Professional Documents
Culture Documents
Kemacetan (congestion), keterlambatan (delay), polusi udara, polusi suara, dan pemborosan energi
merupakan sebagian dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi suatu kota berkaitan dengan
masalah transportasi. Permasalahan ini berkaitan erat dengan pola tata guna lahan, karena sektor
ini sangat berperan dalam menentukan kegiatan dan aktivitas pergerakan yang terjadi.
Permasalahan ini bila tidak segera ditangani dengan suatu sistem dan solusi yang tepat, akan dapat
memperbesar dampak dan permasalahan yang ditimbulkan serta pemborosan penggunaan energi
yang sia-sia. Untuk memberikan alternatif pemecahan yang tepat, maka diperlukan suatu sistem
pendekatan yang tepat pula yang mencakup seluruh aspek yang terkait.
sub-pusat seringkali tidak optimal. Perkembnagan yang adalah hubungan antar pusat kegiatan dan antara pusat
ada justru terjadi pada sekitar jaringan jalan tersebut,
Diagram 2 Diagram 3
kegiatan dengan sub-pusat lainnya serta kawasan Masalah utama dalam pengembangan strategi ini di
pemukiman tidak dititikberatkan pada angkutan kereta api. Jakarta adalah besarnya biaya investasi yang harus
Hubungan antar kota-kota satelit atau mandiri dilakukan ditanamkan serta aspek teknologi tinggi yang diperlukan.
dengan jalur rel kereta api sedangkan untuk pergerakan Namun dengan melihat besarnya peran strategi ini yang
internal dapat menggunakan pergerakan jalan raya dapat disumbangkan dalam memecahkan masalah
dengan beberapa konsep pendukung seperti konsep transportasi tentunya menjadi alternatif terbaik yang harus
terminal terpadu dimana beberapa bentuk sistem jaringan ditempuh. Masalah pendanaan pembangunan dapat
mempunyai terminal yang terpadu dalan suatu atap, dipecahkan dengan melibatkan pihak investor dan dan
sehingga perpindangan penumpang dapat lebih mudah bila perlu dengan penggunaan sistem subsidi atau
dan cepat. Kunci utama dari strategi ini adalah kompensasi sebagai usaha mengatasi kendala ini.
pemanfaatan angkutan kereta api baik jaringan bawah
tanah (subway) maupun melayang diatas tanah 4. Pendekatan Sistem Pergerakan
(elevated). Sistem bawah tanah diterapkan pada pusat-
pusat kota dengan harga tanah yang sudah sangat tinggi,
biaya konstruksi untuk subway ini dapat dianggap layak
P ada tahun 1990, jumlah pergerakan kendaraan setiap
hari adalah 9,6 juta, termasuk 1,8 pergerakan ulang-alik
bila sama dengan harga tanah yang harus dibebaskan
antara jakarta dan Botabek. Pada tahun 2015, jumlah
untuk jalur di atas tanah. Untuk daerah-daerah di luar
pergerakan kendaraan diperkirakan akan mencapai 23,6
CBD, alternatif kereta layang atau di atas permukaan
juta per hari 17,8 juta di Jakarta dan 5,8 juta Jakarta-
tanah masih dinilai lebih layak bila dikaitkan dengan harga
Botabek. Pergerakan ulang-alik diperkirakan akan
lahannya.
meningkat dengan tingkat pertumbuhan 213,8% dalam 25
tahun (1995-2015), sedangkan pergerakan internal
127,2% (lihat tabel 3).
Tingkat pengisian penumpang untuk kendaraan pribadi
sangat rendah (1,65 pada tahun 1985); 45% dari
pergerakan kendaraan hanya berisi satu penumpang dan
35 % dengan dua penumpang. Pelayanan angkutan
umum mengalami penurunan dari 57% tahun 1985
menjadi 49,1 % tahun 1990. Dengan adaya rencana
pengembangan angkutan umum masal (massa transit
development plan), pelayanan angkutan umum
diiharapkan akan meningkat lagi menjadi 58,7% pada
Pertimbangan utama mengacu pada sifat dari angkutan tahun 2015 (lihat tabel 3).
jalan baja yang relatif tidak merangsang pertumbuhan lain Tabel 3
Transportasi Wilayah Jabotabek 2015
di sekitarnya. Melalui strategi ini pengembangan kota
dapat diarahkan serta pola pergerakan yang terjadi dapat 1990 2015 P-25 P/thn
dilayani angkutan kereta api. Arahan pengembangan di Penduduk (juta)
Jakarta lebih ditekankan pada pembangunan jaringan • Jakarta 8,2 12,1 +49,6 1,55
jalan raya (tol) yang sebenarnya dari analisis yang telah • Botabek 8,9 20,1 +126,6 3,32
• Total 17,1 32,2 +88,3 2,56
dilakukan di atas tidak akan mampu mengikuti
perkembangan kebutuhan sarana transportasi bila tidak Juml trip/hari (juta)
didukung dengan sistem jaringan yang lain, terutama • Internal Jakarta 7,8 17,8 +127,2 3,34
jaringan kereta api. • Jakarta- 1,8 5,8 +213,8 4,68
Sebenarnya straregi ini telah mulai dirintis untuk Botabek 9,6 23,6 +143,7 3,63
• Total
dikembangkan di Jakarta melalui penggunaan kereta api
Jml trip angkutan
cepat dengan pilot project jalur Blok M - Kota. Bahkan umum/hari (juta)
saat ini telah mulai dirintis kereta api melayang di atas • Internal Jakarta 3,8 10,4 +171,7 4,08
tanah tanah (light railway transportation). • Jakarta- 1,2 3,5 +180,6 4,21
Botabek 5,0 13,9 +173,8 4,11
• Total
Jml trip angkutan
pribadi/hari (juta)
• Internal Jakarta 4,0 7,3 +84,4 2,48
• Jakarta- 0,6 2,3 +281,5 5,50
Botabek 4,6 9,6 +110,5 3,02
• Total
Modal plit (%
angkutan umum)
• Internal Jakarta 49,1 58,7
• Jakarta- 67,1 60,0
Botabek 52,5 59,0
• Total
Sumber:BPPT-GTZ, JMTSS (1993)
Keterangan: P-25: Pertumbuhan dalam 25 tahun (%) menipisnya lapisan ozon yang selanjutnya mengakibatkan
P/thn: Pertumbhan per tahun (%)
sesak napas, batuk, sakit kepala, penyakit paru-paru,
Dengan melihat pada data pertambahan trip kendaraan penyakit jantung dan kanker. Tingkah laku agresif dan
pribadi antara Jakarta-Jakarta dalam tahun 1995-2015 reaksi psikologis juga berhubungan dengan kondisi
mencapai 281,5% (pertumbuhan 5,50%), maka hal ini kemacetan lalu lintas (GAO dalam Gordon, 1993).
menunjkkan akan adanya peningkatan kepadatan lalu Pada bagian berikut, untuk memberikan gambaran yang
lintas yang tinggi dan harus diantisipasi. Untuk melayani lebih baik mengenai transportasi di Jakarta dan
jalur ini sangat diperlukan suatu sistem angkutan masal dampaknya pada lingkungan, akan disampaikan secara
cepat (mass rapid tranportation) yang nyaman, sehingga singkat suatu gambaran mengenai konsumsi energi
dapat menjadi alternatif terbaik bagi para pemakai antar transportasi di Indonesia, diikuti oleh beberapa data
pusat kota dengan kota-kota di sekitarnya. Tingkat mengenai tingkat polusi udara dan suara di Jakarta.
pelayanan transportasi umum yang masih kecil (terjadi Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada 1.636
penurunan (tahun 1985 sebesar 57% dan tahun 1990 rumah tangga di 9 kota (Jakarta, Bogor, Bandung,
sebesar 49,1%), merupakan gejala yang cukup Semarang, Surabaya, Malang, Yogyakarta, Ujung
memprihatinkan, karena sebenarnya peranan angkutan Pandang dan Medan), bensin merupakan bahan bakar
umum ini harus makin ditingkatkan, baik daeri aspek terbanyak yang dikonsumsi rumah tangga (94% dari total
kuantitas maupun kualitas. rumah tangga), yaitu dengan rata-rata 0,43 BOE per
Dari analisis tersebut, maka peningkatan angkutan yang kapita. Mobil dan sepeda motor adalah moda yang
bersifat masal harus lebih intensive dan nyaman. Salah terbanyak mengkonsumsi bahan bakar tersebut., yaitu
satu alternatif terbaik untuk menjawab permasalahan ini 47% dan 48%. Selain itu, rumah tangga dengan
adalah dengan penggunaan jalur transportasi kereta api, penghasilan tinggi (21% dari total rumah tangga)
karena sistem angkutan ini dinilai mempunyai beberapa mengkonsumsi 72% dari konsumsi energi transport rumah
kelebihan terutama dalam jumlah pengangkutan. Seperti tangga, khususnya untuk sepeda motor dan mobil (IDEA,
dibuktikan kereta api Jabotabek, satu rangkaian dengan INC. Et al, 1993). Hal ini menunjukkan bahwa
empat buah gerbong bisa mengangkut sekitar 1.250 bertambahnya pendapatan per kapita dan tingkat
penumpang dalam waktu sekitar satu jam antara Bogor- motorisasi, rata-rata konsumsi bahan bakar transportasi
Jakarta. Jika jumlah penumpang ini diangkut dengan bus per kapita di Jakarta juga meningkat.
yang berkapasitas 75 orang (termasuk berdiri) maka akan Tingkat kemcetan mempengaruhi efisiensi energi.
dibutuhkan sekitar 17 buah bus dengan waktu perjalanan Kecepatan dibawah 30 mph akan mengurangi efisiensi
dua kali lipat. Dengan melihat ilustrasi ini maka jenis jalan dan kendaraan (menggunakan energi lebih banyak).
angkutan darat lainnya tak akan menandingi keandalan Di Amerika, waktu untuk perjalanan ulang-alik pekerja
kereta api. yang merupakan hampir 15% dari total waktu perjalanan,
mengkonsumsi lebih dari 30% energi yang digunakan
untuk perjalanan penumpang. Dengan bertambahnya
5. Transportasi dan Dampak Lingkungan proporsi perjalanan ulang-alik di Jakarta pada masa yang
akan datang (lihat tabel 3), setiap penambahan tingkat
K emacetan, polusi, konservasi energi dan penurunan kemacetan akan memberikan pengaruh yang berarti pada
kesehatan masyarakat adalah beberapa dampak pemborosan energi, khususnya karena peran yang besar
lingkungan yang diakibatkan oleh pergerakan kendaraan dari lalu lintas transportasi jalan raya dalan penggunaan
bermotor. energi. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1985 energi yang
Seperti disebutkan di atas, kemacetan akan semakin dikonsumsi Indonesia adalah 102,8 MMBOE (Million
memburuk karena kecepatan kendaraan rata-rata di Barrel of Oil Equivqlent); 57,5% untuk sektor transportasi
bawah 20 km/jam terjadi hampir di seluruh jalan arteri di dan 42,5% untuk sektor industri. Di sektor transportasi,
Jakarta. Kemacetan tidak hanya mengurangi efisiensi transportasi jalan raya mengkonsumsi 79,6% dari energi
pengoperasian transportasi, tetapi juga membuang waktu yang digunakan. Konsumsi energi transportasi jalan raya
dan energi, menimbulkan polusi yang berlebihan, adalah 46,1 MMBOE (1985) dan diproyeksikan menjadi
membahayakan kesehatan masyarakat, dan 104,0 MMBOE (2005) (lihat LEMIGAS, 1989).
mempengaruhi ekonomi masyarakat. Di Jakarta, lalu lintas kendaraan telah memberikan
Kemacetan akan merusak lingkungan, sebagai contoh, di sumbangan terbesar pada polusi udara, secara khusus
Amerika, emisi Karbon dioksida akan berlipat ganda dapat diuraikan CO (99%), HC (89%), dan NOx (73%).
ketika kecepatan rata-rata kendaraan turun dari 30 Kondisi yang sama juga ditemui di wilayah metropolitan
menjadi 10 mph, dan emisi Hidro karbon dan Karbon lainnya, seperti Surabaya, Bandung dan Semarang (lihat
monoksida akan menjadi tiga kali lipat pada kecepatan tabel 4 dan 5). Tingkat kualitas udara dari beberapa jalan
kurang dari 35 mph, dibandingkan dengan kecepatan utama di Jakarta sudah melebihi batas ambang standar
konstan 55 mph. kualitas udara, khususnya untuk Nox dan TSP/debu (lihat
Kemacetan lalu lintas juga akan membahayakan tabel 6).
kesehatan. Konsentrasi Karbon monoksida yang tinggi Suatu studi telah dilakukan yang didasarkan pada
pada jalan yang padat akan menghalangi aliran oksigen pembahasan mengenai komposisi lalu lintas, kondisi
untuk para pengemudi, sehingga akan mempengaruhi geografis, lokalisasi industri, guna lahan dan faktor-faktor
kinerja mengemudi. Hal ini akan berakibat pada meteorologi yang berkaitan untuk mengidentifikasikan
wilayah kritis dan karakterisitik polusi udara di Jakarta. Perum, Tol Tomang 85,0 65 + 20,0 55 + 30,0
Studi tersebut mengidentifikasi beberapa wilayah kritis Standar tingkat kebisingan:
- St sesuai RPP
dengan tingkat polusi yang tinggi. Tingkat konsentrasi - Std sesuai dengan ketentuan Gubernur No. 587 / 1980
polutan di wilayah kritis tersebut melebihi batas standar Sumber : Laporan penelitian (1991), Soedomo (1992)
kualitas udara hampir secara terus-menerus selama
setahun. Konsentrasi maksimum terjadi selama musim Dari tinjauan masalahan transportasi dan dampaknya
hujan, terutama pada Januari dan Februari. pada lingkungan, maka dapat dilihat kontribusi yang
Selain polusi udara, Jakarta juga mengalami polusi sangat besar dari masalah transportasi terhadap
kebisingan. Secara umum, kebisingan lalu lintas adalah kenyaman dan kelestarian lingkungan. Untuk mengatasi
konstan dan menyebar secara luas dibandingakan permasalahan ini sedikitnya terdapat tiga konsep yang
dengan kebisingan lainnya (misalnya kebisingan dari dapat diberikan. Konsep yang pertama adalah usaha
industri), karenanya menimbulkan masalah lebih serius untuk mengurangi jumlah kendaraan bermotor yang ada,
untuk mempengaruhi kerusakan fisik dan psikologis. Hasil hal ini dapat dilakukan dengan penyedian sarana
pengukuran kebisingan di Jakarta oleh LIPI menunjukkan transportasi yang bersifat masal yang nyaman, sehingga
bahwa tingkat kebisingan telah melebihi batas amabng dapat menjadi alternatif terbaik bagi masyarakat dan
kriteria kebisingan (lihat tabel 7). dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi. Konsep
kedua adalah perbaikan mutu gas buang dari kendaraan
Tabel 4 bermotor, baik dari segi desain, perawatan maupun
Sumber Polusi di Jakarta
pemakaian bahan bakar yang seminimal mungkin dapat
Polutan Total Indu Peru Limb Kend memberikan pencemaran terhadap lingkungan. Konsep
(ton/th) stri maha ah araa yang ke tiga adalah usaha mengurangi kemacetan lalu
(%) n (%) (%) n (%) lingtas di jalan sehingga pemborosan energi dan
Karbon Monoksida 325,578 0,1 0,1 1,0 98,8 pencemaran lingkungan dapat dikurangi.
Hidro Karbon 14,593 1,2 2,2 7,7 88,9 Mengkaji pada usulan dalam pembahasan sistem jaringan
Nitrogen Oksida 20,465 15,9 9,6 1,1 73,4 maupun sisten pergerakan untuk meberikan suatu sistem
Partikel-Partikel 7,071 14,6 33,0 8,4 44,1 angkutan masal yang cepat dan nyaman dalam bentuk
Sulfur dioksida 24,710 62,7 10,7 0,2 26,5 kereta api, tentunya hal ini sangat mendukung konsep
Sumber : Laporan penelitian (1991), Soedomo (1992) pembangunan yang berkelanjutan karena dapat
Tabel 5 mengurangi jumlah kendaraan bermotor.
Kontribusi sektor transportasi pada emisi polusi udara
6. Kesimpulan
Polutan Persentase (%)
Jakarta Surabaya Bandung Semarang
CO 98,8 96,8 97,4 98,8
Dengan melihat pada beberapa uraian diatas maka
HC 88,9 71,0 78,5 87,6
pengaturan tata guna lahan memiliki peran yang penting
Nox 73,4 33,6 56,8 82,6 dalam pembentukan sistem pergerakan (transportasi)
SOx 26,5 1,7 11,3 63,6 penduduknya. Kondisi yang ada di Jakarta, konsep
TSP 44,1 12,6 27,7 41,3 pengaturan tata guna lahan telah tertuang dalam rencana-
Sumber : Bapedal, 1992 (Poernomosidhi) rencana kota, namun dalam pelaksanaannya masih
banyak kekurangan dan kendala. Sistem pengaturan tata
Tabel 6
Tingkat polusi udara pada beberapa jalan besar di Jakarta (1991-1992) guna lahan membutuhkan peran serta langsung
masyarakat dan memerlukan jangka waktu yang sangat
Jalan CO NOx TSP/DEBU lama. Hal terpenting yang berkaitan dengan pengaturan
Hasil Stdart Hasil Stdart Hasil Stdart tata guna lahan (pembagian pusat-pusat pertumbuhan)
Sudirman 11,943 20 0,125 0,05 556,31 260 adalah pemakaian sistem transportasi yang
Gatot S 8,061 20 0,058 0,05 384,54 260 menghubungkan antar pusat-pusat atau antara pusat
S Parman 8,133 20 0,056 0,05 581,42 260 dengan sub-pusat pertumbuhan yang masih
Kramat R 10,145 20 0,061 0,05 951,06 260 mengandalkan pada sistem transportasi jalan raya.
Casblanc 10,344 20 0,053 0,05 259,57 260
Kondisi ini mengakibatkan tingginya permasalahan
Hasil dalam ppm / 8 jam
Standart dalam ppm / 8 jam, standart batas ambang polusi udara
transportasi seperti kepadatan, kemacetan, perpakiran
Sumber : Bappedal dan KP2L DKI Jakarta (Poernomosidhi) dan lain-lain.
Sebagai alternatif dari aspek sistem pergerakan yang
Tabel 7 dapat diajukan dalam usaha mengatasi permasalahan ini
Tingkat kebisingan di Jakarta (dB.A)
adalah dengan pengembangan suatu sistem angkutan
umum masal (mass rapid transportation) yang efektif dan
Guna Lahan 1992 St Perbe Std Perbe
daan daan efisien. Sebagai pilihan terbaik dari sistem jaringan adalah
moda angkutan kereta api, karena beberapa
Perum. Kalibata 73,5 65 + 8,5 55 + 18,5 pertimbangan seperti daya angkut, kecepatan, dampak
RS Fatmawati 65,4 60 + 5,4 55 + 10,4
petumbuhan sepanjang jalur lintasan dan lain-lain. Sistem
Terminal Pulogadung 85,3 70 + 15,3 . + .
Industri Pulogadung 72,3 70 + 2,3 70 + 2,3 ini hendaknya terpadu dengan sistem moda angkutan
lainnya dengan fungsi dan hirarki yang jelas.
Sistem jaringan kereta api diterapkan untuk ______________, (1992), Kebijaksanaan KPP, Majalah
menghubungkan pusat kota dengan pusat-pusat Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota Nomor 4 Juni
pertumbuhan di sekitanrnya (kota satelit), sedangkan 1992, IAP, Jur. Tek. Planologi, FTSP dan LPP-ITB,
pada pergerakan internal pusat kota dan masing-masing Bandung.
sub pusat kota menggunakan sistem angkutan masal
yang fleksibel seperti bus. Untuk pusat-pusat kota dimana Kusumantoro, Iwan P.,(1994), Mengamati Sistem
harga tanah sudaha sangat tinggi dapat diterapkan sistem Transportasi di Jerman, Majalah Jurnal
subway, sedangkan di daerah pinggiran dapat Perencanaan Wilayah dan Kota Nomor 13 Juni
menggunakan sistem eleveted. Penerapan sistem 1994, P3WK-ITB, IAP, dan Yayasan LPP, Bandung.
terminal yang terpadu antar beberapa macam moda Poenomosidhi, I.F., (1993), Urban Travel
angkutan merupakan suatu prasarana yang penting untuk Characteristics, dalam J.D. Edwards, Jr., P.E. ed
memudahkan pencapaian dan kenyamanan. Hal yang Tranportation Planning Handbook, Institute of
terpenting pula adalah koordinasi antar sistem Transportation Engineers, Printice Hall.
kelembagaan yang terkait, sehingga masing-masing Soedomo, M (1993), Transportasi Hemat Energi dan
kebijaksanaan yang diambil berkaitan dengan masalah Berwawasan Lingkungan, paper presented at
transportasi dapat dilakukan secara terpadu dan terarah. Worshop on National Transportation System,
Aspek pencemaran lingkungan sebagai dampat dari Jakarta
permasalahan transportasi adalah sangat besar, sehingga Tamin, Ofyar Z., (1992), Pemecahan Kemacetan Lalu
pemecahan masalah ini harus segera dilakukan sehingga Lintas Kota Besar, Majalah Jurnal Perencanaan
keselamatan lingkungan segera dapat dilakukan. Usulan Wilayah dan Kota Nomor 4 Juni 1992, IAP, Jur. Tek.
pemanfaatan sistem jaringan kereta api dan bus yang Planologi, FTSP dan LPP-ITB, Bandung.
terpadu merupak salah satu usaha yang tepat dalam
mengatasi masalah transportasi yang pada akhirnya akan
dapat pula mengurangi pencemaran yang ditimbulkan
terhadap lingkungan.
Disusun oleh:
Disusun oleh :