You are on page 1of 5

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Sekolah sebagai suatu sistem merupakan satu lembaga yang utuh dan bulat yang bereksistensi sebagai satu kesatuan yang di dalamnya terdiri dari bagian-bagian yang satu sama lain saling berkaitan. Apabila terdapat kekurangan pada bagian tertentu, maka bagian lain akan terganggu sehingga akan menghambat pencapaian tujuan pendidikan. Di sisi lain sekolah dipandang sebagai suatu masyarakat yang utuh dan bulat serta memiliki kepribadian sendiri, menjadi tempat untuk menyelenggarakan proses belajar mengajar. Sekolah berperan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam arti menumbuhkan, memotivasi dan mengembangkan nilai-nilai budaya yang mencakup etika, logika, estetika dan praktika, sehingga tercipta manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dengan kata lain, sekolah adalah sebagai masyarakat belajar tidak terlepas dari kehidupan masyarakat. Sekolah merupakan suatu kesatuan yang memiliki tata kehidupan budaya. Sekolah tidak hidup menyendiri, melepaskan did dari tatanan sosial budaya dalam masyarakat, tetapi merupakan suatu sistem atau subsistem, dan kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Keberadaan sekolah sebagai subsistem tatanan kehidupan sosial, berarti menempatkan pula sekolah sebagai bagian kehidupan nasional yang harus bertumpu kepada norma-norma Pancasila. Bahkan dalam kehidupan masyarakat tertentu di mana sekolah itu berada, sekolah juga harus mampu menyesuaikan did dengan kekhususan-kekhususan yang berkembang dalam masyarakat tersebut di mana sekolah itu berada. Seperti disebutkan di alas, sekolah berada di tengah-tengah masyarakat, make late kehidupan yang berkembang dalam masyarakat itu ikut mewamai gerak langkah sekolah. Tingkat perekonomian, sosial, budaya dan agama yang dianutnya serta bidang kehidupan lain akan mempengaruhi kehidupan sekolah. Meskipun demikian sekolah harus tetap tangguh dan tahan dalam menghadapi pengaruh negatif. Apabila kita lihat sejarah bangsa Indonesia setelah selesai perang kemerdekaan bahwa masyarakat Indonesia dilanda oleh gelombang liberalisme yang nyaris menenggelamkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, maka selanjutnya timbul pertarungan berbagai kekuatan sosial politik yang ingin menguasai atau mendominasi tata kehidupan nasional, sehingga lahirlah suatu pemberontakan G-30SIPKI yang merupakan puncak pengkhianatan yang tidak berperikemanusiaan terhadap bangsa dan negara. Semua peristiwa itu mempengaruhi penyelenggaraan sekolah sebagal lembaga pendidikan formal, karena memang sekolah tidak terpisah dart keadaan lingkungan masyarakatnya. Sekolah digunakan oleh kekuatdnkekuatan sosial politik sebagai salah satu lahan dan sarana untuk kepentingan politiknya. Lahirlah organisasi-organisasi yang beraneka ragam yang melebihi kapasitasnya. Itulah sebabnya agar sekolah dapat mewujudkan fungsinya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa supaya berhasil dengan sebaikbaiknya, perlu dilindungi dan diamankan dad segala macam pengaruh negatif, seperti politik praktis dan kegiatan-kegiatan lain yang bertentangan dengan norma-norma dan nilai-nilai sosial yang berlaku, termasuk narkoba, perkelahian dan sebagainya. Untuk itu Departemen Pendidikan Nasional telah mengeluarkan kebijaksanaan Pembinaan Kesiswaan sebagai bagian dari kebijaksanaan pendidikan secara nasional. Kebijaksanaan tersebut antara lain melalui wawasan wiyatamandala sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan.

B. Dasar Hukum Dasar hukum Pedoman Pembinaan Wawasan Wiyatamandala SMA ini adalah 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4496). 2. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. 3. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 125/N/2002 tentang Kalender Pendidikan dan Jumlah Jam Belajar di Sekolah. 4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik Yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan. C. Maksud dan Tujuan Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi para pengambil kebijakan, kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah dengan lujuan: Tujuan umum: Memberikan pemahaman yang sama tentang pelaksanaan wawasan wiyatamandala disekolah. Tujuan khusus: Memberikan arah kerja: 1. Mengefektifkan kegiatan belajar mengajar, balk kegiatan kurikuler , ekstrakurikuler maupun layanan bimbingan dan konseling. 2. Mendorong terlaksananya administrasi sekolah yang baik, tertib dan rap! yang dapat mendukung teraksananya kegiatan belajar mengajar. 3. Mewujudkan sekolah yang aman, bersih, indah, rindang dari suasana kekeluargaan yang membuat semua warga sekolah nyaman berada di sekolah BAB II WAWASAN WIYATAMANDALA A. Pengertian Socara semantis wawasan wiyatamandala terdiri atas kata wawasan, wiyata, dan mandala. Wawasan adalah suatu pandangan atau sikap yang mendalam terhadap suatu hakekat, wiyata mengandung arti pendidikan, mandala berarti lingkungan. Jadi wawasan wiyatamandala adalah suatu pandangan atau sikap menempatkan sekolah sebagai lingkungan pendidikan. Suatu wawasan proses pembudayaan tata kehidupan keluarga besar, di mana para onggotanya merasa ikut memiliki, melindungi dan menjaga citra dan wibawa lingkungan tersebut. Suatu lingkungan di mana terjadi proses koordinasi, proses komunikasi, tempat saling bekerja sama dan bantu rnembantu. Makna yang terkandung dari pengertian tersebut jauh lebih luas dan dalam, baik yang tersurat maupun yang tersirat. Wawasan wiyatamandala sebagai suatu pandangan berupaya meletakkan serta memberi peran kepada keberadaan sekolah, benar-benar menjadi suatu lembaga yang berperan untuk

membudayakan kehidupan secara murni. Artinya sekolah sebagai tempat untuk mencerdaskan bangsa yang bebas dari wgala pengaruh negatif, baik dari dalam maupun dad luar. Sokolah sebagai lingkungan pendidikan (wiyatamandala) memiliki makna sebagai berikut 1. Tempat diselenggarakannya proses transformasi pendidikan, untuk menanamkan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai ilmu pengetahuan, budaya dan keterampilan dalam mencapai tujuan pendidikan nasional, yaitu peserta didik yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab sehingga tercipta masyarakat belajar. 2. Masyarakat belajar, yaitu tempat terjadinya proses interaksi antara peserta didik, pendidik dan lingkungan sekolah. Maka dalam kehidupan sekolah yang memegang peranan penting adalah kepala sekolah, pendidik, orang tua peserta didik, para peserta didik, tenaga kependidikan, dan hubungan timbal balik antara sekolah itu dengan masyarakat di mana sekolah itu berada. Tempat terjadinya proses pembudayaan nilai-nilai kehidupan agar dapat diciptakan suasana aman , damai, nyaman, tertib dan bebas dari segala ancaman baik dari dalam maupun dari luar. B. Peranan Wawasan wiyatamandala mulai dilaksanakan pada tahun 1984, wawasan wiyatamandala dijadikan sebagai salah satu jalur pembinaan kesiswaan. Karena wawasan wiyatamandala dapat memberikan peran yang cukup besar, bukan saja pada pembinaan kesiswaan tetapi juga pada dunia pendidikan secara keseluruhan. Peranan tersebut antara lain: 1. Sebagai Pengaman Konsep wawasan wiyatamandala diciptakan dalam rangka mengamankan dan melindungi sekolah sebagai tempat proses transformasi pendidikan dad segala pengaruh yang bersifat negatif, baik yang datang dari dalam maupun luar sekolah. Sekolah diharapkan dapat melaksanakan fungsi utamanya sebagai tempat transformasi pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Sebagai Penggerak Fungsi penggerak dilaksanakan untuk mendukung tercapainya fungsi pengaman dengan baik. Fungsi penggerak berperan dalam mengkoordinasikan dan menggerakkan berbagai satuan atau unsur-unsur kependidikan, sehingga tercipta kondisi yang aman, damai, tertib, dan bebas dari segala ancaman. Kondisi ini memberikan dorongan yang sangat besar, tidak hanya kepada peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, dan unsur terkait untuk melaksanakan tugas, fungsi, dan perannya dengan baik. Sebagai Usaha Tindakan Preventif Konsep wawasan wiyatamandala adalah terciptanya kondisi sekolah yang mampu memiliki daya tangkal terhadap segala pengaruh yang bersifat merusak, baik dari dalam maupun dari luar. terlaksananya wawasan wiyatamandala, dalam pengertian sekolah betul-betul sebagai lingkungan pendidikan, kepala sekolah berperan sepenuhnya secara manajerial, pendidik bekerja dengan sebaik-baiknya, peserta didik belajar dalam suasana yang penuh kekeluargaan, dan kreatif melalui berbagai macam kegiatan OSIS, komite sekolah dan orangtua peserta didik sadar sepenuhnya untuk membantu menciptakan sekolah sebagai wiyatamandala sehingga peserta didik terhindar dari perkelahian/tawuran, narkoba atau perbuatan-perbuatan perilaku menyimpang lainnya.

2.

3.

C. Unsur-unsur Wawasan Wiyatamandala Wawasan wiyatamandala mengandung lima unsur yang saling terkait sebagai berikut:

1.

Sekolah sebagai lingkungan pendidikan Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal yaitu tempat membina dan mengembangkan pandangan hidup, nilai-nilai, ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan dan wawasan. Sekolah dalam mewujudkan fungsinya akan berhasil, apabila terlindungi dari segala macam pengaruh negatif, seperti narkotika, perkelahian, dan kegiatan-kegiatan lain yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, agama dan norma-norma sosial yang berlaku. Sekolah sebagai lingkungan pendidikan akan terwujud apabila kegiatan transformasi pendidikan berjalan dengan balk dan didukung lingkungan sekolah yang aman dan nyaman. Wewenang dan tanggung jawab kepala sekolah Kepala sekolah berperan antara lain sebagai manajer, pemimpin, motivator, pendidik dan sebagai teladan. Peran tersebut dapat diwujudkan apabila seorang kepala sekolah telah dibekali melalui pendidikan dan pengalaman profesional. Sebab tanpa didukung pendidikan dan pengalaman tersebut kewibawaan kepala sekolah akan luntur. Hal ini dapat menyebabkan kepala sekolah kehilangan pengaruh di lingkungannya. Wewenang dan tanggung jawab penuh kepala sekolah sedemikian penting dalam tata kehidupan sekolah, dan merupakan peranan sentral bagi seorang kepala sekolah dalam mengelola sekolah sebagai wiyatamandala. Oleh sebab itu ada dua tugas pokok seorang kepala sekolah berkaitan dengan wiyatamandala. a. secara internal, dia harus terus-menerus membina din sendiri agar tetap terpelihara kualitas kedudukannya. Kepala sekolah agar berperan sebagai manajer, pemimpin, administrator, pendidik dan sebagai orangtua. b. Secara ekstemal, harus selalu memperhatikan kepentingan dan tuntutan lingkungannya, seperti pendidik, peserta didik, pegawai, orangtua peserta didik, sarana, fasilitas, suasana kerja dan lingkungan. c. Implikasi lain yang terkandung di dalam wewenang dan tanggung jawab kepala sekolah tersebut, yaitu siapa pun yang ingin memasuki lingkungan sekolah, baik secara perseorangan, secara kelompok, secara pribadi maupun dinas, tidak mungkin terjadi tanpa sepengetahuan dan izin kepala sekolah.,

2.

3.

Kerjasama antara pendidik dan orangtua Salah satu faktor keberhasilan dalam implementasi wawasar wiyatamandala ditentukan oleh kerjasama antara pendidik dengar orangtua peserta didik. Guru sebagai pendidik perlu memilik kemampuan profesionai, yaitu: a. Mampu mendidik, dalam arti menanamkan nilai-nilai moral agama dan budi pekerti. b. Mampu membentuk dan mengembangkan daya nalar peserta didik. c. Mampu menjadikan peserta didik terampil dalam bidang olahraga, seni dan budaya. Tugas seorang pendidik dan orang tua peserta didik dalam ha pendidikan adalah sama dan harus saling mendukung. Orang tua d rumah hendaklah menjadi pendidik kedua, dan pendidik di sekoaal hendaklah menjadi orangtua kedua. Di samping itu, antara pendidil dan orangtua perlu menjalin kerjasama yang harmonis dalan organisasi komite sekolah.

4.

Martabat dan citra pendidik Pemerintah dan masyarakat telah memberikan perhatian terhadal martabat dan citra pendidik. Penghargaan terhadap martabat dar citra pendidiksangatditentukan oleh penampilan pendidik itu

5.

sendiri Oleh karena itu martabat dan citra pendidik akan tetap terpelihara sepanjang tidak berperilaku yang bertentangan dengan ajaran dar norma yang bedaku di masyarakat. Dalam mendukung terwujudnya sekolah sebagai wawasar wiyatamandala diperlukan hubungan yang harmonis antar warga sekolah. Sekolah harus bertumpu pada masyarakat sekitarnya. Tata kehidupan masyarakat di mana sekolah itu berada bersifa majemuk, seperti dimensi sosial, politik, agama, ekonomi, dan etnis Dimensi masyarakat yang bersifat majemuk tersebut akan sangat berpengaruh terhadap kehidupan sekolah itu sendiri. Oleh sebab itu, kondisi sekolah secara intemal tidak dapat ditegakkan, hubungan kerjasama yang baik antara kepala sekolah, pendidik, peserta didik, orang tua peserta didik dan tenaga administrasi, dukungan sarana dan fasilitas yang memadai, sekolah dapat terseret ke dalam salah satu dominasi kelompok masyarakat yang ada. Sekolah dapat dimanfaatkan dan diperalat untuk kepentingan kelompok tersebut. Oleh karena itu di sekolah hendaknya senantiasa diupayakan terciptanya kerukunan dengan masyarakat melalui berbagai macam komunikasi. Sekolah memahami kebutuhan masyarakat, dan sebaliknya masyarakat berkepentingan untuk membantu dan menunjang pelaksanaan pendidikan. Dengan demikian diharapkan keberadaan sekolah bukan saja menjadi kebanggaan warga sekolah itu sendiri, melainkan juga menjadi kebanggaan masyarakat. BAB III PELAKSANAAN

Unsur-unsur wawasan wiyatamandala yang telah diuraikan dalam bab terdahulu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Artinya semua unsur harus tergambar dalam seluruh kegiatan sekolah. Apabila salah satu unsur tidak ada, maka akan menghambat kelancaran dalam pelaksanaannya. Apabila kita amati, di sekolah terdapat tiga jenis kegiatan, yaitu kegiatan transformasi pendidikan, pengelolaan administrasi, clan penataan lingkungan sekolah. A. Kegiatan Transformasi Pendidikan Transformasi pendidikan merupakan proses pengembangan kemampuan fisik clan psikis serta kemampuan sosial secara utuh. Pada jenjang pendidikan menengah proses transformasi pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kegiatan transformasi pendidikan perlu diarahkan untuk mengembangkan kemandirian, bertanggung jawab, berani mengemukakan pendapat, berfikir secara teratur, kritis, disiplin clan mampu mengambil keputusan. Kegiatan transformasi pendidikan dilaksanakan dalam bentuk kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, clan ekstrakulikuler. 1. Kegiatan Intrakurikuler Kegiatan intrakurikuler dilaksanakan sesuai dengan program pada tingkat satuan pendidikan dengan tujuan mengembangkan kemampuan minimal peserta didik pada setiap mata pelajaran. Kegiatan ini bertanggung dalam bentuk tatap muka, tugas mandiri terstruktur clan tugas mandiri tidak terstruktur. Bahan ajar clan kajian yang terhimpun dalam sejumlah mata pelajaran, dirumuskan dalam

You might also like