Professional Documents
Culture Documents
Tidak semua kegiatan usaha bisa dilakukan sendiri, karena berbagai alasan, baik
alasan teknis produksi, alasan penguasaan pasar, maupun semata-mata alasan
keuangan. Maka beberapa orang atau beberapa pihak bersama-sama mendirikan satu
perusahaan, baik dengan pihak-pihak dalam satu negara bahkan lintas negara. Pada era
globalisasi seperti sekarang, sudah biasa melihat perusahaan patungan dengan
pemegang saham yang berasal dari banyak negara. Karena itu sudah menjadi makin
susah untuk menyebut negara asal mana yang mendominasi satu perusahaan.
Usaha patungan atau yang biasa disebut Joint Venture merupakan suatu pengertian
yang luas. Dia tidak saja mencakup suatu kerja sama dimana masing-masing pihak
melakukan penyertaan modal (equity joint ventures) tetapi juga bentuk-bentuk kerja
sama lainnya yang lebih longgar, kurang permanen sifatnya serta tidak harus
melibatkan partisipasi modal. Yang pertama mengarah pada terbentuknya suatu badan
hukum, sedangkan pola yang kedua perwujudannya tampak dalam berbagai bentuk
kontrak kerjasama (contractual joint ventures) dalam bidang manajemen (management
contract), pemberian lisensi (license agreement), bantuan teknik dan keahlian
(technical assistance and know-how agreement), dan sebagainya. Dengan joint
venture diharapkan dapat menghimpun sinergi dari berbagai pihak, khususnya pihak
yang menguasai pasar dan pihak yang menguasai teknologi produksi.
Menurut Peter Mahmud joint venture merupakan suatu kontrak antara dua
perusahaan untuk membentuk satu perusahaan baru, perusahaan baru inilah yang
disebut dengan perusahaan joint venture. Sedangkan pengertian menurut Erman
Rajagukguk ialah suatu kerja sama antara pemilik modal asing dengan pemilik
modal nasional berdasarkan perjanjian, jadi pengertian tersebut lebih condong
pada joint venture yang bersifat internasional.
Berdasarkan pengertian dari kedua tokoh di atas maka dapat kita ketahui
unsur-unsur yang terdapat dalam joint venture ialah :
a. kerja sama antara pemilik modal asing dan nasional
b. membentuk perusahaan baru antara pengusaha asing dan nasional
c. didasarkan pada kontraktual atau perjanjian
1
Akan tetapi tidak semua usaha wajib didirikan joint venture antara pemilik
modal asing dengan pemilik modal nasional. Jenis perjanjian joint venture antara
lain :
a. Joint venture domestik
Joint venture domestik didirikan antara perusahaan yang terdapat di dalam
negeri.
b. Joint venture Internasional
Joint venture internasional ini didirikan di Indonesia oleh dua perusahaan
dimana salah satunya perusahaan asing.
Alasan internal
1. Membangun kekuatan perusahaan
2. Menyebarkan biaya dan risiko
3. Menambah akses ke sumber daya keuangan
4. Ekonomi skala dan keuntungan kekuatan
5. Akses ke teknologi dan pelanggan baru
6. Akses ke praktek manajer inovatif
Tujuan persaingan
1. Mempengaruhi evolusi struktural industri
2. Kompetisi sebelum selesai
3. Tanggapan defensif untuk menghapuskan batas-batas industri
4. Penciptaan unit kompetisi yang kuat
5. Kecepatan pasar
6. Menambah ketangkasan
Tujuan strategi
1. Sinergi
2. Transfer teknologi/kecakapan
3. Diversifikasi
2
o Semakin banyaknya pertanyaan “joint venture dan cooperative arrangement
mana yang cocok
o Semakin banyaknya pertanyaan tentang bagaimana memange joint venture yang
paling efektif
3
dieliminir hingga nyaris habis dan menjadi sebuah fakta baru, persamaan. Visi
PT. Sari Husada adalah menjadi pemimpin pasar produk nutrisi bergizi untuk
bayi dan anak di Indonesia. dengan misi: 1. Memperbaiki nutrisi masa
pertumbuhan anak-anak Indonesia. 2. Mengurangi Impor makanan yang telah
diproses khususnya produk susu bubuk. 3. Turut serta membangun kesehatan
dan kecerdasan bayi dan anak-anak Indonesia dengan menyediakan produk
nutrisi terpercaya dan terjangkau. 4. Menghasilkan pertumbuhan perseroan yang
berkesinambungan melalui sistim manajemen berkualitas tinggi dan pendekatan
inovatif dalam budaya integritas tinggi. 5. Mengutamakan kepuasan seluruh
stakeholders.
4
menyelesaikan kewajibannya serta mencari sumber pendanaan untuk
aktivitasnya sendiri. Aktivitas joint venture dapat dilakukan oleh karyawan
venturer yang juga melakukan aktivitas lainnya dari venturer sendiri. Perjanjian
joint venture biasanya mengatur cara pembagian pendapatan dari penjualan
produk bersama (joint product) dan pembagian beban bersama lainnya yang
terjadi.
Contoh dari PBO adalah bila dua atau lebih venturer menggabungkan
operasi, sumber daya dan keahliannya dalam rangka memproduksi,
memasarkan dan mendistribusikan bersama suatu produk tertentu, misalnya
pesawat terbang. Proses produksi komponen pesawat tertentu dilakukan oleh
masing-masing venturer. Setiap venturer memikul biayanya sendiri dan
memperoleh bagian dari hasil penjualan pesawat terbang sesuai dengan cara
pembagian yang telah disepakati dalam perjanjian kontraktual.
Sehubungan dengan bagian partisipasi (interest) venturer pada PBO,
setiap venturer membukukan dan menyajikan dalam laporan keuangannya
masing-masing :
a. aktiva yang dikendalikannya sendiri dan kewajiban yang timbul atas
aktivitasnya sendiri; dan
b. beban (expenses) yang terjadi atas aktivitasnya sendiri dan bagiannya
(its share) atas pendapatan bersama dari penjualan barang dan jasa oleh
joint venture tersebut.
Laporan keuangan tersendiri untuk joint venture wajib disusun apabila
jumlahnya material dan proyek kerja sama diselesaikan dalam jangka panjang.
Jenis, bentuk dan isi laporan keuangan disesuaikan dengan kebutuhan venturer
dan perjanjian kontraktual .
IV.3 Pengendalian Bersama Aset (Jointly Controlled Assets)
Dalam Pengendalian Bersama Aset (PBA), para venturer melakukan
pengendalian bersama dan kepemilikan bersama atas satu atau lebih aset yang
diserahkan oleh venturer, atau dibeli untuk digunakan dalam melaksanakan
kegiatan joint venture. Aset tersebut digunakan untuk menghasilkan keuntungan
bagi para venturer. Masing-masing venturer dapat mengambil bagiannya (its
share) atas output yang dihasilkan oleh aset tersebut dan masing-masing
memikul bagiannya atas beban yang terjadi .
Dalam pelaksanaan joint venture semacam ini; tidak perlu didirikan suatu
perseroan terbatas, firma, atau bagian usaha lain. Masing-masing venturer dapat
menikmati bagiannya atas hasil pemanfaatan aset tersebut pada masa
mendatang melalui bagiannya dalam pengendalian bersama aset tersebut.
Banyak aktivitas dalam industri penambangan minyak, gas dan mineral
yang dilaksanakan melalui PBA; misalnya, beberapa perusahaan minyak dapat
mengendalikan dan mengoperasikan bersama saluran minyak (oil pipeline).
Masing-masing venturer menggunakan saluran tersebut untuk mengangkut
produknya dan memikul bagiannya atas beban pengoperasian saluran tersebut
dalam proporsi yang telah disetujui. Contoh lain pengendalian bersama aset
adalah bila dua perusahaan mengendalikan bersama suatu properti, masing-
5
masing venturer mendapat bagian atas pendapatan sewa dan memikul
bagiannya atas beban yang terjadi.
Sehubungan dengan bagian partisipasi (interest) venturer dalam
pengendalian bersama aset, setiap venturer membukukan dan menyajikan dalam
laporan keuangannya masing-masing:
a. bagiannya (share) atas aset yang dikendalikan bersama, diklasifikasikan
menurut sifat dari aset tersebut, bukan sebagai investasi. Sebagai contoh
bagiannya atas saluran minyak diklasifikasikan sebagai aktiva tetap.
b. setiap kewajiban yang menjadi tanggungannya sendiri, misalnya pinjaman
bank yang digunakannya untuk membiayai partisipasinya pada joint
venture;
c. bagiannya (share) atas setiap kewajiban bersama yang ditanggung bersama
oleh para para venturer sehubungan dengan joint venture;
d. bagiannya (share) atas output joint venture, dan bagiannya atas beban
bersama yang terjadi pada joint venture tersebut; dan
e. beban yang menjadi tanggungannya sendiri sehubungan dengan
partisipasinya dalam joint venture, misalnya bunga atas pinjaman bank yang
digunakan untuk membiayai partisipasinya pada joint venture.
Perlakuan akuntansi PBA mencerminkan substansi dan realitas ekonomi dan
bentuk formal joint venture. Pembukuan tersendiri untuk joint venture tersebut
dapat dibatasi misalnya pada beban bersama yang terjadi yang akhirnya harus
ditanggung bersama oleh para para venturer sesuai dengan pembagian yang
telah disepakati. Laporan keuangan tersendiri wajib disusun untuk joint venture
tersebut apabila jumlahnya material dan proyek kerja sama diselesaikan dalam
jangka panjang. Jenis, bentuk dan isi laporan keuangan disesuaikan dengan
kebutuhan venturer dan perjanjian kontraktual.
IV.4 Transaksi Antara Venturer dan Joint Venture
Apabila venturer menyerahkan atau menjual suatu aset kepada joint venture,
pengakuan keuntungan atau kerugian harus merefleksikan substansi dari
transaksi tersebut. Apabila aset tersebut masih dalam penguasaan joint venture,
dan venturer telah mentransfer resiko dan manfaat yang signifikan atas aset
tersebut, maka venturer tersebut hanya mengakui keuntungan penjualan sebesar
bagian partisipasi (interest) venturer lainnya. Venturer harus mengakui seluruh
kerugian apabila akibat penyerahan atau penjualan aset tersebut terdapat bukti
terjadinya penurunan nilai realisasi neto (net realisable value) aktiva lancar atau
penurunan yang tidak bersifat sementara (other than temporary) nilai tercatat
(carrying amount) aset jangka panjang.
Apabila venturer membeli aset dari suatu joint venture, venturer tidak boleh
mengakui bagiannya baik atas keuntungan maupun kerugian joint venture dari
transaksi tersebut sampai saat aset tersebut dijual oleh venturer kepada pihak
lain yang independen. Apabila akibat pembelian aset tersebut terdapat bukti
bahwa terjadi penurunan nilai realisasi neto (net realisable value) aktiva lancar
atau penurunan yang tidak bersifat sementara (other than temporary) nilai
6
tercatat (carrying amount} aset jangka panjang, maka venturer harus mengakui
segera bagiannya atas kerugian tersebut.
IV.5 Metode Akuntansi untuk Joint Venture
Terdapat dua metode akuntansi untuk joint venture, antara lain:
7
Apabila Joint Venture diadakan diantara pengusaha-pengusaha atau
perusahaan yang sudah memiliki pembukuan yang sudah teratur, maka pada
tiap-tipa akhir periode akuntansi perlu keterangan yang lengkap tentang hasil-
hasil operasi perusahaan seluruhnya. Dalam hal pembukuan Joint Venture tidak
diselenggarakan secara terpisah, maka hak-hak para anggota di dalam Joint
Venture pada setiap saat dapat ditentukan (dihitung) dari saldo rekening-
rekening yang menyangkut aktivitas Joint Venture. Hak-hak para anggota
adalah merupakan selisih antara jumlah komulatif semua rekening yang
mempunyai saldo debit dengan jumlah komulatif semua rekening yang
mempunyai saldo kredit dari pembukuan yang diselenggarakan oleh anggota
yang bersangkutan