Professional Documents
Culture Documents
SD
Posted on Maret 27, 2010 by arifinmuslim
1. I. HAKEKAT MATEMATIKA.
A. Pengertian Matematika
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein dan mathenem yang berarti mempelajari.
Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang
artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi. (Nasution, 1980: 2).
Kata matematika berasal daru perkataan latin matematika yang mulanya diambil dari perkataan
yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema
yang berarti pengetahuan dan ilmu (knowledge, science). Kata matheimatike berhubungan pula
dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu matheinatau mathenein yang artinya belajar
(berpikir).
Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat, namun demikian
dapat dikenal melalui karakteristiknya. Sedangkan karakteristik matematika dapat dipahami
melalui hakekat matematika.
Hudoyo (1979:96) mengemukakan bahwa hakikat matematika berkenan dengan ide-ide, struktur-
struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur menurut urutan yang logis. Jadi matematika
berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Selanjutnya dikemukakan bahwa apabila
matematika dipandang sebagai struktur dari hubungan-hubungan maka simbol- simbol formal
diperlukan untuk membantu memanipulasi aturan-aturan yang beroperasi di dalam struktur-
struktur. Sedang Soedjadi (1985:13) berpendapat bahwa simbol-simbol di dalam matematika
umumnya masih kosong dari arti sehingga dapat diberi arti sesuai dengan lingkup semestanya.
Istilah Matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein dan mathenem yang berarti mempelajari.
Kata matematika diduga erat hubungannya dengan kata sansekerta, medha atau widya yang
artinya kepandaian, ketahuan atau intelegensi. (Nasution, 1980: 2). Berikut ini beberapa definisi
tentang matematika.
Matematika bukan pengetahuan tersendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi
beradanya karena untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan
sosial, ekonomi dan alam. (Kline, 1973, dalam Rusefendi, 1988:2).
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matematika merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Ini berarti bahwa
belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar konsep, struktur konsep dan mencari
hubungan antar konsep dan strukturnya. Ciri khas matematika yang deduktif aksiomatis ini harus
diketahui oleh guru sehingga mereka dapat membelajarkan matematika dengan tepat, mulai dari
konsep-konsep sederhana sampai yang kompleks.
Hakekat matematika
http://techonly13.wordpress.com/2010/04/28/hakekat-matematika/
Untuk dapat memahami bagaimana hakikatnya matematika itu, kita dapat memperhatikan
pengertian istilah matematika dan beberapa deskripsi yang diuraikan para ahli berikut: Di
antaranya, Romberg mengarahkan hasil penelaahannya tentang matematika kepada tiga sasaran
utama. Pertama, para sosiolog, psikolog, pelaksana administrasi sekolah dan penyusun kurikulum
memandang bahwa matematika merupakan ilmu statis dengan disipilin yang ketat. Kedua,
selama kurun waktu dua dekade terakhir ini, matematika dipandang sebagai suatu usaha atau
kajian ulang terhadap matematika itu sendiri. Kajian tersebut berkaitan dengan apa matematika
itu? bagaimana cara kerja para matematikawan? dan bagaimana mempopulerkan matematika?
Selain itu, matematika juga dipandang sebagai suatu bahasa, struktur logika, batang tubuh dari
bilangan dan ruang, rangkaian metode untuk menarik kesimpulan, esensi ilmu terhadap dunia
fisik, dan sebagai aktivitas intelektual. (Jackson, 1992:750).
Ernest melihat matematika sebagai suatu konstruktivisme sosial yang memenuhi tiga premis
sebagai berikut: i) The basis of mathematical knowledge is linguistic language, conventions and
rules, and language is a social constructions; ii) Interpersonal social processes are required to
turn an individual’s subjective mathematical knowledge, after publication, into accepted
objective mathematical knowledge; and iii) Objectivity itself will be understood to be social.
(Ernest, 1991:42). Selain Ernest, terdapat sejumlah tokoh yang memandang matematika sebagai
suatu konstruktivisme sosial. Misalnya, Dienes mengatakan bahwa matematika adalah ilmu seni
kreatif. Oleh karena itu, matematika harus dipelajari dan diajarkan sebagai ilmu seni.
(Ruseffendi, 1988:160).
Bourne juga memahami matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan penekanannya pada
knowing how, yaitu pebelajar dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu
pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan pengertian
knowing that yang dianut oleh kaum absoluitis, di mana pebelajar dipandang sebagai mahluk
yang pasif dan seenaknya dapat diisi informasi dari tindakan hingga tujuan. (Romberg, T.A.
1992: 752).
Sejalan dengan kedua pandangan di atas, Sujono (1988:5) mengemukakan beberapa pengertian
matematika. Di antaranya, matematika diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang eksak
dan terorganisasi secara sistematik. Selain itu, matematika merupakan ilmu pengetahuan tentang
penalaran yang logik dan masalah yang berhubungan dengan bilangan. Bahkan dia mengartikan
matematika sebagai ilmu bantu dalam menginterpretasikan berbagai ide dan kesimpulan.
Pengertian yang lebih plural tentang matematika dikemukakan oleh Freudental (1991:1). Dia
mengatakan bahwa “mathematics look like a plural as it still is in French Les Mathematiques
.Indeed, long ago it meant a plural: four arts (liberal ones worth being pursued by free men).
Mathematics was the quadrivium, the sum of arithmetic, geometry astronomy and music, held in
higher esteem than the (more trivial) trivium: grammar, rhetoric and dialectic. …As far as I am
familiar with languages, Ducth is the only one in which the term for mathematics is neither
derived from nor resembles the internationally sanctioned Mathematica. The Ducth term was
virtually coined by Simon (1548-1620): Wiskunde, the science of what is certain. Wis en zeker,
sure and certain, is that which does not yield to any doubt, and kunde means, knowledge, theory.
. Dari sisi abstraksi matematika, Newman melihat tiga ciri utama matematika, yaitu; 1)
matematika disajikan dalam pola yang lebih ketat, 2) matematika berkembang dan digunakan
lebih luas dari pada ilmu-ilmu lain, dan 3) matematika lebih terkonsentrasi pada konsep.
(Jackson, 1992:755).
Selanjutnya, pendapat para ahli mengenai matematika yang lain, di antaranya telah muncul sejak
kurang lebih 400 tahun sebelum masehi, dengan tokoh-tokoh utamanya Plato (427–347 SM) dan
seorang muridnya Aristoteles (348–322 SM). Mereka mempunyai pendapat yang berlainan. Plato
berpendapat, bahwa matematika adalah identik dengan filsafat untuk ahli pikir, walaupun mereka
mengatakan bahwa matematika harus dipelajari untuk keperluan lain. Objek matematika ada di
dunia nyata, tetapi terpisah dari akal. Ia mengadakan perbedaan antara aritmetika (teori bilangan)
dan logistik (teknik berhitung) yang diperlukan orang. Belajar aritmetika berpengaruh positif
karena memaksa yang belajar untuk belajar bilangan-bilangan abstrak. Dengan demikian
matematika ditingkatkan menjadi mental aktivitas mental abstrak pada objek-objek yang ada
secara lahiriah, tetapi yang ada hanya mempunyai representasi yang bermakna. Plato dapat
disebut sebagai seorang rasionalis. Aristoteles mempunyai pendapat yang lain. Ia memandang
matematika sebagai salah satu dari tiga dasar yang membagi ilmu pengetahuan menjadi ilmu
pengetahuan fisik, matematika, dan teologi. Matematika didasarkan atas kenyataan yang dialami,
yaitu pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen, observasi, dan abstraksi. Aristoteles dikenal
sebagai seorang eksperimentalis. (Moeharti Hadiwidjojo dalam F. Susilo, S.J. & St. Susento,
1996:20).
Sedangkan matematika dalam sudut pandang Andi Hakim Nasution (1982:12) yang diuraikan
dalam bukunya, bahwa istilah matematika berasal dari kata Yunani, mathein atau manthenein
yang berarti mempelajari. Kata ini memiliki hubungan yang erat dengan kata Sanskerta, medha
atau widya yang memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia. Dalam bahasa Belanda,
matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar (hal ini sesuai
dengan arti kata mathein pada matematika).
Sedangkan orang Arab, menyebut matematika dengan ‘ilmu al-hisab yang berarti ilmu
berhitung. Di Indonesia, matematika disebut dengan ilmu pasti dan ilmu hitung. Sebagian orang
Indonesia memberikan plesetan menyebut matematika dengan “matimatian”, karena sulitnya
mempelajari matematika. (Abdusysyakir, 2007:5). Pada umumnya orang awam hanya akrab
dengan satu cabang matematika elementer yang disebut aritmetika atau ilmu hitung yang secara
informal dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang berbagai bilangan yang bisa langsung
diperoleh dari bilangan-bilangan bulat 0, 1, -1, 2, – 2, …, dst, melalui beberapa operasi dasar:
tambah, kurang, kali dan bagi.
Matematika secara umum ditegaskan sebagai penelitian pola dari struktur, perubahan, dan ruang;
tak lebih resmi, seorang mungkin mengatakan adalah penelitian bilangan dan angka. Dalam
pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma yang menegaskan struktur abstrak
menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; pandangan lain tergambar dalam filosofi
matematika.(www.wikipedia.org) Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur
operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. (Hasan Alwi,
2002:723)
Pernah dalam suatu diskusi ada pertanyaan “unik”. Apa kepanjangan dari Matematika? Dalam
benak saya, masak ada kepanjangan Matematika, selama ini yang diketahui kebanyakan orang,
Matematika adalah tidak lebih dari sekedar ilmu dasar sains dan teknologi yang tentunya bukan
merupakan singkatan. Setelah berpikir agak lama hampir mengalami kebuntuan dalam berpikir,
akhirnya narasumber menjelaskan, bahwa Matematika memiliki kepanjangan dalam 2 versi.
Pertama, Matematika merupakan kepanjangan dari MAkin TEkun MAkin TIdak KAbur, dan
kedua adalah MAkin TEkun MAkin TIdak KAruan. Dua kepanjangan tersebut tentunya
sangat berlawanan.
Untuk kepanjangan pertama mungkin banyak kalangan yang mau menerima dan menyatakan
setuju. Karena siapa saja yang dalam kesehariannya rajin dan tekun dalam belajar matematika
baik itu mengerjakan soal-soal latihan, memahami konsep hingga aplikasinya maka dipastikan
mereka akan mampu memahami materi secara tuntas. Karena hal tersebut maka semuanya akan
menjadi jelas dan tidak kabur. Berbeda dengan kepanjangan versi kedua, tidak dapat dibayangkan
jika kita semakin tekun dan ulet belajar matematika malah menjadi tidak karuan alias amburadul.
Mungkin kondisi ini lebih cocok jika diterapkan kepada siswa yang kurang berminat dalam
belajar matematika (bagi siswa yang memiliki keunggulan kecerdasan di bidang lainnya)
sehingga dipaksa dengan model apapun kiranya agak sulit untuk dapat memahami materi
matematika secara tuntas dan lebih baik mempelajari bidang ilmu lain yang dianggap lebih cocok
untuk dirinya dan lebih mudah dalam pemahamannya.
Berpijak pada uraian tersebut, menurut Sumardyono (2004:28) secara umum definisi
matematika dapat dideskripsikan sebagai berikut, di antaranya:
1. Matematika sebagai struktur yang terorganisir.
Agak berbeda dengan ilmu pengetahuan yang lain, matematika merupakan suatu bangunan
struktur yang terorganisir. Sebagai sebuah struktur, ia terdiri atas beberapa komponen, yang
meliputi aksioma/postulat, pengertian pangkal/primitif, dan dalil/teorema (termasuk di dalamnya
lemma (teorema pengantar/kecil) dan corolly/sifat).
Daftar Pustaka
1. Hakekat Matematika
Pendefinisian matematika sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat, namun
demikian dapat dikenal melalui karakteristiknya. Sedangkan karakteristik matematika dapat
dipahami melalui hakekat matematika.
a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisisr secara sistematik.
d. Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan
bentuk.
Sedangkan John dan Rising (dalam Ruseffendi, 1993 : 28) mengatakan, Matematika
adalah pola pikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik; matematika itu adalah bahasa
yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya
dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide (gagasan) daripada mengenai
bunyi; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan sifat-sifat atau teori-teori
itu dibuat secara deduktif berdasarkan unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan,
aksioma-aksioma, sifat-sifat, atau teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya; matematika
adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola atau ide; dan matematika itu keterampilan.
Menurut Morris Kline (dalam Simanjuntak, 1993) mengatakan bahwa jatuh bangunnya suatu
negara dewasa ini tergantung dari kemajuan pada bidang matematika. Oleh karena itu sebagai
langkah awal untuk mengarah pada kemajuan suatu bangsa adalah dengan mendorong atau
memberi motivasi belajar matematika pada masyarakat khususnya bagi para anak – anak atau
siswa. Pengetahuan mengenai matematika memberikan bahasa, proses, dan teori yang
memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan, yang akhirnya bahwa matematika merupakan
salah satu kekuatan utama pembentukan konsepsi tentang alam suatu hakikat dan tujuan manusia
dalam kehidupannya .
Ebbutt dan Straker (dalam Depdiknas, 2006) mengemukakan hakekat dan karakteristik
matematika sekolah yang selanjutnya disebut sebagai matematika, sebagai berikut.
5) membantu siswa memahami dan menemukan hubungan antara pengertian satu dengan
yang lainnya
4) mendorong siswa untuk berpikir logis, konsisten, sistematis dan mengembangkan sistem
dokumentasi/catatan,
Selanjutnya Ebbutt dan Straker (dalam Depdiknas, 2006) juga memberikan Klasifikasi Materi
Matematika meliputi:
ü informasi,
ü nama,
ü istilah dan
ü struktur pengertian,
ü perananstruktur pengertian,
ü model matematika,
ü memahami pengertian ,
ü berfikir logis,
ü berpikir deduksi,
ü berpikir induksi,
ü menarik kesimpulan,
ü menentukan strategi.
ü keterampilan untuk memahami dan mengikuti langkah yang dibuat orang lain,
ü menggunakan langkah,
ü memperbaiki langkah.
ü menyederhanakan persoalan,
ü mencoba berbagai cara, bekerja secara sistematis, mencatat apa yang terjadi, mengecek
hasilnya dengan mengulang kembali langkah-langkahnya, dan
ü mencari dan menentukan informasi yang cocok dan memberi penjelasan mengapa suatu
informasi diperlukan,
ü mengumpulkan, mengelompokkan, menyusun, mengurutkan dan membandingkan serta
mengolah informasi secara sistematis,
Dari pendapat di atas nampak perbedaan dari definisi matematika yang dikemukakan.
Meskipun terdapat perbedaan matematika dari definisi yang dikemukakan, ada kesamaan
pandangan tentang ciri-ciri khusus matematika, seperti yang dikemukakan (Soedjadi, 1995),
1. Obyek-obyek matematika adalah abstrak.
2. Simbol-simbol yang kosong dari arti.
3. Kesepakatan dan pemikiran deduktif aksiomatik.
4. Anti kontradiksi.
5. Kesemestaan sebagai pembatas pembahasan.
Salah satu ciri atau karakteristik matematika, obyeknya abstrak. Hanya ada dalam pikiran
manusia. Menurut Begle (dalam Soedjadi, 1985 : 10), “Obyek matematika terdiri dari fakta,
konsep, operasi dan prinsip”.
Bell (dalam Yarman 1997 : 11) membagi obyek matematika atas dua bagian, yaitu obyek
langsung dan obyek tidak langsung. Obyek langsung terdiri dari skill / keterampilan , konsep dan
prinsip atau dalil. Obyek tak langsung meliputi transfer belajar , kemampuan inquiri ,
kemampuan memecahkan masalah.
Secara umum pendapat Begle dengan Bell sama, perbedaannya menurut Bell bahwa
skill/keterampilan meliputi operasi dan prosedur keterampilan matematika adalah semua operasi
dan prosedur yang diharapkan untuk dimiliki siswa dan matematikawan secara cepat dan tepat.
Siswa yang telah menguasai suatu keterampilan apabila dapat menunjukkan keterampilan
tersebut secara tepat dengan menyelesaikan berbagai jenis masalah yang memerlukan
keterampilan atau menerapkan keterampilan dalam berbagai situasi.
Penyajian struktur matematika selalu dipergunakan simbol untuk menata hubungan antar
ide/konsep, aturan dengan operasi tertentu untuk pembentukan konsep baru. Menurut Soedjadi
(1985 : 13), “Simbol-simbol di dalam matematika masih kosong dari arti, sehingga dapat diberi
arti sesuai lingkup semestanya”.
2. Kesimpulan
KEPUSTAKAAN :
techonly13.wordpress.com/.../proses-belajar-matematika-dan-hakekat-matematika/ didownloud
tanggal 10 Maret 2010
Hakikat Matematika
Posted: Oktober 8, 2010 by techonly13
http://techonly13.wordpress.com/2010/10/08/hakikat-matematika/
Matematika adalah terjemahan dari Mathematics. Matematika lebih dari pada aritmetika, yakni
ilmu tentang kalkulasi / perhitungan. Ia lebih dari pada aljabar, yang merupakan bahasan
lambang, operasi dan relasi. Namun arti atau definisi yang tepat dari matematik tidak dapat
diterapkan secara eksak (pasti) dan singkat. Matematika adalah cara/metode berpikir dan
bernalar. Matematika dapat
digunakan untuk memutuskan apakah suatu ide itu benar atau salah, atau paling sedikit ada
kemungkinan benar.
Matematika adalah suatu medan eksplorasi dan penemuan, di situ setiap hari ide-ide baru
diketemukan. Matematika adalah cara berpikir yang digunakan untuk memecahkan semua jenis
persoalan di dalam sains, pemerintah, dan industri. Ia adalah bahasa lambang yang dipahami oleh
semua bangsa berbudaya di dunia. Ada baiknya kita lihat beberapa pendapat para ahli tentang
Matematika Beberapa pendapat para ahli mengenai pengertian matematika yang dikutip E. T
Ruseffendi (Materi Pokok Pendidikan Matematika III, 1994) antara lain :
a. Johnson dan Myklebust (1967: 244) menyatakan bahwa, Matematika adalah bahasa
simbolis yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan
keruangan sedang fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir.
b. Lerner (1988: 430) menyatakan bahwa, Matematika disamping sebagai bahasa simbolis
juga merupakan bahasa universal, yang memungkinkan manusia memikirkan, mencatat, dan
mengkonsumsikan ide mengenai elemen dan kuantitas.
c. Kline (1981: 172) menyatakan bahwa, Matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri
utamanya adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar
induktif.
d. Paling (1982: 1) menyatakan bahwa, Matematika adalah suatu cara menemukan jawaban
terhadap suatu masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi,
menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan tentang
menghitung.
e. James (Depdiknas: 120) menyatakan bahwa Matematika adalah ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep berhubungan lainnya dengan jumlah
yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Secara
etimologis istilah Matematika berasal dari kata yang artinya bertalian dengan ilmu pengetahuan.
Berbagai pendapat muncul tentang pengertian Matematika, dipandang dari pengetahuan dan
pengalaman masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa Matematika adalah bahasa, simbol,
bahasa numerik serta bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk dan emosional,
Matematika adalah metode berfikir logis, Matematika adalah sarana berfikir logika pada masa
dewasa. Matematika adalah ratunya ilmu dan sekaligus menjadi pelayannya.
f. Johnson dan Rising (1972) menyatakan, Matematika adalah pola pikir, pola
mengorganisasikan, pembuktian yang logik, Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan
istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan
padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide (gagasan) dari pada mengenai bunyi;
Matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan sifat-sifat atau teori-teori itu
dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak
didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat-sifat, atau teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya;
Matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola atau ide; dan Matematika itu adalah suatu
seni, keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisannya. Jadi menurut Johnson dan
Rising, jelas bahwa Matematika adalah ilmu deduktif.
g. Reys at.al (1984) menyatakan bahwa Matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan,
suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.
h. Kline (1973) menyatakan, bahwa Matematika itu bukanlah pengetahuan menyendiri yang
dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya Matematika itu terutama untuk membantu
manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan social, ekonomi, dan alam.
Ada pendapat yang mengatakan bahwa Matematika itu timbul karena pikiran-pikiran manusia
yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran yang terbagi menjadi empat wawasan yang
luas, yaitu aritmatika, aljabar, geometri dan analisis, dengan aritmatika mencakup teori bilangan
dan statistk.
Matematika selain sebagai seni, kadangkala Matematika itu disebut ratunya ilmu (Mathematics is
the Queen of Science), artinya antara lain bahwa Matematika adalah bahasa yang tidak tergantung
pada bidang studi lain yang menggunakan simbol dan istilah yang cermat yang disepakati secara
universal sehingga mudah dipahami; kemudian merupakan ilmu deduktif yang tidak menerima
generalisasi yang didasarkan pada contoh-contoh, observasi, eksperimen tetapi generalisasinya
didasarkan pada pembuktian deduktif; kemudian struktur yang terorganisasikan; dan Matematika
sebagai pelayan ilmu.
Dengan demikian dikatakan Matematika adalah suatu medan eksplorasi dalam pola pikir yang
digunakan untuk memecahkan jenis persoalan dalam ilmu pengetahuan dan menentukan
kebenaran dalam ide-ide yang mungkin bersifat kabur.