You are on page 1of 15

MAKALAH

TOKOH TASAWUF Diajukan untuk memenuhi tugas aqidah akhlak

Disusun oleh Nama Kelas : Irfan Alamsyah : XI Ips

MA NASYRUL ULUM BANI SHOLEH TEGAL BUNDER PURWAKARTA


CILEGON - BANTEN
TAHUN PELAJARAN 2012 2013

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan karunia Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah aqidah akhlak yang berjudul tentang Ajaran Tasawuf Al Qusyairi . Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Aqidah Akhlak . Saya berharap agar makalah yang saya buat ini bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca. Serta menjadikan sebuah pahalah bagi saya yang menyusun. Saya menyadari bawa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Demi sempurnanya makalah berikutnya dimasa mendatang.

Cilegon, 18 Mei 2012

Penyusun

DARTAR ISI

Kata pengantar........i Daftar isi ii BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang masalah.1 B.Rumusan masalah..1 C.Tujuan penulisan....1 BAB II PEMBAHASAN A.Riwayat hidup Al Qusyairi ..2 B.Konsep ajaran tasawuf Al Qusyairi ......7 PENUTUP A.Kesimpulan.8 B.Kritik dan saran ......10 DAFTAR PUSTAKA11

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Sufi adalah hamba hamba Allah yang senantiasa berupaya dengan sungguh sungguh membersikan dan mensucikan dirinya baik secara maknawi maupun secara hissi dari perbuatan keji, kotor, dan tercela. Mereka sadar bahwa hanya hamba hamba yang suci lahir dan batinnya yang dapat dekat dengan sedekat dekatnya kepada yang maha suci, bahkan dapat menyatu dalam perasaan dengannya. Perbuatan dan sifat keji, kotor, dan tercela yang dimaksudkan itu adalah iri hati, dengki, takabur, ujub, kikir, riya, gibah, marah, bermuka dua, dusta dan sejenisnya. Kesemuanya itu harus ditinggalkan dan dijauhi. Kemudian memilih sifat sifat dan perbuatan sebaliknya, yaitu sifat sifat dan perbuatan terpuji. Jika semua sifat dan perbuatan madzmumah ( tercela ) ditinggalkan kemudian sifat dan perbuatan mahmudah (terpuji ) dilaksanakan, maka seorang hamba mutlak disenangi oleh Allah Swt, dekat dengan Nya dan senantiasa mendapatkan keberkahan Nya. B. Rumusan masalah Dari latar belakang uraian diatas tersebut dapat dirumuskan permasalahan : 1). Bagaimana latar belakang tokoh tasawuf Al Qusyairi 2). Bagaimana sejarah berdirinya Tasawuf Al Qusyairi C. Tujuan penulisan Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Aqidah Akhlak tentang Tokoh Tasawuf . Salah satunya sejarah dan latar belakang Tokoh Tasawuf Al Qusyairi , agar saya dapat mengetahui tokoh tersebut.

BAB II PEMBAHASAN

A. Riwayat hidup Al - Qusyairi Nama lengkap Al-Qusyairi adalah Abdul Karim bin Hawazin, lahir tahun 376 di Istiwa. Al-Qusyairi merupakan tokoh sufi utama dari abad ke lima hijriyah. Di kawasan Nishafur di sinilah ia bertemu dengan gurunya Abu Ali Ad-Daqqaq, seorang sufi terkenal. Kemudian Al-Qusyairi mempelajari ilmu fiqih pada seorang faqih, Abu bakr Muhammad bin Abu bakr ath-thusi (wafat tahun 405) dan beliau mempelajari ilmu kalam serta ushul fiqih pada Abu Bakr bin farauk (wafat tahun 406 H). Dan beliau pun menjadi murid Abu ishaq Al-isfarayini (wafat tahun 418 H) dari situlah Al-Qusyairi menguasai doktrin Ahlussunah wal jamaah yang dikembangkan Al-Asari dan muridnya. Al-Qusyairi pembela paling tangguh dari aliran tersebut dalam menentang doktrin aliran mutazilah, karamiyah, mujassamah, dan syiah. Karena tindakannya itu ia mendapat serangan keras dan di penjarakan sebulan lebih atas perintah Tughrul Bek yang terhasut oleh seorang menterinya yang menganut aliran mutazilah rafidhah. Bencana yang menimpa dirinya itu bermula tahun 445 H diuraikan dalam karyanya Syikayah Ahl As sunnah,Al-Qusyairi wafat tahun 465H.

Kehidupan Al-Qusyairi

Tidak banyak diketahui mengenai masa kecil al-Qusyairy, kecuali hanya sedikit sahaja.. Namun, yang jelas, beliau lahir sebagai yatim. Ayahnya telah wafat ketika usianya masih kecil. Kemudian pendidikannya diserahkan padaAbul Qasim al Yamany, salah seorang sahabat dekat keluarga al Qusyairy. Pada al Yamany, ia belajar bahasa Arab dan Sastra. Para penguasa negerinya sangat menekan beban pajak pada rakyatnya. Al Qusyairy sangat terpanggil atas penderitaan rakyatnya ketika itu. Karenanya, dirinya tertantang untuk pergi ke Naisabur, mempelajari ilmu hitung, agar bisa menjadi pegawai penarik pajak, sehingga kelak bisa meringankan beban pajak yang amat memberatkan rakyat. Naisabur ketika itu merupakan ibu kota Khurasan. Seperti sebelumnya, kota ini merupakan pusat para Ulama dan memberikan peluang besar berbagai disiplin ilmu. Syeikh al Qusyairy sampal di Naisabur, dan di sanalah beliau mengenal Syeikh Abu Ali al-Hasan bin Ali an Naisabury, yang populer dengan panggilan ad-Daqqaq, seorang pemuka pada zamannya. Ketika mendengar ucapan ucapan ad-Daqqaq, al-Qusyairy sangat mengaguminya. Ad-Daqqaq sendiri telah berfirasat mengenai kecerdasan muridnya itu. Karena itu ad-Daqqaq mendorongnya untuk menekuni ilmu pengetahuan. Akhirnya, al Qusyairy merevisi keinginan semula, dan cita cita sebagai pegawai pemerintahan hilang dari benaknya, memilih jalan Tharikat.Ustadz asy Syeikh mengungkapkan panggilannya pada Abu Ali ad-Daqqaq dengan panggilan asy-Syahid. Kepandaian Berkuda Al Qusyairy dikenal sebagai penunggang kuda yang hebat, dan ia memiliki keterampilan permainan pedang serta senjata sangat mengagumkan. Perkawinan Syeikh al-Qusyairy mengawini Fatimah putri gurunya, Abu Ali al-Hasan bin Ali an Naisabury (ad Daqqaq). Fatimah adalah seorang wanita yang memiliki prestasi di bidang pengetahuan sastra, dan tergolong wanita ahli ibadat di masanya, serta meriwayatkan beberapa hadis. Perkawinannya berlangsung antara tahun 405 412 H./1014-1021 M.

3 Putera Puterinya Al Qusyairy berputra enam orang dan seorang putri. Putraputranya menggunakan nama Abdu. Secara berurutan: 1) Abu Sa'id Abdullah, 2) Abu Sa'id Abdul Wahid, 3) Abu Manshur Abdurrahman, 4) Abu an Nashr Abdurrahim, yang pernah berpolemik dengan pengikut teologi Hanbaly karena berpegang pada mazhab Asy'ari. Abu an Nashr wafat tahun 514 H/1120 M. di Naisabur, 5) Abul Fath Ubaidillah, dan 6) Abul Mudzaffar Abdul Mun'im. Sedangkan seorang putrinya, bernama Amatul Karim. Di antara salah satu cucunya adalah Abul As'ad Hibbatur-Rahman bin Abu Sa'id bin Abul Qasim al Qusyairy. Menunaikan Haji Maha Guru imam ini menunaikan kewajiban haji bersamaan dengan para Ulama terkenal, antara lain: 1) Syeikh Abu Muhammad Abdullah binYusuf al-Juwainy (wafat 438 H./1047 M.), salah seorang Ulama tafsir, bahasa dan fiqih, 2) Syeikh Abu Bakr Ahmad ibnul Husain al-Balhaqy (384 458 H./994 1066 M.), seorang Ulama pengarang besar, dan 3) Sejumlah besar Ulama ulama masyhur yang sangat dihormati ketika itu. Belajar dan Mengajar Para guru yang menjadi pembimbing Syeikh al Qusyairy tercatat: 1. Abu Ali al-Hasan bin Ali an Naisabury, yang populer dengan nama ad-Daqqaq. 2. Abu Abdurrahman - Muhammad ibnul Husain bin Muhammad alAzdy as Sulamy an Naisabury (325 412 H./936 1021 M.), seorang Ulama Sufi besar, pengarang sekaligus sejarawan. 3. Abu Bakr - Muhammad bin Abu Bakr ath-Thausy (385 460 H./995 1067 M.). Maha Guru al Qusyairy belajar bidang fiqih kepadanya. Studi itu berlangsung tahun 408 H./1017 M.

4. Abu Bakr - Muhammad ibnul Husain bin Furak al Anshary alAshbahany (wafat 406 H./1015 M.), seorang Ulama ahli Ilmu Ushul. Kepadanya, beliau belajar ilmu Kalam.

4 5. Abu Ishaq - Ibrahim bin Muhammad bin Mahran al Asfarayainy (wafat 418 H./1027 M.), Ulama fiqih dan ushul. Hadir di Asfarayain. Di sana (Naisabur) beliau dibangunkan sebuah madrasah yang cukup besar, dan al-Qusyairy belajar di sana. Di antara karya Abu Ishaq adalah al-jaami' dan ar-Risalah. Ia pernah berpolemik dengan kaum Mu'tazilah. Pada syeikh inilah al-Qusyairy belajar Ushuluddin. 6. Abul Abbas bin Syuraih. Kepadanya al-Qusyairy belajar bidang fiqih. 7. Abu Manshur - Abdul Qahir bin Muhammad al Baghdady atTamimy al-Asfarayainy (wafat 429 H./1037 M.), lahir dan besar di Baghdad, kemudian menetap di Naisabur, lalu wafat di Asfarayain. Di antara karya karyanya, Ushuluddin; Tafsiru Asmaail Husna; dan Fadhaihul Qadariyah. Kepadanya al Qusyairy belaj'ar mazhab Syafi'y. Disiplin Ilmu Keagamaan Ushuluddin: Al Qusyairy belaj'ar bidang Ushuluddin menurut mazhab Imam Abul Hasan al Asy'ary. Fiqih: Al Qusyairy dikenal pula sebagai ahli fiqih mazhab Syafi'y. Tasawuf: Beliau seorang Sufi yang benar benar jujur dalam ketasawufannya, ikhlas dalam mempertahankan tasawuf Komitmennya terhadap tasawuf begitu dalam. Beliau menulis buku Risalatul Qusyairiyah, sebagaimana komitmennya terhadap kebenaran teologi Asy'ary yang dipahami sebagai konteks spirit hakikat Islam. Dalam pleldoinya terhadap teologi Asy'ary, beliau menulis buku: Syakayatu Ahlis Sunnah bi Hikayati maa Naalahum minal Mihnah. Karena itu al Qusyairy juga dikenal sebagai teolog, seorang hafidz dan ahli hadis, ahli bahasa dan sastra, seorang pengarang dan penyair, ahli

dalam bidang kaligrafi, penunggang kuda yang berani. Namun dunia tasawuf lebih dominan dan lebih populer bagi kebesarannya. Forum Imla' Maha Guru al Qusyairy dikenal sebagai imam di zamannya. Di Baghdad misalnya, beliau mempunyai forum imla' hadis, pada tahun 32 H./1040 M. Hal itu terlihat dalam bait bait syairnya. Kemudian forum tersebut berhenti. Namun dimulai lagi ketika kembali ke Naisabur tahun 455 H./1063 M.

5 Forum Muzakarah Maha Guru al Qusyairy juga sebagai pemuka forum-forum muzakarah. Ucapan-ucapannya sangat membekas dalam jiwa ummat manusia. Abul Hasan Ali bin Hasan al-Bakhrazy menyebutkan pada tahun 462 H./1070 M dengan memujinya bahwa al-Qusyairy sangat indah nasihat-nasihatnya. "Seandainya batu itu dibelah dengan cambuk peringatannya, pasti batu itu meleleh. seandainya iblis bergabung dalam majelis pengajiannya, bisa bisa iblis bertobat. Seandainya harus dipilah mengenai keutamaan ucapannya, pasti terpuaskan. Hal yang senada disebutkan oleh al-Khatib dalam buku sejarahnya, Ketika Maha Guru ini datang ke Baghdad, kemudian berbicara di sana, kami menulis semua ucapannya. Beliau seorang yang terpercaya, sangat hebat nasihatnya dan sangat manis isyaratnya." Ibnu Khalikan dalam Waftyatul Ayan, menyebutkan nada yang memujinya, begitu pula dalam Thabaqatus Syafi'iyah, karya Tajudddin as-Subky. Murid-muridnya yang Terkenal Abu Bakr - Ahmad bin Ali bin Tsabit al-Khatib al-Baghdady (392463 H./1002 1072 M.). Abu Ibrahim - Ismail bin Husain al-Husainy (wafat 531 H./l 137 M.) Abu Muhammad - Ismail bin Abul Qasim al-Ghazy an-Naisabury.

Abul Qasim - Sulaiman bin Nashir bin Imran al-Anshary (wafat 512 H/118 M.) Abu Bakr - Syah bin Ahmad asy-Syadiyakhy. Abu Muhammad - Abdul Jabbar bin Muhammad bin Ahmad al-Khawary. Abu Bakr bin Abdurrahman bin Abdullah al-Bahity. Abu Muhammad - Abdullah bin Atha'al-Ibrahimy al-Harawy. Abu Abdullah - Muhammad ibnul Fadhl bin Ahmad al-Farawy (441530 H./1050 1136 M.) Abdul Wahab ibnus Syah Abul Futuh asy-Syadiyakhy an-Naisabury. Abu Ali - al-Fadhl bin Muhammad bin Ali al-Qashbany (444 H/ 1052 M). Abul Tath - Muhammad bin Muhammad bin Ali al-Khuzaimy.

6 B. Konsep Ajaran Tasawuf Al - Qusyairi Akan tampak jelas bagaimana Al-Qusyairi cenderung mengembalikan tasawuf ke atas landasan doktrin akhlu sunnah sebagai pernyataannya: Ketahuilah! Para tokoh aliran ini membina prinsip-prinsip tasawuf atas landasan tauhid yang benar. Sehingga doktrin mereka terpelihara dari penyimpangan, selain itu mereka lebih dekat dengan tauhid kaum salaf maupun ahlu sunah yang tak tertandingi dan tak mengenal macet, merekapun tahu hak yang lama dan bisa mewujudkan sifat sesuatu yang diadakan dan ketidakadaannya. Al-Junaidi mengatakan bahwa tauhid pemisal hal yang lama dengan hal yang baru. Landasan doktrin merekapun didasarkan pada dalil dan bukti yang kuat serta gambling. Abu Muhammad Al-Jariri mengatakan bahwa barang siapa tidak mendasarkan ilmu tauhid pada salah satu pengokohnya, niscaya kakinya tergelincir ke dalam jurang kehancuran. Bahkan dengan konotasi lain Al-Qusyairi secara terang-terangan mengkritik mereka,Mereka mengatakan bahwa mereka telah bebas dari perbudakan berbagai belenggu dan berhasil mencapai realitas-realitas rasa penyatuan dengan Tuhan (wushul) lebih jauh lagi mereka tegak bersama yang Maha Besar, yang hukum-hukumnya berlaku atas diri sendiri, sedang mereka dalam keadaan fana. Allah pun menurut mereka tidak

mencela dan melarang apa yang mereka nyatakan ataupun yang mereka lakukan. Dan kepadaku mereka disingkapkan rahasia ke-Esaan dan setelah fana merekapun tetap memperoleh cahaya Ketuhanan, tempat bergantungsegalasesuatu Selain itu Al-Qusyairi menekankan bahwa kesehatan bathin dengan berpegang teguh pada Al-Qur'an dan As sunnah sebagai mana perkataannya: Duhai saudaraku! Janganlah kamu terpesona oleh pakaian lahiriah maupun sebutan yang kau lihat (pada sufi sejamannya) sebab ketika reutas itu tersingkapkan, niscaya tampak keburukan para sufi yang mengada-ada dalam berpakaian.. Setiap tasawuf yang tidak dibarengi dengan kebersihan maupun sikap menjauhkan diri dari maksiat adalah tasawuf palsu serta memberatkan diri dan setiap bathin yang bertentangan dengan lahir adalah keliru dan bukannya yang bathin, dan setiap tauhid yang dibenarkan AlQur'an maupun as-sunnah adalah pengingkaran terhadap Tuhan dan bukan tauhid; dan setiap pengenalan terhadap Allah yang tidak dibarengi kerendahan maupun ketulusan jiwa adalah palsu dan bukan pengenalan terhadap Allah. Dalam hal yang berbeda, Al-Qusyairi mengemukakan suatu penyimpangan lain dari para sufi abad ke lima hijriyah dengan ungkapan yang pedas. Kebanyakan para sufi yang menempuh jalan kebenaran dari kelompok tersebut telah tiada. Tiada bekas mereka yang tinggal di kelompok tersebut kecuali bekas-bekas mereka kemah dan hanya serupa kemah mereka, kaum wanitanya itu, kulihat bukan mereka. 7 Zaman telah berakhir bagi jalan ini, bahkan jalan ini telah menyimpang dari hakikat realitas. Telah lewat para guru yang menjadi panutan mereka, tidak banyak lagi generasi muda yang mau mengikuti perjalanan dan kehidupan mereka. Sirnalah kini kerendahatian dan punahlah kesederhanaan hidup. Ketamakan semakin menggelora dan ikatannya semakin membelit. Hilanglah sudah kehormatan agama dari kalbu. Betapa sedikit orang yang berpegang teguh pada agama. Banyak orang yang menolak membedakan masalah halal haram. Mereka cenderung meninggalkan sikap menghormati orang lain dan membuang jauh rasa malu. Bahkan mereka menganggap remeh pelaksanaan ibadah, melecehkan puasa dan sholat, dan terbuai dalam medan kemabukan dan jatuh dalam pelukan nafsu syahwat dan tidak peduli melakukan hal-hal yang dilarang. Dari uraian di atas tampak jelas bahwa pengembalian arah tasawuf menurut AlQusyairi dapat dilakukan dengan merujuk pada doktrin ahlu sunnah wal jamaah yaitu dengan mengikuti para sufi sunni abad ke 3 dan ke 4 hijriyah.

PENUTUP
A. Kesimpulan Nama lengkap Al-Qusyairi adalah Abdul Karim bin Hawazin, lahir tahun 376 di Istiwa. Al-Qusyairi merupakan tokoh sufi utama dari abad ke lima hijriyah. Di kawasan Nishafur di sinilah ia bertemu dengan gurunya Abu Ali Ad-Daqqaq, seorang sufi terkenal. Kemudian Al-Qusyairi mempelajari ilmu fiqih pada seorang faqih, Abu bakr Muhammad bin Abu bakr ath-thusi (wafat tahun 405) dan beliau mempelajari ilmu kalam serta ushul fiqih pada Abu Bakr bin farauk (wafat tahun 406 H). Dan beliau pun menjadi murid Abu ishaq Al-isfarayini (wafat tahun 418 H) dari situlah Al-Qusyairi menguasai doktrin Ahlussunah wal jamaah yang dikembangkan Al-Asari dan muridnya. Al-Qusyairi pembela paling tangguh dari aliran tersebut dalam menentang doktrin aliran mutazilah, karamiyah, mujassamah, dan syiah. Karena tindakannya itu ia mendapat serangan keras dan di penjarakan sebulan lebih atas perintah Tughrul Bek yang terhasut oleh seorang menterinya yang menganut aliran mutazilah rafidhah. Bencana yang

menimpa dirinya itu bermula tahun 445 H diuraikan dalam karyanya Syikayah Ahl As sunnah,Al-Qusyairi wafat tahun 465H. Akan tampak jelas bagaimana Al-Qusyairi cenderung mengembalikan tasawuf ke atas landasan doktrin akhlu sunnah sebagai pernyataannya: Ketahuilah! Para tokoh aliran ini membina prinsip-prinsip tasawuf atas landasan tauhid yang benar. Sehingga doktrin mereka terpelihara dari penyimpangan, selain itu mereka lebih dekat dengan tauhid kaum salaf maupun ahlu sunah yang tak tertandingi dan tak mengenal macet, merekapun tahu hak yang lama dan bisa mewujudkan sifat sesuatu yang diadakan dan ketidakadaannya. Al-Junaidi mengatakan bahwa tauhid pemisal hal yang lama dengan hal yang baru. Landasan doktrin merekapun didasarkan pada dalil dan bukti yang kuat serta gambling. Abu Muhammad Al-Jariri mengatakan bahwa barang siapa tidak mendasarkan ilmu tauhid pada salah satu pengokohnya, niscaya kakinya tergelincir ke dalam jurang kehancuran.

Konsep ajaran Al Qusyairi adalah bahwa pengembalian arah tasawuf menurut Al-Qusyairi dapat dilakukan dengan merujuk pada doktrin ahlu sunnah wal jamaah yaitu dengan mengikuti para sufi sunni abad ke 3 dan ke 4 hijriyah.

9 B. Kritik dan saran Saya ucapkan terimah kasihkepada ibu Irmawati S.Pd,i selaku guru bidang study Aqidah Akhlak . yang telah memberikan tugas kepada saya sehingga dengan diberikannya tugas tersebut saya dapat dapat mengetahui materi tentang Tokoh Tasawuf dan dapat menjadikan saya lebih mandiri dan bertanggung jawab.

10

DAFTAR PUSTAKA

Anwar ,Rosihan.Solihin, Mukhtar. 2006.Ilmu Tasawuf.Bandung:CV PUSTAKA SETIA Jamil.2007.Cakrawala Tasawuf.Jakarta:GP.Press Sireger,Rivay.2002.Tasawuf(dari sufisme Klasik ke Neo Sufisme.Jakarta:Rajawali aprs Hamka.1986.Tasawuf Perkembangan dan pemurniaanya.Jakarta:P.T.CITRA SERUMPUN PADI Nata,Abudin. 2003.Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada Hilal,Ibrahim.2002.Tasawuf(antara agama dan filsafat).Bandung.PUSTAKA HIDAYAH

11

You might also like