You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN

1.

Latar Belakang Habitat air tawar menempati daerah yang relatif pada permukaan

bumi, dibandingkan dengan habitat laut dan daratan, tetapi bagi manusia kepentingannya jauh lebih berarti dibandingkan dengan luas daerahnya. Habitat air tawar menurut odum (1993) dapat dibagi menjadi dua seri, yaitu: 1. Air tergenang atau habitat lentik (danau, kolam rawa dan waduk). 2. Air mengalir atau habitat lotik (sungai, aliran air, mata air). Habitat air tawar (habitat alami) bagi organisme yang ada didalamnya. Organisme dapat diklasifiasikan dengan dasar niche utama pada posisinya dalam rantai energi atau rantai makanan sebagai berikut : Autotroph, phagotroph, dan saprothrop. Kedua, organisme dalam air dapat

diklasifikasikan bentuk kehidupannya atau kebiasaan hidupnya berdasarkan model kehidupannya, yaitu : Benthos, peryphiton, plankton, nekton dan neuston. Permukaan bumi sebagian besar ditutupi oleh badan perairan. Keberadaan perairan ini sangat penting bagi semua mahluk hidup, sebab air merupakan media bagi berbagai jenis organisme yang banyak mengandung unsur-unsur yang diperlukan. Salah satu bentuk perairan tersebut adalah danau, yang merupakan perairan air tawar lentik yang dihuni oleh beragam komunitas aquatik. Danau menurut LIPI (2007) merupakan suatu tipe perairan darat dengan ciri utama tergenang dengan waktu tinggal air yang relatif panjang. Danau kampus bina widya yang terletak ditengah-tengah kampus UR keberadaannya menjadikan danau tersebut sebagai suatu ekosistem. Sebagai suatu ekosistem, danau kampus bina widya mempunyai berbagai komponen abiotik dan biotik yang saliing berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang saling mempengaruhi. Komponen pada ekosistem danau kampus bina widya UR akan terintegrasi satu sama lainnya membentuk

suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas ekosistem dalam danau tersebut. 2. Rumusan Permasalahan Bagaimanakah Struktur Komunitas Plankton, Periphyton, dan Benthos di Danau Kampus Binawidya UR? 3. Tujuan Penulisan Untuk mengetahui Struktur Komunitas Plankton, Periphyton, dan Benthos di Danau Kampus Binawidya UR. 4. Manfaat Penulisan Memberikan pengetahuan kepada penulis tentang Struktur Komunitas Plankton, Periphyton, dan Benthos di Danau Kampus Bina widya UR.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekositem Perairan Danau Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponen-komponen yang saling berinteraksi sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh. Sistem tersebut mempunyai sifat tertentu, tergantung pada jumlah dan jenis komponen penyusunnya. Besar kecilnya ukuran ekosistem tergantung pada pandangan dan batas yang diberikan pada ekosistem tersebut, dan diantarnya adalah danau dapat dianggap sebagai suatu ekosistem. Lingkungan perairan danau terdiri dari komponen abiotik dan biotik yang saling berinteraksi melalui arus energi dan daur hara (nutrien). Bila interaksi keduanya terganggu, maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam ekosistem perairan (Fachrul dalam Robi, 2011). Berbagai komponen abiotik dan biotik yang saling berinteraksi membentuk suatu jalinan fungsional yang saling mempengaruhi komponen pada ekosistem terintegrasi satu sama lainnya membentuk suatu aliran energi yang akan mendukung stabilitas ekosistem tersebut (Suwondo, 2004). Pada ekosistem perairan danau komponen biotik yang berperan adalah tumbuhan hijau sebagai produser, bermacam-macam kelompok hewan sebagai konsumer, dan bakteri serta fungi sebagai dekomposer. Organisme pada perairan sangatlah memerlukan kondisi perairan yang sesuai untuk kelangsungan hidupnya, diantaranya adalah perlindungan lingkungan dan kelestarian fungsi sumberdaya flora dan fauna yang ada diperairan (Odum, 1993). 2.2 Struktur Komunitas Danau Komunitas merupakan kumpulan berbagai populasi dalam suatu wilayah. Dalam tiap tipe habitat, grup spesies tertentu secara bersama membentuk suatu komunitas (Nursal and Fauziah, 2012). Dalam suatu komunitas organisme hidup di alam tidak berdiri sendiri atau hidup sendirisendiri, melainkan menjadi kumpulan individu-individu yang menempati

suatu tempat tertentu, sehingga antar organisme akan terjadi interaksi. Interaksi yang terjadi dapat dengan komponen biotik dan abiotik itu sendiri, dan interaksi yang terjadi sangatlah luas. Dalam interaksi biotik dapat terjadi tipe-tipe intraksi, yaitu : Mutualisme, komensalisme, protokoperasi, kompetisi, amensalisme dan parasitisme. Interaksi abiotik dalam perairan danau dapat berupa faktor yang diperebutan oleh organisme dalam persaingan cahaya, unsur hara, dan oksigen. Organisme penyusun komponen biotik dalam perairan dapat diklasifikasikan bentuk

kehidupannya, yaitu : Benthos, plankton, periphyton, nekon, dan neuston. 2.3 Plankton Istilah plankton pertama kali dikemukakan oleh ahli biologi Jerman, Viktor Husen, pada pertengahan abad ke-19 yang berarti organisme renik yang hidup melayang dalam air yang kemampuan renangnya sangat lemah sehingga pergerakannya sangat dipengaruhi oleh pergerakan air (Djamil dalam Robi, 2011). Menurut Nontji (1993), plankton bisa ditemukan di seluruh masa air mulai dari permukaan perairan sampai pada kedalaman dengan intensitas cahaya yang masih memungkinkan terjadinya fotositesis. Plankton terdiri dari zooplankton dan fitoplankton (Nybakken dalam Robi, 2010). Fitoplankton merupakan organisme tumbuhan mikroskopis yang hidup melayang, mengapung didalam air dan memiliki kemampuan gerak yang terbatas sehingga pergerakannya dipengaruhi oleh pergerakan air atau arus serta memiliki klorofil yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air yang digunakan sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di perairan (Aunurohim dalam Robi, 2010). Fitoplankton sebagian besar terdiri dari algae (gangang) bersel tunggal yang berukuran renik (Khairuman dalam Ahmadi, 2008). Zooplankton atau hewan air lainya memakan fitoplankton sehingga dalam rantai makanan fitoplankton merupakan makanan pokok yang tersedia secara alamai. Pada kondisi daerah yang tidak menguntungkan maka jumlah plankton akan sedikit, sehingga akan berpengaruh pada organisme pemakan plankton (Mulyadi dalam Robi, 2011).

2.4 Periphyton Perifitan adalah komunitas yang hidup di atas atau sekitar substrat yang tenggelam. Substrat tersebut dapat berupa batu-batuan, kayu, tumbuhan air dan kadangkala hewan air (Odum, 1993). Menurut Apha dalam Robi (2011), penggunaan perifiton di alam untuk menduga kualitas air biasanya sangat dipengaruhi oleh keragaman substrat alami pada setiap stasiun pengambilan contoh yang diinginkan. 2.5 Benthos Odum (1993) mengatakan bahwa benthos merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup didasar endapan. Binatang benthos dapat dibagi berdasarkan cara makanannya menjadi pemakan penyaring dan pemakan deposit. Menurut Ramli dalam Afriza (2011) bentos adalah organisme-organisme yang hidup pada dasar perairan. Organisme ini memiliki peranan yang cukup penting dalam daur ulang bahan-bahan organik, juga merupakan sumber bahan makanan yang alami bagi ikan.

2.6 Faktor Fisika-Kimia Perairan

Suhu Suhu air dapat mempengaruhi sifat fisika kimia perairan maupun biologi, antara lain kenaikan suhu dapat menurunkan kandungan oksigen serta menaikkan daya toksik yang ada dalam suatu perairan. Suhu air mempengaruhi kandungan oksigen terlarut dalam air. semakin tinggi suhu maka semakin kurang kandungan oksigen terlarut. Suhu air mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk hidup dan suhu juga mempengaruhi pertumbuhan plankton. Suhu permukaan air yang optimal bagi organisme perairan yaitu 25-32oC (Anonimus1, 2012). Suhu air sangat bergantung pada tempat dimana air tersebut berada. Kenaikan suhu air di badan air sungai akan menimbulkan akibat sebagai berikut: Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun, kecepatan reaksi

kimia meningkat, kehidupan plankton dan organisme air lainnya terganggu. Suhu dapat mempengaruhi fotosintesis, yang berperan untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis. Tinggi suhu dapat menaikkan laju maksimum fotosintesis, oleh karena itu suhu dapat mempengaruhi distribusi fitoplankton.

Derajat Keasaman (pH) Nilai pH dapat dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik atau

buruknya suatu perairan (Odum, 1994), pH merupakan suatu ukuran dari konsentrasi ion hidrogen dan menunjukkan suasana air tersebut apakah bereaksi asam atau basa ataupun netral. pH juga merupakan parameter yang penting karena organisme perairan peka terhadap pH . nilai pH yang mendukung kehidupan organism perairan secara normal berkisar antara 5,09,0 (Effendi, 2000). Menurut Wardoyo dalam Robi (2011) pH perairan yang cukup baik untuk kehidupan plankton berkisar antara 4-11. Banyaknya ion-ion yang terlarut dalam suatu periran sangat menentukan nilai pH air. Menurut Boyd (1999) bahwa derajat keasaman suatu perairan erat hubunganya dengan kandungan O2 perairan yang memiliki pH rendah. Pada perairan yang memiliki pH rendah maka kadar kandungan O2 pada perairan tersebut juga akan rendah. Kandungan Oksigen (O2) Asdak dalam Robi (2011) menjelaskan bahwa kandungan gas oksigen terurai dalam air mempunyai peranan penting dalam menentukan kelangsungan hidup organisme akuatik. Menurut (Anonimus2, 2012) oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan organisme yang hidup didalam air, oksigen terlarut berasal dari difusi udara dan fotosintesis fitoplankton ataupun tumbuhan lain. Penyebab utama

berkurangnya oksigen terlarut di dalam air adalah adanya bahan-bahan buangan organik yang banyak mengkonsumsi oksigen sewaktu penguraian berlangsung.

Kandungan CO2 Menurut Odum (1993) kandungan karbondioksida dalam air dapat berasal dari respirasi, dekomposisi bahan organik, garam-garam bikarbonat, serta dari atmosfer. Tingginya kadar karbondioksida dalam air akan membahayakan kehidupan organism akuatik. Meisyafni dalam Robi (2011) menambahkan kandungan karbondioksida bebas yang terdapat didalam air apabila lebih dari 12 mg/l dapat menyebabkan terjadinya tekanan fisiologis bagi organisme akuatik.

Kecerahan Perairan Cahaya matahari merupakan sumber energi yang utama bagi organisme perairan karena ikut menentukan produktivitas plankton.

Intensitas cahaya matahari merupakan faktor abiotik utama yang sangat menentukan laju produktivitas plankton, sebagai sumber energi dalam proses fotosintesis fitoplankton. Kekeruhan sangat mempengaruhi

perkembangan plankton, apabila kekeruhan tinggi maka cahaya matahari tidak dapat menembus perairan dan menyebabkan fitoplankton tidak dapat melakukan proses fotosintesis (Anonimus2, 2012).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Laporan penulisan ini dilakukan pada Bulan April 2012 di perairan danau kampus bina widya UR, Pekanbaru dan objek yang ditemukan diidentifikasi di laboratorium pendidikan biologi Universitas Riau. 3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, dengan penentuan stasiun pengamatan dilakukan dengan purposive sampling. Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh langsung dari lapangan dan sampel plankto, periphyton dan benthos dianalisis di laboratorium pendidikan biologi FKIP UR. 3.2.1 Pengumpulan Data Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum pengambilan sampel plankton adalah ember plastik dengan volume 5 liter, planktonet no.25 yang digunakan untuk menyaring plankton, botol film untuk tempat sampel plankton. Mikroskop, glass object, tissu dan pipet tetes untuk identifikasi plankton. Alat yang digunakan untuk pengambilan sampel benthos adalah cakram ekman grabb,saringan tingkat, dan kantong plastik untuk letak sampel benthos. Thermometer digunakan untuk pengukuran suhu, DO meter untuk menentukan oksigen terlarut, keping secchi untuk mengukur kecerahan, pH meter untuk mengukur pH perairan. Adapun bahan yang digunakan yaitu larutan formalin 4 %, dan larutan fenolftaelin. Fisik Pengukuran suhu air digunakan dengan menggunakan

thermometer secara langsung pada bagian permukaan perairan. Pengukuran derajat keasaman (pH) air, dilakukan dengan kertas indikator universal secara langsung dari permukaan perairan. Pengukuran derajat kecerahan air dengan menggunakan keping

secchi, batas yang dipakai adalah daerah yang menunjukkan kedalaman dalam keadaan reman-remang.

Kimia Penentuan kadar O2 terlarut. Kadar atau kandungan O2 terlarut dapat diukur secara langsug dan relatif cepat dengan alat khusus yaitu DO-meter (Disolved Oxygen-meter). Penentuan kadar CO2 bebas terlarut dengan menggunakan metode nitrasi .

Biologi Parameter biologi yang diambil adalah plankton, benthos dan peryphiton. Plankton diambil dengan menggunakan ember plastik dengan volume 5 liter kemudian disaring dengan plankton net no.25, setelah itu letakkan pada botol film untuk tempat sampel plakton dan diberi larutan 4 % guna mengawetkan plankton agar tidak rusak. Kemudian dianalisis di laboratorium pendidikan biologi FKIP UR dibawah mikroskop. Benthos diambil dengan menggunakan cakram ekmann grabb, hasil tangkapan dari cakram ekmann di letakkan pada bungkus plastik kaca dan diberi formulin 4 %. Untuk menganalisis benthos digunakan saringan bertingkat guna mendapatkan hasilnya. Peryphiton didapatkan dari hasil kerukan kayu, karena peryphiton melekat pada substrat. Dikeruk, dan dimasukkan dalam plastik kaca yang berisi formulin 4 % guna mengawetkan dan sampel tidk rusak.

3.2.2 Parameter Parameter utama yang diukur yaitu : Keanekaragaman jenis Kelimpahan organisme Kekayaan jenis Kemerataan Dominansi

Sedangkan parameter pendukung adalah faktor fisika - kimia perairan diatarnya yaitu:

10

Suhu diukur dengan menggunakan thermometer, dengan memasukkan thermometer kedalam sungai. Kecerahan diukur dengan menggunakan keping Secchi pH diukur dengan menggunakan pH meter Kadar atau kandungan O2 terlarut dapat diukur secara langsung dengan alat khusus yaitu DO-meter (Dissolved Oxygen-meter), yaitu dengan cara mencelupkan DO-meter kedalam air beberapa saat kemudian dilihat angka yang ditunjuk oleh DO-meter tersebut.

Karbondioksida bebas (CO2) diukur melalui metode titrasi Winkler.

3.3 Analisi Data Keanekaragaman jenis Untuk melihat keanekaragaman jenis plankton digunakan indeks keanekaragaman SHANNON WINNER (H) (Odum,1993) dengan rumus sebagai berikut :

H' = -

pi Ln
i 1

pi

Dimana : H' = Indeks keanekaragaman jenis Pi = ni/N

ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Total individu Bila nilai H < 1 berarti keanekaragaman rendah Bila nilai H 1-3 berarti keanekaragaman sedang Bila nilai H > 3 berarti keanekaragaman tinggi. Kelimpahan Oganisme Kelimpahan plankton dapat dihitung berdasarkan rumus Sachlan dalam Robi (2010) dengan rumus sebagai berikut: F =

T Vo 1 1 N L Vi P W

Dimana, T

= Luas cover glass (484 mm2)

L = Luas lapang pandang mikroskop (2,4 mm2)

11

Vo = Volume air yang tersaring dalam bucket (25 ml) Vi = Volume 1 tetes air sampel (0,05 ml) W = Volume air yang disaring (10 liter) N = Jumlah plankton di seluruh lapang padang P = Jumlah lapang pandang yang diamati (10 kali).

Kekayaan Jenis Kekayaan jenis dapat dihitung dengan formula R= R= Kekayaan S= Jumlah spesies N= Jumlah Individu dimana : Ln (N)

Kemerataan Kemerataan dapat dihitung dengan formula, E= H dimana : H maks E = Kemerataan H= Indeks Keanekaragaman Hmaks = Ln S (jumlah spesies)

Dominansi Untuk melihat ada tidaknya jenis yang mendominasi pada suatu

ekosistem dapat dilihat dari nilai indeks dominansi Simpson (Odum,1993) dengan rumus sebagai berikut : C=

( Pi )
i 1

Dimana: C = Indeks Dominansi ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Total individu Nilai C (Indeks dominansi) jenis ini berkisar antara 0-1, jika nilai C mendekati nol berarti tidak ada jenis yang mendominansi, dan apabila nilai C mendekati 1 berarti terdapat jenis yang mendominansi perairan tersebut.

12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 4.1.1. Faktor Parameter Biologi Plankton Hasil parameter biologi plankton pada perairan danau kampus binawidya UR dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Parameter Biologi Plankton Karakteristik Komunitas Keanekaragaman (H) Kemerataan (E) Kekayaan Jenis (R) Dominasi (D) 1 2.30 0.90 3.17 0.12 STASIUN 2 2.00 0.78 2.35 0.18 3 2.22 0.82 2.74 0.15

4.1.2. Faktor Parameter Biologi Periphyton Hasil parameter biologi periphyton pada perairan danau kampus binawidya UR dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Parameter Biologi Periphyton Karakteristik Komunitas Keanekaragaman (H) Kemerataan (E) Kekayaan Jenis (R) Dominasi (D) 2.30 0.90 3.17 0.12 STASIUN 1 2 2.00 0.78 2.35 0.18 2.22 0.82 2.74 0.15

4.1.3. Faktor Parameter Biologi Benthos Hasil parameter biologi bentos pada perairan danau kampus binawidya UR dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Parameter Biologi Benthos Karakteristik Komunitas 1 Stasiun 2 3

13

Keanekaragaman (H) Kemerataan (E) Kekayaan Jenis (R) Dominasi (D)

1.32 0.95 1.44 0.28

0.64 0.92 0.91 0.56

0 0 0 1

4.1.4. Parameter Fisika Kimia Perairan Parametra fisika kimia perairan sangat menentukan bagi organisme perairan, meliputi faktor fisika kimia perairan. Faktor ini baik secara langsung maupun tidak langsung sangat mendukung kehidupan organisme yang ada diperairan tersebut. Hasil pengukuran faktor fisika kimia tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Parameter Fisika Kimia Perairan FAKTOR PENGUKUR 1 1. Fisik Suhu Air (0C) Suhu Udara (0C) Kecerahan (cm) 2. Kimia pH O2 (mg/L) CO2 (mg/L) 4.2 Pembahasan Pada Tabel 1 parameter biologi plankton, untuk indeks 28 25 38 3 STASIUN 2 30 28 57

3 30,5 72

6 5.72 9,5

6 4.47 11,5

5.93 15

keanekaragaman jenis pada ke tiga stasiun berkisar 2,00-2,30. Berdasarkan nilai indeks kanekaragaman plankton stasiun I merupakan stasiun yang memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi yaitu H= 2,30 bila dibandingklan dengan stasiun lain. Keanekaragaman terndah terdapat pada stasiun II yaitu H= 2,00. Berdasarkan kriteria keanekaragaman maka perairan di stasiun ini tingkat keanekaragaman sedang. Menurut Shannon Winner dalam Odum (1993), jika indeks keanekaragamannya 1 sampai 2 maka keanekaragaman sedang. Secara keseluruhan dilihat dari nilai indeks keanekargamam fitoplankton perairan danau kampus binawidya UR keanekaragaman tergolong sedang. Hal ini didukung dengan kondisi

14

perairan yang sangat bagus, yang mampu menopang kehidupan plankton dalam perairan. Bila dilihat pada nilai pH danau pada Tabel 4, kadar pH yang diperoleh saat praktikum bernilai 6. Kadar pH merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme perairan. Mashar dalam Robi (2010) perairan yang cukup baik untuk kehidupan plankton, kadar pH berkisar antara 4-11. Berdasarkan kriteria air kelas II pada PP No. 82 tahun 2001 untuk mutu air yang bagus berada pada kisaran 6 9. selanjutnya kadar O2 terlarut 4,47-5,93 mg/l juga masih mendukung kehidupan plankton. Proses aktivitas fotosintesis yang dilakukan plankton memungkinkan kadar oksigen tinggi (LIPI, 2007). Tingkat kecerahan (transparency) + 72 cm, Devis dalam Ahmadi (2008) menyatakan bahwa apabila cahaya matahari yang masuk keperairan cukup tinggi, maka plankton yang ada didalamnya akan dapat melakukan fotosintesis, dan kadar CO2 terendah dari stasiun yang lain yaitu 9,5 mg/l. Sesuai kriteria air kelas II yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada PP.No. 82 tahun 2001 kadar O2 dalam suatu perairan yaitu minimal 4 mg/l. Berdasarkan Tabel 1 juga, dapat dilihat bahwa indeks dominansi fitoplankton 0,12 - 0,18. Nilai indeks dominansi plankton pada seluruh stasiun pengamatan nilainya mendekati nol, sehingga tidak ada jenis yang mendominasi. Indeks dominansi juga berkaitan dengan indeks

keanekaragaman jenis. Jika indeks keanekaragaman tinggi maka indeks dominansi rendah dan juga sebaliknya, karena jika tidak ada jenis yang mendominansi maka tidak terjadi persaingan dalam memperoleh nutrisi pada stasiun tersebut. Untuk indeks kemerataan E plankton berkisar pada nilai 0,78-0,90. Sedangkan nilai kekayaan jenis R berkisar pada nilai 2,353,17. Nilai kekayaan jenis paling tinggi didapat pada stasiun I 3,17, dan nilai kekayaan jenis paling rendah terdapat pada stasiun II. Tabel II parameter biologi periphyton, indeks keanekaragaman jenis pada ke tiga stasiun berkisar 1,72-2,33. Berdasarkan nilai indeks kanekaragaman periphyton stasiun III merupakan stasiun yang memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi yaitu H= 2,33 bila dibandingklan dengan stasiun lain. Hal ini diduga karena banyaknya jumlah jenis yang

15

terdapat pada stasiun ini bila dibandingkan dengan stasiun lain Keanekaragaman terndah terdapat pada stasiun II yaitu H= 1,72. Berdasarkan Tabel II juga, dapat dilihat bahwa indeks dominansi periphyton 0,12 - 0,18. Nilai indeks dominansi periphyton pada seluruh stasiun pengamatan nilainya mendekati nol, sehingga tidak ada jenis yang mendominasi. Untuk indeks kemerataan E periphyton berkisar pada nilai 0,78-0,87. Sedangkan nilai kekayaan jenis R berkisar pada nilai 2,01-8,78. Nilai kekayaan jenis paling tinggi didapat pada stasiun II 8,78, hal ini diduga karena banyaknya jumlah total individu yang terdapat pada stasiun III daripada stasiun lainnya, dan nilai kekayaan jenis paling rendah terdapat pada stasiun I. Tabel III parameter biologi benthos, indeks keanekaragaman jenis pada ke tiga stasiun berkisar 0-1,32. Berdasarkan nilai indeks

kanekaragaman benthos stasiun I merupakan stasiun yang memiliki nilai indeks keanekaragaman tertinggi yaitu H= 1,32 bila dibandingklan dengan stasiun lain. Untuk indeks kemerataan E periphyton berkisar pada nilai 0,0,95. Sedangkan nilai kekayaan jenis R berkisar pada nilai 0-1,44. Nilai ideks dominansi benthos 0,28-1.P ada seluruh stasiun pengamatan, stasiun III memiliki nilai 1. Secara keseluruhan, mulai dari plankton, periphyton dan benthos kehidupannya sangat didukung oleh kondisi fisik-kimia perairan. Penetrasi cahaya mampu sampai ke dasar perairan danau kampus binawidya, dan cahaya memberikan energi/sumber utama dalam ekosistem perairan (Odum, 1993). Derajat keasaman pH perairan danau kampus binawidya menunjukan nilai 6. Berdasarkan kriteria air kelas II pada PP No. 82 tahun 2001 untuk mutu air yang bagus berada pada kisaran pH 6 9. Nilai pH dapat dijadikan petunjuk untuk menyatakan baik atau buruknya suatu perairan (Odum, 1993). Menurut Boyd dalam Robi (2011) bahwa derajat keasaman suatu perairan erat hubunganya dengan kandungan O2 perairan yang memiliki pH rendah. Pada perairan yang memiliki pH rendah maka kadar kandungan O2 pada perairan tersebut juga akan rendah. Kandungan O2 terlarut pada perairan danau menunjukkan nilai 5,93. Menunjukkan bahwa kandungan O2

16

pada perairan danau sangat baik. Asdak dalam Robi (2011) menjelaskan bahwa kandungan gas oksigen terurai dalam air mempunyai peranan penting dalam menentukan kelangsungan hidup organisme akuatik. Kandungan O2 terlarut tinggi diakibatkan karena tidak banyaknya kandungan bahan-bahan buangan organik di danau yang banyak mengkonsumsi oksigen sewaktu penguraian berlangsung. Suhu pada perairan danau berkisar pada 28-30,5 (Anonimus1, 2012).
o

C. Suhu permukaan air yang optimal bagi organisme perairan yaitu 25-32oC

17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil praktikum maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Untuk indeks keanekaragaman jenis plakton pada ke tiga stasiun berkisar 2,00-2,30. Berdasarkan kriteria keanekaragaman maka perairan di stasiun ini tingkat keanekaragaman sedang. indeks dominansi fitoplankton 0,12 - 0,18. Untuk indeks kemerataan E plankton berkisar pada nilai 0,78-0,90. Sedangkan nilai kekayaan jenis R berkisar pada nilai 2,35-3,17. Indeks keanekaragaman jenis periphyton pada ke tiga stasiun berkisar 1,72-2,33. Indeks dominansi periphyton 0,12 - 0,18. Untuk indeks kemerataan E periphyton berkisar pada nilai 0,780,87. Sedangkan nilai kekayaan jenis R berkisar pada nilai 2,018,78. Indeks keanekaragaman jenis benthos pada ke tiga stasiun berkisar 0-1,32. Untuk indeks kemerataan E periphyton berkisar pada nilai 0,-0,95. Sedangkan nilai kekayaan jenis R berkisar pada nilai 0-1,44. Nilai ideks dominansi benthos 0,28-1. 5.2 Saran Dalam memperoleh data benthos, perlu menggunakan alat saringan bertingkat yang mempunyai mata saringan kecil, sehingga dimungkinkan mendapat objek yang akan diharapkan. Pengamatan plankton dengan menggunakan mikroskop mesti sabar dan teliti, dan juga dibutuhkan buku identifikasi plankton agar mudah mendapatkan nama plankton dari objek yang akan diamati.

18

DAFTAR PUSTAKA Afriza, A. 2011. Kualitas Perairan Sungai Bangko di Kecamatan Bangko Pusako Kabupaten Rokan Hilir Berdasarkan Bioindikator Zoobenthos. Skripsi FKIP. Universitas Riau. Pekanbaru Ahmadi. 2008. Kualitas Perairan Anak Sungai Cikatuk Di Kabupaten Kampar Berdasarkan Bioindikator Plankton. Skripsi FKIP. Universitas Riau. Pekanbaru. Akrimi, dan Subroto. G. 2002. Teknik Pengamatan Kualitas Air dan Plankton di Reservat Danau Urang-Urang Jambi. Blutin Teknik Pertanian 5 (2) : 54-57. Anonimus1. 2012. Soal Pencemaran Sungai suir http://groups.yahoo.com/group/lingkungan/message/31769 Anonimus2. 2012. Ekosistem perairan http://www.scribd.com/doc/9739611/EKOSISTEM-PERAIRAN Effendi, H, 2000. Telaah kualitas air bagi pengolahan sumber daya dan ;lingkungan perairan. Institute Pertanian Bogar Press. Bogor 259 hal. Edmonson, E.T. 1996. Fresh Water Biology. University Of Washington seatle. LIPI. 2007. Danau Lindu Keteduhan yang Merindu. LIPI PRESS. Jakarta Nontji, A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djambatan, Jakarta. 367 hal Nursal dan Fauziah.2012. Ekologi tumbuhan. Universitas Riau. Pekanbaru Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Tjahyo Samingan dan Srigandano. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Presiden Repoblik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Repoblik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, Tentang Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Skretaris Negara Repoblik Indonesia. Suwondo. Febrita, E. Desy dan Alfusari, M. 2004. Kualitas biologi perairan sungai senapelan, sago dan sail Di kota pekanbaru Berdasarkan bioindikator plankton dan bentos. Jurnal Biogenesis. Universitas Riau Pekanbaru.

19

Lamnpiran I. Gambar lokasi praktikum

Danau kampus binawidya UR Lampiran 2 Pengambilan sampel

Pengambilan sampel Benthos

20

Pengambilan sampel plankton

Pengambilan sampel periphyton

21

Lampiran 3. Jenis dan jumlah benthos yang ditemukan pada tiap-tiap stasiun No 1 2 3 4 5 Spesies Cacingputih Cyronomussp Spesies A Spesies B Spesies C Total Stasiun 2 0 2 0 0 1 3

1 2 2 1 3 0 8

3 0 1 0 0 0 1

22

Lampiran 4. Jenis dan jumlah plankton yang ditemukan pada tiap-tiap stasiun No Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 Anabaena sp Asterionellasp Bosminasp Closteriumsp Copepodasp Diaphanosomasp Gloetrichiasp Microcytissp Naviculasp Nitzchiasp Pectinatussp Pleuronssp Richteriellasp Spasies A Spesies B Spesies C Spesies D Spesies E Spesies F Spesies G Spesies H Spesies I Spesies J Spyrogyrasp Stratostoumsp Zygnemasp Total 1 1 2 0 7 1 2 0 0 9 4 0 0 1 3 0 6 0 0 1 0 0 0 0 0 5 2 44 Stasiun 2 0 7 0 28 0 0 0 0 11 52 0 0 1 9 0 15 0 0 3 0 2 1 3 0 30 3 165 3 3 16 1 8 0 0 0 1 8 28 0 0 4 17 0 3 0 0 6 0 8 0 0 3 50 11 167

23

Lampiran 5. Jumlah dan jenis peryphiton pada masing-masing stasiun NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 SPESIES Anabaena sp Asterionellasp Closteriumsp Gloeotrichiasp Microcystissp Naviculasp Nitzchiasp Pectinatussp Pleuronssp Spesies A Spesies B Spesies C Spesies D Spesies E Spyrogyrasp Stratostoumsp Zygnemasp Total STASIUN 2 0 4 1 0 0 2 33 7 0 11 0 26 1 0 0 13 0 98

1 9 0 12 1 13 0 1 0 0 7 1 0 0 0 6 0 3 53

3 1 3 1 0 3 0 4 0 1 12 2 5 0 1 10 9 3 55

24

Lampiran 6. Gambar organisme plankton, periphyton dan bentos yang ada pada perairan danau kampus binawidya UR.

Plankton

Periphyton

Benthos

You might also like