You are on page 1of 16

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pembelajaran Microteching

Oleh HESTI KURNIASIH P17424411022

PROGRAM STUDI D4 BIDAN PENDIDIK POLTEKKES KEMENKES SEMARANG 2012

HALAMAN PENGESAHAN
Satuan Acara Perkuliahan mata kuliah Kesehatan Reproduksi 1 dengan Pokok Bahasan Indikator Status Kesehatan Wanita dengan Pendidikan dan Penghasilan telah disahkan pada : Hari Tanggal : Jumat : 11 Mei 2012

Semarang, 11 Mei 2012 Mengetahui,


Koordinator Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi

Tri Wiji Lestari, M.Kes NIP. 19680727 198903 2 001

Menyetujui,

Pembimbing 1

Pembimbing 2

Drs. Kunaryo M.Pd. NIDN. 0008074303

Drs. Ngadiyono S.Kep.Ns, M.Hkes. NIP. 19621021 198303 1 002

HALAMAN PERSETUJUAN
Satuan Acara Perkuliahan mata kuliah Kesehatan Reproduksi dengan Pokok Bahasan Indikator Status Kesehatan Wanita dengan Pendidikan dan Penghasilan telah disetujui dan layak untuk disajikan dalam pembelajaran Macroteaching pada : Hari Tanggal : Kamis : 10 Mei 2012

Semarang,10 Mei 2012 Mengetahui,


Koordinator Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi

Tri Wiji Lestari, M.Kes NIP. 19680727 198903 2 001

Menyetujui, Pembimbing 1 Pembimbing 2

Drs. Kunaryo M.Pd. NIDN. 0008074303

Drs. Ngadiyono S.Kep.Ns, M.Hkes. NIP. 19621021 198303 1 002

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

1. Mata Kuliah 2. Kode Mata Kuliiah 3. Jumlah SKS 4. Semester 5. Waktu Pertemuan 6. Pertemuan ke 7. Kompetensi

: Kesehatan Reproduksi : Bd. 307 : 3 SKS (T:2, P:1) :2 : 1 x 20 menit : 16 : Menguasai Indikator Status Kesehatan Wanita

A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Tujuan Instruksional Umum: Mahasiswa diharapkan mampu memahami tentang Indikator Status Kesehatan Wanita 2. Tujuan Instruksional Khusus: Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa dapat : a. Menjelaskan Indikator status kesehatan wanita dengan benar

b. c. a. b. c. d.

Menjelaskan Indikator pendidikan dengan tepat Menjelaskan Indikator penghasilan dengan baik Praktikan terampil membuka dan menutup perkuliahan. Praktikan terampil menjelaskan materi perkuliahan. Praktikan terampil memilih media pembelajaran. Praktikan terampil memberikan penguatan

3. Tujuan Pembelajaran Mikro

B. SUBPOKOK BAHASAN 1. 2. Indikator pendidikan Indikator penghasilan

C. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Langkah/ waktu Pendahul uan ( 5 menit) Kegiatan dosen Kegiatan mahasiswa 1. Menjawab salam 2. Memperhatikan 3. Menjawab Media Lembar kerja Tanya jawab Metode Ceramah Ceramah

1. Memberikan salam
pembuka. 2. Mengondisikan mahasiswa untuk siap belajar. 3. Menyampaikan apersepsi dengan cara memberikan lembar kerja kepada mahasiswa tentang materi yang akan dipelajari. 4. Menyampaikan tujuan umum dan khusus pembelajaran yang akan dicapai mahasiswa dan menyampaikan manfaat mempelajari materi ini. 5. Menjelaskan garis besar materi yang akan disampaikan

4. Memperhatikan

Spidol, White board i. Ceramah

5. Memperhatikan mencatat

dan

Spidol, White board Ceramah

Kegiatan inti ( 15 menit)

1. Menjelaskan Indikator
status kesehatan wanita berdasarkan pendidikan.

a.

Memperhatikan

Laptop dan LCD

Ceramah

2. Menjelaskan Indikator
status kesehatan wanita berdasarkan penghasilan 3. Memberikan kesempatan bertanya pada mahasiswa tentang materi yang belum jelas sekaligus menjawab pertanyaan 1. Mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan dengan memberikan pertanyaanpertanyaan

b.

Memperhatikan

dan Laptop dan LCD dan Laptop, LCD

Ceramah

mencatat c. Bertanya

Ceramah

memperhatikan

Kegiatan akhir ( 10 menit)

1. Menjawab pertanyaan

LCD, Laptop

Tanya jawab

2. Menyimpulkan materi yang


telah disampaikan dengan cara : a. Sumbang saran

LCD, Laptop

Ceramah

a. Memberikan kesempatan
pada mahasiswa untuk menyimpulkan.

Tanya jawab. b. Memperhatikan Ceramah 3. Memperhatikan Ceramah

b. Memberikan penguatan
atas kesimpulan yang disampaikan mahasiswa.

3. Memberikan penugasan
pada mahasiswa untuk membaca materi perkuliahan pada pertemuan berikutnya.

4. Memberikan salam
penutup.

4. Menjawab salam Ceramah

D. EVALUASI 1. Prosedur tes :

a. b. c. 2. 3. 4. Jenis tes Alat tes

Pre Test Post Test : Obyektif : Buatan dosen

: ada pada kegiatan awal (lembar kerja) : ada dalam kegiatan akhir (tes formatif)

Embeded Test : ada dalam proses pembelajaran

Bentuk tes : Tes Tulis

E. REFERENSI: Widyastuti Yani, dkk, 2010, Kesehatan Reproduksi, Fitramaya, Yogyakarta www.paudni.kemdiknas.go.id/dikmas/ www.bps.go.id Semarang, Mei 2012 Mengetahui,
Koordinator Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi

Tri Wiji Lestari, M.Kes NIP. 19680727 198903 2 001 Menyetujui,

Pembimbing 1

Pembimbing 2

Drs. Kunaryo M.Pd. NIDN. 0008074303

Drs. Ngadiyono S.Kep.Ns, M.Hkes. NIP. 19621021 198303 1 002

Lampiran 1 URAIAN MATERI

A. Status Kesehatan Wanita di Indonesia Rendahnya kualitas sumber daya manusia bisa diukur diantaranya dari Human Development Index (HDI). United Nations Development Programme (UNDP) menempatkan Indonesia pada peringkat 111 dari 175 negara (UNDP, 2004). Penetapan peringkat HDI berdasarkan pada tiga indicator : 1. Indeks pendidikan, diukur melalui angka melek huruf dan rata-rata lama pendidikan penduduk. 2. Indeks kesehatan, diukur melalui rata-rata usia harapan hidup. 3. Indeks perekonomian, diukur melalui pengeluaran perkapita. Dibandinkan sejumlah Negara tetangga, HDI Indonesia tergolong rendah. Filipina misalnya HDI-nya berada pada peringkat 83, Thailand peringkat 76 dan Malaysia peringkat 59 (UNDP, 2004). Rendahnya kualitas hidup perempuan akan mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia Indonesia secara keseluruhan utamanya di bidangbidang strategic seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang pada

akhirnya akan berdampak secara negatif terhadapi proses pembangunan bangsa yang sedang berjalan. Tidak itu saja, dengan kualitas yang rendah, maka perempuan akan menjadi beban pembangunan dan merupakan potensi yang tersia-sia. Oleh karena itu, perlunya upaya "peningkatan kualitas hidup perempuan" (PKHP) agar menjadi aset nasional pembangunan yang potensial, dan yang mampu memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap proses pembangunan yang berkesetaraan dan berkeadilan. Rendahnya kualitas hidup sebagian besar perempuan Indonesia antara lain disebabkan oleh masih terbatasnya wawasan dan rendahnya keterampilan sebagian perempuan dalam berbagai bidang strategis, serta masih terbatasnya kesempatan, peluang dan akses bagi perempuan untuk berperan serta dalam berbagai bidang pembangunan. Rendahnya kualitas hidup perempuan juga bisa disebabkan antara lain, karena iklim atau lingkungan social budaya yang belum kondusif terhadap kemajuan perempuan, dan belum dipahaminya konsep gender di dalam kehidupan bermasyarakat dan berkeluarga. B. Pendidikan Jumlah penduduk buta huruf sampai pertengahan tahun 2010 di Jawa Tengah adalah 17,85% dengan perbandingan 12,13% pada perempuan dan 5,72% pada laki-laki. Tingginya angka buta huruf menunjukkan bahwa akses perempuan terhadap pendidikan lebih rendah daripada laki,laki. Alasan utama perempuan harus berpendidikan : 1. Perempuan sebagai pendidik utama keluarga 2. Dengan pendidikan akan bertambah pengetahuan yang akan melandasi setiap keputusan-keputusan dalam menghadapi masalah kehidupan 3. Perempuan akan lebih dihargai bila berilmu 4. Wajah kemiskinan identik dengan perempuan, dengan pendidikan dan ketrampilan dapat merubah hidupnya. 5. Memanfaatkan potensi yang ada dalam dirinya. Tetapi untuk mewujdkan itu semua ada beberapa hambatan, antara lain :

Nilai-nilai sosial budaya patriakhi subordinatif Steriotipe masyarakat tentang peran dan kedudukan perempuan Konsep diri perempuan yang negative Intepretasi nilai-nilai agama P subordinatif Menurut data dari survey yang dilakukan yaitu : 1. Angka melek huruf Secara nasional sudah mencapai 87,9%, pada laki-laki sebesar 92,3% dan pada perempuan sebesar 83,5%. 2. Rata-rata lama sekolah Tahun efektif bersekolah pada usia lebih 15 tahun sebesar 7,09%, dimana pada laki-laki 7,62% dan perempuan 6,57%. Angka ini menunjukkan bahwa secara rata-rata pendidikan penduduk mencapai jenjang pendidikan kelas 1 SLTP. 3. Jenjang pendidikan yang telah ditamatkan Pada tahun 2003 penduduk usia lebih dari 10 tahun yang berpendidikan SLTP hanya 36,21% pada laki-laki sebesar 39,87% dan perempuan 32,57%. Kondisi ini menunjukkan taraf pendidikan perempuan belum setara dengan laki-laki hal ini dikarenakan terbentuk konstruksi yang terbentuk dari masyarakat. Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita, karena tingkat pendidikan yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup, membuat keputusan yang menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri. Seorang wanita yang lulus dari perguruan tinggi akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu berperilaku hidup sehat bila dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan lebih rendah. Semakin tinggi pendidikan seorag wanita maka ia sendiri mampu mandiri dengan sesuatu yang menyangkut diri mereka sendiri. Semakin tinggi pendidikan wanita akan

mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan diri dengan masalah baru. Pendidikan berpengaruh kepada sikap wanita terhadap kesehatan. Rendahnya pendidikan membuat wanita kurang perduli terhadap kesehatan. Mereka tidak mengenal bahaya atau ancaman kesehatan yang mungkin terjadi terhadap diri mereka. Sehingga walaupun sarana yang baik tersedia mereka kurang dapat memanfatkan secara optimal karena rendahnya pengetahuan yang mereka miliki. Faktor sosio ekonomi clan pendidikan yg rendah satu sama lain sangat erat hubungannya. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikannnya. Dengan demikian, program pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosialekonomi suatu bangsa. Menurut Indonesia Human Development Report 2004, Indonesia telah berhasil meningkatkan ratarata lama sekolah dari 6,7 tahun pada tahun 1999 menjadi 7,1 tahun pada tahun 2002. Bahkan menurut Susenas 2000, meningkat menjadi masingmasing 6,5 tahun dan 7,6 tahun untuk penduduk perempuan dan laki-laki. Telah diakui bahwa kemampuan membaca clan menulis merupakan ketrampilan dasar yang dibutuhkan penduduk untuk mampu mengemukakan pendapat. Sampai dengan tahun 2004, persentase perempuan yang melek huruf terns mengalami peningkatan, meskipun persentasenya masih lebih rendah dari laki-laki. Pada tahun 2004, masih terdapat 11,71 persen perempuan usia 10 tahun ke atas tidak bisa membaca dan menulis dibanding laki-laki yang hanya 5,34 persen. Persentase ini telah mengalami penurunan signifikan masingmasing dari 14,16 persen dan 6, 31 persen pada tahun 2000. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi pendidikan, semakin mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi, dan semakin meningkat produktivitas, serta semakin meningkat kesejahteraan keluarga. Suatu model hubungan antara pendidikan dan status gizi anak dikemukakan oleh Leslie (1985) bahwa pendidikan ibu akan mempengaruhi pengetahuan mengenai praktek kesehatan dan gizi anak sehingga anak berada dalam keadaan status gizi yang baik. Hubungan tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut makin tinggi pendidikan orang tua, makin baik status gizi anaknya. Anak-anak dari ibu mempunyai latar belakang pendidikan lebih tinggi akan mendapatkan kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik, karena berdasarkan penelitian yang dilakukan di Bangladesh menunjukkan bahwa pendidikan berpengaruh positif terbadap asupan protein pada anak-anak pra sekolah, terutama anak yang berusia muda (tahun pertama kehidupannya). Tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap tingkat pengertiannya terhadap perawatan kesehatan, higiene, serta kesadarannya terhadap kesehatan anak-anak dan keluarganya. Ibu yang berpendidikan rendah memiliki akses yang lebih sedikit terhadap informasi dan keterampilan yang terbatas untuk menggunakan informasi tersebut, sehingga mempengaruhi kemampuan ibu dalam merawat anak-anak mereka dan melindunginya dari gangguan kesehatan. C. Penghasilan Penghasilan akan sangat berkaitan dengan status sosial ekonomi. Dimana sering kali status ekonomi menjadi faktor penyebab terjadinya masalah kesehatan pada wanita. Misalnya saja banyaknya kejadian anemia defisiensi Fe pada wanita usia subur yang sering kali disebabkan kurangnya asupan makanan yang bergizi seimbang. Anemia pada ibu hamil akan lebili memberikan dampak yang bisa mengancam keselamatan ibu. Meningkatnya kasus perdarahan postpartum dan infeksi nifas sering dikaitkaitkan dengan status gizi ibu yang kurang atau buruk. Penghasilan merupakan faktor yang menentukan kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi (Berg 1986). Rendahnya penghasilan (keadaan miskin) merupakan salah satu sebab rendahnya konsumsi pangan dan gizi serta buruknya status gizi. Kurang gizi akan mengurangi daya tahan tubuh, rentan terhadap penyakit, menurunkan produktivitas kerja dan menurunkan penghasilan. Akhirnya masalah penghasilan rendah, kurang konsumsi, kurang gizi dan rendahnya mutu hidup membentuk siklus yang berbahaya (Suhardjo & Hardinsyah 1987). Penelitian yang dilakukan Megawangi (1991) di tiga propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa penghasilan tidak berpengaruh positif terhadap status gizi anak balita.

Bagaimana hubungan antara penghasilan dan status gizi tidak secara langsung, tetapi melalui variabel antara misalnya distribusi makanan dalam keluarga, kesehatan dan keadaan sanitasi, pengetahuan dan keterampilan orang tua, dan banyak faktor lainnya. Makanan adalah kebutuhan utama manusia sehingga dalam keadaan penghasilan rendah (terbatas) sebagian besar penghasilan tersebut akan dipakai atau dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan makanan. Semakin meningkat penghasilan biasanya semakin berkurang presentase yang dibelanjakan untuk makan. Hal tersebut sesuai dengan hukum Engel yang mengatakan bahwa jika penghasilan meningkat, proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap penghasilan total menurun, tetapi pengeluaran absolut untuk makanan meningkat. Hukum ini tidak berlaku pada masyarakat miskin, yang sudah memiliki pengetahuan absolute untuk makanan sudah sangat rendah (dibawah kebutuhan minimum) sehingga jika terjadi peningkatan penghasilan maka proporsi pengeluaran untuk makan pun meningkat (Berg 1986). Uang dan sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu. Penjelasan mengenai pengupahan ditetapkan atas kesepakatan bersama, sebagaimana tersebut pada Pasal 91 ayat (1) UU No. 13/2003 tentang ketenagakerjaan adalah klausalklausal yang mengatur segala sesuatu mengenai upah yang telah disepakati oleh para pihak (pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh) dan dituangkan dalam peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama (PP/PKB), antara lain ketentuan mengenai besaran upah dan perincian komponen upah, ketentuan mengenai upah lembut serta ketentuan mengenai pembayaran upah bagi pekerja/buruh yang tidak melakukan pekerjaan bukan karena mangkir. Pengaturan pengupahan yang telah disepakati dan dituangkan dalam PP/PKB tersebut tidak boleh mengatur kurang atau lebih rendah chit ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang perundangan serta kebijaksanaan mengenai pengupahan, baik yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah, atau oleh lembaga pengupahan berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. Peraturan perundang undangan tidak mengatur mengenai besaran atau

persontase kenaikan upah diatas upah minimum, tetapi hanya mengatur mengenai besarnya upah minimum berdasarkan wilayah atau sektor tertentu. Penjelasan mengenai penentuan upah sehari Sesuai ket entuan Pas al 77 aya t (2) U11 Ketenagakerjaan No. 13/2003, bahwa waktu kerja adalah: a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empa puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam)hari kerja dalam 1 (satu) minggu, atau b. 8 (delapan) jam 1(satu) hari atau 40(empat puluh) jami 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. 2. Berdasarkan pengaturan waktu kerja di atas, maka untuk menetukan upah perhari sesuai ketentuan Pasal 15 ayat (2) Permenaker No: PER-01/MEN/1999 untuk: a. Perusahaan yang menggunakan waktu kerja 6 (enam) hari dalam seminggu, upah bulanan dibagi 25 (dua puluh lima). b. perusahaan yang menggunakan waktu kerja 5 (lima) hari dalam seminggu, upah bulanan dibagi 21 (dua puluh satu). 3. Adapun peraturan yang mengatur upah sehari dihitung dari upah sebulan dibagi 30 (tiga puluh) hari, dapat disampaikan bahwa UU Ketenagakerjaan tidak mengaturnya. Namun, dalam hal pekerja diputuskan hubungan kerja dan upahnya dibayar atas dasar perhitungan harian, maka penghasilan sebulan adalah sama dengan 30 kali penghasilan sehari, vide Pasal 157 ayat (2) UU Ketenagakerjaan No. 13/2003.

Lampiran 2 EVALUASI a. Soal evaluasi 1. 2. wanita ? 3. 1. Sebutkan Indikator status kesehatan wanita ! Indikator adalah Indikator adalah variabel yang membantu b. Kunci jawaban evaluasi kita dalam mengukur perubahan-perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung (WHO, 1981 2. wanita. 3. Ada 5 yaitu pendidikan, penghasilan, usia harapan hidup, angka kesuburan, dan angka kematian ibu. Suatu bentuk ukuran untuk menetukan status kesehatan Apakah yang dimaksud dengan Indikator ? Apa yang kalian ketahui tentang Indikator status kesehatan

You might also like