You are on page 1of 19

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini akan disajikan hasil tes yang diperoleh dari penelitian. Hasil tes tersebut ada dalam dua bagian, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil tes tindakan siklus I adalah berupa penilaian terhadap keterampilan membaca cepat siswa sebelum dikenalkan dengan metode P2R dan pada siklus 11 berupa penilaian keterampilan membaca cepat siswa setelah dikenalkan pembelajaran menggunakan metode P2R. Dan hasil kedua tes tersebut akan dibahas pada masing-masing siklus.

4.1 Penelitian dan Pembahasan Siklus I 4.1.1 Penelitian Siklus I

Hasil

Hasil

Hasil tindakan proses pembelajaran dalam siklus 1 ini berupa hasil tes membaca cepat siswa, hasil pengamatan, dan hasil wawancara. Adapun aspek yang dinilai dalam membaca cepat adalah kecepatan membaca siswa diperoleh hasil sebagai berikut: Sebelum dikenalkan metode P2R untuk membaca cepat siswa diperoleh hasil penilaian membaca cepat sebagai berikut:

43

44

Tabel 2. Penilaian Keterampilan Membaca Cepat Siklus 1 No 1. 2. 3. 4. Rentang Nilai 85 100 75 84 65 74 0 64 Jumlah Frekuensi 3 12 19 % 8,83 35,29 55,88 100,00

Dari hasil di atas terlihat bahwa siswa kelas V SD Negeri Klepu 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran 2007/2008 hanya diperoleh 3 orang atau 8,83 siswa yang mencapai ketuntasan belajar sedangkan yang lainnya belum mencapai ketuntasan belajar. Siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar yakni dapat membaca cepat sebanyak 75 84 kata per menit. Sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, sebagian besar hanya mencapai 64 kata per menit. Sehingga mereka masih harus belajar lagi, sehingga dapat membaca cepat dengan ketuntasan minimal 75 kata per menit. Dari hasil di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa ternyata belum mencapai ketuntasan belajar. Karena belum mencapai ketuntasan belajar perlu diketahui, pada bagian mana siswa menemui kesulitan dalam membaca cepat. Kesulitan utama yang dialami siswa adalah belum dapat membaca cepat secara terstruktur. Untuk itu perlu dilakukan lagi pembelajaran membaca cepat dan dikenalkan dengan metode P2R untuk dapat membaca cepat secara terstruktur sehingga ketuntasan minimal yang diharapkan sebanyak 75 kata per menit dapat dicapai.

45

4.1.2 an Hasil Penelitian Siklus I

Pembahas

Rendahnya kecepatan membaca siswa kelas V SD Negeri Klepu 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran 2007/2008 akhirnya diketahui ada beberapa hambatan yang dijumpai. Pada orang-orang tertentu di dalam membaca sering menemui hambatan sehingga orang tersebut tidak bisa membaca secara cepat dan efisien, Hambatan-hambatan ini banyak berkaitan dengan kebiasaan membaca yang dipraktekkan sejak masa awal belajar membaca dan terbawa-bawa sampai jenjang berikutnya. Beberapa hambatan tersebut di antaranya adalah:
1.

Membaca dengan melafalkan kata yang dibaca. Ada siswa yang membaca dengan melafalkan kata demi kata yang dibaca. Mungkin orang tersebut kurang puas jika kata-kata yang dibaca itu tidak diucapkan. Cara membaca seperti ini selain akan mengganggu siswa lain, juga akan memperlambat pembacaan. Lambat karena kata demi kata dibaca atau satu demi satu. Di samping itu, pembaca akan mudah lelah karena mengucapkan kata demi kata yang dibaca itu mengeluarkan banyak energi. Untuk mengatasi ini dapat dilakukan dua cara. Pertama dengan merapatkan bibir ketika membaca; dan kedua, dengan menguyah permen karet.

2.

Membaca dengan menggerakkan bibir Ada juga beberapa siswa yang membaca dengan menggerakkan bibir.

46

Bibirnya komat-kamit mengikuti bunyi huruf di dalam teks bacaan. Cara membaca seperti ini selain kurang enak di pandang mata (karena bibir terus komat-kamit) juga kurang cepat dan efisien karena si pembaca pada dasarnya membaca kata demi kata (bahkan huruf demi huruf) yang ada di dalam teks bacaan. Cara membaca dengan komat-kamit juga bisa membuat bibir cepat lelah, rahang atas dan bawah pegal, dan pada akhirnya mempengaruhi daya tahan baca. Untuk mengatasi hambatan ini bisa dilakukan dua cara yang dikemukakan di atas. 3. Membaca dengan menunjuk Sebagian lagi ada siswa yang membaca dengan menunjuk-nunjuk teks yang sedang dibacanya dengan jari atau alat tulis. Cara membaca seperti ini juga kurang cepat dan efesien karena si pembaca melakukan pembacaan kata demi kata. Di samping itu, cara membaca dengan menunjuk-nunjuk ini juga bisa membuat tangan cepat lelah dan pada akhimya bisa mempengaruhi daya tahan baca. Untuk mengatasi hambatan ini bisa dilakukan dua cara berikut. Pertama dengan memasukan tangan yang suka menunjuk-nunjuk itu ditugaskan memegang buku yang sedang dibaca (sekaligus jari telunjuk dan jempol ditugaskan untuk menyiapkan dan membuka halaman berikut yang akan dibaca).
4.

Membaca dengan menggerakkan kepala Sebagian siswa lagi memiliki kebiasaan membaca dengan menggerakkan kepala (dari arah ke kiri ke kanan, dan sebaliknya) mengikuti kata-kata

47

yang sedang dibaca. Cara membaca seperti ini juga kurang cepat dan eflsien karena si pembaca pada dasarnya mengikuti pembacaan kata demi kata. Di samping itu cara membaca dengan menggerakkan kepala bisa juga mengakibatkan kepala cepat lelah dah bahkan pusing. Untuk mengatasi kepala yang bergerak-gerak ini maka si pembaca bisa memegang dagunya. Jadi ketika membaca, maka salah satu tangan memegang teks bacaan dan tangan yang lain memegang dagu. Jika cara mengatasi hambatan yang disebut di atas dilakukan berulangulang, maka kebiasaan buruk dalam membaca itu lama-lama akan hilang. Di samping hambatan-hambatan yang dikemukakan di atas (yang umumnya berkaitan dengan kiat membaca), masih ada beberapa hambatan lain yang mempengaruhi kegiatan membaca cepat dan efisien, yaitu: 1.

Kurang bisa konsentrasi karena: Pada dasarnya kurang bisa berkonsentrasi; atau Kesehatan sedang terganggu Suasana hati sedang tidak tenteram; dan Keadaan lingkungan tidak mendukung

48

Bagi siswa yang pada dasarnya kurang bisa berkonsentrasi hanya bisa di atasi dengan melakukan latihan konsentrasi berulang-ulang. 2.

Daya tahan membaca cepat berkurang karena: Posisi badan yang salah ketika membaca; atau Lampu / penerangan yang tidak mendukung.

Hambatan ini bisa diatasi sesuai kasusnya: Pertama, dengan memperbaiki posisi duduk yang baik ketika membaca yaita: posisi badan diusahakan tegak dan rileks, dan tidak terlalu miring (entah miring ke depan ke belakang, atau terlalu miring ke samping kiri atau ke kanan). Posisi badan yang terlalu miring akan sangat melelahkan. Kedua, dengan memperbaiki lampu/penerangan. Lampu/penerangan yang tidak baik (redup, kurang terang) akan membuat mata cepat lelah; dan kita berlangsung lama bisa membuat mata sakit. Untuk membaca tulisan yang bergerak dari kiri ke kanan (misalnya tulisan latin), maka arah penerangan sebaiknya dari sebelah kiri; dan untuk membaca tulisan yang bergerak dari sebelah kanan ke kiri (misalnya tulisan Ibrani, Arab dll), maka arah penerangan sebaiknya dari sebelah kanan. 3.

Munculnya kemalasan karena: Pada dasarnya kurang suka membaca; atau Bahasa yang ada dalam teks bacaan kurang dikuasai Uraian dalam teks bacaan terlalu sulit diikuti dan dipahami; dan Isi dan jenis bacaan kurang diminati Hambatan ini juga bisa diatasi sesuai dengan kasusnya, Jika

49

kemalasan itu pada dasamya karena kurang suka membaca, maka cara mengatasinya adalah dengan menumbuhkan minat baca. Untuk tahaptahap awal bisa dimulai dengan bacaan-bacan yang ringan, misalnya buku-buku humor, komik bersambung, dsb. Setelah mengetahui hambatan dalam membaca cepat, maka membaca yang pada hakikatnya adalah memahami teks bacaan. Hal ini berarti, kegiatan membaca dilakukan bersama-sama oleh mata dan otak. Mata berfungsi memotret teks, kemudian menyalurkanya ke dalam otak untuk diolah. Cepat dan banyaknya otak mengolah suatu pesan tergantung erat dari cepat dan banyaknya pesan yang dipotret oleh mata. Membaca cepat adalah keterampilan yang sangat bermanfaat untuk keperluan membaca sekilas dan biasanya mencegah kita bosan. Namun membaca cepat tidaklah diperlukan jika ingin mendengarkan kata-kata di dalam benak anda. Tujuan yang berbeda membutuhkan kecepatan membaca yang berbeda. Mata menerima informasi jauh lebih cepat daripada telinga. Namun banyak siswa masih ingin mendengar perkataan dalam benak mereka seraya membaca, meskipun sebenarnya tidak perlu begitu. Dengan menuntut untuk mendengar setiap kata, benar-benar

melambatkan pembacaan. Pendengaran hanya dapat "mendengar perkataan sekitar 250 kata permenit, tetapi mata dapat melihat kata dengan kecepatan 2.000 kata per menit atau lebih. Ketika membaca juga tidak perlu harus melihat setiap kata untuk

50

memahami materi yang kita baca. Biasanya bukan kata itu sendiri yang penting, melainkan gagasan yang disampaikan kata-kata tersebut. Jika kita hanya membaca kata-kata kunci, anda akan memangkas jumlah kata yang perlu dibaca setidaknya 70. Dan karenanya meningkatkan kecepatan baca tiga atau empat kali lipat. Dari kecepatan membaca siswa yang dinilai maka penilaian keterampilan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri Klepu 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran 2007/2008 belum memenuhi target KKM untuk itu perlu diadakan penelitian siklus II.

4.1.3

Format (Bentuk) Pembelajaran Keterampilan Membaca Cepat Berdasarkan hasil pengamatan penulis, format (bentuk) atau langkahlangkah pembelajaran dalam siklus I untuk keterampilan membaca cepat secara ringkas sebagai berikut:

51

Tabel 4. Langkah Pembelajaran Siklus I 1. Langkah Pembelajaran Guru mengkondisikan siswa untuk siap melaksanakan proses belajar. 2. Guru memulai proses pembelajaran dengan mempresensi siswa lebih dahulu. 3. Guru memberikan apersepsi menanyakan kabar siswa dan memancing siswa ke pokok pembahasan yaitu membaca cepat. 4. Setelah siswa terpancing dengan pokok bahasa, maka guru mulai menjelaskan segala materi yang harus dikuasai siswa dalam membaca cepat. Guru menjelaskan materi kepada siswa dan juga dilakukan tanya jawab semua dilakukan selama 2 jam pelajaran. 5. 6. Guru mengadakan tes keterampilan membaca cepat. Guru mengukur kecepatan mambaca siswa untuk

menghasilkan nilai. Berdasarkan nilai-nilai tersebut dapat mengetahui keterampilan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri Klepu 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran 2007/2008. Format pembelajaran untuk keterampilan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri Klepu 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran 2007/2008 dapat diringkas sebagai berikut:

52

1.

Pendahuluan, meliputi: menyiapkan bahan bacaan, menyiapkan alat evaluasi, dan menyampaikan informasi model kepada siswa tentang Kecepatan Membaca.

2.

Kegiatan inti, meliputi: siswa membaca wacana dan mencatat waktunya, siswa menjawab soal yang berkait dengan wacana.

3.

Penutup, yaitu: siswa bersama guru menghitung kecepatan membaca yang dicapai. Dari format (bentuk) Pembelajaran keterampilan membaca cepat di

atas penulis ingin mengetahui penyebab ketidak berhasilan pembelajaran dalam membaca cepat ini, penulis mengadakan pengamatan / observasi terhadap cara penyampaian materi oleh guru. Dari hasil pengamatan terhadap guru, diperoleh hasil bahwa guru terlalu cepat dalam menyampaikan materi, sehingga siswa kurang jelas dalam menangkap apa yang disampaikan oleh guru. Selain terlalu cepat, materi yang disampaikan guru hanya materi yang sesuai dalam buku ajar tanpa memberikan contoh dengan mempraktekkan cara membaca cepat yang baik sehingga siswa dapat membaca cepat sesuai dengan kecepatan minimal sebanyak 75 kata per menit. Ada hal lain yang penulis tangkap, yaitu perhatian guru terhadap siswa kurang. Terbukti banyak siswa yang kurang memperhatikan, namun guru membiarkan saja. Pada saat tanya jawab mengenai materi dalam keterampilan membaca cepat, siswa yang kurang jelas dalam menangkap materi yang diajarkan juga tidak menanyakan kepada guru tentang apa saja yang belum dikuasai. Hal ini

53

dapat terjadi karena mereka memang tidak menguasai materi namun dapat pula karena mereka malas untuk mengikuti pelajaran khususnya materi membaca cepat. Ketika siswa disuruh untuk membaca cepat, terlihat hasilnya bahwa siswa memang belum menguasai bagaimana membaca cepat dengan efektif dan ensien. Dari hasil penilaian pada keterampilan membaca cepat di atas terlihat bahwa siswa belum dapat membaca dengan kecepatan yang sesuai yaitu 75 kata per menit. Sehingga penulis merasa perlu untuk memberikan metode P2R kepada siswa.

4.1.4 Siswa

Respons

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap respons siswa pada siklus 1 diketahui dalam pembelajaran keterampilan membaca cepat, diperoleh hasil sebagai berikut:
1.

Siswa kurang memperhatikan terhadap apa yang disampaikan guru, karena yang disampaikan hanya berupa materi yang harus dikuasai dalam keterampilan membaca cepat tanpa disertai contoh membaca cepat yang efektif dan efisien.

2.

Ada sebagian siswa masih ada yang apatis terhadap keterangan guru, sehingga pada saat guru memberi tugas kepada siswa untuk membaca cepat, mereka tidak mampu membaca dengan kecepatan sesuai ketuntasan minimal.

54

3.

Siswa waktu diajar hanya diam tidak memperhatikan seolah-olah menghendaki supaya guru cepat menyelesaikan materi. Untuk mengatasi respons siswa di atas, penulis merasa perlu untuk

mengajak siswa menyenangi dan tertarik pada pelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan membaca cepat dengan memberikan metode P2R untuk membaca cepat sehingga mereka dapat membaca cepat dengan efektif dan efisien. Hasil penelitian ini ditindaklanjuti dengan penelitian tindakan II.

4.2 Penelitian dan Pembahasan Siklus II 4.2.1 asil Penelitian Siklus II

Hasil

Hasil tindakan proses pembelajaran dalam siklus 2 ini berupa hasil tes membaca cepat siswa, hasil pengamatan, dan hasil wawancara. Adapun aspek yang dinilai dalam membaca cepat adalah kecepatan membaca siswa diperoleh hasil sebagai berikut: Setelah dikenalkan metode P2R untuk membaca cepat siswa diperoleh hasil penilaian membaca cepat sebagai berikut: Tabel 5. Penilaian Keterampilan Membaca Cepat Siklus 2 No 1. 2. 3. 4. Rentang Nilai 85 100 75 84 65 74 0 64 Jumlah Frekuensi 9 21 4 % 26,47 61,77 11,76 100,00

55

Dari hasil di atas terlihat bahwa siswa kelas V SD Negeri Klepu 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran 2007/2008 hanya diperoleh 4 orang atau 11,76 siswa yang tidak mencapai ketuntasan belajar sedangkan yang lainnya telah mencapai ketuntasan belajar. Siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar yakni dapat membaca cepat diatas 75 kata per menit. Sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar, sebagian besar mencapai 65 - 74 kata per menit. Sehingga mereka telah dapat menerapkan metode P2R dan dapat membaca cepat dengan ketuntasan minimal 75 kata per menit. Dari hasil di atas terlihat bahwa sebagian besar siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Hal ini membuktikan bahwa metode P2R yang dikenalkan pada siswa memberikan dampak positif yakni adanya peningkatan kecepatan membaca siswa.

4.2.2 embahasan Hasil Penelitian Siklus II

Kecepatan, tentu saja bukanlah satu-satunya ukuran dalam menilai keterampilan membaca. Kecepatan harus diiringi dengan pemahaman terhadap teks bacaan yang dibaca. Siswa yang hanya cepat membaca tapi tidak memahami apapun yang ia baca, maka sesungguhnya ia belum bisa disebut sebagai pembaca yang benar, cepat dan efektif. Kecepatan membaca juga sesungguhnya sangat fleksibel seperti halnya dengan kecepatan mengendarai mobil. Katakanlah seseorang sudah

56

bisa mengendarai mobil dengan kecepatan 120 km per jam. Kecepatan ini tentu saja tidak bisa diterapkan pada semua jalan. Jika jalan itu sulit, maka kecepatan diturunkan. Demikian juga membaca buku. Kecepatan membaca yang dimiliki tidak bisa diterapkan pada semua bahan bacaan. Ada teks bacaan yang memang bisa dibaca dengan cepat atau sangat cepat; tetapi ada juga teks bacaan yang harus dibaca dengan kecepatan yang sedang. Setelah dikenalkan metode P2R kepada siswa, maka siswa dapat dengan mudah memahami tentang materi yang dimaksud, terbukti dari keterangan siswa bahwa mereka mengatakan dapat memahami dengan jelas. Dari pengamatan penulis ketika guru menyampaikan materi dengan pelan dan gampang sehingga siswa dapat memahaminya. Siswa pun terlibat antusias dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan guru pengajar karena metdoe P2R yang dikenalkan baru dan menarik hati siswa sehingga cenderung lebih memahami apa yang disampaikan oleh guru. Dari keterangan siswa bahwa kecepatan membaca ini mereka paham ketika guru menyampaikan materi. Jadi ketika membaca cepat siswa dapat membaca sesuai dengan ketuntasan minimal yang disyaratkan. Dari kecepatan membaca siswa yang dinilai maka penilaian keterampilan membaca cepat siswa kelas V SD Negeri Klepu 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang memenuhi ketentuan di atas KKM. Perubahan juga semakin tampak pada siswa. Terbukti dari seluruh siswa mengatakan mulai terbiasa dan senang dengan membaca cepat. Guru pada tahun pelajaran 2007/2008 sudah

57

juga dapat lebih memahami metode P2R sehingga lebih mampu menciptakan suasana pembelajaran membaca yang cukup kondusif. Atas dasar hasil pembahasan di atas, dapat dikemukakan bahwa, hipotesis tindakan yang diajukan melalui penelitian tindakan kelas ini diterima atau terbukti. Dengan kata lain Dengan metode P2R membaca cepat pada siswa kelas V SD Negeri Klepu 04 Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang pada tahun pelajaran 2007/2008 maka keterampilan membaca cepat akan meningkat dan sesuai dengan standar kompetensi belajar minimum yang ditentukan oleh sekolah.

4.2.2

F ormat (Bentuk) Pembelajaran Keterampilan Membaca Teks Cepat dengan Menggunakan Metode P2R Berdasarkan basil penelitian di atas, format (bentuk) atau langkahlangkah pembelajaran dengan teknik pemodelan yang meningkatkan keterampilan membaca cepat secara ringkas sebagai berikut:

Tabel 7. Langkah Pembelajaran Siklus II 1. 2. Langkah Pembelajaran Guru menjelaskan mengenai materi membaca cepat. Tahap para pembelajaran. Pada tahap ini guru dan penulis mengadakan persiapan antara lain: membuat rencana pembelajaran, menyiapkan alat-alat implementasi tindakan, menyiapkan bacaan serta alat evaluasi.

58

3.

Tahap

Pembelajaran:

Pendahuluan,

Siswa

diajak

berbincang tentang kecepatan membaca hingga terjadi persepsi yang benar. Siswa diberi motivasi agar tumbuh gairah untuk mengubah diri berkaitan dengan kecepatan membaca mereka. 4. Kemudian disampaikan beberapa hal berkait dengan persiapan sebelum membaca. Persiapan ini lebih bersifat teknik eksternal. Namun demikian, kondisi eksternal ini sangat berpengaruh pada saat siswa membaca. Jika kondisi dan sikap fisik tidak nyaman dan lingkungan penuh gangguan niscaya kemampuan siswa dalam membaca tidak maksimal. 5. Siswa diminta melakukan persiapan sebelum membaca sebagai berikut: 6. Minimalkan gangguan Duduklah dengan sikap tegak Lihat sekilah seluruh wacana Kegiatan inti: Siswa dikenalkan dan dilatih pengembangan membaca dengan metode P2R. Siswa diarahkan menggunakan metode tersebut untuk membaca sesungguhnya. Bacaan yang digunakan berjudul Ciung Wanara. Setelah selesai membaca, siswa menghitung waktu yang digunakan kemudian bacaan dikumpulkan. Sebagai akhir pembelajaran siswa menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan bacaan tanpa melihat teks bacaan. Setelah itu, siswa dihitung kecepatan membacanya dengan

59

menggunakan rumus yang telah disampaikan. Dan format (bentuk) Pembelajaran keterampilan membca cepat diatas penulis mengetahui penyebab keberhasilan pembelajaran dalam membaca cepat dengan metode P2R ini, penulis mengadakan pengamatan / observasi terhadap cara penyampaian materi oleh guru. Dari hasil pengamatan terhadap materi yang disampaikan oleh guru, menunjukkan bahwa guru tidak kesulitan dalam menyampaikan materi karena telah dibantu oleh metode P2R yang ada. Setiap aspek dapat dijelaskan secara gampang dan siswa mengetahui praktek membaca cepat yang efektif dan efisien. Pada saat tanya jawab mengenai materi dalam keterampilan membaca cepat, siswa yang kurang jelas maksud materi yang diajarkan meminta kepada guru untuk mengulangi lagi materi yang dimaksud. Dan hasilnya terlihat ketika siswa disuruh untuk membaca cepat, siswa dapat membaca dengan kecepatan sebagaimana disyaratkan dalam ketuntasan minimal yakni 75 kata per menit. Dari hasil penilaian pada keterampilan membaca cepat di atas terlihat bahwa seluruh siswa ternyata dapat mencapai ketuntasan belajar. Sehingga secara keseluruhan

keterampilan membaca cepat siswa telah memenuhi target nilai 75 dalam rata-rata kelas nilai rata-rata yang dicapai sebesar 81,06.

4.2.3 espons Siswa

60

Berdasarkan pengamatan penulis terhadap respons siswa pada siklus 2 diketahui dalam pembelajaran keterampilan membaca cepat, diperoleh hasil sebagai berikut:
1.

Siswa yang pada siklus 1 kurang memperhatikan terhadap apa yang disampaikan guru, karena yang disampaikan berupa materi yang harus dikuasai dalam keterampilan membaca cepat namun karena disertai pengenalan metode baru yakni P2R siswa menjadi bersemangat dan memperhatikan materi yang disampaikan guru mereka merasa ada sesuatu yang baru yang membuat mereka memperhatikan guru dalam menyampaikan materi.

2.

Pada siklus 1 ada sebagian siswa masih ada yang apatis terhadap keterangan guru, sehingga pada saat guru memberi tugas kepada siswa untuk membaca cepat, mereka tidak mampu membaca cepat dengan efektif dan efisien. Hal di atas tidak terjadi lagi pada siklus 2. Dengan metode P2R yang baru dikenalkan membuat siswa tertarik untuk mempraktekkan dalam membaca cepat mereka.

3.

Pada siklus 1 terjadi siswa waktu diajar hanya diam tidak memperhatikan seolah-olah menghendaki supaya guru cepat

menyelesaikan materi, pada siklus 2 hal ini tidak terjadi lagi, karena siswa ingin tahu cara membaca cepat yang etektif dan efisien dengan dikenalkannya metode P2R yang merupakan hal baru bagi siswa. Setelah timbul rasa tertarik siswa atas materi yang diberikan, maka siswa akan belajar untuk menguasai materi khususnya keterampilan membaca cepat

61

hal ini terlihat dari hasil penilaian siswa dalam membaca cepat pada siklus 2 setelah diberikan metode P2R siswa telah mencapai ketuntasan belajar untuk keterampilan membaca cepat.

You might also like