You are on page 1of 38

Tugas kelompok ANALISIS STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

Pengampu : Dr.drg.Dewi,MDH, MSi Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Analisis Kebijakan pada semester II

Disusun oleh :
Sismeri Dona Dainty Maternity Evi Nur Akhiriyanti Sri Lestari Kartikawati Elit Pebryatie Arie Andriyani Jeany Siauta Ernawati Tri Handayani Ernik Rustiana Yayu Puji Rahayu

Program studi magister kebidanan

Fakultas kedokteran
Universitas padjajaran bandung

2012

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut fisik, mental, maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh, terarah dan berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia mempunyai dua dimensi. Pertama: yang laten yaitu kematian ibu dan kematian bayi yang masih tinggi akibat bebagai faktor termasuk pelayanan kesehatan yang relatif kurang baik. Kedua ialah timbulnya penyakit degeneratif yaitu menopause dan kanker. Dalam globalisasi ekonomi kita dihadapkan pada persaingan global yang semakin ketat yang menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia Indonesia yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus disiapkan sebaik mungkin secara terencana, terpadu dan

berkesinambungan. Upaya tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak janin dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa bahkan sampai usia lanjut. Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangannya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak di keluarga maupun di masyarakat. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kesakitan dan kematian Bayi (AKB). Bidan memberikan pelayanan kebidanan yang berkesinambungan dan paripurna, berfokus pada aspek pencegahan, promosi dengan berlandaskan kemitraan dan

pemberdayaan masyarakat bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya

untuk senantiasa siap melayani siapa saja yang membutuhkannya, kapan dan dimanapun dia berada. Untuk menjamin kualitas tersebut diperlukan suatu standar pelayanan kebidanan sebagai acuan untuk melakukan segala tindakan dan asuhan yang diberikan dalam seluruh aspek pelayanan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat, baik dari aspek input, proses dan output. Walaupun sudah ada standar pelayanan kebidanan yang digunakan sebagai acuan dalam melakukan segala tindakan dan memberikan asuhan kepada klien, namun dalam pelaksanaannya masih perlu dilakukan evaluasi apakah sudah sesuai atau mendekati kriteria standar pelayanan kebidanan.

B.

Tujuan 1. Menjamin pelayanan yang aman dan berkualitas. 2.Sebagai landasan untuk standarisasi dan pelayanan kebidanan.

BAB II STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

A. Definisi Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) adalah rumusan tentang penampilan atau nilai diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan dengan parameter yang telah ditetapkan yaitu standar pelayanan kebidanan yang menjadi tanggung jawab profesi bidan dalam sistem pelayanan yang bertujuan untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dalam rangka mewujudkan kesehatan keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2001: 53).

B. Manfaat Standar Pelayanan Kebidanan Standar pelayanan kebidanan mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut: 1. Standar pelayanan berguna dalam penerapan norma tingkat kinerja yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan 2. Melindungi masyarakat 3. Sebagai pelaksanaan, pemeliharaan, dan penelitian kualitas pelayanan 4. Untuk menentukan kompetisi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek sehari-hari. 5. Sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan dan pengembangan pendidikan (Depkes RI, 2001:2)

C. Format Standar Pelayanan Kebidanan Dalam membahas tiap standar pelayanan kebidanan digunakan format bahasan sebagai berikut: 1. 2. Tujuan merupakan tujuan standar Pernyataan standar berisi pernyataan tentang pelayanan kebidanan yang dilakukan, dengan penjelasan tingkat kompetensi yang diharapkan. 3. Hasil yang akan dicapai oleh pelayanan yang diberikan dan dinyatakan dalam bentuk yang dapat diatur.

4.

Prasyarat yang diperlukan (misalnya, alat, obat, ketrampilan) agar pelaksana pelayanan dapat menerapkan standar.

5.

Proses yang berisi langkah-langkah pokok yang perlu diikuti untuk penerapan standar (Depkes RI, 2001:2).

D. Dasar hukum penerapan SPK adalah: 1. Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992 Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomer 23 tahum 1992 kewajiban tenaga kesehatan adalah mematuhi standar profesi tenaga kesehatan, menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan kesehatan pasien, memberikan informasi dan meminta persetujuan (Informed consent), dan membuat serta memelihara rekam medik. Standar profesi tenaga kesehatan adalah pedoman yang harus dipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesinya secara baik. Hak tenaga kesehatan adalah memperoleh perlindungan hukum melakukan tugasnya sesuai dengan profesi tenaga kesehatan serta mendapat penghargaan. 2. Pertemuan Program Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah SEARO/Asia tenggara tahun 1995 tentang SPK Pada pertemuan ini disepakati bahwa kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan kepada setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan agar memenuhi standar tertentu agar aman dan

efektif. Sebagai tindak lanjutnya, WHO SEARO mengembangkan Standar Pelayanan Kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan untuk pemakaian di Indonesia, khususnya untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan di tingkat masyarakat. Standar ini diberlakukan bagi semua pelaksana kebidanan. 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1464/Menkes/SK/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan dalam praktek bidan. Pada BAB I yaitu tentang KETENTUAN UMUM pasal 1 ayat 6 yang berbunyi Standar

profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam melaksanakan profesi secara baik.

Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan serta

penyelenggaraannya sesuai kode etik dan standar pelayanan pofesi yang telah ditetapkan. Standar profesi pada dasarnya merupakan kesepakatan antar anggota profesi sendiri, sehingga bersifat wajib menjadi pedoman dalam pelaksanaan setiap kegiatan profesi.

E.

Standar outcome Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap klien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun negatif. Outcome jangka pendek adalah hasil dari segala suatu tindakan tertentu atau prosedur tertentu. Outcome jangka panjang adalah status kesehatan dan kemampuan fungsional klien

F. KEPUASAN PELANGGAN Pembelian atau penggunaan jasa memutuskan memberikan suatu penilaian terhadap produk atau jasa dan bertindak atas dasar itu. Apakah pembeli puas setelah membelanjakan tergantung kepada penampilan yang ditawarkan dalam hubungannya dengan harapan pembeli. Philip Kotler dalam bukunya Marketing Management , memberikan definisi tentang kepuasan pelanggan (customer satisfaction): Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan pemampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya denagn harapan seseorang. Tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan harapan. Ada 3 tingkat kepuasan : a. Bila penampilan kurang dari harapan pelanggan tidak dipuaskan b. Bila penampilan sebanding dengan harapan, pelanggan puas

c. Apabila penampilan melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang Kepuasan pelanggan pengguna jasa pelayanan kesehatan (pasien/ klien) dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu : 1. Pemahaman pengguna jasa tentang jenis pelayanan yang akan diterimanya, dalam hal ini aspek komunikasi memegang peranan penting 2. Empati (sikap peduli) yang ditunjukan oleh para petugas kesehatan, kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan para pelanggan. Sikapa ini akan menyentuh emosi pasien. Faktor inin akan berpengaruh pada tingkat kepatuhan pasien (compliance) 3. Biaya (cost), tingginya biaya pelayanan dapat dianggap sebagai sumber moral hazard pasien dan keluarganya, yang penting sembuh sehingga menyebabkan mereka menerima saja jenis perawatan dan teknologi yang ditawarkan petugas kesehatan. Akibatnya, biaya perawatan menjadi mahal. Informasi terbatas yang dimiliki pasien dan keluarganya tentang perawatan yang diterima dapat menjadi sumber keluhan pasien. Sistem asuransi kesehatan dapat mengatasi masalah biaya kesehatan. 4. Bukti langsung penampilan fisik (tangibility); meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi 5. Jaminan keamamnan yang ditunjukkan petugas kesehatan (assurance); kemampuan kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, risiko dan keragu-raguan, ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter dsb 6. Kehandalan (reliability); merupakan kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan 7. Daya tanggap/ kecepatan petugas dalam memberi tanggapan terhadap keluhan pasien (responsiveness); keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap

G. EFISIENSI PELAYANAN KESEHATAN 1. Efisiensi mutu pelayanan kesehatan merupakan dimensi penting dari mutu karena efisiensi akan mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan, apalagi sumber daya pelayanan kesehatan pada umumnya terbatas. 2. Pelayanan yang efisien akan memberikan perhatian yang optimal daripada memaksimalkan pelayanan kepada pasien dan masyarakat 3. Petugas akan memberikan pelayanan yang terbaik dengan sumber daya yang dimiliki 4. Pelayanan yang kurang baik karena norma yang tidak efektif atau pelayanan yang salah harus dikurangi atau dihilangkan, dengan cara ini kualitas dapat ditingkatkan sambil menekan biaya. 5. Pelayanan yang kurang baik, disamping menyebabkan risiko yang tidak perlu terjadi dan kurang nyamannya pasien, seringkali mahal dan memakan waktu yang lama untuk memperbaiki 6. Peningkatan kualitas memerlukan tambahan sumber daya, tetapi dengan menganilis efisiensi, manajer program kesehatan dapat memilih intervensi yang paling cost effective. Efisiensi adalah penggunaan sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif, membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima.

H. EFEKTIFITAS PROGRAM Efektivitas adalah pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Keefektivitasan dapat ditentukan berdasarkan penilaian pada hal-hal sebagai berikut :

a. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan b. Pentingnya cara penyelesaian masalah c. Sensitifitas cara penyelesaian masalah Efektifitas adalah melakukan tugas yang benar sedangkan efisiensi adalah melakukan tugas dengan benar. Penyelesaian yang efektif belum tentu efisien begitu juga sebaliknya. Yang efektif bisa saja membutuhkan sumber daya yang sangat besar sedangkan yang efisien barangkali memakan waktu yang lama. Sehingga sebisa mungkin efektivitas dan efisiensi bisa mencapai tingkat optimum untuk kedua-duanya.

I.

Sistem Untuk peningkatan kinerja bidan Kinerja bidan merupakan proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi dalam memberikan jasa atau produk kepada pelanggan. Sekumpulan prinsip-prinsip pedoman untuk kegiatan di mana pekerjaan setiap individu memberikan sumbangan bagi perbaikan pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Untuk melakukan peningkatan kinerja bidan digunakan prinsip perbaikan mutu sebagai dasar dalam melakukan perbaikan mutu untuk mencapai kinerja bidan yang baik. Adapun prinsip perbaikan mutu tersebut dijabarkan dalam 8 prinsip perbaikan mutu sebagai berikut : 1. Keinginan untuk Berubah Tidak hanya menemukan praktek yang tidak benar Menyatakan secara terbuka keinginan untuk bekerja dalam kemitraan untuk meningkatkan pelayanan 2. Mendefinisikan Kualitas Kemampuan pelayanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan 3. Mengukur Kualitas Menggunakan metode statistik yang tepat untuk menafsirkan hasil pengukuran. Perlu informasi atas proses, kebutuhan pelanggan, dan kualitas penyedia 4. Memahami Saling Ketergantungan

Fragmentasi tanggung jawab akan menimbulkan suboptimaze saya bekerja dengan baik yang lain tidak 5. Memahami Sistem Kesalahan yang terjadi disebabkan oleh sistem (85%) dan manusia (15%) 6. Investasi Dalam Belajar Seluruh pakar menekankan pentingnya pelatihan/ pembelajaran. Mencari penyebab lalu mendapatkan pengalaman utk perbaikan 7. Mengurangi Biaya Mengurangi kerja sia-sia, duplikasi, kompleksitas yang tak perlu 8. Komitmen Pemimpin Menunjukkan segala sesuatu baik itu dengan kata-kata maupun perbuatan atas komitmen yang telah ditetapkan terutama untuk mutu

10

BAB III EVALUASI STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

Standar pelayanan kebidanan terbagi menjadi 4 ( empat ) bagian besar, yaitu standar pelayanan umum, standar pelayanan antenatal, standar pelayanan persalinan dan standar pelayanan kegawat daruratan.

A.

Standar Pelayanan Umum

Standar pelayanan umum terdiri dari 2 standar yaitu standar persiapan untuk kehidupan keluarga sehat dan standar pencacatan dan pelaporan 1. STANDAR 1 : Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan, keluarga dan masyarakat terhadap segalan hal yang berkaitan dengan kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum (gizi, KB, kesiapan dalam menghadapai kehamilan dan menjadi calon orang tua, persalinan dan nifas). Tujuannya adalah memberikan penyuluhan kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dan terencana serta menjadi orang yang bertanggungjawab. Dan hasil yang diharapkan dari penerapan standar 1 adalah masyarakat dan perorangan dapat ikut serta dalam upaya mencapai kehamilan yang sehat. Ibu,keluarga dan masyarakat meningkat pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya kehamilan pada usia muda.Tanda-tanda bahaya kehamilan diketahui oleh masyarakat dan ibu.

2.

STANDAR 2 : Pencatatan Dan Pelaporan Bidan melakukan pencatatan dan pelaporan semu kegiatan yang

dilakukannya , yaitu registrasi semua ibu hamil diwilayah kerja, rincian pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil/bersalin/nifas dan bayi baru lahir, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikut sertakan kader untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir . Bidan

11

meninjau secara teratur catatan tersebut untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana kegiatan untuk meningkatkan pelayanannya. Tujuan dari standar 2 ini yaitu mengumpulkan, menggunakan dan mempelajari data untuk pelaksanaan penyuluhan , kesinambungan pelayanan dan penilaian kerja. Hal-hal yang dapat dilakukan bidan untuk dapat melakukan pencatatan dan pelaporan yang maksimal adalah sebagai berikut : Bidan harus bekerjasama dengan kader dan pamong setempat agar semua ibu hamil dapat tercatat Memberikan ibu hamil KMS atau buku KIA untuk dibawa pulang . Dan memberitahu ibu agar membawa buku tersebut setiap pemeriksaan. Memastikan setiap persalinan , nifas, dan kelahiran bayi tercatat pada patograf. Melakukan pemantauan buku pencatatan secara berkala . Hasil yang diharapkan dari dilakukannya standar ini yaitu terlaksananya pencatatatn dan pelaporan yang baik. Tersedia data untuk audit dan pengembangan diri, meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam kehamilan , kelahiran bayi dan pelayanan kebidanan.

12

Evaluasi standar pelayanan umum :


No 1. 2. Tipe Kriteria Efektifitas Efisiensi Pertanyaan Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai? seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah Ketercapaian Belum efektif Belum efisien Analisis Alasan Karena pelayanan kebidanan yang diberikan saat ini masih berorientasi pada tindakan medis dan banyak intervensi yang tidak ada dasar. Karena masih tinggi nya angka kematian ibu dan angka kematian bayi Tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi ( mengurangi kesakitan dan kematian ) belum tercapai dimana Dalam target MDGS 2015 target penurunan AKI 102/100.000 kelahiran hidup sedangkan AKI pada tahun 2007 masih berada pada 228/100.000 kelahiran ibu. Sedangkan angka kematian anak balita targetnya 2015 32/1000 kelahiran pada tahun 2007 AKABA berada pada angka 44/1000 kelahiran hidup. Karena belum meratanya penyebaran tenaga kesehatan yang kompeten sehingga menyebabkan pelayanan kebidanan yang bermutu juga belum merata Karena pelayanan kebidanan yang bermutu mayoritas berpusat dikota-kota besar Karena sasaran dalam pelayanan kebidanan fokusnya belum dan masih berfokus pada salah satu sasaran ( pada ibu saja / tenaga kesehatan saja )

3.

Kecukupan

Belum tercapai

4.

Perataan

5.

Responsivitas

6.

Ketepatan

Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok yang berbeda Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok tertentu Apakah hasil / tujuan yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai

Belum merata

Belum memuaskan Belum tepat

13

B. Standar pelayanan antenatal Sedangkan untuk standar pelayanan antenatal didistibusikan dalam 6 standar yaitu standar 3 s/d standar 9 1. STANDAR 3 : Identifikasi Ibu Hamil Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan motifasi ibu , suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur. Adapun tujuan yang diharapkan dari penerapan standar ini adalah mengenali dan memotifasi ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya. Kegiatan yang dapat dilakukan bidan untuk mengidentifikasi ibu hamil contoh nya sebagai berikut Bidan melakukan kunjungan rumah dan penyuluhan secara teratur Bersama kader bidan memotifasi ibu hamil Lakukan komunikasi dua arah dengan masyarakat untuk membahas manfaat pemeriksaan kehamilan. Dll Hasil yang diharapkan dari standar ini adalah ibu dapat memahami tanda dan gejala kehamilan. Ibu , suami, anggota masyarakat menyadari manfaat pemeriksaan kehamilan secara dini dan teratur.meningkatkan cakupan ibu hamil yang memeriksakan diri sebelum kehamilan 16 minggu.

2.

STANDAR 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal Bidan hendaknya paling sedikit memberikan 4 kali pelayanan antenatal.

Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal.bidan juga harus bisa mengenali kehamilan dengan risti/kelainan , khususnya anemia , kurang gizi , hipertensi , PMS/infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh puskesmas. Tujuan yang diharapkan dari standar ini adalah bidan mampu memberikan pelayanan antenatal berkualitas dan deteksi dini komplikasi kehamilan. Adapun hasil yang diharapkan yaitu ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal minimal

14

4 kali selama kehamilan. Meningkatnya pemanfaatan jasa bidan oleh masyarakat. Deteksi dini dan penanganan komplikasi kehamilan. Ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat mengenali tanda bahaya kehamilan dan tahu apa yang harus dilakukan. Mengurus transportasi rujukan ,jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

3.

STANDAR 5 : Palpasi abdominal Bidan harus melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan

melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur kehamilan bertambah , memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan dan untuk merujuk tepat waktu. Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah memperkirakan usia kehamilan, pemantauan pertumbuhan janin, penentuan letak, posisi dibagian bawah janin. Hasil yang diharapkan yaitu bidan dapat memperkirakan usia kehamilan , diagnosis dini kelainan letak, dan merujuk sesuai kebutuhan. Mendiagnosisi dini kehamilan ganda dan kelainan, serta merujuk sesuai dengan kebutuhan.

4.

STANDAR 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia , penemuan , penanganan

dan rujukan semua kasusu anemia pada kehamialan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tujuan dari standar ini adalah bidan mampu menemukan anemia pada kehamilan secara dini, melakukan tindak lanjut yang memadai untuk mengatasi anemia sebelum persalinan berlangsung. Tindakan yang bisa dilakukan bidan contohnya , memeriksakan kadar Hb semua ibu hamil pada kunnjungan pertama dan minggu ke 28. Memberikan tablet Fe pada semua ibu hamil sedikitnya 1 tablet selama 90 hari berturut-turut . beripenyuluhan gizi dan pentingnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi, dll. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini yaitu jika ada ibu hamil dengan anemia berat dapat segera dirujuk, penurunan jumlah ibu melahirkan dengan anemia, penurunana jumlah bayi baru lahir dengan anemia/BBLR.

15

5.

STANDAR 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenali tanda gejala preeklamsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya. Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu bidan dapat mengenali dan menemukan secaea dini hipertensi pada kehamilan dan melakukan tindakan yang diperlukan. Adapun tindakan yang dapat dilakukan bidan yaitu rutin memeriksa tekanan darah ibu dan mencatatnya. Jika terdapat tekanan darah diatas 140/90 mmHg lakukan tindakan yang diperlukan. Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan standar ini adalah ibu hamil dengan tanda preeklamsia mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat eklamsia.

6.

STANDAR 8 : Persiapan Persalinan Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami atau keluarga

pada trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan bersih dan aman dan suasana menyenangkan akan direncanakan dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal ini. Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah untuk memastikan bahwa persalinan direncanakan dalam lingkungan yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk merencanakan persalinan yang bersih dan aman. Persalinan direncanakan di tempat yang aman dan memadai dengan pertolongan bidan terampil. Adanya persiapan sarana transportasi untuk merujuk ibu bersalin,jika perlu. Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila diperkirakan .

16

Evaluasi standar pelayanan antenatal :


No 1. Tipe Kriteria Efektifitas Pertanyaan Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai? Ketercapaian Belum efektif Analisis Alasan Karena belum semua bidan belum memahami tentang ANC yang terintegrasi / terstandar sehingga pelayanan yang diberikan belum seragam dan Asuhan ANC yang ada sekarang ini belum dapat dijadikan sarana untuk mendeteksi komplikasi pada kehamilan Karena belum kompeten nya bidan dan tenaga kesehatan lainnya sehingga peralatan dan sarana prasarana yang digunakan untuk menunjang pelayanan antenatal care belum dipergunakan sebagaimana mestinya malah terkadang peralatan dan prasarana tersbut menumpuk dan rusak sebelum di pakai. karena masih banyaknya bidan / tenaga kesehatan yang belum kompeten sehingga menyebabkan masih banyaknya kehamilan yang mengalami komplikasi yang tidak terdeteksi sedini mungkin. Karena tenaga bidan / kesehatan yang kompeten dan berkualitas tidak merata kemampuan dan penempatannya. Karena pelayanan kebidanan yang bermutu mayoritas berpusat dikota-kota besar dan yang didaerah masih berfokus / percaya pada paraji. Belum fleksibelnya jadwal pelayanan ANC baik di tingkat dasar maupun di puskesmas sehingga banyak yang memeriksakan kehamilannya ke paraji. Keberadaan bidan yang tidak standby di tempat serta dengan tarif pelayanan yang mahal. Hasil yang diharapkan sebenarnya sangat bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan ibu hamil tetapi seringkali hasil yang didapatkan tidak di tindak lanjuti.

2.

Efisiensi

seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan

Belum efisien

3.

Kecukupan

Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok yang berbeda Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok tertentu

Belum tercapai Belum merata Belum memuaskan

4.

Perataan

5.

Responsivitas

6.

Ketepatan

Apakah hasil / tujuan yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai

Belum tepat

17

C.

Standar Pelayanan Persalinan Standar pelayanan persalinan terdiri dari :

1.

STANDAR 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian

memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai , dengan memperhatikan kebutuhan ibu, selama proses persalinan berlangsung. Bidan juga melakuakan pertolongan proses persalinan dan kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu ibu diijinkan memilih orang yang akan mendampinginya selam proses persalinan dan kelahiran. Tujuan dari dilakukannya standar ini yaitu untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam mendukung pertolongan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu bayi. Hasil yang diharapkan adalah ibu bersalin mendapatkan pertolongan yang aman dan memadai. Meningkatnya cakupan persalinan dan komplikassi lain yang ditangani oleh tenaga kesehatan. Berkurangnya kematian/kesakitan ibu bayi akibat partus lama

3.

STANDAR 10. Persalinan kala II yang aman

Tujuan : memastikan persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan bayi. Pernyataan standar : bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat. Disamping itu, ibu diizinkan memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan. Hasil : Persalinan yang bersih dan aman Meningkatnya kepercayaan terhadap bidan. Meningkatnya jumlah persalinan yang ditolong oleh bidan. Menurunnya komplikasi seperti perdarahan post partum,asfiksia

neonatorum, trauma kelahiran. Menurunnya angka sepsis puerperalis.

18

Prasyarat : 1. 2. Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai mules/ketuban pecah. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam menolong persalinan secara bersih dan aman. 3. Tersedianya alat untuk pertolongan persalinan termasuk sarung tangan dalam keadaan DTT atau steril. 4. Tersedianya perlengkapan untuk pertolongan persalinan yang berih dan aman seperti air bersih, sabun dan handuk yang bersih, 2 handuk/kain hangat yang bersih (satu untuk mengeringkan bayi,yang lain untuk dipakai kemudian), pembalut wanita dan tempat untuk plasenta. Bidan sedapat mungkin menggunakan sarung tangan yang bersih. 5. 6. 7.

Tersedia ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan. Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA, kartu ibu, partograf. System rujukan untuk perawatan kegawat daruratan obstetric yang efektif.

Proses : Bidan harus : Menghargai ibu selama proses persalinan. Mengijinkan ibu memilih orang yang akan mendampinginya selama proses persalinan dan kelahiran. 3. Memastikan tersedianya ruangan yang hangat, bersih dan sehat untuk persalinan, 2 handuk/kain hangat yang bersih(satu untuk mengeringkan bayi,yang lain untuk dipakai kemudian),tempat untuk plasenta. (jika ibu belum mandi,bersihkan daerah perineum dengan sabun dan air mengalir). 4. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir, kemudian keringkan hingga betul-betul kering denga handuk bersih. (Kuku harus dipotong pendek dan bersih). 5. 6. Bantu ibu untuk mengambil posisi yang paling nyaman baginya. Pada kala II anjurkan ibu untuk meneran hanya jika merasa ingin atau saat kepala bayi sudah kelihatan.(riset menunjukkan bahwa mwnahan nafas sambil meneran adalah berbahaya,dan meneran sebelum kepala bayi tampak tidaklah perlu.bahkan meneran sebelum pembukaan serviks lengkap adalah berbahaya). Jika kepala belum terlihat,padahal ibu sudah sangat ingin

1. 2.

19

meneran, periksa pembukaan serviks denga periksa dalam. Jika pembukaan belum lengkap,keinginan meneran bias dikurangi dengan memiringkan ibu ke sisi sebelah kiri. 7. Pada kala II, dengarkan DJJ setiap 5 menit setelah his berakhir, irama dan frekuensinya ha rus segera kembali normal. Jika tidak, cari pertolongan medis. (jika kepala sudah meregangkan perineum, dan terjadi kelambatan kemajuan persalinan atau DJJ menurun sampai 11100x/menit atau kurang atau meningkat menjadi 180x/menit atau lebih, maka percepat persalinan dengan episiotomy) 8. Hindari peregangan vagina secara manual dengan gerakan menyapu atau menariknya kearah luar. (riset menunjukkan hal itu berbahaya). 9. Pakai sarung tangan DTT, saat kepala bayi kelihatan.

10. Jika ada kotoran keluar dari rectum, bersihkan dengan kain bersih. 11. Bantu kepala bayi lahir perlahan, sebaiknya antara his. (riset menunjukkan bahwa robekan tingkat II dapat sembuh sama baiknnya dengan luka episiotomy ; sehingga tidak perlu melakukan episiotomy, kecuali terjadi gawat janin, komplikasi persalinan pervaginam,(sungsang,distosia

bahu,forcep, vakum) atau ada hambatan pada perineum (misalnya disebabkan jaringan parut pada perineum). 12. Begitu kapala bayi lahir, usap mulut dan hidung bayi dengan kasa bersih dan biarkan kepala bayi memutar (hal ini seharusnya terjadi spontan,sehingga bayi tak perlu di bantu.jika bahu tidak memutar ikuti standar 18. 13. Begitu bahu sudah pada posisi anterior-pesterior yang benar, bantulah persalinan dengan cara yang tepat. 14. Segera setelah periksa keadaan bayi,letakkan di perut ibu, dan segera keringkan bayi dengan hsnduk bersih yang hangat. 15. Minta ibu memegang bayinya. Tali pusat di klem di 2 tempat, lalu potong diantara 2 klem dengan gunting tajam steril/DTT. 16. Letakkan bayi dalam pelican ibu dan mulai menyusui. (riset menunjukkan hal ini penting untuk keberhasilan awal dalam memberikan ASI dan membantu pelepasan plasenta. Kontak kulit dengan kulit adalah cara yang baik untuk menjaga kehangatan bayi,lalu ibu dan bayi harus di selimuti dengan baik

20

termasuk kepala. Jika bayi tidak didekap oleh ibunya selimuti bayi dengan kain yang bersih dan hangat. Tutupi kepala bayi agar tidak kehilangan panas). 17. Menghisap lender dari jalan nafas bayi tidak selalu diperlukan. Jika bayi tadak menangis spontan, gunakan penghisap Delee yang sudah di DTT atau aspirator lender yang baru dan bersih untuk membersihkan jalan nafas (lihat standar 24). 18. Untuk melahirkan plasenta,mulailah langkah-langkah untuk penatalaksanaan aktif persalina kala III yang tercantum di standar 11. 19. Pada saat plasenta sudah dilahirkan lengkap dan utuh dengan mengikuti langkah-langkah penatalaksanaan aktif persalinan kala III . lakukan masasse uterus agar terjadi kontraksi dan pengeluaran gumpalan darah. 20. Segera sesudah plasenta di keluarkan, periksa apakah terjadi laserasi pada vagina atau perineum. Dengan menggunakan teknik aseptic berikan anastesi local (1%lidokain). 21. Perkiraan jumlah kehilangan darah secara akurat (ingat perdarahan sulit diukur dan sering diperkirakan lebih sedikit). 22. Bersihkan perineum dangan air matang dan tutupi dengan kain bersih/telah dijemur. 23. Berikan plasenta kepada suami/keluarga ibu. 24. Pastikan agar ibu dan bayi merasa nyaman. Berikan bayi kepada ibu untuk diberi ASI. 25. Untuk perawatan bayi baru lahir lihat standar 13. 26. Catat semua temuan dengan seksama. CATATAN.!!!!! 1. Membantu kelahiran bahu dan punggung masih mungkin dilakukan,meskipun ibu dalam posisi tradisional saat persalinan. (tidak berbaring terlentang atau dalam posisi litotomi). 2. Proses persalinan yang normal, apapun posisi ibu, Ingat 3 bersih : tangan bersih,tempat pertolongan persalinan bersih, pengikatan dan pemotongan tali pusat dilakukan secara bersih. 3. Standar 11. Penatalaksanaan aktif persalinan kala III

21

Tujuan : membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengklap untuk mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan, memperpendek waktu persalinan kala III, mencegah terjadinya atonia uteri dan retensio plasenta. Pernyataan standar : secara rutin bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan Kala III. Hasil : Menurunkan terjadinya perdarahan yang terjadi pala persalinan kala III. Menurunkan terjadinya atonia uteri. Menurunkan terjadinya retensio plasenta. Memperpendek waktu persalinanan kala III. Menurunkan terjadinya perdarahan post partum akibat salah penanganan kala III. Prasyarat : 1. Bidan sudah terlatih dan terampil dalam melahirkan plasenta secara lengkap dengan melakukan penatalakanaan aktif persalinan kala III secara benar. 2. Tersedianya peralatan dan perlengkapan untuk melahirkan plasenta,termasuk air bersih, larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi, sabun dan handuk yang bersih untuk cuci tangan, juga tempat untuk plasenta. Bidan seharusnya menggunakan sarung tangan DTT/steril. 3. Tersedia obat-obat oksitosika dan metode yang efektif untuk penyimpanan dan pengirimannya yang dijalankan dengan baik. 4.

System rujukan untuk perawatan kegawat daruratan obstetric yang efektif.

Proses ; Bidan harus : Berikan penjelasan pada ibu, sebelum melahirkan, tentang prosedur penatalaksanaan aktif persalinan kala III. 2. 3. Masukkan oksitosi 10 unit IM kedalam alat suntik steril menjelang persalian. Setelah bayi lahir (lihat standar 10),tali pusat di klem di 2 tempat,lalu potong diantara 2 klem dengan gunting tajam steril/DTT. 4. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan ganda, jika tidak ada, beri oksitosin 10 unit secar IM (dalam waktu 2 menit setelah persalinan).

1.

22

5.

Tunggu uterus berkontraksi, lakukan PTT sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah punggung ibu dan kearah atas (dorso kranial). Ulangi langkah ini pada setiap ada his.

6.

Bila plasenta belum lepas setelah melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala III dalam waktu 15 menit :
o o o o

Ulangi 10 unit oksitosin IM Periksa kandung kemih, lakukan kateterisasi bila penuh. Beritahu keluarga untuk persiapan merujuk. Teruskanmelakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala III selama 15

menit lagi. 7. Bila sudah terasa ada pelepasan plasenta minta ibu untuk meneran sedikit pada saat tali pusat ditegangkan kearah bawah kemudian keatas sesuai denga kurve jalan lahir sehingga plasaenta tampak pada vulva (jangan mendorong uterus karena dapat mengakibatkan inversion uteri). 8. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu, pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah jarum jam untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban 9. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan, lakuka masase uterus supaya berkontraksi. 10. Sambil melakukan masase fundus uteri, periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasenta utuh dan lengkap. 11. Bila plasenta dilahirkan tidak utuh dan lengkap, ikuti standar 20. Jika terjadi atonia uteri atau perdarahan pasca persalinan lihat standar 21. 12. Perkirakan jumlah kehilangan darah secara akurat. 13. Bersihkan vulva dan perineum dengan air matang dan tutup dengan pembalut wanita/kain bersih/telah dijemur. 14. Periksa tanda-tanda vital. Catat semua temuan denga seksama. 15. Berikan plasenta pada suamai atau keluarga ibu. 16. Catat semua temuan dan perawatan denga seksama.

23

CATATAN!!! a. Oksitosin menurun efektifitasnya jika tidak disimpan pada suhu 2-8C. karena itu,simpanlah oksitosin di lemari es dan hindarkan dari cahaya. Bila dikeluarkan dari lemari es, oksitosi dapat bertahan paling lama 1 bulan pada suhu 30C atau 2 minggu pada suhu 40C. b. c. Dilarang menggunakan ergometrin/metergin sebelum bayi lahir. Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah: fundus berkontraksi dengan baik,keluarnya darah,fundus naik dan tali pusat memanjang. d. e. Dilarang mendorong fudus. Dilarang menarik tali pusat secara berlebihan. Lakukan peneganga tali pusat denga hati-hati. f. g. Hentikan penegangan tali pusat jika tersa nyeri atau tali pusat tertahan. Jika tidak yakin apakah plasenta lahir lengkap. Ikutio standar 20 untuk melakukan manual plasenta. Jika bidan belum terampil ibu segera dirujuk. 4. Standar 12 : Penanganan kala dua dengan gawat janin melalui episiotomi Tujuan : Mempercepat persalinan dengan melakukan episiotomi jika ada tanda tanda gawat janin pada saat kepala janin meregangkan perineum. Pernyataan standar : Bidan mengenali secara tepat tanda- tanda gawat janin pada kala dua, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum. Hasil : - Penurunan kejadian asfiksia neonatorum berat. - Penurunan kejadian lahir mati pada kala dua. Prasyarat: 1. Bidan sudah terlatih dalam melaksanakan episiotomo dan menjahit perineum secara benar. 2. Tersedia sarung tangan / alat / perlengkapan untuk melakukan episiotomi, termasuk gunting tajam yang steril/ DTT, dan alat/ bahan yang steril /DTT untuk penjahitan perineum, ( anastesi local misalnya dengan 10 ml lidokain 1% dan alat suntik/ jarum hipodermik steril). 3. Menggunakan kartu ibu, partograf dan buku KIA.

Proses :

24

Jika ada tanda gawat janin berat dan kepala sudah telihat pada vulva , episiotomi mungkin salah satu dari beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan janin.

Bidan harus : 1. Mempersiapkan alat-alat steril/ DTT untuk tindakan ini. 2. Memberitahu ibu tentang perlunya episiotomi dilakukan dan yang akan dirasakannya . 3. Kenakan sarung tangan steril/ DTT. 4. Jika kepala janin meregangkan perineum , anastesi lokal diberikan ( pada saat his) Masukkan dua jari tangan kiri ke dalam vagina untuk melindungi kepala bayi, dan dengan tangan kanan tusukan jarum sepanjang garis yang akan di gunting ( sebaiknya dilakukan insisi medio- lateral ). Sebelum menyuntikannnya , tarik jarum sedikit ( untuk memastikan jarum tidak menembus pembuluh darah). Masukkan anastesi perlahan lahan , sambil menarik alat suntik perlahan sehinnga garis yang akan di gunting teranastesi. 5. Begitu bayi lahir , keringkan dan stimulasi bayi. Mulai

melakukan resusitasi bayi baru lahir jika diperlukan ( lihat standar 24). 6. Lahirkan plasenta dan selaput ketuban secara lengkap mengikuti langkahlangkah penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga, sesuai dengan standar 11. Periksa perineum untuk menentukan tingkat luka episiotomyi, perluasan episiotomi dan / laserasi. 7. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan , dengan menggunakan teknik aseptic, berikan anastesi lokal ( lidokain 1% ), lalu jahit perlukaan dan/ laserasi dengan peralatan steril/ DTT. ( lihat standar 12). 8. Lakukan jahitan sekitar 1 cm di atas ujung luka episiotomy atau laserasi di dalam vagina . lakukan penjahitan secara berlapis, mulai dari vagina kea rah perineum, lalu teruskan dengan perineum. 9. Sesudah penjahitan , lakukan masase uterus untuk memastikan bahwa uterus berkontraksi dengan baik. Pastikan bahwa tidak ada kasa yang

25

tertinggal di vagina dan masukkan jari dengan hati- hati ke rectum untuk memastikan bahwa penjahitan tidak menembus dinding rectum . bila hal tersebut terjadi , lepaskan jahitan dan lakukan jahitan ulang.

Lepaskan sarung tangan yang sudah terkontaminasi . 10. Kenakan sarung tangan yang bersih , bersihka perineum dengan air matang , buatlah ibu merasa bersih dan nyaman. Periksa apakah perdarahan dari daerah insisi sudah berhenti. Bila perdarahan masih ada, periksa sumbernya. Bila berasal dari luka episiotomy, temukan titik perdarahan dan segera ikat, jika bukan ikuti satandar 21. 11. Pastikan agar ibu di beritahu agar menjaga perineum tetap bersih dan kering serta menggunakan pembalut wanita/ kain bersih yang sudah di jemur. Catat semua perawatan dan temuan dengan seksama. Ikuti standar 14 untuk perawatan postpartum. CATATAN !!! 1. Gawat janin pada kala satu selalu memerlukan rujukan segera . 2. Episiotomy hanya bermanfaat pada kala dua, ketika perineum sudah meregang . dan kepala sudah tampak pada vulva . jika kepala masih tinggi ibu segera di rujuk, kecuali bidan terlatih dan terampil dan melakukan ekstraksi vakum. 3. Melakukan dorongan pada fundus adalah berbahaya dan tidak akan mempercepat proses persalina . 4. Tanda- tanda gawat janin adalah : DJJ di bawah 100 kali/ menit atau 180 kali/ menit atau DJJ tidak segera kembali normal setelah his.

26

Evaluasi standar asuhan persalinan :


No 1. Tipe Kriteria Efektifitas Pertanyaan Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai? Ketercapaian Belum tercapai Alasan Karena proses persallinan tidak hanya dipengaruhi oleh passage (jalan lahir) tetapi juga oleh power (kekuatan ibu meneran), sehingga bidan harus benar-benar mampu identifikasi, bila karena perineum yang kaku, tepat dilakukan episiotomy tetapi sangat tidak tepat jika karena tidak mampunya ibu dalam menera Akan efisien bila : a. tenaga bidan yang masih D1 melanjutkan pendidikan ke D3 agar dapat memberikan pelaanan yang lebih baik. b. Bidan menguasai kompetensinya dan penyegaran melalui pelatihan Standar pelayanan kebidanan dan kompetensi bidan ditetapkan agar seluruh bidan harus mampu memenuhi hal tersebut Kemampuan seluruh bidan belum merata kare berasal dari berbagai institusi pendidikan, berada di daerah-daerah yang tidak seluruhnya mudah untuk mendapatkan informasi dan mengikuti pelatihan Karena standar tersebut tidak dapat digunakan pada kasus partus kala II lama yang bermasalah pada power tetapi memuaskan bagi yang diakibatkan oleh kakunya perineum Bermanfaat hanya pada kala II lama karena kakunya perineum tetapi tidak untuk penyebabnya karena kekuatan ibu

2.

Efisiensi

seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok yang berbeda Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok tertentu Apakah hasil / tujuan yang diinginkan benarbenar berguna atau bernilai

Belum tercapai

3.

Kecukupan

Belum tercapai

4.

Perataan

Belum merata

5.

Responsivitas

Belum memuaskan Belum tepat

6.

Ketepatan

27

D.

Standar asuhan pelayanan nifas

Terdiri dari 3 standar yaitu : 1. Standar 13. Perawatan Bayi Baru Lahir

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan juga harus mencegah atau menangani hipotermia.

28

Evaluasi standar pelayanan nifas pada bayi baru lahir :


No 1. Tipe Kriteria Efektifitas Pertanyaan Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai? seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok yang berbeda Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok tertentu Apakah hasil / tujuan yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai Ketercapaian Belum tercapai Alasan Kualitas hidup seseorang ditentukan sejak awal kelahiran, bila mengalami aspiksi berat dalam jangka waktu yang lama akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dikemudian hari. Namun belum semua bidan kompeten dalam melakukan resusitasi Akan efisien bila seluruh tenaga bidan kompeten dalam menilai bayi baru lahir dan terampil dalam melakukan resusitasi Belum seluruh bidan kompeten dalam melakukan resusitasi pada bayi baru lahir Kemampuan seluruh bidan belum merata kare berasal dari berbagai institusi pendidikan, berada di daerah-daerah yang tidak seluruhnya mudah untuk mendapatkan informasi dan mengikuti pelatihan Bagi pasien, standar ini tentu saja dapat memuaskan kebutuhan mereka, namun pada kenyatannya belum memuaskan karena ketidakterampilannya tenaga bidan secara keseluruhan Bermanfaat bagi bayi, keluarga serta tenaga bidan agar mencapai keterampilan tersebut

2.

Efisiensi

Belum tercapai

3. 4.

Kecukupan Perataan

Belum tercapai Belum merata

5.

Responsivitas

Belum memuaskan Sudah tepat

6.

Ketepatan

29

2.

Standar 14 : Penanganan Pada Dua Jam Pertama Persalinan

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI. 3. Standar 15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah paa hari ke-tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir , pemberian ASI , imunisasi dan KB. Tujuan nya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.

30

Evaluasi standar pelayanan nifas pada ibu ( Standar 14 dan standar 15 )


No 1. 2. Tipe Kriteria Efektifitas Efisiensi Pertanyaan Apakah hasil yang diinginkan telah dicapai? Seberapa banyak usaha yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan Seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah Apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok yang berbeda Apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan, preferensi atau nilai kelompok tertentu Apakah hasil / tujuan yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai Ketercapaian Belum tercapai Belum tercapai Alasan Karena masih tingginya angka kematian ibu karena perdarahan selama persalinan Akan tercapai bila seluruh tenaga bidan kompeten dalam bidang kerjanya Belum seluruh bidan kompeten dalam mengenal penyebab perdarahan dan penangannya selama persalinan Kemampuan seluruh bidan belum merata karena berasal dari berbagai institusi pendidikan, berada di daerah-daerah yang tidak seluruhnya mudah untuk mendapatkan informasi dan mengikuti pelatihan Bagi pasien, standar ini tentu saja dapat memuaskan kebutuhan mereka, namun pada kenyatannya belum memuaskan karena ketidakterampilannya tenaga bidan secara keseluruhan Bermanfaat bagi keluarga serta tenaga bidan agar mencapai keterampilan tersebut

3. 4.

Kecukupan Perataan

Belum tercapai Belum merata

5.

Responsivitas

Belum memuaskan Sudah tepat

6.

Ketepatan

31

E.

Standar penanganan kegawatan obstetri dan neonatal Standar penanganan kegawatan obstetri dan neonatal terdiri dari 9 standar yaitu : 1. Standar 16 : Perdarahan Dalam Kehamilan Pada Trimester Tiga Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada kehamilan serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya. Tujuan dari dilakukannya standar ini adalah mengenali dan melakukan tindakan secara tepat dan cepat perdarahan pada trimester tiga. Hasil yang diharapkan dari kemampuan bidan dalam menerapkan standar ini adalah ibu yang mengalami perdarahan kehamilan trimester tiga dapat segera mendapatkan pertolongan, kematian ibu dan janin akibat perdarahan pada trimester tiga dapat berkurang , dan meningkatnya pemanfaatan bidan sebagai sarana konsultasi ibu hamil. 2. Standar 17 : Penanganan Kegawatdaruratan pada Eklamsia Bidan mengenali secara tepat dan gejala eklamsia mengancam, serta merujuk dan/atau memberikan pertolongan pertama. Tujuan dilaksanakan satandar ini adalah mengenali tanda gejala preeklamsia berat dan memberikan perawatan yang tepat dan memadai. Mengambil tindakan yang tepat dan segera dalam penanganan kegawat daruratan bila eklamsia terjadi. Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kejadian eklamsia. Ibu hamil yang mengalami preeklamsia berat dan eklamsia mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Ibu dengan tanda-tanda preeklamsia ringan mendapatkan perawatan yang tepat. Penurunan kesakitan dan kematian akibat eklampsia. 3. Standar 18 : Penanganan Kegawatdaruratan Pada Partus Lama / macet Bidan mengenali secara tepat tanda gejala partus lama/macet serta melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu untuk merujuk untuk persalinan yang aman. Tujuan nya adalah untuk mengetahui segera dan penanganan yang tepat keadaan daruratpada partus lama/macet.

32

Hasil yang diharapkan yaitu mengenali secara dini tanda gejala partus lama/macet serta tindakan yang tepat. Penggunaan patograf secara tepat dan seksama untuk semua ibu dalam proses persalinan. Penurunan kematian/kesakitan ibu dan bayi akibat partus lama/macet. 4. Standar 19 : Persalinan Dengan Menggunakan Vakum Ekstraktor Bidan hendaknya mengenali kapan waktu diperlukan menggunakan ekstraksi vakum, melakukan secara benar dalam memberikan pertolongan persalinan dengan memastikan keamanan bagi ibu dan janinnya. Tujuan penggunaan vakum yaitu untuk mempercepat persalinan dalam keadaan tertentu. Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kesakitan atau kematian akibat persalinan lama. Ibu mendapatkan penanganan darurat obstetric yang cepat . 5. Standar 20 : Penanganan Kegawat daruratan Retensio Plasenta Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan

pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan. Tujuan nya adalah mengenali dan melakukan tindakan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta . Hasil yang diharapkan ialah penurunan kejadian retensio plasenta. Ibu dengan retesio plasenta mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat. Penyelamatan ibu dengan retensio plasenta meningkat. 6. Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan dan segera melakukan pertolongan pertama kegawat daruratan untuk mengendalikan perdarahan. Tujuan nya adalah bidan mampu mengambil tindakan pertolongan kegawat daruratan yang tepat pada ibu yang mengambil perdarahan post partum primer/ atoni uteri. Hasil yang diharapkan yaitu penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan post partum primer. Meningkatkan pemanfaatan pelayanan bidan. Merujuk secara dini pada ibu yang mengalami perdarahan post partum primer.

33

7.

Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini gejala perdarahan post partum sekunder , dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu , dan/atau merujuk. Tujuan nya adalah

mengenali gejala dan tanda perdarahan post partum sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu. Hasil yang diharapkan yaitu kematian dan kesakitan akibat perdarahan post partum sekunder menurun. Ibu yang mempunyai resiko mengalami perdarahan post partum sekunder ditemuka secara dini dan segera di beri penanganan yang tepat. 8. Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis Bidan mampu menangani secara tepat tanda dan gejala sepsis puerperalis , melakukan perawatan dengan segera merujuknya. Tujuannya adalah mengenali tanda dan gejala sepsis puerperalis dan mengambil tindakan yang tepat . hasl yang diharapkan yaitu ibu dengan sepsis puerperalis mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat . penurunan angka kesakitan dan kematian akibat sepsis puerperalis. Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan nifas. 9. Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonaturum Bidan mengenali secara tapat bayi baru lahir dengan asfiksia, serta melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi, mengusahakan bantuan medis, merujuk bayi baru lahir dengan tepat dan memberiakan perawatan lanjutan yang tepat. Tujuan yang diharapkan yaitu mengenal dengan tepat bayi baru lahir dengan asfiksia , mengambil tindakan yang tepat dan melakukan pertolongan kegawatdaruratan

34

Evaluasi standar penanganan kegawatan obstetri dan neonatal

No 1.

Tipe Kriteria Efektifitas

Pertanyaan Ketercapaian Apakah hasil yang Belum diinginkan telah dicapai? tercapai

Analisis Alasan a. Selama perkuliahan kegawatdaruratan hanya diperkenalkan, sedangkan untuk penatalaksanaanya hanya pada pertolongan awal selanjutnya dirujuk b. Karena pelayanan kebidanan yang diberikan saat ini berorientasi pada asuhan normal c. Kebanyakan bidan belum trampil karena tindakan kedawatdaruratan perlu pengalaman yang berulang-ulang, dan pelatihan d. Pada kegawatdaruratan BBL dengan asfiksia sedang sampai berat, mahasiwa tidak diberi kesempatan untuk melakukan tindakan, sehingga tidak memiliki pengalaman langsung. e. Biaya untuk pelatihan kegawatdaruratan ostretri dan neonatal cukup mahal a. Perlu perbaikan pada mata kuliah yang memuat kegawatdaruratan obstetri yang mana mahasiswa di ajarkan sampai tahap penatalaksanaan secara keseluruhan karena pada daerah tertentu bidan harus kompeten dalam melakukan tindakan tersebut, seperti pada dearah terpencil, perbatasan dan kepulauan b. Perlu perseptoring dan mentoring dalam pelaksanaan praktik klinik c. Dinas kesehatan provinsi supaya mengalokasikan dana daerah untuk menunjang pelatihan kegawatdaruratan obsteri secara berkelanjutan. d. Pelatihan kegawat daruratan dilakukan secara keseluruhan bukan

2.

Efisiensi

seberapa banyak yang diperlukan mencapai hasil diinginkan

usaha Belum efisien untuk yang

35

hanya bidan yang di poned saja sementara kegawatdaruratan obstetri dan neonatal dapat terjadi disemua tatanan pelayanan. 3. Kecukupan Seberapa jauh pencapaian Belum hasil yang diinginkan tercapai memecahkan masalah a. Masih banyak bidan yang belum kompeten dalam menangani kasus kegawatdaruratan obstetric dan neonatal b. Belum seluruh institusi pendidikan belum memenuhi standar laboratorium mengenai kegawatdaruratan obstetric dan neonatal c. Indonesia masih tinggi AkI dan angka kematian neonatal yang disebabkan oleh karena komplikasi kehamilan, persalinan, nifas a. Anggaran daerah lebih terfokus pada program PONED dan PONEK, sedangkan bidan di komunitas belum mendapatkan perhatian yang sama b. Dinas kesehatan daerah memberikan pelatihan lebih terfokus pada bidan pegawai negri Dinas kesehatan provivsi lebih memprioritaskan program pusat, PONED dan PONEK, serta pelatihan pada bidan pegawai negri

4.

Perataan

Apakah biaya dan manfaat Belum merata didistribusikan dengan merata kepada kelompok yang berbeda

5.

Responsivitas

6.

Ketepatan

Apakah hasil kebijakan Belum memuaskan kebutuhan, memuaskan preferensi atau nilai kelompok tertentu Apakah hasil / tujuan yang Belum tepat diinginkan benar-benar berguna atau bernilai

Dalam pelaksanannya belum berguna dan bernilai karena pihak terkait belum merealiasasikan sesuai dengan tujuan yang di tetapkan dalam program

36

BAB IV PENUTUP

A.

Simpulan Kebijakan standar pelayanan kebidanan diyakini dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat, meskipun baru mengcover secara umum saja dan dapat dilihat bahwa standar pelayanan kebidanan ini perlu ditingkatkan dalam hal evaluasi dan monitoring.

B.

Saran perlu dikaji ulang angka capaian kinerja layanan yang telah ditetapkan yang diukti dengan ketersediaan anggaran yang cukup. Ketidaktahuan masyarakat terhadap SPK ini bisa jadi disebabkan oleh kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh pembuat kebijakan. Karena sifatnya yang luas, menjadikan masyarakat kesulitan untuk memahaminya. Perlu penyamaan persepsi antara Pemerintah dengan kalangan tertentu bahwa SPK bukan standar pelayanan standar teknis, pelayanan tapi merupakan harus

dokumen yang

meng-cover

yang

diberikan kepada masyarakat sebagai kewajiban pemerintah atas dilimpahkannya wewenang tersebut. masyarakat harus dilindungi Karena pada dasarnya

dan mendapatkan hak pelayanan yang

sama dari Negara.

37

DAFTAR PUSTAKA

1.

Ismayucha Noerma. Standar pelayanan kebidanan. Dalam info-ilmukebidanan.blogspot.com/2011/02. Disitasi tanggal 26 April 2012

2.

Permenkes

No.1464/Menkes/Per/X/2010

Tentang

Izin

dan

Penyelenggaraan Praktik Bidan 3. Departemen Kesehatan RI. 2007. Standar pelayanan kebidanan

38

You might also like