You are on page 1of 48

Switch to Biogas

Dari Energi Biogas ke Bisnis Ramah Lingkungan


Lumajang, Jawa Timur 2009-2011

PT. BUMI HARMONI INDOGUNA


DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

Kontak: Verania Andria Programme Manager for Sustainable Energy Environment Unit United Nations Development Programme (UNDP) Gedung Menara Thamrin Lantai 9, M.H. Thamrin Kav. 3, Jakarta 10250 Email: verania.andria@undp.org Telp. 021-3141308 Ext.806 Faks. 021-3150382 Liputan tentang Swicth to Biogas dapat dilihat di: http://www.thejakartapost.com/news/2012/05/01/making-nature-work.html

SWITCH TO BIOGAS

Daftar Isi
Ringkasan Summary I. Tentang Switch To Biogas 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan 1.3 Pelaksanaan Kegiatan II. Manfaat Energi, Lingkungan, dan Ekonomi 2.1 Kondisi Sosio, Ekonomi dan Lingkungan Petani Ternak Di Lumajang 2.2 Pembangunan Biogas UNDP di Kecamatan Senduro: Manfaat, Energi dan Lingkungan 2.3 Manfaat Sosial Dan Ekonomi Bagi Petani 2.4 Potensi Bisnis Limbah Biogas 2.5 Aspek Finansial Bisnis Limbah Biogas III. Penutup 5 8 13 13 16 17 21 21 23 33 37 44 47

DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

SWITCH TO BIOGAS

Ringkasan

witch to Biogas (2009-2011) adalah proyek percontohan penerapan teknologi biogas yang terintegrasi yang dilaksanakan di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, oleh UNDP bersama-sama dengan Pemda Lumajang dengan dukungan Korean Energy Management Corporation (KEMCO). Penerapan teknologi biogas dengan pendekatan terintegrasi yang menggabungkan manfaat energi lingkungan ekonomi telah memberikan akses kepada petani sapi perah berpendapatan rendah berupa energi biogas, peningkatan kondisi lingkungan dan sanitasi, peningkatan pendapatan rumah tangga dan tumbuhnya investasi lokal di sektor pakan ikan dan pupuk organik.
DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

Dengan sistem kredit mikro, proyek membangun 15 unit biogas berukuran 10m3 yang dapat menampung limbah dari 2-3 ekor sapi dan menghasilkan biogas sekitar 2-4 m3/hari yang dapat digunakan untuk memasak selama 8 jam. Biogas yang dihasilkan digunakan untuk menyalakan kompor dan lampu gas. Satu unit biogas digunakan oleh 2-3 keluarga petani sehingga beban pembayaran kredit menjadi lebih ringan. Perhitungan awal menunjukkan potensi pengurangan emisi sebesar 6 ton CO2/tahun dari se ap biogas unit. Dengan pemanfaatan tersebut, limbah biogas digester masih belum termanfaatkan. Untuk itu, pembangunan unit pengering dan pela han pengolahan limbah biogas dilakukan untuk para petani sehingga limbah biogas kering dapat dijual kepada pabrik pembuatan pakan ikan dan pupuk organik. Dari hasil penjualan tersebut penghasilan petani ternak bertambah menjadi Rp 1 juta per bulan dari yang awalnya sekitar Rp 800 ribu. Tambahan pendapatan ini sekitar 75% dari penghasilan yang biasanya didapat dari penjualan susu ke koperasi, dan dapat digunakan untuk membayar kredit biogas. Untuk memas kan kegiatan ekonomi berjalan terkait pemanfaatan limbah biogas, UNDP membantu pendanaan kepada pihak pengusaha yang menginisiasi pendirian pabrik pakan ikan. Sampai saat ini, pabrik tersebut membeli limbah kering biogas
6
SWITCH TO BIOGAS

dari petani dan dapat menjual pakan seharga Rp 4.500/ kg dibandingkan dengan Rp 7.500/kg untuk pakan ikan dengan kualitas yang sama di pasaran. Pabrik pakan ikan ini sekarang berjalan dengan kapasitas produksi 1 ton/ hari dan mempekerjakan 7 orang lokal. Ini menunjukkan potensi ekonomi dari bisnis tersebut sekaligus membuka lapangan pekerjaan dan memotivasi petani lain untuk membangun biogas unit. Dengan melihat hasil tersebut, UNDP mengajak seluruh pemangku kepentingan termasuk pemerintah, pengusaha, perbankan dan lembaga pembangunan untuk dapat menerapkan program biogas dengan pendekatan yang sama untuk memastikan keberlanjutan energi, lingkungan dan ekonomi yang mengutamakan kelompok masyarakat marginal.

DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

Summary

witch to Biogas (2009-2011) is a pilot project on integrated biogas technology in Lumajang District, East Java Province, implemented by UNDP in collaboration with Lumajang District Government with support from the Korean Energy Management Corporation (KEMCO). The implementation of integrated energy-environmenteconomy approach has resulted in access to biogas energy for low income farmers, better environmental and sanitation conditions, increase of farmers income and promotes local investment in the sh feed and organic fertilizer sectors. Through a micro-credit scheme, the project installed fteen 10m3-concrete biogas digesters capable of
8
SWITCH TO BIOGAS

digesting manures of 3-5 cattle and producing 2 4 m3 biogas/day, sucient for cooking with a gas stove for 8 hours. Each biogas digester provided energy to fuel stoves and lamps and is shared among 2-3 poor farm households. By sharing the utilization of biogas digester with their neighbors, farmers burden to repay the credit is reduced. Preliminary calculation indicated potential emission reduction of about 6 tCO2 eq/year for each biogas digester. Following the provisions of drying equipment and training on biogas waste processing, dry biogas waste are sold to local sh feed and organic fertilizer manufacturer. By selling dry biogas waste, farm households are able to increase their monthly incomes from $ 88 to $ 100 per month. The additional income is about 75% higher compared to selling fresh milk to the cooperative, and can be used to pay back credit for biogas installation. In addition to private investment from entrepreneurs, nancial support was provided by UNDP to a pioneering sh feed pellets manufacturer. To date, the factory purchases dry biogas waste from farmers who own biogas digesters and is able to sell the sh food pellets produced at a competitive price of IDR 4,500/kg, while the common market price for the same product of the same quality is IDR 7,500/kg. The factory is now running with a production capacity of 1 tonne/
DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

day and has 7 employees. This demonstrates economic viability of the business while promoting employment and stimulating other farmers to install biogas digesters in their backyards. Based on the result, UNDP encourages all stakeholders, including the government, business community, nancing institutions and development agencies to apply a similar approach to ensure energy, environmental and economic sustainability that benets marginal communities.

10

SWITCH TO BIOGAS

Peta Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur

12

SWITCH TO BIOGAS

I. Tentang Switch to Biogas


1.1 Latar Belakang
Kabupaten Lumajang merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang sangat potensial sebagai daerah pengembangan sapi perah. Salah satu Kecamatan yang memiliki populasi sapi perah terbanyak adalah Kecamatan Senduro. Kecamatan ini berada pada ke nggian 300 1200 m dpl. memiliki luas wilayah 228,68 km2 dengan jumlah penduduk sebesar 4.9072 jiwa dan 13.086 rumah tangga. Berdasarkan data dari dinas terkait dan KUD Tani r Makmur Kecamatan Senduro, populasi ternak yang dipelihara oleh petani di Kabupaten Lumajang adalah sapi perah (4.492 ekor), sapi potong (138.608 ekor), kerbau (3.286 ekor), kambing (77.868 ekor), dan domba (30.045 ekor). Adapun jumlah petani ternak sapi perah sebanyak 2.447 orang, petani ternak sapi potong 326 orang dan petani ternak kambing 1.260 orang.
DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

13

Umumnya limbah ternak yang dihasilkan dibuang di sekitar kandang atau dialirkan ke sungai, sehingga mencemari lingkungan dan berpotensi meningkatkan pemanasan global melalui emisi gas metana akibat penumpukan limbah ternak. Kondisi ini akan mengganggu kesehatan dan dapat menurunkan produktivitas keluarga petani maupun ternak. Jumlah populasi ternak yang demikian besar di Lumajang berpotensi menimbulkan permasalahan lingkungan. Oleh karena itu perlu adanya penanganan limbah secara baik dan benar yang dikelola oleh petani ternak sekitar sekaligus dapat memberikan nilai tambah untuk dimanfaatkan sebagai pemenuhan kebutuhan energi, bahan pakan ternak/ikan dan pupuk tanaman. Sejalan dengan itu, Pemerintah telah mengeluarkan Undang Undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Limbah ternak yang dikelola dengan baik dan benar diharapkan dapat mencegah pencemaran udara dan air. Kondisi ini akan dapat dicapai dengan memasukkan limbah ternak ke dalam unit biogas atau disebut juga Unit Gas Bio (UGB). Tangki UGB akan menghasilkan biogas yang dapat digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar kompor dan listrik). Pada proses pembakaran tersebut biogas terurai menjadi H2O dan CO2 yang berguna bagi
14
SWITCH TO BIOGAS

tumbuhan maupun makhluk hidup yang lain. Sisa limbah padat dari UGB dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak maupun campuran pakan ikan. Selanjutnya limbah UGB yang berupa cairan dapat digunakan sebagai pupuk organik dan pemicu dalam pembuatan kompos. Pemanfaatan biogas akan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap kayu bakar dan mengurangi perambahan hutan, sehingga konservasi hutan dan fungsinya akan terjaga dengan baik. Hal ini menjadi bagian yang sangat penting khususnya di wilayah

DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

15 15

Kecamatan Senduro, karena wilayah ini merupakan sentra pertanian (kawasan agropolitan) di Kabupaten Lumajang. Pengelolaan limbah ternak menjadi biogas menimbulkan lingkungan rumah menjadi bersih, sehat dan asri serta meningkatkan pendapatan rumah tangga petani ternak. Berdasarkan uraian tersebut, Kecamatan Senduro merupakan salah satu daerah yang sangat tepat untuk kegiatan pengembangan UGB sekaligus sebagai daerah percontohan untuk penerapan teknologi biogas yang terintegrasi, yang memberikan manfaat energi, lingkungan dan ekonomi.

1.2 Tujuan
Switch to Biogas bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani, khususnya petani berpendapatan rendah, dan meningkatkan kualitas lingkungan melalui: Pembuatan desain dan penerapan teknologi biogas yang terjangkau yang direncanakan secara partisipatif bersama kelompok target. Penerapan metode pengelolaan limbah biogas yang memberikan nilai tambah ekonomi dan ramah lingkungan dengan mendorong keterlibatan sektor swasta. Pengembangan mekanisme pendanaan kredit mikro
16
SWITCH TO BIOGAS

untuk membangun teknologi biogas atau Unit Gas Bio (UGB). Pelibatan kelompok-kelompok perempuan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan studi awal terkait potensi pengurangan emisi gas rumah kaca yang dapat dihasilkan dari penerapan UGB.

1.3 Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan Switch to Biogas meliputi: 1) Survey kondisi sosio,ekonomi dan lingkungan petani ternak di Lumajang serta status pembangunan GBU untuk mengetahui praktek keseharian peternakan sapi perah, ketersediaan bahan baku untuk GBU dan untuk mengukur tingkat kemampuan petani untuk membayar kredit. Survey dilakukan di Kabupaten Lumajang, Malang dan Probolinggo. Kabupaten Lumajang terpilih sebagai lokasi percontohan. 2) Pelaksanaan rangkaian diskusi dengan komunitas petani dan koperasi untuk menginformasikan tentang rencana kegiatan, mengukur penerimaan petani atas rencana tersebut dan membuat kesepakatan kerjasama bagi petani yang bersedia menjadi partner dalam kegiatan percontohan ini.
DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

17

3) Pembangunan Unit Gas Bio (UGB) bagi petani ternak sapi perah. Sesuai dengan kondisi lokal, lima belas unit UGB berukuran 10m3 dibangun di Kecamatan Senduro, Lumajang, dengan melibatkan petani dalam pembangunannya dengan asistensi dari tim UNDP. Setiap UGB digunakan oleh 2-3 keluarga petani, sehingga ada 37 keluarga petani penerima manfaat Switch to Biogas di Lumajang. Keluarga petani ini adalah petani berpendatapan rendah yang memiliki sekitar 2-4 ekor sapi. 4) Pelatihan ketrampilan operasional dan pemeliharaan UGB kepada para petani penerima manfaat.

18

SWITCH TO BIOGAS

5) Pembentukan kelembagaan dan mekanisme kredit mikro yang disepaka oleh para petani penerima manfaat. Satu UGB beserta bak penampung dan pengering limbah biogas dan biaya konsruksi dibangun seharga Rp 10 juta rupiah. Pembayaran kredit akan dilakukan dari hasil penjualan limbah biogas. Para petani penerima manfaat membentuk kelompok dan mekanisme pembayaran kredit disepaka bahwa setiap keluarga membayar Rp. 10.000/hari yang dikumpulkan di ketua kelompok. Diharapkan dalam 2.5 sampai 3 tahun, keluarga petani dapat melunasi kredit biogas tersebut. Jika pembayaran kredit dari 37 keluarga petani berjalan lancar, dalam waktu 3 bulan dapat dibangun satu unit biogas bagi keluarga petani lain. Kepala Kecamatan bertanggung jawab sebagai pengawas dalam pelaksanaan kredit mikro ini. 6) Survey kebutuhan pasar limbah biogas dan pengembangan kerjasama. Berdasarkan potensi pemanfaatan limbah biogas padatan dan cair, pasar utama limbah biogas adalah sektor pertanian (kebutuhan pupuk) dan perikanan (kebutuhan pakan). 7) Pembangunan industri hilir pemanfaatan limbah biogas bekerjasama dengan sektor swasta. Fasilitasi pembuatan model bisnis, akses pasar, kerjasama dengan petani dan pemerintah serta dukungan
DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

19

pendanaan untuk pengujian laboratorium dan pembelian beberapa mesin produksi dilakukan untuk menarik investasi pihak swasta dalam bisnis ramah lingkungan ini. Industri hilir dapat memproduksi pakan ikan, pupuk organik cair dan pupuk organik padat/granular. 8) Pemberian pelatihan pengelolaan limbah biogas kepada petani sesuai dengan kebutuhan industri dan fasilitasi akses pasar. Pelatihan pengeringan limbah biogas dan pembangunan rumah pengering diberikan kepada para petani untuk memenuhi standar kebutuhan industri hilir. Fasilitasi akses pasar ke industri hilir diberikan untuk menjembatani kerjasama antara kelompok petani dan pihak swasta pemilik pabrik. 9) Studi awal penghitungan potensi pengurangan emisi gas rumah kaca. Penghitungan potensi pengurangan emisi gas rumah kaca dari instalasi UGB dilakukan berdasarkan metode UNFCCC.

20

SWITCH TO BIOGAS

II. Manfaat Energi, Lingkungan dan Ekonomi


2.1 Kondisi Sosio, Ekonomi, dan Lingkungan Petani Ternak di Lumajang
Bidang peternakan dan pertanian merupakan sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat di Kecamatan Senduro. Sapi perah merupakan salah satu komoditi ternak yang diminati masyarakat untuk dipelihara. Populasi sapi perah di Kecamatan Senduro mencapai 3.888 ekor. Pada umumnya pola pemeliharaan masih sangat sederhana mengikuti sistem tradisional yang sudah turun temurun. Ternak dipelihara di lahan sekitar rumah dengan bangunan kandang seadanya dengan tidak ada penanganan khusus dalam pembuangan kotoran. Hasil susu perah dijual kepada koperasi dan rata-rata pendapatan petani sapi perah dengan 2-4 ternak adalah sekitar Rp 800 ribu/bulan. Petani ternak membutuhkan banyak air (sekitar 150 liter/ ekor/hari) untuk keperluan minum dan memandikan
DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

21

ternak, sehingga kondisi kotoran ternak yang dalam kondisi basah. Kondisi ini sangat mengganggu kesehatan dan lingkungan sekitarnya, terutama pada musim hujan. Penimbunan limbak kotoran ternak dapat menghasilkan gas metana yang merupakan salah satu gas rumah kaca penyebab pemanasan global. Instalasi UGB akan mengatasi masalah lingkungan diatas.

22 22

SWITCH TO BIOGAS

2.2 Pembangunan Biogas UNDP di Kecamatan Senduro: Manfaat, Energi, dan Lingkungan
UGB merupakan bangunan atau alat yang ter-diri dari lubang masukan (inlet), tangki pencerna (digester), kolam penampung (outlet), kolam oksidasi, lantai pengering dan kolam patusan (untuk menampung limbah biogas

Gambar 1. Business as usual Peternakan sapi perah di Lumajang sebelum diterapkan teknologi biogas. Limbah kotoran sapi dibuang ke lingkungan, keluarga petani menggunakan kayu bakar dan minyak tanah untuk memasak

DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

23 23

cair). UGB digunakan untuk menampung biogas yang dihasilkan dari proses fermentasi anaerob (tanpa oksigen) sampai dengan pengelolaan limbahnya. Pemanfaatan UGB sebagai sumber gas, hanya memiliki nilai sekitar 25 % dari keseluruhan produk, sehingga kurang menarik bagi masyarakat kelas menengah yang kurang memiliki pengetahuan. Namun bagi petani ternak kecil sangat menarik karena mampu mengganti kan bahan bakar fosil ataupun kayu bakar. Oleh karena itu keberadaan UGB walaupun hanya menghasilkan gas bakar dapat bermanfaat bagi petani ternak. Perkiraan total limbah hasil peternakan sapi perah dan sapi potong di Lumajang lebih kurang 143.100 ekor X 15 kg kotoran ternak/hari = 2.146 ton/hari. Pemilihan ukuran satu UGB 10m3 sesuai dengan jumlah kepemilikan sapi rata-rata diantara petani yaitu 2-4 ekor, sehingga UGB didesain agar dapat menampung kotoran ternak dari 3-5 ekor sapi (75 kg limbah ternak/hari) dari dua keluarga petani yang tinggal berdekatan. Dengan perhitungan potensi limbah ternak diatas, jumlah UGB yang dapat dibangun di Lumajang adalah sekitar 28.620 unit.

24

SWITCH TO BIOGAS

Tabel 1. Produksi Biogas dari Berbagai Volume Tangki UGB

Produksi biogas (m3/hari) 2 3 4 6

Kotoran ternak basah (kg/hari) 50 75 100 150

Volume tangki pencerna UGB ( m3) 6.0 9.5 12.0 18.5

Sumber: Khandelwal and Mahdi (1986)

Dengan adanya UGB, keluarga petani mendapatkan akses yang mudah kepada energi bersih untuk memasak dan menghidupkan lampu gas, dibandingkan dengan penggunaan kayu bakar dan minyak tanah. Perbaikan lingkungan langsung yang dirasakan petani dengan adanya biogas adalah berkurangnya bau dan perbaikan sanitasi lingkungan, berkurangnya pencemaran terhadap tanah dan perairan, berkurangnya kebutuhan kayu bakar, sehingga mengurangi tekanan masyarakat terhadap ekosistem hutan, dan perbaikan kualitas tanah dengan pemberian pupuk dari limbah biogas. Studi awal menunjukkan bahwa satu UGB berukuran 10m3 berpotensi mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 6 ton CO2eq/tahun.
DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

25

Gambar 2. Penerapan teknologi biogas yang disertai dengan kolam penampung memberi aksesenergi kepada masyarakat untuk memasak dan menggunakan lampu gas serta memperbaiki kondisi lingkungan dari pencemaran, perbaikan sanitasi rumah dan menghilangkan dampak kesehatan akibat terpapar asap pembakaran kayu. 26
SWITCH TO BIOGAS

Hasil survei menunjukkan berbagai model UGB yang sudah terpasang di Senduro. Tipe UGB bervariasi dengan ukuran besaran tangki pencerna yang berbeda beda sesuai dengan kebutuhan petani ternak yang akan membangun, dari model sederhana sampai dengan model terintegrasi. 1) Model Sederhana a) Terbuat dari Plastik Model ini terbuat dari bahan bangunan dan plastik yang saat ini banyak dikembangkan di daerah Sulawesi (Enrekang, Sidrap, Gowa, Pontianak, dan lain-lain). Saluran masukan dan keluaran kotoran terbuat dari pipa paralon, sedangkan saluran gas bio menggunakan pipa plastik. Penampungan produksi gas bio terbuat dari plastik dan ditempatkan pada lokasi yang letaknya lebih tinggi dari tangki pencerna. Bahan bangunan yang diperlukan adalah bata merah, pasir, semen merah, kapur dan semen. Bentuk model ini dibuat seperti kolam memanjang dengan kedalaman tertentu dan diberi atap. Lubang masukan terbuat dari belahan drum dan dilengkapi dengan saluran yang masuk ke dalam tangki pencerna. Model ini memiliki kelemahan dimana saluran kotoran masuk ke dalam tangki pencerna kecil bahkan untuk proses
DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

27

pengisian dilakukan dengan cara memindah kotoran ternak ke lubang masukan. Keadaan semacam ini lama kelamaan akan menjadi bosan dan melelahkan, akhirnya ditinggalkan oleh pemangku UGB karena dianggap rumit. Kelemahan lain dari model ini adalah cepat rusak akibat cuaca, goresan, dan lain-lain. b) Terbuat dari Tong bekas Model ini merupakan model UGB skala laboratorium dengan volume maksimal 200 liter, namun dapat diperbesar dengan menambah tong. Model ini banyak digunakan oleh pembuat UGB pemula. Model ini memiliki kelemahan mudah rusak karena cepat berkarat selain produksi gas yang dihasilkan sedikit, sehingga tidak mencukupi kebutuhan rumah tangga. 2) Model Pragati UGB model Pragati, merupakan pengembangan dari model tong yang dapat dibuat dengan kapasitas besar sesuai kebutuhan. Model ini menggunakan tutup tangki pencerna yang sekaligus sebagai penampung gas bio, terbuat dari plat baja, sehingga model tersebut dianggap mahal karena biaya untuk membuat 1 unit gas bio sama dengan 2 unit gas bio model terintegrasi.

28

SWITCH TO BIOGAS

3) Model Janata UGB model Janata, merupakan pengembangan model Pragati yang dapat dibuat dengan kapasitas besar sesuai kebutuhan. Tutup tangki pencerna yang merupakan penampung gas bio dibuat dengan melanjutkan pembangunan dinding tangki, sehingga produksi gas bio ditampung di dalam bangunan yang ada di bagian atas. Model ini menghasilkan gas bio terus menerus dengan tekanan besar karena bangunan dibuat secara parmanen. Hal ini memungkinkan pemakaian gas bio bisa mencapai jarak jangkauan 300 m. Model ini memiliki kele-mahan dimana limbah UGB yang mempunyai berat jenis lebih ringan dari air akan mengapung dipermukaan slurry, sehingga produksi gas bio di dalam tangki pencerna lama kelamaan akan berhenti dan sulit diperbaiki. Keadaan ini dapat dinormalkan kembali dengan menguras isi tangki kemudian mengisi dengan limbah ternak yang baru. 4. UGB Model Switch to Biogas Model UGB yang dibangun dalam Switch to Biogas adalah Model terintegrasi yang dilaksanakan oleh PT. Bumi Harmoni Indoguna sebagai tim teknis UNDP dalam kegiatan ini. Model ini merupakan gabungan tipe unit gas bio model Janata, Pragati, Nepal dan

DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

29

China yang telah dikembangkan oleh Prof. Muhammad Junus dari Universitas Brawijaya, Malang, sejak 1987. Model ini terdiri dari in let (masukan), tangki pencerna (digester), out let (kolam penampung), kolam oksidasi, lantai jemur dan kolam penampung limbah cair akhir (patusan). Model ini memiliki beberapa keunggulan, antara lain: Memungkinkan semua limbah biogas memiliki kualitas yang baik untuk menjadi bahan pakan ternak/ikan dan pupuk organik. Scum (kerak) yang terbentuk di permukaan tangki pencerna dapat diambil melalui lubang atas (man hole) yang mudah di buka.

Gambar: Unit Gas Bio berukuran tangki 10m3 yang dibangun di Kecamatan Senduro

30

SWITCH TO BIOGAS

Mempunyai lubang outlet dan man hole yang dapat digunakan untuk keluar masuknya manusia dalam membuat atau memperbaiki tangki pencerna. Limbah unit gas bio ditampung dalam kolam penampung dan dioksidasikan dalam kolam oksidasi, sehingga limbah padat dapat dijemur di lantai jemur untuk dikelola sebagai bahan pakan ternak dan atau bahan campuran dalam pembuatan pakan ikan. Limbah cair ditampung di dalam kolam cair akhir (patusan) dan siap digunakan sebagai pupuk tanaman dan bahan pengompos. Semua gas bio yang diproduksi dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

31

Kegiatan pengembangan UGB menghadapi beberapa kendala, antara lain: Kesulitan merubah kebiasaan pembuangan kotoran sapi, yang rata-rata dibuang ke sungai, bahkan di sungai yang mengalir, meskipun juga ada yang ditampung dalam lubang penampungan yang pada musim kemarau dibuang di tegalannya. Ada informasi dari masyarakat, bahwa limbah kotoran sapi tersebut pada musim hujan masuk ke dalam pasar, sehingga menimbulkan bau tidak sedap. Pasca pembangunan UGB, mereka kesulitan dalam mengelola limbah lumpur gas bio, bahkan kembali dibuang ke sungai. Masih ada kekhawatiran dari petani ternak sapi perah, tentang nilai tambah dari pemasangan UGB. Petani cenderung pesimis, apabila kegiatan ini berbau proyek, karena biasanya setelah proyek selesai dibangun, kecenderungannya adalah dibiarkan begitu saja, tidak dipantau, tidak dibina dan tidak difasilitasi dalam berbagai hal, baik itu dalam proses pemakaian biogas, pemeliharaan, bahkan dalam pemanfaatan limbah gas bio tersebut. Pada beberapa daerah yang mengalami kegagalan program pembiayaan kelompok, disebabkan oleh anggota kelompok tidak bersedia menjalankan prinsip
32
SWITCH TO BIOGAS

tanggung renteng setelah munculnya permasalahan (kredit macet). Pembentukan kelompok yang dak terencana dengan baik dan rendahnya kepemimpinan ketua kelompok, juga menjadi faktor pemicu terjadinya kredit bermasalah. Kebingungan petani akan berbagai macam mekanisme dan model biogas unit yang dilaksanakan di Senduro oleh berbagai pihak.

2.3 Manfaat Sosial dan Ekonomi bagi Petani


Pelibatan petani dan kelompok perempuan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan, pela han terkait dengan pembuatan, pengoperasian dan pemeliharaan UGB serta pengelolaan limbah biogas telah meningkatkan kapasitas petani dalam hal pengambilan keputusan untuk menentukan teknologi biogas yang tepat guna. Kondisi perempuan menjadi lebih baik karena terhindar dari paparan asap kayu bakar. Selain itu, beban keluarga untuk mencari kayu bakar menjadi berkurang dengan adanya UGB. Survey menunjukkan curahan waktu yang digunakan oleh keluarga petani untuk mencari kayu bakar rata-rata 2 jam per hari. Dengan beralihnya sumber energi ke biogas, maka ada alokasi tambahan waktu 2-4 jam untuk aktitas produktif yang lainnya bagi petani. Berdirinya pabrik pakan ikan yang memanfaatkan limbah
DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

33

biogas berkapasitas 1 ton/hari membuka 7 peluang pekerjaan bagi masyarakat lokal.

Gambar: Peningkatan kondisi perempuan dari hilangnya paparan asap kayu bakar dan perbaikan sanitasi rumah. Perempuan dilibatkan dalam perencanaan kegiatan.

Hasil survei menunjukkan bahwa kebutuhan energi keluarga petani ternak selama ini dipenuhi dari kayu bakar dan minyak tanah untuk memasak dan penerangan.
34
SWITCH TO BIOGAS

Se ap rumah tangga rata-rata menghabiskan biaya sebesar Rp. 36.000,- per minggu untuk membeli minyak tanah atau kayu bakar. Adanya UGB akan menghemat biaya untuk pemenuhan kebutuhan energi sebesar Rp. 170.000 Rp. 288.000 per bulan. Selain manfaat energi dari biogas, adanya UGB juga menambah pendapatan keluarga melalui penjualan limbah UGB. Satu UGB diperkirakan dapat menghasilkan 12 15 kg limbah padat kering dan 135 liter limbah cair per hari yang dapat menghasilkan pendapatan sekitar Rp. 30.000/hari dari hasil penjualannya. Pembayaran kredit mikro untuk pembangunan UGB dibayarkan dari tambahan pendapatan dari hasil penjualan limbah UGB. Sampai saat ini, dana bergulir yang ada di Kecamatan Senduro adalah sebesar Rp. 150.000.000,- yang telah digunakan untuk membangun 15 UGB yang akan dicicil oleh keluarga petani penerima selama 3 tahun. Pengawasan dari pemerintah daerah Kecamatan dan masyarakat Senduro sangat pen ng untuk memas kan pengembalian dan memas kan dana tersebut bergulir agar dapat dimanfaatkan oleh petani lain membangun UGB. Dari proses pengembalian oleh 37 keluarga tersebut, dalam 3 bulan dana dapat terkumpul untuk digulirkan untuk membangun 1 UGB baru.

DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

35

Daftar Petani Penerima Manfaat UGB Switch to Biogas di Kecamatan Senduro:

UGB Nama Petani

Alamat

Jumlah keluarga pengguna 1 UGB


3 2 2 2

1 2 3 4 5

Supriadi, Rudi, Misri

Desa Senduro,

Sukaningoyo, Mardais Dusun Kerajan 1 RT. 01 RW. 01, Desa Burno Sugianto, Saturin Ponadi/Taram, Pardi Abdul Halim, Hamid Dusun Kerajan 1 RT. 01 RW. 01, Desa Burno, Dusun Karanganyar RT. 01 RW. 04, Desa Burno, Dusun Wonorejo RT. 002 RW. 08, Desa Kandang Tepus, Dusun Wonorejo RT. 002 RW. 08, Desa Kandang Tepus, Dusun Wonorejo RT. 002 RW. 08, Desa Kandang Tepus, Dusun Wonorejo RT. 002 RW. 08, Desa Kandang Tepus, Dusun Wonorejo RT. 002 RW. 08, Desa Kandang Tepus,

Anton, Sholeh

Suparman, Mudin

Subandi, Yahya Wahyudi Torimah, Rusdi, Sadi

3
SWITCH TO BIOGAS

36

10

Kariat, Usnam

Dusun Pancen Kandangan, RT. 005 RW. 06, Desa Kandangan, Dusun Kerajan, RT. 005 RW. 02, Desa Kandangan, Dusun Kerajan, RT. 005 RW. 02, Desa Kandangan, Dusun Kerajan, RT. 005 RW. 02, Desa Kandangan, Dusun Sumberejo, RT. 001 RW. 004, Desa Bedayu, Dusun Sumberejo, RT. 001 RW. 004, Desa Bedayu,

2 3 3 3 3 3 37

11 12 13 14 15

Pani, Budiono, Suwidjiono Jumariadi, Tiramat, Sapi'i Tosari, Warno, Noto Bunin, Bunamin, Jogo/Faisal Mahrus Ali, Wiryo, Santo TOTAL

2.4 Potensi Bisnis Limbah Biogas


a. Limbah Padat Satu UGB dapat menghasilkan limbah padat sekitar 12-15 kg/hari. Hasil analisis Laboratorium menunjukkan bahwa limbah padat dari UGB mempunyai potensi yang baik sebagai bahan baku pakan ikan. Berikut hasil analisis Laboratorium limbah padat UGB di Senduro:

DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

37

Tabel : Hasil Analisis Nutrisi Limbah Padat dari UGB

Jenis

No. Berat Sample Kering (%) 5,74 11,32 7,74 2 3

ABU (%) 28,5 31,54 30,64

Protein Kasar (%) 12,33 11,21 11,83

Serat Kasar (%) 29,39 24,31 26,61

Lemak Kasar (%) 1,40 1,46 2,86

Limbah 1 Padat UGB

Berdasarkan 100 % bahan kering

Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka limbah padat UGB yang dihasilkan oleh pabrik di Lumajang yang didukung oleh Switch to Biogas telah diolah menjadi pakan ikan dengan merk dagang STAR FEED dengan harga yang bersaing. Kapasitas mesin terpasang di pabrik untuk produksi pakan ikan adalah 1 ton/hari yang membutuhkan input limbah padat UGB kering sebanyak 370 kg/hari (kandungan limbah UGB adalah 37%/kg pakan ikan). Jika satu UGB berukuran 10m3 menghasilkan sekitar 10 kg limbah padat kering per hari, maka pabrik ini membutuhkan setidaknya 37 UGB untuk dapat berjalan dengan kapasitas penuh. Harga jual pellet pakan ikan dengan merk dagang STAR FEED adalah Rp 5.500/kg utk ikan lele (protein

38

SWITCH TO BIOGAS

Gambar 2b. Investasi untuk memanfaatkan limbah kering dari biogas melalui pendirian pabrik pakan ikan dan pupuk organik dapat memberikan tambahan pendapatan sebesar Rp.27.000 per hari kepada keluarga petani yang dapat digunakan untuk membayar cicilan pemasangan unit biogas. Investasi pabrik ini merupakan peluang bagi institusi perbankan dalam mendorong tumbuhnya ekonomi lokal.
DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

39

36-39%) dan Rp 4.700/kg utk ikan nila (protein 29%). Pembuatan pellet pakan ikan nila mengacu pada standar SNI 01-7242-2006 dengan kadar protein minimal 25 %. Sementara harga jual pellet pakan ikan yang tersedia dipasar dari CP. Prima adalah Rp 7.500/kg untuk ikan lele (protein 24-26%) dan Rp. 5.500/kg 5.700/kg untuk ikan nila (kadar protein 21-23 %). Sampai saat ini, pabrik di Lumajang sedang mengerjakan produksi pakan ikan lele dan ikan nila untuk Kelompok Pembudidaya Ikan Mina Sejahtera Abadi Kali semut, Padang- Lumajang. Kelompok pembudidaya ikan diatas mempunyai total luas lahan kolam 4.293 m2 untuk budidaya ikan nila. Prospek bisnis pakan berdasarkan proyeksi produksi budidaya ikan air tawar pada tahun 2010 2014 dengan hitungan FCR rataan sebesar 1,2 menunjukkan bahwa di lahan budidaya ikan yang ada di Kabupaten Lumajang terdapat nilai perputaran lebih dari Rp 18 Milyar pada tahun 2009. Kebutuhan pakan di Kabupaten Lumajang dapat diestimasi sebagaimana tabel berikut:

40

SWITCH TO BIOGAS

Tabel: Proyeksi Kebutuhan Pakan Ikan untuk Budidaya Ikan Air Tawar di Kabupaten Lumajang tahun 2010 - 2014

KOMODITAS
Nila Lele Gurami Tombro/Mas Patin JUMLAH

2010
660 24 9,6 8,4 1.720,8

Kebutuhan Pakan (Ton) 2011 2012 2013


2.400 42 12 14,4 3.411,6 3.204 54 13,2 18 4.374 801,6 30 10,8 9,6 2.652

2014
3.600 72 14,4 24 4.936,8

1.018,80 1.800

943,2 1.084,80 1.226,40

Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Lumajang (2009).

b. Limbah Cair Satu unit UGB perhari dapat menghasilkan 125 liter limbah cair dengan kandungan NPK sebesar 1.3%/liter limbah. Jika limbah cair ini digunakan sebagai pupuk pengganti urea, maka produksi limbah cair dari UGB dapat mengurangi penggunaan urea + 250 kg per tahun dengan asumsi pemakaian limbah cair sekitar 2 liter per m2. Sampai saat ini produksi pupuk cair belum berjalan dan sedang dalam tahap negosiasi dengan pasar.

DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

41

Tabel: Hasil Analisis Laboratorium Kandungan Limbah Cair dari UGB (Sample 1 liter)

No
1 2 3

Parameter
C-Organik Bahan ikutan : Plastik kaca kerikil Loham Berat - As - Hg - Pb - Cd pH Hara Makro: - N total - P2O5 - K2 O Mikroba Kontaminan : - Ecoli - Salmonella sp. Hara Mikro - Fe total - Fe tersedia - Mn - Cu - Zn -B - Co - Mo

Satuan
% % ppm ppm ppm ppm

Hasil Uji
1,93 0,92 tt tt\ tt tt 6,72

4 5

% % % MPN/ml MPN/ml ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm

1,29 1,18 1,23 tt tt 139 19,5 12,9 2,71 78,5 37,50 1,09 2,02

42

SWITCH TO BIOGAS

Pemanfaatan limbah cair UGB untuk tanaman kacang panjang telah dilakukan di sekitar pabrik pakan ikan. Hasil dari pemanfatan itu menunjukkan bahwa limbah cair UGB selain dapat menyuburkan tanaman juga dapat mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman kacang. Gambar berikut menunjukkan aplikasi limbah cair UGB untuk tanaman kacang panjang.

Pengambilan Limbah Cair UGB

Pemanfaatan untuk penyemprotan tanaman

Tanaman hasil pemupukan dari limbah cair UGB

Produksi kacang panjang hasil pemanfaatan limbah UGB

Gambar 4. Pemanfaatan Limbah Cair untuk Pertanian


DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

43

2.5 Aspek Finansial Bisnis Limbah Biogas


Proyeksi Kebutuhan Investasi Proyeksi kebutuhan investasi untuk membangun pabrik pakan ikan berkapasitas 1 ton/hari dengan campuran limbah biogas 37%/kg pakan ikan adalah sebagai berikut:
No
1 2 3 4

Uraian
Alat kantor Modal kerja Alat bantu produksi Peralatan pelet Total

Total (Rp)
417.864.000 326.795.503 380.070.000 139.150.000 1.263.879.503
SWITCH TO BIOGAS

44

Proyeksi nansial perusahaan selama lima tahun

DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN


160.257.517 21% 1,095 1,025 1,051 3,381 4,8909

Net Present Value (NPV)

2 3 4 5 6

Internal Rate of Return (IRR) Net B/C Ratio Gross B/C Ratio Protable Ratio (PR) Payback Period atau 3 tahun 4 bulan 20 hari BEP atau 4 tahun 10 bulan 26 hari

45

III. Penutup

asil pilot project Switch to Biogas di Kabupaten Lumajang menunjukkan bahwa:

Dengan populasi ternak sebanyak 10.772 ekor, potensi limbah ternak di Kabupaten Lumajang 161 ton/hari. Apabila dikelola melalui Unit Gas Bio (UGB) berukuran 10 m3 akan bisa mencukupi kebutuhan energi untuk 2.200 keluarga. Sementara di kecamatan Senduro dengan populasi sapi perah sejumlah 3.714 ekor, UGB akan dapat mencukupi kebutuhan energi 750 keluarga. UGB yang sudah banyak terpasang masih menimbulkan masalah lingkungan dan belum dapat memberikan manfaat ekonomi secara op mal. Pembangunan UGB Model Terintegrasi volume dapat memberikan manfaat energi, lingkungan dan ekonomi. Petani ternak peserta program merespon baik kegiatan pengembangan model integrasi yang dibangun
DARI ENERGI BIOGAS KE BISNIS RAMAH LINGKUNGAN

47

dengan biaya Rp 10 juta/unit yang dicicil dengan pendapatan dari penjualan limbah biogas dan penggunaan UGB secara berbagi. Kemampuan petani ternak dalam mengangsur biaya pembangunan UGB sebesar Rp 10.000/hari selama 3 ( ga) tahun, dengan model pengembalian melalui kelompok kemudian digulirkan kepada petani ternak lain. Pemanfaatan limbah padat dan limbah cari dari UGB dapat menambah pendapatan keluarga petani dan mendorong ekonomi lokal melalui tumbuhnya usaha produksi pakan ikan dan pupuk organic. Switch to Biogas berkontribusi dalam pengarusutamaan jender (gender mainstreaming) melalui pelibatan kelompok perempuan sebagai pelaku utama dan penerima manfaat serta memberikan dampak posi f terhadap beban kerja dan status kesehatan perempuan. Dampak lain kegiatan ini berupa perubahan perilaku petani ternak kearah yang lebih posi f dan esien. UNDP mengajak semua pihak untuk mendukung program pengembangan Switch to Biogas di Indonesia.

48

SWITCH TO BIOGAS

You might also like