You are on page 1of 13

1.

Anak berkebutuhan khusus ( child with special needs ), biasa juga disebut dengan anak cacat, anak tuna, anak berkelainan, anak menyimpang, dan anak luar biasa 2. a. Klasifikasi yang dialami oleh anak tunanetra, antara lain : Menurut Lowenfeld, (1955:p.219), klasifikasi anak tunanetra yang didasarkan pada waktu terjadinya ketunanetraan, yaitu : * Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihatan. * Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah terlupakan. * Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi. * Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri. * Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti latihan-latihan penyesuaian diri. * Tunanetra akibat bawaan (partial sight bawaan) b. Ketunarunguan dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1. 2. 3. 4. 5. Tunarungu Ringan (Mild Hearing Loss) Tunarungu Sedang (Moderate Hearing Loss). Tunarungu Agak Berat (Moderately Severe Hearing Loss) Tunarungu Berat (Severe Hearing Loss) Tunarungu Berat Sekali (Profound Hearing Loss)

c. Anak Tunagrahita terdiri atas beberapa klasifikasi, yaitu : 1. Tunagrahita Ringan Anak yang tergolong dalam Tunagrahita ringan memiliki banyak kelebihan dan kemampuan. Mereka mampu dididik dan dilatih. Misalnya, membaca, menulis, berhitung, menggambar, bahkan menjahit. Tunagrahita ringan lebih mudah diajak berkomunikasi, selain itu kondisi fisik mereka juga tidak terlihat begitu mencolok. Mereka mampu mengurus dirinya sendiri untuk berlindung dari bahaya apapun. Karena itu anak tunagrahita ringan tidak memerlukan pengawasan ekstra, mereka hanya perlu terus dilatih dan dididik. 2. Tunagrahita Sedang Tidak jauh berbeda dengan anak tunagrahita ringan. Anak tunagrahita sedang pun mampu untuk diajak berkomunikasi. Namun, kelemahannya mereka tidak begitu mahir dalam menulis, membaca, dan berhitung. Tetapi, mereka paham untuk menjawab pertanyan dari orang lain, contohnya, ia tahu siapa namanya, alamat rumah, umur, nama orangtuanya, ,ereka akan mampu menjawab dengan jelas. Sedikit perhatian dan pengawasan dibutuhkan untuk perkembangan mental dan social anak tunagrahita sedang. 3. Tunagrahita Berat Anak tunagrahita berat dapat disebut juga Idiot. Karena dalam kegiatan sehari- harinya membutuhkan pengawasan, perhatian, bahkan pelayananyang maksimal. Mereka tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Asumsi anak tunagrahita sama dengan idiot tepat digunakan jika anak tunagrahita tergolong dalam tunagrahita berat. d. Klasifikasi Anak Tunadaksa terdiri dari: kelainan pada sistem serebrai (Cerebral System Disorders). Penggolongan Anak tunadaksa ini ke dalam sistem selebrai yang didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak pada sistem saraf pusat e. Klasifikasi anak tunalaras

William M. Cruicshank (1975:567) mengklasifikasi anak tunalaras menjadi dua, yaitu anak yang mengalami hambatan social dan anak yang mengalami gangguan emosi. Mereka yang mengalami hambatan social dapat di klasifikasikan ke dalam kategori berikut: The semi-socialize child Chirdren arrested at a primitive level or socialization Children with minimum socialization capacity Adapun anak yang mengalami gangguan emosi diklasifikasikan sebagai berikut: Neurotic behavior (perilaku neurotic) Chirdren with psychotic processes f. Karakteristik Anak Tunaganda Yang disebut anak tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan atau lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius ,sehingga dia tidak hanya dapat diatas dengan suatu program pendidikan khusus untuk satu kelainan saja, melaiankan harus didekati dengan variasi program pendidikan sesuai kelainan yang dimiliki. g. Klasifikasi anak berbakat menurut Sternberg (berdasarkan teori triarchic) a. Keberbakatan analitik meliputi kemampuan memilah masalah dan memahami bagian-bagian dari masalah tersebut. b. Keberbakatan Sintetik tampak pada orang yang memiliki kemampuan memahami, intuitif, kreatif, atau yang benar-benar cakap dalam mengatasi situasi-situasi yang relatif baru. c. Keberbakatan Praktis meliputi penerapan kemampuan analitik maupun sintetik dalam kehidupan sehari-hari, dalam situasi pragmatik. Klasifikasi anak berbakat menurut Howard Gardner (1985) berdasarkan teori Intelegensi Majemuk,menyaktakan bahwa intelegensi ada 7 macam: linguistik, logis-matematis, spatial, musikal, jasmani kinestetik, interpersonal, dan intrapersonal. h. Klasifikasi anak autisme Autisme adalah salah satu dari lima meluas gangguan perkembangan (PDD), yang ditandai oleh kelainan luas interaksi sosial dan komunikasi, dan kepentingan yang sangat terbatas dan sangat repetitif perilaku. Gejala ini tidak berarti sakit, kerapuhan, atau gangguan emosional. i. Karakteristik Anak Dalam Kesulitan Belajar Menurut Johnson dan Morasky, dalam bukunya Learning Disabilities mereka menjelaskan karakteristik yang sering muncul pada anak yang mengalami kesulitan dalam hal belajar yaitu sebagai berikut : 1. Kegagalan yang berulang. Terjadi sedemikian rupa sehingga berbagai upaya yang dilakukan seperti les, remediasi, pelajaran tambahan, dororngan positif dari orang terdekat dan pemberian reward seolah tidak berguna. 2. Adanya kelemahan fisik yang mengganggu prestasi dan belajar anak. Misalnya gangguan pada penglihatan sehingga dibutuhkan alat bantu kacamata, gangguan pendengaran sehingga dibutuhkan alat bantu dengar dan lain lain. 3. tuna wicara: tidak dapat berbicara(bisu); tuna rungu: tidak dapt mendengar(tuli) 4. anak tunagrahita berat dan sedang yang juga menyandang kelainan lain tidak disebut dengan anak berkelainan majemuk, meskipun kenyataannya mereka menyandang kelainan lebih dari satu. Anak yang demikian disebut anak dengan severe and profound handicaps. Di Indonesia istilah anak dengan sebutan severe and profoundly handicapped tidak popular. Orang pada umumnya tetap menyebut anak dengan kelainan majemuk atau juga lebih popular anak dengan kecacatan gandea atau juga tuna ganda 5. nak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik 6.a. Karakteristik Anak Tunanetra

1. Karakteristik Anak Tunanetra dalam Aspek Akademis Tilman & Osborn (1969) menemukan beberapa perbedaan antara anak tunanetra dan anak awas. 1. Anak tunanetra menyimpan pengalaman-pengalaman khusus seperti halnya anak awas, namun pengalaman-pengalaman tersebut kurang terintegrasikan. 2. Anak tunanetra mendapatkan angka yang hampir sama dengan anak awas, dalam hal berhitung, informasi, dan kosakata, tetapi kurang baik dalam hal pemahaman (comprehention) dan persaman. 3. Kosa kata anak tunanetra cenderung merupakan kata-kata yang definitif. 1. Karakteristik Anak Tunanetra dalam Aspek pribadi dan Sosial 1. Ketunanetraan tidak secara langsung menyebabkan timbulnya masalah kepribadian. Masalah kepribadian cenderung diakibatkan oleh sikap negatif yang diterima anak tunanetra dari lingkungan sosialnya. 2. Anak tunanetra mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan sosial, karena keterampilan tersebut biasanya diperoleh individu melalui model atau contoh perilaku dan umpan balik melalui penglihatan. 3. Beberapa karakteristik sebagai akibat langsung maupun tidak langsung dari ketunanetraannya, adalah curiga terhadap orang lain, mudah tersinggung, dan ketergantungan pada orang lain. 1. Karakteristik Anak Tunanetra dalam Aspek Fisik/Indera dan Motorik/Perilaku 1. Dilihat secara fisik, akan mudah ditentukan bahwa orang tersebut mengalami tunanetra. Hal itu dapat dilihat dari kondisi matanya yang berbeda dengan mata orang awas dan sikap tubuhnya yang kurang ajeg serta agak kaku. 2. Anak tunanetra pada umumnya menunjukkan kepekaan yang lebih baik pada indera pendengaran dan perabaan dibandingkan dengan anak awas. 3. Dalam aspek motorik/perilaku, gerakan anak tunanetra terlihat agak kaku dan kurang fleksibel, serta sering melakukan perilaku stereotif, seperti menggosok-gosok mata dan menepuk-nepuk tangan.

b. Karakteristik Anak Tuna Rungu


Dalam Aspek Akademik Keterbatasan dalam kemampuan berbicara, berbahasa, dan mendengar mengakibatkan anak tuna rungu cenderung memiliki prestasi yang rendah dalam mata pelajaran yang bersifat verbal dan cenderung sama dalam mata pelajaran yang bersifat non verbal dengan anak normal seusianya. Dalam Aspek Sosial-Emosional a. Pergaulannya terbatas dengan sesama tuna rungu, karena mereka memiliki keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi b. Sifatnya cenderung egois yang ditunjukkan dengan sukarnya mereka menempatkan diri pada situasi berfikir dan perasaan orang lain, sukarnya menyesuaikan diri c. Perasaan takut terhadap lingkungan sekitar yang menyebabkan mereka tergantung pada orang lain serta kurang percaya diri d. Memiliki sifat polos e. Cepat marah dan mudah tersinggung.

c. KARAKTERISTIK ANAK TUNAGRAHITA


Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan diatas, maka anak tunagrahita memiliki karakteristik tersendiri pada segi tingkah laku, emosi dan sosialnya, cara belajarnya dan kesehatan pada fisikya. Untuk karakteristik tersebut, setiap anak tunagrahita memiliki karakteristik yang berada sesuai dengan tingkat kekurangannya.

d. Karakteristik Anak Tunadaksa Anak tunadaksa akan mengalami gangguan psikologis Yang cenderung merasa malu, rendah diri dan sensitif Serta memisahkan diri dari lingkungannya. e. Karakteristik Anak Tuna Laras Karakteristik yang dikemukakan Hallahan dan kauffman (1986) berdasarkan dimensi tingkah laku anak tuna laras adalah sebagai berikut : 1. Anak yang mengalami gangguan perilaku a. berkelahi, memukul menyerang b. Pemarah c. Pembangkang d. Suka merusak e. Kurang ajar, tidak sopan f. Penentang, tidak mau bekerjasama g. Suka menggangu h. Suka ribut, pembolos i. Mudah marah, Suka pamer j. Hiperaktif, pembohong k. Iri hati, pembantah l. Ceroboh, pengacau m. Suka menyalahkan orang lain n. Mementingkan diri sendiri 2. Anak yang mengalami kecemasan dan menyendiri a. Cemas b. Tegang c. Tidak punya teman d. Tertekan e. Sensitif f. Rendah diri g. Mudah frustasi h. Pendiam i. Mudah bimbang 3. Anak yang kurang dewasa a. Pelamun b. Kaku c. Pasif d. Mudah dipengaruhi e. Pengantuk f. Pembosan 4. Anak yang agresif bersosialisasi a. Mempunyai komplotan jahat b. Berbuat onar bersama komplotannya c. Membuat genk d. Suka diluar rumah sampai larut e. Bolos sekolah f. Pergi dari rumah f. Karakteristik anak tuna ganda menurut beberapa ahli : Menurut Johnston dan Magrab 1976 : 7 Tuna ganda adalah mereka yang mempunyai kelainan perkembangan mencakup kelompok yang mempunyai hambatan-hambatan perkembangan neorologis yang disebabkan oleh satu atau dua kombinasi kelainan dalam kemampuan seperti intelegensi, gerak, bahasa atau hubungan pribadi di masyarakat.

g. Karakteristik anak berbakat Karakteristik ini mencakup beberapa domain penting, termasuk di dalamnya : domain intelektualkoginitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi dan nilai-nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial. Berikut disarikan beberapa karakteristik yang paling sering diidentifikasi terdapat pada anak berbakat istimewa pada masing-masing domain diatas. h. karakteristik anak autistik adalah adanya enam (6) gejala/gangguan, yaitu dalam bidang: 1. Interaksi sosial: a. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman atau lebih suka menyendiri b. Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan c. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan, misalnya bila ingin meminta minum 2. Komunikasi (bicara, bahasa dan komunikasi): a. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada. b. Senang meniru atau membeo (echolalia); Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut tanpa mengerti artinya c. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi sirna d. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya e. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat dimengerti orang lain; Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi f. Sebagian dari anak ini tidak berbicara (non verbal) atau sedikit berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa 3. Pola bermain: a. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya b. Senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, gasing c. Tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu rodanya di putar-putar; tidak kreatif, tidak imajinatif d. Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus dan dibawa kemana-mana. 4. Gangguan sensoris: a. Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga b. Sering menggunakan indera pencium dan perasanya, seperti senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda c. Dapat sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk d. Tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut. 5. Perkembangan terlambat atau tidak normal:

a. Perkembangan tidak sesuai seperti pada anak normal, khususnya dalam ketrampilan sosial, komunikasi dan kognisi. b. Dapat mempunyai perkembangan yang normal pada awalnya, kemudian menurun atau bahkan sirna, misalnya pernah dapat bicara kemudian hilang. 6. Penampakan gejala: a. Gejala diatas dapat mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil. Biasanya sebelum usia 3 tahun gejala sudah ada b. Pada beberapa anak sekitar umur 5 6 tahun gejala tampak agak berkurang. i. Secara khusus anak kesulitan belajar mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Mudah menangkap pelajaran, petunjuk, atau instruksi yang diberikan, tetapi cenderung malas melakukan aktivitas belajar, mudah bosan, meremehkan, bahkan penolakan. b. Memiliki pengetahuan yang luas, tetapi cenderung kurang mampu melakukan tugas-tugas akademik secara akurat dan memuaskan. c. Dikenal sebagai siswa yang cukup pandai, tetapi mengalami kesulitan dalam satu atau lebih bidang akademik dan tidak mampu memanfaatkan kepandaiannya tersebut untuk mencapai prestasi akademik tinggi. d. Memiliki kesenjangan yang cukup signifikan antara skor tes kemampuan verbal dan performennya. e. Memiliki daya tangkap yang bagus, tetapi cenderung hiperaktif dan kurang mampu menyeuaikan diri. f. Memiliki daya imaginatif yang tinggi, tetapi cenderung emosional. g. Mampu mengambil keputusan dengan cepat, tetapi cenderung kurang disertai pertimbangan yang matang, terburu-buru, semaunya. h. Lebih cepat dalam belajar dan mengerjakan suatu persoalan, tetapi cenderung malas dan memiliki toleransi yang rendah terhadap frustrasi. i. Lebih percaya diri, tetapi cenderung meremehkan dan menolak tugas-tugas yang diberikan dengan berbagai alasan. 7.a. pelayanan anak tunanetra Program bimbingan, pengajaran, dan latihan di sekolah yang berkaitan dengan kebutuhan interaksi sosial anak tunanetra dapat diberikan guru dalam bentuk: 1. Bimbingan untuk mengenal situasi sekolah, baik dari sisi fisik bangunan maupun dari sisi interaksi orang per-orang. 2. Menumbuhkembangkan perasaan nyaman, aman, dan senang dalam lingkungan barunya. 3. Melatih kepekaan indera-indera tubuh yang masih berfungsi sebagai bekal pemahaman kognitif, afektif dan psikomotornya. 4. Melatih keberanian anak tunanetra untuk mengenal hal-hal baru, terutama hal-hal yang tidak ia temui ketika berada di rumah. 5. Menumbuhkan kepercayaan diri dan kemandirian dalam berkomunikasi dan melakukan kontak. 6. Melatih mobilitas anak untuk mengembangkan kontak-kontak sosial yang akan dilakukan dengan teman sebaya. 7. Memberikan pendidikan etika dan kesantunan berkaitan dengan adat dan kebiasaan yang berlaku dalam suatu daerah. Pendidikan etika yang berlaku di rumah dapat berbeda ketika anak tunanetra masuk dalam lingkungan baru dengan beragam kepribadian individu. 8. Mengenalkan anak tunanetra dalam beragam karakter interaksi kelompok. Hal ini dapat memberikan pemahaman bahwa tiap kelompok memiliki karakter interaksi yang berbeda. Misalnya kelompok anak-anak kecil, kelompok remaja, atau kelompok orang dewasa.

b.pelayanan anak tunarungu

Bagi anak tunarungu, kita bisa memberikan suatu Layanan pendidikan yang spesifik yaitu terletak pada pengembangan persepsi bunyi dan komunikasi. Hallahan dan Kaufman, (1988) menyatakan bahwa ada tiga pendekatan umum dalam mengajarkan komunikasi anak tunarungu, yaitu : 1. Auditory training 2. Speechreading 3. Sing language and finggerspelling Selain layanan pendidikan bagi anak tunarungu seperti yang telah dijelaskan diatas, kita pun mampu memberikan fasilitas anak tunarungu dalam pendidikan secara umum, dimana hal ini relatif sama dengan anak normal, seperti papan tulis, buku, buku pelajaran,alat tulis, sarana bermain dan olahraga. Oleh karena anak tunarungu mempunyai hambatan dalam mendengar dan berbicara, maka mereka memerlukan alat bantu khusus. c. pelayanan anak tuna grahita 1. Kelas Transisi. Kelas ini diperuntukkan bagi anak yang memerlukan layanan khusus termasuk anak tunagrahita. Kelas tansisi sedapat mungkin berada disekolah regler, sehingga pada saat tertentu anak dapat bersosialisasi dengan anak lain. Kelas transisi merupakan kelas persiapan dan pengenalan pengajaran dengan acuan kurikulum SD dengan modifikasi sesuai kebutuhan anak. 2. Sekolah Khusus (Sekolah Luar Biasa bagian C dan C1/SLB-C, C1). Layanan pendidikan untuk anak tunagrahita model ini diberikan pada Sekolah Luar Biasa. Dalam satu kelas maksimal 10 anak dengan pembimbing/pengajar guru khusus dan teman sekelas yang dianggap sama keampuannya (tunagrahita). Kegiatan belajar mengajar sepanjang hari penuh di kelas khusus. Untuk anak tunagrahita ringan dapat bersekolah di SLB-C, sedangkan anak tunagrahita sedang dapat bersekolah di SLB-C1 3. Pendidikan Terpadu. Layanan pendidikan pada model ini diselenggarakan di sekolah reguler. Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler di kelas yang sama dengan bimbingan guru reguler. Untuk matapelajaran tertentu, jika anak mempunyai kesulitan, anak tunagrahita akan mendapat bimbingan/remedial dari Guru Pembimbing Khusus (GPK) dari SLB terdekat, pada ruang khusus atau ruang sumber. Biasanya anak yang belajar di sekolah terpadu adalah anak yang tergolong tunagrahita ringan, yang termasuk kedalam kategori borderline yang biasanya mempunyai kesulitan-kesulitan dalam belajar (Learning Difficulties) atau disebut dengan lamban belajar (Slow Learner). 4. Program Sekolah di Rumah. Progam ini diperuntukkan bagi anak tunagrahita yang tidak mampu mengkuti pendidikan di sekolah khusus karena keterbatasannya, misalnya: sakit. Proram dilaksanakan di rumah dengan cara mendatangkan guru PLB (GPK) atau terapis. Hal ini dilaksanakan atas kerjasama antara orangtua, sekolah, dan masyarakat. 5. Pendidikan Inklusif. Sejalan dengan perkembangan layaan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus, terdapat kecenderungan baru yaitu model Pendidikan Inklusi. Model ini menekankan pada keterpaduan penuh, menghilangkan labelisasi anak dengan prinsip Education for All. Layanan pendidikan inklusi diselenggarakan pada sekolah reguler. Anak tunagrahita belajar bersama-sama dengan anak reguler, pada kelas dan guru/pembimbing yang sama. Pada kelas inklusi, siswa dibimbing oleh 2 (dua) oarang guru, satu guru reguler dan satu lagu guru khusus. Guna guru khusus untuk memberikan bantuan kepada siswa tunagrahita jika anak tersenut mempunyai kesulitan di dalam kelas. Semua anak diberlakukan dan mempunyai hak serta kewajiban yang sama. Tapi saat ini pelayanan pendidikan inklusi masih dalam tahap rintisan.

d. pelayanan anak tuna daksa

Model layanan pendidikan bagi anak tunadaksa dibagi pada sekolah khusus dan atau sekolah terpadu atau inklusi: Sakolah kusus adalah diperuntuk bagi anak yang mempunyai problema yang lebih berat bagi intelektualnya maupun emosinya. Sekolah terpadu / inkulsi, Sekolah ini diperuntukkan bagi anak tuadaksa yang mempunyai problema ringan dan problema penyerta dan tidak disertai oleh problema retadasimental. e. pelayanan anak tunalaras 1. Pelayanan Pendidikan Bentuk pelayanan pendidikan dapat diselenggarakan di SLB khusus bagi anak tunalaras (SLB-E). Berdasarkan data statistik tahun 2003 yang dikeluarkan Direktorat Pendidikan Luar Biasa menyebutkan bahwa jumlah anak tunalaras sebanyak 351 orang, dengan jumlah 12 (dua belas) Sekolah Luar Biasa bagian Tunalaras (lihat lampiran). Ada pula Departemen terkait yang memberikan pelayanan pendidikan bagian anak nakal yaitu Departemen Kehakiman dan Departemen Sosial. Pada umumnya Departemen Kehakiman menampung anak negara yaitu anak delinkwensi atas putusan pengadilan dicabut hak mendidik dari orang tuanya kemudian diambil oleh pemerintah. Mereka dipelihara sampai berumur 18 tahun sebagai batas ukuran dewasa. Sedangkan Departemen Sosial memelihara mereka berdasar titipan dari orangtua, karena orangtua sudah merasa kewalahan. Atau hasil razia anak gelandangan atau terlantar yang sulit bila dikembalikan kepada orangtuanya karena keadaan tidak mampu atau sangat miskin. Di dalam pelaksanaan penyelenggaraannya kita mengenal macam-macam bentuk penyelenggaraan pendidikan anak tunalaras/sosial sebagai berikut: a. Penyelenggaraan bimbingan dan penyuluhan di sekolah reguler. Jika diantara murid di sekolah tersebut ada anak yang menunjukan gejala kenakalan ringan segera para pembimbing memperbaiki mereka. Mereka masih tinggal bersama-sama kawannya di kelas, hanya mereka mendapat perhatian dan layanan khusus. b. Kelas khusus apabila anak tunalaras perlu belajar terpisah dari teman pada satu kelas. Kemudian gejala-gejala kelainan baik emosinya maupun kelainan tingkah lakunya dipelajari. Diagnosa itu diperlukan sebagai dasar penyembuhan. Kelas khusus itu ada pada tiap sekolah dan masih merupakan bagian dari sekolah yang bersangkutan. Kelas khusus itu dipegang oleh seorang pendidik yang berlatar belakang PLB dan atau Bimbingan dan Penyuluhan atau oleh seorang guru yang cakap membimbing anak. c. Sekolah Luar Biasa bagian Tunalaras tanpa asrama Bagi Anak Tunalaras yang perlu dipisah belajarnya dengan kata kawan yang lain karena kenakalannya cukup berat atau merugikan kawan sebayanya. d. Sekolah dengan asrama. Bagi mereka yang kenakalannya berat, sehingga harus terpisah dengan kawan maupun dengan orangtuanya, maka mereka dikirim ke asrama. Hal ini juga dimaksudkan agar anak secara kontinyu dapat terus dibimbing dan dibina. Adanya asrama adalah untuk keperluan penyuluhan. f. pelayanan anak tunaganda tunaganda semakin dikembangkan untuk anak usia sedini mungkin.setidak-tidaknya program pendidikan lebih diorientasikan untuk meninmgkatkan kemandirian anak.untuk menjaga efekvitas program pendidikan,maka program seharusnya mengakes empat bidang utama, yaitu bidang domestik, rekreasional, ,kemasyarakatan, dan vokasional.Hasil asesmen ini mungkinkan dapat membantu dalam merumuskan tujuan yang lebih fungsional.Sementara itu dengan pengajaran seharusnya mencakup,di antaranya:ekspresi pilihan, komunikasi,pengembangan keterampilan fungsional,dan latihan keterampilan sosial sesuai dengan usianya,menyadari akan kondisi obyektif anak anak tunaganda,maka pendekatan multidipliner adalah penting.Oleh karena itu orang-orang yang sesuai dalam mengatasi anak tunaganda,seperti terapis bicara dan bahasa,terapis bicara dan bahasa,terapi fisik dan okupasional seharusnya bekerjasama dengan guru-guru kelas,guru-guru

khusus dan orangtua,karena perlajuan yg lebih cocok untuk mengatasi anak-anak tunaganda berkenaan dengan masalah ketererampilan adalah memberikan layanan yang terbaik daripada yang diberikan ditempat terapi yang terpisah.Untuk dapat menjamin kemandirian menjamin kemandirian anak tunaganda dalam proses pembelajaran perlu didukung dengan penataan kelas yang sesuai,alat bantu dalam meningkatan keterampilan fungsionalnya. Integrasi dengan anak seusia merupakan komponen lainnya yg penting.menghadirin sekolah regular dan berpartisipasi dalam kegiatan yg sama dengan anak-anak normal adalah penting untuk pengembangkan keterampilan sosial dan persahabatan,di samping dapat mendorong adanya perubahan sikap yg lebih positif. g. pelayanan anak berbakat Selain masalah kriteria dan prosedur identifikasi, perhatian khusus kepada anak berbakat melibatkan beberapa dimensi lain, seperti dikemukakan oleh Dedi Supriadi (1992; 11) yaitu; Perancangan kurikulum, penyediaan sarana pembelajarannya, model perllakuannya, kerjasama dengan keluarga dan pihak luar, serta model bimbingan dan konselingnya. Kurikulum berdiferensiasi bagi anak berbakat mengacu pada penanjakan kehidupan mental melalui berbagai program yang akan menumbuhkan kreativitasnya serta mencakup berbagai pengalaman belajar intelektual pada tingkat tinggi. Dilihat dari kebutuhan perkembangan anak berbakat, maka kurikulum berdiferensiasi memperhatikan perbedaaan kualitatif individu berbakat dari manusia lainnya. Dalam kurikulum berdeferensiasi terjadi penggemukan materi, artinya materi kurikulum diperluas atau diperdalam tanpa menjadi lebih banyak. Secara kualitatif materi pelajaran berubah daalam penggemukan beberapa konsep esensial dari kurikulum umum sesuai dengan tuntutan bakat, perilaku, keterampilan dan pengetahuan serta sifat luar biasa anak berbakat. Dengan demikian, kurikulum pendidikan seyogyanya bisa mengakomodasi dimensi vertikal maupun horisontal pendidikan anak. Secara vertikal, anak-anak berbakat harus dimungkinkan untuk menyelesaikannya pendidikannya lebih cepat. Secara horisontal, disediakan program pengayaan (enrichment), dimana siswa berbakat dimungkinkan untuk menerima materi tambahan, baik dengan tugas-tugas maupun sumber-sumber belajar tambahan, baik dengan tugas-tugas maupun sumber-sumber belajar tambahan. h. pelayanan anak autis . dengan cara meningkatan pelayanan pendidikan itu diharapkan dapat menampung anak autisme lebih banyak serta meminimalkan problem belajar terutama pada anak-anak autisme (learning problem). Salah satu upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan dan pendidikan anak autisme diperlukan pendidikan integrasi dan implementasinya dalam bentuk group/kelas (sekolah), individu (one on one) serta pembelajaran individual melalui modifikasi perilaku. i. pelayanan anak kesulitan belajar Hal-hal berikut ini penting untuk diingat ketika melayani anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar. 1. Anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar memiliki beberapa tingkat intelektual. Ada yang inteligensinya berada di bawah rata-rata, namun sebaliknya ada juga yang berbakat. Keadaan ini berbeda antara anak yang satu dan anak yang lainnya. Sulit pula untuk mengenali karakteristik yang mirip pada semua anak. 2. Ketidaksesuaian akan ada dalam level kemampuan dan fungsi mereka. Mungkin mereka dapat menyelesaikan suatu tugas dalam bidang tertentu. Namun, bisa juga tugas yang lebih sederhana menuntut proses yang akan menimbulkan kesulitan bagi mereka untuk menyelesaikannya. Misalnya, seorang anak mungkin memiliki kesulitan dalam membaca bahan yang paling sederhana, tetapi memiliki kelebihan dalam seni. Anak-anak lainnya dapat membaca dengan baik, tetapi sulit berkoordinasi.

3. Tingkah laku mungkin menjadi masalah di kelas ketika kegiatan-kegiatan yang harus diselesaikan anak-anak ini terlalu sulit untuk tingkat kemampuan mereka. Guru harus berhati-hati dalam memberikan perintah kepada anak untuk melakukan sesuatu. 4. Anak-anak yang mengalami kesulitan dalam belajar sering memiliki penghargaan diri yang rendah. Mereka sadar akan kesulitan mereka dan bahwa mereka telah gagal memenuhi harapan orang tua dan guru mereka. 5. Berikan kesempatan kepada anak-anak ini untuk merasakan keberhasilan. Menyelesaikan tugas dengan baik akan menolong meningkatkan penghargaan diri anak. 6. Berikan pujian yang tulus kepada anak untuk tugas-tugas yang telah diselesaikan dengan baik. 8.a. penanganan anak tunanetra Berikut ini adalah perlakuan yang seharusnya diberikan kepada anak tunanetra. Advis ini disusun oleh Rafalowski (1993). 1) Yang terpenting untuk diingat tentang anak anda yang tunanetra adalah bahwa pertama-tama dia adalah anak. Dia mempunyai keinginan dan kebutuhan yang sama sebagaimana anak pada umumnya. 2) Anak anda mengalami masalah penglihatan tetapi ini tidak berarti bahwa dia juga mengalami keterbelakangan mental. Pada awalnya anak anda mungkin melakukan kegiatan tertentu seperti duduk atau berjalan lebih lambat daripada anak awas. Ini karena kehilangan penglihatannya mengakibatkan dia berkesulitan belajar kegiatan-kegiatan ini dengan cara yang biasa. Anak tunanetra perlu ekstra waktu, bantuan, dan latihan. Dengan bantuan tambahan ini, anak anda dapat belajar melakukan sebagian besar kegiatan yang sama dengan yang dilakukan oleh anak awas. 3) Anak anda mungkin masih dapat melihat sesuatu. Sebagian besar orang tunanetra tidak buta total tetapi masih dapat melihat sedikit. Dia mungkin dapat melihat benda-benda tertentu bila sangat dekat ke wajahnya, bila cahaya tepat, atau bila benda itu berwarna cerah. 4) Anak anda akan menggunakan indera-inderanya yang lain untuk belajar tentang dunia sekitarnya. - Dengan perabaan dia dapat belajar mengenali benda-benda yang ada di dalam rumah. - Melalui pendengaran dia dapat belajar mengenali orang dari suaranya atau benda-benda dari bunyinya. - Melalui penciuman dia dapat belajar mengenali berbagai macam makanan dan tempat, seperti took roti, took obat, perpustakaan, dsb. - Melalui pengecap dia dapat belajar mengenali bermacam-macam makanan. 5) Anak anda mungkin menggunakan mulut dan lidahnya untuk merasakan benda-benda untuk belajar tentang ukurannya, bentuknya, teksturnya atau suhunya. Ini tidak apa-apa selama benda itu bersih dan cukup besar sehingga tidak akan tertelan. Kalau dia sudah punya gigi, dia seharusnya berhenti menggunakan mulut dan lidah untuk bereksplorasi, dan akan menggunakan tangan dan perabaannya. 6) Berbicaralah kepada anak anda. Anda perlu menceritakan tentang barang-barang yang tidak dapat dilihatnya. Jelaskan kepadanya apa yang sedang terjadi di sekelilingnya. Jelaskan apa yang sedang anda kerjakan, ke mana anda sedang pergi, dan apa yang sedang dia raba, dengar, cium, atau cicip. 7) Beri arahan yang jelas kepada anak anda dan jangan menunjuk. Anda harus spesifik! Misalnya, anda jangan mengatakan "Buah itu ada di sebelah sana", melainkan sebaiknya anda berkata, "Buah ada di atas meja dekat jendela di belakangmu." 8) Bawalah anak jika anda bepergian, dan ceritakan kepadanya kejadian atau keadaan di tempat-tempat yang anda kunjungi. 9) Bimbinglah tangan anak anda untuk meraba berbagai macam benda. Bimbinglah dia untuk meraba permukaan atau tekstur benda-benda, mengamati bentuk dan besarnya, dan mengeksplorasi bagianbagiannya dan fungsinya. Lakukan hal ini dengan meletakkan tangan anda di atas tangannya sementara dia meraba benda-benda itu. 10) Bantu anak anda mengetahui di mana barang-barang disimpan dan mengembalikan barang-barang itu ke tempatnya semula sesudah dia menggunakannya.

b. penanganan anak tunarungu

1. Mendengar melalui telinga yang dibantu ABD, bukan karena melihat gerakan tangan atau gerakan mulut. 2. Keterbatasan si anak dalam merespon pembicaraan kita adalah karena belum mengerti kata/kalimat yang didengar (keterbatasan kosa kata, karena baru mulai mendengar selama 2 tahun), sehingga perlu dibantu dengan gambar/gerakan tangan. Tetapi bantuan inipun sifatnya hanya sesaat dalam rangka memasok kata baru, setelah kata tersebut dimengerti, bantuan visual dihilangkan. 3. Karena itu yang penting adalah memasok kosa kata ke telinga Ellen, tanpa menuntut dia segera/langsung dapat mengerti apalagi mengucapkan. John Tracy Clinic menuliskan: untuk dapat mengerti suatu kata si anak harus mendengar 100 kali, untuk dapat mengucapkan ia harus mendengar 1000 kali. Jadi sejak Ellen memakai ABD kami konsentrasi memasok dan memasok kata ke telinganya (saat bercakap-cakap normal, maupun saat spesifik mengajarkan kata-kata baru). 4. Teknik berbicara adalah dengan volume suara normal di dekat telinganya. Hal ini bertujuan agar suluruh konsonan dapat ditangkap. Bicara pada jarak yang lebih jauh dengan suara keras (berteriak) menyebabkan yang ditangkap hanya vokal saja. c. penanganan anak tunagrahita Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 bahwa setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan pengajaran. Demikian halnya dengan anak tuna grahita berhak untuk mendapatkan pendidikan . Sekolah sekolah untuk melayani pendidikan anak luar biasa ( tuna grahita ) yaitu Sekolah Luar Biasa ( SLB ) atau sekolah berkebutuan khusus . Sekolah Luar Biasa untuk anak tuna grahita di bedakan menjadi : 1. SLB - C untuk tuna grahita ringan. 2. SLB C1 untuk tuna grahita sedang . 3. Tuna Grahita berat biasanya berbentuk panti dan di asrama . d. penanganan anak tunadaksa Media pembelajaran merupakan suatu elemen penting yang tidak dapat terpisahkan dari proses pembelajaran secara keseluruhan dan dapat lebih meningkatkan kualitas belajar siswa, kualitas mengajar guru, di samping itu dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran baik di sekolah umum maupun di SLB termasuk bagi anak-anak tunagrahita. Seperti dalam pembelajaran anak-anak pada umumnya , maka pembelajaran bagi anak tunagrahita pun, media pembelajaran dan Alat Bantu pelajaran memegang peranan penting , hal ini dikarenakan anak tunagrahita kurang mampu berfikir abstrak, seperti dikemukakan oleh Astati (1988:6) Alat Bantu pelajaran penting diperhatikan dalam mengajar anak tunagrahita. Hal ini disebabkan anak tunagrahita kurang mampu berfikir abstrak, mereka membtutuhkan hal-hal kongkrit. Agar terjadinya tanggapan tentang obyek yang dipelajari, maka dibutuhkan alat pelajaran yang memadai. e. penanganan anak tunalaras melakukan pendekatan secara personal kepada anak, baik pendekatan emosinya dan pendekatan jati dirinya. Contohnya dengan memuji, memenuhi keinginannya, memahami karakternya dengan tidak memberikan hukuman terlebih dahulu. Berusaha memandang sesuatu dari sudut pandang anak. Prosedur yang diperlukan adalah bertahap dan kontinyu. Karena untuk membantu pemulihan prilaku dan emosi anak tidak akan bisa dilakukan secara instan. f. penanganan anak tunaganda diberika pelatihan seorang anak yang tergolong tunaganda adalah anak yang memerlukan latihan dalam hal keterampilan-ketrampilan dasar, misalnya dalam bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa bantuan, dalam berkomunikasi dengan orang lain, dalam mengontrol fungsi-fungsi perut dan kandungan kemih dan makan sendiri (Sontag, Smith dan Sailor seperti di kutip oleh Heward dan Orlansky,1988). Sebagian besar anak-anak reguler biasanya dapat melakukan keterampilan-keterampilan dasar pada usia 5 tahun, sementara itu anak-anak tunaganda perlu latihan-latihan khusus untuk dapat melakukannya. g. penaganan anak berbakat Untuk layanan anak berbakat, ada tiga model yang dapat dikembanglan, yaitu pengayaan, percepatan, dan pengelompokkan. Yang paling banyak dipilih dalam

pendidikan anak berbakat adalah pengayaan dan percepatan. Dalam pengayaan programnya disamakan dengan anak-anak yang sebaya dengannya, hanya bagi anak berbakat disediakan pengalaman belajar yang disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan khususnya. Sedangkan dalam percepatan siswa didorong untuk maju melalui program sekolah. Dalam program percepatan, mungkin saja siswa meloncat pada jenjang kelas yang lebih tinggi h. penanganan anak autis Hal pertama, sebaiknya Anda konsultasikan dengan dokter agar mendapatkan kepastian. Jika memang anak benar menderita autis bantuan yang dapat diberikan adalah memberikan terapi, karena memberikan terapi pada penderita autis lebih baik daripada memberikan obat-obatan, terutama jika anak masih kecil dan masih dalam masa pertumbuhannya. Tujuan pemberian terapi ini, agar anak lebih bisa fokus dalam satu hal dan bisa bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik. i. penanganan anak kesulitan belajar Senam otak (brain gym) adalah rangkaian latihan gerakan sederhana yang dilakukan untuk memudahkan kegiatan belajar. Rangkaian gerakan yang dilakukan bisa memperbaiki konsentrasi belajar si kecil, meningkatkan rasa percaya diri, menguatkan motivasi belajar, serta membuatnya lebih mampu mengendalikan stres. Itulah sebabnya, latian ini cocok untuk si kecil, terutama untuk menunjang belajarnya di sekolah.Cuma itu ? Tentu saja tidak. Senam otak juga sangat praktis, karena bisa dilakukan di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Porsi latihan yang tepat adalah sekitar 10-15 menit, sebanyak 2-3 kali dalam sehari.Latihan-latihan senam otak ini adalah inti dari Educational Kinesiology. Sebenarnya, education berasal dari kata latin, yakni educare; yang berarti menarik keluar. Sementara itu, kinesiology berasal dari bahasa Yunani, yakni kinesis, artinya gerakan. Jadi kinesiology adalah ilmu tentang gerakan tubuh manusia. Educational Kinesiology, untuk selanjutnya disingkat Edu-Kinestetik, merupakan metode yang dikembangkan oleh Paul E. Dennison, seorang pendidik di Amerika, Direktur Valley Remedial Group Learning Center. Metode yang diciptakannya ini bertujuan untuk menolong para pelajar agar memanfaatkan seluruh potensi belajar alamiah (yang terpendam) melalui gerakan tubuh dan sentuhan. Apalagi, ditemukan bahwa beberapa anak berusaha terlalu keras, sehingga mekanisme integrasi otaknya justru dilemahkan. Akibatnya, anak malah mengalami hambatan dan kesulitan dalam belajar. Padahal, sebenarnya integrasi otak diperlukan agar kegiatan belajarnya utuh. Senam ini sebaiknya dilakukan ketika si kecil berusia 6 tahun. Sebab, pada usia ini biasanya ia sudah dapat memberi respons terhadap apa yang diinginkan oleh orang lain. Kalau pun tidak mampu merespons, ia tetap dapat melakukan senam secara pasif. 9.a. terapi pada anak berkebutuhan khusus (ABK) 1. Assessment Anak Adalah langkah awal penanganan ABK yaitu evaluasi prilaku menggunakan standart tertentu berdasarakan beberapa teknik dengan melakukan pemeriksaan dan observasi yang dilakukan secara cermat oleh tim terapis dan pisikolog, dengan tujuan pengkajian, penilaian dan pengukuran mendeteksi gangguan perkembangan anak. Melalui pemeriksaan dan observasi tersebut untuk menentukan penanganan program terapi/ rehabilitasi medik yang tepat untuk anak. 2. TERAPI PERILAKU Adalah terapi yang bertujuan untuk perbaikan dan pembentukan pola prilaku ABK agar terbentuk pola prilaku yang baik, pola prilaku ABK yang berlebihan dikurangi dan yang berkekurangan/belum ada akan dibentuk, tujuan penanganan ini terutama adalah untuk meningkatkan pemahaman dan kepatuhan anak terhadap aturan. Terapi ini umumnya mendapatkan hasil yang signifikan bila dilakukan secara intensif, teratur dan konsisten pada usia dini.

b. terapi medis terapi yang menggunakan satu cabang ilmu kesehatan yang mengupayakan perawatan kesehatan beserta upaya-upayanya untuk menyembuhkan penyakit

c. terapi psikis/psikologis suatu interaksi sistematis antara pasien dan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip psikologi untuk mengatasi tungkah laku abnormal dan memecahkan masalah-masalah dalam hidup dan berkembang sebagai seorang individu d. terapi sosial pemanfaatan permainan sebagai media yang efektif oleh terapis, untuk membantu klien mencegah atau menyelesaikan kesulitan-kesulitan psikososial dan mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, melalui kebebasan eksplorasi dan ekspresi diri. e. terapi edukatif suatu interaksi sistematis antara pasien dan terapis yang menggunakan prinsip-prinsip edukatif, baik dalam bermain ataupun belajar. f. terapi vokasional terapi bicara, latihan dalam komunikasi non verbal, mengembangkan kemampuankomunikasi verbal, latihan pendengaran

You might also like