Professional Documents
Culture Documents
135131142
Poldan (....) menyebut modal sosial sangat dekat untuk menjadi konsep gabungan bagi seluruh disiplin ilmu sosial. Berbeda dengan dua modal lainnya yang lebih dulu popoler dalam bidang ilmu sosial, yakni modal ekonomi (economic/financial capital) dan modal manusia (human capital), modal sosial baru eksis bila ia berinteraksi dengan struktur sosial.
Dengan modal ekonomi yang dimiliki seseorang/perusahaan bisa melakukan kegiatan (ekonomi) tanpa harus terpengaruh dengan struktur sosial, demikian pula halnya dengan modal manusia. Hal inilah yang menyebabkan Coleman mendefinisikan modal sosial berdasarkan fungsinya.
Modal sosial bukanlah entitas tunggal, tetapi entitas majemuk yang mengandung dua elemen: (1) modal sosial mencakup beberapa aspek dari struktur sosial; (2) modal sosial memfasilitasi tindakan tertentu dari pelaku (aktor) baik individu maupun perusahaan- di dalam struktur tersebut (within the structure). Dari perspektif ini, sama halnya dengan modal lainnya, modal sosial juga bersifat produktif, yakni membuat pencapaian tujuan tertentu yang tidak mungkin diraih bila keberadaannya tidak eksis.
Definisi (1): Baker (....): Modal sosial sebagai sumberdaya yang diraih oleh pelakunya melalui struktur sosial yang spesifik dan kemudian digunakan untuk memburu kepentingannya; modal sosial tersebut diciptakan lewat perubahan-perubahan dalam hubungan antarpelakunya
Definisi (2): Schiff (....) mengartikan modal sosial sebagai seperangkat elemen dari struktur sosial yang memengaruhi relasi antarmanusia dan sekaligus sebagai input atau argumen bagi fungsi produksi dan/atau manfaat (utility).
Definisi (3): Burt (....) memaknai modal sosial sebagai teman, kolega, dan lebih umum kontak lewat siapa pun yang membuka peluang bagi pemanfaaat modal ekonomi dan manusia.
Definisi (4): Uphoff (....) yang menyatakan bahwa modal sosial dapat ditentukan sebagai akumulasi dari beragam tipe dari aspek sosial, psikologi, budaya, kelembagaan, dan aset yang tidak terlihat (intangible) yang mempengaruhi perilaku kerjasama. Definisi (5): Putnam (....) mendefinisikan modal sosial sebagai gambaran organisasi sosial, seperti jaringan, norma, dan kepercayaan sosial, yang memfasilitasi koordinasi dan kerjasama yang saling menguntungkan .
Modal sosial baru terasa bila telah terjadi interaksi dengan orang lain yang dipandu oleh struktur sosial. Melalui serangkaian pengertian tersebut, terdapat sebuah aporisme terkenal yang menyatakan bahwa modal sosial bukanlah masalah apa yang anda ketahui, tetapi siapa yang anda kenal (its not what you know, its who you know that matters).
modal sosial bisa merujuk kepada norma atau jaringan yang memungkinkan orang untuk melakukan tindakan kolektif. Implikasinya, makna tersebut lebih memfokuskan kepada sumber (sources) daripada konsekuensi atas modal sosial, sementara pentingnya deskripsi tentang modal sosial, seperti kepercayaan dan hubungan timbal-balik, dikembangkan dalam sebuah proses yang terus-menerus.
Adanya penyatuan (incorporation) dimensi-dimensi yang berbeda dari modal sosial dan mengakui bahwa komunitas bisa memiliki akses yang lebih luas atau kecil. Meskipun definisi ini melihat komunitas sebagai unit analisis utama (daripada individu, rumah tangga, atau negara), namun tetap mengakui bahwa individu dan rumah tangga (sebagai anggota dari komunitas) merupakan pelaku dari modal sosial dan komunitas sendiri dibentuk sebagai bagian dari relasinya dengan negara. Realitas ini menguatkan proposisi yang sudah diterangkan di muka, bahwa jaringan dan norma merupakan unsur penting dalam formulasi modal sosial sehingga eksistensinya sangat dibutuhkan.
Tiga bentuk dari modal sosial menurut Coleman: (1) Struktur kewajiban (obligations), ekspektasi, dan kepercayaan. Dalam konteks ini, bentuk modal sosial tergantung dari dua elemen kunci: kepercayaan dari lingkungan sosial dan perluasan aktual dari kewajiban yang sudah dipenuhi (obligation held). Dari perspektif ini, individu yang bermukim dalam struktur sosial dengan saling kepercayaan tinggi memiliki modal sosial yang lebih baik daripada situasi sebaliknya.
(2) Jaringan informasi (information channels). Informasi sangatlah penting sebagai basis tindakan. Tetapi harus disadari bahwa informasi itu mahal, tidak gratis. Pada level yang paling minimum, di mana ini perlu mendapatkan perhatian, informasi selalu terbatas. Tentu saja, individu yang memiliki jaringan lebih luas akan lebih mudah (dan murah) untuk memperoleh informasi, sehingga bisa dikatakan modal sosialnya tinggi; demikian pula sebaliknya.
(3) Norma dan sanksi yang efektif (norms and effective sanctions). Norma dalam sebuah komunitas yang mendukung individu untuk memperoleh prestasi (achievement) tentu saja bisa digolongkan sebagai bentuk modal sosial yang sangat penting. Contoh lainnya, norma yang berlaku secara kuat dan efektif dalam sebuah komunitas yang bisa memengaruhi orang-orang muda, mempunyai potensi untuk mendidik generasi muda tersebut memanfaatkan waktu sebaik-baiknya (having a good time).
Aplikasi Teori Modal Sosial Penelitian yang pernah dilakukan oleh Wibisana dkk menunjukkan beberapa BPR (Bank Perkreditan Rakyat) yang menyerap sistem dan adat setempat (BPR tradisional), di mana hal ini merupakan bagian penting dari modal sosial, justru memiliki kinerja lebih bagus, khususnya dalam mencegah terjadinya kredit macet.
Aplikasi Teori Modal Sosial BPR yang menggunakan perangkat dan kelembagaan baku yang disodorkan oleh Bank Indonesia (BPR modern) banyak yang terjebak dengan persoalan kredit macet sehingga membuat kinerja BPR menjadi buruk. Kasus di wilayah Bali dan Padang membuktikan hal itu, di mana Keberhasilan LPD (Lembaga Perkreditan Desa/BPR tradisional) tidak lepas dari kedudukannya sebagai lembaga keuangan yang sarat dengan nilai adat.
Sistem berbasis komunitas inilah yang luput diperhatikan oleh ekonomi klasik/neoklasik, yang melihat kegiatan ekonomi kalis dari faktor-faktor budaya, sosial, sejarah, dan lain-lain. Akhirnya, yang terbentang di depan mata kaum liberal (pemikir ekonomi klasik) adalah sistem privatisasi (misalnya: sumberdaya air) yang membuka ruang eksploitasi satu pelaku ekonomi terhadap pelaku ekonomi lainnya.