedua orang tuannya. Seseorang yang mewarisi gen talasemia dari salah satu orangtua dan

gen normal dari orangtua yang lain adalah seorang pembawa (carriers).

Thalasemia digolongkan bedasarkan rantai asam amino yang terkena dan penyakit

thalassemia meliputi suatu keadaan penyakit dari gejala klinis yang paling ringan (bentuk

heterozigot) yang disebut thalassemia minor atau thalassemia trait (carrier = pengemban sifat)

hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang disebut thalassemia mayor.

Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang mengidap penyakit

thalassemia, sedangkan bentuk homozigot diturunkan oleh kedua orang tuanya yang

mengidap penyakit thalassemia

 2 jenis yang utama adalah Alfa-thalassemia (melibatkan rantai alfa) dan Beta-

thalassemia (melibatkan rantai beta).

 Thalassemia juga digolongkan berdasarkan apakah seseorang memiliki 1 gen cacat

(Thalassemia minor) atau 2 gen cacat (Thalassemia mayor).

 Alfa-thalassemia paling sering ditemukan pada orang kulit hitam (25% minimal

membawa 1 gen), dan beta-thalassemia pada orang di daerah Mediterania dan Asia

Tenggara.

Faktor resiko

Orang-orang yang beresiko menderita thalasemia: 

o Anak dengan orang tua yang memiliki gen thalassemia

o Resiko laki-laki atau perempuan untuk terkena sama

32
33

o Thalassemia Beta mengenai orang asli dari Mediterania atau ancestry (Yunani, Italia,

Ketimuran Pertengahan) dan orang dari Asia dan Afrika Pendaratan.

o Alfa thalassemia kebanyakan mengenai orang tenggara Asia, Orang India, Cina, atau

orang Philipina.

Frekuensi pembawa atau carrier penyakit ini (punya gen rusak tapi tidak sakit) di masyarakat

indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 5 %. Penderita thallasemia akan lahir dari suami istri

yang dua duanya carrier thallasemia sangat dianjurkan untuk tidak mempunyai anak

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Keterangan

Pucat - Dilihat paling baik pada telapak tangan atau kaki, kuku, mukosa mulut
dan konjungtiva. Hyperaktivita
s sum-sum
- Disebabkan oleh kekurangan hemoglobin
tulang.
Fasies -hiperplasia maksila, nasal bridge mendatar, frontal menonjol.Akan
mongoloid berlaku penipisan dari lapisan kortikal dan pelebaran ruang diploid.

Kelainan -akibat hemosiderosis dan kelebihan melanin menyebabkan pigmentasi


warna kulit kulit berwarna abu-abu.

SDM akan meninggalkan arteriol di bagian pulpa limpa


Ikterus atau - hyperbilirubinemia akibat
danproduksi
memasuki berlebihan
pori kecil di sinus limpa.Di daerah pori
sub ikterus ini, eritrosit lebih tua dan yang abnormal atau rentan
(bilirubin indirek/unconjugated meningkat melebihi nilai normal 0,1-1,0
akan diambil dan dihancurkan.Fragmen tersebut akan
mg/dl atau 1,7-17,1 umol/L.
difagositosis oleh magrofag di limpa, hati,sem sum
- B2 tidak bisa diekskresitulang danurin.
melalui dihemolisis ekstravaskular
B2 berdifusi di apabila
ke jaringan, system
B2 berdifusi ke otak bisaretikuloendotel (RES)/ system
menyebabkan toksisitas. fagositosis
akumulasi mononuclear.
berlebihan
Hemekerusakan
B2 di otak bisa menyebabkan yang dibebaskan akanberat
neurologik dipecah menjadi
dikenali bilirubin
sebagai
Kernikterus. dan zat besi yang dilepaskan dan digunakan kembali.

*Ikterus prahepatik; terjadi akibat peningkatan


pembentukan bilirubin, misal pada hemolisis (anemia
Palpasi :
hemolitik, toksin), eritropoiesis yang tidak adekuat (mis
anemia megaloblastik), transfusi massif( eritrosit yang
33
ditransfusikan memiliki masa hidup singkat).Pada semua
kondisi ini, bilirubin tidak terkonjugasi di dalam plasma
akan meningkat.
34

-Hepatosplenomegali

- Keterangan : Disebabkan oleh destruksi sel darah merah yang berlebihan,


hemopoesis ekstramedular dan kemudian terjadi overload besi.

- Lien membesar disebabkan beban kerja yang bertambah pada thalasemia

Auskultasi

- Gagal jantung kongestif dan aritmia

-Keterangan: Disebabkan kelebihan besi (hemosiderosis)

* Hemosiderin adalah suatu bentuk simpanan besi yang abnormal.

Pemeriksaan Laboratorium

 Darah rutin = Hb, Leuko, LED, SADT


 Darah lengkap = Rutin + eritrosit, hematokrit, trombosit, MCV, MCH, MCHC
Akibat *synthesis
Pemeriksaan Nilai Normal Keterangan yang abnormal

Hemoglobin 6bulan-6tahun : ≥11g% -Diperiksa dengan cara otomatis *Penurunan jumlah


(menggunakan alat hematologi) rantai globin
Diatas 6tahun : ≥12g%
- Pada talasemia, kadar HB
menurun(dapat sampai 2-3gr/dl)

Leukosit 5000-10000/mm3 -Dilakukan secara:

-Manual: kamar hitung

-Otomatis: alat hematologi

-WBC count is usually elevated


in  thalassemia major

LED 0-8mm/jam(laki2) -LED=kecepatan mengendapnya erotrosit


dalam darah
0-15mm/jam
(perempuan) - Cara:

Westergen: Antikoagulan=Sodium sitrat

Wintrobe: Antikoagulan=Oxalat seimbang,


EDTA

-Dipengaruhi oleh berat sel darah dan luas

34
35

permukaan sel serta gravitasi bumi.

Eritosit 4,6-6,2juta/mm3(laki2) Meningkat relatif berbanding Hb (menurun)


kerana jumlah cell yang mikrositik.
4,2-5,4juta/mm3
(perempuan)

Hematokrit 40-58% (laki2) - Perbandingan bagian dari darah yang


mengandung eritrosit terhadap volume
37-43%(perempuan) seluruh darah

-atau volume sel darah merah dalam


100ml/dl keseluruhan darah.

-atau eritrosit dalam seluruh volume darah


yang dihitung dalm %

-Pada anemia, hematokrit menurun

Trombosit 200000-400000/mcl -Pada talasemia masih dalam batas normal

MCV/VER 82-92fl -Mean corpucular volume/ volume eritrosit


rata2.

-Hitungan:

Ht/eritrosit x 10fl (fentoliter)

VER<82fl mikrositik

VER >92fl makrositik

-Pada talasemia :mikrositik (diameter


eritrosit < 6μm)

MCH/HER - Mean corpucular haemoglobin/ hemoglobin


eritrosit rata-rata.

-Untuk mengukur jumlah Hb rata-rata dlm


eritrosit

- Hitungan:

Hb/eritrosit x 10pg

35
36

HER 27-31 pg  normokrom

HER <27 pg  hipokrom

Pada talasemia :hipokrom (Hb menurun)

MCHC/KHER 32-36g/dl - Mean corpuscular haemoglobin/kadar


hemoglobin eritrosit rata2

- utk ukur kadar Hb rata2 dalam eritrosit

-KHER menurun pada talasemia


(mikrositosis)

Retikulosit 0,5-2% dari SDM(sel -Pada talasemia retikulosit meninggi


darah merah) (anak)
-Peningkatan retikulosit yang disertai dgn
0,5-3,5% SDM (bayi) kadar Hb yang rendah menunjukkan bahwa
respon tubuh terhadap anemia tidak adekuat
2,5-6,5%SDM (bayi
baru lahir)

Besi serum 60-70 Ug/dl atau -Meningkat pada talasemia

10-30Umol/L

Feritin 40-130 Ug/L (laki2) -The serum ferritin level, which is frequently
used to monitor the status of iron overload, is
14-150 Ug/L also elevated in thalassemia. However, an
(perempuan) assessment using serum ferritin levels may
underestimate the iron concentration in the
liver of a transfusion-independent patient
with thalassemia. Hemolisis
SDM dan
Bilirubin 0,1-1,0 mg/dl atau - Meningkat pada talasemia transfusi darah
indirek
1,7-17,1 umol/L.

SADT

36
37

Menunjukkan gambaran hipokrom mikrositik, hypochromic macrocytes that represent the


polychromatophilic cells, sel target (kerana penurunan Hb), basophilic stippling, and leukosit
yang immature.

MCV (konsentrasi rata-rata satu


SDM: menentukan
mikrositik,normositik, atau
makrositik.
Poikilositosi
s = variation
in shape
Hct / Jumlah SDM = (l/sdm)
Sel target Normal: -90ft

Konsentrasi Hb: MCH


Peripheral blood film in Cooley anemia.

(anisositosis, polikromasi berat, poikilositosis, sel target)


Basophilic stippling adalah
disebabkan denaturasi RNA
(denatured RNA)

Sel sasaran/ target cell.


Peripheral blood film in thalassemia minor.
Eritrosit yang berbentuk seperti spt loceng
akibat permukaan eritrosit lebih luas
daripada eritrosit normal

SADT dgn Wright tampat seperti


sasaran/targetbagian tengah eritrosit
terdapat bagian yang berwarna lebih
gelap/merah did lm daerah yang pucat

Terjadi oleh kerana penurunan jumlah Hb


dalam sel

Pemeriksaan tambahan

 X-Ray

37
38

-Tulang: osteoporosis, tampak struktur mozaik

Keterangan: Gambaran hiperaktivitas sistem eritropoiesis dan granula Fe meninggi

-The classic "hair on end" appearance on plain skull radiographs of a patient with
Cooley anemia.
Akibat hiperaktivitas sum-sum tulang yang
kronik.:

Pada tulang pipih dan tulang panjang:

- Penipisan lapisan kortikal

- Pelebaran ruang diploid

Pemeriksaan khusus

 Elektroforesis Hb
-Terdapat peningkatan HbF dalam SDM pada Beta talasemia

-Hb Bart in newborns with thalassemia trait

-Pada thalassemia, tidak ada Hb A hanya Hb A2 dan Hb F yang ditemukan

Hasil pemeriksaan lab berdasarkan jenis2 thalassemia (CMDT 2008)

1. α-Thalassemia trait

-anemia ringan

-Ht 28-40%

-MCV 60-75fl

-RBC normal atau meningkat

-SADTmikrositik hipokrom, target sel

-Retikulosit dan iron serum dalam batas normal


Eritropoiesis yang tidak efektif.
-Elektroforesis Hb: tdk ada peningkatan Hb A2 Eritropoiesis tidak effisien
atau HbF dan tdk ada Hb H sepenuhnya dalam sum-sum
tulang normal sekitar 10-15%.
*Dx α-Thalassemia trait selalunya dengan penyingkiran
Mis, kematian eritroblast dalam
jenis2 talasemia lain
sum-sum tulang terjadi tanpa
2. Hemoglobin H disease memproduksi sel matang.
Bersama-sama dengan
- > jelas tanda2 anemia hemolitik haemoglobin, ia dihapuskan oleh
macrofag sum-sum tulang.
Eritropoiesis yang tidak efektif/
hemolisis intramedular meningkat 38
pada kasus anemia kronik.
39

- Ht 22-32%

- MCV 60-70fl

- SADT : mikrositik hipokrom, target sel, poikilositosis

- Retikulosit meningkat

- Elektroforesis Hb tampak ada Hb H (fast migrating Hb) 10-40% dari Hb

- Supra vital stain in hemoglobin H disease that reveals Heinz bodies (golf ball
appearance

3. β- Thalasemia minor

- anemia sedang

- Ht 28-40%

- MCV 55-75fl

- RBC normal atau meningkat.

- SADT: abnormalitas ringan  mikrositik hipokrom, target sel, basophilic stippling

- retikulosit normal atau sedikit meningkat

- Elektroforesis Hb : peningkatan Hb A2 4-8% & Hb F 1-5%

4. β- Thalasemia major

- anemia berat

- Ht <10%

- SADT : lebih berat poikilositosis, mikrositik hipokrom, target sel, basophilic


stippling,

- Elektroforesis Hb: Hb F (major), Hb A2

Patofisiologi

39
40

1 )Mekanisme pembentukan dan pemecahan hemoglobin

Hemoglobin adalah molekul protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen

dari paru-paru ke jaringan tubuh dan karbon dioksida dari jaringan ke paru-paru. Hemoglobin

terdiri dari empat molekul protein (globulin rantai) yang terhubung bersama-sama.

Hemoglobin dewasa normal (Hbg/HbA) mengandung 2 rantai alfa-globulin dan 2 rantai beta-

globulin. Pada janin dan bayi, hanya ada beberapa rantai beta dan molekul hemoglobin, yaitu

HbF terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai gamma. Saat bayi tumbuh, rantai gamma secara

bertahap diganti dengan rantai beta. Terdapat juga HbA 2 yang terdiri daripada 2 rantai alfa

dan 2 rantai delta. Setiap rantai globulin berisi struktur pusat penting yang disebut molekul

heme. Tertanam dalam molekul heme adalah besi yang mengangkut oksigen dan karbon

dioksida dalam darah kami. Besi yang terkandung dalam hemoglobin juga bertanggung jawab

untuk warna merah darah.

Hemoglobin juga memainkan peran penting dalam mempertahankan bentuk sel darah

merah. struktur hemoglobin abnormal bisa mengganggu bentuk sel darah merah dan

menghambat fungsi dan mengalir melalui pembuluh darah.

Sintesis Hem
Memerlukan B6 (piridoksin)
Aporepressor
dari Siklus Asam Sitrat untuk aktivasi

40
(represi-derepresi ALA synthase )
41

Succinyl CoA + glysine


ALA synthase

ALA
ALA dehidratase

(dihambat oleh Pb)


Porphobilinogen
Uroporphyrinogen I synthase

Hydroxymethylbilane

Uroporphyrinogen III
cosynthase
Uroporphyrinogen III
Uropophyrinogen decarboxylase

Coproporphyrinogen III

Coproporphyrinogen oxydase Protoporphyrinogen III


Protoporphyrinogen oxydase
Protoporphyrin III

ferrochelatase Fe2+

HEME

sudah cukup kebutuhan meningkat

Katabolisme Haemogblobin

41
HAEMOGLOBIN
42

Heme Fe2+  ke dalam pool dan dipakai lagi

Porfirin  bilirubin

Globin dipecah menjadi asam amino

Katabolisme haemoglobin adalah asal daripada eritrosit matang yang sudah pecah atau

akibat dari pelbagai proses patologis yang lain (anemia hemolitik). Proses ini akan

menghasilkan globin yang akan dipecah menjadi asam amino yang akan di guna pakai lagi

dan ferum serta bilirubin. Pemecahan ini terjadi di reticuloendosplamic sistem (RES) yaitu

hati, lien dan sum-sum tulang. Di tingkat sel katabolisme ini terjadi dalam mikrosom melalui

kompleks enzim yang disebut sistem heme oxygenase mikrosom

(heme oxygenase)
heme --------------> biliverdin + Fe3+
/ \
H+ + NADPH NADP+
O2 CO

(biliverdin reduktase) (+ albumin)


biliverdin -----------> bilirubin ------------- HATI
/ \
H+ + NADPH NADP+

42
43

Metabolisme bilirubin di hati

UPTAKE di sel parekim hati - Bilirubin indirek sukar larut dalam air
- Dalam hati, BI dilepas dari ikatan albumin
- Masuk ke sinusoid dari hepatosit

KONJUGASI di endosplasmic bilirubin indirek + 2 UDP-glucuronate


reticulum halus
 bilirubin diglucuronide (BD)

(enzim UDP-glukoronide tranferase)

- Aktivitas ditingkatkan oleh phenobarbital

SEKRESI ke dalam empedu - melalui transport aktif

- mekanisme ditingkatkan melalui obat


phenobarbital

- semua bilirubin yang di sekresi ke empedu


Bilirubin terkonjugasi  urobilinogenmengalami konjugasi (reduksi)

Dalam kolon (oleh bakteri di dalam usus)

a. Urobilinogen  urobilin  feses (90%) (auto-oksidasi)


(x berwarna) (berwarna)

43

b. Urobilinogen  sirkulasi intrahepatik (10%)  ginjal  urin


44

Metabolisme Ferum

Diet yang mengandung zat besi


Mulut
(daging, daun hijau dll)

HCl

i) Fe3+ organik Fe3+ bebas


Lambung
ii) Fe3+ bebas Fe2+ bebas [reduksi]
Vit.C
(mudah larut + di absorpsi)

ferrooksidase

i) Fe2+ bebas Fe3+ [oksidasi]

Mukosa ii) Fe3+ + apo-ferritin ferritin


Usus iii) Ferritin + Fe3+ Fe2+ [reduksi]
Ferritin reduktase

44
45

feroksidase

Fe2+ Fe3+ + apo-transferin transferin


Plasma

( 1 transferin : 2 Fe3+ )

Sum-sum
Sintesis Hb dalam pembentukan sel darah merah
Tulang

Besi terdapat didalam makanan, dan berbentuk ferri (Fe3+) organik. Ferri organic

melewati saluran pencernaan dan didalam lambung ferri organik akan menjadi ferri bebas

dikatalisator oleh asam lambung. Ferri bebas akan direduksi oleh reduktor iaitu vitamin C

menjadi ferro bebas yang mudah larut dan mudah diabsorpsi oleh sel mukosa usus. Di dalam

sel mukosa usus ferro bebas dioksidasi oleh ferro oksidase menjadi ferri dan ferri ini akan

diikat oleh protein pengangkut (apoferritin) dan terjadi penimbunan ferritin didalam sel

mukosa usus. Ferritin adalah penimbunan (storage) yang normal. Ferritin merupakan zat

yang larut dan bisa langsung di pakai pada keadaan akut.

Dari dalam sel mukosa usus, ferritin akan direduksi oleh ferritin reduktase dan

bertukar menjadi ferro dan berada di dalam plasma. Ferro di plasma akan dioksidasi sekali

lagi oleh ferro oksidase menjadi ferri dan akan berikatan dengan transferin. Transferin

merupakan protein pengankut iron didalam plasma.

Ferri akan di ikat oleh transferin untuk di transport ke jaringan, organ dan sum-sum

tulang untuk pembentukan sel darah merah yang baru. Satu molekul transferin dapat

mengikat dua atom ferum.transferin merupakan transporter utama ferum dan secara idealnya

berikatan dengan ferum 25-35%. Penimbunan ferritin yang abnormal akan di tukar menjadi

45
46

hemosiderin yang mengandung ferri oksida (karat). Jumlah hemosiderin dalam jaringan yang

rendah itu belum memudaratkan, namun apabila jumlah hemosiderin bertmbah, maka ia akan

menumpuk pada sel di jantung, hati,paru-paru, pancreas dan system saraf pusat. Oleh itu,

organ-organ tersebut tidak dapt berfungsi secara total dan baik. Ferri perlu di ikat oleh

transferin kerana ferri sendiri berbahay dan bersifat destruktif dan menyebabkan kematian

sel dan menghancurkan DNA.

Pada orang normal, besi yang tidak absorpsi adalah 90% daripada asupan besi yang

kita makan akan di uptake oleh sel spesifik di saluran cerna yaitu enterosit. Dan ferum akan

di ekskresi sebagai feses. Kelebihan dan kekurangan besi akan mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan serta fungsi dalam hidup seharian

2 ) Patofisiologi gejala klinis

Kriteria diagnostik

Kebanyakan anak-anak menunjukkan simptom talasemia dalam waktu dua tahun pertama.
CBC/ujian darah dan pemeriksaan darah tepi bisa digunakn untuk menegakkan diagnosis
thalesemia.Pada pemeriksaan laboratorium pasien thalesemia, akan didapati serum irin
meningkat dan TIBC rendah. Pada elektroforesis hemoglobin akan dapat mendeteksi rantai
hemoglobin, terjadi peningkatan HbF dan HbA2. Tindakan kompensasi
akibat kekurangan rantai
β.

46
47

Diagnosis Banding

Pada thalesemia, sukar dibedakan dengan anemia. Salah satu gejala pada thalesemia adalah
anemia. Anemia yang terjadi pada thalesemia adalah akibat hemolisis dari eritrosit sehingga
terjadi penurunan jumlah hemoglobin. Anemia yang diakibatkan kerana defesiensi besi juga
bermanifestasi pucat. Tapi kedua anemia bisa dibedakan dengan dilakukan dengan dilakukan
dengan pemeriksaan serum iron, TIBC, dan elektroforesis hemoglobin.

Komplikasi

1. Dekompensasi jantung

Tranfusi darah merupakan pengobatan standard pada thalasemia. Kesannya, akan terjadi
penumpukan besi di dalam darah. Ini akan menyebabkan kerusakan pada organ dan jaringan,
terutama jantung dan hati. Iron overload akan menyebabkan kontraksi jantung tidak bagus
sehingga terjadinya gagal jantung dan arritmia.

2. Hemosiderosis

Hemosiderosis adalah penumpukan besi yang abnormal. Hemosiderosis terjadi akibat


hemolisis dari eritrosit dan tranfusi darah yangg dilakukan. Penumpukan besi ini akan
menyebabkan kerusakan pada hati, jantung dan kelenjar endokrin yang penting untuk
mensekresi hormon di dalam tubuh sehingga terjadi gangguan sekresi hormon.

3. Hipersplenisme

Pada thalesemia terjadi lisis eritrosit yang lebih banyak, sehingga limpa terpaksa bekerja
lebih dari normal sehingga menyebabkan hipersplenisme. Apabila pembesaran limpa menjadi
lebih besar, perlu dilakukan splenektomi.

4. Infeksi

Pasien thalesemia rentan terhadap infeksi. Apabila dilakukan tarnfusi darah bisa
menyebabkan penularan infeksi dari blood borne contohnya seperti hepatitis. Selain itu, pasca
splenektomi bisa rentan infeksi kerana limpa merupakan salah satu organ yang melawan
infeksi.

47
48

Penatalaksanaan

1. Tranfusi darah

Transfusi darah adalah tatalaksana yang dilakukan pada pasien sekurang-kurangnya sekali
sebulan dilakukan. Sebelum dilakukan transfusi darah, perhatikan :

i. Pemeriksaan RBC phenotype. that routine transfusion of phenotype-matched RBCs


(matched only for ABO, D, C, E and K) can reduce the risk of new antibody
formation in sickle cell anemia patients. What is interesting is that a large percentage
of alloimmunizations are preventable by matching for such a limited number of
antigens.

ii. Pertimbangkan vaksinasi hepatitis B

iii. Mengukur level ferum dan folate dalam darah

Transfusi menggunakan packed red cell PRC dilakukan seperti berikut:

(4 x ∆ Hb) x Berat Badan

∆Hb = Nilai Hb normal –Hb


pasien sekarang

Setelah memperoleh nilai, pemberian harus dibagi 2. Pemberian yang pertama lebih sedikit
berbanding yang kedua untuk memberi peluang jantung beradaptasi akibat pertambahan volume
(volume overload) dan mengelakkan berlakunya decompatio kordis.

Transfusi darah dilakukan sehingga Hb pasien tidak lagi anemia /normal (Hb 11/12).

Boleh dipertimbangkan untuk memberikan acetaminophen sebelum dilakukan transfusi untuk


meminimasi fibrile dan reaksi alergik.

Komplikasi dari tranfusi darah ialah

 Infeksi: 2 sebab berlaku infeksi antaranya.

I: Akibat kontaminasi darah donor yang diterima.Biasanya yang menyebabkan infeksi


hepatitis B malah infeksi HIV sekalipun.

Ii: Suppressed cell-mediated immunity akibat dari akselerasi pada proses penuaan limposit T
pada pasien thalassemia β menyebabkan cenderung terkena infeksi.

 Ferum /iron overload

2. Deferoksinamin ( iron chelating agent)

48
49

Kegunaan: mencegah penumpukan ferum dengan melekat pada ferum dalam darah dan
membawa keluar bersama dari badan melalui ginjal.

Penumpukan ferum dalam badan berlaku adalah dari factor pathogenesis dan akibat transfuse
darah:

Patogenesis: Pembentukan rantai B yang terbatas sehingga menyebabkan kekurangan HbA.


Keadaan ini menyebabkan penggabungan Fe2+ berkurang sehingga menetap di dalam
eritrosit (sideroakresia) dan dapat terakumulasi di dalam tubuh dalam jumlah yang besar
(hemoakromatosis sekunder) .

Transfusi darah:

Setiap satu init darah mentransfer 200-25omg ferum menyebabkan peningkatan ferum dalam
darah melebihi kapasiti transferin untuk menyatu bersama ferum. Keadaan ini menyebabkan
non-transferin –bound iron (NTBI) digenerasi dan merangsang berlakunya kerusakan DNA
dan seterusnya berlaku apaptosis.

Deferoksinamin diberikan secara parentral sama ada melalui intra muscular,subkutis


mahupun intravenous walaupun subkutis lebih banyak digunakan . Dosis yang digunakan
ialah 30-40mg/kg/d diberikan setiap 10-12 jam selama 5-6 hari seminggu.

Kesan sampaing: Iritasi pada tempat suntikan, diarrhea, reaksi hipersensitiviti,mual dank ram
kaki (leg cramps).

3. Splenektomi

Pembesaran limpa dan hepar berlaku akibat pemusnahan (hemolisis) sel darah merah yang
berlebihan, extramedullary haemopoiesis dan kemudiaanya menyebabkan kelebihan ferum
(iron overload). Pembesaran limpa menyebabkan lebih banyak darah diperlukan karena
menyebabkan lebih banyak distruksi sel darah merah dan menyebabkan pertambahan volume
plasma juga.

Tindakan ini biasanya ditunda sehingga anak mencapai umur 6 tahun karena mengelakkan
resiko tinggi terkena infeksi pasca splenoktomi

4. Hematopoietic stem cell transplantation (HSCT)

Transplantasi stem sel hanya direkomendasikan kepada pasien tertentu sahaja dan merupakan
satu-satunya rawatan untuk thalassemia. Biasanya dilakukan sebelum pasien berumur 16
tahun. Keberhasilan transplantasi sel induk bisa mencapai 80%.

49
50

Hasil yang kurang memuaskan dari transplantasi sel induk berhubung kait dengan kehadiran
hepatomegali dan fibrosis portal. Pasien harus mempunyai HLA ( human leukocyte antigen)
yang cocok dengan donor.

5. Konseling keluarga

Konseling keluarga diindikasikan kepada semua dengan penyakit genetic terutamanya jika
ada anggota keluarga mempunyai resiko berat .

Relevansi:

Dalam kasus, Ny Dina dapat dikatakan menderita thalassemia beta minor dikarenakan hanya
satu gennya yang mengalami mutasi, begNina dapat dikatakan menderita thalassemia beta
mayor, dikarenakan ia harus melakukan transfusi darah tiap 20 hari sekali (anemia berat)

HB E
Pengertian HBE

Hb E merupakan variasi diwariskan resesif autosomal Hb A yang terjadi dalam versi beta (β)-
rantai protein globin Hb A. Pembentukan Hb E terjadi oleh lisin substitusi untuk asam
glutamat di Condon 26 dari rantai β-. Penyakit Hemoglobin E (Hb EE) terjadi bila bayi
mewarisi dua salinan varian gen E Hb, satu dari masing-masing orangtua. Jika kedua orang
tua memiliki sifat E, ada kemungkinan 25 persen dengan setiap kehamilan bahwa anak akan
mewarisi homozigot Hb EE. Penyakit tanpa A Hb mungkin baik Hb EE homozigot atau
heterozigot Hb E / beta-thalassemia (Hb E / β-thal). Yang terbaik metode untuk membedakan
hasil adalah untuk menguji kedua orang tua

Prevalensi

Hemoglobin E diyakini paling umum-β rantai hemoglobin varian di dunia. Prevalensi sangat
tinggi antara orang-orang dari Asia Tenggara, khususnya di Kamboja, Laos dan Thailand.
Perbatasan negara-negara tersebut dianggap sebagai "Hb E Triangle". Hb E juga ditemukan
di Vietnam, Malaysia, India timur laut, Bangladesh, Pakistan, Nepal dan Sri Lanka.
Diperkirakan bahwa 30 juta orang Asia Tenggara adalah heterozigot untuk Hb E dan 1 juta
adalah homozigot Hb EE. Variasi ini dimulai sebagai respon terhadap tekanan selektif
malaria.

id

Patofisiology

HB E adalah hemoglobin agak tidak stabil yang denatures mudah. Struktur protein terbentang
menyebabkan sifat asli untuk mengurangi atau tidak berfungsi dengan baik. Homozigot Hb
EE adalah penyakit yang relatif ringan dan biasanya tanpa gejala. Berikut tanda dan gejala
Penyakit dapat terjadi:
▪ Target berbentuk sel darah merah (sampai dengan 75% di BTA)

50
51

▪ mikrositik sel darah merah (rata-rata volume corpuscular [MCV] dari 67)
▪ Penurunan Hb E di reticulocytes
▪ Penurunan konsentrasi hemoglobin (Hgb sekitar 12 g / dL)
▪ karena afinitas oksigen berkurang dari sel darah merah hipoksemia.

Homozigot HBE (EE)

Masalah kesehatan biasanya tidak berhubungan dengan penyakit homozigot E Hb. Hal ini
biasanya dianggap klinis jinak dan membutuhkan perawatan. Individu dengan Hb EE dapat
bervariasi dalam gejala mereka. Mereka mungkin tanpa gejala atau tanda-tanda dan gejala
berikut dapat terjadi:
▪ ringan hingga sedang anemia
▪ Sedikit pengurangan RBC kelangsungan hidup Sesekali
▪ splenomegali

Heterozigot Hemoglobin E / Beta (β)-talasemia:

Sindrom Hb paling serius E Hb E / beta-thalassemia (Hb E / β º-thal). Pengujian tambahan


akan diperlukan untuk membedakan antara Hb EE dan Hb E / β º-thal. Hb E / penyakit β º-
thal dapat mengancam kehidupan dan mungkin termasuk tanda-tanda dan gejala berikut:
▪ Sedang untuk anemia mikrositik berat (Hgb 6 g / dl)
▪ sangat rendah MCV
▪ Peningkatan jumlah retikulosit
▪ Gagal jantung
▪ Splenomegali
▪ Hepatomegali
▪ Miskin pola pertumbuhan
Individu dengan Hb E / β +-thal memiliki beberapa A Hb dan lebih mungkin untuk
mengalami anemia ringan dan nonpalpablelimpa. Mereka dengan Hb E / β º-thal tidak
memiliki Hb A saat ini dan kemungkinan akan memiliki lebih parah anemia dengan limpa
teraba dan hepatomegali. Pengobatan mungkin termasuk pengulangan transfusi darah.

Penatalaksanaan yang essensial


1. Menginformasikan keluarga penyakit EE dikonfirmasi Hb atau Hb E / sindrom beta-
thalassemia; menjelaskan
mungkin komplikasi dan intervensi. Pertimbangkan rujukan keluarga dengan seorang
konselor genetik.
2. Jika penyakit hemoglobin E hadir, adalah penting untuk memastikan bahwa bayi tidak
juga memiliki betathalassemia.
Hitung darah lengkap (CBC) dengan BTA pada 6 sampai 9 bulan usia akan
mengidentifikasi semuadari β-thal komponen. Kalau masalah medis timbul atau bayi
yang bergejala, lakukan KBK dengan smear sebelumnya.
3. Mendidik orang tua dan pemberi perawatan tentang tanda-tanda dan gejala.
4. Konsultasikan dengan ahli hematologi anak tentang evaluasi pasien dan manajemen
penyakit mungkin.

Relevansi:

51
52

Dalam kasus terlihat bahwa pembawa heterozigot HBE (Hb E / β º-thal )pada Nina adalah
Ny Dina yang menyebabkn Nina harus ditranfusi rutin sebagai akibat anemia mikrositik
cukup berat.

Metode diagnosis genetik prenatal

Definisi metode diagnosis genetik prenatal


Tes dan prosedur untuk mendiagnosis perkembangan bayi yang beguna untuk meminimalisir
kekurangan pada bayi yang lahir.

Macam tes diagnosis genetik prenatal

Beberapa macam tes diagnostic genetik prenatal memiliki kelebian dan kekurangan masing-masing,
diantaranya :

1. Ultrasonografi

2. Chorionic villus sampling (biasanya hanya disebut CVS)

3. Amniosentesis

4. Cordocentesis

Diagnostic genetic prenatal ini disebut juga preimplantation genetic diagnosis (PGD). Bentuk dari
PGD ini adalah terapi In Vitro Fertilization (IVF), tes diagnostic pada embrio sebelum implantasi
dalam rahim.

Preimplantation Genetic Diagnose

PGD pertama kali dilaporkan di tahun 1989, ini merupakan teknik khusus untuk membantu pasangan
suami istri mencegah memiliki resiko melahirkan anak dengan bawaan kelainan genetic. Teknik PGD
ini juga dapat digunakan pasangan untuk memilih jenis kelamin dengan cara In Vitro Fertilization
(IVF) sehingga teknik ini sekarang menjadi trend.

Dengan PGD, embrio diperiksa kelainan genetic yang dapat timbul dan hanya yang bebas dari
penyakit yang akan ditransfer ke rahim ibunya. Teknik ini menjamin bayi jika orang tua yang
membawa kelainan genetic tidak akan menurunkan kelainan tersebut ke bayinya.

Pasangan yang dianjurkan menjalani PGD adalah :

 Pasangan dengan riwayat keluarga penyakit link-X (memiliki 25 % resiko terkena)

 Pasangan dengan translokasi kromosom yang dapat menyebabkan kegagalan implantasi,


keguguran berulang atau masalah fisik atau mental pada keturunan.

 Pembawa penyakit resesif autosom (resiko embrio terpengaruh 25 %)

 Pembawa penyakit dominan autosom (resiko embrio terpengaruh 50 %)

52
53

Sebelum PGD, calon harus berkonsultasi dengan ahli genetika atau konselor geneticuntuk
mengevaluasi kemungkinan mentransfer resiko kelainan genetic kepada keturunannya. Tes harus
dilakukan untuk mengkonfirmasikan diagnosis orangtua yang terkena untuk menunjukkan perubahan
genetic yang mengarah ke kondisi tersebut, dan untuk memastikan bahwa teknologi yang tersedia saat
ini dapat mengidentifikasi perubahan genetic atau biopsy embrio dalam bentuk blastokisk.

Tahapan pada diagnosis genetik prenatal


Tahap pertama adalah pemeriksaan ibu janin yang meliputi pemeriksaan darah tepi lengkap dan
analisis hemoglobin. Bila ibu dinyatakan pembawa sifat thalassemia beta maka pemeriksaan
dilanjutkan ke tahap kedua yaitu suami diperiksa darah tepi lengkap dan analisis hemoglobin. Bila
suami juga membawa sifat thalassemia maka suami-isteri ini diperiksa DNAnya untuk menentukan
jenis kelainann pada gen globin beta. Selanjutnya diambil jaringan janin (villi choriales atau jaringan
ari-ari) pada saat janin berumur 10-12 minggu untuk diperiksa DNAnya. Bila janin ternyata hanya
mebawa satu belah gen globin beta yang mengalami kelainan (gen thalassemia beta) atau sama sekali
tidak membawa gen thalassemia beta maka kehamilan dapat diteruskan dengan aman. Tetapi bila
janin ternyata membawa kedua belah gen thalassemia yang artinya janin akan menderita thalassemia
beta maka penghentian kehamilan dapat menjadi pilihan.

Relevansi:
Diagnosis prenatal diperlukan dalam kasus untuk mengetahui bila terdapat kelainan herediter yang
akan diderita oleh anak yang akan dilahirkan selanjutnya sehingga dapat meminimalisir riwayat
keluarga penderita thalassemia.

Isolasi DNA

Definisi Isolasi DNA

Isolasi DNA adalah proses ekstraksi DNA dari berbagai sumberMetode yang digunakan untuk
mengisolasi DNA tergantung pada sumber, usia, dan ukuran sampel.Meskipun berbagai metode yang
digunakan, ada beberapa kesamaan di antara mereka. Secara umum, mereka bertujuan untuk
memisahkan DNA hadir dalam inti sel dari komponen seluler lainnya.DNA terdapat pada seluruh
jaringan dan cairan tubuh. Oleh karena itu DNA genom dapat diisolasi dari semua bahan biologis
yang mengandung sel berinti, seperti darah, semen, rambut, tulang, liur dan lain-lain. Bahan yang
paling sering digunakan untuk tujuan isolasi DNA adalah darah dan rambut beserta akarnya, karena
kedua bahan tersebut relatif mudah diperoleh.

Tujuan Isolasi DNA

53
54

DNA genom yang diisolasi dapat digunakan untuk identifikasi DNA suatu organisme, baik dengan
metode PCR (polymerase chain reaction) atau menggunakan enzim endonuklease restriksi (”DNA
fingerprinting”). Hasil pemeriksaan dari kedua teknik tersebut kemudian dapat digunakan untuk
diagnosis penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus atau bakteri, mendeteksi adanya mutasi gen
yang menimbulkan penyakit keganasan, penyakit herediter, menentukan jenis kelamin prenatal serta
sebagai alat bantu forensik dalam bidang kedokteran.

Aplikasi isolasi DNA

Darah (whole blood) dan sumsum tulang mamalia mengandung baik sel-sel berinti (sel darah putih)
maupun sel-sel tidak berinti (sel darah merah). Untuk mengisolasi DNA dari darah dan sumsum
tulang, sel darah merah yang tidak mengandung DNA genom harus dilisiskan dahulu agar dapat
dipisahkan dari sel darah putih. Sel-sel darah putih yang sudah dipisahkan kemudian dilisiskan
dengan bantuan bahan pengawet DNA yaitu, deterjen anionik yang dapat melarutka komponen
seluler. Bahan pengawet DNA juga dapat mengurangi aktivitas Dnase yang terdapat di dalam sel. Bila
perlu dapat ditambahkan Rnase untuk menyingkirkan kontaminasi RNA.

Selanjutnya dengan presiitasi garam, DNA genom dipisahkan dari protein plasma dan inti. Akhirnya
DNA genom diisolasi dengan presipitasi dengan alkohol dan pelarutan kembali endapan yang
terbentuk dari larutan dapar yang mengandung suatu bahan pengawet DNA. Hasil isolasi DNA
dikatakan baikapabila didapatkan DNA yang murni dan utuh.

Jumlah DNA yang didapat dari darah umumnya > dari 35 µg DNA per mL darah. Dari 150 µL
sediaan, hasil DNA yang diharapkan berkisar antara 2,5 sampai 7,5 mg. DNA yang diperoleh sangat
tergantung pada jumlah sel darah putih dalam sampel darah atau sumsum tulang. Jumlah sel darah
putih dalam sampel bervariasi, tapi rata-rata terdapat 7 × 10 6/ mL darah. Setiap sel rata-rata
mengandung 6 pikogram DNA. Hasil yang didapat mungkin lebih rendah, bila sampel darah
dikumpulkan tanpa EDTA atau penyimpanannya tidak tepat, atau bila sampel disimpan lebih dari 5
hari sebelum digunakan dalam prosedur isolasi DNA ini.

Prinsip isolasi DNA

Melisiskan sel, memisahkan DNA dari protein, mengendapkan DNA, melarutkan kembali DNA,
menghitung jumlah DNA yang diperoleh dan menilai kemurnian DNA.

Prosedur keja isolasi DNA

 Darah (whole blood) disentrifus dan diambil lapisan buffy coat-nya.

54
55

 Buffy coat sebanyak 300 µL dimasukkan ke dalam ependrof dan ditambah 900 µL pelisis sel,
kemudian didiamkan pada suhu kamar selama 10 menit.
 Darah yang telah lisis disentrifus 13.000 rpm selama 20 detik dan supernatan dibuang.

 Ditambahkan 300 µL pelisis inti sel (sel darah putih), divortex, dan supernatan dibuang.

 Darah yang inti selnya telah lisis ditambah 100 µL pengendap protein, disentrifus 13.000 rpm
selama 3 menit, dan diperoleh supernatan.
 Supernatan yang mengandung DNA dituang ke dalam tabung reaksi yang berisi 300 µL
isopropanol 100% dingin, diinvert/ dibolak-balik 50 kali. ( 1 × bolak-balik = 1 × invert),
disentrifus 13.000 rpm selama 3 menit. Supernatan dibuang dan dikeringkan dengan
hairdryer, DNA dijaga agar tidak hilang.
 Setelah kering ditambah 300 µL alkohol dingin, diinvert 50 kali dan disentrifus 13.000 rpm
selama 3 menit. Supernatan dibuang dan dikeringkan dengan hairdryer, DNA dijaga agar
tidak hilang.
 Ditambahkan 100 µL penghidrasi DNA dan diinkubasi pada suhu 65 0C selama 1 jam dalam
waterbath.
 Selanjutnya dapat diidentifikasi dengan elektroforesis/ disimpan pada suhu -20 0C.

 Perhitungan jumlah DNA yang diperoleh dengan spektrofotometer:

- Kuvet diisi dengan 1 mL akuades.

- 1-5 µL DNA yang akan dihitung dimasukan ke dalam kuvet, dan


dikocok perlahan.

- Serapa DNA diukur pada panjang gelombang 260 nm.

Pada A260 = 1, konsentrasi DNA adalah 50 mg/mL.

Konsentrasi DNA (mg/mL) = A260 × 50 mg/mL

Penge

nceran

 Kemurnian DNA dapat dihitung dengan rumus:

Indeks Kemurnian = A260 / A280

55
56

DNA murni bila indeks kemurnian > 1,75

Relevansi:

Isolasi DNA dalam kasus berguna untuk mengidentifikasi DNA masing-masing penderita,
sehingga dapat ditegakkan diagnosis dan dapat terdeteksi adanya mutasi gen yang
menimbulkan penyakit keganasan, penyakit herediter, seperti thalassemia

Red Blood Cell (RBC)


Definisi RBC

Sel-sel yang membawa oksigen dan karbon dioksida melalui darah. Hal ini terjadi
Alat : spektrofometer
berkat adanya hemoglobin, pigmen yang juga membuat sel-sel merah (dan darah)
tampak merah. Sel-sel darah merah yang juga dikenal sebagai sel darah merah atau
eritrosit (harfiah, kapal berongga merah).

RBC dalam kondisi normal

Keadaan normal, RBC berbentuk lempeng bikonkaf dengan diameter kira-kira


7,8 mikrometer dan dengan ketebalan 2,5 mikrometer pada bagian tebal serta 1
mikrometer pada bagian tengahnya. Volume rata-rata 90-95 mikrometer kubik.
RBC mengangkut hemoglobin yang terdiri atas heme dan globin yang fungsinya
untuk mengangkut oksigen dan karbon dioksida ke dalam dan luar jaringan.

Jumlah rata-rata RBC pada pria normal sebesar 5.200.000 dan pada wanita
normal 4.700.000. Namun, orang yang tinggal pada dataran tinggi jumlah
RBCnya jauh lebih tinggi daripada yang tinggal di dataran rendah.

Bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah ketika melewati kapiler dan RBC
mempunyai membrane sel mampu menampung banyak zat sehingga tidak rupture.

Hb

Bila hematokrit dan jumlah hemoglobin dalam masing-masing sel bernilai


normal maka seluruh darah pria rata-rata mengandung 15 gram Hb per 100 mL sel
dan pada wanita rata-rata mengandung 14 gram Hb per 100 mL sel. Setiap gram
hemoglobin murni mampu berikatan dengan 1,34 mL oksigen sehingga pada pria
normal , jumlah maks oksigen yang dapat diangkut kira-kira 20 mL oksigen dan
pada wanita normal 19 mL oksigen.

Pembentukan RBC

56
57

Pada dasarnya RBC dibentuk pada daerah-daerah yang berbeda sesuai usia :

 Pada minggu pertama perkembangan embrio, RBC diproduksi di yolk sac.

 Pada pertengahan trimester masa gestasi, RBC diproduksi di hati, dan


sebagian di limpa serta kelenjar limfe.

 Pada sebulan terakhir kehamilan dan seterusnya, RBC akan diproduksi di


semua sumsum tulang sampai umur 5 tahun dan setelah umur 20 tahun
RBC diproduksi di sumsum tulang membranosa, misalnya vertebrae,
sternum, rusuk, dan ilium.

Sel stem hematopoietik pluripoten

Setiap darah yang berada dalam sirkulasi berasal dari satu tipe sel yang sama
yaitu sel stem hematopoietik pluripoten. Sel stem ini merupakan bakal dari RBC,
leukosit, dan trombosit. Pada saat sel-sel darah ini bereproduksi, ada sebagian
kecil sel yang bertahan persis seperti sel pluripoten yang disimpan dalam sumsum
tulang guna mempertahankan suplai sel darah, disebut commited stem cells.
Apabila ditumbuhkan commited stem cell akan membentuk unit pembentuk
koloni eritrosit.

Pertumbuhan dan reproduksi sel stem diatur oleh berbagai protein yang
disebut penginduksi pertumbuhan sedangkan untuk memicu diferensiasi sel
disebut penginduksi diferensiasi.

Tahap-tahap diferensiasi RBC

Dari sel stem CFU-E (unit pembentuk koloni eritrosit) akan dibentuk
proeritoblas. Proeritoblas ini akan membelah beberapa kali sampai akhirnya
membentuk RBC matur. Pada generasi pertama, proeritoblas membentuk basofil
eritoblas kemudian pada generasi berikutnya sel sudah dipenuhi hemoglobin
sampai 34 %, inti sel menjadi keil dan menghilang perlahan-lahan, dan kemudian
RE diserap kembali. Pada generasi berikutnya, sel berkembang menjadi
retikulosit dan masih mengandung sejumlah materi basofilik. Selama tahap
retikulosit, sel berjalan dari sumsum tulang masuk ke kapiler dengan cara
diapedesis (terperas melalui pori-pori membrane kapiler). Dalam waktu 1-2 hari,
materi basofilik akan menghilang dan menjadi eritrosit matur.

PHSC (sel stem proeritoblas


hematopoietik
pluripoten)
Eritoblas basofil
57

CFU-S (unit
pembentuk koloni-
limpa)
polikromatofil

CFU-B (unit
pembentuk koloni- 58
bias) Eritoblas
ortokromatofil

CFU-E (unit
pembentuk koloni retikulosit
eritrosit)

eritrosit

Skema Pembentukan RBC

Relevansi:

Morfologi dari RBC seseorang dapat membantu penegakkan diagnosis mengenai jenis
thalassemia yang dideritanya sehingga juga membantu untuk mengetahui penanganan yang
tepat selanjutnya.

Konseling genetik
Pengertian konseling genetik

Konseling Genetik adalah memberi nasehat / konsultasi genetis kepada pasien / keluarga,
berdasarkan hasil observasi atau pemeriksaan silsilah keluarga, laboratorium dan klinis atau
dengan kata lain, konsultasi genetik merupakan

proses komunikasi yang berhubungan dengan kejadian atau risiko kejadian kelainan genetik
pada keluarga. Dengan adanya konseling genetik, maka keluarga memperoleh manfaat terkait
masalah genetik, khususnya dalam mencegah munculnya kelainan-kelainan genetik pada
keluarga. Manfaat ini dapat diperoleh dengan melaksanakan tindakan-tindakan yang
dianjurkan oleh konselor, termasuk di dalamnya tindakan untuk melakukan uji terkait
pencegahan kelainan genetik.

Peran konsultasi genetik

58
59

 Agar seseorang yang akan menikah mendapat keturunan yang tidak cacat
 Jika sudah terlanjur beranak pinak, dianjurkan untuk tidak beranak lagi
 Memberikan bahan / cara mencegah atau mengobati penyakit keturunan
 Terhadap bayi / janin baru lahir dengan cacat / kelainan, dinasehatkan cara
mengasuhnya
 Mencari jalan keluar perselisihan keluarga

Tindakan-tindakan yang dapat disarankan oleh konselor dapat meliputi tes sebagai
berikut:

 Prenatal diagnosis

Prenatal diagnosis merupakan tindakan untuk melihat kondisi kesehatan fetus yang belum
dilahirkan. Metode yang digunakan meliputi ultrasonografi, amniocentesis, maternal serum,
dan chorionic virus sampling.

 Carrier testing

Carrier testing merupakan tes untuk mengetahui apakah seseorang menyimpan gen yang
membawa kelainan genetik. Metode yang digunakan untuk melaksanakan tes tersebut adalah
uji darah sederhana untuk melihat kadar enzim terkait kelainan genetik tertentu, atau dengan
mengecek DNA, apakah mengandung kelainan tertentu.

 Preimplantasi diagnosis

Preimplantasi diagnosis merupakan uji yang melibatkan pembuahan in vitro untuk


mengetahui kadar kelainan genetik embrio preimplantasi. Biasanya seorang wanita yang akan
melakukan uji akan diberi obat tertentu untuk merangsang produksi sel telur berlebihan. Sel
telur akan diambil dan diletakkan di cawan untuk dibuahi oleh sperma donor. Setelah
pembuahan maka sel embrio yang terbentuk akan dianalisa terkait dengan kelainan genetik.

 Newborn screening

Newnborn screening merupakan pemeriksaan bayi pada masa kelahiran baru. Pemeriksaan
ini meliputi pemeriksaan genetik, endokrinologi, metabolik, dan hematologi. Diharapkan dari
pemeriksaan ini dapat ditentukan prognosis ke depannya, sehingga perawatan (treatment)
yang berkenaan dapat diupayakan.

 Predictive testing

Predictive testing merupakan tes yang digunakan untuk menguji apabila seseorang menderita
kelainan genetik dengan melihat riwayat genetik keluarga sebelumnya. Tes ini dilakukan
setelah kelahiran, dan biasa juga disebut sebagai presymptomatic testing

Apabila hasil diagnosis menunjukkan  adanya kelainan genetik maka konselor dapat
menyarankan pilihan-pilihan berikut:

 Agar tidak memiliki anak

59
60

Keputusan untuk tidak memiliki anak merupakan keputusan yang berat bagi orang tua,
karena memiliki anak merupakan dambaan bagi setiap orangtua. Oleh karena itu konselor
harus menerangkan secara terperinci mengenai indikasi tidak memiliki anak, termasuk di
antaranya kemungkinan untuk terpapar kelainan genetik, sehingga orang tua dapat
mempertimbangkan keputusan tersebut.

 Mengadopsi

Apabila pilihan untuk tidak memiliki anak tidak dapat diterima oleh orang tua, salah satu
jalan keluarnya berupa pilihan untuk mengadopsi anak. Anak yang diadopsi dapat merupakan
anak saudara sendiri (keponakan) atau anak orang lain yang tidak memiliki hubungan darah.
Dalam hal ini mengadopsi anak saudara sendiri memiliki risiko kelainan genetik lebih besar
daripada mengadopsi anak orang lain yang tidak memiliki hubungan darah. Konselor harus
mengetahui terlebih dahulu pedigree keluarga tersebut, dan memprediksi apakah di antara
saudara-saudara terdapat (kemungkinan) menderita kelainan genetik, dengan demikian
keluarga dapat mengambil keputusan yang terbaik menurutnya.

 Kehamilan dengan donor sperma atau ovum

Kehamilan dengan donor sperma atau ovum merupakan salah satu solusi, di mana sel sperma
dan sel telur dipertemukan di luar rahim. Dalam hal ini akan diperiksa apakah sel sperma atau
sel ovum yang mengandung kelainan genetik. Sel yang mengandung kelainan genetik akan
digantikan dengan sel dari donor, sehingga tetap terjadi pembuahan dan diharapkan anak
yang dilahirkan dapat hidup sehat dengan risiko terpapar kelainan genetika yang minim.

 Keputusan untuk tidak mempunyai anak lagi

Keputusan untuk tidak mempunyai anak lagi merupakan solusi yang dapat diambil untuk
orangtua yang telah memiliki anak sebelumnya namun menderita kelainan genetik, sehingga
dengan demikian  kehadiran anak berikutnya yang diprediksi bakal menderita kelainan
genetik dapat dihindari.

 Tindakan operasi

Tindakan operasi dapat diterapkan untuk kelainan genetik tertentu seperti spina bifida atau
congenital diaphragmatic hernia (suatu kondisi di mana terdapat lubang pada diafragma
sehingga membuat paru menjadi tidak berkembang). Pilihan ini dapat dilakukan pada masa
sebelum kelahiran. Namun kebanyakan penyakit genetik tidak dapat diobati dengan tindakan
operasi.

 Menterminasi kehamilan

Terminasi kehamilan/ aborsi merupakan solusi yang paling memberatkan bagi orangtua,
terlebih bagi orangtua muda yang belum mempunyai anak sebelumnya. Konselor harus
mempu menjelaskan dengan baik dan mudah mudah dimengerti oleh orangtua mengenai
indikasi dan kontraindikasi medis pelaksanaan aborsi. Konselor juga harus memahami aspek
etis yang menyertainya serta melakukan pendekatan holistik. Dengan demikian orangtua
tersebut dapat berpikir jernih dalam mengambil keputusan yang terbaik.

60
61

 Membiarkan anak lahir

Orangtua juga dapat ditawarkan pilihan untuk meneruskan kehamilannya, dengan risiko
bahwa anak yang dilahirkan menderita kelainan genetik dan umurnya hanya sebentar. Pilihan
ini memungkinkan orangtua untuk melihat anaknya sebelum meninggal walaupun hanya
sesaat.

Namun pilihan apapun yang disarankan oleh konselor harus didiskusikan dulu dengan pasien,
dalam artian bahwa pasien diberikan kebebasan untuk berpikir jernih dan memilih keputusan
apa yang harus diambil. Konselor wajib memberikan semua informasi, termasuk baik-buruk
mengenai tindakan yang dapat diambil tanpa ada kesan menutup-nutupi.

Relevansi:

Dalam kasus ini, konsultasi genetik berperan untuk mencapai keputusan terbaik dan
mencegah lahirnya penderita thalassemia berikutnya dalam riwayat keluarga terkait orang tua
yang memiliki sifat pembawa thalassemia

Interpretasi pemeriksaan mikroskopik, DNA


Definisi

Penjelasan atau penafsiran dari hasil pemeriksaan mikroskoskopik dan DNA seseorang

Aplikasi interpratsi pada hasil pemeriksaan kasus

Nyonya Dina
1. Adanya hipokrom mikrositik menandakan bahwa Ny. Dina mengalami defisiensi pd Hb
(anemia) dan kadar MCV dan MCH dibawah normal (defisiensi zat besi)
2. Anisopoikilositosis menunjukkan adanya gejala anemia
3. Cukup sering ditemukan sel target menandakan adanya kelainan/gangguan pada susunan
rantai polipeptida
4. Cukup sering ditemukan tear drops menunjukkan adanya tanda-tanda menderita Thalasemia
5. Cukup sering ditemukan spherosit menunjukkan adanya kelainan pada bentuk membran sel
darah merah
(adanya indikasi anemia)
6. Analisis DNA : menunjukkan adanya kondisi kelainan pada Hb karena terjadinya mutasi
pada gen globin beta kodon 26. Ini menunjukkan bahwa Ny. Dina menderita penyakit
heterozigot Hb E, jadi bila terdapat symptom hanya akan menunjukkan symptom yang ringan
saja

61
62

Hubungan: Hasil analisis pada DNA menjelaskan lebih terperinci kelainan yang ada pada Ny.
Dina, jadi intinya hasil analisis DNA ini adalah penguat dari pemeriksaan Morfologi RBC yang
menunjukkan bahwa Ny. D juga memiliki anemia

Tn. Sahid
Dilihat dari morfoligi RBC tn.Sahid, yaitu anisopoikilositosis, sel target, tear drops, dan
ovalocytocytosis. Dan analisis DNA : Heterozigot muatasi gen globin beta kodon 41-42 beupa
delesi TTCT dan heterozigot SAO berupa delesi 27 bp gen AE-1. Tn. Sahid menderita
thalassemia beta intermedia, karena morfologi RBC T.B.I mirip dengan thallasemia mayor.
Pada penderita thalasemia ciri-ciri dari morfologi sel darah merahnya akan berwarna pucat dan
lebih kecil dari yang normal, kemidian akan ditemukan sel target dan adanya ovalocytosis.
Sedangkan pada hasil lab tuan Sahid ditemukan ketiga-tiganya, jadi tuan A juga terkena
thalasemia

Nina
1. Adanya hipokrom mikrositik menandakan bahwa Nina mengalami defisiensi pd Hb (anemia)
dan kadar MCV(mean cell volume/nilsi rata2 volume sel darah merah) dan MCH(mean cell
hemoglobin/jumlah rata2 hemoglobin tiap sel darah merah) dibawah normal (defisiensi zat
besi)
2. Anisopoikilositosis menunjukkan adanya gejala anemia
3. Cukup sering ditemukan sel target menandakan adanya kelainan/gangguanpada susunan
rantai polipeptida
4. Stomatocytes : eritrosit abnormal dengan daerah bercelah atau seperti mulut, menggantikan
lingkaran pucat yang normal, biasanya akibat edema.
5 Analisis DNA : menunjukkan adanya kondisi kelainan pada Hb karena terjadinya mutasi
pada gen globin beta kodon 26. Dan gen globin globin beta kodon 41-42
Hubungan: Hasil analisis pada DNA menjelaskan lebih terperinci kelainan yang ada pada c jadi
intinya hasil analisis DNA ini adalah penguat dari pemeriksaan Morfologi RBC yang
menunjukkan Nina memiliki anemia

Hubungan hasil pemeriksaan lab Tn.Sahid & Ny. Dina dengan Nina


Ada, hubungannya Ny Dina dan Tn. Sahid serta Putri Nina sama-sama memiliki hipokrom
mikrositik yang menandakan bahwa mereka menderita defisiensi pada Hb dan kadar MCV

62
63

serta MCH dibawah normal( defisiensi besi). Ny Dina dan Tn. Sahid serta Nina sama-sama
memiliki Anisopoikilositosis yang menandakan terjadinya anemia. Ny Dina dan Tn. Sahid serta
Nina sama-sama sering ditemukan sel target menandakan gangguan pada susunan
rantaipolipeptida sehingga mengakibatkan erotrosit yang tipis abnormal.
Pada Analisis DNA : Nina mewarisi sifat yaitu mutasi gen Globin Beta Kodon 26 yang didapat
dari ibu (Ny.D) menandakan adanya HBE, sedangkan Globin Beta Kodon 41 42 didapat dari
Ayah(Tn.A).Tuan A mewariskan mutasi gen globin beta kodon 41-42 berupa delesi TTCT,
sedangkan Ny.D mewarisi heterozigot Hb E pada C,sehingga C menderita thallasemia beta/hb

Relevansi: Interpretasi pemeriksaan mikroskopik, DNA ini sangat membantu untuk


mengidentifikasi jenis thalassemia yang diderita oleh ketiga tokoh ini.

Mutasi

Definisi mutasi

Mutasi adalah perubahan yang terjadi pada bahan genetik (DNA maupun RNA), baik pada
taraf urutan gen (disebut mutasi titik) maupun pada taraf kromosom. Mutasi pada tingkat
kromosomal biasanya disebut aberasi. Mutasi pada gen dapat mengarah pada munculnya alel
baru dan menjadi dasar bagi kalangan pendukung evolusi mengenai munculnya variasi-
variasi baru pada spesies. Perubahan pada sekuens basa DNA akan menyebabkan perubahan
pada protein yang dikode oleh gen.Contohnya, bila gen yang mengkode suatu enzim
mengalami mutasi, maka enzim yang dikode oleh gen mutan tersebut akan menjadi inaktif
atau berkurang keaktifannya akibat perubahan sekuens asam amino. Namun mutasi dapat
pula menjadi menguntungkan bila enzim yang berubah oleh gen mutan tersebut justru
meningkat aktivitasnya dan menguntungkan bagi sel.

Mayoritas merupakan mutasi tidak nyata atau mutasi netral (silent mutation). Silent
mutation merupakan perubahan sekuens basa yang tidak menyebabkan perubahan aktivitas
pada produk yang dikode oleh gen. Silent mutation umumnya muncul akibat satu nukleotida
diganti oleh nukleotida lain, terutama pada lokasi basa ketiga pada triplet kodon mRNA. Bila
perubahan satu basa nukleotida ini tidak mengubah asam amino, maka fungsi dari protein
tidak berubah. Bila asam amino yang dikode berubah, fungsi protein dapat tidak terganggu
bila asam amino yang berubah tersebut bukan merupakan bagian vital dari protein, atau
secara kimia sangat mirip dengan asam amino aslinya.

63
64

TACAACGTCACCATT

Untai sense mRNA

AUGUUGCAGUGGUAA

Metionin-fenilalanin-glisin-triptofan

Silent Mutation

TACAAgTCACCATT

Untai sense mRNA

AUGUUcCAGUGGUAA

Metionin-fenilalanin-glisin-triptofan

Jenis mutasi

1. Mutasi gen

Pasangan basa nitrogen pada DNA, antara timin dan adenine atau antara guanine dan
sitosin dihubungkan oleh ikatan hydrogen yang lemah. Atom-atom hydrogen dapat
berpindah dari satu posisi ke posisi lain pada purin atau pirimidin. Perubahan kimia
sedemikian disebut perubahan tautomer. Misalnya secara tidak normal, adenine
berpasangan dengan sitosin dan timin dengan guanine. Peristiwa perubahan genetic
seperti ini disebut mutasi gen karena hanya terjadi di dalam gen. Mutasi gen disebut juga
dengan mutasi titik (point mutation). Mutasi gen dapat terjadi karena substitusi basa N.
Macam macam mutasi gen antara lain:

1. Mutasi tak bermakna (nonsense mutation) : tejadi perubahan kodon (triplet) dari kode basa N
asam amino tetapi tidak mengakibatkan kesalahan pembentukan protein, misalnya UUU
diganti UUS yang sama-sama kode dari fenilalamin.

2. Mutasi ganda tiga (triplet mutation) : terjadi karena adanya penambahan atau pengurangan tiga
basa secara bersama-sama.

3. Mutasi bingkai (frameshift mutation) : terjadi karena adanya penambahan sekaligus


pengurangan satu atau beberapa pasangan basa secara bersama-sama.

64
65

Mutasi titik (point mutation) merupakan mutasi yang melibatkan penggantian satu
pasang basa (substitusi basa), di mana satu basa pada satu sekuens DNA diganti dengan basa
yang berbeda. Bila DNA direplikasi maka hasilnya adalah substitusi pasangan basa.

Contoh mutasi titik

AGCGT GGCGT

TCGCA CCGCA

Mutasi ini dapat menyebabkan beberapa hal tergantung dari letak mutasinya pada gen.Bila
penggantian basa berlangsung di dalam gen yang mengkode protein, maka mRNA yang
ditranskripsi dari gen akan membawa basa yang salah. Bila mRNA tersebut ditranslasi
menjadi protein, maka kesalahan basa tersebut dapat menyebabkan tidak terjadinya
pembentukan protein, atau terbentuknya protein abnormal, atau terbentuknya kodon nonsense
(kodon STOP) yang menghentikan sintesis lengkap protein fungsional, dikenal sebagai
nonsense mutation.

Terbentuknya asam amino yang berbeda dari normal pada sintesis asam amino akibat
kesalahan basa pada mutasi titik disebut dengan missense mutation. Misalnya sickle-cell
anemia (anemia sel sabit), merupakan penyakit akibat missense mutation tunggal pada basa
pengkode protein hemoglobin. Protein hemoglobin tersusun atas 147 asam amino. Pada asam
amino ke-6, adenine digantikan dengan timin. Perubahan ini menyebabkan perubahan asam
amino glutamate menjadi valin, sehingga mengubah bentuk molekul hemoglobin pada
kondisi kadar oksigen rendah, dan menyebabkan sel darah merah menjadi berbentuk bulan
sabit. Bentuk bulan sabit menyulitkan transport sel darah merah melalui pembuluh darah
kapiler.

Contoh missense mutation

TACAACGTCACCATT

Untai sense mRNA

AUGUUGCAGUGGUAA

Metionin-fenilalanin-glisin-triptofan

TACAACtTCACCATT

65
66

AUGUUGaAGUGGUAA

Metionin-fenilalanin-lisin- triptofan

Mutasi pasangan basa dapat juga menyebabkan perubahan pada DNA yang disebut
dengan frameshift mutation. Mutasi ini berupa delesi (pemotongan) atau insersi (penyisipan)
satu atau beberapa pasang nukleotida pada DNA dan menyebabkan terjadinya pergeseran
pembacaan kerangka sandi (reading frameshift), sehingga akan menyebabkan perubahan
asam amino. Contoh kasus frameshift mutation adalah penyakit Huntungton (Huntungton
disease), suatu penyakit saraf yang disebabkan oleh adanya penyisipan basa tambahan pada
DNA.

Mutasi penggantian (substitusi) basa dan mutasi frameshift dapat terjadi secara
spontan akibat kesalahan pada replikasi DNA. Mutasi spontan ini umumnya muncul tanpa
pengaruh dari bahan – bahan penyebab mutasi (bahan mutagenic atau mutagen) seperti
halnya senyawa kimia atau factor pengaruh radiasi.

Jenis mutasi yang lain adalah mutasi supresor, mutasi yang dapat meniadakan mutasi
yang terjadi sebelumnya sehingga menjadi normal kembali. Mutasi ini disebut juga mutasi
balik (reversed mutation) dan menghasilkan revertan, yaitu gen yang mengalami mutasi balik
dan menjadi normal kembali. contoh mutasi gen adalah reaksi asam nitrit dengan adenin
menjadi zat hipoxanthine. Zat ini akan menempati tempat adenin asli dan berpasangan
dengan sitosin, bukan lagi dengan timin.

2. Mutasi Kromosom (Aberasi)

Istilah mutasi umumnya digunakan untuk perubahan gen, sedangkan perubahan


kromosom yang dapat diamati dikenal sebagai variasi kromosom atau mutasi besar/gross
mutation adalah perubahan jumlah kromosom dan susunan atau urutan gen dalam
kromosom. Mutasi kromosom sering terjadi karena kesalahan meiosis dan sedikit dalam
mitosis. Pada prinsipnya mutasi kromosom dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Mutasi kromosom terjadi karena perubahan jumlah kromosom

Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan jumlah kromosom (ploid) melibatkan
kehilangan atau penambahan perangkat kromosom (genom) disebut euploid, sedang yang
terjadi pada hanya pada salah satu kromosom dari genom disebut aneuploid.

66
67

a. Euploid (Eu = benar; ploid = unit)

Makhluk hidup yang terjadi secara kawin, biasanya bersifat diploid, memiliki
2 perangkat kromosom atau 2 genom pada sel somatisnya (2n kromosom).
Organisme yang kehilangan 1 set kromosomnya disebut monoploid. Organisme
monoploid memiliki satu genom atau satu perangkat kromosom (n kromosom)
dalam sel somatisnya. Sel kelamin (gamet), yaitu sel telur (ovum) dan
spermatozoa, masing-masing memiliki satu perangkat kromosom. Satu genom (n
kromosom) yang disebut haploid. Sedangkan organism yang memiliki lebih dari
dua genom disebut poliploid, misalnya triploid (3n kromosom), tetraploid (4n
kromosom), heksaploid (6n kromosom). Poliploid yang terjadi pada tumbuhan
misalnya pada apel dan tebu. Poliploid pada hewan misalnya Daphnia, Rana
esculenta, dan ascaris. Poliploid dibagi menjadi dua, yaitu otopoliploid, terjadi
pada kromosom homolog, misalnya semangka tak berbiji; dan alopoliploid, terjadi
pada kromosom non homolog, misalnya Rhaphanobrassica (akar sepeti kol, daun
mirip lobak).

b. Aneuploid (An = tidak; eu = benar; ploid = unit)

Aneupliodi adalah perubahan jumlah n-nya. Mutasi kromosom ini tidak


melibatkan seluruh genom yang berubah, melainkan hanya terjadi pada salah satu
kromosom dari genom. Biasa disebut juga dengan aneusomik. Macam-macam
aneusomik antara lain :

1. Monosomik (2n-1); mutasi karena kekurangan 1 kromosom

2. Nullisomik (2n-2); mutasi karena kekurangan 2 kromosom

3. Trisomik (2n+1); mutasi karena kelebihan 1 kromosom

4. Tetrasomik (2n+2); mutasi karena kelebihan 2 kromosom

Aneusomi pada manusia dapat menyebabkan:

67
68

1. Sindrom Turner, dengan kariotipe (22AA+X0). Jumlah kromosomnya 45 dan


kehilangan 1 kromosom kelamin. Penderita Sindrom Turner berjenis kelamin
wanita, namun ovumnya tidak berkembang (ovaricular disgenesis).

2. Sindrom Klinefelter, kariotipe (22 AA+XXY), mengalami trisomik pada


kromosom gonosom. Penderita Sindrom Klinefelter berjenis kelamin laki-laki,
namun testisnya tidak berkembang (testicular disgenesis) sehingga tidak bisa
menghasilkan sperma (aspermia) dan mandul (gynaecomastis) serta payudaranya
tumbuh.

3. Sindrom Jacobs, kariotipe (22AA+XYY), trisomik pada kromosom gonosom.


Penderita sindrom ini umumnya berwajah kriminal, suka menusuk-nusuk mata
dengan benda tajam, seperti pensil,dll dan juga sering berbuat kriminal. Penelitian
di luar negeri mengatakan bahwa sebagian besar orang-orang yang masuk penjara
adalah orang-orang yang menderita Sindrom Jacobs.

4. Sindrom Patau, kariotipe (45A+XX/XY), trisomik pada kromosom autosom.


kromosom autosomnya mengalami kelainan pada kromosom nomor 13, 14, atau
15.

5. Sindrom Edward, kariotipe (45A+XX/XY), trisomik pada autosom. Autosom


mengalami kelainan pada kromosom nomor 16,17, atau 18. Penderita sindrom ini
mempunyai tengkorak lonjong, bahu lebar pendek, telinga agak ke bawah dan
tidak wajar.

2. Mutasi kromosom yang terjadi karena perubahan struktur kromosom

Mutasi karena perubahan struktur kromosom atau kerusakan bentuk kromosom disebut
juga dengan istilah aberasi. Macam-macam aberasi dapat dijelaskan sebagi berikut :

a. Delesi atau defisiensi

Mutasi karena kekurangan segmen kromosom. Macam-mcam delesi antara lain :

1. Delesi terminal; ialah delesi yang kehilangan ujung segmen kromosom.

2. Delesi interstitial; ialah delesi yang kehilangan bagian tengah kromosom.

68
69

3. Delesi cincin; ialah delesi yang kehilngan segmen kromosom sehingga


berbentuk lingkaran seperti cincin.

4. Delesi loop; ialah delesi cincin yang membentuk lengkungan pada kromosom
lainnya.Hal ini terjadi pada waktu meiosis, sehingga memungkinkan adanya
kromosom lain (homolognya) yang tetap normal.

b. Duplikasi

Mutasi karena kelebihan segmen kromosom.

c. Translokasi

Translokasi adalah mutasi yang mengalami pertukaran segmen kromosom ke


kromosom non homolog . Macam-macam translokasi antara lain :

1. Translokasi homozigot (resiprok); ialah translokasi yang mengalami pertukaran


segmen kedua kromosom homolog dengan segmen kedua kromosom non
homolog.

2. Translokasi Heterozigot (non resiprok); ialah translokasi yang hanya


mengalami pertukaran satu segmen kromosom ke satu segmen kromosom non
homolog.

3. Translokasi Robertson (fusion)

d. Inversi

Inversi adalah mutasi yang mengalami letak gen-gen, karena selama meiosis
kromosom terpilin dan terjadi kiasma. Macam-macam inverse antara lain :

1. Inversi parasentrik; terjadi pada kromosom tidak bersentromer

2. Inversi perisentrik; terjadi pada kromosom bersentromer.

e. Isokromosom

69
70

Isokromosom adalah mutasi kromosom yang terjadi pada waktu


menduplikasikan diri, pembelahan sentromernya mengalami perubahan arah
pembelahan sehingga terbentuklah dua kromosom yang masing-masing berlengan
identik (sama). Jika dilihat dari pembelahan sentromernya maka isokromosom
disebut juga fision, jadi peristiwanya berlawanan dengan translokasi Robertson
(fusion) yang mengalami penggabungan

f. Katenasi

Katenasi adalah mutasi kromosom yang terjadi pada dua kromosom non
homolog yang pada waktu membelah menjadi empat kromosom, saling bertemu
ujung-ujungnya sehingga membentuk lingkaran.

Asal mula penyebab terjadinya mutasi

Mutasi dapat terjadi secara alami dan buatan.

a. Menurut tipe sel atau macam sel yang mengalami mutasi:

1. Mutasi somatic, yaitu mutasi yang terjadi pada sel tubuh atau sel soma. Mutasi
somatis kurang memiliki arti genesis (mutasi ini tidak akan diwariskan pada
keturunannya)

2. Mutasi germina, yaitu mutasi yang terjadi pada sel kelamin (gamet), sehingga dapat
diturunkan.

b. Menurut sifat genetiknya:

1. Mutasi dominan, terlihat pengaruhnya dalam keadaan heterozigot

2. Mutasi resesif, pada organisme diploid tidak akan diketahui selama dalam keadaan
heterozigot, kecuali resesif pautan seks. Namun pada organisme haploid
(monoploid) seperti virus dan bakteri, pengaruh mutasi dominan dan juga resesif
dapat dilihat pada fenotipe virus dan bakteri tersebut.

c. Menurut arah mutasinya:

70
71

1. Mutasi maju atau forward mutations, yaitu mutasi dari fenotipe normal menjadi
abnormal.

2. Mutasi balik atau back mutations, yaitu mutasi yang dapat mengembalikan dari
fenotipe tidak normal menjadi fenotipe normal.

d. Menurut kejadiannya:

1. Mutasi alam atau mutasi spontan, yaitu mutasi yang penyebabnya tidak diketahui.
Mutasi ini terjadi di alam secara alami (spontan), secara kebetulan dan jarang
terjadi. Contoh mutagen alam adalah sinar kosmis, radio fektif alam, dan sinar
ultraviolet.

2. Mutasi buatan, yaitu mutasi yang terjadi dengan adanya campur tangan manusia.
Proses perubahan gen atau kromosom secara sengaja diusahakan oleh manusia
dengan zat kimia, sinar X, radiasi dan sebagainya. Maka sering disebut juga
mutasi induksi.

Mutasi buatan dengan sinar X dipelopori oleh Herman Yoseph Muller (murid
morgan) yang berkebangsaan Amerika Serikat ( 1890-1945 ). Muller berpendapat
bahwa tidak membawa perubahan, sedangkan mutasi pada sel-sel generative atau
gamet dan membawa kematian sebelum atau segera sesudah lahir. Selanjutnya
pada tahun 1927 dapat diketahui bahwa sinar X dapat menyebabkan gen
mengalami ionosasi sehinggga sifatny menjadi labil. Dan akhirnya mutasi buatan
dilaksanakan pula dengan pemotongan daun/ penyisipan DNA pada organisme-
organisme yang kita inginkan. Mutan-mutan buatan yang telah kita peroleh antara
lain: anggur tanpa biji, tomat tanpa biji, hewan atau tumbuhan poliploidi (misal:
kol poliploidi), pamato raphanobrassica (akar seperti kol, daun seperti lobak).

3. Mutagen Zat Kimia atau Faktor Fisik.

Secara garis besar, macam-macam mutagen dapat dibagi 3 , sebagai berikut:

a. Radiasi

71
72

Radiasi (penyinaran dengan sinar radio aktif); misalnya: sinar alfa, beta,
gamma, ultraviolet, dan sinar x. Radiasi ultra ungu merupakan mutagen
penting untuk organisme uniseluler. Radiasi alamiah berasal dari sinar cosmis
dari angkasa, benda-benda radioaktif dari kerak bumi, dan lain-lain, gen-gen
yang terkena radiasi, ikatannya putus dan susunan kimianya berubah dan
terjadilah mutasi.

b. Mutasi Kimia

Mutasi kimia yang pertama kali ditemukan ialah gas mustard (belerang
mustard) oleh C. Averbach dan kawan-kawan. Beberapa mutagen kimia
penting lainnya ialah: gas metan, asam nitrat, kolkisin, digitonin, hidroksil
amim dan lain-lain. Zat-zat kimia tersebut dapat menyebabkan replikasi yang
dilakukan oleh kromosom yang mengalami kesalahan sehingga menyebabkan
susunan kimianya berubah juga.

c. Temperatur

Kecapatan mutasi akan bertambah karena adanya kenaikan suhu. Setiap


kenaikan suhu sebasar 100C, kecepatan mutasi bertambah 2-3 kali lipat.
Tetapi temperature adalah merupakan mutagen, hal ini masih merupakan
penelitian para ahli.

Mutagen

Bahan-bahan yang menyebabkan terjadinya mutasi disebut mutagen. Mutagen dibagi


menjadi 3, yaitu:

1. Mutagen bahan Kimia, contohnya adalah kolkisin dan zat digitonin. Kolkisin adalah
zat yang dapat menghalangi terbentuknya benang-benang spindel pada proses anafase dan
dapat menghambat pembelahan sel pada anafase.

2. Mutagen bahan fisika, contohnya sinar ultraviolet, sinar radioaktif,dll. Sinar ultraviolet
dapat menyebabkan kanker kulit.

72
73

3. Mutagen bahan biologi, diduga virus dan bakeri dapat menyebabkan terjadinya mutasi.
Bagian virus yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi adalah DNA-nya.

Asam nitrat (HNO2) merupakan bahan kimia mutagenic yang menyebabkan adenine
(A) tidak lagi dapat berikatan dengan timin (T) melainkan dengan sitosin (C). Hal ini
disebabkan karena asam nitrat bekerja dengan cara menghapus atau menhilangkan gugus
amino, sehingga sitosin akan berubah menjadi urasil, sedangkan adenine akan berubah
menjadi hiposantin.

Hiposantin memiliki ikatan hydrogen serupa dengan guanine, sedangkan urasil


memiliki ikatan hydrogen serupa dengan timin. Akibatnya, pada saat replikasi DNA, adenine
(A) berubah menjadi hiposantin yang akan berikatan dengan sitosin (C), sedangkan sitosin
(C) akan berubah menjadi urasil dan akan berpasangan dengan adenine (A). Perubahan ini
berlangsung pada lokasi yang acak pada DNA.

Bahan mutagenic yang lain adalah analog basa nukleotida. Molekul – molekul ini
memilki struktur serupa dengan basa nitrogen normal, namun berbeda pada ikatan
hidrogennya. Misalnya molekul 2-aminopurin merupakan analog adenine (A), sehingga
kedudukan adenine (A) adalah timin (T), namun karena struktur 2-aminopurin, maka 2-
aminopurin berpasangan dengan sitosin (C). Hal yang sama juga terjadi pada 5-bromourasil.

Molekul 5-bromourasil merupakan analog timin (T), sehingga kedudukan timin (T)
dapat digantikan oleh 5-bromourasil. Pasangan timin (T) adalah sitosin (C), namun karena
struktur 5-bromourasil, maka 5-bromourasil berpasangan dengan guanine (G). Bila analog
basa nukleotida diberikan pada sel yang sedang tumbuh, maka analog basa nukleotida
tersebut akan secara acak tergabung dalam DNA, sehingga pada saat replikasi DNA dapat
menyebabkan kesalahan pasangan basa.

Beberapa senyawa kimia mutagenik dapat menyebabkan mutasi frameshift


(pergeseran pembacaan basa) dan bersifat karsinogen, contohnya benzpiren, aflatoksin dan
pewarna akridin.

Radiasi sinar X dan sinar gamma merupakan bahan mutagenic akibat kemampuannya
dalam mengionisasi atom dan molekul. Ion – ion radiasi bergabung dengan basa DNA dan

73
74

menyebabkan kesalahan pada replikasi DNA. Hasil lainnya adalah putusnya ikatan kovalen
pada tulang punggung gula-fosfat DNA, dan menyebabkan patahnya kromosom.

Radiasi mutagenic lainnya adalah sinar ultraviolet (UV). Sinar UV dapat


menyebabkan terbentuknya ikatan kovalen antara dua molekul timin, menghasilkan timin
dimer. Timin dimer ini menyebabkan kerusakan serius dan kematian sel karena DNA dengan
timin dimer tidak dapat direplikasi dan ditranskripsi. Komponen sinar UV yang bersifat
paling mutagenic adalah pada panjang gelombang 260nm. Paparan sinar UV pada manusia
dapat menyebabkan terbentuknya banyak timin dimer pada sel kulit dan menimbulkan kanker
kulit. Bakteri dan organisme lain memiliki mekanisme perbaikan (repair) terhadap kerusakan
yang diakibatkan oleh radiasi sinar UV. Ada dua macam mekanisme perbaikan, yaitu
perbaikan dengan cahaya (light repair) dan perbaikan tanpa cahaya (dark repair).

Pada perbaikan dengan cahaya (light repair), bakteri memiliki enzim fotoliase yang
menggunakan energi cahaya visible untuk memisahkan ikatan dimer timin. Manusia dengan
penyakit xeroderma pigmentosum sangat sensitive terhadap paparan sinar matahari dan tidak
memiliki mekanisme perbaikan terhadap efek mutagenic radiasi sinar UV, sehingga sangat
berisiko mengidap kanker kulit.

Pada perbaikan tanpa cahaya (dark repair), cahaya tidak diperlukan dalam
mekanisme perbaikan. Mekanisme perbaikan ini disebut juga sebagai nucleotide excision
repair, dan tidak terbatas hanya pada kerusakan akibat bahan mutagenic yang lain. Pada
mekanisme ini, enzim bakteri dapat memotong bagian timin DNA yang rusak dan
menghasilkan bagian yang terbuka. Enzim yang lain akan mengisi gap (bagian yang terbuka)
ini dengan DNA baru yang komplementer dengan rantai DNA yang tidak rusak. Langkah
terakhir adalah reaksi penyegelan (sealing) oleh enzim DNA ligase.

Salah satu mutagen yang banyak dimanfaatkan manusia dalam berbagai keperluan
adalah radiasi. Perbuatan manusia yang menimbulkan radiasi dapat menyebabkan terjadinya
mutasi misalnya:

1. penggunaan zat-zat kimia yang radioaktif atau radioisotope

2. penggunaan bahan kimia dalam minuman dan makanan

3. penggunaan sinar x dalam penelitian dan pengobatan

74
75

4. kebocoran radiasi dari pembuangan sampah-sampah industri, reaktor atom, roket, dan lain
sebagainya.

5. penggunaan bom radioaktif ( peledakan bom di Hirosima dan Nagasaki menyebabkan


terbentuknya kelapa poliploid).

Meski sifat mutasi adalah merugikan namun dalam beberapa hal berguna pula pada
manusia dalam kehidupannya, misalnya:

1. Meningkatkan hasil panen produksi pangan, seperti gandum, tomat kacang tanah, kelapa
poliploidi, kol poloploidi dengan mutasi induksi.

2. Meningkatkan hasil antibiotika, seperti mutan penicillium.

3. Untuk pemeriksaan proses biologi melalui mutasi, misalnya transport electron pada
fotosintesis, fiksasi nitrogen pada bakteri.

4. Sebagai proses penting untuk evolusi dan variasi genetik.

Frekuensi Mutasi

Kecepatan mutasi adalah kemungkinan gen mengalami mutasi pada setiap pembelahan sel.
Kecepatan mutasi dinyatakan sebagai kelipatan 10, dan karena mutasi sangat jarang terjadi
maka eksponen selalu dalam bentuk negative. Misalnya, bila terdapat satu kemungkinan
mutasi dalam 104 sel yang membelah diri, maka laju (rate) mutasi adalah sebesar 1/10.000
yang diekspresikan sebagai 10-4 per pembelahan sel. Mutasi spontan sangat jarang terjadi,
umunya muncul sekali dalam 109 pasangan basa yang bereplikasi (laju mutasi 10 -9). Karena
rata-rata mutasi spontan terjadi satu kali setiap 10 6 gen yang direplikasi. Suatu bahan
mutagenic umumnya mempercepat terjadinya mutasi spontan. Dengan adanya senyawa
mutagenic, kecepatan normal mutasi spontan (10-6 mutasi per gen yang bereplikasi) dapat
dipercepat menjadi berkisar antara 10-5 hingga 10-3 mutasi per gen yang bereplikasi.

Contoh Penyakit yang Disebabkan Mutasi Genetik

1. Kanker

75
76

Sel kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh
tanpa

terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis)


merupakan

kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi perubahan genetic dan
epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal kontrol molekuler
perkembangbiakan sel. Perubahan genetik tersebut dapat berupa aktivasi proto-onkogen dan

atau inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu tumorigenesis dan memperbesar

progresinya. Banyak sekali percobaan (bahkan sampai jutaan) telah dilakukan untuk
mempelajari

karakteristika suatu kanker dengan menggunakan hewan percobaan seperti tikus, mencit,
anjing,

domba, bahkan organisme bersel tunggal, dll.

Sel kanker yang tak mampu berinteraksi secara sinkron dengan lingkungan dan
membelah tanpa kendali bersaing dengan sel normal dalam memperoleh bahan makanan dari
tubuh dan oksigen. Tumor dapat menggantikan jaringan sehat dan terkadang menyebar ke
bagian lain dari tubuh yakni suatu proses pemendekan umur yang lazim disebut metastasis.
Potensi metastasis ini diperbesar oleh perubahan genetik yang lain. Jika tidak diobati,
kebanyakan kanker mengarah ke pesakitan dan bahkan kematian. Kanker muncul melalui
perubahan genetik rangkap/ganda dalam sel induk dari organ tubuh. Sebagian perubahan
yang tidak dapat dihapuskan akan terus menumpuk bersamaan dengan bertambahnya umur
dan tidak dapat dihindari, akan tetapi predisposisi genetik, faktor lingkungan dan yang paling
banyak yakni gaya hidup adalah factor-faktor yang penting. Beberapa orang lahir dengan
mutasi tertentu dalam DNA-nya yang dapat mengarah ke kanker. Sebagai contoh, seorang
wanita lahir dengan mutasi pada gen yang disebut BRCA1 akan membentuk kanker payudara
atau rahim jauh lebih banyak daripada wanita yang tidak mempunyai mutasi demikian.

Karsinogen eksogen (dari luar) dan proses biologik endogen dapat menyebabkan mutasi

76
77

delesi, insersi atau substitusi basa baik transisi maupun transversi. Mekanisme endogen

kerusakan DNA yang telah diketahui dengan baik adalah fenomena deaminasi 5-metilsitosin.

Metilasi DNA adalah merupakan mekanisme epigenetik yang melibatkan pengaturan ekspresi

suatu gen. Residu sitosin dan 5-metilsitosin masing-masing dapat secara spontan dideaminasi

menjadi urasil dan timin yang jika tidak diperbaiki akan menyebabkan mutasi transisi
G:C→A:T. Mutasi ini paling banyak terjadi pada dinukleotida CpG (sitosin diikuti oleh
guanin)

yang seringkali mengalami metilasi. Studi spektrum mutasi menyatakan adanya corak khas

perubahan DNA yang diinduksi oleh mutagen endogen dan eksogen tertentu dalam gen yang

berhubungan dengan kanker.

Selama masa hidupnya, sel normal senantiasa terkena pajanan berbagai tekanan
(stress) endogen dan eksogen yang dapat merubah karakter normalnya yang melibatkan
perubahan genetik. Perubahan genetik yang dapat menyebabkan mutasi sangat
membahayakan sel karena akan dapat diwariskan ke sel keturunannya dan mengarah ke
pembentukan neoplasia

Mutasi p53 adalah perubahan genetik yang paling umum ditemukan pada kanker manusia dan
fungsi p53 hilang secara tidak langsung baik oleh eksklusi inti, interaksi dengan protein virus
seperti pada kanker serviks, ataupun melalui interaksinya dengan overekspresi protein mdm2.
Gen p53 berperan dalam pengaturan siklus sel dengan mengontrol sejumlah gen termasuk
gen untuk apoptosis jika kerusakannya berat
2. Avian Influenza A ( H5 N1 )

Mutasi genetik virus avian influenza seringkali terjadi sesuai dengan kondisi dan
lingkungan replikasinya. Mutasi gen ini tidak saja untuk mempertahankan diri akan tetapi
juga dapat meningkatkan sifat patogenisitasnya. Penelitian terhadap virus H5N1 yang
diisolasi dari pasien yang terinfeksi pada tahun 1997, menunjukkan bahwa mutasi genetik
pada posisi 627 dari gen PB2 yang mengkode ekspresi polymesase basic protein (Glu627Lys)
telah menghasilkan highly cleavable hemagglutinin glycoprotein yang merupakan faktor

77
78

virulensi yang dapat meningkatkan aktivitas replikasi virus H5N1 dalam sel hospesnya (Hatta
M, et. al. 2001). Disamping itu adanya substitusi pada nonstructural protein (Asp92Glu),
menyebabkan H5N1 resisten terhadap

interferon dan tumor necrosis factor α (TNF-α) secara invitro (Seo SH, et.al. 2002). Infeksi
virus H5N1 dimulai ketika virus memasuki sel hospes setelah terjadi penempelan spikes
virion dengan reseptor spesifik yang ada di permukaan sel hospesnya. Virion akan menyusup
ke sitoplasma

sel dan akan mengintegrasikan materi genetiknya di dalam inti sel hospesnya, dan dengan
menggunakan mesin genetik dari sel hospesnya, virus dapat bereplikasi membentuk virion-
virion baru, dan virion-virion ini dapat menginfeksi kembali sel-sel disekitarnya.

Dari beberapa hasil pemeriksaan terhadap spesimen klinik yang diambil dari penderita
ternyata avian influenza H5N1 dapat bereplikasi di dalam sel nasofaring (Peiris JS,et.al.
2004), dan di dalam sel gastrointestinal (de Jong MD, 2005, Uiprasertkul M,et.al.2005).
Virus H5N1 juga dapat dideteksi di dalam darah, cairan serebrospinal, dan tinja pasien
(WHO,2005). Fase penempelan (attachment) adalah fase yang paling menentukan apakah
virus bisa masuk atau tidak ke dalam sel hospesnya untuk melanjutkan replikasinya. Virus
influenza A melalui spikes hemaglutinin (HA) akan berikatan dengan reseptor yang
mengandung sialic acid (SA) yang ada pada permukaan sel hospesnya. Ada perbedaan
penting antara molekul reseptor yang ada pada manusia dengan reseptor yang ada pada
unggas atau binatang. Pada virus flu burung, mereka dapat mengenali dan terikat pada
reseptor yang hanya terdapat pada jenis unggas yang terdiri dari oligosakharida yang
mengandung N-acethylneuraminic acid α-2,3-galactose (SA α-2,3-Gal), dimana molekul ini
berbeda dengan reseptor yang ada pada manusia. Reseptor yang ada pada permukaan sel
manusia adalah SA α-2,6-galactose (SA α-2,6-Gal), sehingga secara teoritis virus flu burung
tidak bisa menginfeksi manusia karena perbedaan reseptor spesifiknya. Namun demikian,
dengan perubahan hanya 1 asam amino saja konfigurasi reseptor tersebut dapat dirubah
sehingga reseptor pada manusia dikenali oleh HPAI-H5N1. Potensi virus H5N1 untuk
melakukan mutasi inilah yang dikhawatirkan sehingga virus dapat membuat varian-varian
baru dari HPAI-H5N1 yang dapat menular antar manusia ke manusia (Russel CJ and Webster
RG.2005, Stevens J. et. al. 2006).

Beberapa contoh penyakit lain yang disebabkan karena mutasi yang terjadi pada manusia :

78
79

1. Sindrom Turner ditemukan oleh H.H Turner tahun 1938

Ciri-cirinya:

a. kariotipe : 45 X O (44 autosom + 1 kromosom X) diderita oleh wanita

b. tinggi badan cenderung pendek

c. alat kelamin terlambat perkembangannya (infantil)

d. sisi leher tambah tumbuhan daging

e. bentuk kaki X

f. kedua puting susu berjarak melebar

g. keterbelakanga mental

2. Sindrom Klinefelter; ditemukan oleh Klinefelter tahun 1942

Ciri-cirinya:

a. Kariotipe 47, XXY (kelebihan kromosom seks X) diderita oleh pria

b. Bulu badan tidak tumbuh

c. Testis mengecil, mandul (steril)

d. Buah dada membesar

e. Tinggi badan berlebih

f. Jika jumlah kromosom X lebih dari dua, mengalami keterbalakangan mental

3. Sindrom Jacob, ditemukan oleh P.A.Jacobs tahun 1965

Ciri-cirinya:

a. Kariotipe 47, XYY (kelebihan sebuah kromosom seks Y), diderita oleh pria

b. Perawakan tinggi

c. Bersifat antisocial, agresif

d. Suka melawan hokum

4. Sindrom Down, ditemukan oleh LongdonDown tahun 1866

Ciri-cirinya:

79
80

a. Kariotipe 47, XX atau 47, XY

b. Mongolism, bertelapak tebal seperti telapak kera

c. Mata sipit miring ke samping

d. Bibir tebal, lidah menjulur, liur selalu menetes

e. Gigi kecil-kecil dan jarang

f. I. Q. rendah (kurang lebih 40)

Relevansi: Mutasi yang terjadi pada Ny Dina, Tn Sahid dan Nina mempengaruhi jenis
thalassemia yang mereka derita. Ny Dina terkena mutasi missense mutation pada gen nya
yang menyebabkan beliau menderita thalassemia beta minor HB E, Tn Sahid terkena
frameshift mutation (mutasi bingkai) pada gen nya yang menyebabkan belia menderita
thalassemia beta intermediet, dan Nina terkena kedua mutasi tersebut yang menyebabkan ia
menderita thalassemia beta mayor HB E

Mekanisme rekombinasi gen pada fertilisasi


Definisi rekombinasi gen

Rekombinasi gen adalah penggabungan beberapa gen induk jantan dan betina ketika
pembuahan ovum oleh sperma yang menyebabkan adanya susunan pasangan gen yang
berbeda dari induknya. Akibatnya adalah lahirnya varian spesies baru.

Mekanisme rekombinasi gen

Pada proses fertilisasi, rekombinasi gen terjadi pada fase meosis, yaitu ketika proses

Cross over atau pindah silang terjadi, pada profase I. Pada fase itu, gen-gen dari pasangan
kromosom homolog saling bertukaran. Seperti kita ketahui, manusia memiliki 2 set
kromosom yang saling berpasangan, satu set kromosom yang membawa sifat-sifat ayah, dan
satu set kromosom yang membawa sifat-sifat ibu. Pada pembelahan mitosis (perbanyakan
sel), kedua set kromosom tersebut akan diperbanyak apa adanya, jadi tidak ada perubahan
susunan gen. Namun, pada saat pembelahan meiosis, yaitu pada pembentukan sel gamet
(yang nota bene hanya punya satu set kromosom), terjadi pndah silang, sehingga satu set
kromosom hasil dari pembelahan meiosis akan membawa kombinasi sifat ayah da sifat ibu.

Secara buatan, rekombinasi gen merupakan salah satu alat bioteknologi untuk membuat
GMO ( Genetically Modified Organism), yaitu organisme yang telah dimodifikasi genetik
nya. Para ahli telah berhasil menghilangkan, menambahkan, atau menukar gen-gen tertentu
sehingga didapat sifat-sifat baru yang disukai. Umumnya organisme yang dimodifikasi
adalah bakteri, karena struktur genetisnya lebih sederhana dibandingkan organisme yang
lebih tinggi. Salah satu contoh yang paling populer adalah penyisipan gen pembuat insulin ke

80
81

dalam genom bakteri Escherichia coli, sehingga bakteri tersebut dapat memproduksi hormon
insulin untuk para penderita diabetes.

Relevansi: Nina menderita thalassemia beta mayor & HB E dikarenakan adanyanya


rekombinasi genetik dari orang tuanya selama fertilisasi

81

You might also like