You are on page 1of 1

FAKTA SEJARAH ORANG FIALARAN (Saatnya sejarah harus diluruskan )

Oleh Anton Mau Etnografi mencatat, penduduk pribumi Belu mempunyai ciri fisik melayu dan bahasa Austronesia, ras ini lebih banyak di jumpai kearah pantai bagian selatan Belu sehingga mereka lebih dikenal dengan sebutan orang Malaka yang putih ( Sina Malaka). Ciri ciri lain Melanesia dan bahasa non Austronesia atau Papua yang banyak terdapat di pedalaman Tasifeto atau seputaran gunung lakaan dan diyakini menunjukan kedatangan lebih dahulu gelombang pendatang Melanesia. Ceritera rakyat dibeberapa daerah Nusa Tenggara Timur mengisahkan bahwa dari Siam/Thailand SIANG SINA dan SINA MALAKA berlayar menyisiri bebrapa pulau di Indonesia. Siang Sina mengakhiri perjalanannya dengan nendarat di pulau Flores dan membangun keturunan di situ. Sedangkan Sina Malaka mendarat di Timor tepatnya diMaubara dan bergerak menuju Lakanmau . Setelah membangun keturunan disitu Sina Malaka melanjutkan perjalanananya ke Wehal I Belu Selatan. Kelak dari Lakan mau inilah prang Belu,orang Sabu.orang Rote berpisah dengan ikrar sumpah dalam sebutan Belu Mau,Sabu Mau, Ti Mau. Bentangan Etnografi dan sejarah mengisahkan kepada orang Belu bahwa Pendatang Melanesia yang lebih dahulu menetap disekitar gunung Lakaan membangun keturunan dengan Dasi Mau Bauk di Fialaran. Keturunan Dasi Mau Bauk adalah Leowes, sebagai pemegang Pemerintahan di Fialaran. Leoklaran,sebagai penjaga segala kekayaan termasuk tanah dan air. Astalin,sebagai Pertahanan dan Keamanan. Dari ketiga suku ini terdapat beberapa orang yang cukup dikenal dalam sejarah diantaranya, Yosef Seran Berek dari Leowes, Atok Sarani dari Loklaran, Meo Baru dari Astalin. Saat kedatang Sina Malaka orang Fialaran sudah hidup berdampaingan dengan Melus yang saat itu sudah terkenal dengan sikap pelitnya. Bagi Melus Kayu,Api dan Air harus dibeli. Pandangan ini membuat Leowes,Leoklaran dan Astalin sangat Marah. Astalin memanggil Leowes dan Loklaran dengan memberi mandat kepada Loklaran untuk membunuh pimpinan Melus saat itu. Beberapa saat berselang Astalin pergi untuk mengetahui kepastian apakah Pimpinan Melus sudah di bunuh atau belum. Ketika Astalin sampai di pempat Melus Leoklaran lagi berbincang dengan pimpiman Melus tersebut. Melihat itu Astalin sangat marah. Ia menyuruh Loelaran pergi dan Aslain lansung berunding dengan Melus untuk pergi berburu musang di abad Wefia. Ketika Astalin dan Melus sampai di abad Wefia, Astalin lansung memanjaut pohon kelapa yang diyakini terdapat beberapa ekir musang diatasnya. Saat berada diatas Astalin menyuruh Melus untuk memberikan tombak kepadanya karena jarak antara dia dan musang semakin dekat. Melus memberikan tongkat terse but tetapi Astalin menolak karena yang diberikan adalah bagian yang paling takjam. Tombak itu di balik lalu diberikan kepada Astalin, dan saat Astalin menerima tombak itu ia lansung melempar kembali kepada Melus. Saat itu Pimpinan Melus pun meninggal dunia. Kisah lain Atok adalah seorang anak dari Astalin, suatu hati Ia memjumpai ayahnya sedang berkelahi dengan pimpinan Melus yang badannya sangat kekar. Atok melihat bahwa ayahnya tidak dapat mengimbangi kekuatan Pimpinan Mels maka Atok mengambil pedangnya dan memutuskan kepala dari badan Pimpinan Melus. Saat itu Melus secara resmi diusir dari Fialaran. Bukti parang dan tombak masih tersimpai di rumah suku Astalin sampai dengan hari ini. Tagun 1997 kedua barang ini dikeluarkan untuk ditujukan kepada semua akan turunan Astalin. Yang diketahui pedang sudah tidak asli lagi tetapi tombak yang masih terdapat darah melus masih asli. Kita semua berharap semuga kedua barang ini selamat dalam pembongkaran pencirian pada April 2008. Penutur ; Cucu dari pemilik rumah suku Astalin dan anggota dari suku Leowes.

You might also like