You are on page 1of 5

JUDUL Karakterisasi Sifat Refraktori dari Bahan Alumina (Al2O3) untuk Linning Tun gku Induksi B.

. LATAR BELAKANG Refraktori merupakan material yang mempunyai ketahanan dalam temperatur tinggi d an material yang mampu mempertahankan sifatnya terhadap tegangan mekanik maupun serangan kimia dari gas-gas panas, cairan logam dan slag. Pengunaan refraktori d ewasa ini semakin berkembang bukan hanya digunakan oleh industri pengecoran loga m akan tetapi industri logam lainnya. Material refraktori ini melapisi furnace, tundish, ladle dan sebagainya. Material ini juga digunakan sebagai Nozzle, Spout , dan Sliding Gate. Biaya untuk pembelian dan instalasi refraktori adalah faktor yang menentukan dalam biaya proses secara keseluruhan [1]. Dalam aplikasinya refraktori digunakan sebagai pelapis tungku atau dapat dikatak an sebagai dinding batu tahan api, refraktori salah satu komponen yang menunjang dalam pengoperasian tanur atau tungku karena sifatnya yang tahan terhadap tempe ratur tinggi maka untuk melindungi material tungku agar tidak melelh pada saat p engoperasian dibutuhkanlah material refraktori. Refraktori digolongkan menjadi 4 yaitu asam, basa, netral maupun super refraktori dan dibentuk dari senyawa yang memiliki ketahanan terhadap temperatur tinggi misalnya Alumina (Al2O3), Magnesi a (MgO), Silica (SiO2), Chromium Oxide (Cr2O3), Chromite (FeOCr2O3), dan lain-la in [2].

A.

Gambar 1. Bentuk dari refraktori yang digunakan industri pengolahan baja [6]. Penelitian ini bertujuan mengamati komposisi penyusun refraktori, struktur mikro , parameter-parameter proses pembuatan dan sifat-sifat material refraktori terma suk ketahanan panas pada saat pengoperasian didalam tungku induksi. Tungku induk si merupakan salah satu jenis dari berbagai macam tungku yang digunakan oleh ind ustri pengecoran logam dan peralatan utama yang digunakan untuk meleburkan bahan baku menjadi baja cair. Tanur bekerja dengan prinsip transformator dengan kumpa ran primer dialiri arus AC dari sumber tenaga dan kumparan skunder. Kumparan sek under yang diletakkan didalam medam magnit kumparan primer akan menghasilkan aru s induksi. Untuk memaksimalkan performance dan karakteristik dari sebuah refraktori dalam p roses pengoperasian maka dilakukanlah sebuah pengujian untuk mengevaluasi resist ensi refraktori terhadap kehancuran yang sering terjadi pada saat instalasi dan pengoperasian. Dalam penelitian tentang refraktori tersebut bahan yang akan digu nakan dalam pengujian adalah jenis Alumina (Al2O3), yang akan mengalami proses s intering pada beberapa variasi temperatur. Hal ini dimaksudkan akan dapat menget ahui pengaruh yang dihasilkan dari temperatur sintering tersebut. Sintering adalah suatu proses pembakaran keramik setelah melalui proses pencetak an sehingga diperoleh suatu produk keramik yang kuat dan lebih padat. Suhu pemba karan pada proses sintering sangat tergantung sekali dengan jenis bahan keramik, umumnya disekitar 80-90% dari titik lebur campuran bahan baku yang digunakan. M ekanisme pemanasan dimulai dengan adanya kontak akibat proses difusi (transforma si massa) atom-atom. Difusi secara keseluruhan mengakibatkan penyusutan (shrinka ge) yang diiringi pengurangan porositas akibat pergerakan batas butir. Sebagai a kibat dari penyusutan volume pori yang terjadi selama proses pemanasan berlangsu ng, densitas alumina meningkat terhadap peningkatan suhu pemanasan [4].

Gambar 2. Mekanisme proses sintering. (a) partikel serbuk padat pada suh u kamar; (b) partikel padat pada suhu yang lebih tinggi, atom-atom berdifu si sehingga mmeperluas permukaan kontak; (c) partikel padat pada suhu yang sangat tinggi, terjadi penggabungan butir [4]. Penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahapan karakterisasi diantaranya, kara kterisasi struktur kristal dengan menganalisa ukuran butir yang akan dibentuk sp esimen. Analisa butir (meshing) dilakukan untuk mengatahui ukuran butir dari bah an setelah itu mengelompokan berdasarkan ukuran (agregat kasar dan halus). Karak terisasi selanjutnya yaitu menentukan sifat refraktorines dengan melakukan uji P yrometric Cone Equivalent dari penelitian ini akan didapatkan nilai batas temper atur yang sanggup ditahan oleh material refraktori. Selanjutnya akan dilakukan k arakterisasi sifat mekanik dengan melakukan proses pembakaran/sintering pada tem peratur 13000C lalu dilakukan penujian kuat tekan/Cold Cruishing Strength untuk memperoleh nilai kekuatan dari refraktori tersebut. Analisa butir/meshing merupakan tahap awal dalam pembentukan spesimen uji tujuan dilakukannya analisa butir ialah untuk mengetahui ukuran butir dari material se rbuk refraktori setelah itu dikelompokan berdasarkan ukuran. Ukuran butir secara langsung akan mempengaruhi kekuatan dan sifat dari refraktori karena semakin ke cil dan halus butir tersebut maka akan meningkatkan ketangguhan dan kekuatan hal ini disebabkan densitas antar butir akan semakin baik serta menurunkan porosita s ketika terjadi pembakaran.

Gambar 3. Pengkategorian bentuk butir Pyrometric Cone dan Pyrometric Cone Equivalent merupakan metode standar untuk me ngevaluasi dimana refraktori mampu menahan sifatnya ditemperatur tinggi dalam si tuasi tanpa tekanan. Metode yang digunakan biasanya khusus untuk material alumin osilicate [1]. Kerucut pyrometric digunakan untuk menguji refraktori, kerucut in i terdiri dari campuran oksida. Mekanisme pengujian ini kerucut dengan berbagai oksida diletakkan berurutan sesuai dengan suhu lelehnya sepanjang beta refraktor i dalam tungku. Setelah tungku tersebut dipanaskan dan suhunya naik maka salah s atu kerucut akan melengkung bersama bata refraktori [7]. Akan tetapi PCE tidak d igunakan sebagai indikasi sebuah titik lebur atau pelelehan karena pengujian ini bukan sebuah pengukuran tapi sebuah perbandingan belaka dari perlakuan thermal terhadap sampel refraktori dari standarnya (standar cone). Pengujian ini digunak an untuk mengevaluasi kualitas refraktori dan temperatur pelunakan dari slag, se rta dimanfaatkan untuk para industri manufaktur dan kontrol kualitas [2].

Gambar 4. Kerucut pyrometric Cold Crushing Strength adalah resistansi suatu refraktori terhadap kehancuran, k erusakan akibat beban tekan yang diberikan pada temperatur ruang [3]. Mekanisme dari pengujian tersebut adalah pemberian beban dilakukan pada sampel refraktori dengan seragam dan perlahan tergantung dengan metode pengujian yang diterapkanny a, menggunakan mesin uji tekan sampai terjadi perpatahan pada sampel tersebut de ngan nilai pembebanan bervariasi dari 35-100 kg/cm2/min.

Parameter yang harus dipenuhi pada spesimen diantaranya permukaan rata dan bebas dari cracks, dan cacat lainnya. Ukuran standar dari spesimen uji refrakori berb entuk kubus 5 cm x 5 cm x 5 cm kecuali dalam permasalahan spsesimen yang berukur

an kecil/silinder dan bentuk yang berbeda dimana pengujian spesimen dari yang uk uran kecil berkisar antara 75 mm [8]. Hasil dari pengujian CCS ditujukan dengan satuan N/mm2 [8].

Gambar 5. Pengujian Cold Crushing Strength [8]. C. TUJUAN 1. Mengetahui komposisi kimia, bentuk dan ukuran butir dari material serbuk refraktori alumina. 2. Mengetahui karakerisasi sifat mekanik refraktori bahan alumina dengan me nguji kuat tekan. 3. Mengetahui sifat refraktorines dari refraktori alumina dengan menguji Py rometric Cone Equivalent . D. BATASAN MASALAH 1. Bahan baku yang digunakan yaitu alumina tinggi (85% Al2O3) yang digunaka n pada lining tungku induksi pengecoran baja. 2. Lingkup pembahasan meliputi komposisi kimia utama, ukuran dan butir deng an cara pengayakan/meshing, menguji kekuatan tekan, dan sifat refraktorines deng an menguji Pyrometric Cone Equivalent. 3. Ukuran cetakan yang digunakan untuk membuat spesimen uji tekan berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm. 4. Temperatur yang digunakan yaitu sebesar 13000C. 5. Tidak membahas ikatan kimia secara keseluruhan dan konduktivitas panas d ari material refraktori alumina. E. METODE PENULISAN Untuk mampu menghasilkan penelitian yang baik, maka lingkup pembahasan penelitia n adalah sebagai berikut: 1. Melakukan studi literatur, mencari dari buku-buku, jurnal-jurnal dari in ternet dan Tugas Akhir yang berhubungan dengan tugas sarjana ini. 2. Melakukan observasi langsung di industri Pengecoran Logam untuk mendukun g penelitian mengenai tugas sarjana ini. 3. Bimbingan pada dosen pembimbing untuk mendapatkan pengetahuan tambahan d an masukan serta koreksi terhadap kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pembuat an Tugas Akhir dan penyusunan laporan. 4. Pengujian Laboratorium Pengujian yang dilakukan meliputi beberapa pengujian laboratorium berdasarkan t ujuan yang diharapkan, diantaranya: a. Pengujian bentuk dan ukuran serbuk : pengayakan (meshing), penggolongan ukuran butir, pembakaran. b. Pengujian sifat mekanik (Cold Crushing Strength) : alat uji tekan. c. Pengujian sifat refraktorines : pyrometric cone equivalent. F. METODE PENULISAN Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan penulisan, pembatasan ma salah, metode penelitian dan sistematika penulisan tugas akhir. Bab II Dasar teo ri berisi tentang berbagai landasan teori yang berkaitan tentang proses pembuata n baja, tanur induksi, pengetahuan dasar refraktori, bahan baku dan penggolongan refraktori, fungsi dan kegunaan, sifat-sifat refraktori, kerusakan-kerusakan, d an yang terakhir pengujian. Bab III Metode penelitian berisikan metode yang digu nakan pada proses penelitian serta langkah-langkah yang dilakukan pada saat peng ujian. Bab IV Pembahasan adalah membahas data-data hasil pengujian. Bab V penutu p berisi tentang kesimpulan dan saran yang diambil dari hasil pembahasan pada Ba

b IV. Terakhir yaitu daftar pustaka dan lampiran G. DIAGRAM ALIR Diagram alir penelitian

H. JADWAL KEGIATAN Jadwal Kegiatan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : No KEGIATAN ALOKASI WAKTU Maret April Mei Juni Juli Agustus 2011 2011 2011 2011 2012 2012 1 Studi Pustaka 2 Pencarian Data 3 Observasi dan Pengujian 4 Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan 5 6 7 Asistensi dan Konsultasi Seminar Tugas Akhir Sidang Tugas Akhir Pennsylv Township Material Sumatera Keramik

I. REFERENSI [1] Schact, Charles A. 2004. Refractories Handbook. Pittsburgh, ania, U.S.A [2] Harbison-Walker. 2005. Handbook of Refractory Practice. Moon . [3] Suharno, Bambang. 2008. Jenis-jenis Refraktori. Metallurgy and Engineering Departement, Universitas Indonesia. Jakarta. [4] Johan, Akmal. 2008. Karakterisasi Sifat Fisik dan Mekanik Bahan Refraktori - Al2O3 Pengaruh Penambahan TiO2. Universitas Sriwijaya, Selatan. Indonesia. [5] Bayuseno, AP. 2008. Pengembangan dan Karakterisasi Material

Untuk Dinding Bata Tahan Api Tungku Hoffman K1. Teknik Mesin, Universitas Diponegoro. Semarang. [6] Bathia, B.E. A. 2011. Overview of Refractory Materials. Meadow Estate. [7] Energy Efficiency Guide for Industry in Asia, 2006 : Thermal Energy Equipment: Furnaces and Refractories. www.energyefficiencyasia.org [8] ASTM C 133. 2003. Cold Cruishing Strength and Modulus of Rupture of Refractories.

You might also like