You are on page 1of 7

TEKNOLOGI PENANGKARAN BENIH PADI Pendahuluan Kegiatan agribisnis meliputi tiga sub sistem, yaitu subsistem pra produksi,

produksi, dan pemasaran. Dalam subsistem pra produksi, ketersediaan benih/ bibit merupakan prioritas yang perlu diperhatikan, karena keberhasilan agribisnis akan bergantung pada penyediaan sarana produksi, di antaranya benih bermutu. Benih bermutu adalah benih yang baik dan bermutu tinggi yang menjamin pertanaman bagus dan hasil panen tinggi. Saat ini, benih bermutu dicerminkan oleh keseragaman biji, daya tumbuh, dan tingkat kemurnian yang tinggi. Untuk menghasilkan benih padi bermutu (bersertifikat) minimum memperhatikan dua prinsip penting, yaitu prinsip genetis dan agronomis. Prinsip genetis adalah pengendalian mutu benih internal yang dilaksanakan produsen benih agar tidak terjadi kemunduran genetiknya. Sebaliknya prinsip agronomis adalah tindakan budidaya secara benar agar dapat menghasilkan benih bermutu tinggi, baik kualitas maupun kuantitas (mutu fisik dan mutu fisiologis benih) Teknologi produksi benih 1. Pemilihan lokasi Padi merupakan tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri dan kemungkinan untuk terjadinya penyerbukan silang sangat kecil (< 0,4 %). Namun demikian, isolasi benih perlu dilakukan dari pertanaman padi lain yaitu minimal 3 meter, atau berbunga tidak bersamaan dengan selisih waktu sekitar 30 hari dari padi konsumsi. Disamping itu lokasi perbenihan harus memiliki kriteria sebagai berikut : a. Lahan hendaknya bekas jenis tanaman lain atau diberakan. b. Pada lahan bekas tanaman padi, varietas yang ditanam adalah sama dengan varietas yang ditanam sebelumnya. c. Ketinggian lahan disesuaikan dengan daya adaptasi varietas tanaman d. Lahan relatif subur dengan pH 5,4 6, dan memiliki lapisan olah sedalam 30 cm agar sawah tidak lekas kering. e. Lahan persemaian terhindar dari cahaya lampu pada saat malam hari. 2. Pemilihan varietas dan asal benih Varietas yang diperbanyak disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, kesesuaian lahan, umur tanaman, dan ketahanan terhadap hama penyakit. Benih sumber yang digunakan berasal dari kelas yang sebih tinggi. Untuk menghasilkan benih dasar (FS) digunakan benih penjenis (BS), untuk menghasilkan benih pokok (SS) digunakan benih dasar, sedangkan untuk menghasilkan benih sebar (ES)digunakan benih pokok. Produksi benih dapat dilakukan pada musim hujan maupun pada musim kemarau asal kan air cukup tersedia. Untuk memudahkan prosesing hasil, lebih menguntgungkan bila usaha perbenihan dilakukan pada musim kemarau. 3. Persemaian a. Tempat persemaian dibuat seluas 5% dari luas lahan produksi benih, sebelum diolah lahan persemaian diairi terlebih dahulu dan keesok harinya lahan dicangkul dan dibuat bedengan dengan ketinggian 15-20 cm, jarak antar bedengan selebar 30 cm. b. Sebelum disebar benih dengan kadar air 11-12 % dimasukan kedalam karung kemudian direndam dalam kolam atau air yang mengalir selama 24 jam untuk mematahkan dormansi. c. Selanjutnya benih diperam ditempat teduh selama 24 jam untuk memacu perkecambahan.
1

Benih disebar secara merata dilahan persemaian pada keadan macak-macak (berlumpur) e. Campurkan pupuk 200 gr urea, + 100 gr sp-36 + 60 gr KCL untuk setiap 10 2 m biberikan 5 hari setelah sebar. f. Untuk meindunngi serangan persemaian dari hama penyakit, persemaian disemprot dengan insektisida atau fungisida anjuran. g. Lahan persemaian diusahakan agar selalu macak-macak sehingga bibit berumur 14-18 hari. 4. Penyiapan lahan Penanaman padi untuk produksi benih dilakukan dilahan sawah. Agar tanaman padi dapat tumbuh optimal lahan diolah sebaik mungkin untuk mendapatkan struktur tanahdengan kedalaman lumpur 15 -30 cm, sebagai berikut: a. Pngenangan I selama 3-4 hari di ikuti pembajakan I b. Penggenangan II selama 2-3 hari di ikuti pembajakan ke II c. Penggenangan III selama 2-3 hari di ikuti penggaruan ke I d. Penggenangan ke IV diikutu pengaruan ke II sambil meratakan permukaan tanah 5. Pengaturan jarak tanam dan tanam a. Sesuai dengan anjuran BPSB jarak tanan bibuat mengikuti jarak tanam jajar legowo 2: 1, 4:1, 5:1dengan tujuan untuk mempermudah seleksi tanam yang tumbuh menyimpang. b. Bibit umur < 21 hari dengan kondisi sehat ditanam, 1-3 batang per rumpun. c. Untuk perbanyakan benih dasar (FS) dari benioh penjenis (BS) bibit ditanam satu batang perlubang tanam. Sedangkan untuk perbanyakan benih pokok (SS) dari benih dasar (FS) dan beih sebar (ES) dari benih pokopk (SS) di tanam 2-3 batang per lubang. 6. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, penyulaman, penyiangan, pengairan, serta pengendalian hama dan penyakit. a. Pemupukan Pemupuka dilakukan sama saeperti produksi untuk konsumsi, jenis jumlah (dosis) dan cara pemberian pupuk mengacu pada rekomendasi pemupukan pada padi sawah daerah setempat. b. Penyulaman Tanaman yang mati atau tumbuh tidak normal diganti dengan tanaman yang sehat. Penyulaman dilakukan pada tanaman ber umur 4-10 hari setelah tanam (hst). c. Penyiangan Penyiangan (pengendalian gulma) dilakukan secara manual dengan membuang gulma dan tanamanpengganggu lain sebanyak dua kali yaitu pada umur 15 dan 35 hari setelah tanam (hst) Peyiangan dapat pula dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan herbisida. d. Pengairan Pengairan dilakukan secara berseling (intermiten) dengan cara sebagai berikut: a. Sewaktu tanam bibit, lahan dalam kondisi macak-macak b. Secara ber angsur-angsur lahan diairi 2-5 cm hingga tanaman ber umur 10 hst. c. Lahan tidak diairi selama 5-6 hari atau sampai permukaan tanah retak-retak selama dua hari, kemudian diairi kembali setinggi 5-10 cm. d. Mulai fase keluar bunga sampai 10 hari sesudahnya, lahan terus digenangi sekitar 10 cm.
2

d.

e. Sejak 10 hari sebelum panen sampai saat panen, lahan dikeringkan untuk mempercepat dan meratakan pemasakan gabah dan memudahkan panen. e. Pengendalian hama dan penyakit a. Pengendalian hama penyakit mengikuti cara pengendalian terpadu (PHT) yang meliputi pengelolaan varietas, pengelolaan budidaya dan pengelolaan biologis. b. Penggunaan bahan kimia (pestisida) hanya diberikan pada kondisi yang tepat, yakni jika populasi hama melampawi batas ambang kendali. c. Hama dan penyakit utama yang biasa menyerang padi adalah hama tikus, penggerek batang, wereng coklat dan penyakit hawar daun (kresek). 7. Rouging (seleksi) Roguingin adalah membuang tipe simpang, campuran varietas lain, dan membuang tanaman lain. Tanaman yang terinfeksi oleh stemborer atau penyakit tanaman lainnya seperti tungro juga harus dibuang. Selama produksi dilapangan tanaman diseleksi minimal tiga kali yaitu : a. Pada fase vegetative (umur 30 hari) seleksi didasarkan pada warna, bentuk dan tinggi tanaman. tanaman yang menunjukan warna dan bentuk batang, serta tinggi tanamanyang berbeda denngan tanaman aslinya yang dibuang. b. Pada fase berbunga (lebih kurang 50-60 hst) seleksi didasarkan pada tinggi tanaman, bentuk dan warna bunga serta keseragaman saat berbunga. Bila memiliki posisi dan warna bunga yang berbeda dengan tanaman aslinya, rumpun tanaman harus dibuang. c. Saat menjelang panen atau 80 % malai telah kuning ( 100 hst)yang antara ;ain didasarkan pada umur tanaman, tinggi tanaman, bentuk dan letak daun bendera, bentuk gabah, serta warna gabah. Tanaman yang memiliki bentuk dan posisi daun bendera , serta bentuk dan warna gabah yang berbeda, tanaman tersebut harus dibuang. 8. Panen Setelah pemeriksaan tanaman terakhir dan dinyatakan memenuhi syarat (lulus) oleh BPSB, tanaman siap untuk dipanen. Saat yang tepat untuk panen adalah bila sebagian besar (90%) malai telah kuning, gabah telah kuning (kadar air sekitar 17-23%) dan beras, buku-buku gabah sebelah atas berwarna kuning serta batang mulai kering. Dalam pemanen sebaiknya Dua baris tanaman yang paling pinggir dipanen terpisah dan tidak digunakan sebagai calon benih. Gunakan peralatan panen (thresher) dan pengeringan (lantai jemur, mesin pengering) yang bersih agar tidak menjadi sumber kontaminasi. Bila memakai karung sebaiknya menggunakan karung yang masih baru. Pastikan bahwa areal yang akan dipanen tidak ada sisa malai yang tertinggal di pertanaman yang dibuang saat rouging, terutama rouging terakhir (satu minggu sebelum panen). Panen sebaiknya dilakukan per varietas. Calon benih kemudian dimasukkan ke karung dan diberi label (nama varietas, tanggal panen, dan lokasi produksi) .

Daftar Pustaka Siti nurjanah, 2011. Teknologi produksi benih padi varietas unggul. Sinartani mimbar penyuluhan.edisi 13-19 april 2011 no. 3401 tahun XLI.
3

Anonim. 2009. Penangkar Benih Padi Bermutu. Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia 2009 Iskandar Ishaq. 2002. Petunjuk teknis penangkaran benih padi. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2009

KA PENGA R TA NTA Benih tanaman merupakan salah satu sarana budidaya tanamanyang mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam upayapeningkatan produksi dan mutu budidaya hasil tanaman yangpada akhirnya peningkatan pendapatan petani dan kesejahteraanmasyarakat, oleh karena itu perbaikan perbenihan tanaman harusmampu menjamin tersedianya benih bermutu secara memadaidan berkesinambungan. Termasuk didalamnya bahwa perbenihantanaman adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pengadaan,pengelolaan dan peredaran benih tanaman.Dalam rekapitulasi Rencana Usaha Bersama PUAP di Jawa Barattercatat tanaman pangan sangat mendominasi yaitu sekitar 34% dandari yang 34% tanaman pangan mayoritasnya adalah tanaman padi.Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menjaminketersediaan benih bermutu dari varietas unggul padi di Jawa Baratadalah melalui pengembangan penangkaran benih. Untuk mencapaihasil yang optimal petani penangkar yang sudah dibina, tetapdilakukan pembinaan secara berkesinambungan sambil mencaricalon-calon penangkar lainnya. Pembinaan penangkar ini diarahkansecara terintegrasi dengan SL-PTT pengawalan menggunakanmedia tercetak. Demi untuk memenuhi kebutuhan tersebut, makadisusunlah Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi, untuk dapatdijadikan sebagai pedoman dalam melakukan penangkaran benihyang bermutu. PENDAHULUAN Jawa Barat merupakan sentra produksi padi utama di Indonesiapenggunaan benih bermutu dari varietas unggul telah berkontribusisecara nyata terhadap peningkatan produksi sehingga Indonesiamampu mencapai swasembada beras pada tahun 1984. Namundemikian, dampak penggunaan varietas unggul terhadap peningkatanproduksi dan mutu produk hanya akan terasa bila varietas unggultersebut ditanam dalam skala luas. Penggunaan VUB pada skala luas sangat ditentukan olehkemampuan industri benih untuk memproduksi dan mendistribusikanbenih bermutu (pembawa potensi genetik yang dikembangkan olehpara pemulia tanaman) melalui proses sertifkasi sebagai sarana yangmampu menjamin keaslian (genuine, authentic ) varietas unggul sampai ke petani secara efektif dan efsien. Dengan demikian keunggulanvarietas baru tersebut dapat dinikmati oleh petani.
4

Pembangunan perbenihan tanaman pangan, khususnya padi bertujuan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan benih bermutu secara berkekelanjutan. Hal ini dapat dilakukan denganmengoptimalkan seluruh rangkaian sistem perbenihan yang terdiriatas subsistem penelitian, penilaian dan pelepasan varietas, subsistemproduksi dan distribusi benih, subsistem pengawasan mutu dansertifkasi serta subsistem penunjang (kelembagaan, SDM dan sarana-prasarana). Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam rangka menjaminketersediaan benih bermutu dari varietas unggul padi di Jawa Baratadalah melalui pengembangan penangkaran benih padi yangterintegrasi dengan program Peningkatan Produksi Beras Nasional(P2BN) dan Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu Padi Inbrida (SLPTT Padi Inbrida). Diharapkan melaluikegiatan tersebut kebutuhan petani akan benih bermutu dari varietasunggul dapat dipenuhi oleh petani penangkar benih setempat TUJUAN Memproduksi benih sumber dan/atau benih sebar padi varietasunggul KELUARAN Diperoleh benih sumber dan/atau benih sebar padi varietasunggul PROSEDUR Benih sumber yang akan digunakan untuk pertanaman produksibenih haruslah satu kelas lebih tinggi dari kelas benih yang akandiproduksi. Untuk memproduksi benih kelas FS ( Foundation Seed /Benih Dasar/BD) atau Label Putih, maka benih sumbernya haruslahbenih padi kelas BS (Breeder Seed /Benih Penjenis/BS) atau LabelKuning, sedangkan untuk memproduksi benih kelas SS (Stock Seed /Benih Pokok/BP) atau Label Ungu, maka benih sumbernya boleh benih FS atau boleh juga BS dan untuk memproduksi benih kelas ES(Extension Seed /Benih Sebar/BR) benih sumbernya boleh benih kelasSS atau FS. 1. Pemilahan dan Perlakuan Benih Pemilahan benih padi sebelum disemai/ditebar dapat dilakukandengan perendaman benih ke dalam larutan garam 3% atau direndamdalam larutan ZA (225 g ZA/l air), benih yang tenggelam menunjukkanbenih yang baik. Sebelum disebar, benih direndam selama 24 jam,kemudian diperam selama 24 jam. Untuk daerah endemik hama penggerek batang gunakanperlakuan benih (seed treatment ) dengan menggunakan insektisida Fipronil 50 ST. Perlakuan benih bertujuan untuk mencegah hamapada stadia awal perkecambahan, merangsang pertumbuhan akar,memperkecil resiko kehilangan hasil, memelihara dan memperbaikikualitas benih Tabur benih yang telah mulai berkecambah dengan kerapatan25-50 g/m2 atau 0,5-1 kg benih per 20 m2 lahan. Persemaian dipupuk dengan Urea, SP-36, dan KCl masing-masing sebanyak 15 g/m2. Kebutuhan benih untuk 1 ha areal pertanaman adalah 10-20 kg. 2. Penyiapan Lahan Persiapan lahan untuk pertanaman mirip dengan lahan untuk persemaian, namun tanpa pembuatan bedengan. Tanah diolah secara sempurna yaitu dibajak I, digenangi selama 2hari, lalu dikeringkan selama 7 hari, lalu dibajak II, digenangi selama2 hari dan dikeringkan lagi selama 7 hari. Terakhir tanah digaru untuk melumpurkan dan meratakan tanah. Untuk menekan pertumbuhan gulma, lahan yang telah diratakandisemprot dengan herbisida pra-tumbuh dan dibiarkan selama 7-10hari atau sesuai dengan anjuran. 3. Penanaman Penanaman dilakukan pada saat bibit berumur 15-21 hari, dengan1 bibit per lubang. Bibit yang ditanam sebaiknya memiliki umurfsiologi yang sama (dicirikan oleh jumlah daun yang sama, misal 2atau 3 daun/batang). Jarak tanam dapat menggunakan sistem tegel (20 x 20 cm atau25 x 25 cm atau 27x27 cm) dan/atau sistem legowo-2 (20x10x40 cmatau 25x12,5x50 cm atau 27x13,5x50 cm) tergantung tinggi tempat,kesuburan lahan dan varietas yang ditanam. Bibit ditanam pada kedalaman 1-2 cm. Sisa bibit yang telahdicabut diletakkan di bagian pinggir petakan, nantinya digunakanuntuk menyulam. Penyulaman dilakukan pada 7 hari setelah tanam(HST) dengan bibit dari varietas dan umur yang sama. Setelah ditanam, air irigasi dibiarkan macak-macak (1-3 cm )selama 7-10 hari 4. Pemeliharaan Pemupukan
5

Kesuburan tanah beragam antar lokasi karena perbedaan sifat dan kimianya. Dengan demikian kemampuan tanah untuk menyediakan hara bagi tanaman juga berbeda-beda. Pemupukandimaksudkan untuk menambah penyediaan hara sehingga mencukupikebutuhan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi dengan baik.Agar efsien, takaran pupuk hendaknya disesuaikan dengan kondisilahan setempat. Untuk pupuk SP36 dan KCI, takarannya disesuaikandengan ketersediaan P dan K dalam tanah. Sedangkan untuk pupuk urea, takaran dan waktu pemberiannya disesuaikan dengankebutuhan tanaman dengan menggunakan teknologi Bagan Warna Daun (BWD). Pemupukan dengan menggunakan BWD dan analisa tanah adalah sebagai berikut: Pupuk dasar sebanyak 50-75 kg Urea/ha sebelum 14 HST mulai 25-28 HST lakukan pengukuran dengan menggunakan BWD sampai umur50 HST dengan selang waktu 7-10 hari sekali. Bila hasil pengukuran dibawah 4, maka berikan Urea sebanyak : 50-75 kg/ha untuk daerah musim/hasil rendah 75-100 kg/ha untuk daerah musim hasil tinggi 100 kg/ha untuk padi tipe baru (PTB). Bila pada fase antara keluar malai sampai 10% berbunga, pengukuran pada daunPTB berada pada skala 4 atau kurang, berikan 50 kg Urea/ha. Pemberian pupuk P seluruhnya diberikan bersamaan dengan pemberian pupuk dasar Urea. Pemberian pupuk K, bila takarannya rendah, seluruhnya diberikan bersamaan dengan pemberian pupuk dasar dan bila takaran pupuk K tinggi (> 100 kg KCl/ha) maka 50%diaplikasikan sebagai pupuk dasar dan sisanya saat primordial bunga. Apabila pemupukan dengan cara tersebut di atas tidak memungkinkan, maka dapat digunakan anjuran umum pemupukansebagai berikut: 120-240 kg urea, 100-120 kg SP36, dan 100-150 kg KCl per hektar, dengan waktu pemberian sebagai berikut: 1. Pupuk dasar (saat tanam): 33% urea (40-80 kg/ha)+100% SP36 (100-120 kg/ha). 2. Pupuk susulan I (4 MST): 33 % urea (40-80 kg/ha) + 50% KCl (50-75.kg/ha) 3. Pupuk susulan II (7 MST): 33% urea ( 40-80 kg/ha) + 50 % KCl (50-75 kg/ha) 4. Pada musim hujan, takaran pupuk dianjurkan lebih rendah4.daripada musim kemarau. Teknik pemupukan lainnya pada lahan sawah dapat pulamenggunakan perangkat uji tanah sawah (PUTS) dan program PuPsvers. 1.0. Penyiangan Penyiangan dilakukan secara intensif agar tanaman tidak terganggu oleh gulma. Penyiangan dilakukan paling sedikit dua atautiga kali tergantung pada keadaan gulma, menggunakan landak atau gasrok. Penyiangan dapat dilakukan sebelum pemupukan susulanpertama atau kedua. Hak ini dimaksudkan agar pupuk yang diberikanhanya diserap oleh tanaman padi, karena gulma sudah dikendalikan. Pengendalian OPT Hama dan penyakit merupakan faktor penting yang menyebabkan suatu varietas tidak mampu menghasilkan varietas seperti yang diharapkan. Pengendalian hama dan penyakit harus dilakukan secara terpadu. Hama wereng coklat dan penyakit tungro merupakan hama dan penyakit yang paling utama saat ini. Untuk itu di dalam pengembangan atau pertanaman produksi benih supaya berhasil beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : Hindari pengembangan di daerah endemis hama dan penyakit terutama daerah endemis wereng coklat dan penyakit tungro. Bila pengembangan dilakukan di daerah endemis hama dan penyakit, terapkan PHT dengan monitoring keberadaan tungro dan kepadatan populasi wereng hijau secara intensif. Perhatikan juga serangan tikus sejak dini dan monitor penerbangan ngengat penggerek batang. Pengamatan populasi wereng coklat dilakukan pada 20 rumpun tanaman secara diagonal. Hitung jumlah wereng coklat + wereng punggung putih, predator (labalaba,Opionea, Paederus dan Coccinella) dan kepik Cyrtorhinus. Hasil pengamatan kemudiandijabarkan ke dalam rumus berikut: A (5B + 2C) = D (jumlah wereng terkoreksi) 20 a. = jumlah wereng coklat + wereng punggung putih per 20rumpun tanaman b. = jumlah predator per 20 rumpun tanaman c. = jumlah kepik Cyrtorhinus per 20 rumpun tanaman
6

Penggunaan insektisida didasarkan pada jumlah wereng terkoreksi dan umur tanaman, yaitu apabila : Wereng terkoreksi (nilai D) lebih dari lima ekor pada saat tanaman berumur kurang dari 40 HST, atau lebih dari 20 ekorpada saat tanaman berumur 40 HST. Bila nilai wereng terkoreksi kurang dari lima ekor pada saattanaman berumur di bawah 40 HST, atau kurang dari 20 ekorpada saat tanaman berumur di atas 40 HST, maka insektisidatidak perlu diaplikasikan, tetapi pengamatan tetap perlu dilanjutkan. Insektisida yang manjur mengendalikan hama wereng coklat dan wereng punggung putih diantaranya adalah fpronil dan imidakloprid. Insektisida buprofezin dapat digunakan untuk pengendalian wereng coklat populasi generasi 1 atau2, sedangkan fpronil dan imidakloprid untuk wereng coklat generasi 1,2,3 dan 4. Monitoring terhadap penyakit tungro dilakukan dengan mengadakan pengamatan terhadap hama wereng hijau di pesemaian dengan cara menjaring serangga sebanyak 10 ayunan untuk mengevaluasi populasi wereng hijau. Selain itu, juga diadakan uji yodium dari 20 daun padi yang diambil dari lahan yang sedang dievaluasi. Jika hasil perkalian antara jumlah wereng hijau dan persentase daun terinfeksi sama atau lebih dari 75, maka pertanaman dalam situasi terancam tungro. Langkah yang perlu diambil adalah aplikasi antifidan dengan bahan aktif imidakloprid dan atau tiametoksan. Di pesemaian atau saat tanaman berumur1 MST gunakan tiametoksan dengan dosis 2,5 g b.a/ha atau 0,50 g imidakloprid /ha untuk menghambat penularan. Apabilatidak mampu mengamati populasi dan tanaman terinfeksi dipesemaian, amati gejala tungro saat tanaman berumur 3 MST.Aplikasi insektisida dilakukan apabila terdapat lima gejala dari 10.000 rumpun tanaman saat berumur 2 MST atau dua gejala dari 1.000 rumpun tanaman saat berumur 3 MST. Insektisida yang dapat digunakan antara lain imidakloprid, tiametoksan, etofenproks dan karbofuran. 5. Seleksi/Roguing Salah satu syarat dari benih bermutu adalah memiliki tingkat kemurnian genetik yang tinggi, oleh karena itu Roguing perlu dilakukan dengan benar dan dimulai mulai fase vegetatif sampai akhirpertanaman. Roguing dilakukan untuk membuang rumpun-rumpun tanaman yang ciri-ciri morfologisnya menyimpang dari ciri-ciri varietas tanaman yang diproduksi benihnya. Untuk tujuan tersebut,pertanaman petak pembanding (pertanaman check plot ) dengan menggunakan benih autentik sangat disarankan. Pertanaman ini digunakan sebagai referensi/acuan di dalam melakukan Roguing dengan cara memperhatikan karakteristik tanaman dalam berbagai fase pertumbuhan sebagaimana yang tercantum dalam Tabel 1. Tabel 1.Karakteristik tanaman yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kemurnian genetik varietas

You might also like