You are on page 1of 11

KATEGORI C Problem Solving PERMASALAHAN TREATMENT PADA PRODUKSI BIODIESEL DARI REAKTOR ESTERIFIKASI MENUJU TRANSESTERIFIKASI, PT GANESHA ENERGY 77

PENDAHULUAN PT Ganesha Energy 77 adalah perusahaan yang bergerak di bidang biodiesel dan didirikan oleh alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 1977 pada 14 Oktober 2005. PT Ganesha Energy 77 bergerak di bidang produksi biodiesel dan berlokasi di Perbaungan Sumatera Utara. Pabrik biodiesel ini merupakan Kerja Sama Operasi (KSO) antara PT Ganesha Energy 77 dengan anak perusahaan PTPN IV (PT Pamina). Desain pabrik dan supervisi teknologi biodiesel ditangani oleh PT Rekayasa Industri dan ITB. Pada awal 2006, dibangung pabrik yang pertama dengan bahan baku minyak kelapa sawit dengan kapasitas 8000 kg / hari. PT Ganesha Energy 77 memproduksi biodiesel dengan kapasitas 8 ton/hari. Sebelum Juni 2010, bahan baku yang dipergunakan oleh pabrik biodiesel masih berupa RBD Stearin, namun setelah Juni 2010, pabrik biodiesel ini mengkonversi CPO (Crude Palm Oil) menjadi biodiesel atau metil ester. Produk samping berupa gliserol dipasarkan langsung ke perorangan. Gliserol yang dijual adalah berupa gliserol mentah yang tidak mengalami proses pemurnian terlebih dahulu. BAHAN BAKU Bahan baku yang digunakan di pabrik biodiesel PT Ganesha Energy 77 adalah crude palm oil (CPO), sodium methylate (CH3ONa), p-toluenesulfonic acid (PTSA), dan metanol (CH3OH). CPO CPO Jumlah CPO yang diolah tiap batch adalah 2250 L (setara dengan 2 ton). Penyediaan CPO untuk bahan baku proses produksi biodiesel dibantu oleh PT Pamina Adolina. Karakteristik CPO ditunjukkan pada Tabel 1.

CH3ONa Sodium methylate yang dipergunakan adalah berupa larutan sodium methylate 30%. Kebutuhan sodium methylate KSO PT. Pamina PT. Ganesha Energy ditunjukkan pada Tabel 2.

PTSA Proses esterifikasi tersebut menggunakan katalis asam berupa p-Toluenesulfonic acid. Kebutuhan PTSA per batch adalah 10 kg. Kebutuhan PTSA pada Juni 2010 adalah 350 kg dan pada bulan Juli 2010 adalah 350 kg. CH3OH Kebutuhan metanol pada setiap batch adalah 850 liter. Spesifikasi metanol yang digunakan ditunjukkan pada Tabel 3.

DESKRIPSI PROSES Proses produksi biodiesel di PT Ganesha Energy 77 dilaksanakan dalam enam tahap, yaitu pencampuran PTSA dengan metanol, pencampuran sodium methylate dengan metanol,

reaksi esterifikasi, reaksi transesterifikasi, pencucian dan pengeringan, dan recovery metanol.

1. Pencampuran PTSA dengan Metanol Pencampuran PTSA dengan metanol dilakukan di dalam sebuah tangki berpengaduk dengan kapasitas 500 L. Untuk setiap batch, PTSA berupa padatan putih yang dicampurkan adalah sejumlah 10 - 12,5 kg dan metanol yang dicampurkan adalah sejumlah 400-500 L. 2. Pencampuran Sodium Methylate dengan Metanol Pencampuran sodium methylate dengan metanol dilakukan di dalam tangki berpengaduk (V321) dengan kapasitas 800 L. Untuk setiap batch, sodium methylate yang dicampurkan adalah berupa larutan dengan kadar sodium methylate 30% dengan jumlah 30 kg, sedangkan metanol yang dicampurkan adalah sejumlah 500 L. 3. Reaksi Esterifikasi Reaksi esterifikasi dilangsungkan di dalam tangki berpengaduk (R-111) selama 3 jam dengan temperatur reaksi 60 65oC dan tekanan atmosferik. Bahan baku berupa 2250 L CPO bersuhu 40oC dipompakan dari tangki penyimpan CPO (T-000). CPO tersebut kemudian dipanaskan dalam pipa hingga mencapai suhu 60 65oC. Pada saat yang bersamaan, campuran metanol dengan katalis PTSA dicampurkan ke dalam R-111. CPO akan bercampur dengan metanol dan PTSA, sehingga reaksi berlangsung dalam satu fasa. Untuk meningkatkan konversi reaksi, produk hasil reaksi dibiarkan mengalami sirkulasi (daur ulang dengan rasio = 1). Produk hasil esterifikasi ini adalah metil ester, air, metanol, PTSA, dan trigliserida yang belum bereaksi. Produk hasil esterifikasi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tangki settling (R-113). Waktu pengendapan di dalam tangki settling adalah selama 1 jam. Metil ester dan sisa trigliserida yang belum bereaksi akan berada pada fasa bagian bawah, sedangkan campuran air, metanol, dan PTSA akan berada pada fasa bagian atas. Metil ester dan trigliserida dialirkan dan dimasukkan ke dalam reaktor transesterifikasi (R-114), sedangkan campuran air, metanol, dan PTSA dialirkan menuju tangki penyimpanan T-121. 4. Reaksi Transesterifikasi Metil ester dan trigliserida yang berasal dari tangki settling kemudian dialirkan menuju reaktor transesterifikasi (R-114). Reaksi yang terjadi pada reaktor R-114 dibagi menjadi 2 tahap, yakni transesterifikasi 1 dan transesterifiikasi 2. Seharusnya reaksi transesterifikasi 1 dilakukan pada reaktor R-113 dan reaksi transesterifikasi 2 dilakukan pada reaktor R-114, namun karena reaktor R-113 mengalami kerusakan, maka reaktor R-113 dialihfungsikan menjadi tangki settling. Reaksi transesterifikasi 1 menggunakan kira-kira 80% dari campuran metanol dan sodium methylate total. Temperatur campuran dijaga pada 60-65oC dan diaduk selama 1 jam. Setelah 1 jam, campuran didiamkan dan diendapkan selama 1 jam lagi. Setelah waktu pengendapan tercapai maka gliserol yang terdapat pada fasa bagian bawah akan dikeluarkan sebanyak 2/3 dari keseluruhan. Metil ester dan sisa trigliserida dari reaksi transesterifikasi 1 akan direaksikan kembali dengan 20% dari campuran metanol dan sodium methylate yang merujuk pada reaksi transesterifikasi 2. Temperatur campuran dijaga pada 60-65oC dan diaduk selama 1 jam. Setelah 1 jam, campuran kembali didiamkan dan diendapkan lagi pada reaktor yang sama

selama 1 jam dan kemudian dipisahkan kembali antara metil ester (biodiesel) dengan gliserol. 5. Pencucian dan Pengeringan Biodiesel (metil ester) hasil reaksi esterifikasi dan transesterifikasi masih mengandung banyak pengotor berupa metanol, sodium methylate, PTSA, sabun, gliserol, dan lain-lain. Untuk menghilangkan pengotor-pengotor tersebut, biodiesel perlu dicuci dan dikeringkan. Proses pencucian diawali dengan mempersiapkan air pencuci yang telah dipanaskan terlebih dahulu ke dalam 2 buah drum yang diletakkan di atas tangki pencuci (V-280). Kebutuhan air untuk sekali pencucian adalah sekitar 800 L. Durasi satu pencucian berlangsung selama 15 30 menit. Untuk 1 batch pembuatan biodiesel, pencucian dilakukan sebanyak 4 5 kali. Pencucian dilakukan dengan menambahkan air hangat ke dalam biodiesel dengan cara dispray. Pada pencucian ke-3, biodiesel diaduk secara perlahan selama 30 detik. Setelah air pencuci habis dimasukkan ke dalam tangki pencucian (V-280), dilakukan settling selama 30 menit dan kemudian dilakukan pemisahan antara fasa air dan fasa biodiesel. Air bekas cucian dipindahkan ke dalam tangki air buangan dan biodiesel kembali memasuki tahap pencucian berikutnya dengan menggunakan air pencuci yang baru. Setelah pencucian dilakukan sebanyak 4 5 kali, maka akan dihasilkan biodiesel yang berwarna kuning keruh. Biodiesel yang akan dikeringkan dimasukkan ke dalam tangki buffer biodiesel (T-281) yang berfungsi untuk menyimpan biodiesel sementara. Penyimpanan ini dimaksudkan agar proses pengeringan dapat berlangsung secara kontinyu, walaupun proses-proses sebelum pengeringan adalah proses batch. Proses pengeringan dilakukan di dalam flash evaporator (V-282). Pengeringan dilakukan dalam keadaan vakum (P = 450 mmHg) pada temperatur 90 95oC. Setelah dikeringkan (diuapkan airnya), biodiesel akan berwarna kuning jernih dan kemudian dimasukkan ke dalam tangki penyimpan biodiesel (T-284 dan T-285). Setiap satu batch pembuatan biodiesel dilakukan pengambilan sampel biodiesel untuk diuji di dalam laboratorium. Parameter-parameter yang diuji antara lain adalah angka asam, kadar air, dan lain-lain. 6. Proses Recovery Metanol Air bekas pencucian biodiesel, campuran produk samping reaksi esterifikasi (fasa atas pada proses settling setelah reaksi esterifikasi), dan campuran produk samping reaksi transesterifikasi (fasa bawah pada proses setlling setelah reaksi transesterifikasi) masih cukup banyak mengandung metanol. Metanol tersebut dapat diambil kembali untuk dapat menghemat penggunaan metanol. Proses recovery metanol diawali dengan pencampuran air bekas pencucian pertama dan produk samping esterifikasi serta esterifikasi ke dalam tangki asam. Di dalam tangki asam akan terjadi reaksi penetralan karena katalis asam dari reaksi esterifikasi akan bercampur dengan katalis basa dari reaksi transesterifikasi. Apabila jumlah katalis asam masih kurang untuk menetralkan campuran, maka pada tangki tersebut kemudian ditambahkan asam lagi

untuk mengasamkan campuran. Seluruh campuran tersebut dibawa menuju bak penampungan yang terletak di platform paling atas pabrik. Campuran tersebut kemudian dimasukkan ke dalam evaporator yang bekerja pada temperatur 100oC. Campuran air dan metanol kemudian menguap dan dikondensasi dengan kondensor R-111. Air dan metanol yang telah terkondensasi tersebut kemudian dialirkan menuju tangki buffer metanol, T-421. Fungsi tangki buffer biodiesel adalah penyimpan air dan metanol sementara karena proses selanjutnya adalah distilasi campuran air dan metanol yang berlangsung secara kontinyu. Agar campuran air dan metanol sebagai umpan untuk distilasi dapat mengalir masuk secara kontinyu, maka campuran umpan harus terlebih dahulu ditimbun dalam tangki buffer metanol.

Proses distilasi dilangsungkan di dalam sebuah kolom distilasi yang beroperasi pada temperatur 60 70oC dan pada tekanan di bawah tekanan atmosferik. Spesifikasi metanol yang dihasilkan adalah sekitar 96%. Metanol yang telah didistilasi kemudian digunakan kembali untuk proses produksi biodiesel. SISTEM PEMROSES - UNIT PRODUKSI BIODIESEL Unit produksi biodiesel di KSO PT. Pamina PT. Ganesha Energy 77 terdiri dari reaktor esterifikasi (R-111), reaktor transesterifikasi 1 (R-113), dan reaktor transesterifikasi 2 (R114). Namun reaktor transesterifikasi 1 mengalami kerusakan, sehingga dialihfungsikan menjadi tangki settling dan reaksi transesterifikasi 1 dan 2 dilangsungkan pada reaktor R114. Reaktor esterifikasi adalah tempat berlangsungnya reaksi esterifikasi antara CPO yang dipompakan dari tangki penyimpanan CPO (T-000) dengan campuran metanol PTSA. Reaktor esterifikasi (R-111) dilengkapi dengan pengaduk dan penunjuk temperatur. Reaksi esterifikasi pada reaktor R-111 berlangsung pada temperatur 60 65oC selama kurang lebih 3 jam. Temperatur reaksi di dalam reaktor R-111 dikendalikan dengan bantuan pemanas koil yang dialiri dengan kukus. Reaktor transesterifikasi 2 (R-114) adalah tempat berlangsungnya reaksi transesterifikasi 1 dan 2 antara trigliserida dari reaktor R-111 dengan campuran metanol sodium methylate. Reaksi yang pertama kali berlangsung dalam R-114 adalah reaksi transesterifikasi 1 pada temperatur 60 65oC selama 1 jam dan kemudian diikuti dengan settling selama 1 jam. Setelah settling, reaktan kembali dicampurkan dengan sisa metanol sodium methylate untuk melangsungkan reaksi transesterifikasi 2 pada 60 65oC yang kemudian diikuti kembali dengan settling selama 1 jam. Reaktor R-114 juga dilengkapi dengan pengaduk, pemanas koil yang dialiri dengan kukus, dan penunjuk temperatur. Spesifikasi peralatan proses unit produksi biodiesel ditunjukkan pada Lampiran C. DESKRIPSI PERMASALAHAN Bahan baku biodiesel yang digunakan adalah CPO dengan nilai Asam Lemak Bebas (ALB) > 20 mg KOH/g minyak. Proses produksi biodiesel yang dilakukan terdiri dari dua kali proses esterifikasi dan dua kali transesterifikasi. Setelah proses esterifikasi II, ALB masih bernilai antara 0,8 - 1,2 mg KOH/g minyak. Nilai ALB yang cukup tinggi inilah yang merupakan awal permasalahan pada produksi biodiesel. Usaha yang telah dilakukan oleh pabrik saat ini adalah tetap melanjutkan proses ke transesterifikasi dengan segala resikonya, seperti terbentuknya sabun, yield berkurang, permasalahan pemisahan/settling di transesterifikasi, serta pemakaian katalis basa bertambah. Secara teoritis, setelah proses esterifikasi dilakukan pencucian, pengeringan, kemudian masuk ke proses transesterifikasi. Namun, hal ini tidak efektif karena menambah panjang proses yang ada. TUGAS

Sebagai seorang calon chemical engineer, peserta diminta untuk memecahkan secara tuntas permasalahan yang terjadi pada produksi biodiesel di PT Ganesha Energy 77. Peserta diminta untuk menjelaskan fenomena kejadian permasalahan ini secara jelas dengan didukung oleh landasan teori dan analisis terhadap permasalahan yang terjadi. Setelah itu, peserta diharapkan mampu memberikan alternatif penyelesaian masalah yang dapat diterapkan secara nyata di PT Ganesha Energy 77. Jika di dalam rekomendasi penyelesaian masalah tersebut memerlukan modifikasi dengan penambahan peralatan terhadap sistem existing, maka peserta harus menjelaskan dasar perancangan dan detailnya.

You might also like