You are on page 1of 14

Sejarah biologi molekuler Setiap organisme memiliki fenotip yang berbeda.

Fenotip adalah semua yang dapat terlihat dari suatu organisme seperti ukuran tubuh, warna kulit, warna rambut dan lain-lain. Ilmu genetika klasik menyebutkan bahwa gen mengontrol penurunan fenotip dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ilmu biokimia menunjukkan bahwa dalam satu generasi, protein memiliki pengaruh dalam penetuan fenotip. Dalam waktu yang panjang, hubungan antara gen dan protein merupakan sebuah misteri, sampai kemudian ditemukan bahwa gen mengandung kode yang berisi instruksi untuk mensintesis protein. Prinsip penting dalam biologi molekuler adalah informasi hereditas (penurunan sifat) diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam bentuk kode genetik. Memehami bagaimana kode tersebut menentukan bentuk suatu kehidupan adalah tujuan dari biologi molekuler. Fenotip

Genetika klasik (1900an)

Biokimia (1900an)

Gen

Protein

Biologi molekuler

Selama kurang lebih satu setengah abad, penelitian tentang gen meletakkan dasar bahwa gen adalah unit dasar dari penurunan sifat. Berdasarkan model klasik dari gen, dinyatakan bahwa: 1. Gen berpengaruh dalam hereditas sebagai partikel bebas 2. Gen berada dalam bentuk susunan linear dalam kromosom dan berada dalam posisi yang stabil 3. Gen-gen berekombinasi sebagai unit diskrit 4. Gen-gen dapat bermutasi untuk membentuk suatu bentuk baru yang stabil Dari pernyataan-pernyataan tersebut gen dapat digambarkan sebagai suatu partikel yang tersususun dalam kromosom seperti untaian manik-manik yang terangkai dalam suatu tali.

Pemahaman tentang dasar molekuler kehidupan dimulai dengan kemajuan di bidang biokimia. Pada awal abad ke 19, ditemukan suatu materi fibrous dari hasil ekstraksi sel hewan dan sel tumbuhan. Pada 1883 Mulder meyatakan bahwa materi tersebut adalah protein. Pada awal abad keduapuluh ahli kimia dapat mensintesis beberapa senyawa organik dan dapat menunjukkan bahwa reaksi organik yang kompleks dapat dilakukan di luar sel hidup. Reaksi tersebut ternyata dikatalisis oleh enzim, suatu kelas dari protein. Kamudian lahirlah ilmu biokimia yang didefinisikan untuk: 1. Memahami struktur dan kimia dari protein 2. Menemukan, menginventarisasi dan memahami enzim dan reaksi-reaksi biokimia yang dikatalisis oleh enzim. Berikut adalah beberapa penemuan penting yang memicu perkembangan ilmu biologi molekuler: 1928 ditemukan bahwa faktor hereditas dapat diteruskan dari suatu sel bakteri ke sel bakteri lain melalui ekstrak kimia yang disebut sebagai faktor transforming yang diperoleh dari bakteri lain. 1944 ditemukan bahwa faktor transforming adalah DNA 1950 dikemukakan teori stuktrur tetranukleotida dari DNA 1953 ditemukan bahwa struktur DNA adalah double helix. Sentral dogma Informasi yang terkode dalam DNA (deoxyribonucleic acid) akan menentukan sintesis molekul RNA (ribonucleic acid) yang berbeda. RNA melekul dibagi menjadi beberapa kategori yang berbeda, yaitu: rRNA yaitu ribosomal RNA yang membentuk ribosom dan merupakan struktur yang berperan dalam sintesis protein tRNA yaitu transfer RNA yang berperan dalam transfer molekul-molekul asam amino dari sitoplasma ke tempat lain yang sesuai untuk membentuk rantai polipeptida selama proses sintesis protein mRNA yaitu messenger RNA yang membawa instruksi-instruksi spesifik untuk membangun protein spesifik. Baik rRNA maupun tRNA adalah kelompok molekul generik dalam arti terlibat dalam sintesis tiap jenis protein, sedangkan mRNA adalah spesifik dalam arti jenis mRNA yang berbeda dibutuhkan untuk tiap jenis protein.

Seluruh sistem bekerja berulang-ulang membentuk siklus dalam arti protein tertentu juga dibutuhkan untuk sintesis RNA dan DNA.

DNA mensintesis protein melalui beberapa proses. Pertama DNA dikopi menjadi mRNA melalui proses transkripsi. Kemudian dilanjutkan dengan proses translasi yang menghasilkan polipeptida dengan susunan asam amino yang spesifik sesuai dengan sekuens atau susunan nukleotida pada RNA. Kode instruksi yang digunakan oleh mRNA dalam sintesis protein merupakan kode universal yang sama pada semua mahluk hidup di bumi. Kamus untuk mRNA menjadi asam amino Terdapat 64 kodon mRNA yang berbeda dan asam amino serta stop signal yang dikodekan. Nukleotida 5 terletak di sisi kirim nukleotida yang terletak di tengah ditempatkan di bagian atas dan nukleotida 3 diletakkan di sepanjang sisi kanan. Sebagai contoh kodon 5'AUG3' dideterminasikan sebagai berikut: 1. Lihat pada entries di sepanjang sisi kiri tabel untuk mencari blok horizontal yang berhubungan dengan 16 kodon yang memiliki A pada posisi 5. 2. Lihat entries di sepanjang atas tabel untuk mencari blok vertikal yang memiliki gugus U

3. Cari perpotongan di antara kedua blok tersebut yang memiliki A pada 5 dan U di bagian tengah. 4. Cari entries di sepanjang sisi kanan tabel untuk menjari satu kodon yang mengandung A pada 5, U di bagian tengah dan G di posisi 3. Akan ditemukan met yang menunjukkan bahwa kodon 5'AUG3' kodon yang mengkode asam amino adalah methionine.

The Human Genome Project


Pada proses konsepsi manusia normal akan menerima 23 kromosom dari masing-masing orang tuanya berupa 22 autosom dan satu kromosom seks. Ibu akan memberikan 22 autosom dan satu kromosom X dan ayah akan memberikan 22 autosom dan kromosom X atau Y. Genom manusia diperkirakan terdiri dari 50.000 sampai 100.000 gen yang terkode dalam 3,3 milyar pasangan basa DNA dan tersimpan dalam 23 kromosom. Tujuan dari proyek genom manusia adalah mempelajari urutan spesifik dari ke 3,3 milyar pasang basa dan mengidentifikasi serta mengetahui seluruh gen yang dikode oleh DNA. Untuk mencapai tujuan tersebut harus dilakukan seluruh sekuens DNA manusia dan memahami

seluruh sekuens tersebut yang setara dengan database sebesar 3,3 gigabytes pada komputer. Untuk memperoleh seluruh sekuens genom manusia merupakan sebuah tantangan yang besar. Bila sekuens DNA dari satu sel sperma manusia diketikkan pada pita berjenis ten-pitch, maka pita tersebut akan membentang sepanjang kurang lebih 60 mil. Jumlah seluruh sekuens manusia yang telah diketahui hingga saat ini adalah kurang dari sepertiga fragment sepanjang 60 mil tadi, sehingga masih merupakan suatu pekerjaan besar. Banyak penyakit pada manusia diketahui berkaitan dengan gen-gen tertentu. Kerusakan pada gen dapat diasosiasikan sebagai kode error pada file atau sistem. Kesalahan pengkopian pada gen untuk beta hemoglobin (HBB) dapat menyebabkan penyakit sickle cell anemia.

Teknik dalam Biologi molekuler


PCR (polymerase chain reaction) PCR digunakan untuk mengamplifikasi sebuah wilayah spesifik dari sebuah untai DNA. Sekuens tersebut bisa berupa gen tunggal, bagian dari gen atau non-coding sekuens. Pada umumnya metode PCR akan mengamplifikasi fragmen DNA hingga 10 kilo pasang basa (kb), walaupun beberapa teknik dapat melakukan amplifikasi pada suatu hingga 40 kb. Proses PCR membutuhkan beberapa komponen dan reagen, yaitu: DNA templete, yaitu bagian DNA yang mengandung target atau daerah DNA yang ingin diamplifikasi Satu atau beberapa primer yang merupakan komplemen dari DNA target pada ujung 5 (five prime) dan ujung 3 (three prime) DNA polimerase seperti Taq polimerase atau polimerase lain yang memiliki temperatur optimum 70 C. Deoxynucleoside triphosphates (dNTP), yaitu building blocks tempat DNA polimerase mensintesis sebuah rantai DNA baru. Larutan Buffer, yaitu larutan yang membuat lingkungan kimia optimum dan stabil bagi aktivitas polimerase. Kation divalen, magnesium atau mangan, umumnya berupa Mg2+ namun dapat juga digunakan Mn2+ sebagai medium bagi mutagenesisi DNA, makin tinggi konsentrasi Mn2+ makin tinggi laju error selama sintesis DNA. Reaksi PCR umumnya berlangsung dalam volume sangat kecil, antara 15 sampai 100 l dalam tabung bervolume 0,2 0,5 ml dalam sebuah thermal cycler. Thermal cycler memungkinkan terjadinya proses pemanasan dan pendinginan secara bergantian, sesuai dengan temperatur yang dibutuhkan oleh masing-masing reaksi. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut: Langkah inisialisasi, terdiri dari reaksi pemanasan hingga suhu 94-96C selama 1-9 menit. Reaksi tersebut hanya dibutuhkan bila DNA polimerase membutuhkan suhu tinggi untuk aktivasinya. Langkah denaturasi, membutuhkan pemanaasan pada suhu 94-98C selama 20-30 detik. Proses tersebut menyebabkan lelehnya DNA templete dan primer dengan pemutusan ikatan hidrogen diantara rantai ganda DNA sehingga akan menghasilkan dua rantai tunggal DNA. Langkah annealing, membutuhkan temperatur 50-65C selama 20 40 menit sehingga primer dapat melekat pada rantai tunggal DNA. Ikatan hidrogen DNADNA yang stabil hanya terjadi bila sekues primer sangat cocok dengan sekuens templete. Polimerase akan melekat pada primer-templete hibrid dan sintesis DNA akan dimulai. Langkah elongasi, membutuhkan temperatur yang tergantung pada DNA polimerase yang digunakan. Taq polimerase memiliki temperatur optimum 7580C. Pada proses ini DNA polimerase akan mensintesis rantai DNA baru yang komplementer dengan rantai DNA templete dengan penambahan dNTP yang berkomplemen dengan templete pada arah 5 ke 3, sehinga terjadi ikatan antara fosfat grup pada 5 dari dNTP dengan ujung 3 grup hidroksil dari untai DNA yang

terbentuk. Waktu elongasi tergantung pada DNA polimerase yang digunakan dan panjang fragmen DNA yang akan diamplfikasi. Pada temperatur optimum DNA polimerase akan menghasilkan ribuan basang basa dalam satu menit. Elongasi akhir, umumnya berlangsung pada suhu 70-74C selama 5 15 menit setelah siklus PCR untuk meyakinkan bahwa seluruh rantai tunggal DNA telah seluruhnya dielongasi. Finalisasi, pada suhu 4-15C untuk mengakhiri seluruh rangkaian reaksi.

Aplikasi PCR PCR dapat mengamplifikasi sekuens DNA target sehingga dapat digunakan untuk menganalisis sampel DNA dalam jumlah yang sangat kecil, oleh karena itu PCR sangat bermanfaat dalam analisis forensik. Dengan barang bukti sampel DNA yang sangat terbatas dapat dilakukan analisis dan penelusuran. PCR juga dapat digunakan untuk menganalisis sampel DNA yang telah berumur ribuan tahun. Tehnik PCR telah digunakan untuk menganalisis DNA dari mammoth yang berumur ribuan tahun, mummi dari Mesir dan identifikasi kerangka dari Tsar Rusia. PCR juga dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi virus. DNA virus juga dapat diamplifikasi dengan PCR oleh karena itu PCR dapat diaplikasikan dalam keperluan diagnostik. Primer yang digunakan harus sangat spesifik untuk target DNA berupa sekues dari genom virus. Sensitivitas yang tinggi dari PCR memungkinkan deteksi virus segera setelah terjadi infeksi bahkan sebelum penyakit timbul. Oleh karena itu deteksi infeksi secara dini akan memudahkan untuk melakukan treatment pengobatan. Jumlah virus pada pasien juga dapat dikuantifikasi dengan teknologi PCR. Metode PCR kuantitatif dapat mengestimasi jumlah sekuens yang terdapat pada sample, yang kemudian diaplikasikan untuk menentukan tingkat ekspresi gen. Real-time PCR merupakan alat yang digunakan untuk melakukan kuntifikasi terhadap DNA dengan menghitung akumulasi dari produk DNA setelah melalui satu siklus amplifikasi PCR.

Gel electrophoresis Gel elektroforesis adalah tehnik pemisahan deoxyribonucleic acid, ribonucleic acid atau molekul protein menggunakan arus listrik pada metriks berupa gel. Pada umumnya gel adalah polimer dengan komposisi dan porositi yang dipilih berdasarkan berat dan komposisi target yang akan dianalisa. Ketika akan dilakukan pemisahan protein atau asam nukleat (DNA, RNA atau oligonukleotida) gel yang digunakan umumnya terdiri dari beberapa konsentrasi akrilamida yang berbeda sehinga menghasilkan poliakrilamida dengan ukuran mesh yang berbeda. Ketika akan memisahkan asam nukleat berukuran besar (lebih dari beberapa ratus basa) matrik yang digunakan adalah agarose murni. Prinsip dari elektroforesisi adalah memanfaatkan electromotive force untuk menggerakkan molekul melalui matriks gel. Dengan menempatkan molekul pada sumur di gel dan memberikan aliran arus listrik, maka molekul akan bergerak melalui matriks dengan laju yang berbeda.

APLIKASI TEKNIK BIOLOGI MOLEKULER DI BIDANG KESEHATAN : Potensi Aplikasinya Stem Cell (sel Induk) dalam Ilmu Kedokteran Minat terhadap stem cell atau sel induk jelas meningkat dalam beberapa dekade terakhir ini. Hal itu disebabkan karena potensi stem cell yang sangat menjanjikan untuk terapiberbagai penyakit sehingga menimbulkan harapan baru dalam pengobatan berbagai penyakit. Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai definisi stem cell, jenis dan sifat stem cell, dan potensi pemakaiannya untuk berbagai penyakit. Stem cell adalah sel yang tidak/belum terspesialisasi yang mempunyai 2 sifat: 1. Kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel lain (differentiate). Dalam hal ini stem cell mampu berkembang menjadi berbagai jenis sel matang, misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel otot rangka, sel pankreas, dan lain-lain. 2. Kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri (selfregenerate/self-renew). Dalam hal ini stem cell dapat membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan sel. Berdasarkan kemampuan berdiferensiasi, stem cell dibagi menjadi: 1. Totipotent. Dapat berdiferensiasi menjadi semua jenis sel. Yang termasuk dalam stem cell totipotent adalah zigot (telur yang telah dibuahi). 2. Pluripotent. Dapat berdiferensiasi menjadi 3 lapisan germinal: ektoderm, mesoderm, dan endoderm, tapi tidak dapat menjadi jaringan ekstraembryonik seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk stem cell pluripotent adalah embryonic stem cells. 3. Multipotent. Dapat berdiferensiasi menjadi banyak jenis sel. Misalnya: hematopoietic stem cells.

4. Unipotent. Hanya dapat menghasilkan 1 jenis sel. Tapi berbeda dengan non-stem cell, stem cell unipoten mempunyai sifat dapat memperbaharui atau meregenerasi diri (self-regenerate/self-renew) Stem cell ditemukan dalam berbagai jaringan tubuh. Berdasarkan sumbernya, stem cell dibagi menjadi: 1. Zygote. Yaitu pada tahap sesaat setelah sperma bertemu dengan sel telur 2. Embryonic stem cell. Diambil dari inner cell mass dari suatu blastocyst (embrio yang terdiri dari 50 150 sel, kira-kira hari ke-5 pasca pembuahan). Embryonic stem cell biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai pada IVF (in vitro fertilization). Tapi saat ini telah dikembangkan teknik pengambilan embryonic stem cell yang tidak membahayakan embrio tersebut, sehingga dapat terus hidup dan bertumbuh. Untuk masa depan hal ini mungkin dapat mengurangi kontroversi etis terhadap embryonic stem cell. 3. Fetus. Fetus dapat diperoleh dari klinik aborsi. 4. Stem cell darah tali pusat. Diambil dari darah plasenta dan tali pusat segera setelah bayi lahir. Stem cell dari darah talipusat merupakan jenis hematopoietic stem cell, dan ada yang menggolongkan jenis stem cell ini ke dalam adult stem cell. 5. Adult stem cell. Diambil dari jaringan dewasa, antara lain dari: Sumsum tulang. Jaringan lain pada dewasa seperti pada: susunan saraf pusat adiposit (jaringan lemak) otot rangka pankreas Adult stem cell mempunyai sifat plastis, artinya selain berdiferensiasi menjadi sel yang sesuai dengan jaringan asalnya, adult stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi sel jaringan lain. Misalnya: neural stem cell dapat berubah menjadi sel darah, atau stromal stem cell dari sumsum tulang dapat berubah menjadi sel otot jantung, dan sebagainya.

Peran Stem Cell Dalam Riset 1. Terapi gen. Stem cell (dalam hal ini hematopoietic stem cell) digunakan sebagai alat pembawa transgen ke dalam tubuh pasien, dan selanjutnya dapat dilacak jejaknya apakah stem cell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh pasien. Dan karena stem cell mempunyai sifat self-renewing, maka pemberian pada terapi gen tidak perlu dilakukan berulang-ulang, selain itu hematopoietic stem cell juga dapat berdiferensiasi menjadi bermacam-macam sel, sehingga transgen tersebut dapat menetap di berbagai macam sel. Mengetahui proses biologis, yaitu perkembangan organisme dan perkembangan kanker. Melalui stem cell dapat dipelajari nasib sel, baik sel normal maupun sel kanker. Penemuan dan pengembangan obat baru, yaitu untuk mengetahui efek obat terhadap berbagai jaringan Terapi sel berupa replacement therapy. Oleh karena stem cell dapat hidup di luar organ tubuh manusia misalnya di cawan petri, maka dapat dilakukan manipulasi terhadap stem cell itu tanpa mengganggu organ tubuh manusia. Stem cell yang telah dimanipulasi tersebut dapat ditransplantasi kembali masuk ke dalam organ tubuh untuk menangani penyakit-penyakit tertentu. Ada 3 golongan penyakit yang dapat diatasi oleh stem cell:

Penyakit autoimun. Misalnya pada lupus, artritis reumatoid dan diabetes tipe 1. Setelah diinduksi oleh growth factor agar hematopoietic stem cell banyak dilepaskan dari sumsum tulang ke darah tepi, hematopoietic stem cell dikeluarkan dari dalam tubuh untuk dimurnikan dari sel imun matur. Lalu tubuh diberi agen sitotoksik atau terapi radiasi untuk membunuh sel-sel imun matur yang tidak mengenal self antigen (dianggap sebagai foreign antigen). Setelah itu hematopoietic stem cell dimasukkan kembali ke tubuh, bersirkulasi dan bermigrasi ke sumsum tulang untuk berdiferensiasi menjadi sel imun matur sehingga sistem imun tubuh kembali seperti semula. Penyakit degeneratif. Pada penyakit degeneratif seperti stroke, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, terdapat beberapa kerusakan atau kematian sel-sel tertentu sehingga bermanifestasi klinis sebagai suatu penyakit. Pada keadaan ini stem cell setelah dimanipulasi dapat ditransplantasi ke dalam tubuh pasien agar stem cell tersebut dapat berdiferensiasi menjadi sel-sel organ tertentu yang menggantikan sel-sel yang telah rusak atau mati akibat penyakit degeneratif. Penyakit keganasan. Prinsip terapi stem cell pada keganasan sama dengan penyakit autoimun. Hematopoietic stem cell yang diperoleh baik dari sumsum tulang atau darah tali pusat telah lama dipakai dalam terapi leukemia dan penyakit darah lainnya. Ada beberapa alasan mengapa stem cell merupakan calon yang bagus dalam cell-based therapy: 1. Stem cell tersebut dapat diperoleh dari pasien itu sendiri. Artinya transplantasi dapat bersifat autolog sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan transplantasi organ yang membutuhkan organ donor yang sesuai (match), transplantasi stem cell dapat dilakukan tanpa organ donor yang sesuai. 2. Mempunyai kapasitas proliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel dalam jumlah besar dari sumber yang terbatas. Misalnya pada luka bakar luas, jaringan kulit yang tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka bakar yang luas. Dalam hal ini terapi stem cell sangat berguna. 3. Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi melalui metode transfer gen. Hal ini telah dijelaskan dalam penjelasan mengenai terapi gen di atas. 4. Dapat bermigrasi ke jaringan target dan dapat berintegrasi ke dalam jaringan dan berinteraksi dengan jaringan sekitarnya

Stem Cell untuk Diabetes Pada diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan terhadap insulin. Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan dapat memenuhi kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu, hanya 8% transplantasi sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini terjadi karena reaksi penolakannya besar sehingga diperlukan sejumlah besar steroid; padahal makin besar steroid yang dibutuhkan, makin besar pula kebutuhan metabolik pada sel penghasil insulin. Namun, baru-baru ini penelitian yang dilakukan oleh James Shapiro dkk. di Kanada, berhasil membuat protokol transplantasi sel

pulau Langerhans dalam jumlah banyak dengan metode imunosupresi yang berbeda dengan yang sebelumnya. Pada penelitian tersebut, 100% pasien yang diterapi transplantasi sel pulau Langerhans pankreas tidak memerlukan injeksi insulin lagi dan gula darahnya tetap normal setahun setelah transplantasi. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan untuk diabetes ini mengambil sumber stem cell dari kadaver, fetus, dan dari embryonic stem cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan penelitian untuk menemukan cara membuat kondisi yang optimal dalam produksi insulin, sehingga dapat menggantikan injeksi insulin secara permanen. Stem Cell untuk Penyakit Jantung Penelitian terkini memberikan bukti awal bahwa adult stem cells dan embryonic stem cell dapat menggantikan sel otot jantung yang rusak dan memberikan pembuluh darah baru. Strauer dkk. mencangkok mononuclearbone marrow cell autolog ke dalam arteri yang menimbulkan infark pada saat PTCA 6 hari setelah infark miokard akut. Sepuluh pasien yang diberi stem cell area infarknya menjadi lebih kecil dan indeks volume stroke, left ventricular end-systolic volume, kontraktilitas area infark, dan perfusi miokard menunjukkan perbaikan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Perin dkk. memberikan transplantasi bone marrowmononuclear cells autolog yang diinjeksikan pada miokard yang lemah dengan panduan electromechanicalmapping pada 14 pasien gagal jantung iskemik kronik berat.Single-photon emission computed tomography myocardial perfusion scintigraphy menunjukkan penurunan defek yang signifikan dan perbaikan fungsi sistolik ventrikel kiri global pada pasien yang diterapi. Stem Cell untuk Stroke Dahulu dianggap bahwa sekali terjadi kematian sel pada stroke, maka akan menimbulkan kecacatan tetap karena sel otak tidak mempunyai kemampuan regenerasi. Tapi anggapan berubah setelah para pakar mengetahui adanya plastisitas pada sel-sel otak dan pengetahuan mengenai stem cell yang berkembang pesat belakangan ini. Beberapa penelitian dengan menggunakan stem cell dari darah tali pusat manusia yang diberikan intravena kepada tikus yang arteri serebri medianya dioklusi menunjukkan hasil yang menggembirakan. Ada pengurangan volume lesi sebanyak 40% dan adanya kemampuan kembali ke 70% fungsi normal. Terdapat pemulihan fungsional pada kelompok yang ditransplantasi stem cell dari darah tali pusat dibandingkan dengan kelompok kontrol dan tampak stem cell dari darah tali pusat bermigrasi masuk ke otak. Penelitian dengan menggunakan mesenchymal stem cell (MSC) dari sumsum tulang autolog yang diberikan intravena pada 30 penderita stroke juga memperbaiki outcome yang dinilai dari parameter Barthel Index dan modified Rankin Scale

Sumber : Robert J. Robbins Molecular Biology Fundamentals, Johns Hopkins University The Stem Cells, Stem cell information, The Official National Institute of Health Resource for Stem cell Research. Anatomy, Stem cells, Reeve Irvine Research Center http://www.reeve.uci.edu/anatomy/stemcells.php Stem Cell, Wikipedia - http://en.wikipedia.org/wiki/Stem_cell

You might also like