You are on page 1of 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA & LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka.

Sebagai bahan atau pelengkap data untuk penulisan tugas akhir ini penulis mempunyai beberapa referensi yang dapat digunakan sebagai acuan pemahaman dan penjelesan masalah, diantaranya adalah : 2.1.1 Pengertian dan Penggolongan Batubara. Salah satu jenis bahan tambang adalah batubara. Istilah batubara merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yaitu coal. Batubara menurut Sukandarrumidi, 1995, merupakan suatu campuran padatan yang heterogen yang terdapat di alam dalam tingkat/grade yang berbeda dari lignit, bituminous/sub-bituminous dan antrasit Batubara dapat digolongkan menurut kualitasnya dan sifatnya. Penggolongan batubara menurut kualitasnya merupakan penggolongan batubara yang didasarkan pada tingkat baik atau buruknya mutu batubara tersebut. Hal ini dibagi menjadi dua macam yaitu kualitas tinggi dan kualitas rendah. Batubara kualitas rendah mengandung nilai kalori sebanyak kurang dari 5000 kkal/kg sedangkan kualitas tinggi nilai kalor yang didapat sebanyak lebih dari 5000kkal/kg. Penggolongan batubara berdasarkan sifatnya merupakan penggolongan dari ciri khas atau sifat yang ada pada batubara tersebut. Menurut Sukandarrumidi, 1995, Batubara menurut sifatnya dibagi menjadi tiga macam yaitu antrasit, bitumine/subbitumine, dan lignite (brown coal). Sifat batubara antrasit adalah : Warna hitam mengkilat, kompak Nilai kalor sangat tinggi, kandungan karbon sangat tinggi Kandungan air sangat sedikit Kandungan abu sangat sedikit

Kandungan sulphur sangat sedikit Warna hitam mengkilat dan kurang kompak Nilai kalor tinggi, kandungan karbon sangat tinggi Kandungan air sedikit Kandungan abu sedikit Kandungan sulphur sedikit Warna hitam, sangat rapuh Nilai kalor rendah, kandungan sedikit Kandungan air tinggi Kandungan abu sangat banyak Kandungan sulphur sangat banyak

Sifat batubara bitumine / sub-bitumine yaitu :

Sifat batubara lignit (brown coal), yaitu :

Disamping pembagian itu, didalam dunia perdagangan dikenal istilah hard coal dan brown coal. Hard coal adalah jenis batubara yang mnghasilkan gross kalori lebih dari 5700 kkal/kg. Hard coal dibagi menjadi : 1. 2. Kandungan zat terbang (volatile matter) hingga 33%, termasuk kelas 1 5 Kandungan zat terbang (volatile matter) lebih besar dari 33%, termasuk kelas 6 9. Brown coal merupakan batubara dengan nilai kalor yang rendah. Yang menghasilkan gross batubara dibawah 5700 kkal/kg. 2.1.2 Proses Pembentukan Batubara. Proses pengendapan (sedimentasi) yang berlangsung dalam suatu cekungan (basin) dapat berlangsung lama apabila dasar cekungan mengalami penurunan terus menerus. Semakin lama proses pengendapan berlangsung maka semakin tebal lapisan pengendapan (batuan ataupun batubara) yang terbentuk.

Proses pembentukan Batubara ini disebut dengan proses Coalification. Pada tahap pembentukan awal menghasilkan gambut (peat), selanjutnya diikuti oleh pembentukan Lignit, selanjutnya lagi batubara Sub-bituminous, Bituminous, dan terakhir adalah Antrasit. Secara garis besar ada dua tahap pembentukan batubara, yaitu Tahap Biokimia dan Tahap Thermodinamis.

Tahap Biokimia. Ini merupakan tahap pertama, dimulai dari proses pembusukan (decay)

tumbuh-tumbuhan oleh bakteri-bakteri anaerob bakteri ini bekerja dalam suasana tanpa oksigen, menghancurkan bagian-bagian yang lunak seperti cellulosa , protoplasma, dan pati. Setelah itu membentuk masa yang halus dan lembut seperti jelly yang kemudian terakumulasi dan mengalami pemadatan membentuk peat atau gambut.
Tumbuh-tumbuhan

Pembusukan oleh bakteri

jelly

Akumulasi (pemadatan)

gambut

Gambar 2.1 Skema pembentukan Gambut

Gambut adalah sisa timbunan tumbuhan yang telah mati dan kemudian diuraikan oleh bakteri anaerobik dan aerobik menjadi komponen yang lebih stabil.

Proses pembentukan gambut diperlukan kondisi-kondisi tertentu, yaitu lingkungan rawa-rawa (swampy), dimana sirkulasi air tidak ada. Proses pembusukan sangat dipengaruhi oleh kotoran yang dikeluarkan oleh bakteri (toksin). Apabila toksin terlalu banyak bakteri akan mati dan tidak berfungsi dalam proses pembusukan, sehingga pembentukan peat terhenti. Akibatnya ditemukan bongkah-bongkah atau serat-serat yang masih menyerupai kayu pada endapan batubara.

Tahap Thermodinamis. Tahap ini dimulai dari pembentukan peat sampai terbentuknya batubara

(Coalification). Pada proses ini yang memegang peranan penting adalah Temperatur dan Tekanan. Sumber panas dan tekanan dapat berasal dari panas bumi, proses tektonik, intrusi magma ataupun karena pembebanan. Makin tinggi temperatur dan makin kuat tekanan makin tinggi pula kadar yang dihasilkan. Proses thermodinamis dengan intensitas tinggi dapat merubah peat menjadi batubara.

2.1.2.1 Tempat Terbentuknya Batubara. Ada dua macam teori yang membedakannnya :

Teori Insitu. Teori ini menerangkan bahwa batubara terbentuk pada tempat yang sama

dengan tempat tumbuh dan berkembangnya bahan-bahan pembentuk batubara. Jenis batubara ini mempunyai penyebaran luas, merata, dan mempunyai kualitas yang lebih baik. Karena kadar abunya atau External Impurities relative lebih rendah. Kadar abu dapat berasal dari aktivitas vulkanisme, dan pelapukan suatu batuan asal.

Teori Drift Teori ini menerangkan bahwa batubara terjadinya ditempat yang berbeda

dengan tempat tumbuhan bahan-bahan pembentuk lapisan batubara tersebut semula hidup dan berkembang. Penyebaran batubara jenis ini mempunyai penyebaran tidak luas hanya dijumpai di beberapa tempat, kualitas kurang baik karena banyak tercampur Impurities (kadar abu) pada saat transportasi ketempat sedimentasi.

2.1.3

Manajemen ROM (Run of Mining). Dalam suatu perusahaan penambangan batubara dikenal suatu isilah

StockROM (Run of Mining) yaitu suatu tempat penimbunan awal batubara. ROM (Run Of Mining) tambang digunakan sebagai tempat rehandling batubara dari pit untuk selanjutnya diangkut menggunakan trailer ke fasilitas coal crushing. Untuk mencapai hasil produksi yang maksimal dari kinerja suatu stockROM maka kita memerlukan adanya suatu sistem manajemen ROM yang dapat kita andalkan sebagai langkah awal dalam penanganan batubara sebelum dilakukan crushing (pengecilan ukuran butir) dan menjualnya kepada konsumen. Manajemen ROM adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mengatur segala kegiatan yang ada pada stockROM dengan mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi serta alternatif pemecah masalahnya. StockROM berfungsi sebagai penyangga antara pengiriman dan proses, sebagai stock strategis terhadap gangguan yang bersifat jangka pendek atau jangka panjang. StockROM juga berfungsi sebagai proses homogenisasi dan atau pencampuran batubara untuk menyiapkan kualitas yang dipersyaratkan.

10

Kegiatan Quality Control Proses Produksi


Pengawasan coal cleaning Land clearing Pengawasan teknik coal mining

Pengawasan kontaminasi (no contamine)

Pengawasan kondisi front loading

Pengawasan ukuran coal (no big coal)

Top soil removal

Top soil stock disposal

Pengecekan coal sebelum diangkut Hand picking Pengawasan coal hauling (tidak boleh tumpah Drill n Blast

Klasifikasi Coal ROM Management First in first out Penanganan fine coal Penanganan dirty coal

Over Burden

Coal Mining

Over Burden to Disposal

Coal stock to ROM

Basement ROM (>= 15 cm)

Coal Hauling to kelanis

Pengawasan spesifikasi ROM

Drainage ROM

Penerangan ROM Pengawasan kontaminasi coal

Pengawasan kualitas coal

Gambar 2.2 Bagan Alir kegiatan Quality Control dan Proses Produksi

11

Pada stockROM proses penyimpanan dapat dilakukan dengan cara : pemilihan lokasi yang dekat dengan tambang, biasanya masih berupa lumpy coal. Didekat pelabuhan Dan, ditempat pengguna (konsumen) batubara.

Untuk proses penyimpanan diharapkan jangka waktunya tidak terlalu lama, karena akan berakibat pada penurunan kualitas batubara. Proses penurunan kualitas batubara biasanya lebih dipengaruhi oleh proses oksodasi dan alam. Prinsip dasar pengelolaan stockROM adalah penerapan sistem FIFO (First In First Out), dimana batubara yang terdahulu masuk harus dikeluarkan terlebih dahulu. Stocking batubara dalam jangka waktu yang lama akan beresiko terhadap degradasi dan pemanasan (self heating). Disamping itu beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen stockROM adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Kontrol temperatur dan Heating / Sponcom Kontrol terhadap kontaminasi dan Housekeeping Kontrol aspek kuantitas dan kualitas batubara Kontrol aspek lingkungan.

2.1.3.1 Kontrol Temperatur dan Heating / Spontaneous Combustion. Penentuan temperatur batubara di stockROM dilakukan secara periodik, kemudian di evaluasi temperaturnya dari waktu ke waktu. Monitoring temperatur juga dimaksudkan untuk melihat adanya area area stockROM yang berpotensi menimbulkan pemanasan (heating). Pemanasan / pembakaran secara spontan adalah merupakan fenomena alami dan juga disebut pembakan sendiri (self heating / combustion). Hal ini disebabkan terjadinya reaksi zat organik dengan oksigen dan udara. Kecepatan reaksi oksidasi sangat bervariasi antara suatu zat dengan zat yang lainnya. Pembakaran akan terjadi apabila :

12

Adanya bahan bakar (fuel). Adanya oksidan (oksigen / udara) Adanya panas (heat).

O2

Heat

Fuel
Gambar 2.3 Segitiga Pembakaran

Untuk mencegah terjadinya kebakaran harus meniadakan sedikitnya satu dari salah satu komponen diatas. Batubara sebagai zat organik yang mengandung gas metan, mudah terbakar karena beroksidasi dengan oksigen dari udara. Spontaneous kebakaran ini dapat dikontrol apabila ditangani secara benar. Faktor faktor yang mempengaruhi spontaneous kebakaran antara lain : 1. Kondisi batubara : o Rank batubara dan tipe batubara o Kadar air (moisture) o Penyebaran ukuran (size distribution) o Kadar pyretic sulphur o Komponen maceral. 2. Rank batubara. Rank batubara sangat ditentukan oleh besar perubahan yang terjadi dari tanaman asalnya, makin tinggi perubahannya maki tinggi mutu / rank batubara tersebut. Batubara dibagi dalam dua ranking : o Batubara ranking rendah : brown coal, lignit, sub-bituminous coal.

13

o Batubara ranking tinggi : bituminous dan antrasit. Semakin rendah rank batubara tersebut semakin tinggi resiko spontaneous kebakaran, Beberapa usaha untuk mencegah terjadinya batubara terbakar adalah dengan menghindari masuknya oksigen kedalam batubara, dengan cara : o Penerapan sistem FIFO (first in first out). o Menghindari struktur vertikal, dengan maksud untuk mengurangi resiko masuknya udara kedalam stock. o Bila penumpukan dimaksudkan untuk stocking jangka panjang maka diusahakan dilakukan pemadatan (kompaksi). Bila ditemukan kondisi stock batubara mengalami pemanasan (heating) atau terbakar (sponcom), maka bagian yang mengalami proses tersebut segera dipisahkan. Kemudian di spreading untuk pendinginan sebelum dikembalikan ke stockROM dan dikompaksi atau segera dikeluarkan (unloading). Tidak dibenarkan menggunakan air dalam penanganan heating / sponcom batubara pada stockROM karena akan berdampak meningkatkan proses oksidasi. 2.1.3.2 Kontrol Terhadap Kontaminasi dan Housekeeping. Kontaminasi merupakan suatu hal yang sangat tidak diinginkan dalam suatu proses produksi batubara, selain dapat mempengaruhi kualitas batubara maupun performance daripada miner / penambang tersebut. Kontaminasi dapat terjadi mulai dari tambang, proses rehandling, di stockROM / stockpile maupun pada vessel unit itu sendiri. Hal ini dapat menyebabkan claim / komplain dari suatu buyer (pembeli). o Kontaminasi di daerah tambang, kontaminasi yang umum terbawa saat expose batubara antara lain overburden yang berupa clay, tanah, atau batuan lainnya. Hal ini berakibat akan meningkatnya kandungan abu (ash content). o Kontaminasi proses rehandling, terjadi pada saat proses pengangkutan batubara. Kontaminasi ini biasanya berupa : Terdapatnya sparepart kendaraan berat / potongan logam.

14

Kawat, besi, kayu, plastik, kaleng minuman, karet ban, dan lain lain. didaerah stockROM. StockROM yang kurang baik dapat terhadap batubara itu sendiri terutama dari

o Kontaminasi

menyebabkan suatu kontaminasi

basement / dasar dari stockROM akibat manuver manuver dari suatu unit sehingga akan terangkat dasar stockROM yang berupa tanah, lempung atau batu splite. Hal hal yang perlu diperhatikan guna menghindari kontaminasi dari stockROM antara lain : Supervisi yang ketat pada semua aktivitas area stockROM. Pelaksanaan housekeeping Perawatan rutin peralatan yang digunakan, meliputi perawatan terhadap alat alat plant (bengkel/workshop) maupun terhadap alat berat yang digunakan di area stockROM. Metal detector, berfungsi untuk mencegah kontaminasi metal masuk ke stockROM maupun batubara yang akan keluar stockROM.. 2.1.3.3 Kontrol Aspek Kualitas & Kuantitas. Kontrol aspek kualitas batubara di stockROM yang perlu dilakukan berupa : o Penentuan / analisis kualitas batubara produksi yang ada di stockROM, kemudian melakukan pengaturan stock sesuai tipe batubara produksi di stockROM. o Usaha minimize resiko degradasi batubara (pengaturan lama stocking, aktivitas alat berat di stockROM /stockpile, dan lain lain) o Pengaturan blending ratio batubara. o Kontrol dan monitoring semua faktor yang berdampak terhadap perubahan yang signifikan terhadap nilai kualitas batubara selama di stockROM. Sedangkan terhadap aspek kuantitas perlu dilakukan sistem recording yang akurat terhadap inventory batubara dan pergerakan stock batubara(coal movement).

15

2.1.3.4 Kontrol Aspek Lingkungan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan lingkungan stockROM adalah : Perawatan basement stockROM, permukaan stockROM diusahakan bisa mengalirkan air kearah sistem drainase yang tersedia. Dalam hal ini bentuk permukaan stockROM yang ideal adalah sedikit cembung.
safety bund 2 /3 tin g g i b a n

-2 % 15 cm

-2%

ditch

Gambar 2.4 Penampang Melintang Basement stockROM

Drainase, semua air dari stockROM dialirkan kearah sistem treatment limbah cair dan padat Sistem treatment limbah yang memadai. 2.2 Landasan Teori. Sebagai pelengkap data disini penulis mempunyai referensi yang dapat digunakan sebagai dasar teori untuk pelengkap dan pendukung akurasi dari data laporan, diantaranya adalah : 2.2.1 Waktu Edar (cycle time) Waktu edar (cycle time) adalah suatu daur waktu dari suatu unit loading dan hauling untuk melakukan satu kali aktivitas produksi. Berpengaruh dengan produktivitas yang dihasilkan, sehingga perlu adanya sebuah setting unit untuk satu fleet loading yang tepat agar match atau tepat dan menunjang efektivitas dan efisiensi dari pelaksanaan proses produksi. Waktu yang diperlukan unit mulai dari aktifitas pengisian dan pemuatan (loading), pengangkutan (hauling), pengosongan (dumping),

16

waktu kembali kosongan (returning), dan waktu mempersiapkan kembali untuk diisi lagi (manuver). Semakin kecil atau pendek waktu edar unit, maka semakin tinggi produktifitasnya. 1) Waktu edar unit loading. Terdiri dari waktu mengambil muatan, waktu ayunan (swing) bermutan, waktu menumpahkan muatan, waktu ayunan (swing) kosongan, dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
CtL = T1+T2+T3+T4+T5

Keterangan CtL T1 T2 T3 T4

: : Total waktu edar unit loading, (menit) : Waktu mengambil muatan (menit) : Waktu ayun (swing) bermuatan material (menit) : Waktu menumpahkan muatan ke vessel unit (menit) : Waktu putar (swing) kosongan (menit).

Untuk rata rata cycle time dapat diketahui dengan rumus :


Avg CtL = Jumlah waktu edar (cycle time)

Keterangan n

: Rata rata cycle time unit loading / hauling (menit). Banyaknya data sampel hitungan. :

Avg CtL :

2) Waktu edar unit hauling Waktu edar unit hauling pada umumnya terdiri dari waktu untuk diisi dengan muatan material, waktu mengangkut muatan material, waktu menumpahkan muatan (dumping), waktu kembali tanpa muatan, dan waktu mengatur posisi untuk mengisi muatan. Dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut :

17

CtH = T1+T2+T3+T4+T5

Keterangan : CtH T1 T2 T3 T4 T5 : Total waktu edar unit hauling, (menit) : waktu untuk diisi dengan muatan material, (menit) : waktu mengangkut muatan material, (menit). : waktu menumpahkan (dumping) muatan, (menit) : waktu kembali kosongan, (menit) : waktu untuk maneuver mengatur posisi, (menit)

Dalam perencanaan praktis dilapangan, kita dapat menentukan jumlah unit hauling yang diperlukan, dengan cara perhitungan seperti ini :

Cycle Time unit Waktu Muat + Waktu Tunggu


Keterangan : Waktu muat : waktu mengambil loader atau trailer terisi dan menumpah muatan (menit). Waktu tunggu : waktu mengatur posisi untuk loading batubara (menit). Untuk mengetahui match factor (Angka yang menunjukkan perbandingan antara produksi alat loading dengan unit hauling yang dilayani), dapat kita ketahuinya hasilnya dengan melakukan perhitungan :

MF =

Unit Hauling x Total Loading Unit Loading x Waktu Hauling

Sehingga dari hasil perhitungan Macth factor, dapat kita ketahui ideal atau tidak jumlah unit hauling bila hasil perhitungannya seperti ketentuan dibawah ini : MF = 1 MF > 1 Formasi Ideal Terjadi antrian (Unit hauling terlalu banyak)

18

MF < 1

Terjadi gantungan (unit hauling terlalu sedikit)

Sehingga dari data data tersebut bila dijumlahkan, dapat kita ketahui waktu edarnya. Dan dapat kita ketahui perhitungan kekuatan unit yang digunakan dalam proses produksi. Kemampuan unit juga mempengaruhi hasil dari produktivitas apabila unit yang digunakan memadai maka hasil yang didapatpun akan maksimal, adapun hal-hal tersebut dalah sebagai berikut; Jarak (Distance) Jauh dan dekatnya jarak mempengaruhi hasil dari produksi karena apabila jarak lebih dekat maka akan lebih cepat dalam proses pengangkutannya. Unit loading & hauling Penentuan dari unit dalam melakukan produksi, unit apa saja yang cocok untuk beroperasi baik itu untuk material batubara atau material untuk overburden. Kapasitas muatan unit hauling. Kapasitas pada unit untuk unit hauling juga menentukan hasil produksi yang didapat karena unit yang digunakan untuk pengangkutan material overburden. Kapasitas bucket (M3) Kapasitas unit loading dalam melakukan sekali loadingan yang maksimal berdampak pada semakin menunjangnya hasil produksi. Loading time (menit) Waktu yang diperlukan dalam melakukan pengisian satu unit hauling sampai unit terusi penuh. Loading / bucket (detik) Waktu yang diperlukan dalam melakukan sekali pengisian per bucket unit loading, terhadap unit haulingnya.

19

Total waktu loading Total lama waktu yang diperlukan selama melakukan loading time dan lama waktu unit hauling dalam melakukan perjalanan sampai kembali lagi melakukan pengisian. Namun waktu edar yang diperoleh setiap unit alat mekanis berbeda-beda, hal

itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti dalam tabel di bawah ini; Tabel 2.1 Faktor kekuatan unit No 1 2 3 4 5 6 7 Faktor Jarak (distance) Jumlah unit loading dan hauling Kapasitas muatan unit loading dan hauling Kapasitas bucket Waktu loading Loading / bucket Total waktu (waktu loading + waktu hauling) Satuan Meter Unit BCM, M M Menit Menit Menit

Sumber : Planning Departement PT. SIS, Tutupan. Selain daripada faktor-faktor seperti tercantum dalam tabel di atas, ada juga faktor lainnya yaitu : 1. Kondisi tempat kerja unit Tempat kerja yang luas akan memperkecil atau memperpendek waktu edar unit, karena ruang gerak yang ada cukup untuk berbagai pengambilan posisi, seperti untuk berputar (swing), mengambil posisi untuk diisi muatan, serta kegitan pemuatan. Untuk unit hauling kekerasan, kehalusan, kemiringan dan lebar jalan sangat berpengaruh terhadap waktu edarnya. Waktu edar unit hauling akan semakin kecil apabila alat tersebut dioperasikan pada kondisi jalan yang diperkeras, halus, dan jalan menurun, sehinnga akan meningkatkan produktivitas kerja unit / alat. 2. Kekuatan material

20

Material galian yang keras akan lebih sukar untuk digali atau dikupas oleh alat mekanis, hali ini akan menurunkan produktivitas alat. 3. Keadaan jalan angkut Kemampuan unit hauling dalam beroperasi sangat ditentukan oleh keadaan jalan angkut yang dilalui. Fungsi jalan adalah untuk menunjang operasi tambang terutama dalam kegiatan pengangkutan material galian, kondisi jalan yang baik akan memudahkan dalam proses pengangkutan sehingga produktifitas alat dapat meningkat. 4. Pola pemuatan Pemuatan (loading) adalah kegiatan memindahkan material yang dilakukan oleh unit loading seperti wheel loader ke unit trailer. Kegiatan pemuatan material batubara memiliki beberapa cara pemuatan yang sering dikenal dengan metode pemuatan. Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan target produksi, maka pola pemuatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi waktu edar unit. 2.2.2 Efisiensi kerja Efisiensi kerja merupakan elemen produksi yang harus diperhitungkan dalam upaya mendapatkan hasil produksi tiap unit per satuan waktu yang akurat. Efisiensi kerja adalah perbandingan waktu kerja produksi dengan waktu kerja yang tersedia. Dalam waktu kerja,tidak semua waktu yang tersedia dapat digunakan secara optimal, adapun beberapa hambatan yang sering terjadi dalam berkerja yaitu antara lain adalah: Cuaca (curah hujan, slippery). Cuaca sangat mempengaruhi hasil produksi yang akan di dapat karena apabila hari hujan maka penambangan akan dihentikan selama hujan reda kembali, slippery adalah waktu hilang setelah hujan sampai operasi kembali, oleh karena itu pengaturan drainage sangatlah harus dipertimbangkan.

21

Kemampuan unit Kemampuan unit dalam beroperasi juga mempengaruhi sehingga perlu selalu di lakukan pengecekan terhadap unit baik itu unit loading ataupun unit haulingnya secara rutin, apabila unit itu bermasalah harus segera dilaporkan, agar segera ditanggulangi atau diperbaiki.

Kemampuan operator dan pengawasan. Kemampuan operator dalam mengoperasikan unitnya sangatlah menunjang hasil produksi yang didapat apakah operator tersebut ahli dalam mengoperasikan unitnya atau malah sebaliknya oleh karena itu selalu diadakan training operator secara berkala untuk meningkatkan kemahiran dan kemampuan operator. Begitu pula dengan adanya pengawas, pengawas juga berperan penting dalam menunjang hasil produksi karena seorang pengawas menentukan apa yang akan dikerjakan operator.

Setting Units. Setting unit juga berkaitan dengan kemampuan seorang pengawas karena yang menentukan seting unit adalah seorang pengawas bagaimana dia menentukan unit loading apa saja yang beroperasi pada penggalian batubara ataupun overburden begitu pula pada unit haulingnya apabila setting unit yang ada tepat maka operasi produksi akan berjalan lancar.

Loss time Adalah waktu hilang yang terjadi pada waktu proses produksi contohnya pada unit melakukan penggisian bahan bakar (refueling), melakukan perbaikan unit, adanya peledakan (blasting), kerusakan, dll. .

2.2.3

Uraian Penelitian.

22

Para peneliti dapat memilih berjenis jenis metode dalam melaksanakan penelitiannya. Sudah terang, metode yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus sesuai dengan metode penelitian yang dipilih. Karena itu sebelum melaksanakan penelitian, perlu menjawab tiga buah pertanyaan : Urutan kerja apakah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penelitian? Alat alat apa yang digunakan dalam mengukur ataupun dalam mengumpulkan data? Bagaimana melaksanakan penelitian tersebut? Dalam mengelompokkan metode metode penelitian, kriteria yang dipakai adalah teknik serta prosedur penelitian. Tetapi tidak jarang terdapat, bahwa pengelompokkan yang dibuat ada kalanya didasarkan kepada prosedur saja dan ada kalanya didasarkan pada teknik saja, karena ahli ahli mencampuradukkan antara metode dan teknik penelitian dalam membuat pengelompokkan metode penelitian. Metode penelitian terbagi atas 14 jenis yaitu : 1. Eksprimen 2. Sejarah 3. Psikologis 4. Case study 5. Survei 6. Membuat kurikulum 7. Analisis pekerjaan 8. Interview 9. Questionir 10. Observasi 11. Pengukuran 12. Stastik 13. Tabel dan grafik 14. Teknik perpustakaan

Hampir semua metode yang ada di atas digunakan dalam penyusunan laporan ini. Dewasa ini pengelompokkan penelitian lebih banyak didasarkan pada : 1. Sifat masalahnya, disamping alat dan teknik yang digunakan. Misalkan masalah kontaminasi dan loss time production yang merupakan masalah yang sering terjadi pada manajemen stocking batubara. Untuk mengantisipasi kontaminasi dan tidak tercapainya target produksi tersebut maka dibuat suatu sistem manajemen stockROM yang menangani dan mengatur masalah tersebut.

23

2. Tempat dimana penelitian dilakukan. Misalkan laporan ini disusun berdasarkan kegiatan penelitian yang terfokuskan pada stockROM 6 PT. Saptaindra Sejati Job-Site PT.Adaro Indonesia dibagian Quality Control. 3. Waktu jangkauan. Penelitian tidak hanya berdasarkan data data kejadian lampau juga memberikan prediksi untuk masa yang akan datang.

24

You might also like