You are on page 1of 27

-Dine

Fitriani -Desta Hali Nugraha

LELANG

PENGERTIAN LELANG
lelang yaitu penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman Lelang pelaksanaan lelang dilakukan apabila telah melampaui waktu 14 (empat belas) hari sejak tanggal pelaksanaan penyitaan dan Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajak dan biaya Penagihan Pajak, Pejabat melakukan penjualan barang sitaan

DASAR HUKUM LELANG

Dasar hukum lelang : Vendu Reglement Stb. 1908 Nomor 189. Vendu Instructie Stb. 1908 Nomor 190 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1994. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Peraturan Pemerintah Nomor 390 Tahun 1949 tentang Peraturan Pungutan Bea Lelang untuk Pelelangan dan Penjualan Umum. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Penyitaan dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010.

PEJABAT LELANG
Pejabat Lelang adalah orang yang berdasarkan peraturan perundang-undangan diberi wewenang khusus untuk melaksanakan penjualan barang secara lelang Pejabat Lelang menurut Peraturan Menteri Keuangan tersebut adalah: 1. Pejabat Lelang Kelas I adalah Direktorat Jenderal Piutang dan Lelang Negara (DJPLN) 2. Pejabat Lelang Kelas II. Pejabat Lelang Kelas I adalah pegawai

tugas Pejabat Lelang adalah (1) melakukan kegiatan persiapan lelang, (2) pelaksanaan lelang dan (3) kegiatan setelah lelang.

Wewenang sebagai Pejabat Lelang: melakukan analisis yuridis terhadap dokumen persyaratan lelang dan dokumen barang yang akan dilelang; menegur dan/atau mengeluarkan peserta atau pengunjung lelang, apabila melanggar tata tertib pelaksanaan lelang; menghentikan pelaksanaan lelang untuk sementara waktu apabila diperlukan dalam rangka menjaga ketertiban pelaksanaan lelang; menolak melaksanakan lelang apabila tidak yakin akan kebenaran formal berkas persyaratan lelang; melihat barang yang akan dilelang; meminta bantuan aparat keamanan apabila diperlukan; mengesahkan Pembeli Lelang; dan/atau membatalkan Pembeli Lelang yang wanprestasi.

Pejabat Lelang Kelas I dalam melaksanakan jabatannya berkewajiban: meneliti dokumen persyaratan lelang; membuat bagian Kepala Risalah Lelang sebelum Lelang dimulai; membacakan bagian Kepala Risalah Lelang di hadapan peserta lelang sebelum lelang dimulai, kecuali dalam lelang yang dilakukan melalui media elektronik; memimpin pelaksanaan lelang; membuat Minuta Risalah Lelang dan menyimpannya; membuat Salinan dan Kutipan Risalah Lelang menyerahkan kepada yang berhak; meminta dari Pembeli bukti Pelunasan Harga Lelang, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan, dan pungutan-pungutan lain yang diatur sesuai peraturan perundang-undangan dan meneliti keabsahannya; membuat administrasi pelaksanaan lelang; memberikan pelayanan jasa lelang sesuai dengan peraturan perundangundangan lelang; dan mematuhi peraturan perundang-undangan lelang.

Syarat-syarat Lelang diatur dalam Pasal 17 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 93/PMK.06/2010 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 174/PMK.06/2010 Adapun syarat-syarat lelang adalah :

Lelang dilakukan di muka umum Lelang dilakukan berdasarkan hukum Lelang dilakukan di hadapan Pejabat Lelang dilakukan dengan penawaran harta Lelang dilakukan dengan usaha pengumpulan peminat Lelang ditutup dengan Berita Acara

RISALAH LELANG DAN FUNGSI RISALAH LELANG Risalah Lelang adalah berita acara pelaksanaan lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang merupakan akta otentik dan mempunyai kekuatan pembuktian sempurna. Risalah Lelang dibuat dalam Bahasa Indonesia dan setiap Risalah Lelang diberi nomor urut

Bagian Kepala Risalah Lelang paling kurang memuat keterangan atau informasi mengenai: hari, tanggal, dan jam lelang ditulis dengan huruf dan angka; nama lengkap dan tempat kedudukan Pejabat Lelang; nomor/tanggal Surat Keputusan Pengangkatan Pejabat Lelang, dan nomor/tanggal surat tugas khusus untuk Pejabat Lelang Kelas I; nama lengkap, pekerjaan dan tempat kedudukan/domisili Penjual; nomor/tanggal surat permohonan lelang; tempat pelaksanaan lelang; sifat barang yang dilelang dan alasan barang tersebut dilelang; dalam hal yang dilelang berupa barang tidak bergerak berupa tanah atau tanah dan bangunan harus disebutkan: status hak atau surat-surat lain yang menjelaskan bukti kepemilikan; SKT dari Kantor Pertanahan; dan keterangan lain yang membebani, apabila ada; dalam hal yang dilelang barang bergerak harus disebutkan jumlah, jenis dan spesifikasi barang; cara Pengumuman Lelang yang telah dilaksanakan oleh Penjual; dalam hal yang dilelang barang bergerak harus disebutkan jumlah, jenis dan spesifikasi barang; cara Pengumuman Lelang yang telah dilaksanakan oleh Penjual; cara penawaran lelang; dan syarat-syarat lelang.

Fungsi Risalah Lelang bagi para pihak yang berkepentingan adalah:

Pembeli memperoleh Kutipan Risalah Lelang sebagai Akta Jual Beli untuk kepentingan balik nama atau Grosse Risalah Lelang sesuai kebutuhan; Penjual memperoleh Salinan Risalah Lelang untuk laporan pelaksanaan lelang atau Grosse Risalah Lelang sesuai kebutuhan; Pengawas Lelang (Superintenden) memperoleh Salinan Risalah Lelang untuk laporan pelaksanaan lelang/kepentingan dinas; atau Instansi yang berwenang dalam balik nama kepemilikan hak objek lelang memperoleh Salinan Risalah Lelang sesuai kebutuhan.

PERSIAPAN LELANG

1.

2.

3.

Berdasarkan Surat Edaran Bersama Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara dan Direktur Jenderal Pajak Nomor SE214/PJ./1999, SE- 17/PN/1999 Lelang Eksekusi Pajak diatur mengenai tata cara pelelangan barang sitaan, yaitu: Jurusita menyiapkan Berkas-Berkas Penagihan Permintaan jadwal waktu dan tempat pelelangan. Tempat lelang

PELAKSANAAN LELANG

Jurusita pajak datang ke tempat di mana barang tersebut akan dilelang untuk mendampingi juru lelang Saat pelelangan sebaiknya Pejabat yang bersangkutan atau wakilnya dapat menghadirinya. Juru lelang kemudian mengumumkan kepada calon pembeli tentang syarat apa yang harus dipenuhi serta cara penawarannya. WP/PP berhak untuk menentukan urutan menurut mana barangbarang yang disita akan dilelang. Jika hasil penjualan barang telah mencapai jumlah utang pajak ditambah dengan biaya pelaksanaannya , maka penjualan tersebut dihentikan dan sisa barang dikembalikan dengan segera kepada WP/PP. Segera selesai pelelangan, maka Kantor lelang, Jurusita Pajak, atau orang yang diserahi untuk menjual barang-barang sitaan melaporkan kepada atasannya untuk membuat Laporan Hasil Pelaksanaan Lelang.

Adapun pelaksanaan lelang dilakukan dengan uraian sebagai berikut:

Penjualan secara lelang terhadap barang yang disita dilaksanakan paling singkat 14 (empat belas) hari setelah pengumuman lelang melalui media massa. Kepala Kantor bertindak sebagai penjual barang yang disita mengajukan permohonan lelang kepada Kantor Lelang sebelum pelaksanaan lelang. Kepala Kantor menentukan nilai limit dan diserahkan kepada Pejabat Lelang selambat-lambatnya pada saat akan dimulainya pelaksanaan lelang. Kepala Kantor atau yang mewakilinya menghadiri pelaksanaan lelang Kepala Kantor, Kepala Seksi Penagihan dan Jurusita Pajak, termasuk istri, keluarga sedarah dan semenda dalam keturunan garis lurus, serta anak angkat; tidak diperbolehkan membeli barang sitaan yang dilelang.

Lelang tetap dapat dilaksanakan meskipun:

Wajib Pajak sedang mengajukan keberatan dan belum memperoleh keputusan keberatan, Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak hadir. Wajib Pajak/ Penanggung Pajak telah melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak Terdapat putusan pengadilan Objek lelang musnah

Lelang tidak dilaksanakan dalam hal:

Pejabat harus menghentikan pelaksanaan lelang meskipun barang yang akan dilelang masih ada apabila hasil lelang sudah mencapai jumlah yang cukup untuk melunasi biaya penagihan pajak dan utang pajak. Sisa barang dan kelebihan hasil lelang harus dikembalikan kepada Penanggung Pajak paling lambat 3 hari setelah pelaksanaan lelang.

Penggunaan hasil lelang terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan pajak dan sisanya untuk membayar utang pajak. Biaya penagihan pajak ditambah 1% dari: Hasil penjualan barang yang dikecualikan dari penjualan secara lelang Pokok lelang dari penjualan secara lelang.

PENGUMUMAN LELANG
Pengumuman lelang dilakukan setelah mendapat kepastian tempat, hari, tanggal, dan jam lelang dari Kantor Lelang. Kepala Kantor mengumumkan lelang setelah 14 (empat belas) hari setelah penyitaan, melalui surat kabar harian, selebaran atau tempelan yang mudah dibaca oleh umum dan atau media elektronik termasuk internet di wilayah kerja Kantor Lelang tempat barang yang akan dijual

Barang tidak bergerak


- Dilakukan 2 kali -Jangka waktu antara penguman pertama dan kedua sekurangkurangnya 15 hari dan pengumuman kedua tidak jatuh pada hari libur /besar -Pengumuman lelang pertama diperkenankan tidak melalui surat kabar harian -Pengumuman kedua harus dilakukan melalui surat kabar harian dan dilakukan sekurangkurangnya 14 (empat belas) hari sebelum pelaksanaan lelang.

Pengumuman lelang

Barang bergerak
dilakukan 1 (satu) kali

Pengumuman lelang untuk barang dengan nilai paling banyak Rp20.000.000,- (dua puluh juta rupiah) tidak harus diumumkan melalui media massa, tetapi dapat melalui selebaran atau pengumuman yang ditempelkan di tempat umum misalnya di Kantor Kelurahan atau di papan pengumuman di KPP. Apabila Wajib Pajak/Penanggung Pajak melunasi utangutang pajak serta biaya pelaksanaannya sesudah pengumuman lelang dimuat di surat kabar/media cetak/media elektronik dengan menyerahkan bukti-bukti pelunasan tetapi sebelum pelaksanaan lelang, maka pengumuman lelang itu dibatalkan dengan memuat iklan pembatalan lelang dalam surat kabar/media cetak/media elektronik yang bersangkutan.

HAK/KEWAJIBAN WP YANG BARANGNYA DILELANG.

Adapun hak dan/atau kewajiban bagi Wajib Pajak yang barangnya dilelang adalah sebagai berikut :

Menerima Surat Pemberitahuan tentang akan dilakukan pelelangan barangnya Ikut menyaksikan pelaksanaan lelang Menentukan urutan barang yang dilelang Apabila hasil lelang melebihi utang pajak dan segala biaya, maka WP/PP berhak menerima kembali kelebihan hasil lelang dan juga barang yang tidak jadi dilelang WP/PP wajib menyerahkan barangnya kepada pemenang lelang, baik berupa harta gerak maupun harta tak gerak.

AKIBAT LELANG

Adapun akibat dari lelang adalah sebagai berikut :


Hak Penanggung Pajak atas barang yang dilelang berpindah kepada pembeli Apabila setelah pelaksanaan lelang Wajib Pajak memperoleh keputusan keberatan atau putusan banding yang menimbulkan kelebihan pembayaran pajak, Wajib Pajak tidak dapat meminta atau tidak berhak menuntut pengembalian barang yang telah dilelang. Kepala Kantor mengembalikan kelebihan pembayaran pajak dalam bentuk uang

PEMBATALAN LELANG

Pembatalan lelang disampaikan secara tertulis dan sudah harus diterima oleh Pejabat Lelang paling lama 3 (tiga) hari kerja sebelum pelaksanaan lelang, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundangundangan. Dalam hal terjadi pembatalan sebelum lelang, Penjual harus mengumumkan pembatalan pelaksanaan, paling lama 2 (dua) hari sebelum pelaksanaan lelang, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan. Pengumuman pembatalan pelaksanaan lelang harus diumumkan dalam surat kabar harian yang sama dalam hal Pengumuman Lelang dilakukan melalui surat kabar harian.

Pembatalan lelang sebelum pelaksanaan lelang diluar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 dilakukan oleh Pejabat Lelang dalam hal:

SKT untuk pelaksanaan lelang tanah atau tanah dan bangunan belum ada; barang yang akan dilelang dalam status sita pidana, khusus Lelang Eksekusi; terdapat gugatan atas rencana pelaksanaan Lelang Eksekusi berdasarkan Pasal 6 UUHT dari pihak lain selain debitor/suami atau istri debitor/tereksekusi; barang yang akan dilelang dalam status sita jaminan/sita eksekusi/sita pidana, khusus Lelang Noneksekusi; tidak memenuhi legalitas formal subjek dan objek lelang karena terdapat perbedaan data pada dokumen persyaratan lelang; Penjual tidak dapat memperlihatkan atau menyerahkan asli dokumen kepemilikan kepada Pejabat Lelang; Penjual tidak hadir pada saat pelaksanaan lelang, kecuali lelang yang dilakukan melalui internet; Pengumuman Lelang yang dilaksanakan Penjual tidak dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan; keadaan memaksa (force majeur)/kahar; Nilai Limit yang dicantumkan dalam Pengumuman Lelang tidak sesuai dengan surat penetapan Nilai Limit yang dibuat oleh Penjual/Pemilik Barang; atau Penjual tidak menguasai secara fisik barang bergerak yang dilelang.

PENJUALAN BARANG SITAAN YANG DIKECUALIKAN DARI PENJUALAN SECARA LELANG


Di atur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 Dalam Pasal 1 diatur objek sita apa saja yang dikecualikan dari penjualan secara lelang, dengan uraian sebagai berikut:

1. Barang 2. Simpanan 3. Giro 4. Deposito 5. Sertifikat Deposito 6. Tabungan

7. Surat Berharga 8. Rekening 9. Obligasi 10.Saham 11. Piutang 12. Penyertaan modal

JENIS BARANG YANG DIKECUALIKAN DARI PENJUALAN SECARA LELANG

Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 136 Tahun 2000 mengatur barang sitaan yang dikecualikan dari penjualan secara lelang berupa:
uang

tunai; surat-surat berharga : barang yang mudah rusak atau cepat busuk.

TATA CARA PENJUALAN BARANG YANG DIKECUALIKAN DARI PENJUALAN SECARA LELANG

Pelunasan tunggakan utang pajak dengan barang sitaan yang penjualannya tidak melalui lelang dilakukan dengan cara sebagai berikut:

uang tunai disetor ke Kas Negara atau Kas Daerah; deposito berjangka, tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu, dipindahbukukan ke Kas Negara atau Kas Daerah atas permintaan Pejabat kepada Bank yang bersangkutan; obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang diperdagangkan di bursa efek dijual di bursa efek atas permintaan Pejabat; obligasi, saham, atau surat berharga lainnya yang tidak diperdagangkan di bursa efek segera dijual oleh Pejabat; piutang dibuatkan berita acara persetujuan tentang pengalihan hak menagih dari Penanggung Pajak kepada Pejabat; penyertaan modal pada perusahaan lain dibuatkan akta persetujuan pengalihan hak menjual dari Penanggung Pajak kepada Pejabat

Penentuan Harga Jual barang sitaan, tergantung harga pasar yang berlaku pada tanggal transaksi penjualan. Misalnya saham dan obligasi yang dijual di bursa, valuta asing dan efek-efek bursa lainnya. Untuk barang yang tidak mempunyai patokan harga pasar, maka Pejabat dapat meminta bantuan kepada Jasa Penilai. Hasil Penjualan barang-barang di atas disetorkan ke Kas Negara untuk pelunasan utang pajak. Penjualan atas barang sitaan diikuti dengan pembuatan Berita Acara Pengalihan Hak dari Pejabat kepada pembeli yang fungsinya dipersamakan dengan Risalah Lelang.

You might also like