You are on page 1of 26

MAKALAH FARMASETIKA

NAMA ANGGOTA KELOMPOK : 1. Deny Hermia (0443050010) 2. Dian Trisnawati (0443050009) 3. Harum Diana (0443050038) 4. Oktaviani Ginting (0443050006)

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 Jalan Sunter Permai Raya, Jakarta Utara. Telepon : (62-21) 685666

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu menyertai kita dalam setiap langkah kehidupan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini merupakan suatu tantangan bagi bangsa Indonesia umumnya dan para mahasiswa khususnya sebagai kader bangsa yang diharapkan dapat menggali, menerapkan ilmu, sehingga mampu mencari suatu solusi dalam menghadapi permasalahan di lingkungan masyarakat maupun dengan dunia luar di era globalisasi ini. Makalah Farmasetika ini disusun sedemikian rupa agar dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa, meskipun masih ada kekurangan di dalam penyajian makalah ini. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan makalah Farmasetika ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa dan bagi semua yang menggunakannya.

Jakarta, Januari 2005

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan ...................................................................................................1 Definisi unguenta ...........................................................................................1 Latar belakang ...............................................................................................1 Tujuan. 2 BAB II Penggolongan salep .......................................................................................3 Skema penggolongan salep ...........................................................................3 Penggolongan salep menurut konsistensinya.................................................4 Penggolongan salep menurut sifat farmakologi/therapeutika dan berdasarkan penetrasinya ..............................................................................5 Penggolongan salep menurut dasar salepnya ................................................5 BAB III Bahan penyusun dasar salep ..........................................................................7 Dasar salep hidrokarbon ................................................................................7 Dasar salep serap (sebagai emolien)..............................................................8 Dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air.............................................8 Dasar salep larut dalam air ............................................................................9 BAB IV Kualitas dasar salep .......................................................................................10

BAB V Pemilihan dasar salep ........................................................................................11 BAB VI Komponen salep ................................................................................................12 BAB VII Penggunaan salep ..............................................................................................13 BAB VIII Evaluasi..............................................................................................................14 BAB XI Formula unguenta .............................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................19

BAB I PENDAHULUAN

I.

Definisi Unguenta (Salep) : A. Menurut Farmokope Indonesia Ed. III Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. B. Menurut Farmakope Indonesia Ed. IV Salep adalah sediaan setengah padat yang ditujukan untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. Syarat-syarat Unguenta adalah sebagai berikut : 1. Tidak berbau tengik. 2. Kecuali dinyatakan lain, kadar bahan-bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau obat narkotik adalah 10%. (Ilmu Resep Kelas I untuk SMF).

II.

Latar Belakang Unguenta (Salep) termasuk di dalam pokok bahasan materi semester I yang

dipelajari dan akan dijadikan pula sebagai bahan materi Ujian Akhir Semester, untuk itu kami membuat makalah ini dengan mengambil judul dari pokok bahasan materi semester I.

III.

Tujuan Bahan-bahan materi yang terdapat di dalam makalah ini kami ambil dari

beberapa sumber buku yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk melengkapi isi makalah ini. Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam memberikan pengetahuan tentang pokok bahasan materi Unguenta.

BAB II PENGGOLONGAN SALEP

I. Skema penggolongan salep : Unguenta Cream Menurut Konsistensinya Cerata Galones Spumae (Jelly) Pasta

Salep Epidermic Penggolongan Salep Menurut Sifat Farmakologi atau Theurapeutica dan berdasarkan Penetrasinya Salep Diadermic Salep Endodermic

Salep Hydropobic Menurut Dasar Salepnya Salep Hydrophillic

II.

Menurut konsistensinya salep dapat dibagi menjadi : Unguenta : Adalah salep yang mempunyai konsentrasi seperti mentega tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga. (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah farmasi). Cream : Adalah suatu salep yang banyak mengandung air, mudah diserap dikulit. Suatu tioe yang dapat di cuci dengan air. (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah farmasi). Pasta : Adalah suatu salep yang banyak mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk). Suatu salep tebal merupakan penutup/pelindung bagian kulit yang diberi. (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah farmasi). Cerata : Adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi lilin (waxes), hingga konsentrasi lebih keras. (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah farmasi). Gelones Spumae (Jelly) : Adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya cair dan sedikit mengandung atau tanpa mukosa, sebagai pelicin atau basis, biasanya terdiri dari

campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik lebur yang rendah. Washable Jelly mengandung mucilagines, misalnya : gom,

tragacanth, amylum. Contoh : Stareh jellies (10% amylum dengan air mendidih). (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah Farmasi).

III. Menurut sifat Farmakologi/Therapeutica dan berdasarkan penetrasinya salep dapat dibagi dalam : 1. Salep Epidermic (Epidermic ointment., Salep penutup). Melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal. Tidak diabsorbsi ; kadang-kadang ditambahkan antiseptica, astringen, merendahkan rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin). (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah farmasi). 2. Salep Endodermic Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam, tetapi tidak melalui kulit, terasorbsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi lokal irisan. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak. (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah farmasi). 3. Salep Diadermic. Salep-salep supaya bahan-bahan obatnya menembus kedalam melalui kulit

dan mencapai efek yang diinginkan. Misalnya pada salep yang mengandung senyawa mercuri, Yodida, Belladonnae. (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah Farmasi).

IV. Menurut dasar salepnya make salep dapat dibagi menjadi : a. Salep Hydropobic Salep-salep dengan bahan dasar berlemak (greasy bases) Misalnya : campuran dari lemak-lemak, minyak lemak, dan malam tak tercuci dengan air. (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah farmasi). b. Salep Hydrophillic Salep yang kuat menarik air biasanya dasar salep type O/W atau seperti dasar salep Hydrophobic tetapi konsentrasinya lebih lembek kemungkinan juga dengan type O/W antara lain, campur sterol-sterol dan petrolatum. (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah farmasi).

BAB III BAHAN PENYUSUN DASAR SALEP

I.

Bahan-bahan penyusun dasar salep : A. Dasar Salep Hidrokarbon Pada jenis dasar salep ini, komponen yang berair hanya dapat dicampurkan dalam jumlah sedikit. Salep ini dimaksudkan untuk

memperpanjang kontak bahan dengan kulit dan bertindak sebagai bahan penutup saja. Dasar hidrokarbon dipakai terutama untuk emolien dan sukar dicuci. Tidak mengering dan tidak berubah dalam waktu lama. (Howard Ansel C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi). Contoh dasar salep hidrokarbon : Vaselin Kuning / Flavum (Petrolatum) Merupakan campuran dari hidrokarbon setengah padat yang diperoleh dari minyak bumi. (Howard Ansel C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi). Vaselin Putih / Album (White Petrolatum) Merupakan vaselin kuning yang dicampurkan dipucatkan dengan asam sulfat, maka tidak boleh digunakan untuk mata. (Howard Ansel C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi). Salep kuning (Yellow Ointment) Merupakan campuran dari 5 bagian Cera Flava dengan 95 bagian

Petrolatum / Vaselin Flavum. (Howard Ansel C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi). Salep Putih (White Petrolatum) Merupakan campuran dari 5% Cera Album dengan Vaselin Putih / Petrolatum Putih. (Howard Ansel C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi). Parafin Liquidum dan Parafin Solidum Parafin Liquidum / Parafin cair merupakan obat dalam untuk laksam. Ada 2 macam kualitas, yaitu : 1. Viscositasnya ringan digunakan untuk membuat vanishing cream. 2. Viscositasnya berat digunakan untuk membuat cold cream. Minyak Mineral Merupakan campuran dari hidrokarbon cair yang dihasilkan dari minyak bumi. Berguna dalam menggerus bahan yang tidak larut pada preparat salep dengan dasra lemak. (Arief, Farmacetica)

B. Dasar Salep Serap (sebagai emolien) Dasar salep serap dibedakan dalam 2 kelompok, yaitu : 1. Dasar salep yang dapat bercampur dengan air, membentuk emulsi air dalam minyak (W/O). Contoh : Parafin Hidrofilik dan Lanolin Anhidrida. 2. Emulsi air dalam minyak (W/O) yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan. Contoh : Lanolin dan Cold Cream(Howard Ansel C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi).

C. Dasar Salep yang dapat Dibersihkan dengan Air Merupakan emulsi minyak dalam air (O/W) yang mudah dibersihkan dengan air, biasa disebut sebagai cream, sering digunakan untuk dasar kosmetik. Keuntungan dasar salep yang dapat dibersihkan dengan air adalah : 1. Bahan obat menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini dari pada menggunakan dasar salep hidrokarbon. 2. Dapat diencerkan dengan air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan dermatologik. (Howard Ansel C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi).

D. Dasar Salep Larut dalam Air Dasar salep larut dalam air disebut juga sebagai dasar salep berlemak. Dasar salep ini hanya mengandung komponen yang larut dalam air yang disebut greaseless karena tidak mengandung bahan berlemak larutan air tidak efektif dicampurkan kedalam bahan dasar ini karena mudah melunak dengan penambahan air. (Howard Ansel C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi).

BAB IV KUALITAS DASAR SALEP

I. Kualitas dasar salep yang baik adalah : Stabil, yaitu selama masih digunakan untuk mengobati maka salep harus bebas dari inkompabilitas, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembapan kamar. (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah Farmasi). Lunak, yaitu semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus seluruh produk harus lunak dan homogen. (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah Farmasi). Mudah dipakai, umunya salep emulsi yang paling mudah dipakai dan mudah dihilangkan dari kulit. (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah Farmasi). Dasar salep yang cocok, yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepaskan obatnya pada daerah yang diobati. (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah Farmasi). Dapat terdistribusi merata, yaitu obat harus terdistribusi merata pada dasar salep padat atau cair pada pengobatan. (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah Farmasi).

BAB V

10

PEMILIHAN DASAR SALEP

I. Pemilihan dasar salep harus memperhatikan faktor-faktor berikut : Khasiat yang diinginkan, (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah Farmasi). Sifat bahan obat yang dicampurkan, (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah Farmasi). Ketersediaan hayati dan (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah Farmasi). Stabilitas dan Jaya tahan sediaan jadi dalam penyimpanan. (Ilmu Resep Kelas I Untuk Sekolah Menengah Farmasi).

BAB VI

11

KOMPONEN UMUM SALEP

Salep terdiri dari basis salep, yang dapat berupa sistem sederhana (misalnya vaselin) atau dari komposisi yang lebih kompleks (misalnya sistem yang mengandung emulgator), bersama dengan bahan aktif atau kombinasi bahan aktif. Bahan aktif adalah zat berkhasiat yang digunakan untuk mendapatkan efek yang diinginkan. (R. Voight, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi)

BAB VII

12

PENGGUNAAN SALEP

I. Salep yang digunakan pada kulit. Salep yang digunakan pada kulit memungkinkan kulit untuk mengatur absorpsi obat. Pada umumnya, menggosokkan atau mengoleskan waktu pemakaian pada kulit akan meningkatkan jumlah obat yang diabsorpsi dan semakin lama mengoleskan dengan digosok-gosok semakin banyak pula obat diabsorpsi. (Howard Ansel C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi).

II. Salep yang digunakan pada mata. Salep yang digunakan pada mata ditempatkan pada garis tepi kelopak mata. Salep mata dituntut harus steril atau ekstrim miskin kuman (angka kuman 0) dan tidak merangsang, memiliki daya lekat yang baik pada mata, daya sebar memuaskan dan lembut. Salep mata ini diisikan ke dalam tube yang terbuat dari plastik atau timah dimana sebelumnya telah dibuat steril. Tube-tube ini khas kecil, yang isinya kurang lebih 3,5 g salep dan dicocokkan dengan ujungnya berliku sempit yang memungkinkan lompatan segumpal kecil salep(Howard Ansel C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi).

BAB VIII

13

EVALUASI

1. Salep merupakan salah satu contoh obat yang pemakaiannya secara transdermal atau melalui permukaan kulit.(Howar C.Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi). 2. Salep dapat mengandung obat atau tidak mengandung obat, yang disebut terakhir biasanya dikatakan sebagai dasar salep (basis ointment) dan digunakan sebagai pembawa dalam penyiapan salep yang mengandung obat. (Howard C.Ansel, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi). 3. Absorpsi obat melalui kulit Prinsip dasar difusi zat melalui membran. Prinsip absorpsi obat atau zat melalui kulit adalah difusi pasif , oleh karena itu perlu dipahami mengenai prinsip dasar difusi zat melalui membran. Difusi pasif adalah proses dimana suatu substansi bergerak dari daerah suatu sistem pada daerah lain dan terjadi penurunan kadar gradien diikutu bergeraknya molekul. (Moh.Anief, Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar Penyakit Kulit ). 4 . Tes Homogenitas Jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen. (Ilmu Resep Kelas I untuk Sekolah Menengah Farmasi). 5. Sterilisasi Salep Mata

14

Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari seorang teman, yaitu Susandika Cahyono, sterilisasi salep mata pada pabrik yaitu pembuatan salep dilakukan dengan cara biasa (dicampurkan secara homogen) dan dimasukkan ke dalam tube dengan cara biasa pula. Setelah menjadi satu kemasan yang utuh , kemudian disinari dengan sinar ozon. Sinar ozon di sini berfungsi untuk menghentikan pertumbuhan mikroba. Dengan demikian salep mata siap untuk dipasarkan. Tetapi berdasarkan yang penulis peroleh ketika duduk di bangku SMF pembuatan salep mata dilakukan dengan cara diserkai panas, yaitu semua bahan ditimbang dalam cawan penguap yang telah dilapisi dengan kertas penyaring, kemudian dileburkan di atas penangas air. Setelah lebur, diangkat dan serkai. Kertas saring di sini berfungsi untuk menyaring kotoran yang ada dalam bahan salep. Namun cara ini hanya dapat menyaring kotoran yang mempunyai partikel padat dan kasat mata, sedangkan virus dan mikroba yang tak dapat dilihat dengan mata telanjang tidak dapat disaring.

15

BAB IX FORMULA UNGUENTA

ACIDI SALICYLICI SULFURIS UNGUENTUM Salep Asam Salisilat Belerang Salep 24

Komposisi.

Tiap 10 g mengandung : Acidum Salicylicum 200 mg

16

Sulfur Vaselinum album hingga Penyimpanan Dosis Ditanya : Dalam wadah tertutup rapat. : 3 sampai 4 kali sehari, dioleskan. Sulfur - Praecipitatum - Depuratum Penyelesaian

400 mg 10 g

: - Acid. Salicyl + etanal 95% + vaselin album, gerus (dikeluarkan) (Formularium Nasional)

HYDROCORTISONI UNGUENTUM Salep Hidrokortison

Komposisi

Tiap 10 g mengandung : Hydrocortisonum Adeps Lanae Vaselin album hingga 100 mg 1 g

10 g

Penyimpanan Dosis Catatan

: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya. : 2 sampai 4 kali sehari, dioleskan. : 1.Digunakan Hidrokortison serbuk sangat halus.

17

2.Dapat juga digunakan Hidrokortison Asetat serbuk sangat halus. 3.Sediaan berkekuatan lain : 50 mg ; 250 mg. Penyelesaian : Hydrocortison + adeps lanale+ vaselin dalam mortir. Gerus ad homogen (Formularium Nasional)

UNGUENTUM LENIENS Salep Sejuk

Komposisi

Cetaceum Cera alba Paraffinum liquidum Natrii Tertaboras Aqua destillata 19

12,5 g 12 56 g g

500 mg ml

Penyimpanan Dosis Penyelesaian

Dalam wadah tertutup rapat. : 2 sampai 3 kali sehari, dioleskan. - Cetaceum + cera alba + Paraff. Liq dalam cawan diuapkan di atas water bad - Natrii Tertaboras dilarutkan dalam air panas, kemudian masukkan ke dalam hasil leburan, tambahkan sisa air panas, kemudian gerus ad homogen dan dingin. (Formularium Nasional)

18

CHLORAMPHENICOLI UNGUENTUM Salep Kloramfenikol

Komposisi.

Tiap 10 g mengandung : Chloramphenicolum Propylenglucolum Adeps Lanae Vaselinum album hingga 200 mg 1 1 g g

10 g

Penyimpana Dosis Catatan Penyelesaian

: Dalam wadah tertutup rapat atau dalam tube. : 2 sampai 3 kali sehari, dioleskan. Pada etiket harus juga tertera : Daluwarsa. - Kloramfenikal digerus dengan propylenglikal dalam lumpang - tambahkan Adeps Lanae, gerus - kenudian tambahkan vaselin album, gerus ad homogen (Formularium Nasional)

AETHYLIS AMINOBENZOATIS TANNINI UNGUENTUM Salep Etil Aminobenzoat Tanin Salep Wasir

19

Komposisi.

Tiap 10 g mengandung : Aethylis Aminobenzoas Tanninum Adeps Lanae Vaselinum Flavum hingga 20 g 1 g 2 g 10 g

Penyimpanan Dosis Penyelesaian

: Dalam wadah tertutup baik. : 2 sampai 3 kali sehari, dioleskan. - Aethylis Aminobenzoas digerus dengan Adeps Lanae dalam lumpang. - Tannin digerus dengan Vaselin Flavium, kemudian tambahkan campuran di atas, gerus ad homogen. (Formularium Nasional)

20

DAFTAR PUSTAKA

Anif, Moh. 1997. Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar Penyakit Kulit. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. _________. 2000. Farmasetika. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. _________. 2003. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Ansel C, Howard. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta. ________. 1978. Formularium Nasional. Jakarta. ________. 1994. Ilmu Resep Kelas I untuk Sekolah Menengah Farmasi. Jakarta. Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

21

You might also like