Professional Documents
Culture Documents
SYARIAH
keinginan umat muslim untuk menjadi muslim yang kaffah. Dengan benar-benar
yang berkaitan dengan muamalah.135 Dengan adanya doktrin dalam syariah Islam
yang mengatakan bahwa bunga bank adalah haram karena termasuk riba.136
tehnik-tehnik finansial yang tidak didasarkan bunga, tetapi didasarkan pada profit
135
Dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 208.
136
Keputusan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 1 tahun 2004 tentang bunga
(interest/fa idah).
137
Sutan Remi Syahdeni, op.cit., h. 25.
138
Forum Study Tafsir Salafy, loc.cit.
53
54
Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil.139 Dengan adanya UUP, landasan hukum
operasional bank syariah lebih jelas dan lebih luas dalam pengembangan bank
tanpa bunga yang disebut Bank berdasarkan prinsip syariah.140 Hal ini dapat
dilihat dalam pasal 6 huruf (m) UUP yang menyatakan Usaha bank umum
Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia .
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik
direncanakan.141
adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank dan pihak lain
untuk pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai
dengan syariah.142
139
Abd. Shomad III, op.cit., h. 363.
140
Ibid.
141
Muhamad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Unit Penerbit dan Percetakan
(UPP) AMP YKPN, Yogyakarta, 2005, (selanjutnya disingkat Muhamad IV), h. 17.
142
UUP, LN tahun 1998 No.182, TLN No. 3790, ps 1 ayat (13).
55
1. Peningkatan ekonomi umat, artinya : masyarakat yang tidak dapat akses secara
Sebab upaya produksi tidak akan dpaat jalan tanpa adanya dana.
menyerap tenaga kerja. Hal ini berarti menambah atau membuka lapangan
kerja baru.
143
Peraturan Bank Indonesia, Nomor 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva
Produktif Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Bedasarkan Prinsip Syariah, ps 1 ayat
(4) huruf a.
144
Muhammad IV, loc.cit.
56
bank tersebut berfungsi sebagai bank partisipan yang aktif dalam menjalankan
bisnis. Bagi bank, hal tersebut tidak praktis dan merupakan tindakan pemborosan.
Mudharabah bukan hanya cocok dengan bank syariah, namun fungsi pokok
perbankan adalah memberikan modal kepada individu atau kelompok yang ingin
sebagai berikut:146
1. Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha
nasabah meningkat.
secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan hasil usaha bank sehingga
145
Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, Dana Bakti Wakaf, Jogjakarta, 1995, h.
436.
146
Muhammad Syafi i Antonio, op.cit., h. 97.
57
4. Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar-
benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan
5. Dalam al mudharabah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank
krisis ekonomi.
Nasional yang dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia untuk menetapkan fatwa
tentang produk dan jasa dalam kegiatan usaha bank yang melaksanakan kegiatan
1. Penyedia dana (shahibul maal) dan pengelola usaha (mudharib) harus cakap
hukum.
2. Pernyataan ijab dan qabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk
147
Peraturan Bank Indonesia, Nomor 6/24/PBI2004 tentang Bank Umum yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, ps 1 ayat (9).
58
3. Modal ialah sejumlah uang yang diberikan oleh penyedia dana oleh penyedia
dana kepada pengelola usaha untuk tujuan usaha dengan syarat sebagai
berikut:
ii. Modal harus berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika modal
diberikan dalam bentuk aset tersebut harus dinilai pada waktu akad.
iii. Modal harus diberikan pemilik dana atau bank kepada pengelola usaha
i. Keuntungan bagi kedua belah pihak dan tidak boleh dipersyaratkan hanya
ii. Bagian keuntungan proposional bagi setiap harus diketahui dan dinyatakan
pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk presentase nisbah
sesuai kesepakatan.
yang disediakan oleh penyedia dana atau pemilik modal harus memperhatikan
ii. Penyedia dana atau pemilik modal tidak boleh mempersempit tindakan
mudharabah dengan nasabah penyimpan dana, disisi lain bank melakukan kontrak
Bank Syariah tidak mungkin menjalankan sendiri semua proyek yang dibiayai
bank dan wajar jika menyalurkan pada pihak lain. Bank secara implisit telah
mendapatkan persetujuan atau izin dari pemilik modal (nasabah penyimpan dana).
Nasabah penyimpan dana pasti menyadari bahwa bank sebagai lembaga keuangan
dana. Bank adalah lembaga intermediasi antara mereka yang berlebihan dana dan
mereka yang kukurangan dana, mudharabah dalam praktek didasarkan atas suatu
kontrak antara nasabah (debitur) dengan bank (kreditur). Dengan kontrak itu
148
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No 07/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah (qirad).
149
Abd. Shomad III, op.cit., h. 372
60
berarti telah terjadi penyerahan modal yang diikuti perintah untuk menjalankan
usaha. Bank Syariah sebagai pengelola dana, dan sendiri maupun masyarakat,
bertindak sebagai pemegang mana dan sebagai mudharib, disatu sisi dan shahibul
maal dilain sisi. Dalam usaha menyalurkan dana, bank syariah menyediakan
fasilitas pembiayaan yang aman dan memberikan hasil diantaranya dengan akad
(peminjam dana) yang akan dikelola oleh debitur (mudharib) dengan modal dari
bank.150
pasal 2 UUP terhadap nasabah pengelola dana.151 Hal ini karena sebagian besar
dana yang digunakan bank dalam pembiayaan berasal dari dana masyarakat (dana
pihak ketiga).152
kesehatan sebagaimana diatur pada pasal 8 jo 29 UUP.153 Pada pasal 8 ayat (1)
150
Ibid.
151
Trisadini Prasastinah Usanti I, loc.cit.
152
Trisadini Prasastinah Usanti II, op.cit., h. 38
153
Trisadini Prasastinah Usanti I, loc.cit.
61
Pada pasal 29 ayat (3) UUP diatur bahwa Dalam memberikan kredit
lainnya, Bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan
oleh bank syariah tidak lain untuk menjamin keamanan dana masyarakat, yang
syariah.154
syariah tidak akan lepas dari tahapan-tahapan seperti halnya proses pemberian
kredit oleh bank konvensional. Ada 4 (empat) tahapan yaitu sebagai berikut:155
1. Tahap sebelum pemberian pembiayaan diputuskan oleh bank, yaitu tahap bank
pengikatan agunan untuk pembiayaan yang diberikan ini. Tahap ini disebut
154
Trisadini Prasastinah Usanti II, op.cit., h. 39.
155
Ibid.
62
selama pembiayaan itu digunakan oleh nasabah pengelola dana sampai jangka
waktu pembiayaan belum berakhir. Tahap ini disebut tahap pengawasan dan
pengamanan pembiayaan.
Tahap (1), (2) dan (3) adalah tahap-tahap preventif atau tahap-tahap
pencegahan bagi bank agar pembiayaan tidak jadi bermasalah, sedangkan tahap
pembiayaan di bank syariah, sebab dari analisa pembiayaan bank syariah dapat
diperhatikan oleh pejabat pembiayaan bank syariah pada saat melakukan analisis
156
Ibid.
157
Ibid.
158
Muhamad IV, op.cit., h. 59.
63
dari: 161
1. Party, yaitu adanya para pihak, yaitu mudharib dan shahibul maal.
calon mudharib cukup tersedia dan cukup aman, sehingga diharapkan bahwa
159
Ibid, h. 60
160
Ibid.
161
Munir Fuady , Hukum Perkreditan Kontemporer, Cet. 2, Ed. Rev, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 2002, h. 23.
64
pembiayaan yang akan diluncurkan akan dapat dibayar kembali oleh calon
4. Profitability, yaitu unsur perolehan laba usaha calon mudharib penting pula
mudharib atau jaminan dari holding atau jaminan pribadi pemilik perusahaan.
1. Returns, merupakan hasil yang akan diperoleh oleh calon mudharib ketika
harus sesuai dengan jadwal pembayaran kembali dari pembiayaan yang akan
diberikan tersebut.
pembiayaan yang dimohonkan itu adalah layak dan dapat dipercaya serta tidak
fiktif.163
162
Ibid.
163
Wawancara dengan staf marketing Bank Bukopin Syariah Cabang Surabaya,
tanggal 2 Juli 2008.
65
kepada nasabah pengelola dana yang telah memiliki usaha berkembang, dalam
artian pembiayaan tidak akan diberikan kepada usaha yang baru akan dirilis.165
bentuk perjanjian tertulis. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam UUP pada Pasal
8 ayat (2) dan Penjelasannya, yang dirumuskan sebagai berikut: Bank Umum
berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank
pokok ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia memuat antara lain: a.
bentuk perjanjian tertulis.... . Mengacu pada penjelasan pasal 8 ayat (2) UUP
164
Muhamad Syafi i Antonio, op. cit., h. 33.
165
Trisadini Prasastinah Usanti I, loc.cit.
66
menggunakan metode bagi untung (profit sharing) atau metode bagi pendapatan
(net revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah
disepakati.166
1. Profit Sharing
2. Revenue Sharing
Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah adalah
perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan
Revenue sharing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata
yaitu, revenue yang berarti; hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing adalah bentuk
166
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah, ps 1 ayat (5).
167
Sofyan Rizal, Kontrak Mudharabah: Permasalahan dan Alternatif Solusi, UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, h. 6.
168
Ibid, h. 6.
67
kata kerja dari share yang berarti bagi atau bagian. Revenue sharing berarti
didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan
kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-
Dalam profit sharing, keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut
biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam
dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi, positif berarti ada angka lebih sisa
dari pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara pendapatan dan
(net profit) yang merupakan lebihan dari selisih atas pengurangan total cost
dalam menghitung bagi hasil untuk produk pendanaan bank. Di dalam revenue
terdapat unsur-unsur yang terdiri dari total biaya (total cost) dan laba (profit).
169
Ibid, h. 7
170
Trisadini Prasastinah Usanti III, loc.cit.
171
Sofyan Rizal, op.cit., h. 7.
68
Laba bersih (net profit) merupakan laba kotor (gross profit) dikurangi biaya
Sharing, hal ini sebagai salah satu upaya untuk mengurangi resiko penyelewengan
tidak perlu dan tidak boleh mensyaratkan agunan sebagai jaminan.174 Hal ini
jaminan kepercayaan antara shahibul maal dan mudharib untuk berbagi hasil.175
tidak boleh melewati syarat-syarat yang ditentukan. Jika dilanggar, maka wajib
yang didasarkan adanya kepercayaan dari bank syariah (shahibul maal) kepada
tidak ada jaminan namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS
172
Ibid, h. 8.
173
Wawancara dengan staf marketing Bank Bukopin Syariah Cabang Surabaya,
tanggal 2 Juli 2008 pukul 16.00 WIB.
174
Adiwarman A. Karim, op.cit., h. 208.
175
Sutan Remi Syahdeni, op.cit., h. 34.
176
Abd shomad III, op.cit., h. 368.
177
Adiwarman A. Karim, op.cit., h. 208
69
dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya
disepakati .
didapatnya.178
Watak nasabah pengelola dana yang satu dengan yang lainnya tidak
selalu sama. Untuk menghindari adanya moral hazard yang timbul dari nasabah
pengelola dana selaku mudharib yang tidak amanah, maka bank syariah selaku
tambahan yang bertujuan agar nasabah pengelola dana tidak melakukan kesalahan
kerugian.179
Jaminan ini akan disita oleh bank syariah jika ternyata timbul kerugian
178
Abd. Shomad V, loc.cit.
179
Adiwarman A. Karim, op.cit., h. 209
180
Ibid, h. 209
70
ada syarat melarang untuk memudharabahkan lagi, menjamin jika ada kerugian,
modal mudharabah pada mudharib yang lain, kewajiban untuk menjamin pada
pemilik modal (shahibul maal) jika terjadi kerugian, dan jika menguntungkan
penyimpan dana (shahibul maal) dengan bank syariah (mudharib) dibuat dalam
yang salah satunya adalah collateral (agunan). Mengingat agunan, menjadi salah
ekonomis disini, adalah apabila mudharib tidak dapat melunasi hutangnya pada
memberikan hak dan kekuasaan kepada bank, guna mendapatkan pelunasan dari
181
Abd. Shomad III, op.cit., h. 372
182
Trisadini Prasastinah Usanti I, loc.cit.
183
Sutarno, Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, Alfabeta, Bandung, 2005, h. 94.
71
karena agunan merupakan sumber pelunasan yang biasa disebut dengan second
way out selain usaha nasabah yang menghasilkan pendapatan yang disebut first
way out bilamana nasabah mengalami kegagalan pembiayaan syariah. Second way
out berupa jaminan tertentu atas suatu benda, apabila terjadi pembiayaan
bermasalah, bank berhak menjual benda agunan yang dibebani dengan hak
jaminan dan mengambil hasil penjualan atas benda tersebut sebagai sumber
pelunasan pembiayaan.184
Hal ini mengingat dana yang dipergunakan oleh bank syariah berasal
dari dana masyarakat yang telah dititipkan pada bank, sehingga bank syariah
bank dan kepentingan nasabahnya yang telah mempercayakan dananya. Selain itu
juga adanya keharusan bagi setiap bank untuk terus menjaga kesehatannya dan
selama tidak bertentangan dengan prinsip dalil, dan membawa pada kebaikan
bersama yang tidak berdampak menyulitkan serta merugikan orang atau pihak lain
secara umum.186
ayat 283 : Jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalah / jual beli tidak secara
184
Trisadini Prasastinah Usanti I, loc.cit.
185
Trisadini Prasastinah Usanti II, op.cit., h. 45. lihat juga UUP, LN tahun 1998
No.182, TLN No. 3790, ps 29 ayat (3) beserta penjelasannya.
186
Trisadini Prasastinah Usanti III, loc.cit.
72
tunai), sedang kamu memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang
tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang . Hadits Nabi dari Aisyah
bahwasanya Nabi Muhammad SAW pernah membeli bahan makanan dari seorang
Yahudi dengan hutang dan beliau memberikan baju besinya sebagai jaminan (HR.
Bukhari, Muslim dan Nasa i). Sehingga dari uraian tersebut bank syariah dapat
menyertainya;
4. Pembiayaan Bermasalah
1. Side streaming, nasabah menggunakan dana itu buka seperti dalam kontrak.
187
Trisadini Prasastinah Usanti II, loc.cit.
188
Meyviany Nasution, Tinjauan Hukum Terhadap Perjanjian Bagi Hasil
Pembiayaan Investasi Pada Bank Umum Syariah , Penulisan Hukum Universitas Gadjah Mada,
2003, h. 116.
189
Muhammad Syafi i Antonio, op.cit., h. 98.
73
syariah harus melakukan pengawasan dan pembinaan secara aktif dan terus
menerus sepanjang jangka waktu (masa) pembiayaan belum jatuh tempo atau
syariah.
pembiayaan.
4. Kebijakan manajemen bank syariah akan dapat lebih rapih dan mekanisme
dan laporan stok secara rutin.193 Bersamaan dengan itu perlu juga dilakukan
190
Trisadini Prasastinah Usanti II, op.cit., h. 39.
191
Muhamad IV, op.cit., h. 163.
192
Trisadini Prasastinah Usanti II, op.cit., h. 40
193
Muhamad IV, op.cit., h. 164.
74
menjaga dana masyarakat yang telah diamanahkan di bank syariah, karena tidak
semua nasabah pembiayaan memiliki karakter bisnis yang sama satu dengan yang
lain.195
dengan kriterianya dan dinilai secara bulanan, sehingga jika bank syariah tidak
rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat
Bank Indonesia.197
Oktober 2006 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah pasal 9 ayat (2), bahwa kualitas
aktiva produktif dalam bentuk pembiayaan dibagi dalam 5 (lima) golongan yaitu :
1. Lancar (L)
194
Trisadini Prasastinah Usanti II, loc.cit.
195
Muhamad IV, op.cit., h. 163.
196
Ibid, h. 44.
197
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/21/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang
Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip
Syariah, ps 1 ayat (3).
75
4. Diragukan (D)
5. Macet (M).
berdasarkan:198
1. Prospek Usaha;
3. Kemampuan membayar.
dengan demikian manajemen bank dapat segera mengupayakan solusi yang tepat
bank sekaligus kredibilitas bank dimata masyarakat luas, karena kegagalan bank
dalam mengelola aktiva produktif sudah pasti akan berdampak yang sangat
198
Ibid, ps 9 ayat (1)
199
Trisadini Prasastinah Usanti II, op.cit., h. 42.
200
Trisadini Prasastinah Usanti III, op.cit., 23 Juni 2008
76
waktu dan atau realisasi pembayaran sama atau lebih dari 90% proyeksi
pembayaran.
dengan 90 hari dan atau realisasi pembayaran lebih dari 30% proyeksi
melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari dan atau realisasi pembayaran
melampaui 270 hari dan atau realisasi pembayaran kurang dari 30% proyeksi
memberikan signal bagi bank syariah tentang kondisi usaha nasabah, sehingga
Pada jangka waktu (masa) pembiayaan tidak mustahil terjadi suatu kondisi
201
Trisadini Prasastinah Usanti II, op.cit., h. 52
77
perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet. Istilah lain yang digunakan
dalam perbankan adalah Non Performance Finance (NPF) dalam arti pembiayaan
tidak berprestasi.203
streaming).
Perbankan terdorong oleh rasa yang terlalu agresif dan motivasi untuk
202
Ibid, h. 40.
203
Trisadini Prasastinah Usanti III, loc.cit.
204
Trisadini Prasastinah Usanti II, op.cit., h. 52
78
iv. Terjadinya erosi mental : kondisi ini dipengaruhi timbal balik antara
2. Faktor Ekstern
ii. Adanya kebijakan pemerintah : peraturan tentang usaha produk atau sektor
iii. Nasabah :
usahanya.
syariah, yaitu:205
menanamkan modalnya.
6. Dari aspek moral bank tidak bertindak hati-hati (bertindak dhalim) sehingga
205
Ibid.
80
8. Jika kesulitan bank dapat membahayakan sistem perbankan maka ijin usaha
bermasalah agar dana yang telah disalurkan dapat diterima kembali oleh bank,
karena dana yang telah disalurkan pada nasabah pembiayaan adalah dana
masyarakat telah yang mempercayakan pada bank syariah. Bank syariah sebagai
penerima amanat memiliki tanggung jawab untuk mengelola dana tersebut dengan
baik.206
1. Bersifat terbuka
bermasalah.
Bank harus mendeteksi secara dini adanya pembiayaan bermasalah dan diduga
206
Ibid, h. 41.
207
Ibid, h. 46.
81
kredit.
nasabah besar.
yang pertama kali dilakukan bank syariah adalah melakukan evaluasi ulang
1. Aspek manajemen
2. Aspek pemasaran
3. Aspek produksi
4. Aspek keuangan
208
Ibid, h. 47.
82
5. Aspek yuridis
6. Aspek jaminan
Khusus untuk aspek yuridis dan jaminan dimintakan opini legal, untuk
pembiayaan maupun jaminan, agar tidak terdapat peluang bagi nasabah dan pihak
bank.209
dahulu, dasar upaya ini ialah firman Allah dalam Al-Qur an surat Ali Imran ayat
209
Ibid.
210
Wawancara dengan staf marketing Bank Bukopin Syariah Cabang Surabaya,
tanggal 2 Juli 2008.
211
Trisadini Prasastinah Usanti II, loc.cit.
83
pembiayaan yang memiliki itikad tidak baik, maka dapat dilakukan penyelesaian
pembiayaan bermasalah.212
fatwa DSN dan standar akuntasi keuangan yang berlaku bagi bank syariah.213
2. Nasabah memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajiban
setelah restrukturisasi
yaitu:
menyuburkan sedekah dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap
2. Dalam Al-Qur an surat Al Baqarah (2):280: dan jika (orang berhutang itu)
menyedekahkan (sebagian atau semua hutang) itu lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui .
dikerjakannya .
sedekah dan tuntunan akan perlunya toleransi terhadap para nasabah bila
menghadapi nasabah yang sedang mengalami kesulitan (dalam arti yang sebenar-
kredit yang diatur dalam Surat keputusan Bank Indonesia No. 31/150/KEP/Dir
217
Trisadini Prasastinah Usanti II, op.cit., h. 48.
85
tanggal 12 November 1998 yaitu upaya yang dilakukan oleh bank untuk
dirampas oleh : pertama, yang punya hutang sendiri, sebab ia berhak dengan
i Dari Ka ab bin Malik ra. bahwa Rasulullah SAW pernah menyita harta
218
Ibid, h. 49.
219
Ibid, h. 50.
86
muflis, maka kreditor itu lebih berhak untuk menarik kembali barangnya
daripada orang lain . (HR. Bukahari, Muslim, Tirmidzi, Nasa I dan Ibnu
Majah)
pembiayaan, nasabah sudah tidak memiliki prospek usaha dan atau nasabah tidak
1. Eksekusi agunan :
agunan, yang diikat secara hak tanggungan, hipotik (untuk kapal laut terdaftar
dan pesawat udara), gadai ataupun dengan fidusia. Bank mempunyai hak
Eksekusi terhadap agunan yang diikat dengan hak tanggungan dapat dilakukan
undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta
mempunyai hak untuk menjual obyek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
penjualan tersebut .
Sedangkan untuk agunan yang diikat dengan jaminan fidusia maka eksekusi
Agunan yang diikat dengan gadai maka untuk eksekusi berlaku ketentuan
Bila oleh pihak-pihak yang berjanji tidak disepakati lain, maka jika
debitur atau pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya, setelah
lampaunya jangka waktu yang ditentukan, atau setelah dilakukan
peringatan untuk pemenuhan janji dalam hal tidak ada ketentuan tentang
jangka waktu yang pasti, kreditur berhak untuk menjual barang gadainya
di hadapan umum menurut kebiasaan-kebiasaan setempat dan dengan
persyaratan yang lazim berlaku, dengan tujuan agar jumlah utang itu
dengan bunga dan biaya dapat dilunasi dengan hasil penjualan itu. Bila
gadai itu terdiri dari barang dagangan atau dari efek-efek yang dapat
diperdagangkan dalam bursa, maka penjualannya dapat dilakukan di
tempat itu juga, asalkan dengan perantaraan dua orang makelar yang ahli
dalam bidang itu.
Dan, untuk agunan yang diikat dengan hipotik, untuk eksekusinya maka
dilakukan melalui lelang, tetapi dengan off set jaminan yang sebelumnya telah
jaminan dengan cara pembelian jaminan oleh bank. Off set dapat dilakukan
bila dalam prosesnya nasabah bersedia dengan suka rela untuk menjual
jaminan kepada bank. Bank umum dapat membeli sebagian atau seluruh
221
Wawancara dengan staf marketing Bank Bukopin Syariah Cabang Surabaya,
tanggal 2 Juli 2008.
89
pembiayaan yang memiliki kualitas macet dari neraca sebesar kewajiban nasabah
Hapus buku dilakukan jika penyertaan modal sementara bank syariah telah
terhadap nasabah yang sudah dilaporkan masuk dalam kualitas aktiva produktif
golongan macet pada Bank Indonesia, bagi nasabah macet yang belum dilaporkan
pembiayaan.224
neraca bank) tidak berarti pembiayaan tersebut menjadi tak tertagih, bank tetap
222
Trisadini Prasastinah Usanti II, loc.cit..
223
Trisadini Prasastinah Usanti III, loc.cit.
224
Trisadini Prasastinah Usanti II, loc.cit.
225
Ibid.
90
mempunyai hak untuk menagih kembali dana yang pernah diberikan kepada
tindakan bank tersebut, tunggakan kewajiban nasabah akan dicatat oleh bank
melalui proses litigasi dan non litigasi (arbitrase) dalam hal ini Badan Arbitrase
Syariah Nasional.227
tersebut terjadi sengketa diantara para pihak. Seharusnya dalam pasal 16 ayat (2)
untuk menyelesaikan sengketa yang mungkin timbul dikemudian hari, dalam hal
226
Ibid.
227
Ibid, h. 7.
91
ini melalui Pengadilan Agama (jalur litigasi) atau Badan Arbitrase Syariah
a. Litigasi
Hal ini karena pada waktu itu belum ada undang-undang yang secara tegas
tepat.228
228
Suhartono, Paradigma Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah,
http://www.badilag.net/data/ARTIKEL/EKONOMI/20SYARIAH/PARADIGMA/20PENYELES
AIAN/20SENGKETA/20PERBANKAN/20SYARI.pdf, h.11.
229
Ibid.
92
1. perkawinan;
Setelah disahkan Undang-undang No. 3 tahun 2006 pada tanggal 20 Maret 2006,
atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip syariah, antara lain
meliputi:
1. bank syariah,
3. asuransi syariah,
4. reasuransi syariah,
93
7. sekuritas syariah,
8. pembiayaan syariah,
9. pegadaian syariah,
syariah, atau bank konvensional yang membuka unit usaha syariah dengan
230
Penjelasan atas Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, TLNRI 4611, ps 1 angka 37.
231
Suhartono, op.cit., h. 13
232
Ibid, dikutip dari Abdul Manan, Beberapa Masalah Hukum dalam Praktek
Ekonomi Syariah, Makalah Diklat Calon Hakim Angkatan-2 di Banten, 2007, hal. 8.
94
yang mana akad perjanjiannya disebutkan dengan tegas bahwa kegiatan usaha
pengadilan (out of court dispute settlement). Suatu lembaga arbitrase disebut juga
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa pasal 1 ayat (1) bahwa Arbitrase
adalah suatu cara penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat para pihak yang bersengketa .
tahkim. Tahkim berasal dari kata hakkama, secara etimologis berarti menjadikan
233
Harimurti Adi Nugroho, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Melalui
Peradilan Agama dan Badan Arbitrase Syariah Nasional , Skripsi Fakultas Hukum Universitas
Airlangga, 2006, h. 50.
95
Lembaga ini telah dikenal sejak zaman pra Islam. Pada masa itu,
diselesaikan melalui bantuan juru damai atau wasit yang ditunjuk oleh masing-
bertemunya para pakar, cendekiawan muslim, praktisi hukum, para kyai dan
Indonesia. Pertemuan ini dimotori Dewan Pimpinan MUI pada tanggal 22 April
1992. Setelah mengadakan beberapa kali rapat dan setelah diadakan beberapa kali
pengurus dan bentuk dari yayasan menjadi badan dibawah MUI dan merupakan
234
Suhartono, op.cit., h. 4, dikutip dari A. Rahmat Rosyadi, Arbitrase dalam
Perspektif Islam dan Hukum Positif, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2002, hal. 43.
235
Ibid, dikutip dari NJ. Coulson, a History of Islamic Law, Edinburg: University
Press, 1991, hal. 10.
236
Ibid, h. 5, dikutip dari Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-
lembaga Terkait (BAMUI, Takaful dan Pasar Modal Syariah di Indonesia), Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2004, hal. 167.
96
hubungan:239
237
Ibid.
238
Harimurti Adi Nugroho, op.cit., h 51.
97
1. perdagangan;
2. industri;
3. keuangan;
4. jasa, dll.
adanya kesepakatan tertulis dari para pihak yang bersengketa sebagai bukti bahwa
Compromis).241
Dengan adanya perjanjian arbitrase, maka para pihak akan terikat secara
yuridis terhadap perjanjian tersebut (pacta sunt servanda) sesuai pasal 1338 BW.
arbitrase telah meniadakan hak para pihak untuk mengajukan sengketa tersebut ke
Telah ditentukan juga bahwa pengadilan tidak akan melakukan campur tangan
239
Ibid, h. 62.
240
Ibid, h. 63.
241
Ibid.
98
menerima permohonan yang diajukan oleh para pihak yang terikat dalam suatu
persoalan yang berkenaan dengan perjanjian itu, sebagai contoh untuk mencegah
penafsiran.243
242
Ibid, h. 66.
243
Ibid.