You are on page 1of 8

PENSIUN DINI BAGIAN II 0leh : Titus Joko Alif, SH.

Apa yang menjadi factor penyebab timbulnya pensiun dini dikalangan PNS ? Berdasa rkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1969 terutama pada pasal 9, bahwa untuk menga jukan pensiun dini harus ada kejelasan dalam menyampaikan suatu alasan yang tepa t dan mendasar pada kenyataan yang dihadapinya bukan karena suatu tujuan tertent u diluar dugaan yang tidak diharapkan oleh aturan yang sebenarnya. Bahwa pengaju an pensiun dini ini merupakan wewenang dalam kebijaksanaan instansi tersebut. Ka lau dalam instansi terdapat kasus seorang PNS mengajukan pensiun dini, maka kepu tusan dalam pengajuan pensiun dini instansilah yang berhak menentukan keputusann ya, kalau memang benar-benar suatu keadaan yang terjadi pada PNS tsb. Bahwa sebe narnya proses pengajuan pensiun dini ini perlu ada prosedur yang tepat guna dan dapat dipertimbangkan lebih dulu sebelum ada suatu keputusan, maka perlu menentu kan alternative yang tepat , yaitu yang pertama kalau memang perlu dipensiun din i karena suatu keadaan yang memaksa dengan menunjukkan bukti yang ada dan sah me nurut hokum. Yang kedua tidak perlu dipensiun karena PNS tsb dapat diselesaikan permasalahan secara baik berdasarkan pertimbangan ataupun hasil pengujian, baik secara medis maupun secara professional dari pejabat yang berwenang untuk menen tukan hasil yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Alternative ketiga ada suatu tindakan yang dipandang lebih adil dan bijaksana karena PNS telah melakuk an tindakan yang tak terpuji dan merupakan suatu pelanggaran Peraturan Disiplin sebagai PNS, maka alternative ke 3 tsb bukan merupakan pemberhentian dengan horm at dengan memperoleh hak pensiun melainkan pemberhentian dengan tidak hormat kar ena jelas terbukti melakukan pelanggaran Hukum atau pelanggaran Disiplin sebagai PNS. Kalau memang dari hasil keputusan dalam pengajuan pensiun dini dipandang sudah m endasar, atau ada bukti yang autentik baik dari hasil pertimbangan secara medis ataupun secara professional dari pejabat instansi yang berwenang, maka tindakan selanjutnya instansi wajib menyampaikan laporan ke Kantor Pusat atau Kementerian /Lembaga secara tertulis dengan disertai bukti-bukti hasil pengujian kesehatan b ilamana kalau PNS sakit/punya penyakit, atau dari hasil pertimbangan pejabat ins tansi yang berwenang yang dapat dipertanggungjawabkan dan disertai lampiran seba gai kelengkapan persyaratan pensiun, sebagaimana pengajuan pensiun pada umumnya untuk diproses secara lanjut. Bahwa pengajuan pensiun dini ini prosesnya tidak langsung ke Kantor Regional I Badan Kepegawaian Negara Yogyakarta, bilamana ins tansi tsb berdomisili di wilayah DIY dan Jawa Tengah, melainkan ke Kantor Pusat. Lain halnya kalau ada PNS yang mencapai batas usia pensiun harus melalui Kantor Regional I BKN Yogyakarta, baik kepada PNS yang bergolongan ruang I/a sampai d engan IV/b dapat diproses di Kantor Regional I BKN Yogyakarta, kecuali bagi pang kat golongan IV/c ke atas diproses di Kantor Pusat. Ini merupakan pemahaman bagi PNS yang hendak mengajukan pensiun. Informasi ini diperoleh dari Kantor Regiona l I BKN Yogyakarta pada bulan September 2010. Kembali pada persoalan pensiun dini, bahwa pengajuan pensiun dini harus dapat m enunjukkan bukti-bukti yang mendasar, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan ter utama bagi PNS yang bersangkutan demikian juga instansi. Kalau tidak dapat membu ktikan secara alasan yang rasional, maka akan menimbulkan pula permasalahan yang baru dan menimbulkan dampak social dikalangan pegawai pada umumnya. Dasar dalam menentukan pensiun dini pada hakekatnya ada berbagai factor penyeba b yang mendorong timbulnya pensiun dini atau pensiun belum pada saatnya PNS dipe nsiun menurut Undang-Undang ataupun peraturan lain yang mengaturnya. Dalam sorat an yang ada dikalangan instansi terdapatnya pensiun dini disebabkan karena : 1. Faktor kesehatan yang tidak mendukung bagi PNS.

Faktor kesehatan yang tidak mendukung ini dikarenakan PNS mengalami halangan ker ja berupa penyakit sebagai penyebab, hal ini akan menimbulkan terhambatnya akti vitas kerja sehingga aktivitas menjadi berhenti maka timbullah permasalahan yan

g dihadapi pada instansi tsb ( misalnya pekerjaan dinas terbengkelai, menumpuk-n umpuk pekerjaan dan tidak ada yang mengerjakan pekerjaan tsb dari PNS lain ). Ha l tsb justru akan menjadi beban dan pertanggungjawaban yang tidak jelas, apalagi kalau pekerjaan tsb sangat diperlukan atau mendesak, dan lebih parah lagi kalau pimpinan instansi tidak pro active . Ini perlu adanya tindakan yang active dan perlu penyelesaian yang selaras dari semua pihak serta komitmen yang baik. Gang guan penyakit bisa terjadi pada PNS kapan saja, gangguan fisik dapat berupa day a kemampuan fisik pegawai tsb sudah tidak memungkinkan lagi (tidak memandang usi a tua ataupun muda ), usia juga berpengaruh karena kekuatan dan kemampuan minim terbatas. Datangnya penyakit yang tidak diduga oleh PNS tsb hal ini tidak mengen al usia. Penyakit lain karena gangguan mental yaitu PNS mengalami gangguan psiko logis/psikis mungkin karena beban mental ( tidak mengenal usia ) yang berat. Beb an mental ini disebabkan karena beban pekerjaan atau beban lainnya, sehingga men urut kemampuan mentalnya tidak memungkinkan untuk beraktivitas, sehingga pegawai tersebut timbullah gangguan mental dapat berupa stress berat, psikopat, penyaki t psikis, paranoid, gila, hypersex dsb. Bagi yang stress berat juga menimbulka n penyakit lain seperti : maagh, liver, ginjal, jantung, hypertensi, anemia, gul a dsb. Kenapa PNS bisa menerima beban berat pekerjaan ? Ada beberapa kemungkinan yang dihadapi oleh PNS : a. Pekerjaan yang ditangani oleh pegawai tsb terlalu berat. b. Pegawai tsb tidak menguasai pekerjaannya karena tidak sesuai dengan bidan gnya, baik dipandang secara pengetahuan ataupun secara pengalaman. c. Pimpinan terlalu memberikan beban pekerjaan yang tidak sesuai dengan porsi nya. d. Pimpinan terlalu otoriter. e. Pekerjaan dikerjakan tanpa ada bantuan pihak lain ( tidak adanya kerjasama antar pegawai ). f. Pegawai tidak dapat mengatur waktunya dengan baik dalam melaksanakan perke rjaan. g. Lingkungan kerja tidak mendukung. h. Pekerjaan begitu berat tingkat kesejahteran pegawai kurang. i. Beban keluarga dibarengi dengan beban pekerjaan. j. Fasilitas kerja/sarana kerja tidak mendukung dan sering terjadi gangguan k erja. k. Pekerjaan banyak, kemampuan kurang dan fasilitas tidak ada. l. Pimpinan tidak menyenangkan karena selalu marah-marah tanpa sebab. m. Ketidak adilan dalam lingkungan kerja. n. Pegawai merasa tidak dipergunakan karena factor psikologis dari pimpinan k etidak senangan terhadap pegawai tsb, walaupun sebenarnya pegawai tsb mempunyai kemampuan dan potensi, justru yang lain dipandang tidak mampu dan bermasalah dim anfaatkan dalam kegiatan tertentu. o. Intelgensi suatu kepemimpinan terhadap bawahan kurang dalam penilaian, seh ingga timbul kecemburuan social di kalangan pegawai. p. Pimpinan selalu berkomentar dan menilai kekurangan/kejelekan bawahnya namu n tidak memberikan arahan yang benar. q. Pimpinan merasa kewalahan menghadapi bawahannya. r. Dsb. Apabila suatu instansi dalam menghadapi kejadian seperti itu misalnya ada PNS ya ng menderita sakit cukup lama tanpa ada pemberitahuan ataupun laporan, sehingga berbulan-bulan dan tidak ada kejelasan yang pasti, maka tugas dan kewajiban inst ansi adalah perlu mengadakan pendekatan keluarga tanpa didasari dugaan yang sala h sebelum menunjukkan bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi respon yang salah yang menimbulkan dapak social yang tidak di kalangan masyarakat atau kalangan pegawai, dengan tidak menduga dan tidak ber asumsi yang keliru dulu dalam mengabil kebijaksanaan. Disinilah instnasi terutam a kepegawaian/personalia/badan administrasi perlu mencari bukti yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Dan jangan sekali-kali instansi memberikan keputusa n yang tidak mendasar karena hanya mendengar dari pihak lain, ini sangat merugi kan bagi pegawai maupun instnasi sendiri. Bahwa kehadiran instansi sangat berart

i bagi pegawai yang bermasalah baik yang sakit maupun yang tidak sakit. Kehadir an pejabat instansi merupakan kunci dalam memberikan penyelesaian permasalahan y ang dihadapi pegawai. Kalau memang pegawai tsb benar-benar sakit atau mempunyai penyakit, maka tindakan pejabat instansi menyarankan kepada keluarga untuk diada kan pemeriksaan lebih lanjut bilamana pegawai tsb menurut keluarganya memandang saran dari pejabat instansi dianggap sudah relevan maka hal ini perlu ada pertim bangan secara pro active. Dari hasil pendekatan keluarga tsb perlu dikaji dan di pertimbangkan oleh para pejabat di instansi bukan berdasarkan keputusan sepihak dari pejabat instansi, Jadi dalam hal ini perlu adanya prosedur dan system koord inasi yang tepat. Setelah mendapat komitmen dari para pejabat instansi maka perl u ada tindak lanjut yaitu instansi mengirimkan surat ke Kementerian Kesehatan le wat Dinas Kesehatan setempat untuk mengajukan permohonan Pengujian Kesehatan ter hadap pegawai yang menderita sakit. Setelah permohonan tersebut dikabulkan maka pihak Dinas Kesehatan menunjuk Rumah Sakit yang terdekat dan menunjuk Tim Penguj i Kesehatan yaitu para dokter-dokter ahli di bidang medis yang dipercaya guna m elakukan tes kesehatan bagi penderita/pegawai yang sakit. Dan Dinas Kesehatan ju ga menentukan waktunya kapan ? Itu disampaikan lewat surat balasan ke instansi yang mengajukan/pemohon. Barulah instansi mengambil tindakan yaitu menyampaikan pemberitahuan lebih dulu apabila surat tsb ada temponya, kemudian hari berikutny a pejabat instansi mendatangi rumahnya untuk membawa/menjemput pegawai yang saki t untuk diadakan pengujian kesehatan di rumah sakit yang ditunjuk. Pada waktu me ndatangi rumahnya maka otomatis pihak instansi juga menyediakan sarana pengangku t yaitu berupa mobil/ambulance untuk membawa ke RS yang ditunjuk. Yang dimaksud pejabat instansi adalah bisa pimpinan atau pimpinan yang menunjuk stafnya untuk mendapingi pegawai yang dibawa ke Rumah Sakit, namun lebih bagusnya selain staf juga pimpinan dengan tujuan supaya si pegawai yang sakit merasa diperhatikannya . Setelah di RS di diadakan pengujian hingga tuntas maka hasil pemeriksaan bagi penderita sakit tidak diberikan pada saat itu, namun lain waktu tergantung menu nggu hasil yang pasti untuk mengetahui keadaan pegawai setelah diperiksa. Setela h sekian hari, minggu bahkan bisa sebulan hasil tersebut disampaikan ke instansi secara rahasia tidak lewat pegawai yang sakit. Hasil tersebut merupakan Keputusan dari Tim Penguji Kesehatan Rumah Sakit berdasarkan pemeriksaan secara medis dan alat yang canggih. Apabila dari Hasil Keputusan Tim Penguji Kesehatan (Tim Medis) menyatakan bahwa PNS tsb tidak memenuhi syarat untuk menjalankan t ugas sebagai PNS atau ditolak. Dengan pernyataan tsb apa yang perlu dilakukan ol eh instansi ? Pertama, pejabat instansi terutama pimpinan kepegawaian dan pimpi nan lainnya menyampaikan kepada keluarganya dengan memberikan hasil Pengujian Ke sehatan secara tertutup tanpa dibuka oleh siapapun dan diterima langsung keluarg anya. Apabila pihak keluarga dapat memahami atas kejadian tsb, maka tidak ada ke mungkinan keluarga menerima segala keputusan dari instansi. Dengan demikian untu k melangkah selanjutnya pihak instnasi menyampaikan laporan tertulis secara raha sia ke Kantor Pusat atau Kementerian/Lembaga dan sekaligus melengkapi persyarata n untuk memohon pensiun dini karena sakit yang tidak dimungkinkan untuk sembuh m enderita sakit kronis menurut hasil Keputusan Tim Penguji Kesehatan ( Tim Medis ). Kelengkapan persyaratan pension dini ini meliputi : a. b. saat c. d. Hasil Keputusan dari Tim Penguji Kesehatan (Tim Medis) yang asli. Surat-surat dan photo rontgen dan lain-lainnya dari hasil pemeriksaan pada diadakan pengujian kesehatan di rumah sakit. Kelengkapan pensiun pada umumnya. Surat Pengantar disertai dengan hasil pertimbangan.

Syarat untuk pensiun dini ini ada ketentuannya menurut Peraturan Pemerintah Repu blik Indonesia Tahun 1979 pada pasal 9 ayat 1 sub c, harus memiliki masa kerja sekurang-kurangnya 4 tahun dan oleh badan/pejabat yang ditunjuk oleh Departemen Kesehatan berdasarkan peraturan tentang pengujian kesehatan Pegawai Negeri, di nyatakan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga karena keadaan jasma ni dan rohani, yang tidak disebabkan oleh dan karena ia menjalankan kewajiban ja batannya.

Jadi sudah jelas bahwa apa yang ada dalam ketentuan ini sebagai dasar untuk meng ajukan pensiun dini bagi PNS yang benar-benar sakit kronis. Kalau penyakitnya t idak parah ada kemungkinan untuk sembuh ada solusi lain yaitu permohonan cuti ka rena sakit berdasarkan keterangan dokter. Namun kalau sudah terlanjur dalam Peng ujian Kesehatan, inipun para dokter akan menyampaikan hasilnya sesuai dengan pem eriksaan yang telah dilakukan berdasarkan bukti yang akurat dan dapat dipertangg ungjawabkan, sebab merupakan sumpah seorang dokter dalam menjalankan tugasnya, j adi hasilnya benar-benar membuktikan dari segi positifnya. Karena hal yang demik ian itu tidak dapat direkayasa. Misalnya pihak instansi mengharapkan untuk dipen siun tetapi kesepakatan dokter-dokter ahli dengan disertai alat/sarana yang cang gih, hal demikian itu mustahil untuk dilakukan penyimpangan pernyataan. 2. Alasan PNS tidak sanggup bekerja lagi. Alasan tsb menunjukkan bahwa setiap PNS apabila merasa bosan bekerja di instansi maka perlu menyampaikan alasan yang rasional. Yang artinya bahwa kenapa PNS men yampaikan alasan tsb untuk mengajukan pensiun ? Apakah pegawai tsb sudah memaham i peraturan tentang pensiun ? Bukan suatu alas an bilamana PNS ingin pensiun unt uk menghindari masalah, baik di kantor, keluarga ataupun permasalahan lain yang dihadapinya ? Yang jelas pengajuan pensiun atas permintaan sendiri bukan suatu r ekayasa atau alasan yang dibuat-buat. Boleh saja PNS untuk memohon mengajukan pe nsiun pada saat belum mecapai usia batas usia pensiun. Sebab dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 1969, disitu menyebutkan tentang pensiun yaitu bilamana PNS tela h mencapai usia 50 tahun dan mempunyai masa kerja sekurang-kurangnya 20 tahun, maka hal ini dapat dijalankan. Banyak terjadi kasus pegawai dalam pengajuan pensiun dini dengan alasan-alasan t ertentu, tetapi ada juga alasan pensiun dini tsb hanya untuk menutupi segala kem ungkinan yang dihadapi oleh pegawai, misalnya pegawai dibebani hutang dimana-man a, judi, selingkuh, tidak hadir dalam kerja dan perbuatan-perbuatan yang tak ter puji lainnya, hal ini akan mencemari dirinya selain itu juga instansi yang terk ena. Dan jangan sampai instansi salah dalam mengambil keputusan untuk menentukan arah dalam mengajukan pensiun dini kepada pegawai yang bermasalah. Sebab pensiu n merupakan penghargaan dari Pemerintah terhadap PNS yang telah mengabdi sekian tahun dan berjasa terhadap bangsa dan Negara. Kalau memang terbukti pegawai tsb bertentangan dengan tujuan Pemerintah dan Peraturan yang berlaku maka perlu per timbangan yang masak. Pensiun dini ini harus ada permohonan dan pernyataan yang menunjukkan alas an ya ng tepat dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Maka sebagai pejabat yang berwenang disuatu instansi dalam menerima pengajuan dari pegawai perlu dikaji u lang dan kalau perlu diadakan tatap muka lebih dulu antara pegawai yang mengajuk an pensiun dini dengan Kepala Kepegawaian (pimpinan personalia) untuk dimintai alas an-alasan yang sebenarnya sebagai pertanggungjawabannya. Setelah ada kepast ian bahwa pegawai tsb tetap mengharapkan pensiun maka perlu ada Rapat Koordinasi antara Kepala Kepegawaian dengan Pejabat lainnya guna mempertimbangkan sebagai upaya atau penyelesaian yang lebih tepat. Jangan sampai hasil keputusan itu hany a ditangani oleh sepihak tapi harus melalui prosedur dan system koordinasi yang baik. Maka sangat perlu bilamana dalam instansi ada system koordinasi yang terpa du untuk menyelesaikan masalah kepegawaian termasuk kasus pegawai akan mengajuka n pensiun dini. Keputusan harus berdasarkan pertimbangan yang rasional, relevan dan dapat dipertanggungjawabkan secara hokum bukan merupakan keputusan yang sepi ntas. Sebab dengan Keputusan sepintas akan menyalahi system dan prosedur. Sebaga i contoh saja bila ada pegawai yang jelas-jelas bermasalah kenapa harus diajukan pensiun dini ? Mungkin karena factor psikologis : pimpinan tidak suka lagi, pim pinan merasa jera melihat tingkah lakunya, pimpinan tidak mau pusing, ini dari p ihak pimpinan. Kemudian dari pihak pegawai juga bisa menjadi kemungkinan : pegaw ai merasa tidak betah melihat lingkungan kerjanya, pegawai tidak disenangi oleh kawan kerjanya dan pimpinan, pegawai nyambi kerja ditempat lain, pegawai buka us aha bisnis, beban hidup keluarga merasa berat dan nyambi pekerjaan tempat lain d isamping kerja di kantor, namun pegawai tsb lebih rela pensiun tetapi dapat kerj aan lain, sebab kalau nyambi rasanya repot dsb.

Pensiun dini perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi pegawai serta ditentuk an oleh Undang-Undang atau peraturan lain yang mengaturnya . Jangan sampai keput usan yang tidak mendasar menjadi factor penyebab permasalahan dalam instansi, de ngan alasan alasan yang kurang rasional sebab hal ini akan menjadi boomerang dan menjadikan permasalahan di kalangan para pegawai, maka timbul asumsi yang ada d alam masyarakat / lingkungan kerja. Hal yang demikian perlu ada antisipasi mence gah terjadi gejolak dalam lingkungan kerja. Bila dalam membuat kebijaksanaan per lu ada gagasan dan pertimbangan yang lebih baik dan tidak menimbulkan gejolak d alam lingkungan kerja. Kecuali pejabat instansi melakukan pembinaan terhadap peg awai yang bermasalah misalnya jarang hadir dalam kerja, terutama pimpinan unit k erja yang wajib membina, tidak langsung ke Pimpinan Kepegawaian/personalia. Seba b dalam pembinaan terhadap pegawai harus melalui prosedur dan tahapan yang tepa t. Dan apalagi pegawai ybs berada dalam pengawasan pimpinan unit kerja masing-ma sing. Sebab dalam Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010 perlu ada pemahaman be rsama yaitu kewajiban seorang pimpinan adalah wajib melakukan pembinaan terhadap pegawai, demikian juga pegawai siapa saja wajib mentaati peraturan masalah kedi siplinan, sebab kalau tidak ancaman/ sanksi yang mengungkapkannya. Sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku tentang pensiun sebagaimana diatur dalam UU No. 11 Tahun 1969 maupun PP No. 32 Tahun 1972 menjadikan pedoman bagi semua pegawai, agar dalam menentukan suatu keputusan berdasarkan pada aturan tsb . Untuk pensiun dini atas permintaan sendiri sebagaimana di atas tadi menyebutka n ketentuan usia maupun masa kerja, yang diatur dalam UU No. 11 Tahun 1969 pasal 9, sebab hal ini tidak dapat ditawar lagi misalnya dalam masa kerja mencapai 19 tahun 11 bulan dan usia mencapai 49 tahun, maka hal ini dapat diputuskan sesuai peraturan yang berlaku. Lain halnya pensiun dini karena sakit berdasarkan keput usan dari Tim Penguji Kesehatan ( Tim dokter ahli ) bisa saja diadakan pensiun dini biarpun belum mencapai masa kerja 20 tahun, namun ada ketentuan lain yang m engaturnya yaitu pada Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1972 pada pasal 11 dan pasal 17 ayat 2. ini yang menjadi pemahaman bagi kita semua. 2. Alasan lain akibat dari suatu kejadian yang tak terduga. Dalam Ketentuan yang mengatur terutama pada Peraturan Pemerintah RI No. 32 tahun 1972 terutama dalam pasal 6 yang berbunyi sbb : Apabila ada penyederhanaan suatu satuan organisasi Negara yang mengakibatkan ada nya kelebihan PNS, maka PNS yang berkelebihan itu disalurkan kepada satuan organ isasi lain. Ini menunjukkan bilamana terjadi kasus yang demikian itu Pemerintah berupaya dalam mengatasi kejadian tsb seandainya hal itu terjadi, maka bagi PNS yang kelebihan dalam satuan organisasi tsb ( instansi ) dapat diupayakan untuk disalurkan ke satuan organisasi lain sepanjang satuan organisasi tsb menerimanya untuk dapat bekerja. Namun apabila satuan organisasi lain ada yang tidak meneri manya dengan alas an tidak dapat menampung karena akan melebihi target personiln ya sebab telah ditentukan oleh Pemerintah. Bagaimana dengan PNS yang merasa tida k menerima ke satuan organisasi ( instansi ) lain ? Adakah kebijaksanaan Pemerin tah mengatasi permasalahan tsb ? Ya tentu ada solusinya hal ini dapat kita perha tikan dalam PP No. 32 tahun 1972 pada pasal 7 yang berbunyi sebagai berikut : Apabila penyaluran sebagaimana dimaksud dalam pasal 6 tidak mungkin dilaksanakan, maka PNS yang kelebihan itu diberhentikan dengan hormat sebagai PNS atau dari Jabatan Negeri dengan mendapat hak-hak kepegawaian berdasarkan peraturan perunda ng-undangan yang berlaku. Demikian adanya apabila kalau PNS memang sulit disalurkan di instansi lain dan tidak ada yang menerima atau menampungnya solusi Pemerintah adalah diberhentika n sebagai jabatan PNS dengan menerima hak-hak kepegawaian berupa pensiun. Hal in i diatur dalam Pasal 16 PP No. 32 Tahun 1972 yang berbunyi : Kepada PNS yang diberhenikan dengan hormat sebagai PNS, diberika hak-hak kepegaw aian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagaimana ketentuan yang mengatur bagi PNS apabila diberhentikan dengan hormat u ntuk menerima hak pensiun ? Untuk lebih jelasnya pengaturan soal PNS yang dipen siun karena kelebihan pegawai susah disalurkan ke satuan organisasi lain, maka solusi pemerintah dalam hal ini adalah mengupayakan dengan pensiun dini bagi PN

S tsb, namun ada ketentuannya sebagaimana yang di atur dalam PP No. 32 tahun 197 9 pada pasal 17 ayat 1 yang berbunyi sebagai berikut : PNS sebagaimana dimaksud dalam pasal 7, pasal 11 huruf b dan huruf c, dan pasal 15 ayat (2) : a. diberhentikan dengan hormat sebagai PNS dengan hak pension, apabila telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 ( lima puluh ) tahun dan memiliki masa kerja pension sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun; b. diberhentikan dengan hormat dari Jabatan Negeri dengan mendapat uang tungg u, apabila belum memenuhi syarat-syarat usia dan masa kerja sebagimana dimaksud dalam huruf a. Jadi penyederhanaan suatu organisai ini karena suatu sebab kelebihan PNS, maka solusi pemerintah ada 2 alternatif : 1. Dapat disalurkan ke instansi lain bilamana instansi tersebut dapat dimungk inkan menerimanya. 2. Dapat dimungkinkan pula PNS tsb diberhentikan dengan hormat dan menerima h ak pension, dengan ketentuan sebagaimana dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dapatkah PNS yang bermasalah untuk dapat diajukan diberhentikan dengan hak mener ima pensiun ? Bahwa istilah pemberhentian menurut peraturan perundang-undangan y ang berlaku ada 2 (dua) hal yang perlu diketahui bersama yaitu : 1. Diberhentikan dengan hormat untuk menerima hak pension. 2. Diberhentikan dengan tidak hormat (dipecat/dikeluarkan) sebagai PNS karena terdapat pelanggaran aturan hukum yang berlaku atau peraturan Disiplin sebagai PNS. Pertanyaan tsb menunjukkan bahwa bagi PNS yang bermasalah atau mempunyai masalah apa dapat di pension dini ? Semua tergantung pada permasalahan yang dihadapinya , apakah permasalahan tsb sengaja atau tidak ? Kalau permaslahan tsb timbul kare na factor kesengajaan misalnya PNS tersebut mempunyai perilaku dan perbuatan ya ng menyimpang ketentuan baik menurut aturan disiplin pegawai atau aturan hukum l ainnya sebagai salah satu contoh : a. Tidak pernah hadir dalam kerja dan tidak pernah absent hingga berbulan-bu lan tanpa ada keterangan dan kejelasan, bila hadir hanya menerima gaji saja. b. Melantarkan pekerjaan dinas. c. Menyalahgunakan wewenang. d. Melakukan tindakan yang tak terpuji. e. Hubungan dengan rekan kerja tidak harmonis. f. Mengingkari kewajiban dan tanggung jawab baik sebagai PNS ataupun sebagai anggota masyarakat. g. Selalu bikin onar dalam lingkungan kerja h. Pelanggaran terhadap Peraturan Kedisiplinan dsb. Jadi kalau kita mengetahui hal diantara contoh tsb jelas saja tidak dapat dijad ikan pertimbangan untuk diusulkan pensiun dini, yang jelas diberhentikan dengan tidak hormat tidak menerima hak pensiun . Sebab perlu diketahui dengan pasti dalam Peraturan Pemerintah RI No. 53 Tahun 20 10 mengatakan bahwa, apabila PNS tidak pernah hadir dan tidak pernah absent sela ma 46 hari atau lebih, maka dijawab dalam pasal 10 angka 9 sub bd dapat diberhen tikan dengan tidak hormat. Maka instansi perlu hati-hati dalam menjatuhkan keput usan atau kebijaksanaan, sebab contoh tersebut tidak dapat ditoleransi. Bukan ka rena factor psikologi tetapi akan menimbulkan dampak yang tak berarti. Bagaimana prosedur terjadinya pensiun dini di Kantor BBRSBD Prof. Dr. Soeharso S urakarta ? Berdasarkan data yang saya peroleh di Sub Bagian Kepegawaian, bahwa benar BBRSBD Prof. Dr. Soeharso Surakarta pernah mengusulkan PNS dalam permohonan pensiun di ni dan bahkan sudah menerima pensiun sebanyak 3 orang dan 1 orang baru akan pen siun di tahun 2010 ini. Dalam proses pension dini ini ada 2 hal permasalahan : 1. Atas permohonan sendiri untuk pensiun dini, yaitu sebanyak 2 orang sejak t ahun 2002 hingga tahun 2010 semua pegawai pria. Kedua Pegawai tersebut bernama Sdr. Sahari merupakan awal pertama dalam pengaju

an pension dini dan disusul Sdr. Bandi Suprapto yang telah menerima SK Pensiun t erhitung mulai tanggal 1 Desember 2010. Bagi PNS yang mengajukan permintaan send iri ini juga dibuktikan adanya surat pernyataan yang bermetrai Rp. 6.000,- dan ditandatangi di depan pimpinan /kepala Sub Bagian Kepegawaian. Untuk sdr. Bandi Suprapto telah diproses sejak bulan Januari 2010 kemudian SK terima pada bulan September 2010 sedang untuk menerima pension pertama bulan Desember 2010 . Untuk prosespensiun dini ini dilakukan di Kementerian Sosial RI lewat Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial. 2. Atas Keputusan Tim Penguji Kesehatan karena factor kesehatan yang tidak me mungkinkan PNS bekerja sebagai jabatan negeri, yaitu 2 orang pegawai sejak tahun 2005 hingga tahun 2010 semua pegawai wanita. Kedua pegawai tersebut bernama Sdr . Siti Mahmudah pensiun sejak tanggal 1 Juli 2005 dan disusul Sdr. Susilowati d engan menerima SK Pensiun terhitung mulai tanggal 1 Januari 2010. Untuk Sdr. Sus ilowati ini dip roses sejak bulan Juli 2009 . Pemrosesan pension dini karena sak it ini didasarkan pada hasil Keputusan dari Tim Penguji Kesehatan Rumah Sakit Dr . Muwardi Surakarta Nomor Surat 812/2678/2009 tanggal 23 Juli 2010 yang menyatak an : Tidak memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas sebagai PNS atau ditolak . Ka rena telah mengetahui hasil keputusan tim penguji kesehatan tersebut, instansi m engambil tindakan yaitu memproses pengajuan pension dini dengan disertakan hasil Keputusan Tim Penguji Kesehatan RSUD Dr. Muwardi Surakarta, Surat-surat hasil p emeriksaan yang telah dilakukan oleh para dokter ahli dengan sarana yang canggih dan melengkapi syarat-syarat pension sebagaimana pengajuan pensiun pada umumnya . Untuk mengetahui lebih lanjut dalam pemahaman pengajuan pension dini harus mela lui prosedur yang benar sebagai contoh terhadap pegawai bernama Sdr. Susilowati ini untuk kronologisnya sbb : 1. PNS atas nama dr. Susilowati menderita sakit tanggal 1 Agustus 2008. 2. Berkali-kali pihak instansi BBRSBD ( Kepala Bagian Tata Usaha dan Kepala S ub Bag Kepegawaian ) melakukan pendekatan dengan keluarga serta memberikan seman gat kepada ybs. agar segera sembuh dan kembali bekerja sebagaimana mestinya, na mun keadaan ybs tidak membaik. 3. Pada tanggal 3 Maret 2009 pihak instansi BBRSBD mengirim surat ke Tim Peng uji Kesehatan ke Dinas Kesehatan Pemkot Surakarta dengan Nomor Surat 175/BBRSBD . TU-2/III/2009 tanggal 3 Maret 2009 untuk melakukan test kesehatan terhadap yb s, oleh pejabat yang berwenang dianggap tidak dapat melanjutkan pekerjaan karena kesehatan terganggu. 4. Mendapat tanggapan dari Dinas Kesehatan Pemkot Surakarta dengan nomor sura t : 812/832/2009 tanggal 6 Maret 2009 menyatakan untuk diadakan pemeriksaan terh adap ybs yaitu ditentukan pada tanggal 23 Juni 2009 dan 21 Juli 2009 untuk diada kan Test Kesehatan terhadap ybs di RSUD Dr. Muwardi Surakarta yang tidak jauh da ri kantor BBRSBD Surakarta, namun dijemput di rumah ybs dengan kendaran ambulanc e milik kantor. 5. Hasil Test Kesehatan juga dilakukan oleh Tim Penguji Kesehatan di RSUD Dr. Muwardi Surakarta yang berupa test darah untuk mengetahui asam urat, kolesterol , trigliserid, photo thorax dan syaraf, menunjukkan bahwa ybs tidak dapat menjal ankan tugas sebagai PNS dan disarankan untuk mengajukan pension dini. 6. Berdasarkan Ketentuan : a. PP No. 32 Tahun 1979 Bab II pasal 11 sub b tentang pemberhentian karena ti dak cakap jasmani dan rohani disebabkan menderita penyakit. b. Hasil Keputusan Tim Penguji Kesehatan Nomor : 812/2678/2009 tanggal 23 Ju li 2009 bahwa ybs tidak memenuhi syarat untuk menjalankan sebagai PNS atau ditol ak. c. Buku Saku (Panduan ) Administrasi Kepegawaian Dirjen. YANREHSOS Departemen Sosial RI tanggal 1 September 2008 Bab VI bagian B sub 4a tentang Pensiun Din i. 7. Pengajuan pension dini atas nama ybs dengan Nomor surat 1269/BBRSBD.TU-2/X /2009 tanggal 29 Oktober 2009 dengan disertai /dilampiri Surat Keputusan Tim Pen guji Kesehatan beserta surat-surat hasil pemeriksaan dari Tim Penguji Kesehatan , selain itu juga dilengkapi persyaratan pension pada umumnya. Bahwa pengajuan

pension dini ini tidak lewat Kantor Regional I BKN Yogyakarta tetapi langsung ke Kantor Pusat yaitu Departemen Sosial RI melalui Direktorat Jenderal YANREHSOS. Tembusan disampaikan ke Biro Orpeg Depsos RI, BKN Pusat Jakarta dan Kantor Regi onal I BKN Yogyakarta. 8. Penerbitan SK Pensiun Dini terhitung mulai tanggal 1 Januari 2010 dengan m enunjuk Nomor SK Orpeg. 14-01-02 tanggal 21 Desember 2009 dengan menerima pokok pensiun sebesar Rp. 1.040.000,- / bulan dengan pangkat Penata Muda III/a. Namun sayangnya SK Pensiun tersebut dapat dikatakan sangat terlambat datangnya dari Pu sat, sebab gaji sebagai PNS masih diterimakan pada bulan Januari 2010 dan terlan jur dalam daftar gaji bulan Pebruari 2010. Keterlambatan dalam penerbitan SK Pen siun tsb menimbulkan masalah yaitu harus mengembalikan gaji selama 2 bulan ke Ne gara lewat KPPN. Persiapan tersebut memang kurang karena mengingat jangkauan da n komunikasi menimbulkan keterhambatan SK Pensiun. Bahwa pengajuan pensiun ke Ka ntor PT. TASPEN perlu adanya perjalanan yang cukup waktu sejak SK diterima oleh Instansi BBRSBD paling tidak 1 atau 2 bulan. Sebab apabila SK sudah diterima jau h hari antara 1 atau 2 bulan maka tindakan selanjutnya mengajukan SKPP terlebih dahulu yang kemudian disahkan atau dimintakan persetujuan dari KPPN Surakarta. S etelah SKPP terbit barulah mengajukan proses pensiun di PT Taspen dilakukan akhi r bulan menjelang pensiun. Soal waktu penerimaan pensiun, PT TASPEN lah yang men entukan. Penerimaan pension pertama dapat dilakukan di PT TASPEN dan dapat di t ransper ke Bank atau Kantor Pos menurut kehendak pemohon. 9. Kemudian pada tanggal 15 Pebruari 2010 telah diterbitkan SKPP yang disahka n oleh KPPN dengan Nomor surat : KET.217/WPb.14/KP.0322/2010. SKPP ini untuk kel engkapan pling utama dalam proses penerimaan pension pertama. 10. Pengajuan Proses ke PT TASPEN Cabang Surakarta dilakukan akhir bulan, keb etulan waktu itu tanggal 29 Maret 2010, karena ybs tidak bisa hadir ini yang men jadi permasalahan dalam pengambilan pension, karena yang dibutuhkan adalah pegaw ai ybs yang hadir dan tidak boleh diwakilkan oleh siapapun termasuk suami atau k eluarga. Maka sebagai salah satu solusinya adalah ditransper ke Bank yang ditunj uk yaitu Bank Jateng Koordinator Cabang Surakarta di Jalan Bridjen. Slamet Riyad i Surakarta, maka dapat merealisasi pada bulan April 2010 di bank tsb. Demikian salah satu penyelesaian kasus pension dini terhadap PNS yang sakit yang pernah terjadi di BBRSBD Surakarta.

You might also like