Professional Documents
Culture Documents
Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit. Edisi ke-4 Judul asli: Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals, 4th edition. 2011 PERSI Alih bahasa Editor ahli : dra. med. Meitasari Tjandrasa & Nicole Budiman : dr. Grace Frelita, MM, dr. TJ Situmorang, M.Kes, dr. Donda Saskia Silitonga, DESS, dr. Jeffry Oeswadi, MARS, dr. Anastina Tahjoo, MARS, (Tim Siloam) dr. Elisa Tandiono, Sp.KJ (Tim Intisari) Dr. dr. Sutoto, M.Kes (Tim PERSI) Penyunting naskah & bahasa : Lily Wibisono Grafis : Ag. Djoko Wahono (Sampul), M. Bisron Anwar & M. Muwardi (Isi) Penyusun indeks : Riyadi Sudaryanto ISBN : 979-23-5814-5 Percetakan: PT Gramedia (Isi di luar tanggung jawab percetakan)
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit. Hak cipta atas seluruh artikel, foto, dan ilustrasi yang dimuat dalam buku ini sepenuhnya menjadi milik penerbit.
ii
Daftar Isi
Sambutan Sambutan Prakata Panel Subkomite dan Pakar Joint Commission International Standards Pendahuluan Kebijakan dan Prosedur Joint Commission International Bagian I: Standar-standar Yang Berfokus Pasien Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP)
International Patient Safety Goals (IPSG)
iv v vi vii 1 9 35 37 45 63 83 109 123 135 151 159 161 179 195 213 231 253 271 285
Bagian II: Standar-standar Manajemen Organisasi Pelayanan Kesehatan Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP)
Quality Improvement and Patient Safety (QPS)
Glosarium Indeks
iii
Sambutan
Bermula dari keinginan beberapa rumah sakit anggota Persatuan Rumah Sakit Indonesia (PERSI) untuk memperoleh akreditasi internasional, khususnya dari Joint Commission International (JCI), namun terkendala dengan masalah bahasa, maka muncul ide dari beberapa pihak agar buku panduan Joint Commission International, Accreditation Standards For Hospitals diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Bagai gayung bersambut, keinginan tersebut kebetulan senada dengan niat kuat pengurus PERSI agar seluruh rumah sakit anggota PERSI dapat mempelajari standar akreditasi rumah sakit internasional, khususnya menurut standar JCI. Maka sungguh kami menyambut baik terbitnya buku panduan Joint Commission International, Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke-4 dalam bahasa Indonesia ini, yang berlaku sejak Januari 2011. Diharapkan kehadiran buku ini akan memberikan kemudahan kepada staf rumah sakit di seluruh Indonesia untuk mengenal standar mutu dan pelayanan rumah sakit internasional. Semoga pula, dengan mengikuti standar internasional berpedoman pada buku ini, rumah sakit di Indonesia akan semakin bergairah mengupayakan peningkatan kualitas secara berkesinambungan, sesuai dengan yang disyaratkan dalam Undang-undang Nomor 44 Tentang Rumah Sakit. Tak berlebihanlah kiranya bila kami berharap, dengan semakin banyak rumah sakit di negeri kita yang menggunakan pedoman ini, di masa depan mutu pelayanan rumah sakit nasional akan setara dengan standar mutu dunia perumahsakitan internasional. Semua itu tentu akan bermuara pada terangkatnya wibawa bangsa Indonesia baik di tingkat regional Asia Tenggara maupun dunia. Atas terbitnya buku ini, kami sampaikan terima kasih atas kerja sama serta partisipasi semua pihak yang terlibat, yaitu: pihak JCI yang telah memberikan izin agar buku ini dapat diterjemahkan ke dalam versi Bahasa Indonesia, Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Indonesia, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Siloam International Hospitals, dan Majalah Intisari. Dalam rangka penyempurnaan edisi bahasa Indonesia ini, masukan dari berbagai pihak pastilah kami sambut dengan tangan terbuka. Semoga buku pedoman ini akan bermanfaat bagi perbaikan dunia pelayanan kesehatan di Indonesia.
Dr. dr. Sutoto, M.Kes Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
iv
Sambutan
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya penerjemahan buku panduan Joint Commission International, Standar Akreditasi Rumah Sakit Edisi ke-4 yang berlaku sejak Januari 2011. Buku panduan ini diterjemahkan atas inisiatif dan kerja sama dari Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS) Indonesia, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), Siloam International Hospitals dan Majalah Intisari dari Kompas Gramedia. Maksud dan tujuan diterjemahkannya buku panduan ini adalah agar masyarakat di lingkungan Rumah Sakit seluruh Indonesia mengenal JCI dan bagaimana sistem standarisasi yang diterapkan oleh JCI. Dengan demikian mereka akan dapat mengaplikasikan standarisasi JCI untuk meningkatkan mutu dan pelayanan rumah sakit di Indonesia menjadi sejajar dengan standar pelayanan rumah sakit berskala internasional. Ke depan diharapkan agar buku ini dapat bermanfaat bagi masyarakat rumah sakit di Indonesia untuk dapat meningkatkan mutu dan pelayanan mereka sesuai standar pelayanan internasional menurut akreditasi JCI. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada pihak JCI yang telah memberikan izin agar buku ini dapat diterjemahkan ke dalam versi bahasa Indonesia, pihak KARS Indonesia dan PERSI yang telah berpartisipasi menyumbangkan tenaga dan saran dalam penerjemahan, Majalah Intisari sebagai penerbit, para editor, narasumber, serta seluruh pihak yang terlibat dalam penerjemahan buku ini. Kami menyadari bahwa penerjemahan buku ini masih jauh dari sempurna, namun demikian kami memandangnya sebagai awal yang penting dalam upaya memajukan pelayanan kesehatan di Indonesia. Masukan serta saran dari para pembaca niscayalah akan kami sambut dengan gembira demi perbaikan.
dr. Grace Frelita, MM Kompartemen Akreditasi Internasional Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
Prakata
Joint Commission International (JCI) dengan bangga menghadirkan edisi keempat buku Standar Internasional Rumah Sakit. JCI didirikan tahun 1998 sebagai perpanjangan tangan untuk kawasan internasional dari The Joint Commission (United States). Setelah lebih dari 10 tahun lewat, diterbitkannya edisi baru standar ini sekali lagi menegaskan kembali misi JCI untuk memperbaiki keselamatan dan kualitas perawatan pasien di seluruh dunia. Pengembangan dan revisi yang dilakukan terhadap standar JCI benar-benar bersifat internasional. Proses pengembangannya secara aktif diawasi oleh satuan tugas yang terdiri atas kumpulan para ahli dari banyak negara, yang berada di benua-benua terpadat di seluruh dunia. Di samping itu, standar tersebut dievaluasi oleh orang-orang di seluruh dunia melalui peninjauan lapangan berbasis internet, serta dipertimbangkan oleh Dewan Penasehat Regional JCI di Asia Pasifik, Eropa, Timur Tengah dan para pakar lainnya dari berbagai ranah perawatan kesehatan. Edisi baru standar rumah sakit ini digabungkan dengan standar JCI yang terkait dengan Sertifikasi Program Rawat Jalan, Perawatan Berkelanjutan (continuum of care), Laboratorium Klinik, Transportasi Medik, Perawatan Primer, dan Perawatan Klinik. Standar JCI merupakan dasar penetapan akreditasi dan sertifikasi setiap fasilitas dan program perawatan kesehatan di seluruh dunia. Selain itu, standar JCI telah digunakan untuk mengembangkan dan menetapkan program akreditasi di banyak negara. Standar ini telah diterapkan baik oleh lembaga-lembaga masyarakat, departemen kesehatan, dan lain-lain sebagai metode untuk mengevaluasi dan memperbaiki keselamatan serta kualitas perawatan pasien . Edisi keempat mencerminkan perubahan dinamis yang terus terjadi di seluruh dunia di bidang perawatan gangguan akut. Edisi ini juga merinci, Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (International Patient Safety Goals), untuk meningkatkan efektivitas dan melakukan berbagai perubahan agar hubungan antara pengukuran kualitas dan peningkatan mutu dapat diperkuat lewat penerapan langkah-langkah yang telah teruji menurut, Daftar Tindakan JCI (Joint Commission International Library of Measures). Di samping itu, berbagai perubahan berasal dari analisis peristiwa penyelamatan pasien dan akar penyebabnya. Banyak dari perubahan-perubahan ini dipaparkan dalam Bab Pendahuluan. Seperti halnya dengan semua Standar JCI, edisi ini memaparkan satu set standar lengkap, tujuan setiap standar, dan faktor apa saja yang dapat diukur untuk diases kepatuhannya dengan masing-masing standar. Struktur ini memungkinkan sidang pembaca mengetahui dan memahami persyaratan khusus yang terkandung dalam standar ini. Untuk informasi lebih lanjut tentang rumah sakit dan akreditasi lainnya dan program sertifikasi JCI, Sasaran Internasional Keselamatan Pasien, dan prakarsa JCI lainnya, bantuan dalam mengembangkan program akreditasi di negara tertentu, atau dalam mempersiapkan akreditasi, silakan menghubungi kami di Joint Commission International Accreditation 1515 West 22nd Street, Suite 1300W Oak Brook, IL 60523 U.S.A. +1-630-268-7400 JCIAccreditation@jcrinc.com JCI juga memahami bahwa standardisasi akan terus-menerus berproses dan dalam semangat itu, kami mengharapkan berbagai masukan dan saran demi perbaikan dan peningkatan mutu standardisasi tersebut. Karen H. Timmons President dan CEO Joint Commission International and Joint Commission Resources
vi
vii
Pendahuluan
Pendahuluan
Edisi keempat Joint Commission International Accreditation Standards for Hospitals memuat seluruh standar, tujuan, unsur-unsur standar yang dapat diukur, kebijakan, kebijakan akreditasi dan prosedur, serta daftar istilah kunci. Pendahuluan ini dimaksudkan untuk memaparkan topik-topik berikut: Manfaat akreditasi Joint Commission International (JCI) dan hubungannya dengan The Joint Commission (USA) Inisiatif akreditasi internasional dari JCI Asal-usul standar dan bagaimana mengorganisasikannya Cara menggunakan panduan standar Apa yang baru dalam panduan edisi keempat
Apabila setelah membaca buku ini muncul pertanyaan tentang standar atau proses akreditasi, silakan menghubungi JCI. Kontak yang bisa dihubungi dapat dilihat dalam Prakata (sebelum bagian ini).
Apakah akreditasi?
Akreditasi adalah proses di mana suatu lembaga, yang terpisah dan berbeda dari organisasi pelayanan kesehatan, biasanya nonpemerintah, melakukan asesmen terhadap organisasi pelayanan kesehatan. Tujuannya untuk menentukan apakah organisasi tersebut telah memenuhi seperangkat persyaratan (standar) yang dirancang untuk memperbaiki keselamatan dan kualitas pelayanan. Akreditasi biasanya bersifat sukarela. Akreditasi standar biasanya diyakini sebagai sesuatu yang optimal dan dapat dicapai. Akreditasi menunjukkan komitmen nyata sebuah organisasi pelayanan kesehatan untuk meningkatkan keselamatan dan kualitas perawatan pasien, memastikan bahwa suatu lingkungan perawatan itu aman, dan terus bekerja untuk mengurangi risiko bagi para pasien dan petugas kesehatan. Seluruh dunia telah memandang perlunya akreditasi sebagai cara efektif untuk mengevaluasi mutu suatu organisasi pelayanan kesehatan, yang sekaligus juga berperan sebagai sarana manajemen.
Pendahuluan
Bagaimana standar untuk edisi keempat ini awalnya dikembangkan dan disempurnakan?
Prosesnya dipandu oleh sebuah Subkomite Standar Internasional dengan 12 anggota, terdiri atas dokter perawat, administrator, dan ahli kebijakan publik yang berpengalaman. Keanggotaan subkomite ini mencakup enam wilayah utama dunia: Amerika Latin dan Karibia, Asia dan Pasifik, Timur Tengah, Eropa Tengah dan Timur, Eropa Barat, dan Afrika. Kemudian hasil kerja mereka disempurnakan berdasarkan hasil telaah standar-standar itu dari sudut pandang internasional dan masukan-masukan para ahli serta orang dengan pengetahuan khusus.
Bila ada undang-undang nasional atau undang-undang lokal yang berkaitan dengan standar tertentu, mana yang berlaku?
Jika pemenuhan standar tertentu terkait dengan hukum dan peraturan, yang berlaku adalah yang menetapkan persyaratan lebih tinggi atau lebih ketat.
sarana untuk mengetahui kebijakan-kebijakan akreditasi, bagaimana prosedur serta prosesnya, dan mengenal terminologi yang digunakan dalam buku panduan/manual.
Apakah arti tanggal efektif pada sampul Panduan Standar edisi keempat ini?
Tanggal efektif yang ditemukan pada sampul berarti salah satu dari dua hal berikut: 1. Bagi rumah sakit yang telah terakreditasi menurut standar edisi ketiga, inilah tanggal saat seluruh standar edisi keempat harus dipenuhi. Standar dipublikasikan minimal enam bulan sebelum tanggal efektif, sehingga memberikan waktu bagi organisasi untuk mematuhi standar yang telah direvisi itu begitu efektif berlaku. 2. Bagi rumah sakit yang baru pertama kalinya mencari akreditasi, tanggal efektif itu menunjukkan setelah tanggal itu seluruh survei dan keputusan akreditasi akan didasarkan pada standar edisi keempat. Semua survei dan akreditasi yang dilakukan sebelum tanggal itu akan dilaksanakan berdasarkan standar edisi ketiga.
Pendahuluan
AP.5.3.1, Terdapat suatu proses untuk melaporkan hasil-hasil kritis suatu pengujian laboratorium yang tepat waktu sesuai ketentuan rumah sakit. Ini merupakan standar baru agar proses keselamatan bagi pasien yang terkait dengan pelaporan hasil uji laboratorium kritis dapat terlaksana. MPO.4, EP 6, Permintaan obat awal harus dibandingkan dulu dengan daftar obat-obatan sebelum pasien mulai rawat inap. EP baru ini merupakan langkah penting dalam keselamatan pengobatan dan diperlukan untuk T memfasilitasi proses rekonsiliasi pengobatan bagi setiap pasien. PMKP.5, Rumah sakit menggunakan proses internal untuk melakukan validasi data. Standar ini telah ditulis ulang untuk menekankan betapa besar tanggung jawab rumah sakit untuk melakukan perbaikan bermakna dalam pengumpulan dan validasi data. PMKP.5.1, Apabila rumah sakit mempublikasikan data atau mengunggah (posting) data di situs jaringan publik, pemimpin rumah sakit harus memastikan bahwa data itu dapat dipercaya. Standar ini sekarang menyatakan bahwa ketika rumah sakit mempublikasikan data, pemimpin rumah sakit harus lebih dulu menetapkan keandalan data tersebut baik melalui proses internal maupun oleh pihak ketiga yang tidak terikat.
PMKP.6, Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan mengelola kejadian sentinel. Definisi kejadian sentinel kini meliputi penculikan bayi atau bayi yang dipulangkan bersama orangtua yang keliru PMKP.11, Suatu program manajemen risiko yang berkelanjutan digunakan untuk mengidentifikasi dan mengurangi Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dan risiko-risiko keselamatan lainnya pada pasien dan staf. Standar ini secara signifikan diperluas untuk memperkenalkan kerangka kerja manajemen risiko yang komprehensif sebagai alat untuk mengurangi kejadian yang tak dikehendaki.
PPI.7.1.1, Terdapat kebijakan dan prosedur yang mengidentifikasi proses untuk mengelola persediaan yang sudah kadaluarsa dan menentukan persyaratan untuk penggunaan kembali peralatan sekali-pakai, apabila diizinkan oleh undang-undang dan peraturan. Penggunaan kembali alat sekali-pakai sebelumnya merupakan salah satu, elemen penilaian terukur, di PPI.7.1, namun karena pentingnya dan seringnya terjadi masalah ini, telah dibuat sebagai Standar yang terpisah. TKKA.3.3.1, Kontrak dan perjanjian-perjanjian lainnya termasuk bagian dari program rumah sakit untuk perbaikan mutu dan keselamatan pasien. Ketentuan baku ini memperluas persyaratan TKKA.3.3 terkait dengan tanggung jawab pemimpin rumah sakit terhadap pembuatan kontrak dan pemantauannya.
TKKA.3.3.2, Praktisi mandiri nonkaryawan rumah sakit memiliki kredensial yang tepat untuk layanan yang diberikan kepada pasien-pasien rumah sakit. Standar ini secara signifikan memperluas persyaratan untuk memastikan bahwa evaluasi terhadap semua praktisi mandiri dilaksanakan melalui proses yang teliti sesuai standar KPS bagi staf medis.
Pendahuluan
TKKA.6, Rumah sakit menyusun suatu kerangka kerja manajemen etika yang memastikan bahwa perawatan pasien disediakan sesuai norma bisnis, keuangan, etika, dan hukum serta melindungi pasien, dan hak-hak mereka. Sebuah EP 3 baru menyatakan, Ketika menyusun kerangka kerja perilaku etis, pemimpin rumah sakit mempertimbangkan norma etika nasional dan internasional. Persyaratan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan norma-norma internasional ke dalam pemikiran dan perdebatan tentang etika dalam setiap organisasi pelayanan kesehatan.
Proses Survei Lapangan Informasi Umum Observasi Proses Survei Lapangan Pelatihan Pelaku Survei Selama Proses Survei Lapangan Kebijakan Survei Terfokus JCI Maksud dan Tujuan Kebijakan Survei Terfokus Tindak-Lanjut Survei Terfokus Mencari-Sebab Prosedur Survei Perluasan Kebijakan Prosedur Survei Validasi Tujuan Proses Kebijakan Ancaman Terhadap Kesehatan dan Keselamatan Tujuan Kebijakan Tanggung Jawab Prosedur Kerahasiaan Kebijakan tentang Status Berisiko Ditolak Akreditasinya Tujuan Kebijakan Tanggung Jawab Prosedur Pascasurvei Revisi Laporan Resmi Temuan Survei Keputusan Akreditasi (Kaidah Keputusan) Akreditasi Diterima atau Akreditasi Ditolak Banding Ketika Akreditasi JCI Ditolak atau Dicabut Pemberitahuan kepada rumah sakit tentang bidang-bidang yang tidak memenuhi Standar JCI atau Kondisi Yang Mengancam Kehidupan Pertimbangan terhadap Respons Rumah Sakit Tindakan Komite Akreditasi JCI Informasi tentang Status Akreditasi Yang Terbuka bagi Publik Pemasangan dan Penggunaan Sertifikat Akreditasi Mempertahankan Akreditasi Persyaratan Pelaporan Antar-Survei Tujuan Kebijakan Tanggung Jawab
18 18 19 19 19 19 19 20 20 20 21 21 21 21 21 21 22 22 22 22 22 23 23 23 24 24 24 24 24 25 25 25 25 25 25 26 26 26 26 26 26 27
Kebijakan kejadian sentinel JCI Kejadian sentinel SasaranKebijakan Kejadian Sentinel Standar-standar Terkait Kejadian Sentinel Definisi Kejadian Sentinel Respons yang diharapkan dari rumah sakit terhadap Kejadian Sentinel Analisis Akar Masalah Rencana Tindakan Proses Survei Bagaimana JCI Mengetahui Terjadinya kejadian sentinel Alasan Melaporkan kejadian sentinel kepada JCI Kejadian sentinel Yang Patut Dinilai Ulang Respons Wajib terhadap Kejadian Sentinel yang Patut Dinilai Ulang Penilaian Ulang Analisis Akar masalah dan Rencana Tindakan Kegiatan-kegiatan Tindak-Lanjut Implementasi Kebijakan Kejadian Sentinel Tinjauan Awal Kejadian Sentinel di Lapangan Informasi Yang Terbuka Manajemen Keluhan/Pemantauan Kualitas Menanggapi Keluhan Tentang Rumah Sakit Terakreditasi JCI Proses Perpanjangan Akreditasi Kebijakan Tanggal Efektif Berlakunya Standar Tujuan Definisi Kebijakan Prosedur
27 27 27 28 28 28 28 28 28 29 29 29 29 29 30 30 30 30 30 30 31 31 31 32 32 32
11
Gambaran Umum
Persyaratan Umum untuk Survei
Setiap rumah sakit pelayanan kesehatan dapat mendaftar untuk diakreditasi JCI jika memenuhi persyaratan sebagai berikut: Rumah sakit tersebut saat ini beroperasi dengan izin sebagai rumah sakit penyedia layanan kesehatan di negara yang bersangkutan. Rumah sakit tersebut harus bersedia dan siap bertanggung jawab untuk meningkatkan kualitas rawatan dan layanannya. Rumah sakit tersebut menyediakan layanan yang ditentukan oleh standar JCI.
l l l
Proses survei di lokasi dan penilaian diri secara berkelanjutan dapat membantu rumah sakit mengidentifikasi dan memperbaiki masalah serta meningkatkan kualitas layanan dan jasanya. Di samping mengevaluasi kepatuhannya terhadap standar dan maksud dan tujuan standar JCI serta kepatuhannya terhadap Sasaran Internasional Keselamatan Pasien, pelaku survei juga memberikan edukasi dalam rangka mendukung aktivitas perbaikan kualitas rumah sakit.
Pemberian Akreditasi
Untuk memperoleh akreditasi, rumah sakit harus unjuk bukti bahwa seluruh standar dipatuhi dan mencapai skor
12
angka minimal standar sebagaimana tercantum dalam amar keputusan. Rumah sakit yang Terakreditasi menerima Laporan Resmi Temuan Survei dan sertifikat penghargaan. Laporan ini menunjukkan tingkat pemenuhan terhadap standar JCI yang dicapai rumah sakit.
Menerima Keputusan Akreditasi dan Laporan Temuan Akreditasi Resmi dari JCI Dilaksanakannya survei JCI Pemimpin Tim Survei JCI menghubungi organisasi Anda untuk menetapkan agenda survei Menerima dan mengisi formulir Kontrak Survei JCI dan Instruksi Perjalanan Kirim aplikasi untuk survei kepada JCI dan jadwalkan tanggal survei dengan JCI Mendapatkan manual standar JCI dan mulai persiapan menghadapi akreditasi JCI
13
Prasurvei
Cara Mengajukan Akreditasi
Sebuah rumah sakit yang ingin diakreditasi memulai proses itu dengan melengkapi dan mengajukan aplikasi untuk survei. Dokumen ini memberi informasi penting tentang rumah sakit, termasuk kepemilikan, demografi, jenis dan banyaknya layanan yang diberikan baik secara langsung, berdasarkan kontrak maupun berdasarkan pengaturan lainnya. Aplikasi untuk survei: mendeskripsikan rumah sakit yang mencari akreditasi; memuat seluruh catatan resmi dan laporan tentang lisensi, peraturan, atau badan pemerintah lainnya yang relevan; memberikan juga wewenang kepada JCI untuk mendapatkan setiap catatan dan laporan tentang rumah sakit yang tidak dimiliki oleh rumah sakit tersebut, dan ketika semuanya sudah lengkap dan disetujui baik oleh JCI maupun pemohon, disusunlah persyaratan hubungan kerja antara rumah sakit dan JCI. Rumah sakit dapat mengajukan dan memperoleh formulir secara elektronik dengan mengunduh formulir aplikasi di http://www.jointcommissioninternational.org dan mengembalikan formulir yang telah lengkap melalui faksimili atau e-mail ke Joint Commission International Accreditation Fax: +1 630.268.2996 E-mail: jciaccreditation@jcrinc.com Rumah sakit harus menginformasikan kepada JCI jika ada perubahan informasi yang terkandung dalam aplikasi survei dari saat permohonan diajukan hingga saat survei dilakukan.
Kebijakan
a) Setiap saat, rumah sakit harus memberikan informasi yang akurat dan benar selama proses akreditasi. Ketidaktepatan informasi yang diberikan rumah sakit pemohon atau rumah sakit lain yang sudah terakreditasi Program Akreditasi JCI, akan dianggap sebagai fabrikasi, baik secara keseluruhan maupun sebagian. Jika rumah sakit tidak akurat dalam memberikan informasi yang relevan dengan akreditasi, baik yang disengaja maupun karena kelalaian, pemberian akreditasi akan segera dihentikan atau dalam kasus pemohon baru, rumah sakit tidak akan memenuhi syarat untuk dievaluasi ulang selama satu tahun. Contoh fabrikasi meliputi pengubahan draft isi dokumen, pemformatan ulang, atau menghapus isi; mengetahui adanya informasi palsu, atau menyediakan, menyembunyikan, dan menghapus bukti selama survei. Setelah rumah sakit memasukkan formulir aplikasi, Program Akreditasi JCI harus diberitahu dalam waktu 30 hari akan adanya setiap perubahan atau setidaknya 30 hari sebelum tanggal survei terjadwal, jika ada perubahan dalam rumah sakit yang akan mengubah informasi yang dilaporkan dalam Aplikasi Survei. Di antara dua survei, bila ada perubahan dalam kepemilikan, struktur rumah sakit, atau layanan, rumah sakit harus memberitahu Program Akreditasi JCI dalam waktu 30 hari. Informasi yang harus dilaporkan kepada Program Akreditasi JCI meliputi: 1) Perubahan nama rumah sakit dan/atau kepemilikan 2) Setiap perubahan informasi kontak yang diberikan oleh staf dan/atau pemimpin yang ditunjuk untuk mengurusi Program Akreditasi JCI. 3) Setiap pergantian staf dan/atau pemimpin yang ditunjuk untuk mengurusi Program Akreditasi JCI 4) Adanya peningkatan atau penurunan jasa layanan yang signifikan 5) Adanya penambahan jenis baru layanan kesehatan atau akuisisi baru 6) Adanya penghapusan layanan kesehatan 7) Adanya perubahan bangunan fisik yang signifikan Program Akreditasi JCI mensyaratkan rumah sakit menugaskan hanya karyawan purnawaktu saja yang berkomitmen penuh di rumah sakit (bukan karyawan kontrak) dan yang paling sesuai sebagai staf utama akreditasi JCI untuk menjalankan seluruh komunikasi terkait dengan akreditasi. Hal ini akan membantu memastikan kesinambungan pengalihan informasi yang akurat antara Program Akreditasi JCI dan rumah sakit. Program Akreditasi JCI akan membatasi sebagian besar komunikasi terkait dengan proses akreditasi hanya dengan ketiga kontak utama akreditasi JCI yang terdaftar pada formulir aplikasi: CEO (atau yang setara), koordinator survei akreditasi JCI, dan kontak untuk penagihan. Persyaratan komunikasi berikut akan berlaku bagi individu yang terdaftar sebagai ketiga kontak utama tersebut: 1) Kontak utama Program Akreditasi JCI perlu membentuk mekanisme komunikasi untuk memastikan seluruh komunikasi akreditasi JCI yang ditujukan kepada mereka ditanggapi dalam kerangka waktu yang ditentukan. 2) Program Akreditasi JCI tidak akan menanggapi komunikasi akreditasi dari staf rumah sakit di luar kontak akreditasi JCI. Program Akreditasi JCI akan mengacu seluruh permintaan komunikasi ke kontak utama. 3) Rumah sakit diwajibkan menyerahkan formulir informasi kontak rumah sakit terkini dalam waktu 30 hari dari setiap perubahan kontak atau orang untuk akreditasi JCI. Bentuknya dapat diunduh dari situs akreditasi JCI Internet dan/atau Pusat Sumberdaya Akreditasi JCI. 4) Rumah sakit terakreditasi diwajibkan menyerahkan formulir informasi penghubung rumah sakit dalam minggu pertama setiap tahun.
b)
c)
d) e)
f)
g)
15
h) Jika Program Akreditasi JCI melihat rumah sakit gagal memenuhi satu atau lebih dari tujuh persyaratan di atas untuk kebijakan ini, rumah sakit pada awalnya akan dihubungi untuk membahas situasi dan persyaratan akreditasi JCI. Dalam diskusi tersebut, staf Program Akreditasi JCI akan mengingatkan para pemimpin bahwa ketidakpatuhan terhadap kebijakan dapat menyebabkan masuknya mereka dalam kategori administratif Berisiko Ditolak Akreditasi sebagaimana tercantum dalam kebijakan akreditasi. Jika rumah sakit terus-menerus tidak memenuhi persyaratan, petugas akan menempatkan rumah sakit dalam kategori Ditolak Akreditasinya dan keputusan akreditasi mereka akan ditinjau ulang oleh Komite Akreditasi untuk menentukan hasilnya.
Bencana alam atau peristiwa tak terduga lainnya yang benar-benar atau secara meluas mengganggu kegiatan kerja; Rumah sakit terlibat dalam pemogokan besar-besaran, tidak lagi menerima pasien, dan memindahkan pasien ke fasilitas lain, atau Pasien, rumah sakit, atau keduanya dipindahkan ke bangunan lain pada masa pelaksanaan survei. JCI berhak melakukan survei di lapangan jika rumah sakit tersebut terus memberikan jasa perawatan pasien dalam keadaan seperti itu.
Kebijakan Pembatalan
Survei dapat dibatalkan oleh salah satu pihak tanpa penalti atau ganti rugi apabila salah satu peristiwa berikut menjadikannya tidak mungkin, ilegal, atau tidak masuk akal untuk dilanjutkan: Takdir Tuhan Peperangan Terorisme Peraturan Pemerintah Musibah Pemogokan Kekacauan di masyarakat Keadaan darurat lain yang serupa Pembatalan karena salah satu alasan di atas harus dikomunikasikan secara tertulis dan sesegera mungkin. Selanjutnya, JCI dapat mengikuti saran departemen terkait untuk mengevaluasi keadaan politik dan militer yang berhubungan dengan penjadwalan survei.
Biaya Awal dan Biaya Akreditasi Tiga Tahunan. Bagi sebagian besar rumah sakit, tim survei
yang terdiri atas tiga anggota cukup untuk melakukan survei empat hari yang efisien dalam mengevaluasi secara komprehensif. Bagi rumah sakit yang lebih besar atau lebih kecil, biaya akan disesuaikan ke atas atau ke bawah, sesuai dengan ukuran rumah sakit. Termasuk di dalam biaya adalah
Panduan Proses Survei; agenda survei yang dibuat rumah sakit; seluruh informasi dan bantuan pendukung tentang proses survei lapangan dan penafsiran standar-standar JCI; tim survei yang berpengalaman internasional yang terdiri atas satu atau lebih individu berikut ini, tergantung pada layanan yang diberikan dan standar yang harus disurvei: - Dokter - Perawat - Administrator - Petugas dengan keahlian khusus, seperti ahli laboratorium klinik, teknisi transportasi medis darurat atau operator pengiriman seluruh laporan awal dan akhir; serta sertifikat akreditasi
Biaya Survei Terfokus. Survei terfokus dilakukan ketika JCI melihat adanya masalah yang bisa menjadi
serius dalam pemenuhan standar perawatan atau keselamatan pasien atau ketika JCI memiliki alasan sah lain untuk melakukan survei terhadap rumah sakit yang telah terakreditasi. Survei terfokus hanya meninjau standar dan/atau persyaratan Sasaran Internasional Keselamatan Pasien yang belum terpenuhi saat survei dilakukan atau yang dibahas saat adanya laporan mengenai kejadian tertentu. Dalam banyak kasus, survei terfokus dilaksanakan seorang pelaku survei dalam satu hari. Namun, JCI berhak menugaskan lebih dari satu pelaku survei atau menjadwalkan lebih dari satu hari sesuai dengan jumlah standar yang harus disurvei atau pelbagai kegiatan survei.
Biaya Penundaan. Meskipun jarang terjadi, bisa saja JCI mengambil kebijakan menyetujui permintaan penundaan survei meskipun rumah sakit yang memintanya tidak memenuhi satu pun kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya (lihat Kebijakan Penundaan). Dalam kasus demikian, rumah sakit dapat dikenakan biaya tambahan untuk menutup tambahan pengeluaran.
Biaya Pembatalan
Pembatalan yang Diprakarsai Rumah sakit. Jika rumah sakit membatalkan survei 30 hari atau kurang dari sebelum hari pertama survei karena satu dan lain hal di luar yang telah ditetapkan sebelumnya (lihat Kebijakan Pembatalan pada halaman 16), akreditasi JCI mungkin meminta pembayaran sebesar setengah biaya survei untuk menutup biaya akreditasi yang dikeluarkan JCI.
Pembatalan yang Diprakarsai JCI. Dalam hal JCI melakukan pembatalan karena satu dan lain hal di luar
yang telah ditetapkan sebelumnya, rumah sakit tidak akan dikenakan biaya.
Biaya Perjalanan Survei Akreditasi atau Survei Terfokus. Selain biaya survei, rumah sakit
bertanggung jawab membayar seluruh biaya perjalanan surveyor. Termasuk di dalamnya transportasi (tiket pesawat, kereta api, dan mobil) dan akomodasi yang layak, pengeluaran harian untuk makan dan biaya tak terduga. Angka ini tidak boleh melebihi tarif yang telah ditetapkan Departemen Luar Negeri AS untuk perjalanan internasional.
Jadwal Pembayaran Biaya Survei. Biaya akreditasi JCI dapat ditagih dengan menggunakan salah
satu dari dua pilihan berikut. Rumah sakit diminta menentukan pilihan dengan memilih dan menandatangani opsi yang diinginkan di halaman terakhir kontrak. Opsi I. Setelah menyetujui perjanjian ini, rumah sakit akan menerima kuitansi sebesar 100% biaya survei (dalam dolar AS) setidaknya 45 hari sebelum tanggal survei dimulai. Pembayaran ditransfer dalam 21 hari atau lebih sebelum tanggal dimulainya survei. Di akhir survei, jika rumah sakit dinyatakan memperoleh akreditasi, sertifikat akreditasi JCI akan dikirim langsung ke rumah sakit, disertai dengan Laporan Temuan Resmi Survei. JCI
17
kemudian akan menagih biaya pengeluaran pelaku survei untuk perjalanan dan pemeliharaan dalam waktu 30 hari setelah survei berakhir. Biaya ini dibayar segera setelah menerima tagihan. Dengan memilih Opsi I, rumah sakit diharapkan untuk membayar biaya pelaku survei secara tepat waktu sesuai penagihan. Jika rumah sakit tidak tepat waktu dalam membayar biaya pelaku survei, JCI akan merekomendasikan kepada Komite Akreditasi agar sertifikat akreditasi rumah sakit dikembalikan ke JCI dan status akreditasi rumah sakit dicabut.
ATAU
Opsi II. Biaya survei akan dibayarkan dengan dua faktur terpisah, sedangkan biaya pelaku survei yang terkait dengan perjalanan dan pemeliharaan ditagih dengan faktur ketiga yang akan dikirim ke rumah sakit. a) Setelah perjanjian disepakati, rumah sakit akan menerima tagihan untuk separuh pertama survei akreditasi. Penagihan 50% dari biaya survei ini dilakukan sekitar 45 hari sebelum survei, dan transfer pembayarannya diharapkan terlaksana dalam waktu 21 hari sebelum tanggal mulainya survei. Pembayaran paruh pertama biaya survei akreditasi harus sudah diterima oleh Bagian Keuangan JCI setidaknya tiga minggu sebelum survei dimulai. Jika pembayaran paruh pertama biaya survei akreditasi itu belum diterima dalam tiga minggu sebelum tanggal survei yang ditentukan mulai, JCI mungkin menjadwal ulang survei ke tanggal lain. b) Begitu survei berakhir, faktur tagihan kedua untuk 50% biaya survei sisanya akan dikirimkan ke rumah sakit. Selain itu, biaya pelaku survei terkait perjalanan dan pemeliharaan akan ditagihkan dalam waktu 30 hari setelah survei. Semua biaya dan pengeluaran harus lunas dibayar begitu tagihan diterima.
Setelah keputusan akreditasi diberikan dan JCI telah dibayar lunas untuk seluruh biaya survei, Laporan Resmi Temuan Survei dan sertifikat akreditasi rumah sakit akan dikirimkan.
Catatan: Pembayaran penting dilakukan tepat waktu, karena kebijakan JCI menyaratkan pelunasan pembayaran satu tahap pekerjaan sebelum memulai tahap baru. Terlambatnya pelunasan setengah biaya akreditasi akan berakibat pada menggelembungnya beban rumah sakit dengan biaya perjalanan pelaku survei yang lebih besar karena harga tiket penerbangan cenderung lebih mahal jika dibeli mendekati tanggal kepergian.
Pembayaran lunas jatuh tempo begitu faktur JCI diterima institusi Anda. Setelah 30 hari akan dikenakan denda.
Menelusuri pengalaman perawatan beberapa pasien tertentu dalam menjalani seluruh proses perawatan di rumah sakit yang bersangkutan. Memungkinkan pelaku survei mengidentifikasi adanya masalah performa dalam satu atau lebih tahapan proses perawatan pasien atau fase di antara dua proses. Pada akhir setiap survei, pelaku survei akan berunding dengan CEO rumah sakit dan para pemimpin lain dalam rapat pimpinan. Di rapat ini, pelaku survei akan memberikan informasi awal mengenai temuan mereka. Informasi ini masih sangat dini dan tidak perlu dianggap final sampai JCI menuntaskan tinjauan mereka. Jika selama survei, pelaku survei menemukan kondisi yang menurut mereka bisa mengancam keselamatan umum atau keselamatan pasien, mereka akan memberitahu Program Akreditasi JCI. JCI kemudian yang akan mengeluarkan keputusan menolak akreditasi dan melaporkan pada pihak yang berwenang.
19
Survei Terfokus Tindak-Lanjut. Ada kebutuhan untuk diadakannya pengamatan oleh pelaku survei, wawancara staf atau pasien, atau pengecekan fasilitas fisik untuk menginformasikan bahwa sebuah rumah sakit telah mengambil tindakan memadai dalam mematuhi setiap standar JCI dan/atau Sasaran International Keselamatan Pasien yang pada saat survei awal atau survei lengkap tiga tahunan dinyatakan sebagai tidak dipenuhi atau dipenuhi sebagian. Survei Terfokus Mencari-Sebab. Masuknya informasi mengenai adanya suatu kejadian atau rangkaian kejadian di rumah sakit yang telah terakreditasi, yang menimbulkan salah satu situasi sebagai berikut yang cukup signifikan: Adanya ancaman terus-menerus dan/atau ancaman langsung terhadap kesehatan pasien/masyarakat/staf dan keselamatan dalam rumah sakit Untuk menginformasikan/menyelidiki kondisi apakah yang membuat rumah sakit diklasifikasikan sebagai Berisiko Untuk Ditolak Akreditasinya, yang belum tercakup dalam survei terfokus tindak lanjut atau kebijakan Ancaman terhadap Kesehatan dan Keselamatan (halaman. 22). Prosedur. Prosedur Survei Terfokus Tindak-lanjut dan Survei Terfokus Mencari-sebab adalah sebagai berikut: [1] Dalam waktu sepuluh hari menjelang berakhirnya survei awal atau survei lengkap tiga tahunan, JCI memberitahu pemimpin rumah sakit mengenai semua persyaratan diadakannya Survei Terfokus Tindaklanjut untuk mengevaluasi kembali semua elemen penilaian yang masuk kategori tidak terpenuhi. Survei Tindak-lanjut ini dilakukan dalam waktu 90 hari setelah Laporan Resmi Temuan Survei dikirim ke rumah sakit. Susunan tim survei akan ditentukan kantor akreditasi berdasarkan jumlah dan jenis temuan dan jumlah elemen penilaian yang akan dievaluasi. [2] Begitu rumah sakit diklasifikasikan sebagai Berisiko Untuk Ditolak Akreditasinya, dalam waktu 45 hari JCI memberitahu CEO rumah sakit tentang perlunya diadakan survei terfokus. Kemudian Direktur Eksekutif Senior untuk akreditasi dan standar, Direktur Eksekutif untuk Program Akreditasi dan direkturdirektur yang lain akan mengevaluasi semua informasi yang relevan mengenai rumah sakit mereka. Lalu mereka akan menyusun rekomendasi bagi Presiden Direktur dan CEO JCI atau Ketua Komite Akreditasi mengenai tindakan apa saja yang tepat bagi rumah sakit yang masuk kategori berisiko tadi. [3] Rekomendasi untuk diadakannya Survei Terfokus Mencari-Sebab bagi Presiden Direktur JCI dan CEO, Direktur Eksekutif Senior untuk akreditasi dan standar, Direktur Eksekutif untuk akreditasi dan standar, mungkin saja mendukung agar survei terfokus tersebut dilaksanakan tanpa diumumkan karena satu atau lebih kondisi berikut ini: l Risiko bagi kesehatan dan keselamatan pasien, masyarakat, maupun staf bersifat terus-menerus, langsung, dan signifikan. l Situasi risikonya paling pas bila dievaluasi di luar jadwal dan prosedur normal rumah sakit. l Pemimpin senior rumah sakit tidak perlu hadir saat evaluasi risiko dilakukan. l Rumah sakit memiliki potensi untuk mengatur situasi dan kondisi sedemikian rupa sehingga analisis risiko secara menyeluruh menjadi sulit atau tidak mungkin. l Pelaku survei JCI berada di wilayah yang sama dengan rumah sakit dan tak ada masalah visa atau hambatan administratif lainnya. [4] Jika rumah sakit dianggap berisiko karena berpotensi mengancam kesehatan dan keselamatan, Kebijakan JCI tentang Ancaman terhadap Kesehatan dan Keselamatan pun segera diterapkan [5] Setelah menuntaskan survei terfokus Mencari-Sebab, Direktur Eksekutif Senior untuk akreditasi dan standar, Direktur Eksekutif program akreditasi, dan direktur-direktur lainnya akan mengevaluasi informasi terkait tentang rumah sakit dan membuat rekomendasi kepada Presiden Direktur dan CEO JCI serta Komite Akreditasi. Sesuai rekomendasi kemudian ditetapkan apakah rumah sakit harus diberi akreditiasi awal, akreditasi ditolak, dibiarkan mempertahankan status akreditasi terkini atau apakah JCI harus mencabut kembali akreditasi terkini. [6] Laporan Survei Terfokus Tindak-lanjut Komite Akreditasi JCI akan ditinjau oleh Komite Akreditasi JCI dalam situasi berikut:
Komite akan meninjau seluruh laporan tentang rumah sakit yang gagal memenuhi peraturan keputusan akreditasi, staf merekomendasikan Penolakan Akreditasi, dan telah diadakan survei-terfokus yang dilakukan sebagai tindak-lanjut, mencari sebab, atau survei perluasan. l Komite akan meninjau laporan tentang rumah sakit mana pun, yang diyakini mengandung masalah khusus atau tidak biasa dalam soal pemenuhan persyaratan, termasuk dikategorikan sebagai rumah sakit yang Berisiko Ditolak Akreditasinya. l Komite meninjau laporan setiap rumah sakit yang menentang atau mempersoalkan temuan dalam Laporan Temuan Resmi Survei. Proses Banding terhadap keputusan akreditasi harus mengikuti kebijakan yang telah disetujui, Proses Banding terhadap Keputusan Ketika Akreditasi Ditolak atau Dicabut JCI (lihat halaman 25). [7] Pada pertemuan berikutnya sesuai jadwal, Komite Akreditasi JCI akan mempertimbangkan rekomendasi staf JCI dan menentukan keputusan akhir akreditasi. [8] Dalam waktu 60 hari setelah tuntasnya survei terfokus dan 10 hari setelah tindakan yang diambil Komite Akreditasi, rumah sakit yang bersangkutan diberitahu tentang keputusan akreditasi. Staf akan melakukan proses tindak lanjut yang sesuai.
l
Survei Perluasan
Kebijakan. JCI dapat melakukan survei perluasan bila dipandang perlu mengadakan evaluasi menyeluruh secara rumah sakit karena salah satu faktor berikut: Perubahan kepemilikan rumah sakit Fisik bangunan atau fasilitas penunjang diubah secara signifikan; atau sedikitnya 25% layanan rumah sakit ditawarkan di lokasi yang baru; atau di bangunan yang telah berubah secara signifikan. Terjadi peningkatan atau penurunan jumlah layanan secara signifikan Rumah sakit telah menambah kapasitas pemberian layanan sebesar 25% atau lebih, yang diukur dengan jumlah pasien atau tindakan lain yang relevan. Penambahan layanan kesehatan baru Penghapusan salah satu layanan kesehatan Rumah sakit telah melakukan merger atau berkonsolidasi atau memperoleh lokasi, jasa atau program yang belum diakreditasi JCI tetapi standar JCI dapat diterapkan. Prosedur. Rumah sakit harus memberitahu JCI setiap perubahan signifikan yang terjadi di antara survei, seperti yang disyaratkan kebijakan JCI tentang Persyaratan Pelaporan Antar-Survei (lihat halaman 26). Informasi yang diserahkan akan diperiksa petugas Program Akreditasi JCI untuk menentukan apakah perlu diadakan survei akreditasi lengkap atau terfokus untuk mengevaluasi perubahan yang telah dilakukan itu.
Survei Validasi
Tujuan. Tujuan survei validasi adalah untuk mengevaluasi efektivitas proses survei JCI dalam menilai kesesuaian rumah sakit pelayanan kesehatan dengan standar internasional, sebagai bagian dari upaya perbaikan kualitas internal JCI. Rumah sakit yang dengan sukarela menjadi objek survei validasi tidak akan dikenai biaya. Proses. Rumah sakit yang telah meraih akreditasi JCI akan diundang sebagai relawan untuk survei validasi segera setelah survei ulang awal atau survei tigatahunan. Survei Validasi akan dilakukan dalam waktu 60 hingga 180 hari setelah survei ulang awal atau survei tiga tahunan. Lama dan komponen survei akan meniru proses survei awal atau survei tiga tahunan yang baru saja dilakukan rumah sakit. Para pelaku survei yang ditugaskan melakukan survei validasi tidak memiliki informasi mengenai hasil survei tiga tahunan yang paling mutakhir itu, dan rumah sakit diminta untuk tidak memberikan informasi tersebut dengan cara apa pun. Keputusan akreditasi rumah sakit peserta tidak akan terpengaruh hasil temuan survei validasi sesuai dengan aturan keputusan yang berlaku bagi survei awal atau survei ulang tiga tahunan. Namun, bila ada kondisi yang dilihat
21
selama survei ditengarai merupakan ancaman serius bagi kesehatan atau keselamatan pasien atau masyarakat, maka Program Akreditasi JCI akan diberitahu, dan protokol JCI mengenai ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan akan diimplementasikan. Pada akhir survei, pelaku survei secara lisan akan melaporkan pengamatan mereka ke pemimpin rumah sakit. Laporan tertulis tidak akan ditinggalkan di lokasi kerja. Rumah sakit yang secara sukarela disurvei validasinya akan diminta untuk tidak membocorkan hasil survei validasi kepada siapa pun atau rumah sakit di luar mereka. Demikian pula, JCI tidak akan mengeluarkan informasi apa pun tentang survei ini kepada publik. Rumah sakit yang rela disurvei keabsahannya tidak akan dikenakan biaya apa pun.
tindakan korektif yang diambil rumah sakit atau bagaimana mereka bersikap ketika menghadapi situasi membahayakan. Rumah sakit dapat memberikan informasi untuk mempertunjukkan bahwa situasi yang mengancam kesehatan dan keselamatan tadi telah dikoreksi sebelum Komite Akreditasi mempertimbangkan untuk mengambil keputusan Menolak Akreditasi. Dalam situasi-situasi ini, tindakan korektif dipertimbangkan jika hanya ada satu masalah yang menyebabkan timbulnya temuan merugikan tadi dan pihak rumah sakit menunjukkan bahwa mereka: langsung bertindak memperbaiki situasi secara tuntas; menyiapkan analisis pencarian akar permasalahan secara kredibel dan menyeluruh; menerapkan perubahan pada sistem untuk mencegah terulangnya kembali masalah dan menerapkan suatu survei terfokus terjadwal untuk memverifikasi implementasi dari setiap tindakan korektif di atas.
Kerahasiaan
JCI menjaga kerahasiaan informasi berikut yang diterima atau dikembangkan selama proses akreditasi: Laporan Resmi Temuan Survei, kecuali rumah sakit ingin menggunakan akreditasi untuk memenuhi persyaratan pemerintah (misalnya, untuk lisensi). JCI akan merilis informasi tambahan, sampai dengan dan termasuk Laporan Resmi Temuan Survei kepada instansi pemerintah terkait atas seizin rumah sakit yang terakreditasi itu. Informasi yang diperoleh dari rumah sakit sebelum, selama, atau setelah survei akreditasi, yang digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan standar akreditasi tertentu. analisis akar permasalahan rumah sakit atau rencana tindakan dalam menghadapi suatu kejadian sentinel atau sebagai reaksi terhadap kondisi lain sebagaimana ditetapkan JCI. Semua materi lain yang ikut berkontribusi dalam keputusan akreditasi (misalnya, catatan pelaku survei) Analisis tertulis dari staf dan catatan notula dan agenda materi Komite Akreditasi. Jati diri setiap individu yang melayangkan keluhan tentang rumah sakit terakreditasi, terkecuali JCI memiliki izin khusus dari yang melayangkan keluhan atau diwajibkan oleh hukum. JCI akan mempublikasikan: Status Rumah sakit terakreditasi, yaitu apakah rumah sakit terakreditasi, akreditasi ditolak, atau jika akreditasi dicabut JCI dan, jika ada yang meminta: Jumlah keluhan yang didapat rumah sakit yang memenuhi kriteria JCI untuk ditinjau kembali. Status rumah sakit yang tercatat di situs Web JCI sebagai Terakreditasi (dan tanggal) atau Akreditasi Dicabut (dan tanggal). Status Akreditasi dicabut akan dipasang di situs Web JCI selama satu tahun. Yang akan diberikan oleh JCI kepada individu yang melayangkan pengaduan yang memenuhi kriteria peninjauan kembali: standar apa saja berkaitan dengan pengaduan itu, yang akan ditinjau kembali; semua standar yang disebutkan dalam Rekomendasi Perbaikan sebagai hasil tinjauan ulang, dan bila dapat diterapkan: setiap perubahan dalam status akreditasi rumah sakit. Rumah sakit terakreditasi dapat memberikan informasi yang lebih rinci, sampai dan termasuk Laporan Resmi Temuan Survei kepada siapa saja. Namun, jika rumah sakit menyebarkan informasi yang tidak akurat tentang akreditasi, JCI berhak menjelaskan informasi yang seharusnya dianggap rahasia.
23
perlunya pengawasan tambahan untuk memastikan bahwa kualitas rumah sakit dan program keselamatan pasien tidak terancam bahaya. Kebijakan. Berisiko untuk ditolak akreditasinya merupakan klasifikasi administrasi yang terjadi ketika staf Program Akreditasi JCI menentukan bahwa terdapat satu atau lebih dari kondisi-kondisi berikut ini: [1] Adanya ancaman langsung terhadap keselamatan pasien, kesehatan masyarakat, atau keselamatan staf dalam rumah sakit itu. [2] Seorang individu yang tidak memiliki lisensi, terdaftar, atau bersertifikat melakukan atau telah memberikan layanan kesehatan dalam rumah sakit yang, menurut hukum dan peraturan yang berlaku, memerlukan lisensi, pendaftaran, atau sertifikasi dan yang menyebabkan pasien rumah sakit tersebut berisiko mengalami akibat buruk yang serius. [3] JCI cukup yakin bahwa rumah sakit mengajukan dokumen palsu atau informasi tidak tepat dalam upaya meraih atau mempertahankan akreditasi, sebagaimana diprasyaratkan dalam Kebijakan tentang Ketepatan dan Kebenaran Informasi. [4] Jumlah standar yang tidak terpenuhi (seluruhnya atau sebagian) pada saat survei berada di atas rata-rata (tiga atau lebih standar deviasi) untuk rumah sakit dalam program sama yang disurvei selama 24 bulan sebelumnya. [5] Rumah sakit tidak memiliki lisensi, sertifikat, dan atau izin, seperti atau pada saat dibutuhkan, dari undang-undang dan peraturan yang berlaku, untuk memberikan layanan kesehatan yang sedang diupayakan akreditasinya. [6] Rumah sakit belum memenuhi kebijakan akreditasi untuk Persyaratan Pelaporan Antar-Survei (lihat halaman 26). [7] Rumah sakit gagal menyampaikan Rencana Strategis Perbaikan (SIP) yang bisa diterima dalam waktu 120 hari setelah survei dilakukan. Tanggung Jawab. Staf dan pelaku survei Program Akreditasi JCI mungkin akan menemukan kondisi-kondisi tertentu ketika survei di lapangan, meninjau kembali laporan survei atau melakukan aktivitas tindak-lanjut pascasurvei, atau berdasarkan pengaduan terhadap rumah sakit. Pelaku survei akan menginformasi/menyelidiki kondisi-kondisi itu baik ketika sedang melakukan survei di lapangan atau sebagai bagian dari survei terfokus. Rekomendasi staf Program Akreditasi JCI akan ditinjau oleh Komite Akreditasi. Prosedur. Ketika satu atau lebih dari ketujuh kondisi di atas ditemukan, staf Program Akreditasi JCI akan memberitahukan Direktur Eksekutif JCI, bagian akreditasi, dan/atau Direktur Eksekutif Senior, bagian akreditasi dan standar, untuk meninjau situasinya. Berdasarkan hasil tinjauan tersebut, Presiden Direktur dan CEO JCI mungkin perlu diberitahu, tergantung pada risiko yang teridentifikasi. Kemudian diambil keputusan tentang langkah-langkah berikutnya, seperti misalnya meminta pihak rumah sakit untuk memberikan klarifikasi, menjadwalkan survei terfokus tindak-lanjut, survei terfokus Mencari-Sebab, atau kegiatan lain yang sesuai. Ketika pelaku survei menemukan bahwa kondisi tersebut memang terbukti ada dan masalah itu memang tidak diselesaikan, Penolakan Akreditasi akan direkomendasikan kepada Komite Akreditasi. Rumah sakit memiliki hak untuk mengajukan banding atas keputusan ini seperti yang dijelaskan dalam kebijakan JCI tentang Keputusan Banding ketika Akreditasi JCI Ditolak atau Dicabut (lihat halaman 25).
melalui surat elektronik (e-mail), dibuatnya revisi laporan yang terkait dengan temuan survei. Revisi permintaan ini harus disertai data dan informasi yang sesuai untuk mendukung permintaan tersebut. Komite Akreditasi akan mempertimbangkan permohonan revisi ini lalu mengambil keputusan akhir.
25
d) meminta dilakukan survei ulang atau survei terfokus terhadap rumah sakit, untuk mengevaluasi hasilnya sejauh dipandang layak oleh staf akreditasi JCI. Jika sebuah rumah sakit menarik diri dari proses akreditasi setelah survei tuntas, Komite Akreditasi JCI akan mengambil keputusan berdasarkan temuan lengkap survei akreditasi dan tindak lanjutnya serta tetap akan menyampaikan keputusan tersebut kepada rumah sakit. Informasi tentang Status Akreditasi Yang Terbuka bagi Publik JCI berkomitmen membuat informasi yang relevan dan akurat tentang rumah sakit yang disurvei dan bersifat terbuka untuk umum. Informasi tentang kinerja suatu rumah sakit tidak hanya membantu praktisi meningkatkan layanan mereka, melainkan juga membantu mendidik pengguna jasa rumah sakit. Informasi tersebut juga dapat membantu pasien dan pembayar jasa memperoleh informasi yang tepat dalam memilih jasa rumah sakit kesehatan dan/atau praktisi. Yang penting untuk informasi tertentu kerahasiaan tetap dijaga agar mendukung keterbukaan dalam proses akreditasi. Keterbukaan ini mempermudah peningkatan kualitas layanan kesehatan demi kepentingan masyarakat. Silakan mengacu pada bagian tentang kerahasiaan informasi khusus tentang masalah ini. Pemasangan dan Penggunaan Sertifikat Akreditasi JCI memberi setiap rumah sakit sertifikat akreditasi pada saat akreditasi awal dan pada saat pembaruan akreditasi. Tidak ada biaya untuk sertifikat. Tambahan salinan sertifikat dapat dibeli dengan menghubungi JCI. Sertifikat dan semua salinan tetap milik JCI. Semuanya harus dikembalikan jika: rumah sakit diberi sertifikat baru dengan perubahan nama atau akreditasi rumah sakit dicabut atau ditolak dengan alasan apa pun. Rumah sakit yang diakreditasi JCI harus memberikan penjelasan yang akurat kepada masyarakat tentang sifat dan makna penghargaan akreditasi. Oleh karena itu, rumah sakit tidak boleh salah menafsirkan status akreditasinya atau fasilitas dan layanannya sesuai dengan penetapan akreditasi. JCI akan memasok buku panduan yang tepat bagi setiap rumah sakit yang menerima akreditasi untuk mengumumkan penghargaan akreditasinya.
Mempertahankan Akreditasi
Secara terus-menerus selama tiga tahun masa siklus akreditasi, JCI akan terus memantau rumah sakit yang sudah terakreditasi dan program-program yang telah disertifikasi untuk memenuhi semua Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP) dan standar JCI terkait.
26
menyebabkan berubahnya orang (atau orang-orang) yang ditugaskan oleh rumah sakit atau program sebagai penghubung untuk segala komunikasi terkait akreditasi; meneyebabkan berubahnya pimpinan rumah sakit atau program dan/atau personil yang ditunjuk sebagai kontak utama bagi JCI; menawarkan minimal 25% dari jasa layanannya di lokasi baru atau di fasilitas fisik/bangunan yang telah direnovasi secara signifikan; meningkatkan volume layanan secara signifikan, misalnya memperluas kapasitas layanan atau pemanfaatan layanan sebesar 25% atau lebih diukur dengan jumlah tempat tidur, kunjungan pasien, jumlah peralatan, atau tindakan lain yang relevan; menurunkan volume layanan secara signifikan, misalnya mengurangi kapasitas layanan atau pemanfaatan layanan sebesar 25% atau lebih diukur dengan jumlah tempat tidur, kunjungan pasien, jumlah peralatan atau tindakan lain yang relevan; mengembangkan tingkat layanan yang lebih intensif (misalnya, dari rawat jalan rehabilitasi jantung menjadi rawat inap diagnostik kardiologi invasif); merger, berkonsolidasi dengan, atau mendapatkan situs, layanan atau program tak terakreditasi yang ada standar JCI-nya; terdapat badan pengawas atau perizinan lokal, regional atau nasional yang telah melakukan investigasi atau inspeksi dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan atau hasil yang buruk yang menuntut perubahan langsung dalam rumah sakit (misalnya, memerintahkan penutupan dari seluruh atau sebagian rumah sakit atau departemen, program atau layanan yang melarang rumah sakit memberikan perawatan kepada pasien) dan/atau adanya lisensi dokter, registrasi, atau sertifikasi praktik perawatan kesehatan bagi pasien rumah sakit yang dicabut, dibatalkan, diakhiri atau dibatasi pihak yang berwenang atau oleh rumah sakit tetapi yang bersangkutan masih memberikan perawatan di rumah sakit tersebut. Bila salah satu hal ini terjadi, rumah sakit/program harus memberitahu JCI secara tertulis tidak lebih dari 30 hari setelah perubahan tersebut terjadi. Suatu rumah sakit/program yang tidak tepat waktu memberitahu JCI akan perubahan ini, menurut ketentuan Kebijakan Ketepatan dan Kebenaran Informasi, akan dimasukkan dalam kategori administratif Berisiko untuk Ditolak Akreditasi sebagaimana dinyatakan dalam kebijakan ini. Tanggung Jawab. Departemen Standar JCI memastikan bahwa kebijakan ini akan dipublikasikan dalam setiap manual akreditasi. Kebijakan ini tercantum di halaman depan buku manual di bawah kebijakan dan prosedur Akreditasi JCI.
27
2) Untuk memfokuskan perhatian rumah sakit yang telah mengalami kejadian sentinel pada upaya memahami penyebab kejadian dan mengubah sistem rumah sakit untuk mengurangi kemungkinan terulangnya kejadian itu di waktu yang akan datang. 3) Untuk meningkatkan pengetahuan umum tentang kejadian sentinel, penyebabnya, dan strategi pencegahannya. 4) Untuk menjaga kepercayaan publik dan pihak rumah sakit yang telah terakreditasi secara internasional pada proses akreditasi. Standar-standar Terkait Kejadian Sentinel. Standar terkait dengan mutu dan keselamatan dalam publikasi ini berisi persyaratan khusus terkait dengan pengelolaan kejadian sentinel. Definisi Kejadian Sentinel. Standar terkait dengan mutu dan keamanan di dalam publikasi ini mewajibkan setiap rumah sakit yang telah terakreditasi untuk menetapkan peristiwa tak terduga apa saja yang signifikan dan mungkin terjadi dan bagaimana prosesnya untuk melakukan analisis yang mendalam. Walaupun secara umum apa yang dianggap signifikan harus konsisten dengan definisi umum kejadian sentinel menurut kebijakan ini, tetapi rumah sakit yang telah terakreditasi berhak menentukan secara lebih spesifik definisi peristiwa tak terduga dan hilangnya secara permanen fungsi utama. Paling tidak rumah sakit harus memasukkan peristiwa yang perlu dikaji sebagaimana daftar berikut ini: Kematian tidak terduga yang terjadi tak ada kaitannya dengan proses alami penyakit pasien atau kondisi yang melatarbelakangi penyakit itu. Hilangnya fungsi utama secara permanen tidak terkait dengan proses alami penyakit pasien atau kondisi yang melatarbelakangi penyakit itu. Salah lokasi, salah-prosedur, salah pasien dalam pembedahan Penculikan anak atau anak yang dipulangkan dengan orangtua yang salah. Respons yang diharapkan dari rumah sakit terhadap Kejadian Sentinel. Rumah sakit terakreditasi diharapkan mengidentifikasi dan merespons secara tepat semua kejadian sentinel (sebagaimana ditetapkan rumah sakit sesuai dengan paragraf sebelumnya) yang terjadi di rumah sakit atau yang terkait layanan yang disediakannya, baik di fasilitasnya sendiri atau milik orang lain. Yang dimaksudkan dengan respons secara tepat itu adalah melakukan analisis akar penyebab masalah secara kredibel, menyeluruh, dan tepat waktu; menerapkan rencana tindakan untuk mengurangi risiko, menerapkan perbaikan tersebut, dan memantau efektivitas perbaikan tersebut. Analisis Akar masalah. Analisis Akar Masalah merupakan proses mengidentifikasi alasan atau faktor masalah yang menimbulkan variasi dalam performa, termasuk terjadinya atau kemungkinan terjadinya kejadian sentinel. Analisis Akar Masalah memfokuskan terutama pada sistem dan proses, bukan pada performa individual. Rencana Tindakan. Hasil analisis akar masalah adalah rencana tindakan yang akan dilakukan rumah sakit dalam upaya mengurangi risiko terjadi peristiwa serupa di waktu yang akan datang. Rencana ini harus mencakup penerapan, pengawasan, uji coba kalau cocok, kerangka waktu, dan strategi pengukuran efektivitas tindakantindakan tersebut. Proses Survei. Ketika melakukan survei akreditasi, JCI berupaya mengevaluasi sejauh mana rumah sakit memenuhi standar yang diterapkan; berdasarkan performa di seluruh rumah sakit tersebut selama jangka waktu tertentu dilakukanlah penilaian (misalnya, 12 bulan sebelum survei tiga-tahunan diulang atau empat bulan sebelum survei awal dilakukan). Jika selama melakukan aktivitas survei biasa itu ditemukan terjadinya kejadian sentinel, pelaku survei akan mengambil langkah berikut: Memberitahu CEO bahwa kejadian itu telah diidentifikasi. Memberitahu CEO bahwa kejadian itu akan dilaporkan kepada Program Akreditasi JCI untuk dikaji ulang dan ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku dalam Kebijakan Kejadian Sentinel.
28
Selama survei di lapangan, pelaku survei menilai kesesuaian rumah sakit dengan standar-standar yang terkait dengan kejadian sentinel melalui cara sebagai berikut: Mengkaji ulang proses rumah sakit dalam merespons kejadian sentinel. Mewawancarai pemimpin dan staf rumah sakit tentang ekspektasi dan tanggung jawab mereka dalam mengidentifikasi, melaporkan, dan menanggapi kejadian sentinel. Meminta contoh analisis akar penyebab dari tahun sebelumnya untuk menilai sejauh mana proses rumah sakit dalam menanggapi kejadian sentinel sudah memadai. Jika diperlukan, meninjau contoh-contoh lain agar lebih lengkap menilai pemahaman dan kemampuan rumah sakit dalam melakukan analisis akar penyebab. Dalam memilih contoh, rumah sakit bisa saja memilih kasus yang sudah ditutup untuk mempertunjukkan bagaimana reaksi mereka terhadap kejadian sentinel. Bagaimana JCI Mengetahui Terjadinya Kejadian Sentinel. Setiap rumah sakit didorong, namun tidak diharuskan, melaporkan kepada JCI setiap kejadian sentinel yang memenuhi kriteria sebagai kejadian sentinel yang patut dikaji. JCI bisa saja mengetahui terjadinya kejadian sentinel dengan cara lain, seperti lewat komunikasi dengan pasien, anggota keluarga pasien, karyawan rumah sakit, pelaku survei, atau media. Alasan melaporkan Kejadian Sentinel kepada JCI. Meski melaporkan sendiri kejadian sentinel tidak diharuskan dan tanggapan, kerangka waktu maupun prosedur tinjauannya tak akan berbeda antara bila rumah sakit dengan suka rela melaporkannya sendiri dengan JCI mengetahui adanya peristiwa itu melalui sarana lain, terdapat dua manfaat utama bagi rumah sakit yang melaporkan sendiri kejadian sentinel: [1] pelaporan dini membuka peluang konsultasi dengan staf Program Akreditasi JCI selama dilakukannya penyusunan analisis akar penyebab dan rencana tindakan. [2] Pesan yang disampaikan kepada publik bahwa rumah sakit itu telah melakukan apa pun agar kejadian seperti itu tidak terjadi lagi akan diperkuat dengan pengakuan dan kolaborasinya dengan JCI dalam memahami bagaimana peristiwa itu terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko berulangnya kejadian itu di kemudian hari. Kejadian Sentinel Yang Patut Dinilai Ulang. Definisi kejadian sentinel yang patut dinilai ualang mempertimbangkan banyak macam kejadian yang berlaku bagi berbagai jenis rumah sakit perawatan kesehatan. Berbagai kejadian ini dapat saja berlaku untuk rumah sakit tertentu. Dengan demikian, salah satu dari peristiwa berikut mungkin berlaku di rumah sakit Anda. Kejadian sentinel berikut ini akan ditinjau JCI dan termasuk juga kejadian apa pun yang memenuhi kriteria sebagai berikut: Kejadiannya berakibat pada kematian tak terduga yang tidak berhubungan dengan proses alami penyakit pasien atau kondisi yang melatarbelakanginya (misalnya, bunuh diri). Kejadian ini menyebabkan hilangnya fungsi utama secara permanen tetapi tidak terkait dengan proses alami penyakit pasien atau kondisi yang melatarbelakanginya. Kejadian terjadi akibat salah lokasi, salah pasien, kesalahan prosedur bedah. Kejadiannya mengakibatkan bayi diculik atau bayi dipulangkan bersama orangtua yang salah.
Respons Wajib Terhadap Kejadian Sentinel Yang Patut Dinilai Ulang. Jika JCI mengetahui terjadinya kejadian
sentinel (baik melalui laporan suka rela pihak rumah sakit maupun yang bukan) yang memenuhi kriteria di atas dan peristiwa terjadi di rumah sakit terakreditasi, maka rumah sakit diharapkan melakukan hal berikut: Mempersiapkan rencana tindakan secara menyeluruh dan kredibel dalam waktu 45 hari sejak terjadinya kejadian atau sejak diketahuinya kejadian tersebut. Melaporkan kepada JCI analisis akar penyebab dan rencana tindakannya atau responsnya terhadap kejadian sentinel agar bisa dievaluasi.
Penilaian Ulang Analisis Akar Masalah dan Rencana Tindakan. Analisis akar masalah dianggap dapat diterima
29
Pusat perhatiannya terletak pada sistem dan proses, bukan kinerja individu. Analisis mencakup penyebab spesifik dalam proses perawatan klinis hingga ke penyebab umum dalam proses rumah sakit. Analisis berulang-ulang terus menggali lebih dalam. Analisis mengidentifikasi perubahan yang dapat dilakukan pada sistem dan proses (baik melalui desain ulang atau pengembangan sistem atau proses baru) yang akan mengurangi risiko terjadinya peristiwa tersebut di kemudian hari. Semua analisis akar masalah dan rencana tindakan dianggap dan diperlakukan sebagai rahasia oleh JCI. Kegiatan-kegiatan tindak lanjut. Setelah JCI menetapkan bahwa rumah sakit telah melakukan analisis akar penyebab dan menyusun rencana tindakan yang dapat diterima, JCI akan memberitahu rumah sakit bahwa analisis akar penyebab dan rencana tindakannya dapat diterima dan akan menentukan apa kegiatan tindak-lanjut yang cocok; misalnya laporan kemajuan secara tertulis yang sudah dikirimkan paling lambat dalam waktu empat bulan.
Implementasi Kebijakan Kejadian Sentinel. Jika sebuah rumah sakit ingin melaporkan kejadian yang
mengandung adanya unsur kejadian sentinel yang patut ditinjau JCI, mereka dapat mengirimkan laporan itu kepada Program Akreditasi JCI melalui surat, kawat, atau faksimili. Jika JCI mengetahui adanya kejadian sentinel yang patut ditinjau berdasarkan kebijakan kejadian sentinel yang tidak dilaporkan rumah sakit ke JCI, maka CEO rumah sakit akan dihubungi dan penilaian awal terhadap kejadian sentinel pun dilakukan. Kejadian yang terjadi lebih dari satu tahun sebelum tanggal JCI mengetahui terjadinya kejadian itu biasanya tidak akan ditinjau menurut Kebijakan Kejadian Sentinel. Dalam kasus demikian, rumah sakit diminta memberikan respons tertulis, termasuk rangkuman proses yang ada untuk mencegah munculnya kejadian serupa. Berdasarkan informasi faktual yang diterima tentang kejadian itu, staf JCI akan menerapkan definisi di atas untuk menentukan apakah kejadian itu dapat dikaji berdasarkan Kebijakan Kejadian Sentinel. Bila ada argumentasi terhadap ketentuan bahwa suatu peristiwa dapat dikaji, maka akan diselesaikan melalui konsultasi dengan Direktur Eksekutif JCI dan Chief Medical Officer JCI.
Tinjauan Awal Kejadian Sentinel di Lapangan. Biasanya tinjauan awal kejadian sentinel langsung di lapangan
tidak akan dilakukan, kecuali disimpulkan adanya potensi ancaman langsung terhadap kesehatan dan keselamatan pasien atau potensi besar tidak akan terpenuhinya standar JCI. Kejadian yang langsung mengancam hidup termasuk situasi di mana tidak terpenuhinya satu atau lebih standar telah menyebabkan, atau mungkin menyebabkan, hilangnya fungsi utama secara permanen, cacat, atau kematian pasien dan bahwa kejadian itu mungkin akan terus berlanjut. Keluhan akan diprioritaskan penanganannya jika informasi menunjukkan perlunya tindakan korektif sesegera mungkin. Semua itu segera disampaikan ke pemimpin eksekutif JCI yang berwenang memerintahkan diadakannya survei terfokus. Jika survei terfokus itu jadi dilaksanakan, rumah sakit akan ditagih biayanya sesuai tarif yang berlaku untuk menutup biaya survei semacam ini.
Informasi YangTerbuka. Jika JCI ditanya tentang keputusan akreditasi terhadap sebuah rumah sakit yang
mengalami pengkajian kejadian sentinel, keputusan akreditasi rumah sakit tersebut akan dilaporkan secara biasa saja tanpa mengacu pada kejadian sentinel. Jika penanya secara spesifik mengacu pada kejadian sentinel tertentu, JCI akan mengakui telah mengetahui peristiwa tersebut dan saat ini bekerja atau telah bekerja sama dengan rumah sakit tersebut dalam proses pengkajian kejadian sentinel.
30
Pemantauan Mutu dan Keselamatan menilai ulang dan men-triase keluhan, keprihatinan, dan pertanyaan dari berbagai pihak tentang rumah sakit terakreditasi. Keluhan ini dapat disampaikan pasien, keluarga, dan praktisi kesehatan, oleh lembaga pemerintah dalam bentuk laporan, atau melalui informasi dari media. Oleh karena itu, istilah pengaduan berlaku untuk pelbagai jenis informasi yang diterima Program Akreditasi JCI. Setelah Program Akreditasi JCI menilai ulang pengaduan, sejumlah tindakan dapat dilakukan. Termasuk merekam informasi untuk mengetahui arah kecenderungannya, kemungkinan tindakan di waktu yang akan datang, untuk mendapatkan tanggapan rumah sakit yang terkait atas pengaduan tersebut, dan melakukan survei mencari penyebabnya. Jika Program Akreditasi JCI menetapkan rumah sakit harus menanggapi pengaduan itu, maka rumah sakit akan diberitahu. Permohonan untuk meminta tanggapan akan di kirim lewat surat elektronik kepada CEO rumah sakit dengan informasi berikut: Isi pengaduan/keluhan itu sendiri Rangkuman pengaduan, jika pelapornya tidak ingin dikenal Jika sebuah rumah sakit pelayanan kesehatan diminta menanggapi pengaduan, rumah sakit tersebut harus melakukannya dalam waktu 30 hari setelah diberitahu. Untuk masalah yang lebih serius, rumah sakit diminta menanggapi keluhan dalam waktu tujuh hari setelah diberitahu atau lebih cepat. Bila diperlukan tanggapan dalam waktu singkat, rumah sakit akan segera diberitahu. Tanggapan yang diterima akan langsung dievaluasi apakah telah sesuai dengan standar akreditasi JCI yang diterapkan. Jika diperlukan informasi tambahan, rumah sakit akan diberitahu. Jika tanggapan rumah sakit telah lengkap dan diterima, surat bukti penerimaan di kirim lewat surat elektronik kepada CEO rumah sakit dan kasus dianggap selesai. Program Akreditasi JCI mengharuskan rumah sakit terakreditasi menyampaikan kepada karyawan rumah sakit, pengunjung, dan pasien bahwa jika keluhan tidak diselesaikan secara memuaskan, mereka berhak memilih melaporkan keluhan mereka kepada Program Akreditasi JCI. Kebijakan Program Akreditasi JCI melarang rumah sakit melakukan tindakan balas dendam terhadap karyawan yang mengadu ke Program Akreditasi JCI dan melarang Program Akreditasi JCI mengungkapkan kepada pelapor apakah keluhannya didukung.
31
minta diakreditasi berpatokan standar baru atau standar yang telah direvisi. Definisi. Tanggal efektif adalah tanggal yang tercantum pada sampul buku standar JCI, yang menjadi panduan bagi semua aktivitas terkait akreditasi. Kebijakan 1) Tanggal efektif untuk edisi pertama Standar Program Akreditasi baru JCI ditetapkan sebagai tanggal publikasi dari manual Standar itu. 2) Tanggal efektif berlakunya edisi Standar berikutnya adalah enam bulan setelah publikasi resmi Standar. 3) Segala jenis Survei Akreditasi dilakukan sesuai standar yang berlaku pada saat survei. Tidak ada survei yang dilakukan menurut standar yang tidak berlaku lagi atau yang belum efektif. 4) Standar akan dipublikasikan setidaknya enam bulan sebelum tanggal efektif untuk memberi waktu bagi rumah sakit mematuhi standar yang telah direvisi sesuai tanggal efektif. Prosedur. Setiap edisi manual standar, setelah standar-standarnya disetujui oleh Komite Akreditasi JCI, diteruskan kepada Bagian Penerbitan untuk dilakukan penyuntingan akhir dan pencetakan. Bagian Penerbitan dan staf Program Akreditasi menentukan tanggal publikasinya. Tanggal efektif resminya kemudian ditetapkan yaitu enam bulan setelah tanggal publikasi. Tanggal efektif itu selalu jatuh pada setiap awal bulan, kecuali dinyatakan berbeda.
33
Sasaran Internasional Keselamatan Pasien Bagian I: Standar-standar Yang Berfokus Pasien (SIKP) 35
Gambaran umum
Bab ini membahas Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP), sebagaimana disyaratkan untuk diimplementasikan mulai tanggal 1 Januari 2011 di semua rumah sakit yang terakreditasi oleh Joint Commission International (JCI) di bawah Standar Internasional untuk Rumah Sakit. Tujuan SIKP adalah untuk menggiatkan perbaikan-perbaikan tertentu dalam soal keselamatan pasien. Sasaransasaran dalam SIKP menyoroti bidang-bidang yang bermasalah dalam perawatan kesehatan, memberikan bukti dan solusi hasil konsensus yang berdasarkan nasihat para pakar. Dengan mempertimbangkan bahwa untuk menyediakan perawatan kesehatan yang aman dan berkualitas tinggi diperlukan desain sistem yang baik, sasaran biasanya sedapat mungkin berfokus pada solusi yang berlaku untuk keseluruhan sistem. Penyusunan sasaran sama saja seperti standar-standar lainnya, ada standar (pernyataan sasaran), maksud dan tujuan, dan elemen penilaian. Penilaiannya juga sama dengan penilaian terhadap standar lain yaitu menggunakan kriteria memenuhi, sebagian memenuhi, atau tidak memenuhi . Dalam Kaidah Keputusan Akreditasi tercakup juga syarat memenuhi ketentuan SIKP sebagai kaidah keputusan yang terpisah.
Sasaran
Berikut ini adalah daftar semua sasaran. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen terukurnya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Tujuan, dan Elemen Penilaian. SIKP.1 Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar SIKP.2 Meningkatkan Komunikasi Yang Efektif SIKP.3 Meningkatkan Keamanan Obat-obatan Yang Harus Diwaspadai SIKP.4 Memastikan Lokasi Pembedahan Yang Benar, Prosedur Yang Benar, Pembedahan Pada Pasien Yang Benar SIKP.5 Mengurangi Risiko Infeksi Akibat Perawatan Kesehatan SIKP.6 Mengurangi Risiko Cedera Pasien Akibat Terjatuh
37
38
melalui telepon, jika hal ini diperbolehkan hukum dan peraturan setempat. Komunikasi lain yang rawan salah adalah ketika melaporkan kembali hasil tes penting seperti misalnya ketika laboratorium klinik menelepon unit perawatan pasien untuk melaporkan hasil tes CITO. Rumah sakit secara kolaboratif mengembangkan kebijakan dan/atau prosedur untuk pemberian perintah baik secara lisan maupun via telepon termasuk pencatatan (pada buku atau di-enter ke komputer) perintah secara lengkap atau hasil tes oleh si penerima informasi tersebut; penerima kemudian membaca kembali perintah atau hasil tes tersebut dan mengkonfirmasikan apakah yang telah ditulis dan dibaca-ulang itu sudah tepat. Kebijakan dan/atau prosedur mengidentifikasi alternatif yang diperbolehkan bila proses membaca-ulang tidak selalu dimungkinkan, misalnya di ruang operasi dan dalam situasi darurat di bagian gawat darurat atau unit perawatan intensif.
39
Standar SIKP.4
Rumah sakit menyusun pendekatan untuk memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar, pembedahan pada pasien yang benar.
40
memverifikasi lokasi yang benar, prosedur yang benar, dan pasien yang benar; memastikan bahwa semua dokumen, gambar atau citra, dan studi yang relevan telah tersedia, sudah diberi label dan ditampilkan, serta memverifikasi peralatan khusus dan/atau implan yang diperlukan.
Jeda merupakan peluang untuk menjawab semua pertanyaan yang belum terjawab atau meluruskan kerancuan. Jeda dilakukan di lokasi tempat prosedur akan dilakukan, tepat sebelum memulai prosedur, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit menentukan bagaimana proses jeda didokumentasikan
41
q 3. Kebijakan dan/atau prosedur yang dikembangkan yang mendukung secara terus-menerus pengurangan infeksi terkait dengan perawatan kesehatan.
Standar SIKP.6
Rumah sakit menyusun cara pendekatan untuk mengurangi risiko cedera yang menimpa pasien akibat jatuh
42
Gambaran umum
Sebuah rumah sakit harus memandang perawatan yang diberikannya sebagai bagian dari suatu sistem terpadu yang mencakup: layanan, pekerja dan profesional kesehatan, serta pelbagai level perawatan. Semua itu merupakan suatu perawatan berkelanjutan (continuum of care). Tujuannya adalah mencocokkan kebutuhan pasien dengan layanan yang tersedia, mengkoordinasikan layanan di rumah sakit kepada pasien untuk kemudian merencanakan pemulangan serta proses perawatan selanjutnya. Hasilnya adalah perbaikan hasil perawatan dan pemanfaatan sumber daya yang ada secara lebih efisien. Informasi menjadi sangat penting untuk mengambil keputusan tepat tentang kebutuhan pasien yang dapat dipenuhi rumah sakit; layanan yang efisien kepada pasien, dan pemulangan atau perujukan ke lokasi perawatan lain
Standar
Berikut adalah daftar semua standar fungsi tersebut. Demi kenyamanan Anda, daftar diberikan tanpa menyebutkan maksud dan tujuan atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut mengenai standar-standar itu, silakan melihat bagian berikutnya yang membahas Standar, Tujuan, dan Elemen Penilaian.
perawatan kesehatan mereka dan misi serta sumber daya rumah sakit.
APKP.1.1 Rumah sakit memiliki proses penerimaan pasien rawat inap dan pendaftaran pasien rawat
jalan.
APKP.1.1.1 Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak, atau segera, diberi prioritas
diprioritaskan berdasarkan kondisi pasien pada saat masuk rumah sakit sebagai pasien rawat inap.
APKP.1.1.3 Rumah sakit mempertimbangkan kebutuhan klinis pasien ketika ada sela
45
APKP.1.2 Ketika masuk sebagai pasien rawat inap, pasien dan keluarganya diberi tahu tentang
perawatan yang diusulkan, hasil yang diharapkan dari perawatan, dan berapa perkiraan biaya perawatannya.
APKP.1.3 Rumah sakit berupaya mengurangi hambatan fisik, bahasa, budaya, dan hambatan
Perawatan Berkelanjutan
Akses ke Perawatan dan Kesinambungan Perawatan (APKP)
APKP.2 Rumah sakit merancang dan melaksanakan proses agar dapat memberikan layanan perawatan pasien
yang berkesinambungan di rumah sakit dan mengoordinasikan kerja antarpraktisi perawatan kesehatan.
APKP.2.1 Selama semua fase rawat inapnya, selalu ada individu andal tertentu yang dipasrahi
rangkuman seluruh diagnosis signifikan yang diketahui, alergi obat, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, dan setiap prosedur pembedahan dan rawat inap yang pernah dijalani.
APKP.3.4 Pasien dan, bila sesuai, keluarganya, diberi instruksi tindak-lanjut yang bisa dipahami. APKP.3.5 Rumah sakit memiliki proses untuk mengelola dan menindaklanjuti pasien yang pulang
Rujukan Pasien
APKP.4 Pasien dirujuk ke rumah sakit lain berdasarkan status dan kebutuhan untuk memenuhi keperluan
46
APKP.4.3 Selama proses pemindahan, seorang staf yang andal memantau kondisi pasien. APKP.4.4 Proses pemindahan ini didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
Transportasi
APKP.5 Proses untuk merujuk, memindahkan, atau memulangkan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan,
Standar APKP.1
Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk layanan rawat jalan berdasarkan kebutuhan perawatan kesehatan mereka yang teridentifikasi dan misi serta sumber daya rumah sakit.
Maksud dan Tujuan APKP.1 Akses ke Perawatan dan Kesinambungan Perawatan (APKP) 48
Mencocokkan kebutuhan pasien dengan misi dan sumber daya rumah sakit tergantung pada perolehan informasi tentang kebutuhan dan kondisi pasien melalui skrining, biasanya pada pertemuan pertama. Proses skrining ini dapat melalui kriteria triase, evaluasi visual, pemeriksaan fisik, atau hasil-hasil pemeriksaan sebelumnya yang terkait fisik, psikologi, dan laboratorium klinis, atau evaluasi pencitraan diagnostik. Proses skrining ini bisa dilakukan di sumber daya perujuk, selama transportasi darurat, atau ketika pasien tiba di rumah sakit. Yang penting, keputusan untuk mengobati, memindahkan, atau merujuk dilakukan hanya setelah hasil evaluasi skrining tersedia. Hanya pasien yang bisa ditangani oleh rumah sakit dengan menyediakan layanan yang dibutuhkannya dan konsisten dengan misi rumah sakitlah yang dipertimbangkan sebagai pasien rawat inap atau didaftarkan sebagai pasien rawat jalan. Bila rumah sakit membutuhkan tes skrining tertentu atau evaluasi sebelum penerimaan atau pendaftaran, hal ini dinyatakan dalam kebijakan tertulis (juga lihat AP.1, maksud dan tujuan)
Standar APKP.1.1
Rumah sakit memiliki proses penerimaan pasien rawat inap dan pendaftaran pasien rawat jalan.
Kebijakan juga terkait dengan bagaimana pasien dikelola ketika fasilitas rawat inap terbatas atau tidak ada ruang yang tersedia untuk memasukkan pasien ke unit yang sesuai. (Juga lihat PP.1, EP 1)
Standar APKP.1.1.1
Pasien dengan kebutuhan darurat, mendesak atau segera, diberi prioritas untuk asesmen dan pengobatan.
Standar APKP.1.1.2
Kebutuhan pasien akan layanan preventif kuratif, paliatif, dan rehabilitatif diprioritaskan berdasarkan kondisi pasien pada saat masuk rumah sakit sebagai pasien rawat inap.
49
Standar APKP.1.1.3
Rumah sakit mempertimbangkan kebutuhan klinis pasien ketika ada sela masa penantian atau kelambatan layanan diagnostik dan/atau perawatan.
Standar APKP.1.2
Ketika masuk sebagai pasien rawat inap, pasien dan keluarga mendapatkan informasi tentang perawatan yang diusulkan, hasil yang diharapkan dari perawatan, dan berapa perkiraan biaya perawatannya.
50
5. Informasi yang cukup untuk pasien dan keluarga dalam membuat keputusan yang tepat. (Juga lihat AP.4.1, EP 3)
Standar APKP.1.3
Rumah sakit berupaya mengurangi hambatan fisik, bahasa, budaya, dan hambatan lainnya dalam pengaksesan dan pemberian layanan.
Standar APKP.1.4
Penerimaan atau pemindahan ke atau dari unit yang menyediakan layanan intensif atau layanan khusus ditentukan kriteria tertentu.
51
Kesinambungan Pelayanan
Standar APKP.2
Rumah sakit merancang dan melaksanakan proses agar dapat memberikan pelayanan perawatan pasien yang berkesinambungan di rumah sakit dan mengoordinasikan kerja antarpraktisi perawatan kesehatan.
52
4. Kesinambungan dan koordinasi itu jelas dapat dilihat pasien. (Juga lihat HPK.2, EP 1, dan HPK.2.1, EP 2)
Standar APKP.2.1
Selama semua fase rawat inapnya, selalu ada individu andal tertentu yang dipasrahi tanggung jawab atas perawatan pasien tersebut.
53
layanan atau perawatannya. Dokter atau penanggung jawab perawatan pasienlah yang harus menentukan apakah pasien sudah siap dipulangkan, sesuai kebijakan dan kriteria terkait atau indikasi untuk rujukan dan pemulangan yang ditetapkan rumah sakit. Kriteria tertentu juga dapat dipakai untuk menentukan apakah pasien sudah siap dipulangkan. Demi kontinuitas perawatannya, mungkin saja itu berarti memberikan rujukan ke dokter spesialis, ahli terapi rehabilitasi atau bahkan menentukan langkah-langkah kesehatan preventif yang akan dilakukan oleh keluarga di rumah. Sebuah proses yang terorganisir memastikan bahwa setiap kebutuhan pasien akan terpenuhi oleh praktisi kesehatan atau rumah sakit lain yang tepat. Kalau perlu, proses ini termasuk merujuk pasien ke sumber daya perawatan di luar wilayah. Begitu ada indikasi, rumah sakit merancang kebutuhan perawatan lanjutan seawal mungkin. Keluarga dilibatkan dalam proses perencanaan pemulangan agar sesuai dengan pasien dan kebutuhannya. Ketika rumah sakit itu mengizinkan pasien meninggalkan rumah sakit untuk jangka waktu tertentu misalnya, izin pulang di akhir minggu, ada kebijakan dan prosedur yang mengatur proses ini.
Standar APKP.3.1
Rumah sakit bekerja sama dengan praktisi kesehatan dan instansi luar untuk memastikan perujukan yang sesuai dan tepat waktu.
2. Rumah Sakit mengidentifikasi siapa dan mana saja praktisi kesehatan, rumah sakit, dan orang-orang di komunitasnya yang paling sesuai dengan layanan yang diberikannya dan jenis pasien yang dilayaninya. (Juga lihat PPKP.3, EP 2) 3. Bilamana mungkin, rujukan ke luar rumah sakit menyebutkan secara pasti individu atau rumah sakit tertentu di komunitas tempat tinggal pasien. 4. Bila memungkinkan, rujukan dilakukan hanya untuk layanan yang bersifat mendukung.
Standar APKP.3.2
Catatan klinis pasien rawat inap berisi salinan resume medis pasien pulang.
Standar APKP.3.2.1
resume medis pasien pulang pasien rawat inap telah dilengkapi.
55
3. 4. 5. 6.
Resume medis pasien pulang berisi prosedur diagnostik dan prosedur terapi yang telah dilakukan Resume medis pasien pulang berisi obat-obatan yang penting, termasuk obat yang harus dibawa pulang Resume medis pasien pulang yang berisi kondisi/status pasien pada saat pemulangan Resume medis pasien pulang berisi instruksi tindak lanjut.
Standar APKP.3.3
Rekam medis pasien rawat jalan yang mendapatkan perawatan berkelanjutan berisi rangkuman seluruh diagnosis yang diketahui, alergi obat, obat-obatan yang sedang dikonsumsi, dan setiap prosedur pembedahan serta rawat inap di masa lalu.
Maksud dan Tujuan APKP.3.3 Akses ke Perawatan dan Kesinambungan Perawatan (APKP) 56
Jika rumah sakit menyediakan perawatan berkelanjutan dan pengobatan bagi pasien rawat jalan, seiring dengan waktu akan terkumpul sejumlah data diagnosis, pengobatan, dan sejarah perkembangan klinis serta hasil pemeriksaan fisik. Sangat penting menyusun rangkuman terkini dari profil pasien agar supaya perawatan berkelanjutan bisa dipermudah. Rangkuman itu berisi hal-hal sebagai berikut: Diagnosis yang signifikan Alergi obat Obat (atau obat-obatan) yang sekarang diminum Tindakan pembedahan di masa lalu Rawat inap di masa lalu Rumah sakit harus memutuskan format dan isi rangkuman, serta pasien dengan perawatan berkelanjutan yang bagaimana yang perlu dibuatkan rangkuman ini (misalnya, pasien yang lebih lama dari jangka waktu tertentu telah diperiksa karena berbagai masalah, yang sudah berkali-kali berkunjung, yang mengunjungi berbagai klinik, dan hal-hal sejenisnya). Rumah sakit juga memutuskan apa yang dianggap sebagai rangkuman terkini, bagaimana rangkuman dikelola dan siapa yang akan mengelolanya.
Standar APKP.3.4
Pasien dan, bila sesuai, keluarganya diberi instruksi tindak-lanjut yang bisa dipahami.
keluarga dilibatkan dalam proses ini. Keluarga juga dilibatkan bila mereka ikut berperan dalam memberikan proses perawatan berkelanjutan. Rumah sakit memberi instruksi kepada pasien dan, bila sesuai, keluarganya dengan cara yang sederhana dan mudah dimengerti. Instruksi diberikan secara tertulis atau dalam bentuk yang paling mudah dipahami pasien.
Standar APKP.3.5
Rumah sakit memiliki proses untuk mengelola dan menindaklanjuti pasien yang pulang tanpa izin dokter.
Standar APKP.4
Pasien dirujuk ke rumah sakit lain berdasarkan status dan kebutuhan untuk memenuhi keperluan perawatan yang berkelanjutan.
57
Standar APKP.4.1
Rumah sakit perujuk menentukan bahwa rumah sakit penerima dapat memenuhi kebutuhan pasien akan perawatan yang berkelanjutan.
Standar APKP.4.2
Rumah sakit penerima diberi rangkuman tertulis tentang kondisi klinis pasien dan tindakan yang telah dilakukan rumah sakit perujuk.
Standar APKP.4.3
Selama proses pemindahan, seorang staf yang andal memantau kondisi pasien.
Standar APKP.4.4
Proses pemindahan ini didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
Standar APKP.5
Proses untuk merujuk, memindahkan atau memulangkan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan, mencakup perencanaan transportasinya.
59
kebutuhan transportasinya. Jenis transportasi bisa bervariasi dan mungkin berupa ambulan atau kendaraan lain yang dimiliki rumah sakit atau sumber lain yang ditunjuk keluarga atau keluarga dan/atau teman yang menyediakannya. Transportasi yang dipilih juga bergantung pada kondisi dan status pasien. Kendaraan milik rumah sakit yang digunakan sebagai transportasi harus memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku terkait dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaannya. Rumah sakit menetapkan kondisi transportasi yang berisiko terpapar pada infeksi dan menerapkan strategi untuk menekan risiko infeksi. (Juga lihat bab PPI tentang kepatuhan pada standar pengendalian infeksi yang tepat guna.) Obat-obatan dan peralatan lain yang diperlukan dalam mobil disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang dipindahkan. Sebagai contoh, membawa pulang pasien lanjut usia dari kunjungan rawat jalan sangat berbeda dengan memindahkan pasien dengan penyakit menular atau pasien luka bakar ke rumah sakit lain.
Jika rumah sakit menyewa jasa transportasi, maka rumah sakit harus yakin bahwa kontraktor telah memenuhi standar baku bagi keselamatan pasien dan keamanan kendaraan. Dalam segala hal, rumah sakit harus mengevaluasi kualitas dan keamanan dari jasa layanan transportasi, termasuk menanggapi, mengevaluasi, dan menerima keluhan mengenai penyediaan transportasi.
Gambaran Umum
Setiap pasien itu unik, dengan kebutuhan, keunggulan, nilai-nilai, dan keyakinannya masing-masing. Organisasi pelayanan kesehatan berkarya untuk mewujudkan rasa percaya pada pasien, menjalin komunikasi terbuka dengan mereka, serta untuk memahami dan melindungi nilai-nilai budaya, psikososial, dan spiritual mereka. Hasil perawatan akan menjadi lebih baik jika pasien dan bila perlu, keluarganya atau wakil mereka yang mengambil keputusan bagi mereka, dilibatkan dalam pengambilan keputusan dan proses perawatan pasien sesuai dengan rasa budaya mereka. Untuk meningkatkan hak-hak pasien di sebuah organisasi pelayanan kesehatan, awalnya haruslah mendefinisikan dahulu hak-hak tersebut, baru kemudian pasien dan staf diedukasi tentang hak-hak tersebut. Pasien diberitahu tentang hak mereka dan bagaimana penerapannya. Para staf atau karyawan dididik untuk memahami dan menghargai keyakinan dan nilai-nilai yang dianut pasien serta merawat mereka dengan penuh perhatian dan rasa hormat yang menjunjung tinggi martabat pasien. Bab ini membahas proses untuk l mengidentifikasi, melindungi, dan meningkatkan hak-hak pasien; l memberi informasi kepada pasien tentang hak mereka; l melibatkan keluarga pasien, bila memungkinkan, dalam pengambilan keputusan mengenai perawatan pasien; l mendapatkan informed consent, dan l mendidik staf tentang hak-hak pasien. Bagaimana rumah sakit menjalankan berbagai proses ini harus didasarkan atas hukum dan peraturan negaranya berikut konvensi, perjanjian atau kesepakatan internasional terkait hak asasi manusia yang berlaku di negara itu. Proses ini terkait dengan bagaimana rumah sakit memberikan perawatan kesehatan secara memadai, sesuai dengan struktur sistem penyediaan perawatan kesehatan dan mekanisme pembiayaannya di negara bersangkutan. Bab ini juga membahas hak-hak pasien dan keluarga yang berhubungan dengan penelitian, donasi dan transplantasi organ dan jaringan tubuh.
Standar
Berikut ini adalah daftar semua standar untuk fungsi di atas. Demi kenyamanan Anda, standar-standar ini disajikan tanpa tujuan atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang masing-masing standar dapat dilihat di bagian berikutnya dalam bab ini, Standar, Tujuan, dan Elemen Penilaian. HPK.1 Rumah sakit bertanggung jawab menyediakan proses yang mendukung hak-hak pasien dan keluarganya selama ia dirawat. HPK.1.1 Perawatan diberikan secara tulus dan menghormati nilai-nilai serta keyakinan pribadi para pasien. HPK.1.1.1 Rumah sakit memiliki proses untuk menanggapi permintaan pasien dan keluarganya dalam memperoleh pelayanan pastoral atau permintaan serupa yang berhubungan dengan keyakinan agama dan spiritual mereka. HPK.1.2 Perawatan diberikan dengan menghormati kebutuhan privasi pasien. HPK.1.3 Rumah sakit mengambil langkah-langkah melindungi harta benda pasien dari pencurian atau hilang. HPK.1.4 Pasien dilindungi dari penganiayaan fisik. HPK.1.5 Anak-anak, orang dengan keterbatasan, kaum lanjut usia, dan mereka yang berisiko mendapatkan perlindungan yang memadai. HPK.1.6 Informasi tentang pasien bersifat rahasia. HPK.2 Rumah sakit mendukung hak-hak pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi dalam proses perawatan. HPK.2.1 Rumah sakit memberi informasi kepada pasien dan keluarga dengan cara dan bahasa yang mudah dipahami, tentang proses penginformasian kondisi kesehatan dan diagnosis apa pun yang sudah pasti, bagaimana mereka akan diberi tahu tentang rencana perawatan dan pengobatan, dan bagaimana mereka bisa berperan serta dalam mengambil keputusan perawatan sampai sejauh mereka ingin terlibat. HPK.2.1.1 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana mereka akan diberi informasi tentang hasil perawatan dan pengobatan, termasuk hasil yang tak terduga, dan siapa yang akan memberitahu mereka. HPK.2.2 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang hak dan tanggung jawab mereka terkait dengan penolakan atau penghentian pengobatan. HPK.2.3 Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk tidak memberikan pernapasan buatan; dan meneruskan atau menghentikan perawatan yang mempertahankan denyut kehidupan. HPK.2.4 Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan pengelolaan rasa sakit yang tepat. HPK.2.5 Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan perawatan penuh rasa hormat dan kasih sayang menjelang akhir kehidupannya. HPK.3 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang proses mereka menerima dan menanggapi keluhan, tindakan mereka tindakan mereka bila ada konflik dan perbedaan pendapat tentang perawatan pasien, dan hak pasien untuk berperan serta dalam semua proses ini. HPK.4 Staf rumah sakit diedukasi tentang peran mereka dalam mengidentifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien serta dalam melindungi hak-hak pasien. HPK.5 Semua pasien diberitahu tentang hak dan tanggung jawab mereka dengan cara dan bahasa yang mudah dipahami.
Informed Consent
HPK.6 Informed consent pasien diperoleh melalui cara yang telah ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh petugas terlatih dalam bahasa yang mudah dipahami pasien.
64
HPK.6.1 Pasien dan keluarganya memperoleh menerima informasi memadai tentang penyakit, usulan perawatan, dan praktisi pelayanan kesehatan sehingga mereka dapat mengambil keputusan tentang perawatannya. HPK.6.2 Rumah sakit menentukan proses, dalam konteks hukum dan budaya yang berlaku, untuk pemberian persetujuan oleh orang lain. HPK.6.3 Persetujuan umum untuk perawatan, yang diperoleh jika pasien menjalani rawat inap atau di daftar untuk pertama kali sebagai pasien rawat jalan, sudah jelas lingkup dan batasannya. HPK.6.4 Informed consent diperoleh sebelum pembedahan, anestesi, dalam penggunaan darah dan produk darah, serta prosedur dan perawatan berisiko tinggi lainnya. HPK.6.4.1 Rumah sakit mendaftar seluruh kategori atau jenis perawatan dan prosedur yang membutuhkan informed consent khusus.
Penelitian
HPK.7 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang cara mendapatkan akses ke penelitian klinis, pemeriksaan klinis, atau uji klinis yang melibatkan manusia. HPK.7.1 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana pasien yang memilih berpartisipasi dalam penelitian klinis, pemeriksaan klinis atau uji klinis, akan dilindungi. HPK.8 Informed consent diperoleh sebelum pasien berpartisipasi dalam penelitian klinis, pemeriksaan klinis, dan uji klinis. HPK.9 Rumah sakit memiliki komite/atau cara lain untuk mengawasi seluruh penelitian di dalam rumah sakit yang melibatkan manusia.
Donasi Organ
HPK.10 Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana memutuskan untuk mendonasikan organ dan jaringan tubuh lainnya. HPK.11 Rumah sakit melakukan pengawasan terhadap pengambilan dan transplantasi organ dan jaringan tubuh.
65
Hak-hak pasien dan keluarga merupakan unsur mendasar dari seluruh hubungan antar-organisasi, staf, dan pasien serta keluarga. Dengan demikian, kebijakan dan prosedur yang dikembangkan dan diimplementasikan adalah untuk memastikan agar seluruh karyawan menyadari dan bertanggung jawab terhadap permasalahan hak pasien dan keluarganya ketika mereka berinteraksi dengan dan merawat mereka di rumah sakit itu. Rumah sakit menerapkan proses kolaboratif dan inklusif untuk mengembangkan kebijakan dan prosedur, dan apabila diperlukan, juga melibatkan para pasien dan keluarganya selama proses tersebut
Standar HPK.1.1
Perawatan diberikan secara tulus dan menghormati nilai-nilai serta keyakinan pribadi para pasien
Standar HPK.1.1.1
Rumah sakit memiliki proses untuk menanggapi permintaan pasien dan keluarganya dalam memperoleh atas pelayanan pastoral atau permintaan serupa yang berhubungan dengan keyakinan spiritual dan kepercayaan pasien.
66
Nilai-nilai dan keyakinan tertentu dianut seluruh pasien dan kerap kali bersumber dari budaya dan keagamaan. Nilai dan keyakinan lainnya adalah dari pasien itu sendiri. Semua pasien didukung untuk menjalankan keyakinan mereka dengan cara juga menghormati kepercayaan orang lain. Nilai-nilai dan keyakinan yang dipegang teguh bisa ikut membentuk proses perawatan dan bagaimana pasien bereaksi terhadap perawatan itu. Dengan demikian, setiap praktisi kesehatan berupaya memahami perawatan dan layanan yang diberikan di dalam konteks keyakinan dan nilai-nilai yang dianut pasien. Ketika seorang pasien atau keluarganya ingin berbicara dengan seseorang dari aliran agama atau aliran spiritual tertentu, rumah sakit memiliki cara untuk menanggapi permintaan tersebut. Proses ini dapat dilakukan melalui petugas agama setempat, sumber daya setempat atau sumber acuan keluarga. Proses menanggapi hal ini akan menjadi lebih rumit, misalnya, jika rumah sakit atau negara itu tidak secara resmi mengakui dan/atau memiliki sumber-sumber terkait dengan agama atau kepercayaan yang sesuai dengan permintaan mereka.
Standar HPK.1.2
Perawatan diberikan dengan menghormati kebutuhan privasi pasien.
Standar HPK.1.3
Rumah sakit mengambil langkah-langkah untuk melindungi harta benda pasien dari pencurian atau hilang.
67
Standar HPK.1.4
Pasien dilindungi dari penganiayaan fisik.
Standar HPK.1.5
Anak-anak, orang dengan keterbatasan, kaum lanjut usia, dan mereka yang berisiko mendapatkan perlindungan yang memadai.
68
Standar HPK.1.6
Informasi tentang pasien bersifat rahasia.
Standar HPK.2
Rumah sakit mendukung hak-hak pasien dan keluarganya untuk berperan serta dalam proses perawatan.
69
dalam maupun di luar rumah sakit. Seluruh karyawan dididik untuk memahami kebijakan dan prosedur rumah sakit serta peranan mereka untuk mendukung hak pasien dan keluarga mereka ikut berperan serta dalam proses perawatan
Standar HPK.2.1
Rumah sakit memberitahu pasien dan keluarganya dengan cara dan bahasa yang mudah dipahami, tentang proses penginformasian kondisi kesehatan dan diagnosis apa pun yang sudah pasti, bagaimana mereka akan diberitahu tentang rencana perawatan dan pengobatan, dan bagaimana mereka bisa berperan serta dalam mengambil keputusan perawatan sampai sejauh mereka ingin terlibat.
Standar HPK.2.1.1
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana mereka akan diberi informasi tentang hasil perawatan dan pengobatan, termasuk hasil akhir yang tak terduga, dan siapa yang akan memberitahu mereka.
70
Standar HPK.2.2
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang hak dan tanggung jawab mereka terkait dengan penolakan atau penghentian pengobatan.
Standar HPK.2.3
Rumah sakit menghormati keinginan dan pilihan pasien untuk tidak memberikan resusitasi dan meneruskan atau menghentikan perawatan yang mempertahankan denyut kehidupan.
71
untuk dilakukannya resusitasi itu tidak konsisten dengan keinginan pasien. menangani situasi di mana keputusan tersebut dimodifikasi selama proses perawatan, dan menjadi panduan bagi para profesional kesehatan dalam menghadapi masalah hukum dan etika ketika melaksanakan keinginan pasien semacam itu.
Untuk memastikan bahwa proses pengambilan keputusan terkait dengan melaksanakan keinginan pasien itu tetap konsisten, rumah sakit mengembangkan kebijakan dan prosedur melalui suatu proses yang melibatkan banyak pakar dan dari berbagai sudut pandang. Kebijakan dan prosedur ini kemudian mengidentifikasi akuntabilitas dan tanggung jawab serta bagaimana proses itu didokumentasikan dalam rekam medis pasien.
Standar HPK.2.4
Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan asesmen dan pengelolaan rasa sakit yang tepat.
Standar HPK.2.5
Rumah sakit mendukung hak pasien untuk mendapatkan perawatan penuh rasa hormat dan kasih sayang saat menjelang akhir kehidupannya.
72
gejala primer dan sekunder serta cara mengelola rasa sakit (juga lihat AP.1.7 dan PP.6); tanggapan terhadap keprihatinan psikologi, sosial, emosional, agama, serta budaya pasien dan keluarganya.(juga lihat HPK.1.1, HPK. 1.1.1, dan HPK.1.2), dan keterlibatan dalam mengambil keputusan tentang perawatannya (juga lihat PP.7, maksud dan tujuan).
Standar HPK.3
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang proses mereka menerima dan menanggapi keluhan, tindakan mereka bila ada konflik dan perbedaan pendapat tentang perawatan pasien, dan hak pasien untuk berperan serta dalam semua proses ini.
Standar HPK.4
Staf rumah sakit diedukasi tentang peran mereka dalam mengidentifikasi nilai-nilai dan kepercayaan pasien serta dalam melindungi hak-hak pasien.
73
Standar HPK.5
Semua pasien diberi tahu tentang hak dan tanggung jawab mereka dengan cara dan bahasa yang mudah dipahami.
Pernyataan ini sesuai dengan usia pasien, pemahaman, dan bahasa yang digunakan. Ketika komunikasi tertulis tidak lagi sesuai atau efektif, pasien dan keluarganya diberitahu tentang hak dan kewajiban mereka dalam bahasa dan cara yang mudah dipahami. (Juga lihat MKI.3, EP 1 dan 2)
Informed Consent
Standar HPK.6
Informed consent pasien diperoleh melalui cara yang telah ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh petugas terlatih dalam bahasa yang mudah dipahami pasien.
74
Pasien dan keluarga diberi informasi tentang apa saja tes, prosedur, dan perawatan yang memerlukan persetujuan dan bagaimana mereka dapat memberikan persetujuan (misalnya, dilakukan secara lisan, dengan menandatangani formulir persetujuan atau dengan beberapa cara lain). Pasien dan keluarga harus memahami siapa saja selain pasien yang bisa memberikan izin. Petugas yang ditunjuk telah dilatih untuk memberitahu pasien dan bagaimana cara memperoleh serta mendokumentasi persetujuan pasien (Juga lihat HPK.8, Maksud dan Tujuan)
Standar HPK.6.1
Pasien dan keluarganya memperoleh informasi memadai tentang penyakit, usulan perawatan, dan praktisi pelayanan kesehatan sehingga mereka dapat mengambil keputusan tentang perawatannya.
Standar HPK.6.2
Rumah sakit menentukan proses, dalam konteks hukum dan budaya yang berlaku, untuk pemberian persetujuan oleh orang lain.
75
Standar HPK.6.3
Persetujuan umum untuk perawatan yang diperoleh jika pasien menjalani rawat inap atau didaftar untuk pertama kalinya sebagai pasien rawat jalan, sudah jelas lingkup dan batasannya.
Standar HPK.6.4
Informed consent diperoleh sebelum pembedahan, anestesi, penggunaan darah dan produk darah, serta prosedur dan perawatan berisiko tinggi lainnya.
76
dan Tujuan) 2. Persetujuan diperoleh sebelum dilakukan anestesi (termasuk pembiusan sedang dan dalam). (Juga lihat PAB.5.1, maksud dan tujuan dan EP 1) 3. Persetujuan diperoleh sebelum penggunaan darah dan produk darah. 4. Persetujuan diperoleh sebelum prosedur dan perawatan berisiko tinggi. 5. Jati diri orang yang memberikan informasi kepada pasien dan keluarganya dicatat dalam rekam medis pasien. (Juga lihat HPK.8, EP 2) 6. Persetujuan ini didokumentasikan dalam rekam medis pasien dengan tanda tangan atau rekaman dari persetujuan secara lisan. (Juga lihat HPK.8, EP 2)
Standar HPK.6.4.1
Rumah sakit mendaftar seluruh kategori atau jenis perawatan dan prosedur yang membutuhkan informed consent khusus.
Penelitian
Standar HPK.7
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang cara mendapatkan akses ke penelitian klinis, pemeriksaan klinis, atau uji klinis yang melibatkan manusia.
77
Pasien diberitahu bahwa mereka dapat menolak untuk berpartisipasi atau membatalkan partisipasinya dan bahwa penolakan atau pembetalan itu tidak akan menganggu akses mereka terhadap layanan rumah sakit. Rumah sakit memiliki kebijakan dan prosedur untuk memberitahu pasien dan keluarganya tentang hal itu.
Standar HPK.7.1
Hak Pasien dan Keluarga (HPK)
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana pasien yang memilih berpartisipasi dalam penelitian klinis, pemeriksaan klinis, atau uji klinis akan dilindungi.
Standar HPK.8
Informed consent diperoleh sebelum pasien berpartisipasi dalam penelitian klinis, pemeriksaan klinis, dan uji klinis.
78
atau uji klinis, informed consent diberikan. Informasi yang diberikan pada saat keputusan ikut serta diambil menjadi dasar dari informed consent - (juga lihat HPK.6, Maksud dan Tujuan). Individu yang memberikan informasi dan mendapatkan persetujuan dicatat dalam rekam medik pasien.
Standar HPK.9
Rumah sakit memiliki komite atau cara lain untuk mengawasi seluruh penelitian dalam rumah sakit yang melibatkan pasien/manusia.
Standar HPK.10
Rumah sakit memberi tahu pasien dan keluarganya tentang bagaimana memutuskan untuk mendonasikan organ dan jaringan tubuh lainnya.
79
Standar HPK.11
Rumah sakit melakukan pengawasan terhadap pengambilan dan transplantasi organ serta jaringan tubuh.
* Di beberapa negara, hukum menentukan bahwa setiap orang adalah donor, kecuali ditentukan lain.
80
Gambaran Umum
Proses asesmen pasien yang efektif akan menghasilkan keputusan mengenai kebutuhan penanganan pasien sesegera mungkin dan berkesinambungan. Kebutuhan ini mencakup keadaan gawat darurat, elektif atau untuk perawatan terencana, bahkan ketika kondisi pasien berubah. Asesmen pasien merupakan suatu proses dinamis dan berlangsung terus-menerus di berbagai keadaan rawat inap dan rawat jalan serta departemen dan klinik. Asesmen pasien terdiri atas tiga proses utama: Pengumpulan informasi dan data mengenai status fisik, psikologis dan sosial serta riwayat kesehatan pasien Analisis data dan informasi, termasuk hasil tes laboratorium dan pencitraan diagnostik (imaging diagnostic) untuk mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan pasien Pengembangan rencana perawatan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang telah diidentifikasi Asesmen pasien perlu mempertimbangkan kondisi, usia, kebutuhan kesehatan dan permintaan atau preferensi pasien. Proses ini paling efektif dilakukan jika berbagai ahli kesehatan yang bertanggung jawab terhadap pasien bekerja bersama-sama.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, standar-standar berikut disajikan tanpa maksud dan tujuan ataupun elemen penilaian. Untuk informasi lebih lanjut mengenai standar tersebut silahkan lihat bagian berikutnya dalam bab ini yakni Standar, Tujuan, dan Elemen Penilaian. AP.1 Semua pasien yang dirawat oleh rumah sakit diidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatannya melalui suatu proses asesmen yang telah ditetapkan. AP.1.1 Rumah sakit telah menetapkan ruang lingkup dan isi asesmen, berdasarkan undang-undang, peraturan serta standar profesional yang berlaku. AP.1.2 Asesmen awal setiap pasien mencakup evaluasi faktor fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan. AP.1.3 Kebutuhan medis dan keperawatan pasien diidentifikasi sejak asesmen awal dan dicatat dalam rekam medis. AP.1.3.1 Asesmen medis dan keperawatan awal pasien gawat darurat didasarkan pada kebutuhan dan kondisi mereka. AP.1.4 Penilaian diselesaikan dalam kurun waktu yang ditentukan oleh rumah sakit. AP.1.4.1 Asesmen medis dan keperawatan awal diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk sebagai pasien rawat inap atau sebelumnya seperti yang diindikasikan oleh kondisi pasien dan kebijakan rumah sakit.
Temuan dari asesmen didokumentasikan dalam rekam medis pasien dan tersedia bagi mereka yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien. AP.1.5.1 Asesmen medis awal didokumentasikan sebelum perawatan anestesi atau pembedahan. AP.1.6 Pasien diperiksa status gizi dan kebutuhan fungsionalnya dan dirujuk untuk asesmen dan pengobatan lebih lanjut jika perlu. AP.1.7 Semua pasien rawat inap dan rawat jalan diperiksa apakah mengalami rasa nyeri dan diperiksa mengenai rasa nyeri tersebut jika ada. AP.1.8 Untuk melayani kelompok jenis pasien khusus, rumah sakit melakukan asesmen awal secara individual. AP.1.9 Terhadap pasien yang menjelang ajal dan keluarganya dilakukan asesmen dan asesmen ulang berdasarkan kebutuhan mereka masing-masing. AP.1.10 Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya asesmen khusus tambahan. AP.1.11 Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya perencanaan pemulangan. AP.2 Semua pasien diases ulang dengan interval tertentu berdasarkan kondisi dan pengobatan mereka untuk mengetahui respons mereka terhadap pengobatan. Selain itu juga untuk merencanakan perawatan lanjutan atau pemulangan. AP.3 Individu yang memenuhi kualifikasi melaksanakan sesmen dan asesmen ulang. AP.4 Dokter, perawat serta individu dan layanan lain yang bertanggung jawab terhadap perawatan pasien bekerja sama untuk menganalisis dan mengintegrasikan asesmen pasien. AP.4.1 Kebutuhan perawatan yang paling mendesak atau paling penting diidentifikasi. AP.1.5
Layanan Laboratorium
AP.5 Layanan laboratorium tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien. Semua layanan seperti itu memenuhi standar lokal dan nasional, undang-undang, dan peraturan yang berlaku. AP.5.1 Terdapat suatu program yang menjamin keselamatan laboratorium yang dijalankan dan didokumentasikan. AP.5.2 Pengujian dan interpretasi hasilnya dilakukan oleh individu dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepa. AP.5.3 Hasil laboratorium tersedia secara tepat waktu seperti yang telah ditetapkan oleh rumah sakit. AP.5.3.1 Terdapat suatu proses untuk melaporkan hasil-hasil kritis suatu pengujian diagnostik yang kritis. AP.5.4 Semua peralatan yang digunakan untuk uji laboratorium diinspeksi, dipelihara dan dikalibrasi secara berkala. Dokumentasi yang sesuai dibuat untuk kegiatan tersebut. AP.5.5 Reagen penting dan perlengkapan penting lainnya tersedia secara teratur dan dievaluasi untuk memastikan akurasi dan presisi hasil. AP.5.6 Prosedur untuk mengumpulkan, mengidentifikasi, menangani, memindahkan secara aman, dan membuang spesimen diikuti. AP.5.7 Digunakan norma dan rentang yang telah berlaku umum untuk menginterpretasi dan melaporkan hasil laboratorium klinis. AP.5.8 Orang (-orang) yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab untuk mengelola layanan laboratorium klinis atau layanan patologi. AP.5.9 Terdapat prosedur pengendalian mutu yang dijalankan dan didokumentasikan. AP.5.9.1 Terdapat suatu proses untuk uji keahlian (profiency testing). AP.5.10 Rumah sakit menilai ulang hasil pengendalian mutu secara berkala untuk semua sumber luar laboratorium. AP.5.11 Rumah sakit memiliki akses ke pakar di bidang diagnostik khusus bila diperlukan.
Standar AP.1.1
Rumah sakit telah menetapkan ruang lingkup dan isi asesmen, berdasarkan undang-undang, peraturan serta standar profesional yang berlaku.
86
4. Isi minimum penilaian yang dijalankan dalam kondisi rawat jalan ditetapkan dalam kebijakan.
Standar AP.1.2
Asesmen awal setiap pasien mencakup evaluasi faktor fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.
Untuk menyediakan informasi ini, asesmen awal mencakup evaluasi status medis pasien melalui pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatannya. Asesmen psikologi menentukan status emosional pasien (misalnya, apakah pasien mengalami depresi, merasa takut atau bersikap agresif dan dapat melukai dirinya sendiri atau orang lain). Pengumpulan informasi sosial pasien bukan dimaksudkan untuk mengklasifikasikan pasien. Sebaliknya, konteks sosial, budaya, keluarga dan ekonomi merupakan faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi responsnya terhadap penyakit dan pengobatan. Keluarga dapat sangat membantu dalam area asesmen ini dan dalam memahami keinginan dan preferensi pasien selama proses asesmen. Faktor ekonomi dinilai sebagai bagian dari asesmen sosial atau diases terpisah jika pasien dan keluarganya bertanggung jawab akan biaya untuk semua atau sebagian perawatan selama rawat inap atau setelah pemulangan. Berbagai individu yang memenuhi kualifikasi dapat dilibatkan dalam asesmen seorang pasien. Faktor yang paling penting adalah asesmen tersebut lengkap dan tersedia (juga lihat MKI.7, EP 2) bagi mereka yang merawat pasien. (Juga lihat AP.1.7, EP 1, mengenai asesmen nyeri)
Standar AP.1.3
Kebutuhan medis dan keperawatan pasien diidentifikasi sejak asesmen awal dan dicatat dalam rekam medis.
Standar AP.1.3.1
Asesmen medis dan keperawatan awal pasien keadaan darurat didasarkan pada kebutuhan dan kondisi mereka.
87
asesmen medis dan keperawatanlah yang terpenting untuk memulai perawatan, asesmen tambahan dapat pula dilaksanakan oleh praktisi perawatan kesehatan lain, termasuk asesmen khusus (juga lihat AP.1.8), dan asesmen yang khas untuk individu tertentu (juga lihat AP.1.7). Asesmen-asesmen ini harus diintegrasikan (juga lihat AP.4) dan kebutuhan perawatan yang paling mendesak diidentifikasi (juga lihat .4.1). Dalam keadaan gawat darurat, mungkin saja asesmen medis dan keperawatan awal hanya terbatas pada kebutuhan dan kondisi pasien yang terlihat. Di samping itu, apabila tidak ada waktu untuk mencatat riwayat lengkap dan pemeriksaan fisik seorang pasien gawat darurat yang membutuhkan pembedahan, maka dibuat catatan singkat dan diagnosis praoperasi sebelum pembedahan.
Standar AP.1.4
Asesmen diselesaikan dalam kurun waktu yang ditentukan oleh rumah sakit.
88
3. Hasil semua asesmen yang dilakukan di luar rumah sakit dinilai ulang dan/atau diverifikasi pada saat penerimaan sebagai pasien rawat inap. (Juga lihat AP.1.4.1 untuk bagian memperbarui dan mengulang asesmen medis yang sudah lebih dari 30 hari; juga lihat MKI.6, EP 1)
Standar AP.1.4.1
Asesmen medis dan keperawatan awal diselesaikan dalam waktu 24 jam setelah pasien masuk sebagai pasien rawat inap seperti yang diindikasikan oleh kondisi pasien dan kebijakan rumah sakit.
Standar AP.1.5
Temuan-temuan dari asesmen didokumentasikan dalam rekam medis pasien dan tersedia bagi mereka yang bertanggung jawab untuk perawatan pasien.
89
Standar AP.1.5.1
Asesmen medis awal didokumentasikan sebelum perawatan anestesi atau penanganan bedah.
Standar AP.1.6
Pasien diperiksa status gizi dan kebutuhan fungsionalnya dan dirujuk untuk asesmen dan pengobatan lebih lanjut jika perlu.
90
risiko jatuh (fall-risk) 5. Pasien diperiksa untuk kebutuhan mereka akan penilaian fungsional lebih jauh sebagai bagian dari asesmen awal. (Juga lihat SIKP.6, EP 2) 6. Pasien yang membutuhkan asesmen fungsional menurut kriteria tersebut dirujuk untuk penilaian semacam itu.
Standar AP.1.7
Semua pasien rawat inap dan rawat jalan diperiksa apakah mengalami rasa nyeri dan diperiksa mengenai rasa nyeri tersebut jika ada.
Standar AP.1.8
Untuk melayani kelompok jenis pasien khusus, rumah sakit melakukan asesmen awal secara individual.
Pasien dengan penyakit menular atau yang dapat berjangkit Pasien yang menjalani kemoterapi atau terapi radiasi Pasien yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh
Asesmen pasien yang dicurigai memiliki ketergantungan obat dan/atau alkohol dan asesmen korban penganiayaan dan penelantaran dibuat berdasarkan budaya kelompok jenis pasien yang bersangkutan. Asesmen-asesmen ini tidak dimaksudkan sebagai proses penyelidikan kasus secara proaktif. Sebaliknya, asesmen pasien ini lebih untuk merespons kebutuhan dan kondisi mereka dengan cara yang dapat diterima menurut budaya mereka dan bersifat rahasia. Proses asesmen ini dimodifikasi supaya sesuai dengan undang-undang dan peraturan lokal serta standar profesional yang berkaitan dengan kelompok jenis pasien dan situasi semacam itu serta melibatkan keluarga jika sesuai atau perlu.
Standar AP.1.9
Terhadap pasien yang menjelang ajal dan keluarganya dilakukan asesmen dan asesmen ulang berdasarkan kebutuhan mereka masing-masing.
92
Standar AP.1.10
Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya asesmen khusus tambahan.
Standar AP.1.11
Asesmen awal mencakup penentuan dibutuhkan atau tidaknya perencanaan pemulangan.
Standar AP.2
Semua pasien diases ulang pada interval tertentu berdasarkan kondisi dan pengobatan mereka untuk mengetahui respons mereka terhadap pengobatan. Selain itu juga untuk merencanakan perawatan lanjutan atau pemulangan.
93
Asesmen ulang dilakukan dan hasilnya dimasukkan ke dalam rekam medis pada interval teratur selama perawatan (misalnya staf keperawatan mencatat data-data vital secara berkala sebagaimana yang dibutuhkan berdasarkan kondisi pasien) setiap hari oleh seorang dokter untuk pasien perawatan akut atau lebih jarang, seperti yang diatur oleh kebijakan rumah sakit menanggapi perubahan signifikan dalam kondisi pasien diagnosis pasien telah berubah dan perawatan memerlukan perubahan perencanaan dan menentukan apakah obat-obatan atau pengobatan lainnya telah berhasil dan pasien dapat dipindahkan atau dipulangkan.
Standar AP.3
Individu yang memenuhi kualifikasi melaksanakan asesmen dan asesmen ulang.
Standar AP.4
Dokter, perawat serta individu dan layanan lain yang bertanggung jawab terhadap perawatan pasien bekerja sama untuk menganalisis dan mengintegrasikan asesmen pasien.
Standar AP.4.1
Kebutuhan perawatan yang paling mendesak atau paling penting diidentifikasi.
Standar AP.5
Layanan laboratorium tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien. Semua layanan semacam itu memenuhi standar lokal dan nasional, undang-undang dan peraturan yang berlaku.
95
Layanan laboratorium, termasuk yang diperlukan untuk keadaan darurat, dapat disediakan dalam rumah sakit, melalui perjanjian dengan rumah sakit lain atau keduanya. Layanan laboratorium tersedia setelah jam kerja untuk keadaan darurat. Sumber luar mudah diakses oleh pasien. Rumah sakit memilih sumber luar berdasarkan rekomendasi direktur atau individu lain yang bertanggung jawab akan layanan laboratorium. Sumber luar layanan laboratorium memenuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku dan diketahui memiliki riwayat mempunyai layanan yang akurat dan tepat waktu. Pasien diberitahu apabila sumber luar layanan laboratorium dimiliki oleh dokter yang merujuk.
Standar AP.5.1
Terdapat suatu program yang menjamin keselamatan laboratorium, yang dijalankan dan didokumentasikan.
96
4. 5. 6.
Risiko keselamatan yang diidentifikasi dibahas oleh proses dan/atau perangkat tertentu untuk mengurangi risiko terhadap keselamatan. (Juga lihat MKF.5, EP 5) Staf laboratorium diberikan pengarahan mengenai prosedur dan praktik keselamatan. (Juga lihat MKF.11, EP 1; TKKA.5.4, EP 1 dan 2; dan TKKA.6.1, EP 1) Staf laboratorium menerima penyuluhan mengenai prosedur baru dan bahan-bahan berbahaya yang baru diperoleh atau dikenal. (Juga lihat KPS.8, EP 3 dan 4)
Standar AP.5.2
Pengujian dan interpretasi hasilnya dilakukan oleh individu dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat.
Standar AP.5.3
Hasil laboratorium tersedia secara tepat waktu seperti yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
Standar AP.5.3.1
Terdapat suatu proses untuk melaporkan hasil-hasil kritis suatu pengujian diagnostik.
97
Standar AP.5.4
Semua peralatan yang digunakan untuk uji laboratorium diinspeksi, dipelihara dan dikalibrasi, secara berkala. Dokumentasi yang sesuai dibuat untuk kegiatan tersebut.
98
Standar AP.5.5
Reagen penting dan perlengkapan penting lainnya tersedia secara teratur dan dievaluasi untuk memastikan akurasi dan presisi hasil.
Standar AP.5.6
Prosedur untuk mengumpulkan, mengidentifikasi, menangani, memindahkan secara aman dan membuang spesimen diikuti.
Standar AP.5.7
Digunakan norma dan rentang yang telah berlaku umum untuk menginterpretasikan dan melaporkan hasil laboratorium klinis.
99
Standar AP.5.8
Orang (-orang) yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab untuk mengelola layanan laboratorium klinis atau layanan patologi.
100
6. Tanggung jawab untuk memantau dan meninjau semua layanan laboratorium di dalam atau di luar laboratorium ditetapkan dan dijalankan. (Juga lihat TKKA.3.3, EP 1 dan 3, dan TKKA.3.3.1, EP 1)
Standar AP.5.9
Terdapat prosedur pengendalian mutu yang dijalankan dan didokumentasikan.
Standar AP.5.9.1
Terdapat suatu proses untuk uji keahlian (proficiency testing).
Standar AP.5.10
Rumah sakit menilai ulang hasil pengendalian mutu secara berkala untuk semua sumber luar layanan laboratorium.
101
Standar AP.5.11
Rumah sakit memiliki akses ke pakar di bidang diagnostik khusus bila diperlukan.
Standar AP.6.1
Layanan radiologi dan pencitraan diagnostik disediakan rumah sakit atau tersedia melalui pengaturan dengan sumber luar.
Standar AP.6.2
Terdapat program yang menjamin keamanan radiasi yang dijalankan, diikuti dan didokumentasikan.
mengurangi risiko keamanan (seperti baju pelindung radiasi berlapis timah atau lead apron, alat pengukur dosis paparan radiasi atau radiation badges, dan semacamnya). (Juga lihat MKF.5, EP 5) 6. Staf radiologi dan pencitraan diagnostik mendapat pengarahan mengenai prosedur dan praktik kese- lamatan. (Juga lihat MKF.11, EP 1, dan TKKA.5.4, EP 1 dan 2) 7. Staf radiologi dan pencitraan diagnostik mendapat penyuluhan untuk prosedur dan bahan-bahan berbahaya baru. (Juga lihat KPS.8, EP 3 dan 4)
Standar AP.6.3
Individu dengan kualifikasi dan pengalaman yang tepat melakukan studi pencitraan diagnostik, menginterpretasikan hasilnya dan melaporkan hasilnya.
Standar AP.6.4
Hasil pengamatan radiologi dan pencitraan diagnostik tersedia secara tepat waktu seperti yang telah ditetapkan oleh rumah sakit.
104
2. Diukur ketepatan waktu pelaporan hasil pengamatan dalam situasi darurat/mendesak. 3. Hasil pengamatan radiologi diagnostik dan pencitraan diagnostik dilaporkan dalam kurun waktu yang memenuhi kebutuhan pasien. (Juga lihat PAB.7, EP 1)
Standar AP.6.5
Semua peralatan yang digunakan untuk melakukan pengamatan radiologi dan pencitraan diagnostik diinspeksi, dipelihara dan dikalibrasi secara berkala. Kegiatan tersebut didokumentasikan secara tepat.
Standar AP.6.6
Film X-ray dan perlengkapan lainnya tersedia secara teratur.
105
3. Semua perlengkapan disimpan dan dikeluarkan sesuai dengan pedoman. (Juga lihat MKF.5, EP 2) 4. Semua perlengkapan dievaluasi akurasi dan hasilnya secara berkala. 5. Semua perlengkapan diberi label dengan lengkap dan akurat. (Juga lihat MKF.5, EP 7)
Standar AP.6.7
Seseorang yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab untuk mengelola layanan radiologi diagnostik dan pencitraan diagnostik.
Standar AP.6.8
Asesmen Pasien (AP)
Terdapat prosedur pengendalian mutu yang dijalankan, diikuti, dan didokumentasikan.
106
pengujian reagen dan cairan(Juga lihat AP.6.6); dan dokumentasi hasil dan tindakan korektif.
Standar AP.6.9
Rumah sakit menilai ulang hasil pengendalian mutu secara berkala untuk semua sumber luar layanan diagnostik.
Standar AP.6.10
Rumah sakit memiliki akses ke pakar di bidang diagnostik khusus bila diperlukan.
107
Gambaran Umum
Tujuan utama suatu rumah sakit adalah merawat pasien. Untuk menyediakan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan unik setiap pasien, dibutuhkan perencanaan dan koordinasi tingkat tinggi. Ada beberapa kegiatan yang mendasar dalam perawatan pasien. Berlaku untuk semua bidang, kegiatan-kegiatan ini meliputi merencanakan dan memberikan perawatan kepada setiap pasien; memantau untuk memahami hasil perawatan itu; memodifikasi perawatan, jika diperlukan; menuntaskan perawatan; dan merencanakan tindak lanjut (follow-up). Banyak dokter, perawat, ahli farmasi, ahli terapi rehabilitasi, dan berbagai jenis praktisi perawatan kesehatan lainnya yang dapat melaksanakan kegiatan tersebut. Setiap praktisi memiliki peran yang jelas dalam perawatan pasien. Peran tersebut ditentukan berdasarkan lisensi; kredensial; sertifikasi; undang-undang dan peraturan; keterampilan, pengetahuan dan pengalaman khusus individu; dan kebijakan rumah sakit atau deskripsi jabatan. Beberapa tindak perawatan dapat dilakukan sendiri oleh pasien, keluarganya atau pemberi pelayanan terlatih lainnya. Standar Asesmen Pasien (AP, juga lihat hal. 83 -107) menjabarkan dasar pemberian perawatan - perencanaan untuk setiap pasien berdasarkan asesmen terhadap kebutuhannya. Perawatan tersebut dapat bersifat preventif, paliatif, kuratif atau rehabilitatif dan dapat mencakup anestesi, bedah, obat-obatan, terapi-terapi pendukung atau kombinasi dari hal-hal di atas. Untuk mencapai hasil yang optimal rencana perawatan tidak dapat berdiri sendiri melainkan harus dikoordinasi dan dintegrasikan oleh semua pihak yang merawat pasien.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, dan Elemen Penilaian.
PP.2
109
PP.2.2 Mereka yang diizinkan untuk menulis permintaan pasien menuliskannya pada tempat yang sama di rekam medis. PP.2.3 Prosedur yang dijalankan ditulis dalam rekam medis. PP.2.4 Para pasien dan keluarganya diberitahu mengenai hasil perawatan dan pengobatan, termasuk hasil yang tidak terduga.
110
Manajemen Nyeri
PP.6 Pasien didukung secara efektif dalam mengelola rasa nyerinya.
111
Standar PP.1
Kebijakan dan prosedur serta undang-undang dan peraturan yang berlaku memandu keseragaman perawatan untuk semua pasien.
Standar PP.2
Terdapat suatu proses untuk mengintegrasi dan mengoordinasikan perawatan yang diberikan kepada setiap pasien.
112
serta kemungkinan kondisi akhir pasien yang lebih baik. Oleh karena itu, pemimpin menerapkan pelbagai sarana dan teknik untuk mengintegrasi dan mengkoordinasikan perawatan pasien dengan lebih baik (misalnya, perawatan diberikan oleh tim, kunjungan terhadap pasien dilaksanakan oleh pelbagai departemen, formulir perencanaan perawatan bersama, rekam medis yang terintegrasi, manajer-manajer kasus). (Juga lihat AP.4, maksud dan tujuan) Rekam medis memfasilitasi dan mencerminkan integrasi dan koordinasi perawatan. Secara khusus, setiap praktisi mencatat pengamatan dan pengobatan dalam rekam medis. Selain itu, hasil atau kesimpulan dari pertemuan tim perawatan pasien kolaboratif atau diskusi pasien yang serupa ditulis dalam rekam medis. (Juga lihat PP.5, EP 2)
Standar PP.2.1
Perawatan yang diberikan kepada setiap pasien terencana dan tertulis dalam rekam medis.
113
4. Perkembangan (sasaran) yang diantisipasi diperbarui atau direvisi jika diperlukan berdasarkan penilaian ulang pasien oleh praktisi perawatan kesehatan. 5. Perawatan yang direncanakan untuk setiap pasien ditinjau dan diverifikasi oleh dokter yang bertanggung jawab dengan notasi dalam catatan perkembangan. (Juga lihat APKP.2.1, EP 1) 6. Perawatan yang direncanakan tersedia. (Juga lihat PP.2.3, Maksud dan Tujuan) 7. Perawatan yang diberikan untuk setiap pasien ditulis dalam rekam medis oleh profesional kesehatan yang memberikan perawatan. (Juga lihat PAB.5.2, EP 1; PAB.7.2, Maksud dan Tujuan; dan PP.2.3, EP 1)
Standar PP.2.2
Mereka yang diizinkan untuk menulis permintaan pasien menuliskannya pada tempat yang sama direkam medis.
Standar PP.2.3
Prosedur yang dijalankan ditulis dalam rekam medis.
114
Standar PP.2.4
Para pasien dan keluarganya diberi tahu mengenai hasil perawatan dan pengobatan, termasuk hasil yang tidak terduga.
Standar PP.3
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien berisiko tinggi dan penyediaan layanan berisiko tinggi.
115
Pasien dan layanan yang diidentifikasi dalam PP.3.1 hingga PP.3.9, jika terdapat dalam rumah sakit, disertakan dalam proses. Apabila ada lagi jenis pasien atau layanan lain dalam populasi pasien dan layanannya, maka juga dimasukkan. Rumah sakit dapat pula mengidentifikasi risiko tambahan sebagai akibat dari prosedur atau rencana perawatan (misalnya, kebutuhan untuk mencegah deep vein thrombosis, ulkus dekubitus, dan jatuh). Jika ada, risiko seperti itu dapat dicegah dengan mendidik staf dan menyusun kebijakan dan prosedur yang tepat. (Juga lihat HPK.1.5, EP 1 dan 2)
Standar PP.3.1
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien keadaan darurat.
Standar PP.3.2
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penggunaan layanan resusitasi di seluruh rumah sakit.
Standar PP.3.3
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penanganan, penggunaan, dan pemberian darah dan produk darah.
Standar PP.3.4
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menggunakan alat bantu kehidupan (life support) atau dalam keadaan koma.
Standar PP.3.5
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menderita penyakit menular dan penurunan kekebalan tubuh (immune-suppressed).
Standar PP.3.6
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menjalani dialisis.
Standar PP.3.7
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu penggunaan alat pengekang (restraint) dan perawatan pasien yang memakai alat pengekang.
Standar PP.3.8
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien lanjut usia, orang dengan keterbatasan, anak-anak, dan populasi pasien yang berisiko diperlakukan tak senonoh.
Standar PP.3.9
Terdapat kebijakan dan prosedur untuk memandu perawatan pasien yang menjalani kemoterapi atau pengobatan berisiko tinggi lainnya.
116
117
Standar PP.4
Berbagai pilihan makanan yang tepat untuk status gizi pasien dan konsisten dengan perawatan klinis pasien, tersedia secara teratur.
118
5. Apabila keluarga menyediakan makanan, mereka diberi penyuluhan mengenai batasan-batasan makanan bagi si pasien.
Standar PP.4.1
Penyiapan, penanganan, penyimpanan, dan pembagian makanan aman dan mematuhi undang-undang, peraturan dan praktik yang saat ini dapat diterima.
Standar PP.5
Pasien dengan risiko menderita gangguan gizi menerima terapi gizi.
Manajemen Nyeri
Standar PP.6
Pasien didukung secara efektif dalam mengelola rasa nyerinya.
119
psikologis yang negatif. Pasien memiliki hak untuk memperoleh asesmen dan manajemen nyeri yang tepat. (Juga lihat HPK.2.5, maksud dan tujuan). Berdasarkan lingkup layanan yang diberikan, rumah sakit memiliki proses untuk mengases dan mengelola rasa nyeri dengan tepat, termasuk a) menetapkan adanya pasien yang menderita nyeri pada saat asesmen awal dan asesmen ulang; b) pemberian manajemen nyeri sesuai dengan pedoman atau protokol; c) mengomunikasikan dengan pasien dan keluarga serta memberikan edukasi mengenai nyeri dan manajemen gejala dalam konteks keyakinan pribadi, budaya, dan agama mereka (Juga lihat HPK.1.1, EP 1); dan d) memberikan edukasi kepada praktisi perawatan kesehatan mengenai asesmen tentang nyeri dan manajemen nyeri. (Juga lihat HPK.2.4)
Standar PP.7
Rumah sakit menyediakan perawatan pada akhir hayat.
120
Untuk mencapai hal ini, semua staf perlu dibuat menyadari tentang kebutuhan khusus pasien di akhir hayatnya. Semua aspek perawatan selama tahap akhir kehidupan seorang pasien harus mengutamakan kenyamanan dan harga dirinya. Perawatan di akhir hayat yang disediakan rumah sakit mencakup a) menyediakan penanganan gejala yang tepat sesuai dengan keinginan pasien dan keluarga; b) menangani secara sensitif masalah seperti otopsi dan donor organ; c) menghormati nilai-nilai, agama, dan preferensi budaya pasien; d) melibatkan pasien dan keluarga dalam semua aspek perawatan; dan e) menanggapi masalah psikologis, emosional, spiritual, dan kultural pasien dan keluarga. Untuk mencapai tujuan ini, semua staf perlu disadarkan akan kebutuhan khusus pasien di akhir hayatnya. (Juga lihat HPK.2.5, maksud dan tujuan). Rumah sakit mengevaluasi mutu perawatan di akhir hayat dengan mengevaluasi persepsi keluarga dan staf mengenai perawatan yang diberikan.
Standar PP.7.1
Perawatan pasien dalam keadaan menjelang ajal mengoptimalkan kenyamanan dan martabatnya.
121
Gambaran Umum
Penggunaan anestesi, sedasi, dan intervensi bedah merupakan proses yang kompleks dan sering dijumpai di rumah sakit. Penggunaan tersebut membutuhkan asesmen lengkap dan menyeluruh terhadap pasien, perencanaan perawatan yang terintegrasi, pemantauan pasien secara terus-menerus dan transfer berdasarkan kriteria tertentu untuk perawatan lanjutan, rehabilitasi, serta transfer dan pemulangan pada akhirnya. Anestesi dan sedasi umumnya dipandang sebagai sebuah rangkaian proses mulai dari sedasi minimal hingga anestesi penuh. Karena respons pasien dapat berubah-ubah sepanjang berlangsungnya rangkaian tersebut, penggunaan anestesi dan sedasi diatur secara terpadu. Oleh sebab itu, bab ini meliputi anestesi dan sedasi sedang dan dalam, yang berpotensi membahayakan refleks protektif pasien untuk fungsi pernapasannya. Bab ini tidak membahas penggunaan sedasi minimal (anxiolysis, obat-obat penenang). Dengan demikian, penggunaan istilah anestesi hanya meliputi sedasi sedang dan dalam. Catatan: Standar anestesi dan bedah berlaku di lokasi manapun anestesi dan/atau sedasi sedang atau dalam digunakan; juga pada semua prosedur pembedahan dan invasif lainnya yang membutuhkan persetujuan (juga lihat HPK.6.4). Lokasi ini meliputi ruang operasi rumah sakit, bedah harian atau unit rumah sakit harian, klinik gigi dan klinik rawat jalan lainnya, layanan gawat darurat, area perawatan intensif, dan tempat lainnya.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaian. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud danTujuan, serta Elemen Penilaian.
PAB.2
Perawatan Sedasi
PAB.3 Kebijakan dan prosedur mengatur perawatan pasien yang sedang menjalani sedasi sedang dan dalam.
123
Perawatan Anestesi
PAB.4 PAB.5 Seseorang yang memenuhi kualifikasi melaksanakan asesmen praanestesi dan penilaian prainduksi. Perawatan anestesi setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan di dalam rekam medis. PAB.5.1 Risiko, manfaat, dan alternatif dibahas dengan pasien, keluarga pasien, atau mereka yang membuat keputusan untuk pasien. Anestesi yang digunakan dan teknik anestesi ditulis di dalam rekam medis.
Status fisiologis setiap pasien selama anestesi dipantau secara terus-menerus dan ditulis di dalam rekam medis. Status pascaanestesi setiap pasien dipantau dan didokumentasikan. Pasien dipindahkan dari area pemulihan oleh individu yang memenuhi kualifikasi atau dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan.
Perawatan Bedah
PAB.7 Perawatan bedah setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan berdasarkan hasil-hasil asesmen. PAB.7.1 Risiko, manfaat, dan alternatif dibahas dengan pasien, keluarga pasien, atau mereka yang membuat keputusan untuk pasien. Terdapat laporan bedah atau catatan operasi singkat dalam rekam medis pasien untuk memfasilitasi perawatan berkelanjutan. Status fisiologis setiap pasien dipantau secara terus-menerus selama dan segera sesudah pembedahan dan ditulis di dalam rekam medis. Perawatan pasien setelah pembedahan direncanakan dan didokumentasikan.
PAB.7.2
PAB.7.3
PAB.7.4
124
Standar PAB.1
Layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam) tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan semua layanan semacam itu memenuhi standar, undang-undang dan peraturan lokal dan nasional yang berlaku serta standar-standar profesional.
Standar PAB.2
Seseorang yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab untuk mengelola layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam).
125
merekomendasikan sumber dari luar untuk layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam); dan memantau dan mengkaji semua layanan anestesi (termasuk sedasi sedang dan dalam).
Standar PAB.3
Kebijakan dan prosedur mengatur perawatan pasien yang sedang menjalani sedasi sedang dan dalam.
126
sedasi pada pasien untuk memastikan bahwa sedasi yang direncanakan dan kadar sedasinya sesuai untuk pasien. Kebijakan rumah sakit menetapkan ruang lingkup dan isi penilaian ini. Selain dokter atau dokter gigi, seseorang yang memenuhi kualifikasi bertanggung jawab memantau tanpa henti parameter-parameter fisiologis pasien serta membantu upaya suportif atau resusitasi. Kualifikasi individu yang memantau peralatan dan perlengkapan sama dengan kualifikasi individu yang bertanggung jawab untuk sedasi yang disediakan di lokasi-lokasi lain dalam organisasi (misalnya, dalam ruang operasi dan klinik gigi rawat jalan). Dengan demikian, tingkat perawatan yang sama terjaga. (Juga lihat PP.1, EP 3, dan TKKA.3.2.1, EP 3) Definisi kadar-kadar sedasi dapat dilihat pada Glosarium manual ini di halaman 271.
Perawatan Anestesi
Standar PAB.4
Seseorang yang memenuhi kualifikasi melaksanakan asesmen praanestesi dan penilaian prainduksi.
127
fisiologis dan kesiapan pasien untuk anestesi dan dilaksanakan segera sebelum induksi anestesi. Apabila anestesi harus diberikan secara darurat, asesmen praanestesi dan asesmen prainduksi dapat dilaksanakan segera secara berurutan, atau secara bersama-sama, tetapi didokumentasikan secara terpisah.
Standar PAB.5
Perawatan anestesi setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan di dalam rekam medis.
Standar PAB.5.1
Risiko, manfaat, dan alternatif dibahas dengan pasien, keluarga pasien, atau mereka yang membuat keputusan untuk pasien.
Standar PAB.5.2
Jenis dan teknik anestesi yang digunakan ditulis di dalam rekam medis.
128
Standar PAB.5.3
Status fisiologis setiap pasien selama anestesi dipantau secara terus-menerus dan ditulis di dalam rekam medis.
Standar PAB.6
Status pascaanestesi setiap pasien dipantau dan didokumentasikan. Pasien dipindahkan dari area pemulihan oleh individu yang memenuhi kualifikasi atau dengan menggunakan kriteria yang telah ditetapkan.
129
c) Pasien tersebut dipindahkan ke unit yang mampu menyediakan perawatan pascaanestesi atau pascasedasi pasien khusus, seperti di antaranya unit perawatan intensif kardiovaskular, unit perawatan intensif bedah syaraf. Waktu kedatangan dan pemindahan dari wilayah pemulihan (atau pemberhentian pemantauan pemulihan) dicatat.
Standar PAB.7
Perawatan bedah setiap pasien direncanakan dan didokumentasikan berdasarkan hasil-hasil asemen.
130
Standar PAB.7.1
Risiko, manfaat, dan alternatif dibahas dengan pasien, keluarga pasien, atau mereka yang membuat keputusan untuk pasien.
Selain itu, apabila darah atau produk darah mungkin dibutuhkan, risiko dan alternatifnya didiskusikan. Ahli bedah pasien atau individu lain yang memenuhi kualifikasi memberikan informasi tersebut.
Standar PAB.7.2
Terdapat laporan bedah atau catatan operasi singkat dalam rekam medis pasien untuk memfasilitasi perawatan berkelanjutan.
131
Standar PAB.7.3
Status fisiologis setiap pasien dipantau secara terus-menerus selama dan segera sesudah pembedahan dan ditulis di dalam rekam medis. Catatan: Persyaratan ini akan dimasukkan di sini hanya jika prosedur tersebut dilaksanakan di bawah anestesi lokal, tanpa anestesi atau sedasi menyeluruh atau regional.
Standar PAB.7.4
Perawatan pasien setelah pembedahan direncanakan dan didokumentasikan.
132
3. 4. 5. 6.
atau diverifikasi oleh ahli bedah yang bertanggung jawab dengan tanda tangan bersama dalam dokumentasi rencana yang ditulis oleh utusan ahli bedah tersebut. Rencana keperawatan pascaoperasi didokumentasikan dalam rekam medis. Bila diindikasikan oleh kebutuhan pasien, rencana perawatan pascaoperasi yang disediakan oleh pihak lain didokumentasikan dalam rekam medis. Rencana perawatan didokumentasikan dalam rekam medis dalam waktu 24 jam setelah pembedahan. Perawatan yang direncanakan disediakan.
Dalam pengobatan simtomatik, preventif, kuratif, dan paliatif maupun tata kelola penyakit dan kondisinya, komponen yang penting adalah manajemen obat-obatan. Manajemen obat-obatan ini meliputi sistem dan proses yang digunakan rumah sakit untuk menyediakan farmakoterapi bagi pasiennya. Hal ini biasanya merupakan suatu upaya multidisiplin yang terkoordinasi oleh staf rumah sakit. Adapun prinsip-prinsip yang diterapkan mencakup merancang proses yang efektif, penerapan, dan perbaikan terhadap pemilihan, pengadaan, penyimpanan, permintaan/peresepan, penyalinan, distribusi, persiapan, pengeluaran, pemberian, dokumentasi dan pemantauan terapi obat-obatan. Meskipun peran-peran praktisi perawatan kesehatan dalam manajemen obat-obatan bisa berbeda jauh antara satu negara ke negara lain, proses manajemen obat-obatan yang dapat diandalkan untuk keselamatan pasien bersifat universal. Catatan: Obat-obatan didefinisikan sebagai obat-obatan dengan resep dokter; obat-obat sampel; obat herbal; vitamin; suplemen nutrisi (nutriceuticals); obat-obat bebas yang tidak memerlukan resep dokter; vaksin; atau zat diagnostik dan kontras yang digunakan atau diberikan pada pasien untuk keperluan diagnosis, mengobati, atau untuk mencegah penyakit atau kondisi abnormal lainnya; obat-obat radioaktif; pengobatan terapi pernapasan; nutrisi parenteral; derivatif darah; dan cairan infus (biasa, dengan elektrolit dan/atau obat).
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaian. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, serta Elemen Penilaian.
135
MPO.2.2
Rumah sakit dapat dengan segera memperoleh obat-obatan yang tidak ada dalam persediaan atau tidak biasa tersedia bagi rumah sakit atau pada saat-saat di mana apotek tutup.
Penyimpanan
MPO.3 Obat-obatan disimpan dengan baik dan aman. MPO.3.1 Kebijakan rumah sakit mendukung penyimpanan obat-obatan dan produk-produk nutrisi yang dapat dipakai secara tepat. Obat-obatan untuk keadaan darurat tersedia, terpantau, dan aman apabila disimpan di luar farmasi rumah sakit. Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali obat-obatan.
MPO.3.2
MPO.3.3
Rumah sakit menetapkan elemen-elemen suatu permintaan atau peresepan yang lengkap serta jenis permintaan yang dapat diterima dan digunakan. Rumah sakit menetapkan siapa saja yang memenuhi kualifikasi dan diizinkan untuk menulis resep atau meminta obat-obatan. Obat-obatan yang diresepkan dan diberikan ditulis dalam rekam medis pasien.
Pemberian
MPO.6 Rumah sakit mengidentifikasi mereka yang memenuhi kualifikasi dan diizinkan untuk memberikan obatobatan. MPO.6.1 Pemberian obat-obatan meliputi proses verifikasi bahwa obat-obatan tersebut tepat sesuai dengan permintaan. Kebijakan dan prosedur mengatur obat-obatan yang dibawa masuk ke dalam rumah sakit untuk dikonsumsi sendiri oleh pasien atau sebagai sampel.
MPO.6.2
Pemantauan
MPO.7 Efek-efek obat-obatan pada pasien dipantau. MPO.7.1 Kesalahan obat, termasuk kejadian nyaris cedera (near miss), dilaporkan melalui suatu proses dan kurun waktu yang ditetapkan rumah sakit.
136
Standar MPO.1
Obat-obatan yang digunakan di dalam rumah sakit sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku dan diatur untuk memenuhi kebutuhan pasien.
137
5. Layanan farmasi atau yang berkaitan dengan farmasi serta penggunaan obat-obatan mematuhi undangundang dan peraturan yang berlaku. 6. Sumber-sumber informasi obat yang sesuai tersedia dengan mudah bagi semua yang terlibat dalam penggunaan obat-obatan.
Standar MPO.1.1
Ahli farmasi atau teknisi yang memiliki lisensi yang sesuai, atau profesional terlatih lainnya mengawasi pelayanan farmasi atau yang berkaitan dengan farmasi.
Standar MPO.2
Pilihan obat-obatan yang tepat untuk peresepan atau permintaan ada dalam persediaan atau terdapat tersedia dengan mudah.
138
Standar MPO.2.1
Terdapat suatu metode untuk mengawasi daftar obat-obatan rumah sakit dan penggunaan obat-obatan.
Standar MPO.2.2
Rumah sakit dapat dengan segera memperoleh obat-obatan yang tidak ada dalam persediaan atau tidak biasa tersedia bagi rumah sakit atau pada saat-saat di mana farmasi tutup.
139
2. Terdapat proses untuk memperoleh obat-obatan pada saat farmasi rumah sakit tutup atau persediaan obatobatan dalam kondisi terkunci. (Juga lihat TKKA.3.2.1, EP 2) 3. Staf memahami proses-proses tersebut.
Standar MPO.3
Obat-obatan disimpan dengan baik dan aman.
Standar MPO.3.1
Kebijakan rumah sakit mendukung penyimpanan obat-obatan dan produk-produk nutrisi yang dapat dipakai secara tepat.
140
pengendalian penggunaannya. Hal ini disebabkan antara lain karena risikonya tinggi (obat-obatan radioaktif), kondisi yang tidak biasa (dibawa masuk oleh pasien), berpeluang untuk dimanfaatkan atau disalahgunakan (obatobatan sampel dan obat-obatan darurat), atau sifat khususnya (produk nutrisional yang dapat dipakai). Kebijakan tersebut membahas proses penerimaan, identifikasi obat, jika perlu, penyimpanan dan distribusinya.
Standar MPO.3.2
Obat-obatan untuk keadaan darurat tersedia, terpantau, dan aman bila disimpan di luar farmasi rumah sakit.
Standar MPO.3.3
Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali obat-obatan.
141
2. Ada kebijakan dan prosedur yang menangani penggunaan obat-obatan yang kadaluarsa atau ketinggalan zaman. 3. Ada kebijakan dan prosedur yang membahas penghancuran obat-obatan yang diketahui sudah kadaluarsa atau ketinggalan zaman. 4. Kebijakan dan prosedur itu diterapkan.
Standar MPO.4.1
Rumah sakit menetapkan elemen-elemen permintaan atau resep yang lengkap serta jenis permintaan yang dapat diterima dan digunakan.
142
c) Kapan obat generik atau bermerek dapat diterima atau diperlukan d) Apakah atau kapankah indikasi penggunaan diperlukan secara PRN (pro re nata, atau sesuai keperluan) atau berdasarkan permintaan lain dan kapan diperlukannya e) Tindakan atau prosedur pencegahan khusus untuk permintaan obat-obat yang terlihat mirip/memiliki nama yang mirip f) Tindakan-tindakan yang akan diambil apabila permintaan obat-obatan tidak lengkap, tidak terbaca atau tidak jelas g) Jenis-jenis penambahan permintaan yang diizinkan, seperti darurat, tetap, atau penghentian otomatis, dan unsur-unsur yang diperlukan dalam permintaan semacam itu h) Permintaan obat-obatan secara verbal dan melalui telepon serta proses untuk memverifikasi permintaan tersebut (Juga lihat TKKA.2, EP 1) i) Jenis-jenis permintaan berdasarkan berat badan, seperti misalnya untuk populasi pediatrik Dengan demikian, berdasarkan standar-standar inilah permintaan obat di seluruh rumah sakit harus dijalankan. Diterapkannya kebijakan ini akan tercermin dalam permintaan lengkap yang dimasukkan ke dalam catatan pasien; farmasi rumah sakit atau unit pembagian lain yang menerima informasi yang diperlukan untuk membagikan obat, serta pemberian obat-obatan sesuai dengan permintaan lengkap.
Standar MPO.4.2
Rumah sakit mengidentifikasi mereka yang memenuhi kualifikasi dan diizinkan untuk peresepan atau permintaan obat-obatan.
143
Standar MPO.4.3
Obat-obatan yang diresepkan dan diberikan ditulis dalam rekam medis.
Standar MPO.5
Obat-obatan disiapkan dan dibagikan dalam lingkungan yang aman dan bersih.
Standar MPO.5.1
Resep atau permintaan obat-obatan diperiksa kelayakannya.
144
menetapkan seperti apa informasi spesifik pasien yang dibutuhkan bagi pemeriksaan resep atau permintaan yang efektif. Hal ini dilaksanakan sebelum pengeluaran atau sebelum pemberian bila obat-obatan dikeluarkan dari lokasi di luar farmasi rumah sakit. Bila muncul pertanyaan, individu yang menulis resep atau permintaan obat-obatan tersebut dihubungi. Proses untuk memeriksa permintaan atau resep sebelum pengeluaran meliputi evaluasi oleh profesional yang terlatih dalam segi a) kelayakan obat, dosis, frekuensi dan rute pemberian; b) duplikasi terapeutik; c) alergi atau sensitivitas yang terjadi atau potensial terjadi; d) interaksi antara obat-obatan dan obat-obatan lain atau makanan yang terjadi atau potensial terjadi; e) variasi dari kriteria penggunaan dari rumah sakit; f) berat badan pasien dan informasi fisiologis lainnya; dan g) kontraindikasi lainnya. Pemeriksa permintaan atau resep obat-obatan memiliki kompetensi untuk melaksanakan hal tersebut berdasarkan pendidikan atau pelatihan, sebagaimana ditentukan oleh pemberian hak istimewa, atau telah menunjukkan kompetensinya dalam proses pemeriksaan. Sebagai tambahan, pemeriksaan kelayakan mungkin tidak diperlukan atau kurang sesuai dalam keadaan darurat atau bila dokter pemesannya hadir untuk melakukan permintaan, memberikan dan memantau pasien (misalnya, di ruang operasi atau bagian gawat darurat), atau dalam radiologi intervensi atau pencitraan diagnostik di mana obat-obatan merupakan bagian dari prosedur. Terdapat suatu catatan (profil) mengenai semua obat-obatan yang diberikan kepada pasien kecuali obat-obatan darurat dan yang diberikan sebagai bagian dari prosedur untuk memfasilitasi pemeriksaan. Bila untuk pemeriksaan silang (cross-check) obat-obatan/interaksi obat dan alergi obat, digunakan program piranti lunak pada komputer, piranti lunak tersebut diperbarui menurut jadwal yang sesuai.
Standar MPO.5.2
Suatu sistem digunakan untuk mengeluarkan obat-obatan dengan dosis yang tepat bagi pasien yang benar pada saat yang tepat.
145
disiapkan dan dibagikan dengan bentuk/wadah laindan tidak segera diberikanobat-obatan tersebut harus diberi label dengan nama obatnya, dosis/konsentrasinya, tanggal penyiapan, dan tanggal kadaluarsa. Pusat farmasi rumah sakit dan tempat-tempat distribusi obat-obatan lainnya di seluruh rumah sakit menggunakan sistem yang sama. Sistem ini mendukung pengeluaran obat-obatan yang akurat secara tepat waktu.
Standar MPO.6
Rumah sakit mengidentifikasi mereka yang memenuhi kualifikasi dan diizinkan untuk memberikan obat-obatan.
Standar MPO.6.1
Pemberian obat-obatan meliputi proses verifikasi bahwa obat-obatan tersebut tepat sesuai dengan permintaan.
146
Rumah sakit menetapkan proses verifikasi untuk digunakan pada pemberian obat-obatan. Proses pemeriksaan kelayakan yang dijabarkan dalam MPO.5.1 juga harus dilaksanakan oleh individu yang memenuhi kualifikasi bila obat-obatan disiapkan dan dikeluarkan oleh unit perawatan pasien.
Standar MPO.6.2
Kebijakan dan prosedur mengatur obat-obatan yang dibawa masuk ke dalam rumah sakit untuk dikonsumsi sendiri oleh pasien atau sebagai sampel.
Standar MPO.7
Efek-efek obat-obatan pada pasien dipantau.
147
respons terapi yang diantisipasi serta respons alergi, obat/interaksi obat yang tidak terduga, atau perubahan sistem keseimbangan pasien yang dapat meningkatkan risiko jatuh dan sebagainya. Pemantauan efek-efek obat mencakup pengamatan dan dokumentasi setiap efek samping (efek tak terduga) yang muncul. Rumah sakit memiliki kebijakan untuk mengidentifikasi semua efek samping yang harus dicatat dan yang harus dilaporkan. Rumah sakit menyusun mekanisme pelaporan efek samping yang terjadi jika diwajibkan dan kurun waktu pelaporan.
Standar MPO.7.1
Kesalahan obat, termasuk kejadian nyaris cedera (near miss), dilaporkan melalui suatu proses dan kurun waktu yang ditetapkan rumah sakit.
148
Gambaran Umum
Penyuluhan bagi pasien dan keluarganya membantu pasien untuk dapat berpartisipasi lebih baik dalam perawatan dan mengambil keputusan-keputusan perawatan. Penyuluhan ini diberikan oleh berbagai staf rumah sakit. Penyuluhan diberikan pada saat pasien berinteraksi dengan dokternya atau dengan perawat. Pihak lain memberikan penyuluhan pada saat mereka memberikan layanan-layanan khusus, seperti rehabilitasi atau terapi nutrisi, atau saat mempersiapkan pasien untuk pulang dan perawatan lanjutan. Oleh karena banyaknya staf yang membantu menyuluh pasien dan keluarganya, maka staf rumah sakit perlu mengkoordinasikan kegiatan mereka dan memfokuskan diri pada apa saja yang perlu dipelajari pasien. Dengan demikian, penyuluhan yang efektif diawali dengan melakukan penilaian terhadap kebutuhan belajar pasien dan keluarganya. Penilaian ini menentukan bukan hanya apa yang harus dipelajari melainkan juga bagaimana cara terbaik untuk melaksanakan pembelajaran tersebut. Pembelajaran sendiri akan berlangsung paling efektif jika disesuaikan dengan pilihan belajar, nilai agama dan budaya serta kemampuan membaca dan bahasa seseorang. Pembelajaran juga dipengaruhi oleh kapan waktu pelaksanaannya dalam proses perawatan. Penyuluhan mencakup pengetahuan yang diperlukan selama proses perawatan dan pengetahuan yang diperlukan setelah pasien dipindahkan ke tempat perawatan lain atau dipulangkan. Dengan demikian, penyuluhan dapat mencakup informasi mengenai sumber daya di masyarakat untuk perawatan tambahan dan perawatan tindak lanjut (follow-up) yang dibutuhkan serta bagaimana cara mengakses layanan gawat darurat jika diperlukan. Penyuluhan yang efektif dalam suatu rumah sakit menggunakan format elektronik dan visual yang tersedia, berbagai teknik pembelajaran jarak jauh, dan cara-cara lain-lain.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan, pernyataan tujuan, atau elemen terukurnya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Tujuan, dan Elemen Terukur. PPKP.1 Rumah sakit menyediakan penyuluhan yang mendukung partisipasi pasien dan keluarganya dalam keputusan perawatan dan proses perawatan. PPKP.2 Kebutuhan penyuluhan setiap pasien diases dan dimasukkan ke dalam rekam medisnya. PPKP.2.1 Kemampuan dan kemauan pasien serta keluarganya untuk belajar diases.
151
PPKP.3 Penyuluhan dan pelatihan membantu memenuhi kebutuhan kesehatan pasien yang berkesinambungan. PPKP.4 Penyuluhan pasien dan keluarganya mencakup topik-topik berikut, yang berkaitan dengan perawatan pasien: penggunaan obat-obatan yang aman, penggunaan peralatan medis yang aman, potensi interaksi antara obat-obatan dan makanan, panduan gizi, manajemen nyeri, serta teknik-teknik rehabilitasi. PPKP.5 Metode penyuluhan mempertimbangkan nilai dan preferensi pasien dan keluarganya serta memungkinkan interaksi yang memadai antara pasien, keluarga pasien dan staf untuk terjadinya pembelajaran. PPKP.6 Profesional kesehatan yang merawat pasien bekerja sama untuk menyediakan penyuluhan.
Tujuan PPKP.1
Rumah sakit memberikan penyuluhan bagi pasien dan keluarga pasien supaya mereka mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk berpartisipasi dalam proses perawatan kesehatan dan keputusan perawatan. Setiap rumah sakit memasukkan penyuluhan ke dalam proses perawatan berdasarkan misinya, layanan yang disediakan, serta populasi pasiennya. Penyuluhan direncanakan untuk memastikan bahwa setiap pasien mendapat penyuluhan yang dibutuhkannya. Rumah sakit memilih cara untuk mengelola sumber daya pendidikannya dengan efektif dan efisien. Rumah sakit dapat menunjuk koordinator penyuluhan atau komite penyuluhan, menyelenggarakan layanan penyuluhan, atau bekerja dengan semua staf untuk menyediakan penyuluhan secara terkoordinasi.
Standar PPKP.2
Kebutuhan penyuluhan setiap pasien diases dan dimasukkan ke dalam rekam medisnya.
Tujuan PPKP.2
Penyuluhan berfokus pada pengetahuan dan keterampilan khusus yang akan dibutuhkan pasien dan keluarganya untuk membuat keputusan perawatan, berpartisipasi dalam perawatan, dan melanjutkan perawatan di rumah. Hal ini berbeda dengan arus informasi pada umumnya antara staf dan pasien yang bersifat informatif, tetapi tidak edukatif. Untuk memahami kebutuhan edukasi setiap pasien dan keluarganya, terdapat proses penilaian untuk menetapkan jenis operasi bedah, prosedur invasif lainnya dan pengobatan apa saja yang direncanakan, apakah kebutuhan keperawatannya, dan apakah kebutuhan perawatan lanjutannya nanti setelah pasien pulang. Penilaian ini memungkinkan mereka yang merawat pasien untuk dapat merencanakan dan memberikan penyuluhan yang diperlukan. Penyuluhan oleh staf rumah sakit diberikan kepada pasien dan keluarganya untuk mendukung keputusan dalam proses perawatan. Penyuluhan yang disediakan merupakan bagian dari proses untuk memperoleh pernyataan persetujuan (misalnya, untuk pembedahan dan anestesi) dan didokumentasikan dalam rekam medis. Selain itu, apabila pasien atau keluarganya berpartisipasi secara langsung dalam penyediaan perawatan (misalnya mengganti perban, memberi makan pasien, memberikan obat-obatan dan pengobatan lainnya), mereka perlu diberi penyuluhan. Setelah kebutuhan penyuluhan diidentifikasi, kebutuhan-kebutuhan ini ditulis dalam rekam medis. Hal ini membantu semua pemberi pelayanan untuk berpartisipasi dalam proses penyuluhan. Setiap rumah sakit memutuskan di mana dan dalam format apa dalam rekam medis asesmen pendidikan, perencanaan, dan penyampaian informasi itu dicatat.
Standar PPKP.2.1
Kemampuan dan kemauan pasien serta keluarganya untuk belajar diases.
Tujuan PPKP.2.1
Kekuatan dan kekurangan dalam pengetahuan dan keterampilan diidentifikasi dan digunakan untuk merencanakan penyuluhan. Ada banyak variabel pasien yang menentukan apakah pasien dan keluarga pasien bersedia dan mampu untuk belajar. Dengan demikian, untuk merencanakan penyuluhan, rumah sakit harus menilai a) kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut pasien dan keluarganya; b) kecakapan baca tulis, tingkat pendidikan dan bahasa mereka; c) hambatan emosional dan motivasi; d) keterbatasan fisik dan kognitif; serta e) kemauan pasien untuk menerima informasi (Juga lihat HPK.5, EP 3)
Standar PPKP.3
Penyuluhan dan pelatihan membantu memenuhi kebutuhan kesehatan pasien yang berkesinambungan.
Tujuan PPKP.3
Sering kali pasien memerlukan perawatan tindak lanjut/follow-up untuk memenuhi kebutuhan kesehatan yang berkesinambungan atau untuk mencapai sasaran kesehatan mereka. Informasi kesehatan umum yang disediakan oleh rumah sakit atau dari sumber daya masyarakat dapat mencakup kapan kegiatan sehari-hari dapat dilanjutkan kembali setelah pasien pulang, praktik-praktik pencegahan yang relevan untuk kondisi atau sasaran kesehatan pasien, informasi mengenai cara menanggulangi penyakit atau cacat/ketidakmampuan jika relevan dengan kondisi pasien. Rumah sakit mengidentifikasi sumber daya pendidikan dan pelatihan yang tersedia di masyarakat. Secara khusus, dicarilah rumah sakit umum yang mendukung pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit, dan, jika memungkinkan, dijalin hubungan kerja sama yang berkesinambungan dengan rumah sakit-rumah sakit ini.
154
mereka secara berkesinambungan atau untuk mencapai sasaran kesehatan mereka. (Juga lihat MKI.3, EP 1 dan 2) 2. Rumah sakit mengidentifikasi dan membangun hubungan kerja sama dengan sumber daya masyarakat yang mendukung pendidikan tentang pemeliharaan kesehatan yang berkesinambungan dan pencegahan penyakit. (Juga lihat APKP.3.1, EP 2, dan TKKA.3.1, EP 2) 3. Apabila diindikasi oleh kondisi pasien, pasien dirujuk pada sumber daya yang tersedia dalam masyarakat. (Juga lihat TKKA.3.1, EP 2)
Standar PPKP.4
Penyuluhan pasien dan keluarganya mencakup topik-topik berikut, yang berkaitan dengan perawatan pasien: penggunaan obat-obatan yang aman, penggunaan peralatan medis yang aman, potensi interaksi antara obatobatan dan makanan, panduan gizi, manajemen nyeri, serta teknik-teknik rehabilitasi.
Tujuan PPKP.4
Rumah sakit memberikan penyuluhan secara rutin kepada pasien untuk bidang-bidang yang berisiko tinggi. Penyuluhan membantu proses pemulihan pasien ke tingkat fungsional sebelumnya dan pemeliharaan kesehatan yang optimal. Dengan menggunakan materi dan proses-proses yang sudah standar, rumah sakit memberikan penyuluhan kepada pasien setidaknya untuk topik-topik berikut Bagaimana menggunakan secara aman dan efektif semua obat-obatan yang dikonsumsi pasien (bukan hanya obat-obatan sesudah pasien pulang), termasuk efek samping obat yang mungkin terjadi Bagaimana menggunakan peralatan medis secara aman dan efektif Interaksi yang mungkin terjadi antara obat-obatan resep dengan obat-obatan lain (termasuk obat obatan bebas) dan dengan makanan Diet dan gizi Manajemen nyeri Teknik-teknik rehabilitasi
Standar PPKP.5
Metode penyuluhan dipilih dengan mempertimbangkan nilai yang dianut dan preferensi pasien dan keluarganya serta memungkinkan terjadinya interaksi yang memadai antara pasien, keluarga pasien dan staf sehingga terjadi proses pembelajaran.
155
Tujuan PPKP.5
Metode yang digunakan untuk mendidik pasien dan keluarganya harus diperhatikan apabila kita ingin proses pembelajaran terjadi. Pemahaman akan pasien dan keluarganya membantu rumah sakit dalam memilih tenaga pendidik dan metode penyuluhan yang sesuai dengan nilai dan preferensi pasien dan keluarganya. Pemahaman ini juga bertujuan mengidentifikasi peran keluarga dan metode pengajaran yang digunakan. Pasien dan keluarga pasien dianjurkan untuk berpartisipasi dalam proses perawatan dengan berani bicara dan mengajukan pertanyaan pada staf untuk memastikan bahwa mereka sudah memiliki pemahaman yang benar dan mengetahui bagaimana nantinya mereka mesti berpartisipasi. Staf menyadari pentingnya peran pasien dalam penyediaan perawatan yang aman dan bermutu tinggi. Peluang interaksi antara staf, pasien, dan keluarganya memungkinkan adanya masukan untuk menjamin bahwa informasi dimengerti, bermanfaat dan dapat digunakan (Juga lihat MKI.3, EP 1 dan 2). Rumah sakit juga memutuskan kapan dan bagaimana penyuluhan lisan ditunjang dengan materi-materi tertulis untuk meningkatkan pemahaman dan menyediakan referensi penyuluhan di masa mendatang.
Standar PPKP.6
Profesional kesehatan yang merawat pasien bekerja sama untuk menyediakan penyuluhan.
156
Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien Bagian II: Standar-standar Manajemen Organisasi Pelayanan Kesehatan (PMKP) 159
Gambaran Umum
Bab ini menjabarkan pendekatan menyeluruh terhadap perbaikan mutu dan keselamatan pasien. Untuk memperbaiki mutu secara keseluruhan, kita perlu secara terus-menerus mengurangi risiko terhadap pasien dan staf. Risiko semacam itu dapat muncul dalam proses klinis maupun lingkungan fisik rumah sakit. Pendekatan ini meliputi: bagaimana memimpin dan merencanakan program perbaikan mutu dan keselamatan pasien; bagaimana merancang suatu proses klinis dan manajerial yang baru dengan baik; bagaimana mengases seberapa baiknya proses berjalan melalui pengumpulan data; bagaimana menganalisis data itu; dan bagaimana menerapkan dan mempertahankan perubahan yang ditimbulkan dalam proses perbaikan mutu. Program perbaikan mutu dan keselamatan pasien perlu mendapat dorongan dari pemimpin; bertujuan mengubah budaya rumah sakit; secara proaktif mengidentifikasi dan mengurangi risiko dan variasinya; menggunakan data untuk memfokuskan diri pada masalah-masalah yang menjadi prioritas; dan bertujuan mempertunjukkan terjadinya perbaikan yang berkelanjutan.
Mutu dan keselamatan berakar pada pekerjaan sehari-hari setiap profesional perawatan kesehatan dan staf lainnya. Pada saat dokter atau perawat melakukan asesmen tentang kebutuhan pasien dan memberikan perawatan kepadanya, bab ini dapat membantu mereka memahami bagaimana cara membuat perbaikan nyata yang dapat menolong si pasien dan mengurangi risiko yang dihadapi. Demikian pula, para manajer, staf pendukung dan lain-lain dapat menerapkan standar-standar tersebut dalam pekerjaan sehari-hari untuk memahami bagaimana membuat proses lebih efisien, memanfaatkan sumber daya lebih bijaksana, dan mengurangi risiko-risiko fisik. Bab ini menekankan bahwa upaya terus-menerus merencanakan, merancang, mengukur, menganalisis dan meningkatkan proses klinis maupun manajerial harus diatur dengan baik dan membutuhkan kepemimpinan yang jelas agar dicapai hasil maksimal. Pendekatan ini telah memperhitungkan fakta bahwa sebagian besar proses perawatan klinis melibatkan lebih dari satu departemen atau unit dan dapat melibatkan banyak invididu. Pendekatan ini juga memperhitungkan bahwa sebagian besar masalah klinis dan manajerial itu saling berhubungan. Dengan demikian, upaya untuk meningkatkan proses tersebut harus dipandu dengan kerangka kerja yang menyeluruh baik bagi kegiatan manajemen maupun kegiatan yang berkaitan dengan perbaikan mutu di rumah sakit; juga dipantau oleh kelompok atau panitia pengawasan perbaikan mutu dan keselamatan pasien. Standar akreditasi internasional ini membahas kegiatan manajerial dan klinis dalam suatu rumah sakit secara
161
mendetail, termasuk kerangka kerja untuk meningkatkan kegiatan tersebut dan mengurangi risiko yang terkait dengan proses-proses yang bervariasi. Dengan demikian, kerangka kerja yang disajikan dalam standar ini tidak hanya sesuai untuk berbagai macam program yang terstruktur tetapi juga sesuai dengan pendekatan terhadap perbaikan mutu dan keselamatan pasien yang sifatnya tidak begitu formal. Kerangka kerja ini juga dapat menggabungkan program pengukuran tradisional, seperti yang berkaitan dengan peristiwa yang tidak terduga (manajemen risiko) dan penggunaan sumber daya (manajemen pemanfaatan). Sejalan dengan waktu, rumah sakit yang mengikuti kerangka kerja tersebut akan dapat mengembangkan dukungan kepemimpinan yang lebih besar untuk program di tingkat rumah sakit; melatih dan melibatkan lebih banyak staf; menetapkan prioritas yang lebih jelas mengenai apa yang harus diukur; mengambil keputusan berdasarkan pengukuran data; dan membuat perbaikan atas dasar perbandingan terhadap rumah sakit lain, di tingkat nasional maupun internasional.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Untuk memudahkan, standar-standar berikut disajikan tanpa maksud dan tujuan mereka ataupun elemen penilaian. Tentang informasi lebih lanjut mengenai standar tersebut, silahkan lihat bagian berikutnya dalam bab ini, Standar, Maksud dan Tujuan, serta Elemen Penilaian. PMKP.1 Mereka yang bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola rumah sakit berpartisipasi dalam perencanaan dan pengukuran program perbaikan mutu dan keselamatan pasien. PMKP.1.1 Pemimpin rumah sakit bekerja sama melaksanakan program perbaikan mutu dan keselamatan pasien. PMKP.1.2 Pemimpin menetapkan mana prioritas yang harus diukur dan kegiatan perbaikan serta keselamatan pasien mana yang harus dilaksanakan. PMKP.1.3 Pemimpin menyediakan dukungan teknologi dan lain-lain bagi program perbaikan mutu dan keselamatan pasien. QPS.1.4 QPS.1.5 Informasi perbaikan mutu dan keselamatan pasien dikomunikasikan kepada staf. Staf dilatih untuk berpartisipasi dalam program.
162
PMKP.3.2
PMKP.3.3
PMKP.7 PMKP.8
Perbaikan
PMKP.9 Perbaikan mutu dan keselamatan dicapai dan berkelanjutan. PMKP.10 Kegiatan perbaikan dan keselamatan dilakukan pada area prioritas yang telah diidentifikasi oleh pemimpin rumah sakit. PMKP.11 Suatu program manajemen risiko yang berkelanjutan digunakan untuk mengidentifikasi dan mengurangi Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dan risiko-risiko keselamatan lainnya pada pasien dan staf.
163
Standar PMKP.1
Mereka yang bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola rumah sakit berpartisipasi dalam perencanaan dan pengukuran program perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
Standar PMKP.1.1
Pemimpin rumah sakit bekerja sama melaksanakan program perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
164
keselamatan pasien, atau program dan unit lainnya. Untuk memperbaiki hasil perawatan terhadap pasien diperlukan program yang inklusif, karena pasien menerima perawatan dari berbagai departemen dan jawatan dan/atau berbagai staf klinis; dan pendekatan sistematis di mana pendekatan tersebut menerapkan proses mutu dan pengetahuan yang setidaknya mirip atau seragam dalam melaksanakan semua kegiatan perbaikan dan keselamatan pasien.
Standar PMKP.1.2
Pemimpin menetapkan prioritas, proses mana yang harus diukur dan kegiatan perbaikan serta keselamatan pasien mana yang harus dilaksanakan.
Standar PMKP.1.3
Pemimpin menyediakan dukungan teknologi dan lain-lain bagi program perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
165
Standar PMKP.1.4
Informasi perbaikan mutu dan keselamatan pasien dikomunikasikan kepada staf.
Standar PMKP.1.5
Staf dilatih untuk berpartisipasi dalam program.
Standar PMKP.2
Rumah sakit merancang sistem dan proses, baik yang baru maupun dari hasil modifikasi berdasarkan prinsip perbaikan mutu.
166
Standar PMKP.2.1
Clinical practice guidelines (pedoman praktik klinis), clinical pathways (alur klinis), dan/atau protokol klinis digunakan untuk memandu perawatan klinis.
167
secara konsisten menyediakan perawatan bermutu tinggi dengan menggunakan praktik-praktik yang sudah terbukti.
Berbagai sarana dapat digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan di atas dan tujuan lainnya. Sebagai contoh, yang diupayakan para praktisi pelayanan kesehatan adalah mengembangkan proses perawatan klinis dan membuat keputusan berdasarkan bukti ilmiah terbaik yang tersedia. Untuk upaya ini, clinical practic guidelines merupakan sarana yang bermanfaat untuk memahami dan menerapkan sains terbaik pada diagnosis atau kondisi-kondisi tertentu. Selain itu, para praktisi pelayanan kesehatan pasti juga berupaya untuk menstandarisasi proses perawatan. Clinical care pathway (alur perawatan klinis) dan protokol klinis merupakan sarana yang berguna untuk memastikan terlaksananya integrasi dan koordinasi yang efektif terhadap perawatan dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada. Pedoman praktik klinis, clinical care pathway, dan protokol klinis yang sesuai dengan populasi pasien dan misi rumah sakit adalah a) dipilih dari semua yang dapat diberlakukan terhadap jenis layanan dan pasien rumah sakit ybs. (jika ada, pedoman nasional yang bersifat wajib disertakan dalam proses ini); b) dievaluasi kesesuaiannya bagi populasi pasien rumah sakit; c) disesuaikan, jika perlu, dengan teknologi, obat-obatan, dan sumber daya lainnya yang ada di rumah sakit atau dengan norma profesional yang diakui secara nasional; d) dinilai seberapa jauh terbukti secara ilmiah; e) secara formal disetujui atau diterapkan oleh rumah sakit; f) diterapkan dan diukur bagaimana bila digunakan secara konsisten dan bagaimana pula efektivitasnya; g) didukung oleh staf yang terlatih untuk menerapkan pedoman atau pathway; dan h) diperbarui secara berkala berdasarkan perubahan-perubahan yang ada di dalam bukti dan evaluasi terhadap proses dan hasilnya. Setiap tahun rumah sakit diharapkan untuk mencapai: Setidaknya ada lima bidang prioritas sebagai fokus yang ditetapkan oleh pemimpin rumah sakit, sebagai misal diagnosis pasien, prosedur, populasi, atau penyakit. Di bidang-bidang tersebut guidelines (pedoman), pathway (alur), dan protokol berdampak terhadap aspek mutu dan keselamatan perawatan pasien; juga dapat mengurangi terjadinya variasi hasil yang tidak diinginkan. Seluruh proses dari a) hingga h) di atas terpenuhi untuk bidang-bidang fokus yang diprioritaskan.
Standar PMKP.3
Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran-ukuran penting dalam struktur, proses, dan hasil kerja rumah
168
sakit untuk digunakan dalam rencana perbaikan mutu dan keselamatan pasien di tingkat keseluruhan organisasi.
Standar PMKP.3.1
Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran-ukuran penting untuk tiap struktur, proses, dan hasil klinis rumah sakit.
Standar PMKP.3.2
Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran penting untuk tiap struktur, proses dan hasil manajerial rumah sakit.
Standar PMKP.3.3
Pemimpin rumah sakit mengidentifikasi ukuran penting untuk tiap Sasaran Internasional Keselamatan Pasien.
169
h. manajemen keuangan; dan i. pencegahan dan pengendalian peristiwa yang membahayakan keselamatan pasien, keluarga pasien dan staf. Sembilan ukuran manajerial dulunya merupakan ukuran yang sama dengan yang tercantum di edisi ketiga Standar Rumah Sakit sebagai PMKP.3.12 hingga PMKP.3.20. Ukuran manajerial akan ditambahkan ke dalam Joint Commission International Library of Measures di masa mendatang. Pemimpin rumah sakit bertanggung jawab untuk melakukan seleksi akhir kegiatan pengukuran apa saja yang ditargetkan. Untuk masing-masing bidang, mereka memutuskan proses, prosedur, hasil yang akan diukur; ketersediaan sains atau bukti yang bisa mendukung ukuran; bagaimana pengukuran dilaksanakan; bagaimana ukuran tersebut sesuai dengan rencana keseluruhan dalam program pengukuran dan keselamatan pasien yang bermutu; dan frekuensi pengukuran. Jelaslah, penentuan proses, prosedur, atau hasil yang akan diukur merupakan langkah yang paling penting. Pengukuran perlu terfokus pada, misalnya, titik-titik risiko dalam proses, prosedur yang sering bermasalah atau yang sering sekali dilakukan, dan hasil yang dapat dengan jelas didefinisikan dan berada di bawah kendali rumah sakit. Sebagai contoh, suatu rumah sakit dapat memilih untuk mengukur prosedur operasi tertentu (misalnya, perbaikan bibir sumbing) atau suatu kelas prosedur operasi (misalnya, prosedur-prosedur ortopedi). Selain itu, rumah sakit dapat memilih untuk mengukur proses memilih prosedur operasi untuk perbaikan bibir sumbing dan memilih untuk mengukur proses penyelarasan prosthesis pada pembedahan penggantian tulang sendi pinggul. Frekuensi pengumpulan data terkait dengan seberapa sering suatu proses digunakan atau suatu prosedur dilakukan. Dibutuhkan data yang cukup dari semua kasus atau contoh kasus untuk mendukung kesimpulan dan rekomendasinya. Bila ukuran terkini ternyata tidak mengandung data yang diperlukan untuk menganalisis proses, prosedur, atau hasil, maka diseleksi lagi ukuran-ukuran baru. Dengan demikian, rumah sakit harus memiliki rekam jejak pengukuran terus-menerus pada bidang-bidang yang telah ditetapkan; meskipun, ukuran yang sungguh-sungguh dipakai dapat saja berubah. Untuk mengukur proses, rumah sakit perlu menentukan bagaimana cara mengatur kegiatan pengukuran tersebut, seberapa sering mengumpulkan data, dan bagaimana cara menyertakan pengumpulan data ke dalam proses kerja sehari-hari. Ukuran tersebut juga membantu kita untuk lebih memahami atau lebih intensif menilai bidangbidang yang diteliti. Demikian juga, analisis terhadap data hasil pengukuran itu (juga lihat PMKP.4 hingga PMKP.4.2) dapat melahirkan strategi-strategi perbaikan untuk bidang yang diukur. Dengan demikian, ukuran tersebut membantu kita memahami seberapa efektifnya strategi perbaikan yang telah dilaksanakan. Pengumpulan data, analisis, dan penggunaan kelima ukuran klinis yang diambil dari Joint Commission International Library of Measures, akan dimulai pada tahun 2011. Pengajuan data ke JCI untuk lima ukuran tersebut secara sukarela dapat dilakukan pada tahun 2011. Pengajuan wajib mungkin baru akan dimulai pada tahun 2012 atau sesudahnya.
170
2. 3. 4. 5. 6.
maksud dan tujuan. Setidaknya 5 dari 11 ukuran klinis wajib dipilih dari Joint Commission International Library of Measures. Pemimpin mengamati sains atau bukti yang mendukung tiap ukuran yang dipilih. Pengukuran meliputi struktur, proses, dan hasil. Untuk setiap ukuran ditentukan ruang lingkup, metode, dan frekuensinya. Data pengukuran klinis dikumpulkan dan digunakan untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan.
171
4. Hasil-hasil analisis dilaporkan kepada mereka yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan. (Juga lihat TKKA.3.4, EP 2)
Standar PMKP.4.1
Frekuensi analisis data sesuai dengan proses yang dipelajari dan memenuhi kebutuhan rumah sakit.
Standar PMKP.4.2
Proses analisis mencakup perbandingan internal, perbandingan dengan rumah sakit lain apabila ada, dan dengan standar-standar ilmiah serta praktik-praktik yang diinginkan.
Standar PMKP.5
Rumah sakit menggunakan proses internal untuk melakukan validasi data.
172
pentingnya pengukuran yang dapat dipercaya bagi semua perbaikan. Untuk menjamin bahwa data yang terkumpul itu baik dan bermanfaat, perlu dilaksanakan suatu proses internal untuk menyahihkan data. Penyahihan/validasi data penting ketika suatu ukuran baru diterapkan (khususnya, ukuran klinis yang dimaksudkan untuk membantu rumah sakit mengevaluasi dan meningkatkan proses atau hasil klinis yang penting); data akan ditampilkan kepada publik lewat situs Web rumah sakit atau cara lain; suatu perubahan telah dibuat pada suatu ukuran yang ada, seperti jika alat pengumpulan data telah diubah atau proses abstraksi data atau abstractor telah diubah; data yang dihasilkan dari ukuran sebelumnya berubah tanpa alasan jelas; sumber data berubah, misalnya jika ada bagian dari catatan pasien yang diubah ke format elektronik sehingga sumber datanya menjadi elektronik dan kertas; atau subjek pengumpulan data berubah, misalnya perubahan dalam umur pasien rata-rata, perubahan protokol penelitian, penerapan practice guidelines (pedoman praktik) baru, atau pemakaian teknologi dan metodologi perawatan baru. Penyahihan/validasi data merupakan alat penting untuk memahami mutu dari data mutu dan untuk mencapai tingkat di mana data tersebut cukup meyakinkan bagi para pembuat keputusan. Validasi data menjadi salah satu langkah dalam proses penentuan prioritas untuk pengukuran, pemilihan apa yang harus diukur, pemilihan dan pengujian ukuran, pengumpulan data, validasi data dan penggunaan data untuk perbaikan. Elemen penting dari suatu proses penyahihan/validasi data yang dapat dipercaya meliputi sebagai berikut: a) Pengumpulan ulang data dilakukan oleh orang kedua yang tidak terlibat dalam pengumpulan data orisinil b) Penggunaan sampel rekor, kasus, dan data lainnya yang sahih secara statistik. Penggunaan 100% sampel hanya diperlukan apabila jumlah rekor, kasus, atau data lainnya sangat kecil. c) Pembandingan antara data orisinil dengan data dari pengumpulan ulang. d) Perhitungan keakuratan dengan membagi jumlah elemen data yang sama dengan jumlah total elemen data dan mengalikan total tersebut dengan 100. Tingkat keakuratan 90% merupakan tolak ukur yang baik. e) Apabila unsur datanya tidak sama, alasan-alasannya (misalnya, definisi data yang tidak jelas) harus dicatat dan tindakan korektif harus dilaksanakan. f) Pengumpulan sampel baru setelah semua tindakan korektif dilaksanakan untuk menjamin bahwa tindakan tersebut menghasilkan tingkat keakuratan yang diinginkan. (Juga lihat KPS.11, EP 4)
Standar PMKP.5.1
Apabila rumah sakit mempublikasikan data atau mengunggah (posting) data pada situs jaringan publik, pemimpin rumah sakit harus memastikan bahwa data tersebut dapat dipercaya.
173
Pemimpin rumah sakit bertanggung jawab untuk memastikan bahwa data tersebut akurat dan terpercaya. Hal ini dapat dipastikan melalui proses internal rumah sakit untuk evaluasi validasi data atau, sebagai alternatif, lewat penilaian pihak ketiga yang independen.
Standar PMKP.6
Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan mengelola kejadian sentinel.
Standar PMKP.7
Data dianalisis ketika muncul tren atau variasi yang tidak diinginkan dari data itu.
174
kan, rumah sakit memulai analisis mendalam untuk menentukan di area terbaik mana perlu memfokuskan perbaikan (juga lihat MPO.7.1, maksud dan tujuan). Secara khusus, analisis mendalam dimulai jika tingkat, pola, atau tren bervariasi secara signifikan dan tidak diinginkan dari apa yang diharapkan; apa yang ada di rumah sakit lain; atau standar-standar yang diakui. Analisis dilakukan untuk berikut ini: a. Semua reaksi transfusi yang sudah dikonfirmasi, jika sesuai untuk rumah sakit b. Semua kejadian serius akibat efek samping obat, jike sesuai dan sebagaimana yang didefinisikan oleh rumah sakit c. Semua kesalahan pengobatan yang signifikan, jika sesuai dan sebagaimana yang didefinisikan oleh rumah sakit d. Semua perbedaan besar antara diagnosis pra-operasi dan pasca-operasi e. Efek samping atau pola efek samping selama sedasi moderat atau mendalam dan pemakaian anestesi f. Kejadian-kejadian lain, seperti wabah penyakit menular
Standar PMKP.8
Rumah sakit menggunakan proses yang telah ditetapkan untuk mengidentifikasi dan menganalisis kegagalan.
175
Standar PMKP.9
Perbaikan mutu dan keselamatan dicapai dan berkelanjutan.
Standar PMKP.10
Kegiatan perbaikan dan keselamatan dilakukan pada area prioritas yang telah diidentifikasi oleh pemimpin rumah sakit.
176
Standar PMKP.11
Suatu program manajemen risiko yang berkelanjutan digunakan untuk mengidentifikasi dan mengurangi Kejadian Tak Diharapkan (KTD) dan risiko-risiko keselamatan lainnya pada pasien dan staf.
177
Gambaran Umum
Tujuan program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit adalah untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko penularan atau transmisi infeksi di antara pasien, staf, profesional kesehatan, pekerja kontrak, relawan, mahasiswa, dan pengunjung. Risiko infeksi dan kegiatan program dapat berbeda antara rumah sakit yang satu dengan rumah sakit lainnya, tergantung pada kegiatan dan layanan klinis rumah sakit yang bersangkutan, populasi pasien yang dilayani, lokasi geografis, volume pasien, dan jumlah pegawainya. Program yang efektif umumnya telah menentukan pemimpin program, staf terlatih, metode untuk mengidentifikasi dan mengatasi risiko infeksi secara proaktif, kebijakan dan prosedur yang sesuai, menentukan juga pendidikan staf, dan pengoordinasian program itu di seluruh rumah sakit.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, dan Elemen Penilaian.
Semua kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi diawasi oleh satu atau lebih individu. Individu tersebut memiliki kualifikasi yang cukup dalam bidang pencegahan dan pengendalian infeksi yang didapat dari pendidikan, pelatihan, pengalaman, atau sertifikasi. Terdapat mekanisme koordinasi untuk semua kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi yang melibatkan para dokter, perawat, dan lain-lain berdasarkan ukuran dan kompleksitas rumah sakit. Program pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan atas pengetahuan ilmiah terkini, pedoman praktik yang diterima, undang-undang dan peraturan yang berlaku, serta standar-standar untuk sanitasi dan kebersihan. Pemimpin rumah sakit menyediakan sumber daya yang memadai untuk mendukung program pencegahan dan pengendalian infeksi.
PPI.2
PPI.3
PPI.4
179
Fokus Program
PPI.5
Rumah sakit merancang dan menerapkan suatu program menyeluruh untuk mengurangi risiko infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada pasien dan petugas pelayanan kesehatan.
PPI.5.1
Semua wilayah pasien, staf dan pengunjung rumah sakit termasuk dalam program pencegahan dan pengendalian infeksi.
PPI.6
Rumah sakit menggunakan pendekatan berbasis risiko dalam menetapkan fokus program pencegahan dan penurunan infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan. Rumah sakit mengidentifikasi prosedur dan proses yang terkait dengan risiko infeksi dan menerapkan strategi untuk mengurangi risiko infeksi.
PPI.7.1
PPI.7
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi dengan memastikan pembersihan dan sterilisasi peralatan yang memadai dan pengelolaan binatu dan linen yang tepat.
PPI.7.1.1
Terdapat kebijakan dan prosedur yang mengidentifikasi proses untuk mengelola persediaan yang sudah kadaluarsa dan menentukan persyaratan untuk penggunaan kembali peralatan sekali-pakai apabila diizinkan oleh undang-undang dan peraturan.
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi melalui pembuangan limbah yang tepat. Rumah sakit mempunyai kebijakan dan prosedur pembuangan benda tajam dan jarum. Rumah sakit mengurangi risiko infeksi di fasilitas yang terkait dengan kegiatan kerja instalasi makanan dan pengontrolan fungsi mekanis serta teknis (mechanical and engineering). Rumah sakit mengurangi risiko infeksi di fasilitas selama pembongkaran, konstruksi dan renovasi.
PPI.7.5
Prosedur Isolasi
Rumah sakit menyediakan alat pelindung untuk kewaspadaan (barrier precautions) dan prosedur isolasi yang melindungi pasien, pengunjung dan staf dari penyakit menular dan melindungi pasien imunosupresi dari infeksi yang terhadapnya pasien rentan.
PPI.8
Sarung tangan, masker, pelindung mata, peralatan pelindung lainnya, sabun dan disinfektan tersedia dan digunakan secara tepat jika diperlukan.
pelayanan kesehatan.
180
PPI.10.2 Perbaikan mutu meliputi ukuran-ukuran yang terkait dengan masalah infeksi yang penting
dan memodifikasi proses penurunan risiko infeksi yang terkait dengan perawatan kesehatan ke tingkat yang serendah mungkin.
PPI.10.4 Rumah sakit membandingkan tingkat infeksi yang terkait pelayanan kesehatan dengan
staf, dokter, pasien, keluarga pasien, dan pemberi pelayanan lainnya bila ada indikasi mereka terlibat dalam pelayanan.
181
Standar PPI.2
Terdapat mekanisme koordinasi untuk semua kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi memiliki mekanisme koordinasi yang melibatkan para dokter, perawat, dan lain-lain berdasarkan ukuran dan kompleksitas rumah sakit.
182
sterilisasi pusat, ahli mikrobiologi, apoteker, layanan housekeeping, layanan lingkungan atau fasilitas, supervisor ruang operasi).
Standar PPI.3
Program pencegahan dan pengendalian infeksi berdasarkan atas pengetahuan ilmiah terkini, pedoman praktik yang diterima, undang-undang dan peraturan yang berlaku, serta standar-standar untuk sanitasi dan kebersihan.
Standar PPI.4
Pemimpin rumah sakit menyediakan sumber daya yang memadai untuk mendukung program pencegahan dan pengendalian infeksi.
183
Sistem manajemen informasi merupakan sumber daya yang penting untuk mendukung penelusuran risiko, angka dan tren risiko pada infeksi yang terkait dengan pelyanan kesehatan. Analisis data, penafsiran dan presentasi temuannya didukung oleh petugas-petugas dalam manajemen informasi. Di samping itu, data program dan informasi tentang pencegahan dan pengendalian infeksi diolah dengan program-program pengelolaan mutu dan perbaikan mutu rumah sakit.
Standar PPI.5
Rumah sakit merancang dan menerapkan suatu program menyeluruh untuk mengurangi risiko infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan pada pasien dan petugas pelayanan kesehatan.
Standar PPI.5.1
Program pencegahan dan pengendalian infeksi mencakup semua wilayah keberadaan pasien, staf dan pengunjung rumah sakit.
184
Standar PPI.6
Rumah sakit menggunakan pendekatan berbasis risiko dalam menetapkan fokus program pencegahan dan penurunan infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Standar PPI.7
Rumah sakit mengidentifikasi prosedur dan proses yang terkait dengan risiko infeksi dan menerapkan strategi untuk mengurangi risiko infeksi.
185
Standar PPI.7.1
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi dengan memastikan pembersihan dan sterilisasi peralatan yang memadai dan pengelolaan binatu dan linen yang tepat.
Standar PPI.7.1.1
Terdapat kebijakan dan prosedur yang mengidentifikasi proses untuk mengelola persediaan yang sudah kadaluarsa dan menentukan persyaratan untuk penggunaan kembali peralatan sekali-pakai apabila diizinkan oleh undang-undang dan peraturan.
186
Di samping itu, peralatan sekali-pakai tertentu dapat dipakai ulang dengan kondisi tertentu. Ada dua risiko yang dihubungkan dengan penggunaan ulang peralatan sekali-pakai: jadi peningkatan risiko infeksi, dan adanya risiko bahwa kinerja peralatan mungkin tidak memadai atau tidak dapat diterima setelah diproses ulang. Apabila peralatan sekali-pakai digunakan ulang, penggunaannya harus diatur oleh kebijakan rumah sakit. Kebijakan tersebut konsisten dengan undang-undang dan peraturan serta standar profesional dan meliputi identifikasi: a) peralatan dan materi yang tidak akan pernah dipakai ulang; b) jumlah pemakaian ulang maksimum untuk tiap peralatan dan materi yang dipakai ulang; c) jenis kerusakan akibat pemakaian dan keretakan, antara lain, yang menunjukkan bahwa peralatan tersebut tidak dapat digunakan lagi; d) proses pembersihan untuk tiap peralatan yang dimulai segera setelah pemakaian dan mengikuti protokol yang jelas; dan e) proses untuk pengumpulan, analisis, dan pemakaian data pencegahan dan pengendalian infeksi yang berkaitan dengan peralatan dan materi yang dipakai ulang.
Standar PPI.7.2
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi melalui pembuangan limbah yang tepat.
Standar PPI.7.3
Rumah sakit mempunyai kebijakan dan prosedur pembuangan benda tajam dan jarum.
187
Standar PPI.7.4
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI)
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi di fasilitas yang terkait dengan kegiatan kerja layanan makanan dan pengendalian fungsi mekanis serta teknis (mechanical and engineering).
Standar PPI.7.5
Rumah sakit mengurangi risiko infeksi di fasilitas selama pembongkaran, konstruksi, dan renovasi.
Prosedur Isolasi
Standar PPI.8
Rumah sakit menyediakan Alat Pelindung untuk kewaspadaan (barrier precautions) dan prosedur isolasi yang melindungi pasien, pengunjung dan staf dari penyakit menular dan melindungi pasien imunosupresi dari infeksi.
188
Kebijakan dan prosedur harus membahas rencana untuk menangani pasien dengan infeksi yang menyebar lewat udara dalam jangka waktu singkat jika ruang tekanan negatif atau sistem filtrasi HEPA tidak tersedia. Prosedur isolasi juga membahas perlindungan staf dan pengunjung, lingkungan pasien, dan pembersihan ruangan selama pasien tinggal dan setelah pasien dipulangkan.
189
Standar PPI.10
Proses pencegahan dan pengendalian infeksi terintegrasi dengan program rumah sakit keseluruhan untuk perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
Standar PPI.10.1
Rumah sakit menelusuri risiko infeksi, angka infeksi, dan tren infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan.
Standar PPI.10.2
Perbaikan mutu meliputi penggunaan ukuran-ukuran yang terkait dengan masalah infeksi yang penting secara epidemiologis bagi rumah sakit.
Standar PPI.10.3
Rumah sakit menggunakan informasi risiko, tingkat risiko, dan tren risiko untuk merancang dan memodifikasi proses penurunan risiko infeksi yang terkait dengan perawatan kesehatan ke tingkat yang serendah mungkin.
Standar PPI.10.4
Rumah sakit membandingkan angka infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan dengan rumah sakit lain melalui database komparatif.
Standar PPI.10.5
Hasil pengukuran pencegahan dan pengendalian infeksi dalam rumah sakit secara teratur disampaikan kepada pemimpin dan staf.
Standar PPI.10.6
Rumah sakit melaporkan informasi tentang infeksi kepada instansi kesehatan masyarakat eksternal yang sesuai.
190
angka infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan hingga serendah mungkin. Suatu rumah sakit dapat menggunakan data dan informasi pengukuran secara baik dengan memahami tingkat dan tren yang sejenis pada rumah sakit sejenis lainnya dan memberikan kontribusi data kepada database yang berkaitan dengan infeksi.
Standar PPI.11
Rumah sakit menyediakan edukasi mengenai praktik pencegahan dan pengendalian infeksi kepada staf, dokter, pasien, keluarga pasien, dan pemberi pelayanan lainnya apabila ada indikasi mereka terlibat dalam perawatan.
191
192
Gambaran Umum
Untuk dapat menyediakan perawatan pasien yang hebat dibutuhkan kepemimpinan yang efektif. Kepemimpinan tersebut berasal dari berbagai sumber dalam organisasi pelayanan kesehatan, termasuk dewan penyantun (governance), pemimpin, dan lain-lain yang memegang posisi kepemimpinan, tanggung jawab dan kepercayaan. Tiap rumah sakit harus mengidentifikasi dan melibatkan mereka untuk memastikan bahwa rumah sakit merupakan sumber daya yang efektif dan efisien bagi masyarakat dan pasiennya. Secara khusus, para pemimpin ini harus mengidentifikasi misi rumah sakit dan memastikan bahwa sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi misi tersebut tersedia. Bagi banyak rumah sakit, hal ini bukan berarti menambahkan sumber daya baru melainkan menggunakan sumber daya yang ada sekarang secara lebih efisien, bahkan ketika jumlahnya terbatas. Selain itu, pemimpin harus bekerja sama dengan baik untuk mengoordinasikan dan mengintegrasikan semua kegiatan rumah sakit, termasuk yang dirancang untuk meningkatkan perawatan pasien dan layanan klinis. Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan pemahaman akan berbagai tanggung jawab dan wewenang setiap individu dalam rumah sakit dan bagaimana para individu bekerja sama. Mereka yang mengatur, mengelola dan memimpin suatu rumah sakit memiliki baik wewenang maupun tanggung jawab. Secara kolektif dan individual, mereka bertanggung jawab untuk mematuhi undang-undang dan peraturan dan untuk memenuhi tanggung jawab rumah sakit bagi populasi pasien yang dilayani. Seiring dengan waktu, kepemimpinan yang efektif membantu mengatasi hambatan dan masalah komunikasi yang dirasakan antara bagian dan instalasi di rumah sakit, sehingga rumah sakit menjadi lebih efisien dan efektif. Layanan pun menjadi semakin terintegrasi. Secara khusus, integrasi semua kegiatan manajemen dan perbaikan mutu di seluruh rumah sakit akan berdampak pada semakin baiknya hasil perawatan pasien.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, serta Elemen Penilaian.
195
TKKA.1.2 Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola memberikan persetujuan atas
mengalokasikan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi misi rumah sakit.
TKKA.1.4 Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola mengangkat manajer senior atau
untuk mutu dan keselamatan pasien dan secara berkala menerima dan bertindak berdasarkan laporan-laporan program mutu dan keselamatan pasien.
misi rumah sakit dan membentuk rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk memenuhi misi tersebut.
TKKA.3.1 Pemimpin rumah sakit bersama-sama dengan pemimpin masyarakat dan pemimpin
rumah sakit lainnya membuat rencana untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.
TKKA.3.2 Pemimpin mengidentifikasi dan merencanakan jenis layanan klinis yang dibutuhkan
mutu.
TKKA.3.5 Pemimpin rumah sakit memastikan adanya program yang seragam untuk
196
TKKA.4 Pemimpin medis, keperawatan, dan layanan klinis lainnya merencanakan dan menerapkan struktur
organisasi yang efektif untuk mendukung tanggung jawab dan wewenang mereka.
departemen atau instalasi dan memilih atau merekomendasikan individu yang memenuhi kriteria.
TKKA.5.4 Kepala departemen/instalasi memberikan orientasi dan pelatihan untuk semua staf
mengenai tugas dan tanggung jawab kepada departemen atau instalasi di mana mereka ditugaskan.
TKKA.5.5 Kepala departemen/instalasi memonitor kinerja departemen atau instalasi serta kinerja
staf.
Etika Organisasi
TKKA.6 Rumah sakit menyusun kerangka kerja manajemen etika yang memastikan bahwa perawatan
pasien disediakan sesuai norma bisnis, keuangan, etika, dan hukum serta melindungi pasien dan hak-hak mereka.
TKKA.6.1 Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etis mencakup pemasaran, penerimaan
pasien, transfer pasien, pemulangan pasien, dan pernyataan kepemilikan serta konflik bisnis dan profesional yang mungkin bertentangan dengan kepentingan pasien.
TKKA.6.2 Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etis mendukung pengambilan keputusan
197
Standar TKKA.1.1
Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui dan mempublikasikan pernyataan misi rumah sakit.
Standar TKKA.1.2
Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui kebijakan-kebijakan dan rencana-rencana untuk mengoperasikan rumah sakit.
Standar TKKA.1.3
Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui anggaran dan mengalokasikan sumber daya yang dibutuhkan untuk memenuhi misi rumah sakit.
Standar TKKA.1.4
Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola mengangkat manajer senior atau kepala rumah sakit.
Standar TKKA.1.5
Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menyetujui rencana rumah sakit untuk mutu dan keselamatan pasien dan secara berkala menerima dan bertindak berdasarkan laporan-laporan program mutu dan keselamatan pasien.
199
keselamatan pasien. (Juga lihat PMKP.1, maksud dan tujuan) 2. Mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola menerima secara berkala dan bertindak berdasarkan laporan mengenai program mutu dan keselamatan pasien. (Juga lihat PMKP.1.4, EP 2)
kepatuhan rumah sakit terhadap undang-undang dan peraturan yang berlaku; tanggapan rumah sakit terhadap setiap laporan dari pemeriksaan dan badan pengatur; dan proses rumah sakit untuk mengelola dan mengendalikan sumber daya manusia, keuangan dan lain-lain.
Standar TKKA.3
Pemimpin rumah sakit diidentifikasi dan secara kolektif bertanggung jawab untuk mendefinisikan misi rumah sakit dan membuat rencana-rencana dan kebijakan-kebijakan yang diperlukan untuk memenuhi misi tersebut.
200
Standar TKKA.3.1
Pemimpin rumah sakit bersama-sama dengan pemimpin masyarakat dan pemimpin rumah sakit lainnya membuat rencana untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat.
201
Standar TKKA.3.2
Pemimpin mengidentifikasi dan merencanakan jenis pelayanan klinis yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang dilayani rumah sakit.
Standar TKKA.3.2.1
Peralatan, perlengkapan, dan obat-obatan yang digunakan adalah yang direkomendasikan oleh organisasi profesional atau sumber-sumber alternatif yang berwenang.
Tujuan TKKA.3.2.1
Risiko dalam proses perawatan klinis berkurang secara signifikan bila peralatan yang digunakan sesuai dan berfungsi baik. Hal ini terutama berlaku untuk areal klinis, seperti anestesi, radiologi dan pencitraan diagnostik, kardiologi, onkologi radiasi, serta layanan berisiko tinggi lainnya. Perlengkapan dan obat-obatan yang memadai juga tersedia dan sesuai untuk penggunaan yang terencana dan situasi darurat. Tiap rumah sakit memahami peralatan, perlengkapan dan obat-obatan apa saja yang dibutuhkan atau disarankan untuk menyediakan layanan terencana bagi populasi pasiennya. Rekomendasi mengenai peralatan, perlengkapan dan obat-obatan dapat berasal dari instansi pemerintah, lembaga profesional anestesi nasional atau internasional, dan sumber-sumber berwenang lainnya.
202
Standar TKKA.3.3
Pemimpin bertanggung jawab atas kontrak-kontrak untuk layanan klinis atau manajemen.
Standar TKKA.3.3.1
Kontrak dan perjanjian-perjanjian lainnya termasuk bagian dari program rumah sakit untuk perbaikan mutu dan keselamatan pasien.
203
2. Ketika menganalisis informasi mutu dan keselamatan dari kontraktor luar, pemimpin klinis dan manajermanajer yang terkait berpartisipasi dengan program perbaikan mutu juga. (Juga lihat AP.5.8, EP 5) 3. Bila layanan kontraktor luar tidak memenuhi harapan dalam soal mutu dan keselamatan, maka diambillah tindakan.
Standar TKKA.3.3.2
Praktisi mandiri nonkaryawan rumah sakit memiliki kredensial yang tepat untuk layanan yang diberikan kepada pasien-pasien rumah sakit.
Elemen Penilaian TKKA.3.3.2 Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Arah (TKKA) 204
1. Pemimpin rumah sakit menentukan layanan yang akan diberikan oleh praktisi mandiri dari luar. 2. Semua layanan diagnostik, konsultatif dan perawatan yang disediakan oleh praktisi mandiri dari luar rumah sakit, seperti telemedicine, teleradiology, dan penafsiran diagnostik lainnya, seperti elektrokardiogram (EKG), electroencephalogram (EEG), dan electromyogram (EMG), dan sejenisnya, disediakan sebagai hak istimewa oleh rumah sakit. (Juga lihat KPS.9 dan KPS.10) 3. Praktisi mandiri yang menyediakan layanan perawatan pasien di wilayah rumah sakit tetapi bukan merupakan pegawai atau anggota staf klinis diberi kepercayaan dan hak istimewa seperti yang diatur dalam KPS.9 hingga KPS.10. 4. Mutu layanan praktisi mandiri di luar rumah sakit dipantau sebagai bagian dari program perbaikan mutu rumah sakit.
Standar TKKA.3.4
Para pemimpin medis, keperawatan dan lainnya diberi edukasi mengenai konsep perbaikan mutu.
Tujuan TKKA.3.4
Tujuan utama rumah sakit adalah untuk menyediakan perawatan pasien dan dari waktu ke waktu berusaha memperbaiki hasil perawatan pasien dengan menerapkan prinsip-prinsip perbaikan mutu. Dengan demikian, para pemimpin medis, keperawatan dan lainnya dari suatu rumah sakit perlu untuk diberi edukasi agar mengenal konsep dan metode-metode perbaikan mutu; secara pribadi berpartisipasi dalam proses-proses perbaikan mutu dan keselamatan pasien; dan memastikan bahwa perbaikan mutu klinis mencakup juga peluang untuk mengukur kinerja profesional. (Juga lihat PMKP.4)
3. Kinerja profesional diukur sebagai bagian dari perbaikan mutu klinis. (Juga lihat KPS.11, KPS.14, dan KPS.17)
Standar TKKA.3.5
Pemimpin rumah sakit memastikan adanya program yang seragam untuk perekrutan, retensi, pengembangan, dan pendidikan lanjutan untuk semua staf.
Standar TKKA.4
Pemimpin medis, keperawatan, dan layanan klinis lainnya merencanakan dan menerapkan struktur organisasi yang efektif untuk mendukung tanggung jawab dan wewenang mereka.
205
Standar TKKA.5
Satu atau lebih individu yang memenuhi syarat memberikan arahan untuk setiap departemen atau instalasi dalam rumah sakit.
Maksud dan Tujuan TKKA.5 Tata Kelola, Kepemimpinan, dan Arah (TKKA) 206
Perawatan klinis, hasil perawatan pasien, dan manajemen keseluruhan suatu rumah sakit dihasilkan dari kegiatan-kegiatan klinis dan manajerial tiap departemen dan layanan. Kinerja departemen atau layanan yang baik membutuhkan kepemimpinan yang jelas dari individu yang berkualifikasi. Dalam departemen atau instalasi yang lebih besar, kepemimpinannya dapat dipisah-pisahkan. Dalam kasus semacam itu, masing-masing tanggung jawab didefinisikan secara tertulis. (Juga lihat APKP.6.1, EP 1; PAB.2, EP 2; AP.5.9 yang berkaitan dengan arah layanan radiologi dan diagnostic imaging; MPO.1.1 yang berkaitan dengan arah layanan apotik atau farmasi; dan PAB.2 yang berkaitan dengan arah layanan anestesi)
Standar TKKA.5.1
Kepala tiap departemen klinis mengidentifikasi secara tertulis layanan yang akan disediakan oleh departemennya.
Standar TKKA.5.1.1
Layanan layanan selalu terkoordinasi dan terintegrasi, baik di dalam masing-masing departemen atau instalasi maupun antara departemen dan instalasi lainnya.
Layanan klinis bagi pasien terkoordinasi dan terintegrasi dalam tiap departemen layanan. Sebagai contoh, terdapat integrasi layanan medis dan keperawatan. Selain itu, tiap departemen dan unit mengkoordinasikan dan mengintegrasi layanannya dengan departemen dan unit lainnya. Duplikasi layanan yang tidak diperlukan dihindari dan dihilangkan untuk menghemat sumber daya.
Standar TKKA.5.2
Kepala departemen/instalasi merekomendasikan ruang, peralatan, staf, dan sumber daya lainnya yang dibutuhkan oleh departemen atau instalasi.
Standar TKKA.5.3
Kepala departemen merekomendasikan kriteria untuk memilih staf profesional departemen atau instalasi dan memilih atau merekomendasikan individu yang memenuhi kriteria.
207
dibutuhkan oleh staf profesional departemen untuk menyediakan layanan tersebut. Kepala departemen menyusun kriteria yang mencerminkan pertimbangan tersebut dan kemudian memilih staf. Kepala departemen dapat pula bekerja dengan personalia atau departemen lainnya dalam proses pemilihan berdasarkan rekomendasi kepala.
Standar TKKA.5.4
Kepala departemen menyediakan orientasi dan pelatihan untuk semua staf mengenai tugas dan tanggung jawab mereka kepada departemen atau instalasi di mana mereka ditugaskan.
Standar TKKA.5.5
Kepala departemen/mengevaluasi kinerja departemen atau instalasi serta kinerja staf.
Standar TKKA.6
Rumah sakit menetapkan kerangka kerja manajemen etika yang memastikan bahwa perawatan pasien disediakan sesuai norma bisnis, keuangan, etika, dan hukum, serta melindungi pasien dan hak-hak mereka.
Standar TKKA.6.1
Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etis mencakup pemasaran, penerimaan pasien, transfer pasien, pemulangan pasien, dan pernyataan kepemilikan serta konflik bisnis dan profesional yang mungkin bertentangan dengan kepentingan pasien.
Standar TKKA.6.2
Kerangka kerja rumah sakit untuk manajemen etis mendukung pengambilan keputusan etis dalam perawatan klinis dan layanan non-klinis.
209
*Dalam konteks keselamatan pasien dan mutu perawatan kesehatan, norma-norma internasional yang berkaitan dengan hak asasi manusia dan praktik profesional yang etis semakin menarik perhatian dunia. Meskipun perhatian tersebut belum lama dimulai dan masih terus berkembang, dokumen-dokumen internasional yang disusun untuk membentuk norma-norma semacam itu sudah lama hadir dan meliputi Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (PBB, 1948); Konvensi Jenewa (12 Agustus 1949); Deklarasi Tokyo: Pedoman bagi Dokter mengenai Penyiksaan dan Perlakuan Kejam, Tidak Manusiawi, atau Merendahkan lainnya atau Hukuman dalam kaitannya dengan Penahanan dan Pemenjaraan (World Medical Assembly, Majelis Kesehatan Dunia, 1975); Sumpah Atena (International Council of Prison Medical Services, Majelis Internasional Pelayanan Medis Penjara, 1979); dan Perjanjian Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan Kejam, Tidak Manusiawi, atau Perlakuan Merendahkan atau Hukuman (PBB, 1985).
Gambaran Umum
Organisasi pelayanan kesehatan berperan menyediakan fasilitas yang aman, fungsional dan suportif bagi pasien, keluarganya, staf dan pengunjung. Untuk mencapai tujuan ini, fasilitas fisik, medis, peralatan lainnya, dan sumber daya manusianya harus dikelola secara efektif. Secara khusus, manajemen harus berusaha untuk mengurangi dan mengendalikan bahaya dan risiko; mencegah kecelakaan dan cedera; dan memelihara kondisi yang aman. Manajemen yang efektif meliputi perencanaan, pendidikan, dan pengawasan multidisiplin sebagai berikut: Pemimpin merencanakan ruang, peralatan, dan sumber daya yang dibutuhkan sedemikian rupa sehingga dapat mendukung pelayanan klinis yang disediakan secara aman dan efektif. Semua staf diberi penyuluhan mengenai fasilitas, bagaimana cara mengurangi risiko, dan bagaimana cara untuk memantau dan melaporkan situasi-situasi yang berisiko. Suatu kriteria kinerja digunakan untuk mengevaluasi sistem-sistem penting dan mengidentifikasi perbaikan-perbaikan yang diperlukan. Bila sesuai, untuk fasilitas dan kegiatan-kegiatan rumah sakit disusunlah rencana tertulis yang meliputi enam bidang: 1. Keselamatan dan Keamanan KeselamatanSejauh mana bangunan, wilayah, dan peralatan rumah sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf, atau pengunjung. KeamananPerlindungan dari kerugian, kerusakan, gangguan, atau akses atau penggunaan oleh pihak yang tidak berwenang. 2. Bahan berbahayaPenanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan radioaktif dan lainnya dikendalikan, dan limbah berbahaya ditangani secara aman. 3. Manajemen Keadaan DaruratRespons terhadap epidemi, bencana, dan keadaan darurat direncanakan dan dijalankan secara efektif. 4. Penanganan KebakaranProperti dan para penghuni rumah sakit dilindungi dari bahaya kebakaran dan asap. 5. Peralatan medisPeralatan dipilih, dipelihara dan digunakan dengan cara sedemikian rupa agar mengurangi risiko. 6. Sistem utilitasListrik, air dan sistem utilitas lainnya dipelihara sehingga risiko kegagalan dalam kegiatan kerja dapat diminimalkan.
Bila di rumah sakit ada unit-unit nonmedis dalam fasilitas perawatan pasien yang akan disurvei (seperti kedai kopi atau toko suvenir milik perorangan), rumah sakit berkewajiban memastikan bahwa unit-unit independen tersebut mematuhi manajemen fasilitas dan rencana keselamatan berikut: Rencana keselamatan dan keamanan Rencana bahan-bahan berbahaya Rencana manajemen keadaan darurat Rencana penanganan kebakaran Bagaimana suatu fasilitas dirancang, digunakan, dan dipelihara sangat dipengaruhi oleh undang-undang, peraturan dan inspeksi oleh pihak berwenang lokal. Semua rumah sakit, terlepas dari ukuran dan sumber dayanya, harus mematuhi persyaratan tersebut sebagai bagian dari tanggung jawab mereka terhadap pasien, keluarga pasien, staf, dan pengunjung. Rumah sakit mulai beroperasi dengan mematuhi undang-undang dan peraturan. Seiring waktu, kondisi fasilitas fisik yang ditempati semakin dikenal dengan lebih rinci. Secara proaktif rumah sakit mulai mengumpulkan data dan melaksanakan strategi untuk menekan risiko dan membuat lingkungan perawatan pasien semakin baik.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, serta Elemen Penilaian.
risiko yang bisa timbul bagi pasien, keluarga pasien, pengunjung dan staf. MKF.3 Perencanaan dan pelaksanaan program untuk mengelola risiko-risiko dalam lingkungan perawatan diawasi oleh satu atau lebih individu yang memiliki kualifikasi. MKF.3.1 Suatu program pemantauan menyediakan data insiden, cedera, dan kejadian-kejadian lain yang mendukung perencanaan dan pengurangan risiko lebih lanjut.
aman dan terlindung. MKF.4.1 Rumah sakit menginspeksi semua bangunan perawatan pasien dan memiliki rencana untuk mengurangi risiko-risiko yang sudah jelas dan mendirikan fasilitas fisik yang aman bagi pasien, keluarga pasien, staf dan pengunjung. MKF.4.2 Rumah sakit merencanakan dan menganggarkan peningkatan atau penggantian sistemsistem utama, bangunan, atau komponen-komponen berdasarkan pemeriksaan fasilitas dan sesuai dengan undang-undang dan peraturan.
Bahan-bahan Berbahaya
MKF.5 Rumah sakit memiliki rencana untuk inventarisasi, penanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan-
bahan berbahaya serta pengendalian dan pembuangan bahan-bahan dan limbah berbahaya.
214
merespons keadaan darurat, epidemi, bencana alam dan lainnya yang mungkin terjadi di masyarakat. MKF.6.1 Rumah sakit menguji responsnya terhadap keadaan darurat, epidemi dan bencana.
Penanganan Kebakaran
MKF.7 Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk memastikan bahwa semua penghuni
gedung selamat dari bahaya api, asap, dan keadaan darurat lainnya di seluruh fasilitasnya. MKF.7.1 Rencana tersebut meliputi pencegahan, deteksi dini, pembatasan, pengurangan dan penyediaan jalan keluar yang aman dari fasilitas sebagai respons terhadap kebakaran dan keadaan darurat lainnya. MKF.7.2 Rumah sakit menguji secara berkala rencana penanganan kebakaran dan asap, termasuk semua alat yang berkaitan dengan deteksi dini dan pemadaman, dan mendokumentasikan hasil-hasil ujinya. MKF.7.3 Rumah sakit menyusun dan melaksanakan rencana untuk membatasi kegiatan merokok bagi staf dan pasien hanya di luar wilayah perawatan pasien.
Peralatan Medis
MKF.8 Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk menginspeksi, menguji, dan memelihara
peralatan medis dan mendokumentasikan hasil-hasilnya. MKF.8.1 Rumah sakit mengumpulkan data pemantauan untuk program pengelolaan peralatan medis. Data tersebut digunakan untuk merencanakan kebutuhan jangka panjang rumah sakit untuk meningkatkan atau mengganti peralatan. MKF.8.2 Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali produk/peralatan.
Sistem Utilitas
MKF.9 Air minum dan listrik tersedia 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, melalui sumber biasa atau alternatif,
untuk memenuhi kebutuhan penting perawatan pasien. MKF.9.1 Rumah sakit memiliki proses darurat untuk melindungi penghuninya jika terjadi gangguan air atau listrik, kontaminasi, atau kerusakan. MKF.9.2 Rumah sakit menguji sistem air dan listrik darurat secara berkala sesuai dengan sistem tersebut dan mendokumentasikan hasil-hasilnya. MKF.10 Listrik, air, pembuangan, ventilasi, gas medis, dan sistem utama lainnya secara berkala diinspeksi, dipelihara, dan, bila perlu, ditingkatkan. MKF.10.1 Ada individu atau lembaga ditunjuk untuk memantau mutu air secara teratur. MKF.10.2 Rumah sakit mengumpulkan data pemantauan untuk program pengelolaan sistem utilitas. Data tersebut digunakan untuk merencanakan kebutuhan jangka panjang rumah sakit untuk meningkatkan atau mengganti sistem utilitas.
Pendidikan Staf
MKF.11 Rumah sakit mengedukasi dan melatih semua anggota staf mengenai peran mereka dalam penyediaan
fasilitas perawatan pasien yang aman dan efektif. MKF.11.1 Anggota staf dilatih dan berpengalaman mengenai peran mereka dalam rencana rumah sakit untuk menangani kebakaran, keamanan, bahan-bahan berbahaya dan keadaan darurat. MKF.11.2 Staf dilatih untuk mengoperasikan dan menjaga peralatan medis dan sistem utilitas. MKF.11.3 Rumah sakit melakukan uji pengetahuan staf secara berkala melalui demonstrasi, simulasi, dan metode lainnya yang sesuai. Ujian ini kemudian didokumentasikan.
215
Standar MKF.1
Rumah sakit mematuhi undang-undang, peraturan, dan persyaratan inspeksi fasilitas yang relevan.
Standar MKF.2
Rumah sakit menyusun dan mengurus rencana tertulis yang menggambarkan proses untuk mengelola risiko yang bisa timbul bagi pasien, keluarga, pengunjung dan staf.
216
b) Bahan berbahayaPenanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan radioaktif dan lainnya dikendalikan, dan limbah berbahaya ditangani secara aman. c) Keadaan DaruratRespons pada wabah, bencana, dan keadaan darurat direncanakan dan berjalan efektif. d) Penanganan KebakaranProperti dan para penghuni dilindungi dari bahaya kebakaran dan asap e) Peralatan medisPeralatan dipilih, dipelihara dan digunakan sedemikian rupa dengan cara yang mengurangi risiko. f) Sistem utilitasListrik, air dan sistem utilitas lainnya dipelihara untuk mengurangi risiko kegagalan operasi. Rencana-rencana tersebut tertulis dan selalu diperbarui (up to date), dalam arti bahwa mereka mencerminkan kondisi saat ini atau baru-baru ini dalam lingkungan rumah sakit. Terdapat suatu proses untuk menilai ulang dan memperbaruinya.
Standar MKF.3
Perencanaan dan pelaksanaan program untuk mengelola risiko-risiko dalam lingkungan perawatan diawasi oleh satu atau lebih individu yang memiliki kualifikasi untuk hal tersebut.
Standar MKF.3.1
Suatu program pemantauan menyediakan data insiden, cedera, dan kejadian-kejadian lain yang mendukung perencanaan dan pengurangan risiko lebih lanjut.
Standar MKF.4.1
Rumah sakit menginspeksi semua bangunan perawatan pasien dan memiliki rencana untuk mengurangi risiko yang sudah jelas dan menciptakan fasilitas fisik yang aman bagi pasien, keluarga pasien, staf dan pengunjung.
Standar MKF.4.2
Rumah sakit merencanakan dan menganggarkan peningkatan atau penggantian sistem-sistem utama, bangunan, atau komponen-komponen berdasarkan pemeriksaan fasilitas dan sesuai dengan undang-undang dan peraturan.
generator darurat, penggantian pintu kebakaran, dan sebagainya. Rencana tersebut mencakup keselamatan dan keamanan.
Bahan-bahan Berbahaya
Standar MKF.5
Rumah sakit memiliki rencana untuk inventarisasi, penanganan, penyimpanan, dan penggunaan bahan-bahan berbahaya serta pengendalian dan pembuangan bahan-bahan dan limbah berbahaya.
219
Standar MKF.6.1
Rumah sakit menguji responsnya terhadap keadaan darurat, epidemik dan bencana.
Maksud dan Tujuan MKF.6 dan MKF.6.1 Manajemen dan Keamanan Fasilitas (MKF)
Keadaan darurat, epidemik dan bencana dalam masyarakat dapat melibatkan rumah sakit secara langsung, seperti kerusakan pada area perawatan pasien sebagai akibat gempa atau flu yang membuat staf tidak dapat datang bekerja. Untuk merespons secara efektif, rumah sakit menyusun suatu rencana dan program untuk mengatasi keadaan darurat semacam itu. Rencana tersebut menyediakan proses untuk a) menentukan jenis, kemungkinan terjadi, dan konsekuensi bahaya, ancaman, dan kejadian; b) menentukan peran rumah sakit dalam peristiwa semacam itu; c) strategi komunikasi untuk kejadian-kejadian seperti itu; d) pengelolaan sumber daya selama kejadian, termasuk sumber daya alternatif; e) pengelolaan kegiatan-kegiatan klinis selama kejadian, termasuk tempat perawatan alternatif; f) identifikasi dan penugasan peran dan tanggung jawab staf selama kejadian; dan g) proses mengelola keadaan darurat ketika tanggung jawab pribadi staf bertentangan dengan tanggung jawab rumah sakit untuk tetap menyediakan staf bagi perawatan pasien. Kesiap menghadapi bencana diuji melalui uji tahunan terhadap seluruh rencana secara yang dilaksanakan secara internal atau sebagai bagian dari pengujian di tingkat masyarakat; atau
220
pengujian terhadap unsur-unsur kritis rencana tersebut dari c) hingga g) yang dilaksanakan sepanjang tahun. Ketika rumah sakit menghadapi bencana yang sebenarnya, menjalankan rencananya itu, dan melaksanakan debriefing (peninjauan kembali) yang layak setelahnya, maka hal ini setara dengan uji tahunan.
Penanganan Kebakaran
Standar MKF.7
Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk memastikan bahwa semua penghuni gedung selamat dari bahaya api, asap, atau keadaan darurat lainnya dalam fasilitasnya.
Standar MKF.7.1
Rencana tersebut meliputi pencegahan, deteksi dini, perubahan, pengurangan bahaya kebakaran, dan penyediaan jalan keluar yang aman dari fasilitas sebagai respons terhadap kebakaran dan keadaan darurat lainnya.
Standar MKF.7.2
Rumah sakit menguji secara berkala rencana penanganan kebakaran dan asap, termasuk semua alat yang berkaitan dengan deteksi dini dan pembatasan, dan mendokumentasikan hasil-hasil ujinya.
221
Semua tindakan ini secara keseluruhan akan memberi pasien, keluarga pasien, staf dan pengunjung waktu yang memadai untuk keluar dengan selamat dari fasilitas jika terjadi kebakaran atau asap. Tindakan-tindakan tersebut harus efektif tanpa memandang usia, ukuran, maupun bentuk bangunannya. Sebagai contoh, sebuah rumah sakit kecil bertingkat satu dari batu bata akan menggunakan metode yang berbeda dari rumah sakit besar bertingkat banyak dari kayu. Rencana penanganan kebakaran rumah sakit menentukan frekuensi dilakukannya inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan sistem perlindungan dan pengamanan terhadap api, sesuai kebutuhan; rencana pengevakuasian yang aman jika terjadi kebakaran atau asap; proses pengujian setiap bagian rencana dalam kurun waktu 12 bulan; pendidikan yang diperlukan bagi staf untuk melindungi dan mengevakuasi pasien secara efektif jika terjadi keadaan darurat; dan partisipasi anggota staf dalam setidaknya satu uji penanganan kebakaran tiap tahunnya. Pengujian rencana dapat dicapai dalam beberapa cara. Sebagai contoh, rumah sakit dapat menunjuk komandan pemadam kebakaran untuk setiap unit yang kemudian akan secara acak menanyakan kepada staf apa yang akan mereka lakukan bila terjadi kebakaran di unit mereka. Kepada staf dapat diberikan pertanyaan-pertanyaan spesifik, seperti, Di mana letak katup penutup oksigen? Jika harus menutup katup oksigen, bagaimana Anda merawat pasien yang membutuhkan oksigen? Di mana letak alat pemadam api di unit Anda? Bagaimana melaporkan kebakaran? Bagaimana melindungi pasien jika terjadi kebakaran? Bila perlu mengevakuasi pasien, proses apa yang harus diikuti? Staf harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan tepat. Jika tidak, hal ini harus didokumentasikan dan rencana untuk pendidikan ulang perlu dikembangkan. Komandan pemadam kebakaran harus mencatat orang-orang yang berpartisipasi. Rumah sakit juga dapat mengadakan uji tertulis untuk staf mengenai penanganan kebakaran sebagai bagian dari pengujian rencana. Semua inspeksi, pengujian, dan pemeliharaan didokumentasikan.
222
2. Staf dilatih untuk berpartisipasi dalam rencana penanganan kebakaran dan asap. (Juga lihat MKF.11.1, EP 1) 3. Semua staf berpartisipasi dalam setidaknya satu uji rencana penanganan kebakaran dan asap tiap tahunnya. 4. Staf dapat mendemonstrasikan bagaimana cara menyelamatkan pasien. 5. Inspeksi, pengujian dan pemeliharaan peralatan dan sistem didokumentasikan.
Standar MKF.7.3
Rumah sakit menyusun dan melaksanakan rencana untuk membatasi kegiatan merokok bagi staf dan pasien hanya di luar wilayah perawatan pasien.
Peralatan Medis
Standar MKF.8
Rumah sakit merencanakan dan melaksanakan program untuk menginspeksi, menguji, dan memelihara peralatan medis dan mendokumentasikan hasil-hasilnya.
Standar MKF.8.1
Rumah sakit mengumpulkan data pemantauan untuk program pengelolaan peralatan medis. Data tersebut digunakan untuk merencanakan kebutuhan jangka panjang rumah sakit dalam meningkatkan atau mengganti peralatan.
223
secara berkala menginspeksi peralatan medis; menguji peralatan medis sesuai kegunaan dan persyaratannya; dan melakukan pemeliharaan preventif. Individu yang berkualifikasi menyediakan layanan tersebut. Peralatan diinspeksi dan diuji ketika masih baru dan setelah itu secara berkesinambungan, sesuai dengan usia dan kegunaan peralatan atau berdasarkan instruksi pabrik. Hasil inspeksi pengujian dan pemeliharaan didokumentasikan. Hal ini bertujuan untuk memastikan kelangsungan proses pemeliharaan dan membantu pada saat rumah sakit akan merencanakan modal untuk penggantian, peningkatan alat, atau perubahan lainnya. (Juga lihat AP.6.5, maksud dan tujuan)
Standar MKF.8.2
Rumah sakit memiliki sistem penarikan kembali produk/peralatan.
Sistem Utilitas
Standar MKF.9
Air minum dan listrik tersedia 24 jam sehari, tujuh hari seminggu, melalui sumber biasa atau alternatif, untuk memenuhi kebutuhan penting perawatan pasien.
224
Standar MKF.9.1
Rumah sakit memiliki proses darurat untuk melindungi penghuni jika terjadi gangguan, kontaminasi, atau kerusakan pada sistem air dan listrik.
Standar MKF.9.2
Rumah sakit menguji sistem air dan listrik darurat secara berkala sesuai dengan sistem tersebut dan mendokumentasikan hasil-hasilnya.
225
Standar MKF.10
Listrik, air, pembuangan, ventilasi, gas medis, dan sistem utama lainnya secara berkala diinspeksi, dipelihara, dan, bila perlu, ditingkatkan.
Standar MKF.10.1
Ada individu atau lembaga yang ditunjuk untuk memantau mutu air secara teratur.
Standar MKF.10.2
Rumah sakit mengumpulkan data pemantauan untuk program manajemen sistem utilitas. Data tersebut digunakan untuk merencanakan kebutuhan jangka panjang rumah sakit dalam meningkatkan atau mengganti sistem utilitas.
Pendidikan Staf
Standar MKF.11
Rumah sakit mengedukasi dan melatih semua anggota staf mengenai peran mereka dalam penyediaan fasilitas perawatan pasien yang aman dan efektif.
Standar MKF.11.1
Anggota staf dilatih dan berpengetahuan mengenai peran mereka dalam rencana rumah sakit untuk menangani kebakaran, keamanan, bahan-bahan berbahaya dan keadaan darurat.
Standar MKF.11.2
Staf dilatih untuk mengoperasikan dan menjaga peralatan medis dan sistem utilitas.
Standar MKF.11.3
Rumah sakit melakukan uji pengetahuan staf secara berkala melalui demonstrasi, simulasi, dan metode lainnya yang sesuai. Ujian ini kemudian didokumentasikan.
227
Pelatihan tersebut dapat berasal dari rumah sakit, dari produsen peralatan, atau sumber lain yang memiliki pengetahuan. Rumah sakit merencanakan program yang dirancang untuk menguji pengetahuan staf akan kedaruratan secara berkala, termasuk prosedur penanganan kebakaran, respons terhadap bahaya, seperti tumpahan bahan berbahaya; dan penggunaan peralatan medis yang berisiko bagi pasien dan staf. Pengetahuan dapat diuji melalui berbagai cara, misalnya demonstrasi individu atau kelompok; pengadaan simulasi kejadian seperti epidemi di masyarakat; penggunaan ujian tertulis atau komputer; atau cara-cara lain yang sesuai dengan pengetahuan yang diuji. Rumah sakit mendokumentasikan siapa yang diuji dan hasil-hasil pengujian.
228
Gambaran Umum
Untuk mencapai misi dan memenuhi kebutuhan pasien, suatu rumah sakit membutuhkan orang-orang yang terampil dan memenuhi syarat. Pemimpin rumah sakit bekerja sama untuk menentukan jumlah dan jenis staf yang dibutuhkan berdasarkan rekomendasi kepala departemen dan kepala layanan. Perekrutan, evaluasi, dan penunjukan staf paling baik dilakukan melalui proses yang terkoordinasi, efisie, dan seragam. Dokumentasi keterampilan, pengetahuan, pendidikan, dan pengalaman kerja sebelumnya dari pelamar juga penting dilakukan. Pemeriksaan kredensial staf medis dan keperawatan merupakan hal yang sangat penting dan harus dilakukan secara berhati-hati mengingat mereka terlibat dalam proses-proses perawatan klinis dan bekerja secara langsung dengan pasien. Rumah sakit harus menyediakan kesempatan pada staf untuk belajar dan berkembang secara pribadi dan profesional. Dengan demikian, pelatihan internal untuk pekerjaan dan kesempatan-kesempatan belajar lainnya harus ditawarkan kepada staf.
Standar
Berikut adalah daftar semua standar untuk fungsi ini. Agar nyaman dibaca, daftar ini tidak menyertakan persyaratan, maksud dan tujuan, atau elemen penilaiannya. Informasi lebih lanjut tentang sasaran-sasaran ini, dapat dilihat pada bagian berikutnya dalam bab ini, yakni Sasaran, Persyaratan, Maksud dan Tujuan, serta Elemen Penilaian. KPS.1 Pemimpin rumah sakit menetapkan persyaratan pendidikan, keterampilan, pengetahuan, dan persyaratan lainnya bagi anggota staf. KPS.1.1 KPS.2 Tanggung jawab tiap anggota staf didefinisikan dalam deskripsi jabatan yang berlaku.
Pemimpin rumah sakit menyusun dan melaksanakan proses-proses untuk merekrut, mengevaluasi, dan menunjuk staf serta prosedur-prosedur terkait lainnya yang diidentifikasi oleh rumah sakit. Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan staf klinis sesuai dengan kebutuhan pasien. Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan staf nonklinis sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan persyaratan untuk posisi tersebut. Terdapat informasi kepegawaian yang terdokumentasi untuk setiap anggota staf. Rencana susunan kepegawaian bagi rumah sakit, yang disusun secara kolaboratif oleh pemimpin, mengidentifikasikan jumlah, tipe, dan kualifikasi staf yang diinginkan.
KPS.3
KPS.4
KPS.5 KPS.6
231
KPS.6.1
Rencana susunan kepegawaian dinilai ulang secara berkelanjutan dan diperbarui sesuai kebutuhan.
KPS.8
Staf Medis
KPS.9
Staf Keperawatan
KPS.12 Rumah sakit memiliki proses yang efektif untuk mengumpulkan, memverifikasi dan mengevaluasi kredensial staf keperawatan (lisensi, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja).
232
KPS.13 Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan tanggung jawab pekerjaan dan untuk membuat penugasan pekerjaan klinis berdasarkan kredensial anggota staf keperawatan dan persyaratan peraturan. KPS.14 Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan partisipasi staf keperawatan dalam kegiatan-kegiatan perbaikan mutu rumah sakit, termasuk evaluasi kinerja individu jika diperlukan.
233
Standar KPS.1.1
Tanggung jawab tiap anggota staf didefinisikan dalam deskripsi jabatan yang berlaku.
234
yang harus di bawah pengawasan. Deskripsi program dapat berfungsi sebagai uraian tugas dalam kasuskasus tersebut; d) Individu tersebut diizinkan untuk menyediakan pelayanan sementara dalam rumah sakit. (Hak istimewa (privileging) di bawah KPS.10 merupakan alternatif.) Apabila suatu rumah sakit menggunakan uraian tugas nasional atau generik (misalnya, deskripsi jabatan untuk seorang perawat), penting untuk memperluas uraian tugas ini dengan tanggung jawab pekerjaan yang spesifik untuk jenis-jenis perawat (misalnya, antara lain perawat ICU, perawat anak, atau perawat kamar operasi). Bagi mereka yang diizinkan oleh undang-undang dan rumah sakit untuk berpraktik secara mandiri, terdapat suatu proses untuk menentukan dan memberi kuasa individu tersebut untuk berpraktik berdasarkan pendidikan, pelatihan dan pengalaman. Proses ini diidentifikasi dalam KPS.9 untuk anggota staf medis dan dalam KPS.12 untuk anggota staf keperawatan. Persyaratan untuk standar ini berlaku bagi semua jenis staf yang membutuhkan uraian tugas (misalnya, staf fulltime, paruh waktu atau part-time, pegawai, sukarela, atau sementara).
Standar KPS.2
Pemimpin rumah sakit menyusun dan melaksanakan proses-proses untuk merekrut, mengevaluasi, dan menunjuk staf serta prosedur-prosedur yang terkait lainnya yang diidentifikasi oleh rumah sakit.
235
4. Proses tersebut sama di seluruh rumah sakit. 5. Proses tersebut telah dilaksanakan.
Standar KPS.3
Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan staf klinis sesuai dengan kebutuhan pasien.
Standar KPS.4
Rumah sakit menggunakan proses yang sudah ditetapkan untuk memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan staf nonklinis sesuai dengan kebutuhan rumah sakit dan persyaratan untuk posisi tersebut.
236
memberikan orientasi untuk posisi tersebut dan memastikan bahwa pegawai dapat memenuhi tanggung jawab dalam uraian tugas. Anggota staf menerima tingkat pengawasan yang diperlukan dan secara berkala dievaluasi untuk memastikan kompetensi yang terus-menerus pada posisi tersebut.
Standar KPS.5
Terdapat informasi kepegawaian yang terdokumentasi untuk setiap anggota staf.
Standar KPS.6
Rencana susunan kepegawaian bagi rumah sakit, yang disusun secara kolaboratif oleh pemimpin, mengidentifikasikan jumlah, tipe, dan kualifikasi staf yang diinginkan.
Standar KPS.6.1
Rencana susunan kepegawaian dinilai ulang secara berkelanjutan dan diperbarui sesuai kebutuhan.
237
pengetahuan dan persyaratan lainnya yang dibutuhkan di tiap departemen dan bagian. Rencana tersebut membahas alih fungsi staf dari satu departemen atau bagian ke departemen atau bagian lain dalam menanggapi perubahan kebutuhan pasien atau kekurangan staf; pertimbangan terhadap permintaan staf untuk alih tugas berdasarkan nilai-nilai budaya atau agama dan kepercayaan; kebijakan dan prosedur untuk mengalihkan tanggung jawab dari satu orang ke yang lain (misalnya dari seorang dokter ke seorang perawat) apabila tanggung jawab tersebut akan berada di luar area tanggung jawab normal individu tersebut. Kepegawaian yang terencana dan terlaksana, dipantau secara berkelanjutan, dan rencana tersebut diperbarui sesuai kebutuhan. Ketika dipantau pada tingkat departemen atau bagian, terdapat suatu proses kolaboratif bagi para pemimpin rumah sakit untuk memperbarui rencana secara keseluruhan.
238
2. Pekerja kontrak menerima orientasi mengenai rumah sakit, departemen atau unit di mana mereka ditugaskan, mengenai tanggung jawab pekerjaan mereka serta tugas-tugas spesifik. 3. Relawan menerima orientasi mengenai rumah sakit dan tanggung jawab yang diberikan kepada mereka. 4. Mahasiswa/tenaga magang menerima orientasi mengenai rumah sakit dan tanggung jawab yang diberikan kepada mereka.
Standar KPS.8
Tiap anggota staf menerima pelatihan internal serta pendidikan dan pelatihan lain yang berkelanjutan untuk menyokong atau meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya.
Standar KPS.8.1
Anggota staf yang menyediakan perawatan pasien dan staf lainnya yang diidentifikasi rumah sakit dilatih dan dapat mendemonstrasikan kompentesi melakukan teknik resusitasi yang tepat.
239
lanjutan) yang sesuai bagi peran mereka dalam rumah sakit. Tingkat pelatihan yang sesuai bagi mereka yang diidentifikasi diulang berdasarkan persyaratan dan/atau jangka waktu yang diidentifikasi oleh program pelatihan yang diakui, atau setiap dua tahun jika tidak menggunakan program pelatihan yang diakui. Ada bukti yang menunjukkan bahwa tiap anggota staf yang menghadiri pelatihan benar-benar mencapai tingkat kompetensi yang diinginkan.
Standar KPS.8.2
Rumah sakit menyediakan fasilitas dan waktu bagi pendidikan dan pelatihan staf.
Standar KPS.8.3
Pendidikan profesional kesehatan, ketika disediakan rumah sakit, dipandu oleh parameter-parameter pendidikan yang ditetapkan oleh program sponsor akademis.
240
akademik tenaga magang; memahami dan menyediakan tingkat pengawasan yang diperlukan untuk tiap jenis dan tingkat tenaga magang; dan mengintegrasi tenaga magang ke dalam program orientasi rumah sakit, mutu, keselamatan pasien, pencegahan dan pengendalian infeksi, serta program-program lainnya.
Standar KPS.8.4
Rumah sakit menyediakan suatu program kesehatan dan keselamatan staf.
241
Staf Medis
Standar KPS.9
Rumah sakit memiliki proses efektif untuk mengumpulkan, memverifikasi, dan mengevaluasi kredensial (lisensi, pendidikan, pelatihan, kompetensi, dan pengalaman) staf medis yang diizinkan untuk memberikan perawatan pasien tanpa pengawasan.
Standar KPS.9.1
Kepemimpinan membuat keputusan berdasarkan informasi dalam memperbarui izin bagi setiap anggota staf medis untuk melanjutkan penyediaan layanan perawatan pasien minimal setiap tiga tahun.
242
utama calon, verifikasi tersebut dapat diterima selama rumah sakit afiliasi tersebut memiliki akreditasi Joint Commission International (JCI) dengan full compliance pada proses verifikasinya yang dapat ditemukan di KPS.9, EP.2. 3. Berlaku bagi semua rumah sakit, adanya bukti kredensial yang telah diverifikasi oleh pihak ketiga yang independen, misalnya oleh instansi pemerintah atau nonpemerintah, selama syarat berikut terpenuhi: Setiap rumah sakit yang mendasarkan keputusannya sebagian pada informasi dari suatu instansi pemerintah atau nonpemerintah resmi, harus memiliki keyakinan terhadap kelengkapan, akurasi, dan ketepatan waktu informasi tersebut. Untuk mencapai tingkat keyakinan akan informasi tersebut, rumah sakit tersebut harus mengevaluasi instansi yang menyediakan informasi tersebut pada awalnya dan selanjutnya secara berkala. Prinsip-prinsip yang mengatur evaluasi semacam itu meliputi hal-hal berikut: Instansi tersebut memberitahukan kepada pengguna data dan informasi, data dan informasi apa saja yang dapat disediakan. Instansi tersebut menyediakan dokumentasi bagi pengguna yang mendekripsikan proses pengumpulan, informasi dan perkembangan, serta verifikasi data dilaksanakan. Pengguna dan instansi tersebut menyetujui format untuk pengiriman informasi kredensial individu dari instansi tersebut. Pengguna dapat dengan mudah memahami informasi mana, yang dikirimkan oleh instansi tersebut, yang berasal dari sumber utama dan yang mana yang bukan. Apabila instansi tersebut mengirimkan informasi yang kedaluwarsa setelah jangka waktu tertentu, badan tersebut menyediakan tanggal kapan informasi tersebut terakhir diperbarui dari sumber utama. Instansi tersebut menyatakan bahwa informasi yang dikirimkan kepada pengguna merupakan informasi yang akurat. Pengguna dapat memahami apakah informasi yang dikirimkan oleh instansi tersebut yang dinyatakan dari suatu sumber utama merupakan informasi sumber utama seluruhnya yang dimiliki instansi tersebut dan, jika tidak, di mana informasi tambahan dapat diperoleh. Jika perlu, pengguna dapat menggunakan proses-proses pengendalian mutu instansi tersebut untuk mengatasi keraguan akan kesalahan pengiriman, ketidakkonsistenan, atau masalah-masalah data lainnya yang dapat diidentifikasi dari waktu ke waktu. Pengguna memiliki suatu rencana formal dengan instansi tersebut untuk menyampaikan setiap perubahan dalam informasi kredensial. Kepatuhan pada standar-standar mewajibkan verifikasi kredensial individu berasal dari sumber utama. Untuk memenuhi persyaratan ini, verifikasi sumber utama diperlukan untuk semua praktisi baru dimulai sejak empat bulan sebelum survei akreditasi awal. Semua praktisi lainnya harus memiliki verifikasi sumber utama pada saat survei akreditasi tiga tahunan rumah sakit. Hal ini dicapai selama periode tiga tahun, berdasarkan suatu rencana yang memprioritaskan verifikasi kredential praktisi aktif penyedia layanan risiko tinggi. Catatan: Persyaratan ini hanya merujuk kepada verifikasi kredensial. Kredensial semua praktisi medis dikumpulkan dan ditinjau, dan hak-hak mereka diberikan. Tidak ada tahap-tahap dalam proses ini. (Juga lihat KPS.9 EP 3) Apabila verifikasi tidak memungkinkan, seperti misalnya arsip hilang akibat bencana, hal ini didokumentasikan. Rumah sakit mengumpulkan dan memelihara suatu berkas kredensial tiap praktisi. Proses tersebut berlaku bagi semua jenis dan tingkat staf (pegawai tetap, honorer, kontrak, serta yang berasal dari komunitas).
tahun sekali untuk memastikan bahwa anggota staf medis masih memiliki lisensi praktik, tidak sedang mendapat tindakan disipliner dari instansi perizinan dan sertifikasi, memiliki dokumentasi yang memadai untuk mencari hak istimewa (privilege) atau tugas baru atau lebih luas dalam rumah sakit, dan mampu secara fisik dan mental untuk menyediakan perawatan dan pengobatan pasien tanpa pengawasan. Kebijakan rumah sakit menentukan individu tersebut atau mekanisme yang bertanggung jawab untuk pemeriksaan ini, kriteria yang dipakai untuk membuat keputusan, dan bagaimana keputusan tersebut akan didokumentasikan.
Staf Medis
Standar KPS.10
Rumah sakit memiliki tujuan dan prosedur berbasis bukti yang terstandar untuk mengesahkan semua anggota staf medis untuk menerima dan pasien serta untuk memberikan pelayanan klinis lainnya yang konsisten dengan kualifikasi mereka.
244
dalam menentukan hak istimewa. Apabila tersedia, surat-surat dari tempat-tempat praktik sebelumnya, dari rekan-rekan profesional, penghargaan, dan sumber-sumber informasi lainnya juga dipertimbangkan. 2. Pada saat kesepakatan ulang setiap tiga tahun, rumah sakit mencari dan menggunakan informasi di bidang kompetensi umum berikut dari praktisi klinis: a. Perawatan pasienpraktisi menyediakan perawatan pasien dengan belas kasih, tepat, dan efektif untuk promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, dan perawatan pasien terminal. b. Pengetahuan medis/klinisakan bidang biomedis, klinis dan ilmu sosial yang ada dan berkembang serta aplikasi pengetahuan tersebut pada perawatan pasien dan menyalurkan ilmu kepada orang lain. c. Pembelajaran dan perbaikan berbasis praktikdengan menggunakan bukti dan metode ilmiah untuk menyelidiki, mengevaluasi dan memperbaiki praktik-praktik perawatan pasien. d. Keterampilan interpersonal dan komunikasiyang memungkinkan mereka untuk membangun dan mempertahankan hubungan profesional dengan pasien, keluarga pasien, dan anggota-anggota tim perawatan kesehatan lainnya. e. Profesionalismetercermin dari komitmen untuk pengembangan profesional berkelanjutan, praktik etis, pemahaman dan kepekaan terhadap keragaman, sikap bertanggung jawab terhadap pasien, profesi mereka, dan masyarakat. f. Praktik berbasis sistemmelalui pemahaman konteks dan sistem di mana pelayanan kesehatan disediakan. Terdapat suatu sasaran standar dan prosedur berbasis bukti untuk mengubah semua informasi ini menjadi suatu keputusan mengenai hak-hak istimewa untuk seorang praktisi. Prosedur tersebut didokumentasikan dalam kebijakan dan dilaksanakan. Pemimpin staf medis dapat menunjukkan bagaimana prosedur tersebut efektif baik pada proses pengangkatan staf awal maupun pada proses kesepakatan ulang. Hak-hak istimewa klinis, setelah ditetapkan atau ditetapkan ulang, tersedia dalam bentuk hard copy, elektronik, atau metode lain bagi individu. Hak-hak ini juga tersedia di berbagai lokasi (misalnya, ruang operasi, departemen gawat darurat) dalam rumah sakit di mana anggota staf medis tersebut bekerja. Informasi ini akan membantu memastikan bahwa anggota staf medis berpraktik dalam batas-batas kompetensi dan hak-hak istimewa yang diperbolehkan. Informasi tersebut diperbarui secara berkala.
Staf Medis
Standar KPS.11
Rumah sakit menggunakan proses standar yang berkesinambungan untuk mengevaluasi mutu dan keselamatan
245
Informasi ini dapat diperoleh melalui berikut ini: Penilaian ulang grafik periodik Pengamatan langsung Pengawasan teknik-teknik diagnostik dan pengobatan Pengawasan mutu klinis Diskusi dengan sejawat dan staf lainnya Penilaian kegiatan staf medis senior dan kepala departemen dilakukan oleh badan berwenang internal atau eksternal yang sesuai. Proses evaluasi praktik profesional yang terus-menerus dilakukan bersifat objektif dan berbasis pada bukti. Hasil penilaian ulang bisa berupa tidak ada perubahan dalam tanggung jawab anggota staf medis, perluasan tanggung jawab, pembatasan tanggung jawab, masa konseling dan pengawasan atau tindakan lain yang sesuai. Pada suatu waktu dalam setahun, apabila ditemukan bukti kinerja yang diragukan atau tidak baik, dilakukan pemeriksaan dan diambil tindakan-tindakan yang tepat. Hasil pemeriksaan, tindakan yang diambil, dan dampak pada hak-hak istimewa didokumentasikan dalam kredensial anggota staf medis atau berkas lainnya.
246
Staf Keperawatan
Standar KPS.12
Rumah sakit memiliki proses yang efektif untuk mengumpulkan, memverifikasi dan mengevaluasi kredensial staf keperawatan (izin praktik, pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja).
247
Rumah sakit mengumpulkan dan menyimpan berkas kredensial perawat. Berkas tersebut memuat lisensi yang masih berlaku jika peraturan mewajibkan perbaruan secara berkala. Terdapat dokumentasi tentang pelatihan yang berkaitan dengan kompetensi tambahan.
Standar KPS.13
Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan tanggung jawab pekerjaan dan untuk membuat penugasan pekerjaan klinis berdasarkan kredensial anggota staf keperawatan dan persyaratan peraturan.
Standar KPS.14
Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk menentukan partisipasi staf keperawatan dalam kegiatan-kegiatan perbaikan mutu rumah sakit, termasuk evaluasi kinerja individu jika diperlukan.
248
perbaikan mutu. 3. Informasi yang sesuai dari proses penilaian ulang didokumentasikan dalam kredensial perawat atau berkas lainnya.
249
Apabila tidak ada kewajiban proses pendidikan formal, lisensi, atau proses pendaftaran atau kredensial lainnya atau bukti kompetensi, hal ini didokumentasikan dalam catatan individu. Apabila verifikasi tidak memungkinkan, seperti misalnya arsip hilang akibat bencana, hal ini didokumentasikan dalam catatan individu. Rumah sakit mengumpulkan dan menyimpan suatu berkas kredensial tiap profesional kesehatan. Berkas tersebut memuat lisensi atau pendaftaran yang masih berlaku jika peraturan mewajibkan perbaharuan secara berkala.
Standar KPS.16
Rumah sakit memiliki prosedur standar untuk mengidentifikasi tanggung jawab pekerjaan dan untuk membuat penugasan pekerjaan klinis berdasarkan kredensial anggota staf profesional dan persyaratan menurut peraturan.
Standar KPS.17
Rumah sakit memiliki proses yang efektif untuk partisipasi anggota staf profesional kesehatan lain dalam kegiatankegiatan perbaikan mutu rumah sakit.
250
Manajemen Komunikasi Manajemen Komunikasi dan Informasi Manajemen Komunikasi dan Informasi Manajemen Komunikasi dan Informasi (MCI) (MCI) dan Informasi (MCI) (MKI)
Rangkuman
Perawatan pasien merupakan upaya rumit yang sangat bergantung pada komunikasi informasi. Komunikasi yang dimaksud di sini adalah kepada dan dengan komunitasnya, pasien berikut keluarganya, serta petugas profesional kesehatan lainnya. Gagalnya komunikasi ini menjadi salah satu penyebab awal paling umum dari terjadinya insiden yang mencelakakan pasien. Dalam menyediakan, mengoordinasikan dan mengintegrasi layanannya, rumah sakit bergantung pada informasi tentang ilmu perawatan, tentang pasien itu sendiri, perawatan yang telah diberikan, hasil dari perawatan itu, dan kinerja rumah sakit. Seperti layaknya sumber daya manusia, material dan keuangan, informasi merupakan sumber daya yang harus diolah secara efektif oleh pimpinan rumah sakit. Setiap rumah sakit berusaha memperoleh, mengolah, dan menggunakan informasi itu untuk meningkatkan kesejahteraan pasien serta kinerja rumah sakit baik secara keseluruhan maupun individu. Seiring waktu, rumah sakit akan menjadi semakin efektif dalam mengidentifikasi kebutuhan informasi; merancang sistem manajemen informasi; mendefinisikan dan memperoleh data dan informasi; menganalisis data dan mengubahnya menjadi informasi; transmisi dan pelaporan data dan informasi; serta mengintegrasikan dan menggunakan informasi. Walaupun komputerisasi dan teknologi lainnya mampu meningkatkan efisiensi, prinsip manajemen informasi yang baik berlaku untuk semua metode, baik yang berbasis kertas maupun elektronik. Standar berikut dirancang sedemikian rupa agar sesuai baik untuk sistem yang belum terkomputerasi maupun untuk teknologi masa depan.
Standar
Berikut adalah daftar standar untuk fungsi ini. Agar mudah, standar-standar ini disajikan tanpa maksud dan tujuan ataupun elemen penilaian. Informasi lebih lanjut mengenai standar-standar tersebut, dapat dilihat di bagian berikutnya dalam bab ini, Standar, Maksud dan Tujuan, serta Elemen Penilaian.
253
Rumah sakit menginformasikan kepada pasien dan keluarganya mengenai perawatan dan layanannya serta bagaimana cara memperoleh layanan tersebut. Komunikasi dan pendidikan bagi pasien dan keluarganya dilakukan dalam format dan bahasa yang mudah dimengerti.
MKI.7 MKI.8
Komunikasi dilaksanakan secara efektif di seluruh rumah sakit. Pemimpin memastikan adanya komunikasi dan koordinasi yang efektif di antara individu dan departemen yang bertanggung jawab dalam penyediaan layanan klinis. Informasi mengenai perawatan pasien dan respons terhadap perawatan dikomunikasikan antara tenaga medis, perawat, dan praktisi kesehatan lainnya pada setiap giliran petugas dan antarpergantian petugas. Data pasien tersedia bagi para praktisi kesehatan untuk mempermudah. Informasi yang berkaitan dengan perawatan pasien ditransfer bersama pasien.
Rumah sakit merencanakan dan merancang proses-proses manajemen informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal. Terjaganya privasi dan kerahasiaan informasi. Terjadinya keamanan informasi termasuk integritas data. Rumah sakit memiliki kebijakan sampai berapa lama catatan, data, dan informasi akan disimpan. Rumah sakit menggunakan kode diagnosis, kode prosedur, simbol, singkatan, dan definisi yang terstandar. Kebutuhan data dan informasi dari pihak dalam dan luar rumah sakit dipenuhi secara tepat waktu dalam format yang memenuhi harapan pengguna dan dengan frekuensi yang diinginkan. Petugas klinis dan manajerial yang tepat berpartisipasi dalam memilih, mengintegrasikan, dan menggunakan teknologi manajemen informasi. Catatan dan informasi terlindung dari risiko hilang, rusak, diubah-ubah; juga tidak dapat diakses atau digunakan oleh pihak yang tidak berwenang. Para pengambil keputusan dan anggota staf lainnya edukasi dan dilatih dalam prinsip manajemen informasi. Terdapat kebijakan atau protokol tertulis yang menetapkan apa saja persyaratan untuk mengembangkan dan memelihara kebijakan dan prosedur internal serta proses untuk mengelola kebijakan dan prosedur eksternal.
diobati. MKI.19.1
Catatan klinis berisi informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien, mendukung diagnosis, memberikan penjelasan pengobatan, mendokumentasikan penerbitan dan hasil pengobatan dan untuk mempromosikan kesinambungan perawatan di kalangan praktisi kesehatan.
254
Catatan klinis setiap pasien yang menerima perawatan darurat meliputi waktu kedatangan, kesimpulan pada akhir perawatan, kondisi pasien saat pulang dan instruksi perawatan selanjutnya. Kebijakan rumah sakit menetapkan siapa yang berwenang untuk membuat entri ke dalam catatan klinis pasien dan menentukan isi dan format catatan tersebut. Setiap entri catatan klinis pasien mencantumkan identitas penulisnya dan kapan entri tersebut dibuat dalam catatan. Sebagai bagian kegiatan perbaikan kinerja, secara teratur rumah sakit menilai isi dan kelengkapan catatan klinis pasien.
MKI.19.1.1
manajemen kualitas. MKI.20.1 Rumah sakit memiliki proses untuk pengumpulan data dan menentukan data dan informasi yang harus dikumpulkan secara teratur untuk memenuhi kebutuhan para staf klinis dan manajerial rumah sakit maupun badan-badan di luar rumah sakit. MKI.20.2 Rumah sakit memiliki proses untuk menggunakan atau berpartisipasi dalam database eksternal. MKI.21 Rumah sakit mendukung perawatan pasien, pendidikan, penelitian dan manajemen, dengan informasi secara tepat waktu dari sumber yang mutakhir.
Standar MKI.1
Rumah sakit berkomunikasi dengan komunitasnya untuk mempermudah akses layanan dan akses informasi tentang layanan perawatannya.
Standar MKI.2
Rumah sakit menginformasikan kepada pasien dan keluarganya mengenai perawatan dan layanannya serta cara memperoleh layanan tersebut.
Standar MKI.3
Komunikasi dan pendidikan bagi pasien dan keluarganya dilakukan dalam format dan bahasa yang mudah dimengerti.
Standar MKI.4
Komunikasi dilaksanakan secara efektif di seluruh rumah sakit.
257
2. Komunikasi yang efektif juga terjadi di rumah sakit dalam setiap program-programnya. (Juga lihat APKP.2, EP 1) 3. Komunikasi yang efektif terjadi dengan organisasi di luar rumah sakit. (Juga lihat APKP.3.1, EP 2 dan 3, dan MPO.5.1, EP 1) 4. Komunikasi yang efektif terjadi dengan pasien dan keluarga. (Juga lihat APKP.2, EP 4) 5. Pemimpin mengkomunikasikan misi organisasi dan kebijakan, rencana, dan tujuan yang tepat kepada seluruh stafnya.
Standar MKI.5
Pemimpin memastikan adanya komunikasi dan koordinasi yang efektif di antara individu dan departemen yang bertanggung jawab dalam penyediaan layanan klinis.
Standar MKI.6
Informasi mengenai perawatan pasien dan respons terhadap perawatan dikomunikasikan antara tenaga medis, perawat, dan praktisi kesehatan lainnya dalam setiap giliran petugas dan antarpergantian petugas.
Standar MKI.7
Data pasien tersedia bagi para praktisi kesehatan untuk mempermudah komunikasi informasi penting.
Standar MKI.8
Informasi yang berkaitan dengan perawatan pasien dipindahkan bersama pasien.
Standar MKI.9
Rumah sakit merencanakan dan merancang proses-proses manajemen informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi internal dan eksternal.
259
Standar MKI.10
Terjaganya privasi dan kerahasiaan informasi.
Standar MKI.11
Terjaganya keamanan informasi termasuk integritas data.
Standar MKI.12
Rumah sakit memiliki kebijakan sampai berapa lama catatan, data, dan informasi akan disimpan.
261
Standar MKI.13
Rumah sakit menerapkan kode diagnosis, kode prosedur, simbol, singkatan, dan definisi yang terstandar.
Standar MKI.14
Kebutuhan data dan informasi dari pihak dalam dan luar rumah sakit dipenuhi secara tepat waktu dalam format yang memenuhi harapan pengguna dan dengan frekuensi yang diinginkan.
Standar MKI.15
Petugas klinis dan manajerial yang tepat berpartisipasi dalam memilih, mengintegrasikan, dan menggunakan teknologi manajemen informasi.
262
daya yang besar. Untuk alasan ini, teknologinya harus disesuaikan benar dengan kebutuhan organisasi saat ini dan masa depan serta disesuaikan pula dengan sumber dayanya. Kebutuhan teknologi yang tersedia perlu diintegrasikan dengan proses manajemen informasi yang sudah ada dan membantu pengintegrasian aktivitas seluruh departemen dan layanan organisasi. Tingkat koordinasi tersebut menuntut keterlibatan staf klinis dan manajerial penting dalam proses penyeleksian teknologi itu.
Standar MKI.16
Catatan dan informasi terlindung dari risiko hilang, rusak, diubah-ubah dan tidak dapat diakses atau digunakan oleh pihak yang tidak berwenang.
Standar MKI.17
Para pengambil keputusan dan anggota staf lainnya diedukasi dan dilatih dalam prinsip manajemen informasi.
263
dihasilkan laporan yang dapat mendukung pengambilan keputusan. Secara khusus, kombinasi informasi klinis dan manajerial membantu pemimpin rumah sakit untuk membuat perencanaan bersama. Proses manajemen informasi membantu pemimpin dengan penyediaan data menyeluruh untuk periode waktu tertentu dan data komparatif yang terpadu.
Standar MKI.18
Terdapat kebijakan atau protokol tertulis yang menetapkan persyaratan untuk mengembangkan dan memelihara kebijakan dan prosedur internal serta proses untuk mengelola kebijakan dan prosedur eksternal.
2. Terdapat protokol tertulis yang menjelaskan pengontrolan kebijakan dan prosedur yang berasal dari luar rumah sakit, dan protokol tersebut diterapkan. 3. Terdapat kebijakan atau protokol tertulis yang mengatur pemberlakuan kebijakan dan prosedur yang sudah tidak berlaku selama paling tidak yang diizinkan hukum dan peraturan serta memastikan supaya kebijakan dan prosedur yang sudah tidak berlaku tersebut tidak disalahgunakan, dan kebijakan atau protokol tertulis tersebut diterapkan. 4. Terdapat kebijakan atau protokol tertulis yang menjelaskan bagaimana semua kebijakan dan prosedur yang beredar akan diidentifikasi dan dilacak, dan kebijakan atau protokol tertulis itu diterapkan.
Standar MKI.19
Rumah sakit memprakarsai dan mengurus catatan klinis untuk setiap pasien yang diperiksa atau diobati.
Standar MKI.19.1
Catatan klinis berisi informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien yang akan mendukung diagnosis, memberikan penjelasan pengobatan, mendokumentasikan pengobatan dan hasil pengobatan, dan untuk mempromosikan kesinambungan perawatan di kalangan praktisi kesehatan.
Standar MKI.19.1.1
Catatan klinis setiap pasien yang menerima perawatan keadaan darurat meliputi waktu kedatangan, kesimpulan pada penghentian pengobatan, kondisi pasien saat pulang dan instruksi perawatan selanjutnya.
265
Standar MKI.19.2
Kebijakan rumah sakit mengidentifikasikan siapa yang berwenang untuk membuat entri ke dalam catatan klinis pasien dan menentukan isi dan format catatan tersebut.
Standar MKI.19.3
Setiap entri catatan klinis pasien mencantumkan identitas penulisnya dan kapan entri tersebut dibuat dalam catatan.
6. Ada proses untuk memastikan hanya individu berwenang yang memiliki akses ke catatan klinis pasien.
Standar MKI.19.4
Sebagai bagian kegiatan perbaikan kinerja, secara teratur rumah sakit menilai isi dan kelengkapan catatan klinis pasien.
Standar MKI.20.1
Rumah sakit menjalankan proses pengumpulan data dan menentukan data dan informasi yang harus dikumpulkan secara teratur untuk memenuhi kebutuhan para staf klinis dan manajerial rumah sakit dan badan-badan di luar rumah sakit.
267
Standar MKI.20.2
Rumah sakit menjalankan proses untuk menggunakan atau berpartisipasi dalam database eksternal.
Standar MKI.21
Rumah sakit mendukung perawatan pasien, pendidikan, penelitian, dan manajemen dengan penyediaan informasi secara tepat waktu dari sumber yang mutakhir.
membantu mereka dalam pelaksanaan tugas. Informasi tersebut dapat meliputi literatur ilmiah dan manajemen, clinical practice guidelines (pedoman praktik klinis), hasil penemuan penelitian dan metodologi pendidikan. Internet, bahan cetak di perpustakaan, sumber-sumber pencarian online, dan bahan-bahan personal merupakan sumber informasi terkini yang berharga.
Glosarium 270
270
Glosarium
Glosarium
Glosarium
akreditasi Penetapan oleh badan akreditasi Joint Commission International (JCI) bahwa suatu organisasi pelayanan kesehatan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan standar JCI yang berlaku. akuitas Metode untuk menentukan jumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk memberi pelayanan yang baik. analisis akar masalah (root cause analysis) Suatu proses untuk mengidentifikasi faktor dasar atau kausal yang mendasari variasi dalam kinerja, termasuk terjadinya atau kemungkinan terjadinya suatu kejadian sentinel. Juga lihat kejadian sentinel. anestesi dan sedasi Pemberian obat untuk individu, dalam kondisi apa pun, untuk tujuan apa pun, dengan cara apa pun untuk menimbulkan hilangnya sensasi secara sebagian maupun total demi pelaksanaan prosedur operasi dan lainnya. Definisi empat tingkat anestesi dan sedasi meliputi berikut: sedasi minimal (anxiolysis) Keadaan di bawah pengaruh obat di mana pasien dapat merespons secara normal terhadap perintah verbal. Meskipun fungsi kognitif dan koordinasi mungkin terganggu, fungsi pernapasan dan kardiovaskular tidak terpengaruh. sedasi prosedural (atau moderat) (sebelumnya dikenal sebagai conscious sedation sedasi sadar) Penurunan kesadaran di bawah pengaruh obat di mana pasien merespons secara sadar terhadap perintah verbal, baik sendiri maupun disertai stimulasi sentuhan ringan. Refleks menghindar akibat stimulus yang menyakitkan tidak termasuk respons secara sadar. Tidak ada intervensi yang diperlukan untuk menjaga jalan paten napas, dan terdapat pernapasan spontan yang cukup. Fungsi kardiovaskular biasanya terjaga. sedasi dalam/analgesia Penurunan kesadaran di bawah pengaruh obat di mana pasien tidak mudah dirangsang namun mampu merespons secara sadar setelah stimulasi berulang atau menyakitkan. Kemampuan untuk mempertahankan fungsi pernapasan secara independen mungkin terganggu. Pasien mungkin membutuhkan bantuan untuk mempertahan jalan napas terbuka, pernapasan spontan mungkin tidak memadai. Fungsi kardiovaskularnya biasanya terjaga. anestesi Terdiri atas anestesi umum dan tulang belakang (spinal) atau major regional. Anestesi lokal tidak termasuk dalam kategori ini. Anestesi umum berupa hilangnya kesadaran akibat pengaruh obat di mana pasien tidak dapat dirangsang, bahkan dengan stimulasi yang menyakitkan. Kemampuan untuk mempertahankan fungsi pernapasan secara independen sering terganggu. Pasien sering membutuhkan bantuan untuk mempertahankan jalan napas terbuka, dan ventilasi tekanan positif mungkin dibutuhkan karena pernapasan spontan ditekan atau karena penekanan fungsi neuromuskular akibat pengaruh obat. Fungsi kardiovaskular mungkin terganggu.
bagan (struktur) organisasi Suatu gambaran grafis dari jabatan dan hubungan-hubungan atasanbawahan dalam suatu organisasi, kadang-kadang disebut sebagai organogram atau tabel organisasi. bahan-bahan dan limbah berbahaya Bahan-bahan yang penanganan, penggunaan dan penyimpanannya diatur atau ditetapkan oleh peraturan lokal, regional atau nasional, uap berbahaya, dan sumber energi berbahaya. Meskipun JCI memasukkan limbah yang dapat menular dalam kategori ini, tidak semua undang-undang dan peraturan menetapkan limbah menular atau limbah medis sebagai limbah berbahaya.
271
bencana
best practice Teknik, metode atau proses klinis, ilmiah, atau profesional yang diakui oleh mayoritas profesional di suatu bidang lebih efektif dibandingkan dengan yang lain dalam memberikan suatu hasil. Teknik, metode atau proses tersebut, yang sering juga disebut sebagai good practice atau better practice, biasanya didasarkan pada bukti dan ditentukan atas dasar konsensus. biaya modal Biaya investasi dalam pembangunan fasilitas, layanan, atau peralatan baru atau yang lebih baik. Biaya operasional tidak termasuk dalam kategori ini. catatan klinis Lihat catatan pasien rekam medis/ catatan klinis catatan medis Lihat catatan pasien/rekaman medis/catatan klinis. catatan pasien/rekam medis/catatan klinis Suatu laporan tertulis mengenai berbagai informasi kesehatan pasien, seperti temuan-temuan penilaian, rincian perawatan, catatan perkembangan, dan resume medis pasien pulang. Catatan ini dibuat oleh profesional perawatan kesehatan. clinical practice guidelines Pernyataanpernyataan yang membantu para praktisi kesehatan dan pasien dalam memilih perawatan kesehatan yang sesuai untuk kondisi klinis tertentu (misalnya, rekomendasi tata kelola kasus diare pada anak-anak di bawah usia lima tahun). Praktisi dipandu melalui semua tahapan konsultasi (pertanyaan, tanda fisik yang perlu diperhatikan, uji laboratorium yang perlu dianjurkan, penilaian situasi, dan pengobatan yang perlu dianjurkan). clinical pathway (alur klinis) Pengobatan yang disepakati yang meliputi semua unsur perawatan. daftar yang tidak boleh digunakan (do not use list) Katalog tertulis yang memuat singkatan, akronim, dan simbol yang tidak boleh digunakan di dalam rumah sakitbaik dalam tulisan tangan maupun dalam teks bebas yang dimasukkan ke dalam komputerkarena dapat membingungkan.
Glosarium
data Fakta, pengamatan klinis, atau pengukuran yang dikumpulkan selama kegiatan penilaian. Sebelum dianalisis, data disebut sebagai data mentah. desinfeksi Penggunaan prosedur kimia yang membersihkan sebagian besar organisme penyebab penyakit, tetapi tidak semua bentuk mikroba. duplikasi terapeutik Seseorang yang menggunakan dua obat, biasanya tidak perlu demikian, dari kategori terapeutik yang sama pada saat yang bersamaan. efek samping Efek farmakologis obat di luar dari efek yang diinginkan dalam peresepan, biasanya merugikan. efisiensi Hubungan antara hasil (hasil perawatan) dan sumber daya yang digunakan untuk menyediakan perawatan. Misalnya, apabila terdapat dua program yang menggunakan jumlah sumber daya yang sama, program yang mencapai tingkat cakupan yang lebih tinggi adalah yang lebih efisien. Peningkatan efisiensi menyangkut pencapaian output yang sama dengan sumber daya yang lebih sedikit atau output yang lebih besar dengan jumlah sumber daya yang sama. evaluasi berbasis standar Suatu proses asesmen yang menentukan kepatuhan rumah sakit dan praktisi terhadap standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Juga lihat akreditasi. failure mode and effects analysis (FMEA) Cara sistematis untuk memeriksa suatu desain terhadap peluang-peluang kegagalan yang mungkin terjadi. Di sini diasumsikan bahwa tidak peduli sebaik apa pengetahuan dan cermatnya seseorang, dalam beberapa situasi kesalahan bisa terjadi dan bahkan dapat mungkin sekali terjadi. faktor risiko survivor Kemungkinan anggota keluarga atau orang-orang tercinta mengalami kesulitan menerima kenyataan saat orang yang dicintai meninggal. gawat darurat (emergent) Klasifikasi penilaian pasien yang digunakan dalam sistem triase untuk
272
Glosarium
menandakan kondisi yang mengancam jiwa pasien dan memerlukan intervensi segera. Juga lihat mendesak (urgent). gejala, primer Indikasi pertama atau paling menonjol dari suatu penyakit atau kelainan lainnya. gejala, sekunder Indikasi penyakit atau kelainan lainnya yang muncul setelah atau karena gejala primer. hasil akhir Efek yang dihasilkan oleh suatu intervensi pada problem kesehatan tertentu. Hasil akhir mencerminkan tujuan intervensi. Misalnya, hasil akhir dari pendidikan kesehatan di pedesaan mengenai air yang aman diminum dapat berupa berkurangnya diare di kalangan anak di bawah usia lima tahun atau menurunnya angka kematian anak akibat diare. hazard vulnerability analysis Identifikasi keadaan darurat yang mungkin terjadi dan efek langsung dan tidak langsung yang dapat disebabkan keadaan darurat ini pada operasional rumah sakit dan permintaan akan layanannya. health care associated infection - HAI Infeksi yang didapat seseorang pada saat menerima perawatan atau layanan dalam suatu rumah sakit. HAI yang umum terjadi adalah infeksi saluran kencing, infeksi luka bedah, pneumonia, dan infeksi dalam darah. individu yang memenuhi kualifikasi Individu atau anggota staf yang dapat berpartisipasi dalam salah satu atau semua kegiatan atau layanan perawatan rumah sakit. Kualifikasi ditentukan oleh berikut ini: pendidikan, pelatihan, pengalaman, kompetensi, lisensi, undang-undang atau peraturan, pendaftaran atau sertifikasi yang berlaku. infeksi nosocomial Lihat health care associated infectionHAI. informed consent Perjanjian atau izin yang disertai dengan informasi lengkap tentang jenis, risiko dan alternatif prosedur atau pengobatan medis sebelum dokter atau profesional perawatan kesehatan lain memulai prosedur atau pengobatan. Setelah
menerima informasi ini, pasien dapat menyetujui atau menolak prosedur atau pengobatan. keadaan darurat (emergency) 1. Kejadian tidak terduga atau tiba-tiba, seperti pembedahan yang diperlukan untuk mencegah kematian atau cacat yang serius. 2. Peristiwa alami atau buatan yang mengganggu lingkungan perawatan secara signifikan (misalnya, kerusakan pada gedung dan area rumah sakit akibat angin kencang, badai, atau gempa); yang mengganggu perawatan dan pengobatan secara signifikan (misalnya, terganggunya aliran listrik, air atau telepon akibat banjir, gangguan sipil, kecelakaan, atau keadaan darurat dalam rumah sakit atau masyarakatnya); atau yang mengakibatkan permintaan tiba-tiba, yang berubah secara signifikan atau yang meningkat, akan layanan rumah sakit (misalnya, serangan bio-teroris, keruntuhan bangunan, atau kecelakaan pesawat terbang dalam lingkungan masyarakat rumah sakit). Beberapa keadaan darurat disebut sebagai bencana atau peristiwa yang berpotensi menyebabkan cedera - potential injurycreating events (PICEs). keamanan Perlindungan dari bahaya hilang, kerusakan, gangguan, atau akses atau penggunaan oleh pihak yang tidak berwenang. keandalan Kemampuan suatu ukuran untuk mengidentifikasi peristiwa-peristiwa yang mana ukuran tersebut dirancang untuk diidentifikasi di beberapa setting kesehatan secara akurat dan konsisten. keberlangsungan perawatan Tingkat sejauh mana perawatan individu dikoordinasi di antara para praktisi, rumah sakit dan dari waktu ke waktu. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) (near miss) Variasi proses yang tidak mempengaruhi hasil akhir tetapi mempunyai peluang mengakibatkan efek samping yang serius apabila terulang. KNC (near miss) semacam itu termasuk dalam lingkup definisi efek samping. Juga lihat efek samping.
273
Glosarium
Glosarium
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) (adverse event) Suatu kejadian tak diharapkan, tak diinginkan atau berpotensi berbahaya dalam suatu rumah sakit yang terjadi akibat suatu pengobatan/ prosedur medis. kejadian sentinel Kejadian tidak terduga yang melibatkan kematian atau kehilangan fungsi utama fisik secara permanen. keluarga pasien Orang (-orang) yang berperan penting dalam kehidupan pasien. Orang (-orang) ini dapat saja tidak secara hukum memiliki hubungan famili dengan pasien. Orang ini sering disebut sebagai sosok pengganti pengambil keputusan apabila mempunyai wewenang untuk membuat keputusan perawatan untuk pasien jika pasien kehilangan kemampuan membuat keputusan. keputusan akreditasi Kategori akreditasi yang dapat dicapai rumah sakit berdasarkan survei JCI. Kategori keputusan tersebut meliputi: Akreditasi Ditolak Rumah sakit secara konsisten tidak memenuhi standar JCI dan Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (International Patient Safety Goals); JCI menarik akreditasinya karena alasan lain, atau rumah sakit secara sukarela menarik diri dari proses akreditasi. Terakreditasi Rumah sakit memenuhi secara layak semua standar dan Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (International Patient Safety Goals). kerahasiaan (confidentiality) 1. Akses terbatas ke data dan informasi bagi para individu yang memiliki kebutuhan, alasan dan izin untuk akses semacam itu. 2. Hak individu akan privasi personal dan informasi, termasuk rekam medisnya. kerangka kerja akreditasi Struktur dan proses di suatu organisasi yang penting bagi organisasi pemberi akreditasi untuk melakukan berikut ini: Secara konsisten dan andal mengevaluasi rumah sakit pemohon terhadap standarstandar yang berlaku Merekrut dan mengirimkan evaluator terlatih
Mencapai keputusan akreditasi yang konsisten dan beralasan kuat Melaksanakan kebijakan dan prosedur terkait
kesahihan/validitas Kemampuan untuk mengidentifikasi peluang-peluang untuk perbaikan mutu perawatan; ada bukti bahwa ukuran yang digunakan berdampak pada perbaikan dalam hasil dan/atau mutu perawatan. kesalahan pengobatan Peristiwa yang sebenarnya dapat dicegah yang dapat mengakibatkan penggunaan obat-obatan yang tidak sesuai atau yang dapat membahayakan keselamatan pasien. Juga lihat kejadian sentinel. keselamatan Tingkat di mana gedung-gedung, daerah dan peralatan rumah sakit tidak menimbulkan bahaya atau risiko bagi pasien, staf, atau pengunjung. kompetensi Suatu penentuan keterampilan, pengetahuan dan kemampuan individu dalam memenuhi harapan yang diuraikan, seperti yang biasa tercantum dalam deskripsi jabatan. kontaminasi Adanya agen infeksius pada makhluk hidup atau benda mati. kredensial Bukti kompetensi, lisensi yang masih berlaku dan relevan, pendidikan, pelatihan dan pengalaman. Kriteria lain dapat ditambahkan oleh rumah sakit. Juga lihat kompetensi; proses mandat (kredensial). kriteria berbasis fisiologis Kriteria yang berpusat pada cabang biologi yang mempelajari fungsi-fungsi organisme hidup dan bagian-bagiannya serta faktor dan proses fisik dan kimianya. kriteria skrining Suatu perangkat aturan atau tes standar yang diterapkan pada kelompok pasien yang menjadi dasar penilaian awal bahwa evaluasi lebih lanjut diperlukan, seperti kebutuhan untuk evaluasi gizi berdasarkan pemeriksaan gizi. layanan kontrak Layanan yang disediakan melalui perjanjian tertulis dengan rumah sakit, badan, atau individu lain. Perjanjian tersebut merinci layanan atau personil yang disediakan atas
274
Glosarium
nama rumah sakit pemohon dan biaya-biaya untuk penyediaan layanan atau personil ini. layanan kuratif Layanan yang disediakan untuk menangani penyakit dan mendorong proses kesembuhan. Layanan atau terapi kuratif berbeda dengan layanan paliatif, yang meringankan sakit, tetapi tidak menyembuhkan. Juga lihat layanan paliatif. layanan paliatif Pengobatan dan layanan pendukung yang lebih dimaksudkan untuk mengurangi rasa sakit dan penderitaan daripada menyembuhkan penyakit. Terapi paliatif dapat mencakup pembedahan atau radioterapi untuk mengurangi atau memperkecil tumor yang menekan struktur vital dan dengan demikian meningkatkan kualitas hidup. Layanan paliatif termasuk memperhatikan kebutuhan psikologis dan spiritual pasien serta membantu pasien yang sekarat dan keluarganya. layanan preventif Intervensi untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit. Layanan ini mencakup identifikasi dan konseling mengenai faktor-faktor risiko (misalnya, merokok, kurangnya kegiatan fisik), tes kesehatan untuk mendeteksi penyakit (misalnya, kanker payudara, penyakit menular seksual), imunisasi, dan kemoprofilaksis (misalnya terapi penggantian hormon). layanan rehabilitasi Penggunaan langkahlangkah medis, sosial, pendidikan, dan kejuruan bersama-sama untuk pelatihan atau pelatihan kembali orang-orang yang cacat akibat penyakit atau cedera. Tujuannya adalah untuk memungkinkan pasien untuk mencapai tingkat setinggi mungkin untuk kemampuan fungsional mereka. limbah infeksius limbah berbahaya. Lihat bahan-bahan dan
lingkup praktik (scope of practices) Berbagai kegiatan yang dijalankan seorang praktisi dalam suatu rumah sakit. Lingkup tersebut ditentukan oleh pelatihan, tradisi, undang-undang atau peraturan, atau rumah sakit. lisensi Suatu hak yang diberikan berdasarkan hukum oleh badan pemerintahan sesuai dengan undang-undang yang mengatur suatu bidang pekerjaan tertentu (seperti dokter, dokter gigi, perawat, psikiatri, atau pekerjaan sosial klinis, atau pengoperasian fasilitas perawatan kesehatan). maksud dan tujuan (intent) Penjelasan singkat mengenai alasan, makna dan kepentingan suatu standar, yang tercantum dalam manual ini di bawah Tujuan. Maksud dan tujuan dapat berisi rincian ekspektasi standar yang dievaluasi dalam proses survei di lapangan (on-site). manajemen informasi Pembuatan, penggunaan, pemakaian bersama dan pembuangan data atau informasi dalam rumah sakit. Praktik ini penting bagi kegiatan operasional rumah sakit yang efektif dan efisien. Hal ini mencakup peran manajemen untuk memproduksi dan mengendalikan penggunaan data dan informasi dalam kegiatankegiatan kerja, manajemen sumber daya informasi, teknologi informasi dan layanan informasi. manajemen utilisasi Perencanaan, pengelolaan, pengarahan dan pengendalian sumber daya. Bagaimana rumah sakit menghubungkan hal ini dengan perawatan pasien merupakan hal yang penting. mendesak (urgent) Klasifikasi pemilahan pasien yang digunakan dalam sistem triase untuk menandakan bahwa kondisi pasien berpotensial mengancam jiwa dan membutuhkan asesmen yang tepat waktu dan mungkin membutuhkan intervensi. metodologi traser Sebuah proses yang digunakan pelaku survei JCI selama survei di lapangan untuk menganalisis sistem rumah sakit dengan cara mengikuti tiap-tiap pasien dalam proses perawatan kesehatan rumah sakit dengan urutan sesuai yang dialami pasien. Pelaku survei mungkin perlu mengunjungi beberapa unit perawatan, departemen, atau area dalam rumah sakit atau satu
Glosarium
limbah medis Lihat bahan-bahan dan limbah berbahaya. lingkup layanan (scope of services) Berbagai kegiatan yang dijalankan oleh personil tata kelola, manajerial, klinis, dan personil pendukung (support).
275
unit perawatan untuk melacak perawatan yang diberikan kepada pasien tergantung pada setting perawatannya.
traser pasien Proses yang digunakan JCI untuk mengevaluasi keseluruhan pengalaman perawatan masing-masing pasien dalam suatu rumah sakit. traser sistem Suatu sesi dalam survei di lapangan yang ditujukan untuk mengevaluasi masalah-masalah keselamatan dan mutu perawatan prioritas tinggi di tingkat sistem di seluruh rumah sakit. Contoh masalah-masalah tersebut termasuk pencegahan dan pengendalian infeksi, manajemen obat-obatan, efektivitas kepegawaian, dan penggunaan data. multidisiplin Termasuk wakil-wakil dari berbagai profesi, disiplin, atau area layanan. mutu perawatan Tingkat di mana perawatan kesehatan untuk individu dan populasi meningkatkan kemungkinan tercapainya hasil akhir kesehatan yang diharapkan dan konsisten dengan pengetahuan profesional saat ini. Dimensi kinerja meliputi sebagai berikut: masalah perspektif pasien, keselamatan lingkungan perawatan; dan aksesibilitas, kesesuaian, kontinuitas, efektivitas, keberhasilan, efisiensi, dan ketepatan waktu perawatan. obat-obatan Obat-obatan dengan resep; obatobatan sampel, obat herbal, vitamin, nutriceutical; obat-obatan tanpa resep, vaksin, zat diagnostif dan kontras yang digunakan pada atau diberikan kepada orang-orang untuk mendiagnosis, merawat, atau mencegah penyakit atau kondisi abnormal lainnya; obat-obatan radioaktif, pengobatan terapi pernapasan; nutrisi parenteral; darah dan turunannya; dan solusi infus (biasa, dengan elektrolit dan/atau obat). obat-obatan, berisiko tinggi atau waspada tinggi Obat-obatan yang mempunyai risiko salah yang dapat mengakibatkan efek samping yang signifikan. observasi Waktu di mana seorang pasien diawasi secara ketat oleh pemberi pelayanan.
organisasi pelayanan kesehatan Istilah generik yang digunakan untuk mendeskripsikan organisasi yang menyediakan layanan perawatan kesehatan. Termasuk di sini adalah pusat pusat pelayanan kesehatan rawat jalan, institusi kesehatan perilaku/mental, organisasi pusat pelayanan kesehatan perawatan di rumah, laboratorium, dan penyedia perawatan yang berjangka panjang. Juga dikenal sebagai institusi perawatan kesehatan.
*)
Glosarium
pasien Individu yang menerima perawatan, pengobatan dan layanan. Untuk standar JCI, pasien dan keluarga pasien merupakan satu unit perawatan tunggal. pasien rawat inap Umumnya, orang-orang yang masuk dan ditempatkan di rumah sakit setidaknya selama semalam. pasien rawat jalan Pada umumnya, mereka yang tidak membutuhkan tingkat perawatan berupa program rawat inap atau residensial yang lebih terstruktur. Di banyak negara, rawat jalan juga dikenal sebagai pelayanan rawat jalan. Di banyak negara, pasien rawat jalan dianggap masuk ke dalam rumah sakit; sementara di beberapa negara lain, pasien rawat jalan dianggap terdaftar. Juga lihat rawat jalan. patologi klinis Layanan yang berkaitan dengan penyelesaian masalah-masalah klinis, khususnya dengan menggunakan metode laboratorium dalam diagnosis klinis. Yang termasuk di dalamnya: kimia klinis, bakteriologi dan ilmu penyakit jamur (mycology), parasitologi, virologi, mikroskopi klinis, hematologi, immunohematologi koagulasi, immunologi, serologi, dan radiobioassay. pedoman berbasis bukti (atau berdasarkan ilmu) Pengambilan keputusan klinis berdasarkan bukti empiris, atau, jika tidak ada bukti empiris, kesepakatan para ahli (seperti pernyataan konsensus yang didukung oleh perkumpulan profesional). Pendekatan ini membutuhkan pemahaman terhadap hasil-hasil yang bertentangan dan dilakukannya asesmen terhadap mutu dan kekuatan bukti-bukti yang ada. Pada akhirnya, para praktisi harus mengetahui bagaimana hal tersebut diterapkan dalam ke-
276
Glosarium
bijakan perawatan pasien dan perawatan kesehatan. pelatihan internal Pendidikan yang terorganisir, biasanya diberikan di tempat kerja, dirancang untuk meningkatkan keterampilan anggota staf atau untuk mengajarkan mereka keterampilan baru yang relevan untuk pekerjaan dan bidang mereka. pelayanan rawat jalan Jenis layanan perawatan kesehatan yang tersedia untuk para individu sebagai pasien rawat jalan. Layanan tersebut disediakan untuk berbagai jenis, mulai dari fasilitas bedah tersendiri (freestanding) hingga pusat kateterisasi jantung. pemantauan Tinjauan informasi secara berkala. Tujuan pemantauan ini adalah untuk mengidentifikasi perubahan dalam suatu situasi. Sebagai contoh, spesialis informasi kesehatan dari tim kesehatan daerah setiap bulan melaporkan kasus-kasus meningitis yang terjadi di desa-desa yang berisiko. pembedahan Prosedur-prosedur yang menyelidiki dan/atau menangani penyakit dan kelainan dalam tubuh manusia melalui pemotongan, pemindahan, pengubahan, atau pemasukan alat diagnostik/ terapeutik. pemberian hak istimewa (privileging) Proses di mana suatu cakupan dan isi tertentu dalam layanan perawatan pasien (yaitu, hak-hak istimewa klinis) diberikan sebagai wewenang kepada seorang praktisi perawatan kesehatan oleh suatu rumah sakit, berdasarkan evaluasi kredensial dan kinerja orang tersebut. pembersihan Penghilangan semua debu, tanah dan materi lain yang terlihat yang mungkin merupakan tempat hidup dan pertumbuhan mikroorganisme. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara menggosok dengan air panas dan deterjen. pemeliharaan peralatan, preventif Evaluasi visual, mekanis, teknis, dan fungsional yang direncanakan dan dijadwalkan untuk dilaksanakan sebelum penggunaan peralatan baru dan pada jangka waktu tertentu selama pemakaian peralatan. Tujuannya adalah untuk menjaga kinerja peralatan berdasarkan pedoman dan spesifikasi produsen
serta membantu menjamin keakuratan diagnosis, perawatan atau pemantauan. Evaluasi ini juga mencakup pengukuran spesifikasi kinerja dan pengevaluasian faktor-faktor keamanan tertentu. pemeliharaan peralatan, rutin Pelaksanaan pemeriksaan keamanan yang mendasaryaitu, evaluasi visual, teknis, dan fungsional peralatanuntuk mengidentifikasi adatidaknya kekurang sempurnaan yang nyata sebelum menyebabkan dampak negatif. Pemeriksaan ini biasanya mencakup inspeksi kotak/ pembungkus, kabel listrik, kerangka struktur, area penutup, kontrol, indikator, dan sebagainya. pemimpin Individu yang menetapkan ekspektasi, mengembangkan rencana, dan melaksanakan prosedur-prosedur untuk mengases dan memperbaiki mutu tata kelola (governance), manajemen fungsifungsi dan proses-proses baik klinis maupun pendukung di rumah sakit. Para pemimpin yang disebutkan dalam standar JCI mencakup setidaknya pemimpin di badan pengatur (governing body), chief executive officer, dan manajer senior lainnya, para pemimpin departemen, pemimpin staf medis dan departemen klinis dan anggota staf medis lainnya dalam posisi administratif rumah sakit yang dipilih dan ditunjuk, serta perawat eksekutif dan para pemimpin keperawatan senior lainnya. pemindahan (transfer) Pemindahan tanggung jawab untuk merawat pasien secara formal dari (1) satu unit perawatan ke yang lain, (2) satu layanan klinis ke yang lain, (3) satu praktisi yang memenuhi kualifikasi ke praktisi yang lain, atau (4) satu rumah sakit ke yang lain. pemulangan pasien Saat di mana keterlibatan aktif individu dengan rumah sakit atau program diakhiri dan rumah sakit atau program tidak lagi memegang tanggung jawab aktif untuk perawatan individu tersebut. pengambilan (harvesting) organ Pemindahan organ untuk transplantasi. peralatan medis Peralatan tidak bergerak atau mudah dibawa-bawa yang digunakan untuk diagnosis, pengobatan, pemantauan dan perawatan langsung individu.
277
Glosarium
perawatan akut Suatu cabang pelayanan kesehatan di mana pengobatan penyakit diberikan hanya untuk waktu singkat ketika serangan penyakitnya singkat tapi parah. Banyak rumah sakit merupakan fasilitas perawatan akut yang bertujuan untuk memulangkan pasien segera setelah pasien dianggap sehat dan stabil, dengan instruksi pemulangan yang sesuai. perawatan berkelanjutan (continuum of care) Penyesuaian kebutuhan individu yang terus-menerus dengan tingkat dan jenis perawatan, pengobatan, dan layanan yang sesuai dalam suatu rumah sakit atau di beberapa rumah sakit. perawatan gizi Intervensi dan konseling untuk meningkatkan asupan gizi yang tepat. Kegiatan ini didasarkan pada penilaian gizi dan informasi mengenai makanan, sumber-sumber gizi lain, dan penyiapan makanan. Kegiatan ini mempertimbangkan latar belakang budaya dan status sosial ekonomi pasien. perbaikan mutu Pendekatan terhadap studi dan perbaikan proses yang terus-menerus dari proses penyediaan perawatan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan pasien dan lainnya. Sinonimnya antara lain: perbaikan kualitas secara terus-menerus, perbaikan yang terus-menerus, perbaikan kinerja di tingkat rumah sakit, dan manajemen mutu total. pengujian point-of-care Pengujian analitik yang dilaksanakan pada lokasi-lokasi di luar lingkungan laboratorium, biasanya pada tempat atau di dekat lokasi perawatan pasien. pernyataan misi Suatu ekspresi tertulis yang memaparkan tujuan, atau misi suatu rumah sakit atau salah satu komponennya. Pembuatan pernyataan misi biasanya dilaksanakan sebelum pembentukan tujuan dan sasaran. practice guidelines Perangkat yang mendeskripsikan proses yang berasal dari percobaan klinis atau pendapat konsensus para ahli sebagai yang paling efektif dalam mengevaluasi dan/atau merawat pasien yang memiliki gejala, kondisi, atau diagnosis tertentu, atau yang mendes-kripsikan suatu prosedur tertentu. Sinonim lainnya adalah parameter praktik, protokol, pola praktik yang dipilih, dan pedoman. Juga
lihat pedoman berbasis bukti (atau berbasis ilmiah); clinical practice guidelines (pedoman praktik klinis). praktisi Seseorang yang telah menyelesaikan studi dan terampil dalam suatu bidang perawatan kesehatan. Termasuk di sini antara lain ialah dokter, dokter gigi, perawat, apoteker, ahli terapi pernapasan. Praktisi mempunyai lisensi dari badan pemerintah atau sertifikasi dari suatu rumah sakit profesional. Juga lihat praktisi mandiri. praktisi mandiri Individu yang diizinkan oleh undang-undang dan oleh organisasi untuk menyediakan perawatan dan layanan, tanpa arahan atau pengawasan, dalam lingkup lisensi individu tersebut. Di banyak negara, praktisi mandiri berlisensi mencakup dokter, dokter gigi, beberapa kategori perawat, podiatris (ahli penyakit kaki), dokter mata dan ahli pijat. Juga lihat praktisi. Program Akreditasi (JCI) Akreditasi JCI Lihat Program
Glosarium
Program Akreditasi JCI Divisi JCI yang bertanggung jawab untuk administrasi semua kegiatan yang berkaitan dengan akreditasi atau sertifikasi organisasi pelayanan kesehatan. program laboratorium khusus Program yang menyertakan disiplin laboratorium, seperti kimia (termasuk toksikologi, pengujian obat terapi, dan pengujian penyalahgunaan obat), cytogeneticsimmunogenetics klinis, imunologi diagnostik, embriologi, hematologi (termasuk uji koagulasi), histocompatibility, immunohematology, mikrobiologi (termasuk bakteriologi, mikobakteriologi, mikologi, virologi dan parasitology), biologi molekuler, patologi (termasuk patologi bedah, sitopatologi, dan nekropsi), serta radiobioassay. program manajemen risiko Kegiatankegiatan klinis dan administratif yang dijalankan rumah sakit untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengurangi risiko cedera pada pasien, staf, dan pengunjung serta risiko kerugian terhadap rumah sakit itu sendiri. proses Rangkaian tindakan (atau kegiatan) yang mengubah input (sumber daya) menjadi output (layanan). Sebagai contoh, program penyuluhan
278
Glosarium
kesehatan di daerah pedalaman akan membutuhkan staf untuk mengembangkan suatu strategi penyuluhan, mempersiapkan materi penyuluhan, dan menyampaikan sesi penyuluhan. Proses Akreditasi Suatu proses berkesinambungan di mana rumah sakit diwajibkan untuk menunjukkan kepada JCI bahwa mereka menyediakan perawatan yang aman dan bermutu tinggi, seperti yang diatur sebagai persyaratan yang harus dipenuhi dalam standar JCI dan rekomendasi Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (International Patient Safety Goals). Komponen utama dari proses ini ialah evaluasi lapangan di rumah sakit oleh pelaku survei JCI. prosedur invasif Suatu prosedur yang melibatkan pembuatan tusukan atau sayatan pada kulit atau pemasukan suatu alat atau bahan asing ke dalam tubuh. proses kredensial Proses untuk memperoleh, memverifikasi, dan menilai kualifikasi seorang praktisi perawatan kesehatan untuk menyediakan layanan perawatan pasien di dalam atau untuk suatu rumah sakit. Proses untuk memeriksa kualifikasi staf secara berkala disebut sebagai proses rekredensial. proses perawatan pasien Tindakan penyediaan akomodasi, kenyamanan, dan pengobatan untuk seseorang. Hal ini secara tidak langsung menyatakan tanggung jawab untuk keselamatan, termasuk pengobatan, layanan, habilitasi, rehabilitasi, atau program-program lainnya yang diminta oleh rumah sakit atau jaringan untuk individu tersebut. protokol Rencana pengobatan atau garis besar suatu studi ilmiahtermasuk antara lain jenis peserta percobaan, jadwal, prosedur, pengobatan dan dosisyang menggunakan prosedur eksperimental atau pengobatan baru dengan tujuan mengukur aplikasinya pada manusia. rekrutmen Pencarian pegawaibiasanya baru atau anggota staf rumah sakit lainnya. rencana Suatu metode terperinci yang diformulasi sebelumnya untuk mengidentifikasi kebutuhan, menentukan strategi-strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, serta menetapkan tujuan dan sasaran. Format rencana tersebut dapat mencakup narasi, kebijakan dan prosedur, protokol, pedoman
praktek, alur klinis (clinical paths), peta perawatan (care maps), atau kombinasi dari semuanya. rencana manajemen lingkungan Dokumen tertulis rumah sakit yang menguraikan proses yang dimilikinya untuk area operasional berikut ini: keselamatan dan keamanan, bahan-bahan berbahaya, keadaan darurat, penanganan kebakaran, peralatan medis, dan sistem utilitas. Rencana tersebut menetapkan prosedur-prosedur khusus yang menguraikan strategi, langkah-langkah dan tanggung jawab mitigasi, kesiapan, respons dan pemulihan. rencana perawatan Rencana yang mengidentifikasi kebutuhan perawatan pasien, menentukan strategi-strategi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, mendokumentasi tujuan dan sasaran pengobatan, menguraikan kriteria untuk mengakhiri intervensi, dan mendokumentasikan perkembangan individu dalam mencapai tujuan dan sasaran yang ditentukan. Rencana ini didasarkan pada data yang dikumpulkan selama penilaian pasien. Format rencana tersebut dalam beberapa rumah sakit dapat diatur oleh kebijakan dan prosedur, protokol, pedoman praktik, alur klinis (clinical paths) tertentu atau kombinasi dari semuanya. Rencana perawatan dapat mencakup pencegahan, perawatan, pengobatan, habilitasi, dan rehabilitasi. Juga lihat rencana. resume medis pasien pulang Suatu bagian dari rekam medis yang merangkum sebab pasien masuk ke rumah sakit, temuan signifikan, prosedur yang dijalankan, pengobatan yang diberikan, kondisi pasien saat pulang, dan instruksi-instruksi khusus lainnya yang diberikan kepada pasien atau keluarga pasien (misalnya, tindak-lanjut, obat-obatan). rujukan Pengiriman individu (1) dari satu dokter ke dokter atau spesialis lain atau (2) dari satu tempat atau bagian ke yang lain atau sumber daya lain, baik untuk konsultasi atau perawatan karena perujuk tidak siap atau tidak memenuhi syarat untuk menyediakan layanan yang dibutuhkan. sampel representatif Suatu sampel di mana setiap kasus dalam populasi yang diidentifikasi pada awalnya memiliki probabilitas yang sama untuk dimasukkan sebagai sampel. Sebuah sampel representatif diperoleh jika random sampling digunakan untuk memilih kasus sampel.
279
Glosarium
Glosarium
staf Semua orang yang menyediakan perawatan, pengobatan dan layanan dalam rumah sakit sesuai peran dan tanggung jawab mereka (misalnya, staf medis dan staf keperawatan), termasuk mereka yang menerima honor (karyawan tetap, sementara, dan paruh waktu, serta karyawan kontrak), relawan, dan mahasiswa profesi kesehatan. staf klinis Mereka yang memberikan perawatan kepada pasien secara langsung (antara lain, dokter, dokter gigi, perawat). staf nonklinis Mereka yang menyediakan perawatan kepada pasien secara tidak langsung (antara lain, bagian penerimaan, layanan makanan). staf klinis Lihat staf. staf medis Semua dokter, dokter gigi, dan profesional lainnya yang memiliki izin untuk berpraktik secara mandiri (tanpa pengawasan) dan yang memberikan layanan preventif, kuratif, restorative, bedah, rehabilitatif, atau layanan medis atau gigi lainnya kepada pasien; atau yang menyediakan jasa interpretatif untuk pasien, seperti patologi, radiologi, atau layanan laboratorium, apa pun klasifikasi pengangkatan, status pekerjaan, kontrak, atau pengaturan-pengaturan rumah sakit lainnya dengan individu tersebut untuk menyediakan layanan perawatan pasien tersebut. standar manajemen rumah sakit Untuk akreditasi JCI, yaitu standar-standar yang disusun berdasarkan mana yang dilaksanakan secara langsung mana yang tidak langsung untuk menyediakan fasilitas yang aman, efektif dan terkelola baik bagi suatu rumah sakit. (misalnya, pencegahan dan pengendalian infeksi, manajemen fasilitas, kualifikasi staf). staf nonklinis Lihat staf. status fungsional Kemampuan individu untuk merawat dirinya sendiri secara fisik dan emosional berdasarkan norma-norma yang diharapkan untuk kelompok usianya. Status fungsional dapat dibagi menjadi fungsi-fungsi sosial, fisik dan psikologis. Status fungsional dapat dinilai dengan cara memberikan pertanyaan selama pemeriksaan
kesehatan berkala atau dengan menggunakan alat-alat pemeriksaan formal. Juga lihat ukuran. sedasi Lihat anestesi dan sedasi.
sertifikasi 1. Prosedur dan tindakan yang dipakai suatu organisasi yang berwenang untuk mengevaluasi dan menyatakan bahwa seseorang, suatu institusi atau program memenuhi persyaratan, misalnya standar. Sertifikasi berbeda dengan akreditasi dalam hal bahwa sertifikasi juga berlaku bagi individu (misalnya, spesialis medis). 2. Proses yang dipakai badan atau asosiasi nonpemerintah untuk menyatakan bahwa seseorang telah memenuhi kualifikasi yang ditentukan sebelumnya oleh badan atau asosiasi tersebut. sistem penyedia terpadu (integrated provider (system)) Suatu organisasi penyedia perawatan kesehatan yang menawarkan sistem korporat yang luas untuk mengelola sistem perawatan kesehatan yang beragam. Sistem ini umumnya mencakup satu atau lebih rumah sakit, satu kelompok besar praktik dokter, rencana kesehatan, dan jenis-jenis perawatan kesehatan lainnya. Praktisi perawatan kesehatan entah merupakan pegawai dari sistem itu atau tergabung dalam kelompok gabungan praktisi. Sistem tersebut dapat menyediakan beberapa tingkat perawatan kesehatan bagi pasien dalam wilayah geografis yang sama. sistem utilitas Sistem dan peralatan di tingkat rumah sakit yang mendukung hal-hal berikut ini: distribusi listrik; tenaga listrik darurat; air; transportasi vertikal dan horizontal, pemanas, ventilasi dan AC; pipa, boiler dan uap; gas pipa; sistem vakum; atau sistem komunikasi, termasuk sistem pertukaran data. Mungkin juga mencakup sistem untuk pendukung kehidupan (life support); surveilans, pencegahan dan pengendalian infeksi; dan dukungan lingkungan. standar Suatu pernyataan mengenai ekspektasi kinerja, struktur, atau proses yang harus ada dalam suatu rumah sakit untuk memberikan perawatan, pengobatan dan layanan yang aman dan bermutu tinggi.
280
Glosarium
standar yang berfokus pada pasien Untuk keperluan akreditasi JCI, standar yang disusun berdasarkan apa yang dilakukan secara langsung atau tidak langsung pada atau untuk pasien (misalnya, penyuluhan pasien, pembuatan catatan pasien, penilaian pasien). sterilisasi Penggunaan prosedur fisik atau kimia untuk menghancurkan semua mikroba, termasuk endospora bakteri yang sangat resisten. survei akreditasi Evaluasi terhadap suatu rumah sakit yang mengases pemenuhannya terhadap standar-standar yang berlaku dan yang menentukan status akreditasinya. Juga dikenal sebagai survei tiga tahunan, survei akreditasi JCI meliputi berikut ini: Evaluasi dokumen yang disediakan oleh staf rumah sakit yang menunjukkan bahwa syarat-syarat terpenuhi Informasi verbal mengenal penerapan standar atau contoh penerapannya yang membantu menentukan apakah syarat-syarat terpenuhi Pengamatan di lapangan oleh para pelaku survei Pelacakan pasien melalui proses perawatan dengan metodologi traser. Penyuluhan tentang standar pemenuhan syarat dan perbaikan kinerja survei perluasan Evaluasi rumah sakit yang dijalankan akibat faktor-faktor berikut: Rumah sakit menawarkan sedikitnya 25% dari layanannya di lokasi baru atau di lokasi bangunan yang diubah secara signifikan. Rumah sakit telah meningkatkan kapasitasnya sebesar 25% atau lebih untuk menyediakan pelayanan, diukur berdasarkan volume pasien atau parameter lainnya yang relevan. Rumah sakit telah melakukan merger dengan, konsolidasi dengan, atau mengakuisisi situs, layanan atau program, yang diatur oleh standar JCI yang berlaku, namun belum terakreditasi. survei terfokus Evaluasi rumah sakit yang sempit dan terbatas menyusul survei awal atau survei tiga tahunan, yang berkonsentrasi hanya pada masalah yang belum memenuhi syarat pada survei awal atau survei
tiga tahunan. survei terfokus tindak-lanjut Evaluasi yang dilakukan karena adanya kebutuhan akan pengamatan pelaku survei, wawancara staf atau pasien, atau inspeksi fasilitas fisik untuk mengonfirmasi bahwa rumah sakit telah mengambil tindakan cukup untuk mencapai pemenuhan syarat secara layak berdasarkan standar JCI dan/atau Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (International Patient Safety Goals) yang diidentifikasikan sebagai tidak terpenuhi atau terpenuhi sebagian pada saat survei penuh awal atau tiga tahunan. survei terfokus mencari-sebab Evaluasi rumah sakit yang dilaksanakan apabila JCI menyadari adanya masalah serius yang melibatkan pemenuhan syarat yang diatur oleh standar, perawatan pasien dan keselamatan pasien. survei awal Evaluasi terhadap rumah sakit yang sedang berusaha memperoleh akreditasi JCI untuk pertama kalinya atau belum terakreditasi oleh JCI selama enam bulan sebelumnya. survei validasi Evaluasi proses survei setelah survei ulang awal atau tiga tahunan, yang menilai pemenuhan standar dalam rumah sakit, sebagai bagian dari usaha perbaikan mutu internal JCI. Meskipun memiliki ruang lingkup yang mirip dengan survei awal atau tiga tahunan, survei validasi bersifat sukarela dan sama sekali tidak mempengaruhi hasil survei awal atau tiga tahunan rumah sakit. tata kelola (governance) Individu, kelompok, atau badan yang paling berwewenang dan bertanggung jawab untuk mengembangkan kebijakan, memelihara mutu perawatan, dan menyediakan manajemen dan perencanaan rumah sakit. Nama lain untuk kelompok ini mencakup dewan, dewan pengurus, dewan gubernur, dewan komisaris dan badan pengatur.
281
Glosarium
terapi gizi Pengobatan medis yang mencakup gizi enteral dan parenteral. time-out Periode jeda, sesaat sebelum prosedur bedah atau lainnya, di mana setiap pertanyaan yang belum terjawab atau hal-hal yang masih membingungkan mengenai pasien, prosedur atau lokasi, dipecahkan bersama oleh seluruh tim bedah atau prosedur. Bahkan jika hanya satu orang yang melakukan prosedur, periode jeda sesaat untuk memastikan pasien, prosedur dan lokasi yang benar ini perlu dilaksanakan. tingkat perawatan Suatu klasifikasi tingkat layanan perawatan kesehatan. Tingkat-tingkat ini dibagi berdasarkan jenis perawatan yang diberikan, jumlah orang yang dilayani, dan jumlah orang yang memberikan perawatan. Tingkat-tingkat utama perawatan adalah primer, sekunder, dan tersier. Tingkat-tingkat perawatan yang diklasifikasikan berdasarkan akuitas pasien atau intensitas pelayanan yang diberikan adalah darurat, intensif dan umum. Juga lihat perawatan berkelanjutan continuum of care. uji coba klinis Pengujian pengobatan dalam tiga atau terkadang empat tahap, tergantung pada tujuan, ukuran dan ruang lingkup uji coba tersebut. Uji coba Fase I mengevaluasi keamanan obat-obatan, peralatan atau teknik diagnostik, terapi, atau profilaksis untuk menentukan rentang dosis yang aman (apabila sesuai). Hal tersebut melibatkan sejumlah kecil subjek yang sehat. Uji coba berlangsung sekitar setahun. Uji coba Fase II biasanya terkontrol untuk menilai efektifitas dan dosis (apabila sesuai) obat-obatan, peralatan atau teknik-teknik. Studi ini melibatkan beberapa ratus relawan, termasuk sejumlah pasien yang memiliki penyakit atau gangguan yang ditargetkan. Uji coba ini berlangsung sekitar dua tahun. Uji coba Fase III memverifikasi efektifitas obat-obatan, peralatan atau teknik-teknik yang diuji dalam studi pada Fase II. Para pasien dari Fase II dimonitor untuk mengidentifikasi apabila ada reaksi-reaksi yang tidak baik dari penggunaan jangka panjang. Studi ini melibatkan sekelompok besar pasien, cukup besar untuk mengidentifikasi respon-respon klinis yang signifikan. Uji coba ini biasanya berlangsung sekitar tiga tahun. Uji coba Fase IV meneliti obat-obatan, peralatan atau teknik yang sudah disetujui untuk dijual di kalangan umum. Studi ini sering dilakukan
untuk memperoleh data yang lebih banyak mengenai keamanan dan keampuhan suatu produk. ukuran 1. Mengumpulkan data kuantitatif mengenai suatu fungsi, sistem, atau proses (seseorang mengukur). 2. Suatu alat kuantitatif. uraian tugas Penjelasan mengenai posisi pekerjaan, termasuk tugas, tanggung jawab, dan syarat-syarat yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan tersebut. utilisasi Penggunaan, pola penggunaan atau tingkat penggunaan suatu layanan perawatan kesehatan. Penggunaan yang berlebih (overuse) terjadi jika layanan perawatan kesehatan diberikan dalam keadaan di mana kemungkinan bahaya melebihi kemungkinan manfaatnya. Penggunaan yang kurang (underuse) adalah tidak digunakannya suatu layanan perawatan kesehatan yang seharusnya dapat memberikan hasil yang menguntungkan bagi pasien. Keliru-guna (misuse) terjadi apabila layanan yang sesuai telah dipilih namun terjadi komplikasi yang seharusnya dapat dicegah. Ketiganya mencerminkan suatu masalah dalam mutu perawatan kesehatan, yang juga dapat meningkatkan risiko kematian dan mengurangi kualitas hidup. Juga lihat manajemen utilisasi. variasi Perbedaan hasil dari pengukuran peristiwa yang sama lebih dari sekali. Sumber variasi dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok utama: penyebab umum dan penyebab khusus. Terlalu banyak variasi sering menyebabkan pemborosan dan kerugian, seperti terjadinya kondisi kesehatan pasien yang tidak diinginkan dan meningkatnya biaya layanan kesehatan. verifikasi sumber utama Verifikasi kualifikasi yang dilaporkan untuk seorang praktisi perawatan kesehatan dari sumber orisinal atau institusi yang disahkan untuk sumber tersebut. Metode-metode untuk melaksanakan verifikasi pada sumber utama kredensial mencakup korespondensi langsung, verifikasi lewat telepon yang didokumentasikan, verifikasi elektronik yang aman dari sumber kualifikasi utama, atau laporan-laporan dari lembaga verifikasi kredensial yang memenuhi persyaratan JCI.
Glosarium 282
Glosarium
283
Glosarium
Indeks
Indeks
A Administrasi penggunaan obat-obatan identifikasi pasien sebelum (SIKP.1.), 37 mengonsumsi sendiri obat-obatan (MPO.6.2), 147 obat yang dibawa sendiri oleh pasien (MPO.6.2), 147 pemberian obat secara aman (MPO.6.1), 146 proses verifikasi (MPO.6.1), 146 wewenang untuk memberikan obat-obatan (MPO.6).146 Agenda untuk survei, 12, 13, 14 Air ketersediaan (MKF.9), 226 pengawasan mutu (MKF.10.1), 226 sumber alternatif (MKF.9.1), 225 Akreditasi bersifat sukarela, 1 biaya akreditasi tiga tahunan, 16-17, 30 ciri-ciri dan unsu-unsur dari, 2 dasar, 1, 2, 12 individu-individu sebagai kontak di rumah sakit, 15 maksud dan tujuan dari, 2 manfaat dari, 1 pencabutan terhadap, 24-25 penerapan untuk, 12, 13, 14, 15 penerimaan untuk, 12 persyaratan pelaporan antarsurvei, 21, 24, 26 pertimbangan-pertimbangan kondisi khas negara untuk, 2 proses baru, 30 ruang lingkup program-program akreditasi, 2 Akreditasi Ditolak, 12, 19, 22, 24 Akreditasi dengan Risiko Ditolak Kebijakan tentang Keakuratan dan Kebenaran Informasi dan, 15 kebijakan tentang, 24 perubahan rumah sakit dan, 26 survei terfokus mencari-sebab, 20 Akreditasi tiga tahunan, 16 Alat sekali-pakai (PPI.7.1.1), 186-187 Anak-anak dan bayi kebijakan dan prosedur perawatan terhadap (PP.3.8), 116, 118 penganiayaan fisik, perlindungan dari (HPK.1.4), 68 perlindungan hak dari (HPK.1.5), 68-69 proses asesmen untuk (AP.1.8), 91-92 Analisis akar masalah, 29 Ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan Berisiko Ditolak untuk Akreditasi, 23-25 identifikasi selama survei, 19, 22 kebijakan kejadian sentinel, 30 kebijakan terhadap, 20, 21-22 survei terfokus mencari-sebab, 20 Anestesi dan sedasi (pemberian obat penenang). Lihat juga Standar Anestesi dan bedah analisis kejadian efek samping obat, analisis terhadap (PMKP.7), 175 informed consent (AP.1.5.1), 84 informed consent sebelum (HPK.6.4), 76 rangkaian proses dari, 115 Anggaran, sumber daya dan operasional (TKKA.1.3), 196 Arsip kepegawaian (KPS.5), 237 Asesmen awal rencana pemulangan, identifikasi kebutuhan dan proses perencanaan (AP.1.11), 93 evaluasi termasuk dalam (AP.1.2), 87 asesmen khusus, penentuan dibutuhkan atas (AP.1.10), 93 rentang waktu penyelesaian dari (AP.1.4.1), 89 Asesmen edukasi untuk identifikasi (PPKP.2.1), 154 Asesmen ekonomi (AP.1.2), 87 Asesmen fungsional (AP.1.6), 90 Asesmen keperawatan dokumentasi temuan asesmen (AP.1.5), 89 kebutuhan medis, identifikasi dan dokumentasi dari (AP.1.3), 87 kualifikasi individu yang melaksanakan asesmen (AP.3), 94 pasien keadaan darurat (AP.1.3.1), 87 penyelesaian tepat waktu (AP.1.4.1), 89 Asesmen awal (AP.1.10), 93 Asesmen gigi (AP.1.10), 93 Asesmen medis
284
Indeks
anestesi, asesmen sebelum (AP.1.5.1), 90 dokumentasi temuan asesmen (AP.1.5; AP.1.5.1), 89-90 keperluan medis, identifikasi dan dokumentasi dari (AP.1.3), 87 pasien keadaan darurat (AP.1.3.1), 88 pembaharuan asesmen lama (AP.1.4.1), 89 pembedahan, asesmen sebelum (AP.1.5.1), 90 penyelesaian tepat waktu (AP.1.4.1), 89 Asesmen psikologis (AP.1.2), 87 Asesmen sosial (AP.1.2), 87 B Bagian Keuangan (Joint Commisision International), 18 Bahan berbahaya dan limbah edukasi staf yang berperan dalam pengelolaan (MKF.11.1), 227 inventarisasi bahan dalam fasilitas (MKF.5), 219-220 izin, lisensi, sertifikat, atau persyaratan lainnya (MKF.5), 219-220 pembuangan (MKF.5), 219-220 penanganan, penyimpanan dan penggunaan, rencana untuk (MKF.5), 219-220 pemberian label terhadap (MKF.5), 219-220 program pengelolaan keselamatan laboratorium dan (AP.5.1), 96 peralatan pelindung dan prosedur (MKF.5), 219-220 program pengelolaan keselamatan pelayanan radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.2), 103 rencana tertulis untuk mengendalikan risiko lingkungan (MKF.2), 216 Banding atas keputusan akreditasi, 25 Bayi. Lihat Anak-anak dan bayi Benda tajam dan jarum, pembuangan (PPI.7.3), 188 Biaya perawatan asesmen ekonomi (AP.1.2), 87 informasi tentang (APKP.1.2), 50 pembayaran untuk perawatan dan pemberian perawatan yang seragam (PP.1), 112 tagihan untuk pelayanan (TKKA.6.1), 210 Biaya perjalanan, 17, 18 Buku Petunjuk. Lihat Buku petunjuk standar Buku Petunjuk Standar bagaimana menggunakan, 3-4
jadwal waktu proses akreditasi, 13 perubahan pada edisi keempat, 5-7 tanggal efektif, 4-5, 31-32
Indeks 285
C Cardiac life support kompetensi dalam (KPS.8.1), 239-240 pelatihan dalam (KPS.8.1), 239-240 Catatan klinis pasien akses ke (MKI.7), 259 asesmen, dokumentasi temuan asesmen (AP.1.5; AP.1.5.1), 89-90 asesmen kebutuhan edukasi, dokumentasi (PPKP.2), 153 asesmen ulang, dokumentasi (AP.2), 93 dipindahkan bersama pasien (MKI.8), 259 efek samping obat, pemantauan dan dokumentasi atas (MPO.7), 147-148 hilang, rusak dan diubah-ubah, terlindung dari (MKI.16), 263 informasi meliputi (MKI.19; MKI.19.1), 265 kebijakan retensi untuk catatan, data dan informasi, 266 kemampuan dan kemauan belajar, asesmen dan dokumentasi atas (PPKP.2.1), 151 kerahasiaan informasi pasien (HPK.1.6), 69 membuat entri, di kewenangan untuk membuat (MKI.19.2), 226 penulis (MKI.19.3), 266 tanggal (MKI.19.3), 266 format dan lokasi (MKI.19.2), 266 permintaan obat dan resep (MPO.4.3), 144 pemindahan pasien, dokumentasi (APKP.4.4), 59 penilaian ulang terhadap (MKI.19.4), 267 perawatan anestesi dokumentasi penggunaan dan teknik anestesi (PAB.5.2), 128 dokumentasi pemantauan pascaanestesi (PAB.6), 129 permintaan untuk perawatan dan pengobatan, dokumentasi dari (PP.2.2), 114 persetujuan, dokumentasi (HPK.6.4; HPK.8), 78-79 prakarsa dan pengurusan (MKI.19), 265 privasi dan kerahasiaan informasi (MKI.10), 260-261 prosedur, dokumentasi (PP.2.3), 114
prosedur pembedahan, dokumentasi (APKP.3.3; PAB.7), 5, 56, 130 resume medis pasien pulang (APKP.3.2), 55 ringkasan profil pasien dalam (APKP.3.3), 5, 56 untuk pasien darurat catatan dan diagnosis properasi sebelum pembedahan (AP.1.3.1), 87-88 informasi tercakup dalam (MKI.19.1.1), 265 Catatan Klinis. Lihat Catatan Klinis Pasien Clinical Practical Guidelines, clinical pathway dan / atau Protokol Klinis,117, 167-168 D Daerah postmortem dan kamar mayat (PPI.7.2), 173 Daftar obat berisiko tinggi Institute for Safe Medication Practices, 39 Daftar prosedur spesifik, persetujuan terpisah, dan perawatan yang dibutuhkan (HPK.6.4.1), 77 Daftar standar, 45-46 Darah atau produk darah administrasi, pengidentifikasian pasien sebelum (SIKP.1), 38 edukasi pasien atas risiko, manfaat, dan alternatif penggunaan atas (PAB.7.1), 130-131 informed consent sebelum (HPK.6.4), 76 kebijakan dan prosedur untuk pemakaian dan administrasi (PP.3.3), 116-117 limbah dan pembuangan, pencegahan dan pengendalian infeksi atas dan (PPI.1.7.2), 180 reaksi transfusi, analisis terhadap (PMKP.7), 175 Database eksternal, manfaatnya atau partisipasi (MKI.20.2), 267-268 Definisi (MKI.13), 262 Diakreditasi, 12, 26 Diskripsi pekerjaan (KPS.1.1), 234-235 Dokter dan praktisi layanan kesehatan kesinambungan dan koordinasi perawatan, proses untuk (APKP.2), 52 layanan laboratorium luar, hubungan antardokter dan (AP.5), 96 layanan radiologi luar dan pencitraan diagnostik, hubungan antar-dokter dan (AP.6.1), 102 pengawas layanan radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.7), 106 pengawasan farmasi (MPO.1.1), 138 perawatan pasien, peran dalam, 102 perujukan sesuai dan tepat waktu (APKP.3.1), 54
praktisi mandiri proses kredensial dan pemberian hak istimewa untuk (TKKA.3.3.2), 6, 204 kualitas layanan (TKKA.3.3.2), 204 informasi tentang (HPK.6.1), 75 informasi tentang, proses merespons permintaan (HPK.6.1), 75 praktisi pelayanan kesehatan aktivitas perbaikan kualitas, partisipasi dalam (KPS.14), 248 kredensial, verifikasi dan evaluasi dari (KPS.15), 249 penilaian ulang kinerja (KPS.17), 250 tugas pekerjaan klinis (KPS.16), 250 program akademis dalam rangka pelatihan, rumah sakit sebagai setting klinis untuk (KPS.8.3), 240-241 staf medis evaluasi praktik (KPS.11), 246 hak istimewa, penetapan ulang (KPS.10), 245 pembaruan izin untuk merawat (KPS.9.1), 242-244 penilaian ulang berkas kredensial dan proses kredensial (KPS.9.1), 242-244 verifikasi kredensial (KPS.9), 242-243 tanggung jawab untuk perawatan (APKP.2.1), 53 Donasi organ pengawasan atas proses pengambilan dan transplantasi (HPK.11), 80 persetujuan dari donor hidup (HPK.11), 80 pilihan untuk berdonasi, informasi mengenai dan bantuan untuk (HPK.10), 79 E Elektrolit, konsentrat 39, 140 Elektrolit konsentrat, 39, 140 Elemen Penilaian, 4 Epidemik (PPI.8), 189 Etika dilema etika dan pengambilan keputusan (TKKA.6.2), 209 pemasaran pelayanan (TKKA.6.1), 209-210 penerimaan, pemindahan, dan kebijakan pemulangan (TKKA.6.1), 209 pengarahan atas struktur organisasi dan proses
Indeks 286
Indeks
pendukung (TKKA.4), 205 kepemilikan rumah sakit, pernyataan tentang (TKKA.6.1), 209-210 kerangka untuk pengelolaan etika (TKKA.6), 209 konflik bisnis dan professional (TKKA.6.1), 209 konflik profesionals dan bisnis (TKKA.6.1), 209 pelaporan atas masalah etika dan undang-undang (TKKA.6.2), 209-210 tagihan untuk perawatan (TKKA.6.1), 209 Evakuasi dari fasilitas (MKF.7.2), 221-212 Evaluasi kinerja evaluasi praktik staf medis (KPS.11), 245-246 tata kelola (TKKA.1), 198 penilaian ulang kinerja praktisi kesehatan (KPS.17), 250 penilaian ulang kinerja staf keperawatan (KPS.14), 248 manajer senior atau kepala (TKKA.1.4), 198 staf (TKKA.5.5), 208 staf klinis (KPS.3), 236 staf nonklinis (KPS.4), 236 F Faktur, 18 Farmasi, pengawasan atas (MPO.1.1), 138 Film X-ray dan perlengkapan lain, ketersediaan dan pengelolaan (AP.6.6), 105 Formulir Instruksi Perjalanan, 13 Formulir permintaan elektronik, 14 G Gambaran umum, 45 Gangguan emosi, proses asesmen pasien dengan (AP.1.8), 91 Gas medis inspeksi, uji, perawatan sistem (MKF.10), 226 pelatihan staf yang bertugas menyimpan dan menangani (MKF.11.1), 226 Gas, medis. Lihat Gas medis Gizi. Lihat Makanan dan gizi nutrisi enteral (PP.4.1), 119 Glosarium, 271 Gold Seal, 4 H Hak istimewa, Lihat Pemberian kredensial dan hak
istimewa Hal-hal nonrumah sakit di dalam fasilitas rumah sakit program keselamatan dan keamanan, sesuai dengan (MKF.4), 218 program penanganan asap dan kebakaran, sesuai dengan (MKF.7), 221 rencana kesiapan menghadapi bencana, sesuai dengan (MKF.6.1), 220-221 rencana untuk bahan dan limbah berbahaya, sesuai dengan (MKF.5), 219-220 Hambatan emosi dan motivasi, asesmen bersifat edukasi untuk mengidentifikasi (PPKP.2.1), 154 Hambatan fisik untuk perawatan (APKP.1.3), 51 Hambatan pada akses dan pemberian layanan (APKP.1.3), 51 Hasil perawatan hasil yang tidak terduga (PP.2.4), 115 informasi tentang (APKP.1.2; HPK.2.1.1; PP.2.4), 50, 70-71, 115 pasien dan keluarga terlibat dalam perawatan dan, 63 I Identifikasi identifikasi pasien (SIKP.1), 38 memeriksa orang-orang tanpa (HPK.1.4), 68 Imunisasi dan vaksinasi (KPS.8.4), 241 Infeksi akibat perawatan kesehatan data pengukuran, perbandingan dengan data luar (PPI.10.4), 190-191 pengurangan atas (SIKP.5; PPI.5), 41, 184 Rancangan baru atau modifikasi proses (PPI.10.3), 190 risiko, angka dan tren, penelusuran atas (PPI.10.1), 190 Infeksi lewat udara dan pencegahan (PPI.8), 189 Infeksi peralatan intravaskular invasif (PPI.6), 185 Infeksi resisten terhadap banyak jenis obat (PPI.6), 185 Infeksi saluran kencing (PPI.6), 185 Infeksi saluran pernapasan (PPI.6), 185 Informasi rahasia informasi bersifat privasi dan rahasia (MKI.10), 260 informasi pasien (HPK.1.6), 69 informasi proses akreditasi, 23-24, 25 Informasi terbuka untuk umum, 23, 25
287
Indeks
Informed consent anestesi, persetujuan sebelum (HPK.6.4), 76 darah atau produk darah, persetujuan sebelum penggunaan akan (PRF.6.4), 76 dokumentasi dari (HPK.6.4; HPK.8), 76, 78-79 edukasi tentang (PPKP.2), 153 informasi kepada pasien untuk membuat keputusan perawatan (HPK.6.1), 75 instansi kesehatan masyarakat, laporan ke (PPI.10.6), 190 penelitian klinis, investigasi klinis dan uji klinis, persetujuan untuk berperan serta dalam (HPK.7.1; HPK.8), 78-79 pengambilan keputusan oleh orang lain (HPK.6.2), 75-76 persetujuan sebelum (HPK.6.4), 76-77 persetujuan terpisah, khusus, daftar prosedur dan perawatan yang diinginkan (HPK.6.4), 76-77 persetujuan umum, lingkup dan pemakaian dari (HPK.6.3), 76 prosedur dan perawatan berisiko tinggi, sumbangan organ, persetujuan dari donor hidup (HPK.11), 80 prosedur pembedahan, persetujuan sebelum (HPK.6.2), 75-76 proses untuk (HPK.6), 74-75 proses untuk, pemahaman atas (HPK.2.1), 70 J Jarum dan benda tajam, pembuangan (PPI.7.3), 188 jalan keluar dari fasilitas (MKF.7.1), 221-222 Joint Commission (USA) fungsi dan tujuan organisasi, 2 hubungan dengan JCI, 2 Universal Protocol for Preventing Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person SurgeryTM, 40-41 Joint Commission International (JCI) Bagian Keuangan, 18 Departemen Standar, 27 hubungan dengan Joint Commission lingkup akreditasi dan program sertifikasi, 2 informasi kontak, 14 Joint Commission International Standar Akreditasi Rumah Sakit edisi ke- 4 290 Indeks Jubah (PPI.9), 190 keluhan, laporan kepada, 30 Komite Akreditasi
ancaman terhadap kesehatan dan keamanan, identifikasi selama survei, 22 proses keputusan akreditasi , 12 survei terfokus dan, 20-21 Kebenaran Informasi, 15 Kebijakan tentang Keakuratan dan pembayaran biaya dan, 17 penilaian ulang dan banding atas keputusan akreditasi, 24-25 standar, persetujuan atas, 31 Library of Measures, V, 169-170 misi dari, 2 Pemantauan Kualitas dan Keselamatan, Kantor Akreditasi untuk, 31 Spesialis layanan akreditasi, 14 K Kalium fosfat, 39 Kalium klorida, 39 Keakuratan informasi pemberian akreditasi, sifat dan makna dari, 26 Kebijakan tentang status Akreditasi Berisiko Ditolak, 23-24 Kebijakan Keakuratan dan Kebenaran Informasi, 14-15, 26 kepalsuan informasi, 15 keputusan akreditasi dan, 15 penerapan untuk akreditasi, perubahan pada, 14, 15 perubahan rumah sakit, 27 Keakuratan Informasi dan Kebenaran Kebijakan 14-15, 26 Keamanan. Lihat Keselamatan dan keamanan keamanan informasi (MKI.11), 261 Kebakaran, bantuan selama (HPK.1.5), 69 Kebersihan tangan panduan atas, 41 sumber-sumber (PPI.9), 189-190 cuci tangan atau disinfeksi tangan (PPI.9), 189-190 infeksi akibat perawatan kesehatan, pengurangan terhadap (SIKP.5), 41 program, pelaksanaan dari, 41 Kebijakan dan prosedur persetujuan atas (TKKA.1.2), 198 pengembangan dan pemeliharaan dari
Indeks 288
Indeks
(MKI.18), 264 Kebijakan merokok (MKF.7.3), 223 Kebutuhan dan rekomendasi ruang (TKKA.5.2), 207 Kebutuhan emosional pasien dan keluarga (PP.7.1), 121 Kebutuhan layanan keperawatan, identifikasi dan dokumentasi dari (AP.1.3), 87-88 Kebutuhan medis, identifikasi dan dokumentasi dari (AP.1.3), 87-88 Kebutuhan privasi pasien (HPK.1.2), 67 Kebutuhan psikososial pasien dan keluarga (PP.7.1), 121 Kebutuhan transportasi pasien (APKP.5), 5, 59-60 Kegiatan pengukuran dan perbaikan mutu partisipasi praktisi layanan kesehatan dalam (KPS.17), 249 partisipasi staf keperawatan dalam (KPS.14), 248 pelatihan untuk mendukung, 12 menetapkan prioritas (PMKP.1.2), 165 teknologi dan pendukung lain untuk (PMKP.1.3), 165-166 Kehilangan dan pencurian harta benda, pencegahan terhadap (HPK.1.3), 67-68 Kehilangan dan pencurian obat, pencegahan terhadap (MPO.2.1), 139 Kehilangan dan pencurian obat, pencegahan terhadap (MPO.2.1), 139 Kejadian Nyaris Cedera (KNC) (PMKP.8), 175 Kejadian sentinel analisis akar masalah, 28 definisi, 28, 175 definisi spesifik untuk masing-masing rumah sakit, 29 gagal melaporkan, 29 informasi terbuka tentang, 31 identifikasi adanya kejadian sentinel selama survei, 28 identifikasi dan pengelolaan, proses untuk (PMKP.6), 6, 174 kebijakan, 28-29 kegiatan tindak-lanjut, 29 kejadian-kejadian yang dapat dinilai ulang, 28, 29 kesalahan pengobatan dibandingkan dengan, 29 pelaporan, 29 penilaian ulang di lapangan dari, 30 rencana tindakan, 27-30 respons terhadap oleh rumah sakit, 28
respons terhadap oleh rumah sakit, 28-29 standar terkait dengan, 28 asesmen sesuai dengan, 28 tujuan kebijakan, 27 Kelalaian dan penyalahgunaan, perlindungan pasien dari (HPK.1.5), 68-69 Kelambatan pelayanan dan/atau pengobatan (APKP.1.1.3), 50 Kelompok pasien berisiko kebijakan dan prosedur perawatan terhadap (PP3.1 sampai PP.3.9), 117-118 perlindungan hak dari (HPK.1.5), 68-69 proses asesmen untuk (AP.1.8), 91 Keluhan balas dendam terhadap pengadu, 31 definisi tentang, 30 mengenai perawatan (HPK3), 73 ketersediaan informasi bagi tiap orang untuk menyampaikan keluhan, 23 ketersediaan informasi mengenai, 23 laporan untuk Joint Commission International, 30 layanan transportasi, proses keluhan untuk (APKP.5), 5, 59-60 tanggapan untuk, 23 Kepala anestesi (PAB.2), 125-126 Kepemilikan pasien, perlindungan dari pencurian atau kehilangan (HPK.1.3), 67-68 Kepemilikan rumah sakit pengungkapan tentang (TKKA.6.1), 209 perubahan pada, 13, 15, 21, 26 Kepemimpinan. Lihat Standar Tata kelola, Kepemimpinan dan Arah; Manajer senior atau direktur komunikasi hasil asesmen dengan (PPI.10.5), 190 efektif, 191 proses manajemen informasi, edukasi dan pelatihan tentang (MKI.17), 263 kerja sama perbaikan mutu dan program keselamatan pasien untuk melakukan (PMKP.1.1), 164 komunikasi kepada staf tentang (PMKP.1.4), 166 pelatihan staf untuk partisipasi dalam (PMKP.1.5), 166 perbaikan dari (PMKP.1), 164 prioritas ukuran kualitas dan aktivitas perbaikan(PMKP.1.2), 165
289
Indeks
teknologi dan pendukung lain untuk (PMKP.1.3), 165 Kepercayaan dan nilai-nilai asesmen untuk merencanakan edukasi (PPKP.2.1), 154 edukasi untuk staf dalam melindungi (HPK.4), 73-74 menghargai pada (HPK.1.1), 66-67 metode edukasi dan (PPKP.5), 156 Keputusan-keputusan akreditasi dasar, 2, 3, 12, 24 informasi dan, 15 kategori dan klasifikasi Akreditasi Ditolak, 12, 19, 22, 24 Berisiko Ditolak untuk Akreditasi, 15, 19- 21, 23-24, 26 Diakreditasi, 12, 24 Kebijakan tentang Keakuratan dan Kebenaran kejadian sentinel dan, 29 ketersediaan informasi akan, 22-23 pedoman keputusan, 12 penilaian ulang dan prosedur banding, 20, 24-25 tanggal efektif, 13 tanggal efektif untuk manual standar dan, 4-5, 30-31 survei terfokus dan, 19-21 survei validasi dan, 21 Keputusan pembelian teknologi (MKI.15), 262-263 Keputusan perawatan, informasi untuk dibuat (APKP.1.2), 50 Kesalahan medis, kejadian sentinel dibandingkan dengan, 27 Kesalahan obat, KNC, pelaporan dari (MPO.7.1), 148 Keselamatan dan keamanan edukasi staf yang berperan dalam (MKF.11.1), 227 inspeksi fasilitas (MKF.4.1), 218 konstruksi, pengurangan risiko selama (PPI.7.5), 188 pencegahan cedera (MKF.4), 218 peningkatan atau penggantian sistem, bangunan atau komponen (MKF.4.2), 218 progam penyediaan keselamatan dan keamanan lingkungan, 218 Rencana Perbaikan Fasilitas, 213 rencana tertulis untuk menangani risiko lingkungan (MKF.2), 216
renovasi, pengelolaan risiko selama (MKF.4), 218 tanda pengenal identifikasi (MKF.4), 218 undang-undang dan peraturan, sesuai dengan (MKF.4.2), 218 wilayah risiko keamanan, pengawasan terhadap (MKF.4), 219 Keselamatan kebakaran edukasi staf yang berperan dalam (MKF.11.1), 227 evakuasi dari fasilitas (MKF.7.2), 221-222 sistem deteksi dan pemadaman, inspeksi dan pengujian atas (MKF.7.2), 221-222 jalan keluar dari fasilitas (MKF.7.1), 221-222 kebijakan merokok (MKF.7.3), 223 pelatihan staf untuk (MKF.7.2), 221-222 peran staf dalam (MKF.7.2), 221-222 program keselamatan kebakaran dan asap pengurangan api dan asap termasuk dalam (MKF.7.1), 221-222 deteksi kebakaran dan asap termasuk dalam (MKF.7.1), 221-222 perencanaan dan pelaksanaan dari (MKF.7), 221-222 rencana tertulis untuk mengendalikan risiko lingkungan (MKF.2), 226 risiko penanganan kebakaran, pengurangan terhadap (MKF.7.1), 221 Kesiapan menghadapi bencana dan pengelolaan keadaan darurat edukasi staf yang berperan dalam (MKF.11.1), 227 pengujian terhadap (MKF.6.1), 220 penyusunan dan menjalankan (MKF.6), 220 rencana tertulis untuk menanggulangi risiko lingkungan (MKF.2), 216 Kesinambungan perawatan individu yang bertanggung jawab pada perawatan (APKP.2.1), 53 pemindahan tanggung jawab perawatan (APKP.2.1), 53 proses untuk kesinambungan dan koordinasi perawatan (APKP.2), 52 Keterbatasan kognitif, asesmen untuk identifikasi (PPKP.2.1), 154 Kode diagnosis (MKI.13), 261 Kode prosedur (MKI.3), 261 Komite Akreditasi (Joint Commission International)
Indeks 290
Indeks
ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan, identifikasi selama survei, 22 Kebijakan tentang Keakuratan dan Kebenaran Informasi, 15 pembayaran biaya dan, 17 penilaian ulang dan banding atas keputusan akreditasi, 24-25 proses akreditasi, 12 standar-standar, persetujuan atas, 32 survei terfokus dan, 20-21 Komunikasi. Lihat juga Pertimbangan bahasa; Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI), 253 akreditasi terhubung, individu sebagai kontak dalam rumah sakit, 15 catatan klinis pasien, akses untuk (MKI.7), 259 dengan masyarakat (MKI.1), 256 dengan pasien dan keluarga format dan bahasa untuk (MKI.3), 257 informasi tentang perawatan dan pelayanan (MKI.2), 256 dengan pasien tentang hak-hak dengan sikap dan bahasa yang dimengerti pasien (HPK.5), 74 dengan staf keselamatan pasien (PMKP.1.4), 166 perihal pemenuhan terhadap (PMKP.1.4), 166 perihal hasil pengukuran pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI.10.5), 190 perihal program peningkatan kualitas dan dipindahkan bersama pasien (MKI.8), 259 edukasi pasien, keterampilan untuk memberi (PPKP.6), 156 informasi pasien dan status kesehatan komunikasi (MKI.6), 258 kebijakan dan prosedur, pengembangan dan pemeliharaan atas (MKI.18), 264 komunikasi efektif (SIKP.2), 38-39 komunikasi yang sesuai dengan umur pasien (HPK5), 74 layanan klinis, komunikasi yang efektif, dalam pemberian (MKI.5), 258 proses untuk komunikasi yang efektif (MKI.4), 257 selama dalam bencana dan darurat (MKF.6), 220 struktur rumah sakit dan proses untuk mendukung (TKKA.4), 205 Komunikasi dengan pasien sesuai umur (HPK.5), 74 Konflik bisnis dan profesional (TKKA.6.1), 209
Konflik profesional dan bisnis (TKKA.6.1), 209 Konstruksi pengelolaan risiko keselamatan dan keamanan selama (MKF.4), 218 pengurangan risiko selama (PPI.7.5), 188 Kontrak layanan dan perawatan akuntabilitas terhadap (TKKA.3.3), 203 karyawan kontrak, orientasi untuk (KPS.7), 238 layanan transportasi (APKP.5), 5, 59-60 perbaikan mutu dan program keselamatan pasien dan (TKKA.3.3.1), 6, 203 Kontrak survei, 13 Kontrol dan pencegahan infeksi infeksi akibat perawatan kesehatan data pengukuran, perbandingan dengan data luar (PPI.10.4), 190-191 pengurangan terhadap (SIKP.5; PPI.5), 41, 184 rancangan baru atau modifikasi proses (PPI.10.3), 190 risiko, angka, dan tren, penelusuran atas (PPI.10.1), 190 program untuk alat sekali-pakai (PPI.7.1.1), 186 epidemi penyakit menular, penyelidikan atas (PPI.5), 188 darah atau komponen darah, penanganan dan pembuangan (PPI.7.2), 187 dasar untuk (PPI.3), 183 dukungan sistem manajemen informasi (PPI.4), 183-184 jarum dan benda tajam, pembuangan (PPI.7.3), 188 konstruksi, pengurangan risiko selama (PPI.7.5), 188 koordinasi untuk semua kegiatan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI.2), 182 limbah infeksius, pembuangan (PPI.7.2), 187 limbah, pembuangan (PPI.7.2), 187 mutu udara dan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI.7.5), 188 pembersihan dan sterilisasi peralatan (PPI.7.1), 186 pembongkaran, pengurangan risiko selama (PPI.7.5), 188 pengendalian mekanis dan teknis serta (PPI.7.4), 188
291
Indeks
pengelolaan binatu dan linen (PPI.7.1), 186 pengumpulan dan analisis data sebagai dasar untuk fokus program (PPI.6), 185 persediaan kadaluarsa, pengelolaan atas (PPI.7.1.1), 186 persiapan dan penanganan makanan (PPI.7.4), 188 pendekatan berbasis risiko untuk fokus pada (PPI.6), 185 pengawasan dan kepemimpinan (PPI.1), 182 program keselamatan pasien dan integrasi dengan perbaikan kualitas (PPI.4), 169 proses terkait dengan risiko infeksi (PPI.7), 186 renovasi, pengurangan risiko selama (PPI.7.5), 188 sanitasi dapur (PPI.7.4), 188 sumber daya untuk (PPI.4), 183 undang-undang dan peraturan, sesuai dengan (PPI.3), 183 wilayah kamar mayat dan postmortem (PPI.7.2), 187 wilayah pasien disertakan dalam (PPI.5.1), 184 wilayah pengunjung disertakan dalam (PPI.5.1), 184 wilayah staf disertakan dalam (PPI.5.1), 184 Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS), 231 L Laporan temuan survei resmi akreditasi, 24, 25 data pengendalian mutu dari sumber luar, penilaian ulang atas (AP.5.10, 101 hubungan antara dokter dan layanan laboratorium luar (AP.5.), 95-96 jadwal proses akreditasi, 13 kerahasiaan, 22 pembayaran biaya dan, 17, 18 tujuan, 12 pengembangan SIP dari, 4 penilaian ulang dan banding atas keputusan perbaikan, 24 rilis informasi tentang, 22, 23 survei terfokus dan, 20 Layanan khusus, kriteria penerimaan dan/atau pindah ke (APKP.1.4), 51
Layanan Laboratorium hasil-hasil penting pengujian diagnostik (AP.5.3.1), 6, 97-98 hasil pengujian hasil pengujian diagnostik yang kritis (AP.5.3.1), 6, 97 identifikasi pasien sebelum pengujian (SIKP.I), 38 ketersediaan akan (AP.5), 95 komunikasi verbal dan via telepon perihal (SIKP.2), 39 kualifikasi individu yang bertanggung jawab untuk pengarahan dan pengawasan (AP.5.8), 100 kualifikasi staf laboratorium (AP.5.2), 97 layanan laboratorium darurat (AP.5), 95-96 layanan laboratorium luar (AP.5), 95 pakar bidang diagnostik khusus (AP.5.11), 102 pelaporan tepat waktu dari (AP.5.3), 97 penanggung jawab laboratorium (AP.5.8), 100 pengujian darurat, hasil laporan tepat waktu tentang (AP.5.3), 97 pengumpulan dan penanganan spesimen (AP.5.6), 99 program pengelolaan peralatan (AP.5.4), 98 program pengendalian mutu (AP.5.9), 101 program pengelolaan keselamatan (AP.5.1), 96 program uji kemampuan (AP.5.9.1), 101 prosedur dan praktik keselamatan, orientasi staf dan edukasi tentang (AP.5.1), 96 reagen dan perlengkapan, ketersediaan dan pengelolaan (AP.5.5), 99 rentang referensi (AP.5.7), 99-100 skrining dan uji diagnostik sebelum penerimaan (APKP.1), 48 staf pengawasan (AP.5.2), 97 Layanan laboratorium darurat (AP.5), 95-96 Layanan pendukung (APKP.3.1), 55 Layanan radiologi dan pencitraan diagnostik darurat (AP.6), 102 Layanan radiologi dan pencitraan diagnotik edukasi staf pada (AP.6.2), 103 film X-ray dan perlengkapan lainnya, ketersediaan dan pengelolaan dari (AP.6.6), 105 hasil, laporan tepat waktu dari (AP.6.4), 104 hubungan antara dokter dan sumber luar kepala layanan radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.7), 106 ketersediaan (AP.6), 102
Indeks 292
Indeks
kontrol data mutu dari sumber luar, penilaian ulang atas (AP.6.9), 107 kualifikasi individu yang bertanggung jawab mengarahkan dan mengawasi (AP.6.7), 106 layanan radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.1), 103 layanan radiologi darurat dan pencitraan diagnostik (AP.6), 102 pakar bidang diagnostik khusus (AP6.10), 107 pengujian darurat, laporan hasil tepat waktu (AP.6.4), 104 program keamanan radiasi (AP.6.2), 103 program pengelolaan keamanan (AP.6.2), 103 program pengelolaan peralatan (AP.6.5), 105 program pengendalian mutu (AP.6.8), 107 prosedur dan praktik keselamatan, orientasi dan tingkatan staf (AP.6.3), 104 staf berkualifikasi pada layanan radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.3), 104 staf pengawas (AP.6.3), 104 sumber luar layanan radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.1), 102 uji darurat, hasil laporan tepat waktu (AP.6.4), 104 Layanan resusitasi kebijakan dan prosedur penggunaan (PP.3.2), 116 mempertahankan atau penghentian dari (HPK.2.3), 71 Library of Measures Joint Commission International (JCI), v, 169, 170 Limbah, pembuangan (PPI.7.2), 187 Lisensi, Sertifikat, dan/atau Surat Izin asesmen pasien, kualitias individu yang berperan (AP.1.1; AP.3), 86, 94 kebijakan tentang status Akreditasi Berisiko Ditolak, 23-24 obat-obatan, izin untuk menulis resep atau memesan (MPO.4.2), 143 Literatur ilmiah dan manajemen (MKI.21), 269 M Magnesium sulfat, 39 Mahasiswa/pekerja magang informasi tentang (KPS.8.3), 241 integrasi ke dalam program-program rumah sakit (KPS.8.3), 241 orientasi (KPS.7), 238
pengawasan (KPS.8.3), 241 Makanan dan gizi asesmen gizi (AP.1.6), 90 edukasi pasien dan keluarga mengenai (PPKP.4), 155 keluarga menyediakan makanan (PP.4), 109, 118 makanan atau nutrisi yang sesuai (PP.4), 118 nutrisi enteral (PP.4.1), 119 penyiapan yang aman, penyimpanan dan pemberian makanan (PP.4.1), 119 persiapan dan penanganan makanan (PPI.7.4), 188 pesanan untuk (PP.4), 118 pilihan makanan (PP.4), 118 produk nutrisi, penyimpanan yang aman dan sesuai (MPO.3.1), 140, 141 terapi gizi (PP.5), 119 undang-undang, peraturan, dan keamanan makanan (PP4,1), 118-119 Manajemen informasi. Lihat juga Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI), 253 integritas data (MKI.11), 261 format dan metode penyebarluasan data dan informasi (MKI.14), 262 kebijakan dan prosedur, pengukuran manajerial (PMKP.3.2), 169 informasi rahasia dan pribadi (MKI.10), 260 proses edukasi dan pelatihan pada (MKI.17), 263264 rencana dan rancangan dari (MKI.9), 259 catatan dan informasi, terlindung dari kehilangan, kerusakan, dan perubahan (MKI.16), 263 kebijakan retensi untuk catatan, data dan informasi, 261 keamanan informasi (MKI.11), 261 standarisasi terminologi, kode dan singkatan (MKI.13), 262 dukungan untuk program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI.4), 183-184 keputusan pengadaan teknologi (MKI.15), 262-263 Manajemen Komunikasi dan Informasi (MKI), 253 catatan dan informasi, terlindung dari kehilangan, kerusakan, dan perubahan (MKI.16), 263 catatan klinis pasien akses ke (MKI.7), 259
293
Indeks
pasien keadaan darurat (MKI.19.1), 265 membuat entri, berwenang untuk (MKI.19.2), 266 membuat entri, penulis (MKI.19.3), 266-267 membuat entri, tanggal (MKI.19.3), 266-267 membuat entri, format dan lokasi (MKI.19.2), 266 informasi meliputi (MKI.19; MKI.19.1), 265 prakarsa dan pengurusan (MKI.19), 265 penilaian ulang terhadap (MKI.19.4), 267 daftar standar, 253-254 data dan informasi, format dan metode penyebarluasan data dan informasi (MKI.14), 262 integritas data (MKI.11), 261 keamanan informasi (MKI.11), 261 kebijakan dan prosedur, pengembangan dan pemeliharaan atas (MKI.18), 264 kebijakan retensi untuk catatan, data dan informasi, 261 keputusan pengadaan teknologi (MKI.15), 262-263 kumpulan data dan informasi database eksternal, manfaat untuk atau partisipasi dalam (MKI.20.2), 268 layanan klinis, komunikasi yang efektif, dalam pemberian (MKI.5), 258 Literatur ilmiah dan manajemen (MKI.21), 269 masyarakat, komunikasi dengan (MKI.1), 256 pasien dan keluarga, komunikasi dengan format dan bahasa untuk (MKI.3), 257 informasi tentang perawatan dan pelayanan (MKI.2), 256 standarisasi terminologi, kode,dan singkatan (MKI.13), 262 penggunaan untuk (MKI.20), 268 privasi dan kerahasiaan informasi (MKI.10), 260 proses manajemen informasi edukasi dan pelatihan pada (MKI.17), 263-264 rencana dan rancangan dari (MKI.9), 259 proses untuk komunikasi yang efektif (MKI.4), 257 proses untuk (MKI.20.1), 267 rangkuman, 253
informasi pasien dan status kesehatan dipindahkan bersama pasien (MKI.8), 259 komunikasi antara (MKI.6), 258 Manajer senior atau kepala evaluasi kinerja (TKKA.1.4), 198 identifikasi dari (TKKA.3), 200-201 kepala laboratorium (AP.5.8), 100 kepala layanan anestesi (PAB.2), 125 kepala layanan radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.7), 106 misi rumah sakit dan (TKKA.3.2), 202 penunjukan (TKKA.1.4), 198 pelatihan tentang (MKI.17), 203 proses manajemen informasi, edukasi dan tanggung jawab dari (TKKA.2), 200 Masker (PPI.9), 175 189 Masyarakat keadaan darurat seperti, rencana kesiapan menghadapi bencana (MKF.6), 220 kebutuhan layanan kesehatan, rencana yang ingin dicapai (TKKA.3.1), 201 komunikasi dengan (MKI.1), 256 Material terinfeksi dan limbah pembuangan (PPI.7.2), 187 program manjemen keselamatan laboratorium dan (AP.5.1), 96 program pengelolaan keselamatan layanan radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.2), 103 Menarik diri dari proses akreditasi, 26 Metodologi traser, 19 Misi rumah sakit alokasi sumber daya untuk memenuhi misi rumah sakit (TKKA.1.3), 198 definisi (TKKA.3), 200 jenis perawatan dan layanan yang ditawarkan dan (TKKA.3.2), 202 persetujuan dan penilaian ulang berkala (TKKA.1.1), 198 tanggung jawab yang dibawa (TKKA.3), 200-201 Mutu dan keselamatan fasilitas yang aman dan efektif staf yang berperan dalam (MKF.11), 227 ujian staf yang berperan dalam (MKF.11.3), 227-228 layanan transportasi (APKP.5), 5, 59-60 pengawasan, struktur rumah sakit dan proses untuk mendukung (TKKA.4), 205
Indeks 294
Indeks
pengukuran dan edukasi aktivitas perbaikan mutu, untuk mendukung, 12 partisipasi praktisi layanan kesehatan dalam (KPS.17), 250 partisipasi staf keperawatan dalam (KPS.14), 248 menetapkan prioritas (PMKP.1.2), 165 teknologi dan pendukung lain untuk (PMKP.1.3), 165 pengurangan risiko dan pengelolaan dan, 227 program keselamatan radiasi (AP.6.2), 103 program pengelolaan keselamatan layanan laboratorium AP.5.1), 96 layanan radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.2), 103 program pengendali mutu pelaksanaan (TKKA.5.5), 208 layanan laboratorium (AP.5.9), 101 program pengelolaan radiologi dan keselamatan layanan pencitraan diagnostik (AP.6.8), 106 Mutu udara dan pencegahan serta pengendalian infeksi (PPI.7.5), 188 N Natrium klorida, 39 Nilai-nilai (kepercayaan). Lihat Kepercayaan dan nilai-nilai Nyeri edukasi pasien dan keluarga mengenai (PPKP.4), 155 perawatan menjelang ajal dan (PP.7.1), 121 identifikasi dan manajemen nyeri (PP.6), 119 hak asesmen dan pengelolaan atas (HPK.2.4), 72 pemeriksaan dan asesmen rasa nyeri (AP.1.7), 91 O Obat investigasional, penyimpanan (MPO.3.1), 140 Obat kadaluarsa (MPO.3.3), 141 Obat-obatan darurat (MPO.3.2), 141 Obat-obatan radioaktif, penyimpanan (MPO.3.1), 141 Obat-obatan yang dibawa oleh pasien (MPO.3; MPO.6.2), 141, 147 Obat-obatan definisi, 135 elektrolit konsentrat, 39
edukasi pasien dan keluarga tentang (PPKP.4), 155 kejadian efek samping obat analisis (PMKP.11), 177 pemantauan dan dokumentasi, 147-148 kesalahan pengobatan, analisis terhadap (PMKP.7), 175 obat sangat diwaspadai (SIKP.3), 5, 39 pemberian, identifikasi pasien sebelum (SIKP.1), 38 rekomendasi obat dan penggunaan obat yang direkomendasikan (TKKA.3.2.1), 202 ringkasan obat-obatan dalam catatan pasien (APKP.3.3), 5, 56 mengonsumsi sendiri obat-obatan (MPO.6.2), 147 Obat penenang (sedasi minimal), 123 Obat sampel, penyimpanan (MPO.3.1), 141 Observasi, menahan pasien untuk (APKP.1.1), 48 Oksigen. Lihat Gas medis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) panduan kebersihan tangan, 41 daftar obat-obatan yang harus diwaspadai, 39 panduan program rekrutmen, 205 P Pakar bidang diagnostik khusus (AP.5.11; AP.6.10), 102, 107 Panduan program rekrutmen Internasional Council of Nurses, 205 Panduan program rekrutmen World Medical Association, 205 Panduan program rekrutmen, 205 Partisipasi dalam proses perawatan. Lihat juga edukasi dalam (PPKP.2), 153 hasil perawatan, 70 informasi kepada pasien dan keluarga tentang (HPK.2.1), 70 Informed Consent kebijakan dan prosedur untuk mendukung (HPK.2), 69-70 perawatan menjelang ajal dan (PP.7.1), 121 pertanyaan pasien dan kesediaan pasien untuk bicara, dorongan untuk (PPKP.5), 156 Pasien. Lihat juga Penerimaan di rumah sakit; Pasien berkebutuhan khusus kebijakan dan prosedur perawatan terhadap (PP.3.8), 116, 118
295
Indeks
kebijakan dan prosedur untuk administrasi (PP.3.3), 116-117 anak-anak dan bayi (PP3.8), 116, 118 darah atau produk darah, pemakaian dan kelompok pasien berisiko (PP.3.1 sampai PP.3.9), 117-118 kelompok pasien berisiko (PP.3.1 sampai (PP.3.9), 117-118 layanan resusitasi (PP.3.2), 116-117 pasien dalam keadaan koma (PP.3.4), 117 pasien dengan keterbatasan (PP.3.8), 116 pasien keadaan darurat (PP.3.1), 116 pasien lanjut usia (PP.3.8), 118 pasien menjalani kemoterapi (PP.3.9), 118 pasien yang menderita penurunan sistem kekebalan tubuh (PP.3.5), 116-117 pasien yang menjalani dialisis (PP.3.6), 116-117 pengobatan berisiko tinggi (PP3.9), 116, 118 perawatan dipandu oleh (PP.3), 115 penggunaan alat pengekang (PP.3.7), 106, 118 penyakit menular (PP.3.5), 116-117 perawatan menggunakan alat bantu kehidupan (PP.3.4), 116-117 perlindungan hak dari (HPK.1.5), 68-69 persetujuan sebelum prosedur berisiko tinggi dan perawatan (HPK.6.4), 76-77 proses asesmen untuk (AP.1.8), 91-92 proses berisiko tinggi, desain ulang atas (PMKP.11), 6, 176-177 Pasien dan layanan berisiko tinggi Pasien dengan gangguan emosi dan kejiwaan, proses asesmen untuk (AP.1.8), 91 Pasien dengan ketergantungan alkohol, proses asesmen untuk (AP.1.8), 91 Pasien dengan ketergantungan obat, proses asesmen untuk (AP.1.8), 91 Pasien dengan penurunan sistem kekebalan tubuh kebijakan dan prosedur perawatan terhadap (PP.3.5), 116 -117, 117-118 proses asesmen untuk (AP.1.8), 92 Pasien dialisis air untuk dialisis, uji terhadap (MKF.10.1), 226-227 kebijakan dan prosedur perawatan terhadap (PP.3.6), 116-117 Pasien gawat darurat
asesmen perawatan dan pengobatan atas (AP.1.3.1), 87-89 catatan klinis pasien, informasi termasuk dalam (AP.1.3.1; MKI.19.1), 87-88, 265 layanan anestesi untuk keadaan darurat (PAB.1), 125 kebijakan dan prosedur perawatan terhadap (PP.3.1 sampai PP.3.9), 117-118 kualifikasi individu yang melakukan asesmen (AP.3), 94 pembedahan, catatan dan diagnostik praoperasi (AP.1.3.1), 87-88 pengujian mendesak, hasil dilaporkan tepat waktu (AP.5.3); AP.6.4), 97, 104-105 proses penerimaan (APKP.1.1), 48-49 Pasien koma kebijakan dan prosedur perawatan terhadap (PP.3.4), 116-117 perlindungan hak dari (HPK.1.5), 68-69 Pasien lanjut usia kebijakan dan prosedur perawatan terhadap (PP.3.8), 116, 118 penganiayaan fisik, perlindungan dari (HPK.1.4), 68 perlindungan hak dari (HPK.1.5), 68-69 proses asesmen untuk (AP.1.8), 91-92 Pasien menjalani kemoterapi kebijakan dan posedur perawatan (PP.3.9), 116-117 proses asesmen untuk (AP.1.8), 91 Pasien menjelang ajal Asesmen dan asesmen ulang (AP.1.9), 92 perawatan atas (HPK.2.5), 72 -73 Pelaku survei biaya perjalanan, 17, 18 jumlah, 16 kemampuan bahasa dalam anggota tim, 14 kerja sama dengan, 18 kegiatan survei, 18 kualifikasi, 14 pelatihan selama proses survei, 19 pengeluaran dari, 17, 18 rapat pimpinan, 19 survei terfokus, 17, 19 tim yang khas sesuai jenis rumah sakit, 2 Pelayanan memperpanjang denyut kehidupan kebijakan dan prosedur penggunaan (PP.3.4), 116-117 mempertahankan atau menghentikan dari
Indeks 296
Indeks
(HPK.2.3), 71 Pemasaran layanan (TKKA.6.1), 209-210 Pembatalan survei, 14, 16, 17 Pemberian Akreditasi pemasangan dan penggunaan, 26 pembaruan dari, 13 perubahan struktur, kepemilikan, atau layanan rumah sakit dan, 13, 15, 21 sertifikat akreditasi, 12 pembayaran biaya dan, 17, 18 pengembalian, 26 salinan sertifikat, 25 tanggal efektif akreditasi, 13 tanggal mulai berlaku akreditasi, 13 Pemberian kredensial dan hak istimewa praktisi independen, proses untuk (TKKA.3.3.2), 7, 204 staf medis evaluasi praktik (KPS.11), 245-246 laporan berkas kredensial dan pembaruan hak istimewa, penetapan ulang (KPS.10), 245 izin untuk melakukan perawatan (KPS.9.1), 242-244 proses kredensial (KPS.9).1, 242 verifikasi kredensial (KPS.9), 242-244 Pembongkaran, pengurangan risiko selama (PPI.7.5), 188 Pemenuhan standar. Lihat di bawah Standar Pemesanan dan resep catatan klinis pasien, informasi dalam (MPO.4.3), 144 daftar obat terkini pada catatan pasien (MPO.4), 6, 142 izin untuk menulis resep atau memesan obat (MPO.4.2), 143 kebijakan dan prosedur (MPO.4), 16, 142 pemesanan atau resep, elemen dari (MPO.4.1), 142-143 perbandingan pesanan awal dengan daftar obat (MPO.4.1), 6, 142 resep dan pesanan yang tidak terbaca (MPO.4), 6, 142 Pemilihan dan perolehan obat-obatan afiliasi atau persetujuan antar-rumah sakit (APKP.4.1), 58 daftar obat (formularium) (MPO.2), 138 dokumentasi pemindahan (APKP.4.4), 59 informasi pasien, dipindahkan bersama pasien
(MKI.8), 259 kehilangan dan pencurian obat, pencegahan (MPO.2.1), 139 kekurangan dan penggantian obat (MPO.2), 138 ketersediaan obat di luar jam kerja normal farmasi (MPO.2.2), 139-140 ketersediaan obat yang tidak ada dalam persediaan atau tidak biasa tersedia (MPO.2.2), 139 pengawasan terhadap daftar obat (MPO.2.1), 139 penilaian ulang daftar obat (MPO.2.1), 139 Pemindahan pasien kriteria dan kebijakan (APKP.2), 52 kriteria dan kebijakan (APKP.2; APKP.4), 52, 57-58 kebijakan etis (TKKA.6.1), 209 layanan intensif, kriteria untuk penerimaan dan/ atau pemindahan ke (APKP.1.4), 51-52 layanan khusus, kriteria penerimaan dan/atau pemindahan ke (APKP.1.4), 51-52 pemantauan terhadap pasien dilakukan (APKP.4.3), 59 proses (APKP.4), 59 rangkuman kondisi klinis pasien untuk rumah sakit penerima (APKP.4.2), 58 rumah sakit penerima, kemampuan memenuhi kebutuhan pasien (APKP.4.1), 58 stabilisasi untuk pasien dengan kebutuhan mendesak (APKP.1.1.1), 5, 49 Pemindahan pasien komunikasi dengan edukasi tentang format dan bahasa untuk (MKI.3), 257 risiko anestesi, manfaat dan alternatif (PAB.5.1), 128 risiko pembedahan, manfaat, dan alternatif (PAB.7.1), 130-131 format dan bahasa untuk (MKI.3), 257 identifikasi (SIKP.1), 38 informasi dan status kesehatan pasien, komunikasi (MKI.6), 258 informasi tentang perawatan dan pelayanan (MKI.2), 256 undang-undang, peraturan dan hak akan, 63 Pemulangan, perujukan, dan tindak lanjut etika kebijakan (TKKA.6.1), 209-210 instruksi tindak lanjut (APKP.3.4), 56-57 kebijakan untuk panduan (APKP.3), 53 kriteria untuk (APKP.3), 54
297
Indeks
pasien pulang tanpa izin dokter, proses pengelolaan atas (APKP.3.5), 57 pemulihan dan selesainya sedasi (PAB.3), 126-127 perawatan anestesi, dikeluarkan dari wilayah pemulihan (PAB.6), 129-130 rangkuman profil pasien dalam catatan klinis (APKP.3.3), 5, 56 layanan pendukung (APKP.3.1), 54-55 perujukan yang sesuai dan tepat waktu (APKP.3.1), 54 rangkuman pemulangan informasi dilengkapi dengan (APKP.3.2.1), 55-56 pemberian atas (APKP.3.2), 55 persiapan atas (APKP.3.2), 55 rencana pemulangan, identifikasi kebutuhan akan dan proses perencanaan (AP.1.11), 93 Penanggung jawab laboratorium (AP.5.8), 100 Penanggung jawab layanan radiologi dan pencitraan diagnostik(AP.6.7), 106 Pencabutan akreditasi, 25 Pencegahan cedera (MKF.4), 218 Pendapat kedua (HPK.2), 5, 69-70 Pendistribusian (APKP.3.2), 55 bantuan layanan (APKP.3.1), 54 instruksi tindak-lanjut (APKP.3.4), 56-57 kebijakan sebagai pedoman (APKP.3), 53-54 meninggalkan rumah sakit tanpa seizin dokter, proses pengelolaan pasien (APKP.3.5), 5, 57 perujukan yang sesuai dan tepat waktu (APKP.3.1). 54 rangkuman profil pasien dalam rekam medik (APKP.3.3), 5, 56 resume medis pasien pulang, informasi yang dicantumkan dalam (APKP.3.2.1), 55-56 resume medis pasien pulang, penyiapan (APKP.3.2), 55 Penelitian klinis, penyelidikan klinis, dan uji klinis akses untuk, informasi bagaimana mendapatkan (HPK.7), 77-78 informasi tentang manfaat, risiko dan alternatif (HPK.7), 78-79 obat investigasional, penyimpanan (MPO.3.1), 141 pembatalan (HPK.7; HPK.7.1), 77-78 pengawasan aktivitas yang melibatkan subyek manusia (HPK.9), 79 penolakan berpartisipasi dalam (HPK.7), 77-78
perlindungan pasien yang berpartisipasi dalam (HPK.7.1), 78 persetujuan, dokumentasi dari (HPK.8), 78-79 persetujuan untuk berperan serta dalam (HPK.7.1; HPK.8) 78-79 protokol, penilaian ulang (HPK.7.1), 78 Penerimaan masuk rumah sakit asesmen skrining untuk menentukan prioritas kebutuhan pasien (APKP.1.1.2), 49-50 biaya perawatan, informasi tentang (APKP.1.2), 50-51 hambatan bahasa untuk pelayanan(APKP.1.3), 51 hambatan pada akses dan penerimaan perawatan (APKP.1.3), 51 hambatan budaya untuk perawatan (APKP.1.3), 51 hambatan fisik untuk perawatan (APKP.1.3), 51 hasil perawatan, informasi tentang (APKP.1.2), 50-51 kebutuhan mendesak, pasien dengan (APKP.1.1.1), 5, 49 keputusan perawatan, informasi untuk dibuat (APKP.1.2), 50 keterlambatan dalam perawatan dan/atau tindakan (APKP.1.1.3), 50 layanan intensif, kriteria penerimaan dan/atau pemindahan ke (APKP.1.4), 48-49 layanan khusus, kriteria penerimaan dan/atau pemindahan ke (APKP.1.4), 51-52 misi dan penerimaan rumah sakit untuk perawatan (APKP.1), 48 observasi, menahan pasien untuk (APKP.1.1.), 48-49 penerimaan pasien darurat (APKP.1.1), 48-49 penerimaan pasien, dasar untuk (APKP.1), 48 perawatan, informasi tentang (APKP.1.2), 45-46 prioritas kebutuhan pasien (APKP.1.1.2), 49-50 proses penerimaan (APKP.1.1), 48-49 skrining dan pengujian diagnostik sebelum penerimaan (APKP.1), 48 standarisasi proses (APKP.1.1.), 48-49 proses triase (APKP.1.1.1), 5, 49 Penerjemah (MKI.3), 257 Pengelolaan binatu dan linen (PPI.7.1), 186 Pengelolaan dan pengurangan risiko fasilitas/program pengelolaan risiko lingkungan individu yang bertanggung jawab untuk (MKF.3), 217
Indeks 298
Indeks
pemantauan untuk (MKF.3.1), 217 pengawasan dan pengarahan dari (MKF.3), 217 pengumpulan data untuk perbaikan (MKF.3.1), 217 kesiapan bencana dan risiko pengelolaan darurat rencana kesiapan menghadapi bencana, penyusunan dan menjalankan (MKF.6), 220 rencana tertulis untuk menanggulangi risiko lingkungan (MKF.2), 216 risiko keselamatan kebakaran pengurangan dari (MKF.7.1), 221 rencana tertulis untuk pengendalian risiko lingkungan (MKF.2), 216 material berbahaya dan risiko limbah, rencana tertulis untuk menangani risiko lingkungan (MKF.2), 216 mengelola risiko lingkungan (MKF.2), 216-217 mutu dan keselamatan dan, 161 pendekatan proaktif pada (PMKP.11), 6, 177 program pencegahan dan pengendalian infeksi, pendekatan berbasis risiko untuk fokus pada (PPI.6), 185 rencana tertulis untuk mengelola risiko lingkungan (MKF.2), 216-217 risiko keselamatan dan keamanan konstruksi dan renovasi, pengelolaan risiko selama (MKF.4), 219 inspeksi terhadap fasilitas (MKF.4.1), 218 wilayah risiko keamanan, pengawasan terhadap (MKF.4), 219 rencana tertulis untuk mengelola risiko lingkungan (MKF.2), 216-217 risiko peralatan medis, rencana tertulis untuk mengelola risiko lingkungan (MKF.2), 216 risiko sistem utilitas, rencana tertulis untuk Pengelolaan darurat. Lihat Kesiapan Menghadapi Bencana dan pengelolaan darurat Pengelolaan data data kumpulan dan informasi database eksternal, pemakaian atau partisipasi dalam (MKI.20.2), 268 proses untuk (MKI.20.1), 267 penggunaan untuk (MKI.20), 268 analisis data efek samping obat, analisis terhadap (PMKP.7), 175 kumpulan dan analisis data pengukuran
(PMKP.4), 171 analisis tren yang tidak diinginkan dan variasi (PMKP.7), 174 anestesi, analisis efek samping obat (PMKP.7), 175 perbandingan dilakukan (PMKP.4.2), 172 frekuensi dari (PMKP.4.1), 172 penyakit infeksi dan menular, analisis berjangkitnya (PMKP.7), 175 kesalahan pengobatan, analisis terhadap (PMKP.7), 175 kejadian Nyaris Cedera (PMKP.8), 175 diagnosis sebelum dan sesudah operasi, analisis perbedaan antara (PMKP.7), 175 kejadian sentinel (PMKP.6), 174 reaksi transfusi, analisis terhadap (PMKP.7), 175 pengumpulan dan analisis data, pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI.6), 185 bentuk dan metode penyebaran data dan informasi (MKI.14), 262 perbaikan mutu dan keselamatan, pengumpulan data untuk (PMKP.10), 176 data kontrol kualitas laboratorium dari sumber luar, penilaian ulang untuk (AP.5.10), 101-102 data pengukuran agregat (kumpulan) dan analisis tentang (PMKP.4), 171 analisis tentang, perbandingan dibuat selama (PMKP.4.2), 172 analisis tentang, frekuensi dari (PMKP.4.1), 172 ukuran klinis (PMKP.3.1), 169 penyampaian hasil pengukuran kepada staf dan pemimpin (PPI.10.5), 190-191 perbandingan dengan data luar (PPI.10.4), 190-191 proses validasi data (PMKP.5), 6, 172 instansi kesehatan masyarakat, laporan ke (PPI.10.6), 190 infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan (PPI.10.1), 190 infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan, risiko, angka dan tren, penelusuran atas pencegahan infeksi dan ukuran pengendalian (PPI.10.2), 190-191 ukuran Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (PMKP.3.3), 169 Joint Commission International Library of
299
Indeks
Measures, v, 169 pengukuran manajerial (PMKP.3.2), 169 rancangan baru atau modifikasi proses (PPI.10.3), 190 kinerja prosefional, pengukuran atas (TKKA.3.4), 204 data untuk publik, data yang dipercaya (PMKP.5.1), 6, 173 program perbaikan mutu dan program keselamatan pasien, pemilihan pengukuran (PMKP.3), 168-169 data yang dipercaya (PMKP.5.1), 173 pemilihan pengukuran, 173 peralatan medis, pengumpulan data untuk rencana peningkatan dan penggantian peralatan (MKF.8.1), 223 data untuk publik, data yang dipercaya (PMKP.5.1), 6, 173 data kontrol kualitas pelayanan radiologi dan pencitraan diagnostik dari sumber luar, penilaian ulang akan (AP.6.9), 107 data yang dipercaya (PMKP.5.1), 6, 173 penyimpanan catatan kebijakan, data, informasi, 261 teknologi dan dukungan lain untuk (PMKP.1.3), 165 sistem utilitas, kumpulan data untuk memantau sistem (MKF.10.2), 226 validitas data (PMKP.5), 6, 172 Penganiayaan fisik, perlindungan dari (HPK.1.4), 68 Pengendalian, penyimpanan dan skoring obat-obatan (MPO.3), 140 Penggunaan alat pengekang, kebijakan dan prosedur penggunaan dari (PP.3.7), 116-117 Penghentian pengobatan (HPK.2.2), 71 Pengendalian mekanis dan teknis serta (PPI.7.4), 188 Pengumpulan dan penanganan spesimen (AP.5.6), 99 Penilaian atas pasien. Lihat juga Standard Penilaian Pasien (AP), 83-107 asesmen kebutuhan edukasi (PPKP.2), 154 asesmen praanestesi (PAB.4), 127-128 asesmen prabedah (PAB.7), 130 asesmen prainduksi (PAB.4), 127-128 asesmen prasedasi (PAB.3), 126-127 asesmen skrining untuk memprioritaskan kebutuhan pasien (APKP.1.1.2), 49-50 kemampuan dan kemauan belajar, asesmen terhadap (PPKP.2.1), 154 pemeriksaan dan pengelolaan rasa sakit, hak
akan (HPK.2.4), 72 Peninjauan dan banding atas keputusan akreditasi, 20, 24-25 Penolakan perawatan (HPK.2.2), 71 Penundaan survei, 14, 16, 17 Penyakit infeksi dan menular analisis epidemi (PMKP.7), 175 kebijakan dan prosedur perawatan (PP.3.5), 117-118 masuknya pasien dengan (PPI.8), 189 penyelidikan atas (PPI.5), 184 proses asesmen terhadap pasien dengan (AP.1.8), 91-92 prosedur isolasi (PPI.8), 189 staf terekspos terhadap (KPS.8.4), 241 Penyelidikan dan penelitian. Lihat Penelitian klinis, penyelidikan klinis dan uji klinis Penyiapan dan pembagian obat penilaian ulang permintaan dan resep (MPO.5.1), 144-145 persiapan yang aman (MPO.5), 144 produk steril yang dicampur (MPO.5), 144 sistem pengeluaran dan penyaluran (MPO.5.2), 145-146 undang-undang dan peraturan, sesuai dengan (MPO.5), 144 Penyimpanan obat elektrolit konsentrat, 140 obat-obatan darurat (MPO.3.2), 141 obat kadaluarsa (MPO.3.3), 141 obat investigasional, penyimpanan (MPO.3.1), 141 pemberian label obat dan bahan-bahan kimia (MPO.3), 140 produk nutrisi, penyimpanan (MPO.3.1), 140-141 obat sampel, penyimpanan (MPO.3.1), 141 obat yang ketinggalan zaman (MPO.3.3), 141-142 obat yang dibawa oleh pasien (MPO.3.1), 141 obat yang mengandung bahan radioaktif, penyimpanan (MPO.3.1), 141 penyimpanan yang aman dan tepat (MPO.3), 140 sistem penarikan kembali obat (MPO.3.3), 141 zat-zat yang dikendalikan, penyimpanan dan skoring (MPO.3), 140 Peralatan medis edukasi keluarga pasien tentang (PPKP.4), 155
Indeks 300
Indeks
inspeksi atas (MKF.8), 223 inventarisasi atas (MKF.8), 223 kebutuhan dan rekomendasi (TKKA.5.2), 208 pelatihan staf yang bertugas dalam pengoperasian dari (MKF.11.2), 227 pembersihan dan sterilisasi peralatan (PPI.7.1), 186 pemeliharaan atas (MKF.8), 223 penarikan kembali peralatan (MKF.8.2), 224 pengujian atas (MKF.8), 223 pengumpulan data untuk merencanakan peningkatan dan penggantian peralatan (MKF.8.1), 223-224 program pengelolaan peralatan laboratorium (AP.5.4), 98 program pengelolaan radiologi dan peralatan layanan pencitraan diagnostik (AP.6.5), 105 program pengelolaan untuk (MKF.8), 223 rekomendasi atas dan penggunaan yang direkomendasikan (TKKA.3.2), 202 rencana tertulis untuk mengelola risiko lingkungan (MKF.2), 216-217 Peralatan yang ditarik kembali (MKF.8.2), 224 Peraturan, kebijakan dan prosedur (TKKA.1), 198 Peraturan. Lihat undang-undang dan peraturan perawatan (APKP.2.1), 53 Proses untuk kesinambungan dan perawatan (APKP.2.1), 53 pemulangan pasien, perujukan, dan tindak-lanjut kriteria untuk (APKP.3), 54 resume medis pasien pulang (APKP.3.2), 55 Perawatan dan layanan. Lihat juga Hasil perawatan perubahan pada, 13, 15, 21, 26 integrasi dan koordinasi layanan dalam dan antar departemen (TKKA.5.1.1), 206-207 jenis yang disediakan rumah sakit (TKKA.3.2), 202 komunikasi dengan pasien dan keluarga mengenai (MKI.1), 256 layanan memperpanjang denyut kehidupan (HPK.2.3), 71-72 layanan pemasaran (TKKA.6.1), 209 layanan yang disediakan oleh departemen, penjelasan tertulis tentang (TKKA.5.1), 206 misi rumah sakit dan (TKKA.3.2), 202 partisipasi dalam proses pelayanan informasi kepada pasien dan keluarga tentang (HPK.2.1), 70 kebijakan dan prosedur untuk mendukung
(HPK.2), 5, 69 penghentian pengobatan (HPK.2.2), 71 perawatan di menjelang ajal hak perawatan yang penuh hormat dan kasih sayang (HPK.2.5), 72 Kebutuhan emosional pasien dan keluarga (PP.7.1), 121 kebutuhan spiritual atau agama pasien dan keluarga (PP.7.1), 121 kenyamanan dan martabat (PP.7; PP.7.1), 120-121 mutu perawatan (PP.7), 120 pertimbangan budaya (PP.7.1), 121 penanganan nyeri (PP.7.), 121 perawatan yang tepat (PP.7.1), 120-121 partisipasi dalam pengambilan keputusan perawatan (PP.7.1), 121 pengelolaan selama bencana dan keadaan darurat (MKF.6), 220 penolakan pengobatan (HPK.2.2), 71 pertimbangan atas kekhasan suatu negara, 2, 12 saluran komunikasi yang efektif (MKI.5), 258 standarisasi proses perawatan (PMKP.2.1), 167 Perawatan menjelang ajal hak atas perawatan dengan rasa hormat dan kasih sayang (HPK.2.5), 72 kebutuhan emosional pasien dan keluarga (PP.7.1), 121 manajemen nyeri (PP.7.1), 121 kebutuhan psikososial pasien dan keluarga (PP.7.1), 121 kebutuhan spiritual atau agama pasien dan keluarga (PP.7.1), 121 kenyamanan dan martabat (PP.7; PP.7.1), 120-121 mutu perawatan (PP.7), 120 partisipasi dalam mengambil keputusan perawatan (PP.7.1), 121 perawatan yang tepat (PP.7.1), 120-121 pertimbangan budaya (PP.7.1), 121 Perawatan intensif, kriteria untuk masuk dan/atau pemindahan ke (APKP.1.4), 51 Perawatan tindak-lanjut. Lihat Pemulangan, rujukan, dan tindak-lanjut Perintah lisan dan via telepon kebijakan dan prosedur (SIKP.2), 39 permintaan tertulis dan lisan untuk perawatan (PP.2.2), 114 Perintah Via Telepon. Lihat Perintah lisan dan via telepon
301
Indeks
Peristiwa dan efek samping obat analisis dari (PMKP.7), 174-175 observasi dan dokumentasi dari (MPO.7), 147 Pelindung mata (PPI.9), 189 Permohonan untuk akreditasi, 12, 13, 14, 15 Persediaan film X-ray dan perlengkapan lainnya, ketersediaan dan pengelolaan (AP.6.6), 105-106 persediaan kadaluarsa, pengelolaan atas (PPI.7.1.1), 186-187 reagen dan perlengkapan, ketersediaan dan pengelolaan (AP.5.5), 99 Persediaan kadaluarsa (PPI.7.1.1), 186-187 Persetujuan umum, ruang lingkup dan manfaat dari (HPK.6.3), 76 Pertimbangan agama dan spiritual bantuan spiritual atau agama (HPK.1.1.1), 66-67 layanan memperpanjang denyut kehidupan (HPK.2.3), 71-72 layanan resusitasi (HPK.2.3), 71-72 perawatan menjelang ajal dan (PP.7.1), 121 pertimbangan kondisi khas negara selama akreditasi proses, 2 Pertimbangan bahasa asesmen edukasi dan (PPKP.2.1), 154 hambatan bahasa untuk pelayanan (APKP.1.3), 51 juru bahasa (MKI.3), 257 komunikasi dengan pasien dan keluarga (MKI.3), 257 penerjemah (MKI.3), 257 pernyataan tertulis mengenai hak dan tanggung jawab, 68 Pertimbangan kultural hak-hak pasien dan keluarga dan, 60 hambatan untuk akses dan pemberian layanan (APKP.1.3), 51 layanan resusitasi (HPK.2.3), 71-72 perawatan memperpanjang denyut kehidupan (HPK.2.3), 71-72 perawatan menjelang ajal dan (PP.7.1), 121 pertimbangan untuk negara tertentu selama proses penilaian, 2, 12 pengambilan keputusan oleh orang lain (HPK.6.2), 75-76 Pertimbangan legal. Lihat undang-undang dan
peraturan Pertimbangan spiritual. Lihat Pertimbangan Agama dan spiritual Pengambilan keputusan oleh orang lain (HPK.6.2), 75-76 Pesanan untuk perawatan dan pengobatan dokumentasi dari (PP.2.2), 114 perintah lisan dan tertulis (PP.2.2), 114 pesanan verbal dan melalui telepon, kebijakan dan prosedur (SIKP.2), 39 wewenang untuk menulis (PP.2.2), 114 Populasi rawan kebijakan dan prosedur perawatan terhadap (PP.3.1 sampai PP.3.9), 117-118 perlindungan hak dari (HPK.1.5), 68-69 proses asesmen untuk (AP.1.8), 91-92 Praktisi independen kredensialisasi dan proses hak istimewa untuk (TKKA.3.3.2), 7, 204 kualitas layanan dari (TKKA.3.3.2), 7, 204 Praktisi layanan kesehatan. Lihat Dokter dan praktisi layanan kesehatan Privasi dan kerahasiaan informasi (MKI.10), 260 Produk steril yang dicampur (MPO.5), 144 Progam kontrol dan pencegahan infeksi. Lihat juga Standar pencegahan dan pengendalian infeksi Program kesehatan dan keselamatan pegawai (KPS.8.4), 241 Program kesehatan dan keselamatan untuk staf (KPS.8.4), 241 Program keselamatan radiasi (AP.6.2), 103 Program pelatihan profesional kesehatan Asesmen pendengaran (AP.1.10), 93 Program perbaikan mutu dan keselamatan pasien, edukasi mengenai (TKKA.3.4), 204 integrasi dengan program pencegahan dan persetujuan atas (TKKA.1.5), 198 kolaborasi untuk melakukan (PMKP.1.1), 164-165 komunikasi dengan staf tentang tentang (PMKP.1.4), 166 koordinasi antar-semua unit rumah sakit (PMKP.1.1), 164-165 partisipasi dalam (TKKA.3.4), 204 partisipasi seluruh rumah sakit dalam (PMKP.1.1), 164-165 pelaporan tentang (TKKA.1.5), 198-199 pelatihan staf untuk berpartisipasi dalam (PMKP.1.5), 166
Indeks 302
Indeks
pemilihan pengukuran (PMKP.3), 169-170 pengawasan atas (PMKP.1), 164 pengendalian infeksi (PPI.10), 190 perbaikan dari (PMKP.1), 164 prioritas kegiatan pengukuran dan perbaikan mutu, menentukan (PMKP.1.2), 165 teknologi dan pendukung lain untuk (PMKP.1.3), 165 Prosedur disinfeksi permukaan tubuh (PPI.9), 175 Prosedur isolasi (PPI.8), 189 Prosedur pembedahan. Lihat juga Standar Anestesi dan Bedah (PAB), 123 asesmen sebelum pembedahan (AP.1.5.1; PAB.7), 90, 130 catatan pembedahan (PAB.7.2), 131 catatan pembedahan tertulis (PAB.7.2), 131 diagnosis pra - dan pascaoperasi, analisis perbedaan antara (PMKP.7), 175 edukasi pasien tentang risiko, manfaat dan alternatif pembedahan (PAB.7.1), 130-131 infeksi lokasi pembedahan (PPI.6), 185 lokasi pembedahan-benar, prosedur-benar, pasien-benar (SIKP.4), 5, 40 menandai lokasi pembedahan, 40, 41 proses sesaat, 38, 39 proses verifikasi sebelum operasi, 40, 41 pasien darurat, catatan dan diagnostik praoperasi dibuat sebelum pembedahan (AP.1.3.1), 87-88 pemantauan fisiologis selama dan segera sesudah operasi (PAB.7.3), 131-132 persetujuan sebelum (HPK.6.4), 76 rangkuman pada catatan pasien (APKP.3.3; PAB.7), 5, 56, 130 rencana perawatan pascabedah (PAB.7.4), 132 rencana untuk perawatan pembedahan (PAB.7), 130 Proses akreditasi. Lihat juga Survei, akreditasi di lapangan dicabut dari, 25 jangka waktu untuk, 13 kerahasiaan informasi, 22-23, 25 layanan khas organisasi kesehatan, 2 pertimbangan kondisi khas negara tertentu pada waktu, 2, 12 Proses triase (APKP.1.1.1), 5, 49 Pusat Pencegahan dan Kendali Penyakit (US CDC) panduan kebersihan tangan, 39
Q R Rapat pemimpin, 18 Reagen dan perlengkapan, ketersediaan dan pengelolaan dari (AP.5.5), 99 Reaksi transfusi, analisis (PMKP.7), 174 Rekrutmen, pengangkatan dan retensi staf (TKKA.3.5; KPS.2), 205, 235 Rencana perawatan, berbagi informasi tentang (AP.4.1), 95 Rencana perawatan dan pengobatan, kerja sama informasi (AP.4.1), 95 Rencana Perbaikan Strategis (SIP) Kebijakan berisiko ditolak akreditasinya, 24 definisi dan tujuan, 4 Penilaian ulang dan persetujuan atas, 4 Rencana Tindakan, 27-29 Renovasi pengelolaan risiko keselamatan dan keamanan selama (MKF.4), 218 pengurangan risiko selama (PPI.7.5), 188 Rentang referensi (AP.5.7), 99-100 Relawan, orientasi (KPS.7), 238 Riwayat kesehatan dan fisik (AP.1.2), 87 pemilihan dan pengumpulan data pengukuran analisis dari, perbandingan yang dibuat selama (PMKP.4.2), 172 analisis tentang, frekuensi dari (PMKP.4.1), 172 data publik, data untuk yang dipercaya (PMKP.5.1), 6, 173 data yang dipercaya (PMKP.5.1), 6, 173 instansi kesehatan masyarakat, laporan ke (PPI.10.6), 190 infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan (PPI.10.1), 190 infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan, risiko, dengan angka dan tren, penelusuran atas (PPI.10.1), 190 implementasi aktivitas pengukuran kualitas (TKKA.5.5), 208 Pasien (PMKP.3.3), v, 169 Joint Commission International Library of Measures, v, 169 pemilihan pengukuran, 168-169 penyampaian hasil pengukuran kepada staf dan pemimpin (PPI.10.5), 190-191 perbandingan, analisis dari (PMKP.4.2), 172
303
Indeks
perbandingan dengan data luar (PPI.10.4), 190-191 program perbaikan kualitas dan keselamatan pasien, pemilihan pengukuran (PMKP.3), 168-169 proses validasi data (PMKP.5), 6, 172175 rancangan baru atau modifikasi proses (PPI.10.3), 190 ukuran klinis (PMKP.3.1), 169 ukuran manajerial (PMKP.3.2), 169 ukuran pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI.10.2), 190-191 ukuran Sasaran International Keselamatan kinerja profesional, pengukuran (TKKA.3.4), 204 Ruang tekanan negatif (PPI.8), 189 Rujukan untuk perawatan. Lihat Pemulangan, rujukan dan tindak lanjut Rumah sakit, perubahan pada, 13, 15, 21, 26 Staf, program pencegahan dan pengendalian infeksi dan (PPI.5.1), 184 S Sanitasi dapur (PPI.7.4), 188 Sarung tangan (PPI.9), 189 Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (SIKP) perubahan pada, 5 daftar tujuan, 35 identifikasi pasien (SIKP.1), 38 infeksi akibat perawatan kesehatan, pengurangan terhadap (SIKP.5), 41 komunikasi dengan staf tentang pemenuhan (PMKP.1.4), 166 komunikasi, efektif (SIKP.2), 38 maksud dari, 35 obat berisiko tinggi (SIKP.3), 5, 39 pemenuhan, asesmen atas, 2 pelaksanaan dari (PMKP.1.2), 165 pembedahan, lokasi benar, prosedur benar dan pasien benar(SIKP.4), 5, 40 risiko jatuh, pengurangan terhadap (SIKP.6), 42 Sedasi. Lihat Anestesi dan sedasi; Standar Anestesi dan Bedah Sedasi dalam. Lihat Anestesi dan Sedasi; Standar Perawatan Anestesi dan Bedah (PAB), 123 Sedasi minimal (anxiolisis) (PAB), 123 Sertifikasi basis untuk, v, 2
cakupan dan program sertifikasi, 2 sifat dan unsur, 2 Simbol (MKI.13), 262 Sistem dan proses, klinis dan manajerial clinical practice guidelines, clinical pathways, dan/atau protokol klinis (PMKP.2.1), 167-168 kebijakan dan prosedur keterkaitan antara proses klinis dan manjerial, 161 pengembangan dan pemeliharaan (MKI.18), 264 perbaikan, 171 persetujuan atas (TKKA.1.2), 198 proses desain baru atau yang dimodifikasi (PMKP.2; PPI.10.3), 166, 190 proses berisiko tinggi, desin ulang (PMKP.11), 6, 176-177 risiko infeksi, proses terkait dengan (PPI.7), 186 standarisasi proses perawatan (PMKP.2.1), 167-168 ukuran klinis (PMKP.3.1), 169 ukuran manajerial (PMKP.3.2), 169 variasi dalam, 161 Sistem filtrasi High Efficiency Particular Air (HEPA), 189 Sistem penarikan kembali obat (MPO.3.3), 141 Sistem utilitas air minum, ketersediaan (MKF.9), 224-225 air minum, sumber alternatif dari (MKF.9.1), 225 air, pengawasan mutu (MKF.10.1), 226 air untuk dialisis, pengujian (MKF.10.1), 226 edukasi staf yang bertugas dalam pengoperasian (MKF.11.2), 227 inspeksi, uji, dan pemeliharaan (MKF.10), 226 mutu udara dan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI.7.5), 188 pengumpulan data untuk memantau sistem (MKF.10.2), 226 rencana tertulis untuk mengendalikan risiko lingkungan (MKF.2), 217 tenaga listrik, ketersediaan (MKF.9), 225 tenaga listrik, sumber alternatif dari (MKF.9.1), 207 Staf. Lihat juga Standar Kualifikasi dan edukasi staf bahan berbahaya dan manejemen limbah, peran staf dalam (MKF.11.1), 227-228 bencana dan keadaan darurat, peran selama (MKF.6), 220-221 cardiac life support, kompetensi dalam (KPS.8.1), 239-240
Indeks 304
Indeks
cardiac life support, pelatihan dalam (KPS.8.1), 239-240 edukasi dan pelatihan internal (KPS.8), 239 edukasi, pelatihan, dan orientasi program akademis, fasilitas sebagai setting klinis untuk (KPS.8.3), 240-241 fasilitas dan peralatan untuk edukasi dan pelatihan (KPS.8.2), 240 fasilitas yang aman dan efektif, peran staf dalam (MKF.11.), 227 fasilitas yang aman dan efektif, pengujian untuk peran staf dalam (MKF.11.3), 227-228 karyawan kontrak, orientasi untuk (KPS.7), 238-239 keamanan dan keselamatan, peran staf dalam (MKF.11.1), 227 keamanan kebakaran, peran staf dalam (MKF.11.1), 227-229 kesempatan meneruskan edukasi (TKKA.3.5), 205 kesiapan bencana, peran staf dalam (MKF.11.1), 227-228 keluhan dari, tanggapan balasan terhadap karyawan yang melaporkan, 31 kebutuhan pelatihan, identifikasi (KPS.8), 239 kompetensi dan kualifikasi arsip kepegawaian (KPS.5), 237 cardiac life support, kompetensi dalam (KPS.8.1), 239-240 definisi untuk semua anggota staf (KPS.1), 234 diskripsi jabatan (KPS.1.1), 234 pembaruan (KPS.6.1), 237-238 persyaratan jabatan staf KPS.1), 234 rekrutmen dan pengangkatan staf (KPS.2), 235 rencana kepegawaian, pengembangan (KPS.6), 237-238 rencana kepegawaian, penilaian ulang dan staf klinis, evaluasi awal (KPS.3), 236 staf klinis, evaluasi kinerja (KPS.3), 236 staf laboratorium (AP.5.2), 97 staf nonklinis, evulasi awal (KPS.4), 236-237 staf nonklinis, evaluasi kinerja (KPS.4), 236-237 staf layanan radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.3), 104 teknik resusitasi, kompetensi dalam
(KPS.8.1) 239-240 undang-undang dan peraturan, pemenuhan menurut (KPS.1), 234 untuk asesmen pasien (AP.1.1; AP.3), 86, 94-95 komunikasi perihal hasil pengukuran pencegahan dan keselamatan pasien (PMKP.1.4), 166 pengendalian infeksi (PPI.10.5), 190 pemenuhan terhadap SIPK (PMKP.1.4), 166 program perbaikan kualitas dan kredensial, verifikasi dan evaluasi (KPS.12), 247 mahasiswa/tenaga magang, informasi tentang (KPS.8.3), 240-241 mahasiswa/tenaga magang, integrasi ke dalam mahasiswa/tenaga magang, orientasi (KPS.7), 238-239 mahasiswa/tenaga magang, pengawasan (KPS.8.3), 240-241 nilai dan kepercayaan pasien, hormat pada (HPK.4), 73 orientasi karyawan baru (KPS.7), 238-239 penanganan dan penyimpanan gas medis, peran staf dalam (MKF.11.1), 227-228 penanganan kebakaran, peran staf dalam (MKF.7.2), 221-222 pengoperasian peralatan medis, peran staf dalam (MKF.11.2), 227-228 pengoperasian sistem utilitas, peran staf dalam (MKF.11.2), 227-228 penilaian ulang kinerja (KPS.14), 248-249 penugasan kerja klinis (KPS.13), 248 praktik dan prosedur keamanan laboratorium (AP.5.1), 96-97 praktik dan prosedur keamanan layanan radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.2), 103 program orientasi dan pelatihan (TKKA.5.4), 208 program penanganan kebakaran (MKF.7.2), 221-222 program pelatihan profesional kesehatan (KPS.8.3), 240 program peningkatan mutu dan keselamatan pasien, partisipasi dalam (PMKP.1.5), 166 program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI.11), 192 program-program rumah sakit (KPS.8.3),
305
Indeks
240-241 proses manajemen informasi (MKI.17), 263 rekrutmen, pengangkatan, dan retensi staf (TKKA.3.5; KPS.2), 205, 235 relawan, orientasi (KPS.7), 238-239 relevansi edukasi (KPS.8), 239 rencana kepegawaian pengembangan (KPS.6), 237 penilaian ulang dan perbaikan (KPS.6.1), 237 persyaratan dan rekomendasi kepegawaian (TKKA.5.2), 207 staf pengawasan (AP.5.2; AP.6.3), 97, 104 staf keperawatan aktivitas perbaikan mutu, partisipasi dalam (KPS.14), 248-249 evaluasi kinerja (TKKA.5.5), 208 evaluasi praktik (KPS.11), 245-246 kesempatan pengembangan pribadi (TKKA.3.5), 205 kredensial, verifikasi, dan evaluasi (KPS.12), 247 penilaian ulang kinerja (KPS.14), 248 perawatan pasien, peran dalam, 109 tugas-tugas pekerjaan klinis (KPS.13), 248 staf klinis evaluasi awal dari (KPS.3), 236 evaluasi kinerja dari (KPS.3), 236 staf medis hak istimewa, pemberian atas (KPS.10), 244-245 hak istimewa, penetapan ulang (KPS.10), 245 penilaian ulang berkas kredensial dan pembaruan izin untuk merawat (KPS.9.1), 242-244 proses kredensial (KPS.9), 242-243 verifikasi kredensial (KPS.9), 242-243 staf staf nonklinis evaluasi awal atas (KPS.4), 236-237 evaluasi kinerja (KPS.4), 236-237 nonklinis evaluasi awal (KPS.4), 236-237 evaluasi kinerja (KPS.4), 236-237 staf professional, edukasi, keahlian dan pengalaman dari (TKKA.5.3), 207-208 teknik resusitasi, kompetensi dalam (KPS.8.1) 239-240 teknik resusitasi, pelatihan (KPS 8.1) 239
tingkatan staf (AP.5.2; AP.6.3), 97, 104 waktu staf untuk belajar dan pelatihan (KPS.8.2), 240 Standar ketersediaan, 3 pemenuhan terhadap Akreditasi Berisiko Ditolak, 23-24 asesmen, 3, 12, 28 filosofi dan dasar untuk, 2 ketersediaan ranah publik, 3 status akreditasi dan, 30 tanggal efektif untuk manual standar, 4-5, 30, 31 undang-undang dan peraturan, 3 persyaratan belum terpenuhi, 4, 19, 20 persyaratan terpenuhi sebagian, 19 pembaruan, 4 pengembangan, v, 2, 3 pengorganisasian, 3 pengorganisasian menurut fungsi, 3 undang-undang dan peraturan terkait dengan, 3 unjuk bukti dari, 4, 12 persetujuan terhadap, 31 Standar Akses ke Perawatan dan Kesinambungan Perawatan kesinambungan perawatan proses untuk kesinambungan dan koordinasi perawatan (APKP.2), 52-53 tanggung jawab individual untuk perawatan (APKP.2.1), 53 pemulangan pasien, perujukan, dan tindak-lanjut kriteria untuk (APKP.3), 53 bantuan layanan (APKP.3.1), 54-55 instruksi tindak-lanjut (APKP.3.4), 56-57 kebijakan sebagai pedoman (APKP.3), 53 meninggalkan rumah sakit tanpa seizin dokter, proses pengelolaan pasien (APKP.3.5), 5, 57 pendistribusian (APKP.3.2), 55 perujukan yang sesuai dan tepat waktu (APKP.3.1), 54 resume medis pasien pulang, resume medis pasien pulang, informasi yang dicantumkan dalam (APKP.3.2.1), 55-56 resume medis pasien pulang, penyiapan (APKP.3.2), 55 rangkuman profil pasien dalam rekam
Indeks 306
Indeks
medis (APKP.3.3), 5, 56 penerimaan dalam rumah sakit asesmen skrining untuk memprioritaskan kebutuhan pasien (APKP.1.1.2), 49 biaya perawatan, informasi tentang (APKP.1.2), 49-50 hambatan budaya terhadap perawatan (APKP.1.3), 51 hambatan bahasa terhadap perawatan (APKP.1.3), 51 hambatan dalam pemberian pengaksesan dan pemberian layanan (APKP.1.3), 50 hambatan fisik pada perawatan (APKP.1.3), 51 hasil perawatan, informasi tentang (APKP.1.2), 49-50 kebutuhan darurat, pasien dengan (APKP.1.1.1), 5, 49 kebutuhan mendesak, pasien dengan (APKP.1.1.1), 5, 49 kebutuhan segera, pasien dengan (APKP.1.1.1), 5, 49 kelambatan dalam perawatan dan/atau pengobatan, 45 keputusan perawatan, informasi untuk mengambil (APKP.1.2), 50 layanan intensif, kriteria untuk penerimaan dan/atau transfer ke (APKP.1.4), 51-52 layanan khusus, kriteria untuk penerimaan dan/atau transfer ke (APKP.1.4), 51-52 menerima pasien, dasar untuk (APKP.1), 48 misi rumah sakit dan penerimaan pasien (APKP.1), 48 memprioritaskan kebutuhan pasien (APKP.1.3), 51 observasi, menahan pasien untuk (APKP.1.1), 48 penerimaan gawat darurat (APKP.1.1), 48-49 perawatan, informasi tentang (APKP.1.2), 50-51 proses penerimaan (APKP.1.1), 48-49 proses triase (APKP.1.1.1), 5, 49 skrining dan pengujian diagnostik sebelum penerimaan (APKP.1), 48 standarisasi proses (APKP.1.1), 48-49 pengalihan tanggung jawab perawatan (APKP.2.1), 53
perubahan untuk, 5 Sedasi sedang. Lihat Anestesi dan sedasi; Standar Anestesi dan Layanan Bedah Spesialis layanan akreditasi, 14 Standar Perawatan Anestesi dan Bedah (PAB), 123 daftar standar, 123-124 gambaran umum, 115 keberlakuan dari, 123 pengaturan dan pengelolaan ketersediaan layanan anestesi (PAB.1), 125 kepala layanan anestesi (PAB.2), 125-126 Layanan anestesi untuk keadaan darurat (PAB.1), 125 sumber anestesi dari luar (PAB.1), 125 undang-undang dan peraturan, layanan anestesi dan (PAB.1), 125 Perawatan anestesi asesmen pascaanestesi (PAB.4), 127 asesmen prainduksi (PAB.4), 127-128 dipindahkan dari wilayah pemulihan (PAB.6), 129-130 dokumentasi pemantauan pascaanestesi (PAB.6), 129-130 dokumentasi penggunaan dan teknik anestesi (PAB.5.2), 128-129 edukasi pasien mengenai risiko, manfaat, dan alternatif anestesi (PAB.5.1), 128 pemantauan fisiologis selama (PAB.5.3), 129 rencana untuk perawatan anestesi (PAB.5), 129 status pascaanestesi, pemantauan terhadap (PAB.6), 129-130 perawatan anestesi dan (PAB.1), 125 perawatan pembedahan asesmen prabedah (PAB.7), 130 alternatif pembedahan (PAB.7.1), 130-131 catatan pembedahan (PAB.7.2), 131 catatan laporan pembedahan (PAB.7.2), 131 edukasi pasien tentang risiko, manfaat dan pemantauan fisik selama dan segara dan rencana pascabedah (PAB7.4), 132 rencana untuk perawatan pembedahan (PAB.7), 130 sesudah operasi (PAB.7.3), 131-132 perawatan sedasi asesmen prasedasi (PAB.3), 126-127 kebijakan dan prosedur (PAB.3), 126-127
307
Indeks
kualifikasi kepala anestesi dan sedasi (PAB.3), 126-127 pemulihan dan selesainya sedasi (PAB.3), 126-127 Standar Hak Pasien dan Keluarga (HPK), 63-69 asesmen dan manajemen nyeri (HPK.2.4), 72 bantuan keagamaan dan spiritual (HPK.1.1.1), 66-67 daftar standar, 64-65 donasi organ persetujuan dari donor hidup (HPK.11), 80 pengawasan atas proses pengambilan dan transplantasi (HPK.11), 80 pilihan untuk berdonasi, informasi mengenai dan bantuan untuk (HPK.10), 79-80 edukasi staf tentang peranannya dalam melindungi (HPK.4), 73 gambaran umum, 63 hasil perawatan, informasi mengenai (HPK.2.1.1), 70-71 identifikasi, individu tanpa (HPK.1.4), 68 informasi tentang hak dalam sikap dan bahasa yang mudah dipahami pasien (HPK.5), 74 informasi tentang perawatan, berkaitan dengan hak yang diberikan (HPK.1), 68-69 informed consent anestesi, persetujuan sebelum (HPK.6.4), 76 darah atau produk darah, persetujuan sebelum pemakaian (HPK.6.4), 76 dokumentasi (HPK.6.4; HPK.8), 76, 78 donasi organ, persetujuan dari donor hidup (HPK.11), 80 harta benda pasien, perlindungan dari pencurian dan kehilangan (HPK.1.3), 67-68 informasi bagi pasien untuk membuat keputusan perawatan (HPK.6.1), 75 informasi tentang praktisi perawatan kesehatan, proses menanggapi permintaan (HPK.6.1), 75 pembedahan, persetujuan sebelum (HPK.6.4), 76 persetujuan umum, lingkup dan penggunaan atas (HPK.6.3), 76 persetujuan khusus dan terpisah, daftar pengambilan keputusan oleh orang lain (HPK.6.2), 75-76 prosedur dan perawatan yang
membutuhkan (HPK.6.4.1), 77 prosedur dan pengobatan berisiko tinggi, persetujuan sebelum (HPK.6.4), 76-77 proses untuk (HPK.6), 74-75 proses untuk, pemahaman tentang (HPK.2.1), 70 kebakaran, bantuan selama (HPK.1.5), 68 kebijakan dan prosedur memandu hak pasien dan keluarga (HPK.1), 66 kebutuhan privasi pasien (HPK.1.2), 67 kehilangan atau pencurian harta benda, perlindungan dari (HPK.1.3), 67-68 kelalaian dan penyalahgunaan, perlindungan dari (HPK.1.5), 68-69 kelompok pasien berisiko, perlindungan hak (HPK.1.5), 68 kelompok rentan, perlindungan hak (HPK.1.5), 68-69 keluhan tentang pelayanan (HPK.3), 73 kepercayaan dan nilai-nilai kerahasiaan informasi pasien (HPK.1.6), 69 kondisi medis dan diagnosis, berbagi informasi tentang (HPK.2.1), 70 layanan resusitasi (HPK.2.3), 71-72 nilai dan kepercayaan edukasi staf tentang peranannya dalam melindungi (HPK.4), 73 hormat terhadap (HPK.1.1), 66-67 partisipasi dalam proses perawatan informasi kepada pasien dan keluaga tentang (HPK.2.1), 70 kebijakan dan prosedur untuk membantu (HPK.2), 5, 69 pendapat kedua (HPK.2), 5, 69-70 pencurian atau kehilangan harta benda, perlindungan dari (HPK.1.3), 67-68 penganiayaan fisik, perlindungan terhadap (HPK.1.4), 68 penghentian pengobatan (HPK.2.2), 71 penghormatan pada (HPK.1.1), 66-67 penolakan pengobatan (HPK.2.2), 71 penelitian (klinis), pemeriksaan klinis dan uji klinis akses untuk, informasi bagaimana mendapatkan (HPK.7), 77-78 alternatif (HPK.7), 77-78 informasi tentang manfaat, risiko dan pengawasan aktivitas yang melibatkan subjek manusia (HPK.9), 79
Indeks 308
Indeks
pembatalan (HPK.7; HPK.7.1), 77-78 penolakan berpartisipasi dalam (HPK.7), 77 persetujuan, dokumentasi dari (HPK.8), 78-79 perlindungan pada pasien yang berpartisipasi dalam (HPK.7.1), 78 persetujuan untuk berperan serta dalam (HPK.7.1; HPK.8) 77-78 protokol, penilaian ulang atas (HPK.7.1), 78 penyalahgunaan dan kelalaian, perlindungan bagi pasien terhadap (HPK.1.5), 68-69 perawatan di akhir hayat, penuh penghormatan dan kasih sayang (HPK.2.5), 72 perawatan memperpanjang kehidupan (HPK.2.3), 71-72 perlindungan akan hak (HPK.1), 66 perubahan pada, 5 pernyataan tertulis mengenai hak dan tanggung jawab, 74 undang-undang dan peraturan dan hak pasien dan keluarga (HPK.1), 66 Standar Kualifikasi dan Pendidikan Staf (KPS) arsip kepegawaian (KPS.5), 237 daftar standar, 231-233 diskripsi pekerjaan (KPS.1.1), 234-235 kompetensi dan kualifikasi arsip kepegawaian (KPS.5), 237 cardiac life support, kompetensi dalam (KPS.8.1), 239-240 definisi untuk semua anggota staf (KPS.1), 234 diskripsi pekerjaan (KPS.1.1), 234-235 gambaran umum 231 imunisasi dan vaksinasi (KPS.8.4), 241 kriteria posisi staf KPS1), 234 staf klinis, evaluasi awal (KPS.3), 236 staf klinis, evaluasi kinerja (KPS.3), 236 staf nonklinis, evaluasi awal (KPS.4), 236 staf nonklinis, evaluasi kinerja (KPS.4), 236 rekrutmen dan pengangkatan staf KPS.2), 235 rencana kepegawaian, pengembangan (KPS.6), 237 rencana kepegawaian, penilaian ulang dan pembaruan (KPS.6.1), 237-238 teknik resusitasi, kompetensi dalam (KPS.8.1), 239-240 undang-undang dan peraturan, pemenuhan
(KPS.1), 234 orientasi dan edukasi cardiac life support, kompetensi dalam (KPS.8.1), 239-240 cardiac life support, pelatihan dalam (KPS.8.1), 239-240 edukasi dan pelatihan di tempat kerja (KPS.8), 239 fasilitas dan peralatan untuk edukasi dan pelatihan (KPS.8.2), 240 karyawan kontrak, orientasi untuk (KPS.7), 238-239 kebutuhan pelatihan, identifikasi (KPS.8), 239 mahasiswa/tenaga magang, informasi tentang (KPS.8.3), 241 mahasiswa/tenaga magang, integrasi ke program-program rumah sakit (KPS.8.3), 241 mahasiswa/tenaga magang, orientasi tentang (KPS.7), 238-239 mahasiswa/tenaga magang, pengawasan dari (KPS.8.3), 241 program pelatihan profesional kesehatan (KPS.8.3), 240 program akademis, fasilitas setting klinis untuk (KPS.8.3), 240 pegawai baru, orientasi untuk (KPS.7), relevansi edukasi (KPS.8), 239 sukarelawan, orientasi tentang (KPS.7), 238 teknik resusitasi, kompetensi dalam (KPS.8.1), 239-240 teknik resusitasi, pelatihan tentang (KPS.8.1), 239-240 waktu staf untuk belajar dan pelatihan (KPS.8.2), 240 penyakit infeksi, staf terekspos ke (KPS.8.4), 241 praktisi pelayanan kesehatan aktivitas perbaikan mutu, partisipasi dalam (KPS.14), 248-249 kredensial, verifikasi, dan evaluasi dari (KPS.15), 249-250 penilaian ulang kinerja (KPS.17), 250 tugas-tugas pekerjaan klinis (KPS.16), 250 program kesehatan dan keselamatan untuk staf (KPS.8.4), 241 rekrutmen dan pengangkatan staf KPS.2), 237 staf medis evaluasi praktik (KPS.11), 245-246
309
Indeks
hak istimewa, pemberian (KPS.10), 244-245 hak istimewa, penetapan ulang (KPS.10), 245 laporan berkas kredensial dan pembaruan izin untuk memberikan perawatan (KPS.9.1) 242-244 proses kredensial (KPS.9), 242-245 verifikasi kredensial (KPS.9), 242 staf perawatan aktivitas perbaikan mutu, partisipasi dalam (KPS.14), 248-249 kredensial, verifikasi dan evaluasi (KPS.12), 247 pekerjaan keperawatan klinis (KPS.13), 248 penilaian ulang kinerja (KPS.14), 248-249 vaksinasi dan imunisasi (KPS.8.4), 241 Standar Manajemen dan Penggunaan Obat-obatan (MPO), 135 daftar standar, 135-136 gambaran umum, 135 obat-obatan yang dibawa oleh pasien (MPO.3; MPO.6.2), 141, 147 pemberian obat yang dibawa sendiri oleh pasien (MPO.6.2), 147 pemberian yang aman (MPO.6.1), 146 pemberian obat yang dibawa sendiri oleh pasien (MPO.6.2), 147 proses verifikasi (MPO.6.1), 146 pemilihan dan perolehan daftar obat (formularium) (MPO.2), 138 kehilangan dan pencurian obat, pencegahan atas (MPO.2.1), 139 kekurangan dan penggantian obat (MPO.2), 138 ketersediaan obat setelah tutup jam normal farmasi (MPO.2.2), 139 ketersediaan obat yang tidak ada dalam persediaan atau tidak biasa tersedia (MPO.2.2), 139 pengawasan terhadap daftar obat (MPO.2.1), 139 penilaian ulang daftar obat (MPO.2.1), 139 permintaan dan penyalinan resep catatan klinis pasien, informasi dalam (MPO.4.3), 144 daftar obat terkini pada catatan pasien (MPO.4), 6, 142
kebijakan dan prosedur untuk (MPO.4), 6, 142 obat (MPO.4), 6, 142 perbandingan permintaan awal dengan daftar permintaan atau resep, elemen dari (MPO.4.1), 142-143 resep dan permintaan yang tidak terbaca (MPO.4), 6, 142 pengawasan efek samping obat, pemantauan dan dokumentasi atas (MPO.7), 147 kebijakan untuk (MPO.7), 147-148 kesalahan obat, KNC, pelaporan dari (MPO.7.1), 148 pengawasan farmasi (MPO.1.1), 138 penyiapan dan pengeluaran produk-produk steril yang dicampur (MPO.5), 144 sistem pengeluaran dan penyaluran (MPO.5.2), 145-146 penilaian ulang permintaan dan resep (MPO.5), 144 (MPO.5.1), 145 penyiapan yang aman undang-undang dan peraturan, sesuai dengan (MPO.5.), 144 penyimpanan elektrolit konsentrat, 140 obat-obatan darurat (MPO.3.2), 141 obat investigasional, penyimpanan (MPO.3.1), 141 obat kadaluarsa (MPO.3.3), 141 obat mengandung bahan radioaktif, penyimpanan (MPO.3.1), 141 obat sampel, penyimpanan (MPO.3.1), 141 obat yang dibawa oleh pasien (MPO.3.1), 141 pemberian label obat dan bahan-bahan kimia (MPO.3), 140 penyimpanan aman dan semestinya (MPO.3), 140 produk nutrisi, penyimpanan (MPO.3.1), 141 sistem penarikan kembali obat (MPO.3.3), 141 zat-zat dikendalikan, penyimpanan dan skoring atas (MPO.3), 140 perubahan pada, 6 rumah sakit dan pengelolaan kebijakan dalam penggunaan obat
Indeks 310
Indeks
(MPO.1), 137 penilaian ulang dalam sistem pengelolaan obat (MPO.1), 137 undang-undang dan peraturan, sesuai dengan (MPO.1), 137 Standar pengelolaan Fasilitas dan Keselamatan kesiapan terhadap bencana dan pengelolaan darurat biaya biaya akreditasi tiga tahunan, 17 biaya awal akreditasi, 17 biaya pembatalan, 17 biaya penundaan, 17 biaya perjalanan, 18 dasar untuk, 16 faktur, 17-18 pembayaran dari, 17, 18 penundaan dalam penyerahan pembayaran, 18 survei terfokus, 16, 17, 18 survei validasi, 21 di luar wilayah perawatan pasien (MKF.7.3), 223 edukasi staf kesiapan bencana, staf berperan dalam (MKF.11.1), 227-228 keamanan kebakaran, staf berperan dalam (MKF.11.1), 227-228 pengelolaan pembuangan limbah dan bahan berbahaya, staf berperan dalam (MKF.11.1), 227-228 operasi peralatan medis, staf berperan dalam (MKF.11.2), 228 penanganan dan penyimpanan gas medis, staf berperan dalam (MKF.11.1), 228 fasilitas yang aman dan efektif, peran staf dalam (MKF.11.), 227 fasilitas yang aman dan efektif, pengujian untuk peran staf dalam (MKF.11.3), 227-228 keamanan dan keselamatan, peran staf dalam (MKF11.1), 228 operasi sistem utilitas, staf berperan dalam (MKF.11.2), 228 fasilitas individu yang terlibat untuk (MKF.3), 218 pemantauan atas (MKF.3.1), 217 pengawasan dan pengarahan program (MKF.3.1), 217 pengumpulan data untuk perbaikan
(MKF.3), 217 fasilitas peralatan non-rumah sakit berbahaya, sesuai dengan (MKF.5), 219-220 program keselamatan dan keamanan, sesuai dengan (MKF.4), 218 program penanganan asap dan kebakaran, sesuai dengan (MKF.7), 221 rencana kesiapan menghadapi bencana, rencana untuk bahan dan limbah sesuai dengan (MKF.6.1), 220-221 gambaran umum, 213 informasi tidak akurat, 15 inspeksi fasilitas, undang-undang dan peraturan, sesuai dengan (MKF.1), 216 keamanan kebakaran evakuasi dari fasilitas (MKF.7.2), 221-222 deteksi dan sistem pengendalian, inspeksi dan pengujian atas (MKF.7.2), 221-223 jalan keluar dari fasilitas (MKF.7.1), 221-222 kebijakan merokok (MKF.7.3), 223 latihan staf untuk (MKF.7.2), 222-223 perencanaan dan pelaksanaan (MKF.7), 221-222 program penanganan asap dan kebakaran, sesuai dengan (MKF.7), 221 rencana tertulis untuk mengelola risiko lingkungan (MKF.2), 216-217 risiko penanganan kebakaran, pengurangan terhadap (MKF.7.1), 221 staf yang bertugas untuk (MKF.7.2), 222-223 kesiapan terhadap bencana dan pengelolaan darurat rencana kesiapan menghadapi bencana, penyusunan dan pelaksanaan (MKF.6), 220 rencana kesiapan menghadapi bencana, pengujian terhadap (MKF.6.1), 220-221 rencana tertulis untuk mengelola risiko lingkungan (MKF.2), 216-217 keselamatan dan keamanan inspeksi fasilitas (MKF.4.1), 219 konstruksi, pengelolaan risiko selama (MKF.4), 218 peningkatan atau penggantian sistem, bangunan atau komponen (MKF.4.2), 218
311
Indeks
pencegahan cedera (MKF.4), 218-219 program untuk menciptakan keamanan dan keselamatan lingkungan, 219 Rencana Perbaikan Fasilitas, 219 rencana tertulis untuk mengelola risiko lingkungan (MKF.2), 216-217 renovasi, pengelolaan risiko selama (MKF.4), 218 tanda pengenal (MKF.4), 219 undang-undang dan peraturan, sesuai dengan (MKF.4.2), 210 wilayah berisiko terhadap keamanan, pemantauan (MKF.4), 218-219 limbah dan bahan berbahaya inventarisasi bahan (MKF.5), 219-220 izin, lisensi, sertifikat, atau persyaratan lainnya (MKF.5), 219-220 pemberian label terhadap (MKF.5), 219 pembuangan (MKF.5), 219-220 penanganan, penyimpanan dan penggunaan, rencana (MKF.5), 219-220 peralatan pelindung dan prosedur (MKF.5), 219-220 rencana tertulis untuk mengelola risiko lingkungan (MKF.2), 216-217 perlengkapan medis inspeksi (MKF.8.1), 224 inventarisasi (MKF.8), 224 pemeliharaan (MKF.8), 224 penarikan kembali peralatan (MKF.8.2), 224 pengujian (MKF.8), 224 pengumpulan data untuk merencanakan peningkatan dan penggantian peralatan (MKF.8.1), 223-224 program pengelolaan (MKF.8), 224 program pengelolaan risiko lingkungan/ rencana tertulis untuk mengelola risiko lingkungan (MKF.2), 216-217 unit-unit nonmedis dalam fasilitas (MKF), 214 risiko terjatuh, pengurangan akan SIKP.6), 42 sistem utilitas air minum, ketersediaan (MKF.9), 224-225 air minum, sumber alternatif dari (MKF.9.1), 225 air, pengawasan mutu (MKF.10.1),
226-227 air untuk dialisis, uji terhadap (MKF.10.1), 226-227 inspeksi, uji dan pemeliharaan terhadap (MKF.10), 226-227 kumpulan data untuk memantau sistem (MKF.10.2), 226-227 rencana tertulis untuk mengelola risiko lingkungan (MKF.2), 216-217 standar tertulis, 214-215 tenaga listrik, ketersediaan (MKF.9), 224-225 tenaga listrik, sumber alternatif (MKF.9.1), 225 Standar Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI), 179 cuci tangan atau disinfeksi tangan (PPI.9), 190 daftar standar, 179-180 data pengukuran infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan (PPI.10.1), 190 instansi kesehatan masyarakat, laporan ke (PPI.10.6), 190 penyampaian hasil pengukuran kepada staf dan pemimpin (PPI.10.5), 190-191 perbandingan dengan data luar (PPI.10.4), 190-191 rancangan baru atau modifikasi proses (PPI.10.3), 190 ukuran pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI.10.2), 190-191 gambaran umum, 179 infeksi berkaitan dengan perawatan kesehatan mengurangi (PPI.5), 184 risiko, angka dan tren, penelusuran (PPI.10.1), 190 infeksi lokasi pembedahan (PPI.6), 185 infeksi peralatan invasif intravaskular (PPI.6), 185 infeksi resistensi terhadap banyak jenis obat (PPI.6), 185 infeksi saluran kencing (PPI.6), 185 infeksi saluran pernapasan (PPI.6), 185 infeksi yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan, mengurangi (PPI.5), 184 integrasi dengan perbaikan mutu dan keselamatan pasien (PPI.10), 190 layanan sterilisasi pusat (PPI.7.1), 186 mutu udara dan pencegahan dan pengendalian
Indeks 312
Indeks
infeksi (PPI.7.5), 188 panduan higiene tangan, melakukan (PPI.9), 189 pelindung mata (PPI.9), 189 pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi (PPI.7.1), 186 penyakit dan organisme yang signifikan secara epidemiologis (PPI.6), 185 perubahan pada, 6 program pencegahan dan pengendalian infeksi alat sekali-pakai (PPI.7.1.1), 186 darah atau komponen darah, penanganan dan pembuangan (PPI.7.2), 187 dasar untuk (PPI.3), 183 dukungan sistem manajemen informasi (PPI.4), 184 edukasi staf tentang (PPI.11), 192 jarum dan benda tajam, pembuangan (PPI.7.3), 188 konstruksi, pengurangan risiko selama (PPI.7.5), 188 koordinasi untuk semua kegiatan limbah infeksius, pembuangan (PPI.7.2), 187 limbah, pembuangan (PPI.7.2), 187 pembersihan dan sterilisasi peralatan (PPI.7.1), 186 pembongkaran, pengurangan risiko selama (PPI.7.5), 188 pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI.2), 182 pendekatan berbasis risiko untuk fokus pada (PPI.6), 185 pengawasan dan kepemimpinan (PPI.1), 182 pengendalian mekanis dan teknis serta (PPI.7.4), 188 pengelolaan binatu dan linen (PPI.7.1), 186 pengumpulan dan analisis data sebagai dasar untuk fokus program (PPI.6), 185 persediaan kadaluarsa, pengelolaan atas (PPI.7.1.1), 188 persiapan dan penanganan makanan (PPI.7.4), 188 proses terkait dengan risiko infeksi (PPI.7), 186 renovasi, pengurangan risiko selama (PPI.7.5), 188 sanitasi dapur (PPI.7.4), 188
sumber daya untuk (PPI.4), 183 undang-undang dan peraturan, sesuai dengan (PPI.3), 183 wilayah kamar mayat dan postmortem (PPI.7.2), 187 wilayah pengunjung yang termasuk dalam (PPI.5.1), 185 wilayah perawatan pasien termasuk dalam (PPI.5.1), 185 wilayah staf yang termasuk dalam (PPI.5.1), 185 prosedur disinfeksi permukaan tubuh (PPI.9), 190 prosedur isolasi (PPI.8), 189 masker (PPI.9), 189 sarung tangan (PPI.9), 189 teknik pelindung (PPI.9), 189 Standar Asesmen Pasien (AP), 83-107 analisis bersama terhadap temuan asesmen (AP.4), 95 analisis temuan asesmen (AP.4), 95 anestesi, asesmen medis awal untuk (AP.1.5.1), 90 asesmen awal asesmen khusus, penentuan kebutuhan akan (AP.1.10), 93 evaluasi termasuk seluruhnya (AP.1.2), 87 kurun waktu penyelesaian (AP.1.4.1), 89 rencana pemulangan, identifikasi kebutuhan dan proses perencanaan (AP.1.11), 93 asesmen ekonomi (AP.1.2), 87 asesmen keperawatan dokumentasi temuan asesmen (AP.1.5), 89-90 individu berkualifikasi melaksanakan asesmen (AP.3), 94 kebutuhan layanan keperawatan, identifikasi dan dokumentasi (AP.1.3), 87-88 pasien keadaan darurat (AP.1.3.1), 87 asesmen khusus, penentuan kebutuhan akan (AP.1.10), 93 asesmen lama yang diubah (AP.1.4.1), 89 asesmen medis anestesi, asesmen awal untuk (AP.1.5.1), 90 asesmen lama yang diperbaharui (AP.1.4.1), 89 dokumentasi temuan asesmen (AP.1.5; AP.1.5.1), 89-90 kebutuhan medis, identifikasi dan
313
Indeks
dokumentasi dari (AP.1.3), 88 kurun waktu penyelesaian dari (AP.1.4.1), 89 pasien keadaan darurat (AP.1.3.1), 87 pembedahan, asesmen awal untuk (AP1.5.1), 90 asesmen psikologis (AP.1. 2), 87 asesmen selesai di luar rumah sakit (AP.1.4), 88 asesmen status gizi (AP.1.6), 90 hasil asesmen, informasi pasien tentang (AP.4.1), 95 asesmen sosial (AP.1.2), 87 asesmen ulang (AP.2), 93 berdasarkan asesmen (AP.4.1), 95 daftar standar, 83-85 diagnosis, kondisi medis, kerja sama informasi (AP.4.1), 95 dokumentasi asesmen ulang (AP.2), 93 dokumentasi temuan asesmen (AP1.5; AP1.5.1), 89-90 gambaran umum, 83 isi asesmen, minimum (AP.1.1), 86-87 jenis pasien khusus (AP.1.8), 91-92 kualifikasi individu yang melaksanakan asesmen (AP.1.1; AP.3), 86,94 kurun waktu penyelesaian (AP.1.4.1), 89 kurun waktu untuk penyelesaian asesmen (AP.1.4; AP.1.4.1), 88-89 layanan laboratorium data pengendalian mutu dari sumber luar, penilaian ulang atas (AP.5.10), 101 film sinar X-ray dan perlengkapan lainnya, ketersediaan dan pengelolaan (AP.6.6), 105 hasil kritis pengujian diagnostik (AP.5.3.1), 6, 97 hasil uji, laporan tepat waktu (AP.5.3), 97 hubungan antara dokter dengan sumber luar layanan laboratorium (AP.5), 95-96 hubungan antara dokter dan sumber luar hasil, laporan tepat waktu tentang (AP.6.4), 104 individu berkualifikasi yg bertanggung jawab arah dan pengawasan terhadap (AP.5.8), 100 ketersediaan (AP.5.8), 100 kualifikasi staf laboratorium (AP.5.2), 97 layanan laboratorium darurat (AP.5), 95-96 mengumpulkan dan menangani spesimen (AP.5.6), 99
pakar bidang diagnostik khusus (AP.5.11), 102 pengawas laboratorium (AP.5.8), 100 pengujian darurat, laporan hasil tepat waktu (AP.5.3), 97 pengujian darurat, laporan hasil tepat waktu (AP.6.4), 104 program keamanan radiasi (AP.6.2), 103 program pengelolaan keamanan (AP.6.2), 103 program pengelolaan keselamatan (AP.5.1), 96 program pengelolaan peralatan (AP.5.4), 98 program pengendalian mutu (AP.5.9), 101 program uji keahlian (AP.5.9.1), 101 prosedur keselamatan dan praktik, orientasi staf dan pelatihan dari (AP.5.1), 96 prosedur keselamatan dan praktik, orientasi dan edukasi staf untuk (AP.6.2), 103 reagen dan perlengkapan, ketersediaan dan pengelolaan dari (AP.5.5), 99 rentang referensi (AP.5.7), 100 sumber luar layanan laboratorium (AP.5), 95-96 staf pengawas (AP.6.3), 104 tingkatan staf (AP.5.2), 97 tingkatan staf (AP.6.3), 104 staf pengawas (AP.5.2), 97 layanan radiologi dan pencitraan diagnostik AP.6.1), 102 data pengendalian mutu dari sumber luar, penilaian ulang atas (AP.6.9), 107 individu berkualifikasi untuk bertanggung jawab pada pengarahan dan pengawasan (AP.6.7), 106 ketersediaan akan (AP.6), 102 layanan radiologi dan pencitraan diagnostik keadaan darurat (AP.6), 103 hasil pemantauan darurat, laporan tepat waktu (AP.6.4), 104 pakar bidang diagnostik khusus (AP.6.10), 107 pengelola layanan radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.7), 106 program pengelolaan peralatan (AP.6.5), 105 program pengendalian mutu (AP.6.8), 106-107 staf berkualifikasi pada layanan radiologi
Indeks 314
Indeks
dan pencitraan diagnostik (AP.6.3), 104 sumber luar layanan radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6.1), 102 menentukan prioritas kebutuhan pasien pasien berkebutuhan khusus, proses asesmen untuk (AP.1.8), 91-92 pasien darurat asesmen medis dan keperawatan (AP.1.3.1.), 87-88 individu yang memenuhi kualifikasi melakukan asesmen (AP.3), 94 operasi pembedahan, catatan dan diagnosis praoperasi sebelum (AP.1.3.1), 88 pasien menjelang ajal, asesmen dan asesmen ulang (AP.1.9), 92-93 pembedahan, asesmen medis sebelum (AP.1.5.1), 90 pemeriksaan dan asesmen rasa nyeri (AP.1.7), 91 pemeriksaan kebutuhan fungsional (AP.1.6.), 90 perubahan pada, 6 proses asesmen (AP.1), 86 proses asesmen, modifikasi untuk kelompok rencana pemulangan, identifikasi kebutuhan dan proses perencanaan (AP1.11), 93 rencana perawatan dan pengobatan, kerja sama informasi (AP.4.1), 95 riwayat kesehatan dan fisik (AP.1.2), 87 Standar edukasi pasien dan keluarga asesmen kebutuhan edukasi (PPKP.2), 154 asesmen kemampuan dan kemauan untuk belajar (PPKP.2.1), 154 daftar standar, 151-152 gambaran umum, 151 informasi verbal (PPKP.5), 156 kebutuhan yang sedang berjalan terkait kesehatan, edukasi dan pelatihan untuk mencapai sasaran (PPKP.3), 154-155 kecakapan komunikasi untuk memberikan edukasi (PPKP.6), 156 materi tertulis (PPKP.5), 156 metode edukasi (PPKP.5), 156 pemahaman di pihak pasien dan keluarga, verifikasi atas (PPKP.5), 156 rencana edukasi (PPKP.1), 153 struktur dan mekanisme untuk edukasi (PPKP.1), 153 sumber daya, edukasi, dan pelatihan (PPKP.3), 155 topik (PPKP.4), 155
upaya kolaboratif dalam menyediakan edukasi (PPKP.6), 156 Standar Perawatan Pasien (PP) daftar standar, 109-110 gambaran umum identifikasi dan manajemen nyeri (PP.6), 119 keseragaman proses dan pemberian perawatan (PP.1), 112 pembayaran untuk perawatan dan pemberian perawatan yang seragam (PP.1), 112 prosedur, dokumentasi (PP.2.3), 114 rencana perawatan (PP.2.1), 112-113 hasil perawatan hasil yang tidak terduga (PP.2.4), 115 pemberitahuan (PP.2.4), 115 integrasi dan koordinasi dalam perencanaan dan pemberian perawatan (PP.2), 112-113 kepemimpinan dan perencanaan komunikasi dengan staf tentang perbaikan mutu dan program keselamatan pasien (PMKP.1.4), 166 pelatihan staf untuk berpartisipasi dalam program perbaikan mutu dan keselamatan pasien (PMKP.1.5), 166 prioritas kegiatan pengukuran dan perbaikan mutu, menentukan (PMKP.1.2), 165 program kolaborasi untuk perbaikan mutu dan keselamatan pasien (PMKP.1.1), 164-165 program perbaikan mutu dan keselamatan pasien (PMKP.1), 164 teknologi dan pendukung lain untuk program perbaikan mutu dan keselamatan pasien (PMKP.1.3), 165-166 makanan atau nutrisi yang sesuai (PP.4), 118 gizi enteral (PP.4.1), 119 keluarga menyediakan makanan (PP.4), 109, 118 pilihan makanan (PP.4), 118 penyiapan, penyimpanan dan pembagian makanan secara aman (PP.4.1), 119 pesanan untuk (PP.4), 118 terapi gizi (PP.5), 119 undang-undang, peraturan dan keamanan makanan (PP.4.1), 118-119 mutu perawatan (PP.7), 121 pasien dan perawatan berisiko tinggi, kebijakan dan prosedur untuk
315
Indeks
anak-anak dan bayi (PP.3.8), 116, 118 darah atau produk darah, pemakaian dan administrasi (PP.3.3), 116-117 kelompok pasien berisiko (PP.3.1 sampai PP.3.9), 117-118 layanan resusitasi (PP.3.2), 116-117 pasien dalam keadaan koma (PP.3.4), 117 pasien dengan keterbatasan (PP.3.8), 116 pasien keadaan darurat (PP.3.1), 116-117 pasien lanjut usia (PP.3.8), 116, 118 pasien menjalani dialisis (PP.3.6), 116-117 pasien menjalani kemoterapi (PP.3.9), 118 pasien yang menderita penurunan sistem kekebalan tubuh (PP.3.5), 116-117 pengobatan berisiko tinggi (PP.3.9), 116, 118 penggunaan alat pengekang (PP.3.7), 116, 118 penyakit menular (PP.3.5), 116-117 perawatan dipandu oleh (PP.3), 115 perawatan menggunakan alat bantu kehidupan (PP.3.4), 116-117 pedoman klinis dan alur klinis, 117 perawatan di menjelang ajal kebutuhan emosional pasien dan keluarga (PP.7.1), 121 kebutuhan spiritual atau agama pasien dan keluarga (PP.7.1), 121 makanan dan gizi kenyamanan dan martabat (PP.7; PP.7.1), 120-121 manajemen nyeri (PP.7.1), 121 partisipasi dalam mengambil keputusan perawatan (PP.7.1), 121 kebutuhan psikososial pasien dan keluarga (PP.7.1), 121 perawatan yang tepat (PP.7.1), 120-121 pertimbangan budaya (PP.7.1), 112-113 pesan perawatan dan pengobatan dokumentasi dari (PP.2.2), 114 perintah lisan dan tertulis (PP.2.2), 114 wewenang untuk menulis (PP.2.2), 114 Standar Perbaikan Mutu dan Keselamatan Pasien (PMKP) analisis data analisis tren yang tidak diinginkan dan variasi (PMKP.7), 174 anestesi, analisis efek samping obat (PMKP.7), 175 diagnosis pra dan pascabedah, analisis perbedaan antara (PMKP.7), 175
efek samping obat, analisis (PMKP.7), 174-175 frekuensi (PMKP.4.1), 172 Kejadian Nyaris Cedera (PMKP.8), 175 kumpulan dan analisis data pengukuran (PMKP.4), 171 kejadian sentinel (PMKP.6), 174 perbandingan selama (PMKP.4.2), 172 penyakit infeksi dan menular, analisis berjangkitnya (PMKP.7), 175 reaksi transfusi, analisis terhadap (PMKP.7), 175 daftar standar, 162-163 gambaran umum, 161 kejadian nyaris cedera, proses mengidentifikasi dan pengelolaan (PMKP.8), 175 kejadian sentinel, proses identifikasi dan mengelola (PMKP.6), 6, 174 pasien kolaborasi untuk melakukan (PMKP.1.1), 164-165 komunikasi dengan staf tentang (PMKP.1.4), 166 koordinasi antarsemua unit rumah sakit (PMKP.1.1), 164-165 perbaikan (PMKP.1), 164 partisipasi seluruh rumah sakit dalam (PMKP.1.1), 165 pengawasan (PMKP.1), 165 perbaikan mutu, menentukan (PMKP.1.2), 165 prioritas kegiatan pengukuran dan pelatihan staf untuk partisipasi dalam (PMKP.1.5), 166 teknologi dan dukungan lain untuk (PMKP.1.3), 165 perbaikan dalam mutu dan keselamatan pencapaian dan keberlanjutan (PMKP.9), 175-176 data dikumpulkan tentang (PMKP.10), 176 proses berisiko tinggi, desain ulang (PMKP.11), 6, 176-177 identifikasi wilayah dari (PMKP.9), 176 perubahan kebijakan untuk mempertahankan (PMKP.10), 176 wilayah prioritas untuk (PMKP.10), 176 pengelolaan risiko, pendekatan proaktif untuk (PMKP.11), 6, 176-177 pemilihan dan pengumpulan data pengukuran
Indeks 316
Indeks
penggabungan dan analisis tentang (PMKP.4), 171 analisis, perbandingan dilakukan (PMKP.4.2), 172 analisis tentang, frekuensi dari (PMKP.4.1), 172 proses validasi data (PMKP.5), 6, 172 ukuran klinis (PMKP.3.1), 169 perubahan pada, 6 proses klinis dan manajerial clinical practice guidelines, clinical pathways dan/atau layanan panduan protokol klinis (PMKP.2.1), 167 proses desain baru atau yang modifikasi (PMKP.2.1), 168 standarisasi proses perawatan (PMKP.2.1), 168 Sasaran Internasional Keselamatan Pasien komunikasi dengan staf tentang pemenuhan terhadap (PMKP.1.4), 166 pelaksanaan (PMKP.1.2), 165 prioritas kegiatan pengukuran dan perbaikan mutu, menentukan (PMKP.1.2), 165 program peningkatan kualitas dan keselamatan ukuran Sasaran Internasional Keselamatan Pasien (PMKP.3.3), 169-170 data untuk publik, data yang dipercaya (PMKP.5.1), 6, 173 data yang dipercaya (PMKP.5.1), 6, 173 Joint Commission International Library of Measures, v, 169 ukuran manajerial (PMKP.3.2), 169 pemilihan ukuran, 173 perbaikan mutu dan program keselamatan pasien, pemilihan pengukuran (PMKP.3), 168-169 Standar Tata kelola, Kepemimpinan dan Arah (TKKA) perubahan pada, 6-7 arah departemen dan layanan diskripsi tertulis mengenai (TKKA.5.1), 206 dokumen rencana departemen tertentu (TKKA.5.1), 206 evaluasi kinerja staf (TKKA.5.5), 208 individu yang bertanggung jawab untuk (TKKA.5), 206 integrasi dan koordinasi layanan di dalam dan antar-departemen (TKKA.5.1.1), 206 kebutuhan peralatan dan rekomendasi (TKKA.5.2), 207
kebutuhan ruang dan rekomendasi (TKKA.5.2), 207 kebutuhan sumber daya dan rekomendasi (TKKA.5.2), 207 kebutuhan staf dan rekomendasi (TKKA.5.2), 207 kegiatan pengukuran mutu (TKKA.5.5), 209 kekurangan sumber daya (TKKA.5.2), 207 program pengendalian mutu, implementasi dari (TKKA.5.5), 208-209 layanan yang diberikan oleh departemen, staf, orientasi dan program pelatihan untuk (TKKA.5.4), 208 staf profesional, edukasi, keahlian dan pengalaman dari (TKKA.5.3), 208 daftar standar, 196-197 etika biaya layanan (TKKA.6.1), 209 dilema etik dan pembuatan keputusan (TKKA6.2), 209 kebijakan penerimaan, pemindahan dan pemulangan (TKKA.6.1), 209 kerangka untuk pengelolaan etika (TKKA.6).1), 210 konflik profesional dan bisnis (TKKA.6.1), 209 gambaran umum, 195 pemasaran layanan (TKKA.6.1), 209 kepemilikan rumah sakit, pemberitahuan atas (TKKA.6.1), 210 konflik bisnis dan profesional (TKKA.6.1), 209 pelaporan atas persoalan etika dan undangundang (TKKA.6.2), 210 tata kelola rumah sakit anggaran, modal dan kegiatan (TKKA.1.3), 198-199 alokasi sumber daya untuk mencapai misi rumah sakit (TKKA.1.3), 198-199 dokumen tertulis menggambarkan struktur tata kelola, 198 evaluasi mutu tata kelola (TKKA.1), 198 kebijakan dan prosedur, persetujuan atas (TKKA.1.2), 198 manajer senior atau kepala, penunjukan (TKKA.1.4), 198 manajer senior atau direktur, evaluasi kinerja (TKKA.1.4), 199
317
Indeks
misi rumah sakit (TKKA.1.1), 199 pasien, pelaporan atas (TKKA.1.5), 199-200 peraturan, kebijakan dan prosedur (TKKA.1), 198 program perbaikan mutu dan keselamatan pasien, persetujuan atas (TKKA.1.5), 198 kepemimpinan rumah sakit kebutuhan layanan kesehatan masyarakat, rencana yang ingin dicapai (TKKA.3.1), 201 kesempatan meneruskan edukasi lanjutan (TKKA.3.5), 205 pemberian mandat (kredensial), dan proses pemberian hak istimewa untuk (TKKA.3.3.2), 204 peralatan, rekomendasi terhadap dan pemakaian yang direkomendasikan (TKKA.3.2.1), 202 praktisi mandiri, perawatan dan layanan, jenis yang ditentukan oleh rumah sakit (TKKA.3.2), 202 perawatan dan layanan kontrak, akuntabilitas terhadap (TKKA.3.3), 203 perawatan dan layanan kontrak, perbaikan kualitas dan program keselamatan pasien (TKKA.3.3.1), 6, 203 peralatan, rekomendasi terhadap dan pemakaian yang direkomendasikan (TKKA.3.2.1), 202 praktisi mandiri, manajer senior dan kepala, identifikasi atas (TKKA.3), 201 manajer senior dan direktur, misi rumah sakit dan (TKKA.3), 201 perlengkapan, rekomendasi atas dan pemakaian atas yang direkomendasikan (TKKA.3.2.1), 202 perbaikan kualitas dan keselamatan pasien, edukasi atas (TKKA.3.4), 204 perbaikan kualitas dan proses keselamatan pasien, 204 peran serta dalam (TKKA.3.4), 204 rekrutmen dan retensi staf (TKKA.3.5), 205 praktisi mandiri, pemberian mandat (kredensial), dan proses pemberian hak istimewa untuk (TKKA.3.3.2), 205 kesempatan pengembangan pribadi (TKKA.3.5), 205
kinerja profesional, ukuran dari (TKKA.3.4), 205 misi rumah sakit, definisi dari (TKKA.3), 200 misi rumah sakit, tanggung jawab untuk dilaksanakan (TKKA.3), 201 misi rumah sakit, jenis perawatan dan layanan yang ditawarkan dan (TKKA.3.2), 202 pemberian obat, rekomendasi atas dan pemakaian yang direkomendasikan (TKKA.3.2.1), 202 praktisi mandiri, kredensial dari (TKKA.3.3.2), 204 praktisi mandiri, mutu layanan dari (TKKA.3.3.2), 204 struktur rumah sakit dan proses untuk melaksanakan tanggung jawab (TKKA.4), 209 Status akreditasi biaya akreditasi tiga tahunan dan, 30 ketersediaan informasi tentang, 22-23, 25 perubahan dalam struktur, kepemilikan atau layanan rumah sakit dan, 13, 15, 21 survei terfokus dan, 19-21 Kebijakan tentang Keakuratan dan Kebenaran Informasi dan, 15 pembayaran biaya dan, 17 pemenuhan standar, 32 salah penafsiran terhadap, 26 survei validasi dan, 21 Subkomite Standar Internasional, 3 Sumber daya alokasi sumber daya untuk mencapai misi rumah sakit (TKKA.1.3), 198 kebutuhan dan rekomendasi (TKKA.5.2), 207 kekurangan akan (TKKA.5.2), 207 teknologi dan pendukung lain untuk program perbaikan mutu dan keselamatan pasien (PMKP.1.3), 165-166 pengelolaan selama bencana dan keadaan darurat (MKF.6), 220 untuk pelatihan dan edukasi pasien (PPKP.3), 154-155 untuk program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI.4), 183 Sumber daya penelitian (MKI.21), 269 Surat Keterangan Akreditasi, 4 Survei diperpanjang, 21
Indeks 318
Indeks
Survei terfokus biaya untuk, 16, 17, 19 kebijakan atas, 19 perubahan rumah sakit dan, 26 rentang waku dari, 19 survei terfokus tindak-lanjut, 19, 20 survei terfokus mencari-sebab, 20 tujuan dari, 19 Survei terfokus mencari-sebab, 20 Survei terfokus tindak lanjut, 19, 20 Survei validasi, 16, 21 Survei, akreditasi di lapangan. Lihat juga Laporan Temuan Survei Resmi agenda, 2, 13, 14 aktivitas khas rumah sakit, 2, 12 ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan, identifikasi selama survei, 19, 21-22 hasil, 12 Jadwal waktu proses akreditasi, 13 kejadian sentinel, identifikasi selama proses survei, 28 lama waktu, 16, 21 metodologi traser, 18 pelatihan pelaku survei selama, 19 pembatalan, 14, 16, 17 pemantauan proses survei, 19 penjadwalan, 13, 14, 30 penundaan, 14, 16, 17 permintaan untuk Survei ulang, 30 persyaratan pelaporan antar-survei, 21, 24, 26 perubahan struktur organisasi, kepemilikan, atau layanan rumah sakit dan, 13, 15 proses, 18-24 rapat pimpinan, 19 ruang lingkup, 12 survei perluasan, 21 survei terfokus survei terfokus mencari-sebab, 20 perubahan pada rumah sakit dan, 26 biaya, 16, 17, 19 survei terfokus tindak-lanjut, 19, 20 Indeks 320 lama waktu, 19 kebijakan, 19 tujuan dari, 19 survei validasi, 16, 21 tanggal untuk, 14 tujuan, 12 T
Tagihan untuk layanan (TKKA.6.1), 210 Tanda pengenal (MKF.4), 294 Teknik pelindung (PPI.1.9), 190 Teknik rehabilitasi, edukasi pasien dan keluarga tentang (PPKP.4), 155 Teknik resusitasi kompetensi dalam (KPS.8.1), 239 pelatihan dalam (KPS.8.1), 240 Teknologi dan pendukung lain untuk program perbaikan mutu dan keselamatan pasien (PMKP.1.3), 165 Tenaga listrik sumber alternatif dari (MKF.9.1), 225 ketersediaan akan (MKF.9), 224 Tenaga magang. Lihat Mahasiswa/tenaga magang Terminologi, kode dan singkatan, standarisasi (MKI.13), 262 pengujian klinis. Lihat Layanan Laboratorium U Uji dan Hasil uji. Lihat Layanan laboratorium Uji dan pengujian. Lihat Layanan laboratorium Uji klinis. Lihat penelitian klinis,investigasi klinis, dan uji klinis Undang-undang dan peraturan asesmen pasien, kualifikasi individu pelaksana (AP.1.1; AP.3), 86, 94 hak pasien dan keluarga dan, 64-65 inspeksi fasilitas, undang-undang dan peraturan, sesuai dengan (MKF.1), 216 Kebijakan tentang status Akreditasi Berisiko Ditolak, 23-24 keamanan makanan dan (PP.4.1), 119 kerahasiaan informasi pasien (HPK.1.6), 69 keselamatan dan keamanan dan sesuai dengan (MKF.4.2), 218 keseragaman proses dan pemberian perawatan dan (PP.I), 112 kualifikasi staf dan kompetensi, sesuai dengan (KPS.1), 234 layanan radiologi dan pencitraan diagnostik (AP.6), 102 layanan laboratorium (AP.5), 95-96 layanan memperpanjang denyut kehidupan (HPK.2.3), 71-72 layanan resusitatif (HPK.2.3), 71-72 layanan transportasi (APKP.5), 59-60 manajemen dan penggunaan obat-obatan, sesuai
319
Indeks
dengan (MPO.1), 137 obat-obatan, izin untuk menulis resep atau memesan (MPO.4.2), 143 pencegahan dan pengendalian infeksi, sesuai dengan (PPI.3), 168-183 persediaan kadaluarsa, pengelolaan atas (PPI.7.1.1), 172, 186-187 pertimbangan khas negara tertentu dalam proses akreditasi, 2, 16 proses persetujuan diinformasikan (HPK.6), 74-75 sesuai dengan, tanggung jawab untuk (TKKA.2), 200 sesuai dengan terhadap standar, 3 staf perawatan dan pekerjaan keperawatan klinis (KPS.13), 248 pelaporan atas masalah etika dan undang-undang (TKKA.6.2), 209 pengambilan keputusan oleh orang lain (HPK.6.2), 75-76 V Vaksinasi dan imunisasasi (KPS.8.4), 241 Ventilasi filtrasi HEPA (PPI.8), 189 infeksi lewat udara dan pencegahan (PPI.8), 189 inspeksi, pengujian, dan sistem pemeliharaan (MKF.10), 226-227 pengendalian mekanis dan teknis serta (PPI.7.4), 188 ruang tekanan negatif (PPI.8), 189
W Wilayah di luar perawatan pasien (MKF.7.3), 223 Wilayah kamar mayat dan postmortem (PPI.7.2), 173 Wilayah pengunjung, program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI.5.1), 180 Wilayah perawatan pasien, program pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI.5.1), 185 X Y Z
Indeks 320