Mahasiswa adalah salah satu kelompok siswa/ pelajar yang sedang menuntut ilmu di tingkat lembaga pendidikan tertinggi, yakni perguruan tinggi. Dalam realitanya, ada beberapa predikat yang disematkan dalam diri mahasiswa, predikat tersebut ialah agent of change (agen perubahan), iron stock, social control, dan guardian value. Dan predikat itu semestinya tidak hanya sekedar sebuah kebanggan diri saja, namun juga harus bisa terimplementasikan. Baik itu cakupannya yang kecil, seperti kelurahan atau desa, atau yang lebih besar cakupannya, yakni tingkat nasional atau Negara. Namun di zaman globalisasi seperti sekarang ini, predikat tersebut tidak lebih dari sekedar predikat saja. Karena jarang sekali ditemukan sosok mahasiswa yang bisa mengemban amanah yang maha berat nan mulia ini. Sikap acuh tak acuh atau apatis sudah menjadi realita yang menjamur dimana-mana. Sikap yang kurang memperdulikan orang lain lebih banyak ditemukan daripada suatu sikap peduli terhadap sesama. Dan masih banyak lagi sikap yang tidak mencerminkan predikat- predikat sebagai mahasiswa. Sebagai kaum intelektual, tentunya mahasiswa mempunyai banyak sekali ilmu pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya. Namun ternyata, banyaknya kuantitas ilmu pengetahuan itu tidak dibarengi dengan tindakan yang nyata, sebagai implikasi dari ilmu pengetahuannya. Tidak jarang, ilmu tersebut hanya digunakan dalam usahanya untuk mencapai kepentingan pribadinya, bukan kepentingan umum yang menjadi prioritasnya. Sekarang mahasiswa lebih concern dengan les-les peningkatan diri, mengerjakan tugas-tugas kuliah, kuliah kos tugas, nonton pertunjukkan musik dan lain sebagainya. Semua contoh kegiatan tersebut hanyalah mencerminkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pribadi. Hal tersebut memang boleh dan wajar untuk kita lakukan, namun alangkah lebih baiknya hal tersebut juga diimbangi dengan kegiatan-kegiatan yang mampu memecahkan persoalan-persoalan social, seperti kenapa mesti harus ada kenaikan BBM, kenapa banyak terjadi huru-hara di daerah-daerah, bagaimana meningkatkan wawasan ataupun kesadaran masyarakat akan penting pendidikan dan lain macam kegiatan kesosialan lainnya. Bukankah suatu tindakan yang sangat mulia ketika kita lebih mengedapankan sisi kehumanisan dari sisi individualis. 4]NOguNC4 -O>4N jgO^ O4 4p~E jgj O==E= _ .... Artinya: Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka sendiri, Sekalipun mereka dalam kesusahan. (Q. S. Al Hasyr: 9) Sebetulnya hal itu tidak akan pernah terjadi ketika seorang mahasiswa tersebut sudah benar-benar memahami hakikat dan konsekuensi dari ilmu pengetahuan. Hakikat dari ilmu pengetahuan ialah bahwa suatu ilmu pengetahuan digunakan sebagai usaha untuk mendekatkan diri kepada Tuhan sebagai bentuk penghambaan diri menuju kesempurnaan dirinya. Ilmu pengetahuan itu berkonsekuensi untuk dijalankan atau dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa ada pengecualian sedikit pun, dengan catatan bahwa ilmu yang diterapkan itu ialah ilmu yang bermanfaat dan positif, dan bukan untuk suatu hal yang dapat mengundang kerusakan. Og^4C 4g~-.- W-ONL4`-47 =g ]O7O> 4` 4pOUE^> ^g 4ON ^4` E4gN *.- p W-O7O> 4` ]OUE^> ^@ Artinya Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (2) Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan (3). (Q. S. Ash Shaff: 2-3) Ketika hakikat dan konsekuensi dari ilmu pengetahuan tersebut benar-benar dihayati dan dipahami, maka tidak ada alasan sedikitpun untuk berkata tidak akan hal tersebut. Karena ini merupakan suatu tindakan yang memang positif yang langsung berkaitan secara transedental kepada Tuhan, yang memang akan diberikan suatu upah atau pun imbalan yang sungguh berharga dibandingkan dengan sesuatu apapun itu, yakni apa yang disebut itu dengan pahala. Di dalam Islam dijelaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang sia-sia, semua pasti aka nada balasan atau imbalannya }E Eu4C 4u1g` EOO -6O^OE= +4O4C ^_ }4`4 Eu4C 4u1g` EOO -+OE- +4O4C ^g Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya (7). Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula (8). (Q. S. Al Zalzalah; 7-8) Jadi ketika seorang mahasiswa itu disibukkan dengan kepentingan pribadi dan kurang mengedapankan kepentingan bersama, bersikap acuh tak acuh dan apatis, apakah ia layak digelari predikat-predikat tersebut??? Tentunya ini hanya bisa dijawab oleh diri kita masing-masing. * Mahasiswa aktif Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI. Aktif di organisasi kemahasiswaan, antara lain HME FPTK UPI, HMI PTK UPI, dan ESTETIKA UPI. Diselesaikan pada tanggal 10 Juli 2012.